LAPORAN PRAKTIKUM EKOLOGI6isi
-
Upload
zuliani-abidin -
Category
Documents
-
view
491 -
download
0
Transcript of LAPORAN PRAKTIKUM EKOLOGI6isi
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Vegetasi merupakan kumpulan tumbuh-tumbuhan biasanya terdiri dari
beberapa jenis yang hidup bersama-sama pada suatu tempat. Dalam mekanisme
kehidupan bersama tersebut terdapat interaksi yang erat baik diantara sesama
individu penyusun vegetasi itu sendiri maupun dengan organisme lainnya
sehingga merupakan suatu sistem yang hidup dan tumbuh serta dinamis. (Andre,
2009).
Analisa vegetasi adalah cara mempelajari susunan (komponen jenis) dan
bentuk (struktur) vegetasi atau masyarakat tumbuh-tumbuhan. Hutan merupakan
komponen habitat terpenting bagi kehidupan oleh karenanya kondisi masyarakat
tumbuhan di dalam hutan baik komposisi jenis tumbuhan, dominansi spesies,
kerapatan maupun keadaan penutupan tajuknya perlu diukur. Selain itu dalam
suatu ekologi hutan satuan yang akan diselidiki adalah suatu tegakan, yang
merupakan asosiasi konkrit. (Dedy 2010).
Ada berbagai metode yang dapat di gunakan untuk menganalisa vegetasi
ini. Diantaranya dengan menggunakan metode kuadran atau sering disebut
dengan kuarter. Metode ini sering sekali disebut juga dengan plot less method
karena tidak membutuhkan plot dengan ukuran tertentu, area cuplikan hanya
berupa titik. Metode ini cocok digunakan pada individu yang hidup tersebar
sehingga untuk melakukan analisa denga melakukan perhitungan satu persatu
akan membutuhkan waktu yang sangat lama, biasanya metode ini digunakan
untuk vegetasi berbentuk hutan atau vegetasi kompleks lainnya. (Dedy 2010).
Metode kuadran umunya dilakukan bila vegetasi tingkat pohon saja yang
jadi bahan penelitiaan. Metode ini mudah dan lebih cepat digunakan untuk
mengetahui komposisi, dominasi pohon dan menaksir volumenya. Vegetasi
merupakan kumpulan tumbuh-tumbuhan biasanya terdiri dari beberapa jenis yang
1
hidup bersama-sama pada suatu tempat. Dalam mekanisme kehidupan bersama
tersebut terdapat interaksi yang erat baik diantara sesama individu penyusun
vegetasi itu sendiri maupun dengan organisme lainnya sehingga merupakan suatu
sistem yang hidup dan tumbuh serta dinamis. (Andre, 2009).
1.2 Tujuan
Untuk mengetahui derajat keasaman dari suatu jenis dalam
perkembangannya.
Untuk mengetahui jenis tumbuhan yang mendominasi atau menutupi
dalamsebuah vegetasi.
Mempelajari tegakan tumbuhan bawah.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Analisa Vegetasi
Analisa vegetasi adalah cara mempelajari susunan (komposisi jenis) dan
bentuk (struktur) vegetasi atau masyarakat tumbuh-tumbuhan. Suatu cara
mempelajari susunan dan atau komposisi vegetasi secara bentuk (struktur)
vegetasi dari tumbuh-tumbuhan. Unsur struktur vegetasi adalah bentuk
pertumbuhan, stratifikasi dan penutupan tajuk. Untuk keperluan analisis vegetasi
diperlukan data-data jenis, diameter dan tinggi untuk menentukan indeks nilai
penting dari penvusun komunitas hutan tersebut. Dengan analisis vegetasi dapat
diperoleh informasi kuantitatif tentang struktur dan komposisi suatu komunitas
tumbuhan. Untuk suatu kondisi hutan yang luas, maka kegiatan analisa vegetasi
erat kaitannya dengan sampling, artinya kita cukup menempatkan beberapa petak
contoh untuk mewakili habitat tersebut. Dalam sampling ini ada tiga hal yang
perlu diperhatikan, yaitu jumlah petak contoh, cara peletakan petak contoh dan
teknik analisa vegetasi yang digunakan. (Andre, 2009).
Prinsip penentuan ukuran petak adalah petak harus cukup besar agar
individu jenis yang ada dalam contoh dapat mewakili komunitas, tetapi harus
cukup kecil agar individu yang ada dapat dipisahkan, dihitung dan diukur tanpa
duplikasi atau pengabaian. Karena titik berat analisa vegetasi terletak pada
komposisi jenis dan jika kita tidak bisa menentukan luas petak contoh yang kita
anggap dapat mewakili komunitas tersebut, maka dapat menggunakan teknik
Kurva Spesies Area (KSA). Dengan menggunakan kurva ini, maka dapat
ditetapkan : (1) luas minimum suatu petak yang dapat mewakili habitat yang
akan diukur, (2) jumlah minimal petak ukur agar hasilnya mewakili keadaan
tegakan atau panjang jalur yang mewakili jika menggunakan metode jalur (
Marpaung andre, 2009).
Beberapa sifat yang terdapat pada individu tumbuhan dalam membentuk
populasinya, dimana sifat – sifatnya bila di analisa akan menolong dalam
3
menentukan struktur komunitas. Sifat – sifat individu ini dapat dibagi atas dua
kelompok besar, dimana dalam analisanya akan memberikan data yang bersifat
kualitatif dan kuantitatif. Analisa kuantitatif meliputi : distribusi tumbuhan
(frekuensi), kerapatan (density), atau banyaknya (abudance). Dalam
pengambilan contoh kuadrat, terdapat empat sifat yang harus dipertimbangkan
dan diperhatikan, karena hal ini akan mempengaruhi data yang diperoleh dari
sample. Keempat sifat itu adalah (Dedy 2010) :
1. Ukuran petak.
2. Bentuk petak.
3. Jumlah petak.
4. Cara meletakkan petak dilapangan.
2.2 Vegetasi
Vegetasi merupakan kumpulan tumbuh-tumbuhan, biasanya terdiri dari
beberapa jenis yang hidup bersama-sama pada suatu tempat. Dalam mekanisme
kehidupan bersama tersebut terdapat interaksi yang erat, baik diantara sesama
individu penyusun vegetasi itu sendiri maupun dengan organisme lainnya
sehingga merupakan suatu sistem yang hidup dan tumbuh serta dinamis
(Marsono, 1977). Vegetasi, tanah dan iklim berhubungan erat dan pada tiap-tiap
tempat mempunyai keseimbangan yang spesifik. Vegetasi di suatu tempat akan
berbeda dengan vegetasi di tempat 1ain karena berbeda pula faktor
lingkungannya. Vegetasi hutan merupakan sesuatu sistem yang dinamis, selalu
berkembang sesuai dengan keadaan habitatnya. (Marsono, 1977).
Jika berbicara mengenai vegetasi, kita tidak bisa terlepas dari komponen
penyusun vegetasi itu sendiri dan komponen tersebutlah yang menjadi fokus
dalam pengukuran vegetasi. Komponen tumbuh-tumbuhan penyusun suatu
vegetasi umumnya terdiri dari (Andre, 2009) :
- Belukar (Shrub) : Tumbuhan yang memiliki kayu yang cukup besar, dan
memiliki tangkai yang terbagi menjadi banyak subtangkai.
4
- Epifit (Epiphyte) : Tumbuhan yang hidup dipermukaan tumbuhan lain
(biasanya pohon dan palma). Epifit mungkin hidup
sebagai parasit atau hemi-parasit.
- Paku-pakuan (Fern) : Tumbuhan tanpa bunga atau tangkai, biasanya memiliki
rhizoma seperti akar dan berkayu, dimana pada rhizoma
tersebut keluar tangkai daun.
- Palma (Palm) : Tumbuhan yang tangkainya menyerupai kayu, lurus dan
biasanya tinggi; tidak bercabang sampai daun pertama. Daun
lebih panjang dari 1 meter dan biasanya terbagi dalam
banyak anak daun.
- Pemanjat (Climber) : Tumbuhan seperti kayu atau berumput yang tidak berdiri
sendiri namun merambat atau memanjat untuk
penyokongnya seperti kayu atau belukar.
- Terna (Herb) : Tumbuhan yang merambat ditanah, namun tidak menyerupai
rumput. Daunnya tidak panjang dan lurus, biasanya memiliki
bunga yang menyolok, tingginya tidak lebih dari 2 meter dan
memiliki tangkai lembut yang kadang-kadang keras.
- Pohon (Tree) : Tumbuhan yang memiliki kayu besar, tinggi dan memiliki satu
batang atau tangkai utama dengan ukuran diameter lebih dari
20 cm.
Untuk tingkat pohon dapat dibagi lagi menurut tingkat permudaannya, yaitu :
- Semai (Seedling) : Permudaan mulai dari kecambah sampai anakan kurang dari
1.5 m.
- Pancang (Sapling) : Permudaan dengan tinggi 1.5 m sampai anakan berdiameter
kurang dari 10 cm.
- Tiang (Poles) : Pohon muda berdiameter 10 cm sampai kurang dari 20 cm.
5
2.3 Metode Pengukuran Vegetasi Terestrial
Di dalam menganalisis suatu vegetasi sering dipersoalkan bagaimana
percontoh (cuplikan) itu diambil, berapa luas daerah yang memadai untuk
mengambil percontoh tersebut, dan berapa banyak percontoh perlu diambil
dengan luas area percontoh tertentu. Pertanyaan-pertanyaan mendasar ini perlu
dijawab sebelum analisis vegetasi dilakukan secara lebih rinci dan mendalam.
(ITB Press, 2011).
1. Penyebaran percontoh
Bagaimana atau dimana percontoh diambil dalam suatu vegetasi
merupakan pertanyaan yang lebih didasarkan pada masalah statistik. Jadi hal
ini berkaitan dengan keabsahan pengambilan atau penyebaran percontoh.
Untuk menjawab masalah ini perlu dipahami bahwa penyebaran individu-
individu suatu populasi dapat memiliki tiga kemungkinan yaitu menyebar
secara acak, secara merata, atau berkelompok. Berdasarkan sifat penyebaran
individu-individu suatu populasi, maka penentuan letak pengambilan
percontoh dalam analisis vegetasi dapat dilakukan melalui tiga cara
pendekatan yaitu :
• Penyebaran percontoh secara acak. Penyebaran percontoh secara acak
dapat dilakukan dengan berbagai cara; pada prinsipnya, subyektivitas dari
pemrakarsa dihindarkan sama sekali. Hal ini dapat dilakukan dengan
mempergunakan angka acak (random) dari statistik, dengan
mempergunakan kartu permainan bridge, ataupun cara lainnya.
• Penyebaran percontoh secara sistematik. Penyebaran percontoh secara
sistematik pada prinsipnya percontoh disebar secara teratur, baik secara
merata ataupun berdasarkan arah tertentu. Penyebaran percontoh
berdasarkan arah satu garis atau transek merupakan salah satu contoh
dalam penyebaran sistematik ini.
• Penyebaran percontoh secara semi acak atau semi sistematik. Pada
penyebaran percontoh semi sistematik atau semi acak, pertama-tama
percontoh disebar seperti pada penyebaran sistematik, kemudian untuk
6
setiap tempat yang telah ditentukan secara sistematik tadi dilakukan
pengundian apakah diambil contohnya atau tidak. Pengundian ini bisa
dilakukan berdasarkan salah satu muka dari mata uang logam.
2. Penentuan luas minimum atau luas percontoh
Luas area tempat pengambilan contoh vegetasi sangat bervariasi,
bergantung dari bentuk/struktur vegetasi tersebut. Hal penting yang harus
diperhatikan adalah seluas apapun daerah studi, percontoh yang diambil harus
representatif, artinya dapat menggambarkan bentuk vegetasi secara keseluruhan.
Untuk vegetasi lumut kerak misalnya, hanya diperlukan ukuran 1 cm, sedangkan
untuk vegetasi hutan tropis campuran umumnya diperlukan ukuran 1/10 hektar.
Percontoh yang diambil dianggap memadai apabila seluruh atau sebagian besar
jenis tumbuhan pembentuk vegetasi ini berada dalam daerah percontoh tadi.
Dengan demikian, biasanya pada suatu bentuk vegetasi akan didapatkan suatu
luasan terkecil yang dapat mewakili vegetasi. Luasan terkecil yang dapat
mewakili karakteristika vegetasi secara keseluruhan disebut luas minimum. (ITB
Press, 2011).
Pencuplikan data untuk mengukur kepadatan populasi vegetasi terestrial
dapat dilakukan dengan atau tanpa menggunakan plot. Metode pencuplikan
menggunakan plot biasa disebut dengan metode kuadrat, yaitu luasan dengan
bentuk tertentu (umumnya persegipanjang atau lingkaran) dan ukuran tertentu
sehingga diharapkan cuplikannya mewakili tapak penelitian yang sedang
diselidiki. Metode tanpa plot biasa disebut sebagai metode jarak karena teknik
dasarnya adalah mengukur jarak dari suatu titik pencuplikan kepada individu
terdekat dari titik tersebut. (ITB Press, 2011).
2.4 Indeks Nilai Penting (INP)
Indeks Nilai Penting (INP) ini digunakan untuk menetapkan dominasi
suatu jenis terhadap jenis lainnya atau dengan kata lain nilai penting
menggambarkan kedudukan ekologis suatu jenis dalam komunitas. Indeks Nilai
Penting dihitung berdasarkan penjumlahan nilai Kerapatan Relatif (KR),
7
Frekuensi Relatif (FR) dan Dominansi Relatif (DR), (Mueller-Dombois dan
ellenberg, 1974; Soerianegara dan Indrawan, 2005).
2.5 Indeks Dominasi
Indeks dominasi digunakan untuk mengetahui pemusatan dan penyebaran
jenis-jenis dominan. Jika dominasi lebih terkonsentrasi pada satu jenis, nilai
indeks dominasi akan meningkat dan sebaliknyajika beberapa jenis mendominasi
secara bersama-sama maka nilai indeks dominasi akan rendah. (Marsono, 1977).
2.6 Parameter-parameter dalam Pengukuran Vegetasi
Walaupun telah dipelajari cara mengetahui ukuran dan jumlah
percontoh/plot pencuplikan pengukuran vegetasi dapat dilakukan tanpa
menggunakan plot. Sebelum mempelajari penggunaan metode tanpa plot,
terlebih dahulu kita kaji parameter yang akan diukur dalam suatu plot. Parameter
tersebut adalah (ITB Press, 2011) :
1. Kepadatan, Kerimbunan, dan Frekuensi
Vegetasi atau komunitas tumbuhan terdiri dari berbagai populasi
tumbuhan dengan kepentingan ekologis yang berlainan. Kajian vegetasi
berusaha untuk mengungkap sifat dari setiap populasi tadi, sehingga dapat
menggambarkan keadaan vegetasi berdasarkan karakteristik populasi-populasi
tersebut. Variabel-variabel populasi yang dapat digunakan untuk menganalisis
vegetasi adalah:
• Kerapatan/kepadatan (density)
Kepadatan absolut ditentukan berdasarkan jumlah individu dalam satuan
luas tertentu. Sementara kepadatan relatif adalah jumlah individu
dibandingkan dengan perjumpaan individu jenis lain.
• Kerimbunan/penutupan (coverage)
Penutupan dapat didefinisikan sebagai bagian dari tanah yang dikuasai oleh
tumbuhan. Hal ini didasarkan pada daerah yang tertutup oleh proyeksi
tumbuhan (untuk pohon biasanya berdasarkan penutupan oleh kanopinya).
8
Penutupan absolut dihitung berdasarkan persentase daerah yang dikuasai
oleh tumbuhan tersebut dalam suatu plot tanpa memperhitungkan penutupan
jenis lainnya. Sementara itu penutupan relatif adalah besar persentase
penutupan suatu jenis dibandingkan dengan penutupan oleh jenis-jenis
lainnya dalam plot.
• Frekuensi (kekerapan persebaran populasi)
Frekuensi ditentukan berdasarkan perjumpaan suatu jenis tumbuhan selama
pengamatan dilakukan. Apabila tumbuhan A ditemukan di setiap kuadrat
yang kita buat, maka frekensi tumbuhan A tersebut adalah 100 Tumbuhan B
yang hanya dijumpai dalam 25 kuadrat dari 100 kuadrat yang dibuat, maka
frekuensinya adalah 25%.
2. Biomasa/Produktivitas
Selain tiga variabel di atas, dalam pemahaman suatu vegetasi sering
juga diperlukan data mengenai bobot dari suatu populasi (biomasa) ataupun
perubahan beratny dalam periode waktu tertentu (produktivitas). Pengukuran
biomasa dapat dilakukan dengan metode destruktif dan non-destruktif, yaitu
dengan memanen tumbuhan tersebut dan menghitung berat keringnya. Metode
ini, biasanya dilakukan untuk herba dan perdu. Metode non-destruktif
merupakan sebuah metode pendugaan biomasa melalui persamaan matematis
(alometri) yang menghitung korelasi antara diameter tegakan dengan
biomassategakan.
3. Nilai Penting
Komunitas tumbuhan adalah kumpulan dari beberapa populasi
tumbuhan pada daerah tertentu. Identifikasi komunitas tumbuhan umumnya
didasarkan populasi yang dominan di dalam suatu komunitas. Kontribusi
relatif suatu jenis terhadap komunitas tumbuhan secara keseluruhan dapat
dinyatakan dalam nilai penting (Barbour et al., 1999).
Parameter-parameter yang digunakan untuk menentukan nilai penting
adalah kerapatan, kerimbunan dan frekuensi. Nilai penting sebagai dasar
penentuan tipe komunitas tumbuhan merupakan penjumlahan dari nilai-nilai
9
relatif dari ketiga parameter tersebut. Nilai relatif setiap parameter diperoleh
dengan cara membandingkan parameter tiap jenis dengan jumlah total setiap
parameter. Misalnya, nilai kerapatan spesies A adalah perbandingan antara
kerapatan spesies A terhadap nilai kerapatan seluruh spesies yang ditemukan.
Ringkasan rumus perhitungan masing-masing parameter adalah sebagai
berikut:
• Kerimbunan relatif (Kbr) tumb. A = (kerimbunan A / kerimbunan total) x
100%
• Kerapatan relatif (Kpr) tumb A = (kerapatan A / kerapatan total) x 100%
• Frekuensi relatif (Fr) tumb. A = (frekuensi A / frekuensi total) x 100%
• Nilai penting (NP) tumb. A = KbrA+KprA+FrA
Jenis-jenis tumbuhan yang didapatkan dari pencuplikan vegetasi
kemudian disusun dalam sebuah tabel berdasarkan nilai penting terbesar
hingga yang lebih kecil. Dua spesies yang memiliki nilai penting tertinggi
dapat digunakan untuk memberi nama komunitas/bentuk vegetasi tersebut.
Misalnya, dua spesies yang memiliki nilai penting tertinggi adalah Macaranga
tanarius dan Schima walichii, maka nama komunitasnya adalah Macaranga-
Schima.
2.7 Metode kuadrat untuk vegetasi
Setelah memahami parameter dan cara penentuan ukuran dan jumlah plot
yang digunakan dalam pengukuran vegetasi perlu diketahui tujuan dari
pencuplikan data. Pada pencuplikan data untuk mengetahui keberadaan suatu
jenis tertentu maka pencuplikan data kepadatan relatif mungkin cukup untuk
dilakukan. Sehingga kemudian kita dapat menentukan luas plot yang diperlukan
dan kemudian mengukur kepadatan relatif dari jenis tersebut dalam plot yang
telah ditentukan. Dalam keperluan lain, kita memerlukan nilai kepadatan absolute
dari suatu jenis. (Andre, 2009).
10
Sebagai latihan dalam kuliah ini anda akan mengukur nilai penting dari
suatu tapak. Untuk menentukan jumlah dan luas plot, gunakanlah pengetahuan
penentuan luas minimum atau menggunakan ukuran dan jumlah plot yang
ditentukan asisten (berdasarkan penelitian sebelumnya pada tapak tersebut). Pada
plot tersebut lakukanlah pengukuran faktor fisik dan parameter vegetasi yang
diperlukan dalam penentuan nilai penting (kepadatan, penutupan, dan frekuensi
absolut dan relatif). (ITB Press, 2011).
Metode Garis
Dalam metode kuadrat yang perlu diperhatikan adalah bentuk, ukuran, serta
jumlah kuadrat yang telah kita bahas sebelumnya. Bentuk kuadrat yang telah
dipelajari berbentuk persegi. Pada saat kuadrat tersebut memiliki lebar berupa
titik, kuadrat tersebut dapat disebut sebagai garis atau disebut sebagai metode
garis. Ukuran plot yang digunakan umumnya berukuran panjang 50 m pada
vegetasi hutan atau 5 m untuk vegetasi herba atau rumput. Selain untuk
bentuk kuadrat, definisi dari beberapa parameter sedikit berbeda dengan
metode kuadrat. Kepadatan dalam metode garis adalah jarak individu sejenis
yang dilalui garis. Penutupan adalah persentase penutupan tumbuhan sejenis
sepanjang garis yang dilewati. Frekuensi adalah kekerapan dari jenis-jenis
yang dijumpai dalam sejumlah garis yang dibuat.
Metode titik atau intersepsi garis
Pada metode ini bentuk sampel/percontoh/plot berupa titik-titik. Pengambilan
dapat dilakukan secara acak atau dapat juga dilakukan secara sistematis dalam
sebuah garis sehingga metode ini dinamakan juga metode intersepsi garis
Kerapatan = _jumlah individu suatu jenis yang tertunjuk (terkena)_ x 100%
jumlah total dari seluruh jenis yang tertunjuk (terkena)
Dominansi = jumlah titik yang mengandung suatu jenis x 100%
jumlah titik yang disebarkan
11
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Situ Gintung, Ciputat, Tangerang. Penelitian ini
dilaksanakan pada :
Hari, Tanggal : Selasa, 26 April 2011
Waktu : Pukul 08.00 – 11.00
3.2 Alat dan Bahan
Alat-alat yang digunakan adalah meteran,gunting, patok dan alat tulis.
Sedangkan bahan yang digunakan adalah tali rafia.
3.3 Cara Kerja
Dibuat suatu bujur sangkar di lapangan rumput seluas (25 x 25) cm,
kemudian dicatat semua jenis tumbuhan yang berada di dalam kuadrat tersebut.
Apabila seluruh jenis tumbuhan sudah tercatat, diperluas kuadrat tadi menjadi
dua kali semula yaitu (25 x 50) cm, dicatat kembali penambahan jenis tumbuhan
pada ukuran yang telah diperluas tadi. Dilakukan penambahan luas dengan cara
yang sama, yaitu dua kali asalnya: (50 x 50) cm, (50 x 100) cm, (100 x 100) cm,
dan seterusnya sehingga tidak terjadi lagi penambahan jenis tumbuhan baru.
Dengan denah pembuatan bujur sangkar adalah sebagai berikut:
12
Untuk mendapatkan luas minimum, disusun suatu grafik dari data yang diperoleh
kurang lebih seperti ditunjukkan pada gambar berikut.
Sumbu x adalah luas kuadrat dan sumbu y adalah jumlah kumulatif jenis. Dari
grafik dapat ditentukan berapa luas minimum yang diperlukan untuk
menganalisis bentuk vegetasi tersebut. Penentuan luas minimum dapat dilakukan
dengan beberapa cara. Yang termudah adalah dengan menentukan titik, saat
kurva mulai mendatar. Luas minimum ditunjukkan oleh perpotongan dari garis
yang dibuat dari titik tersebut dengan sumbu y. Metode kedua adalah dengan
mencari titik pada kurva dimana kenaikan 10% dari total area kuadrat
mengakibatkan kenaikan jumlah jenis sebesar tidak lebih dari 10% dari jumlah
total jenis yang ditemukan.
13
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada percobaan kali ini bertujuan untuk menentukan luas minimum dari suatu
vegetasi. Luas area tempat pengambilan contoh vegetasi sangat bervariasi,
bergantung dari bentuk/struktur vegetasi tersebut. Hal penting yang harus
diperhatikan adalah seluas apapun daerah studi, percontoh yang diambil harus
representatif, artinya dapat menggambarkan bentuk vegetasi secara keseluruhan.
biasanya pada suatu bentuk vegetasi akan didapatkan suatu luasan terkecil yang dapat
mewakili vegetasi. Luasan terkecil yang dapat mewakili karakteristik vegetasi secara
keseluruhan disebut luas minimum. Ukuran minimum dari suatu petak tunggal
tergantung pada kerapatan tegakan dan banyaknya jenis-jenis pohon yang terdapat
didalamnya. Semakin jarang tegakan atau semakin banyak jenisya maka semakin
besar ukuran petak tunggal yang digunakan. Ukuran minimum ini ditetapkan dengan
menggunakan kurva spesies area. Pada percobaan yang telah dilakukan didapat hasil
sebagai berikut :
Tabel 1. Tabel penambahan spesies setiap petakan contoh
No Ukuran Petak Luas Petak
(cm2)
Jumlah
Spesies
Jumlah
Penambahan
Jenis
1. 25 x 25 cm 625 cm2 4 -
2. 25 x 50 cm 1250 cm2 5 1
3. 50 x 50 cm 2500 cm2 7 2
4. 50 x 100 cm 5000 cm2 8 1
5. 100 x 100 cm 10000 cm2 8 -
Pada Tabel.1 terlihat jumlah spesies atau tumbuhan pada tiap-tiap petak
semakin bertambah dengan adanya pertambahan luas petak. Namun, semakin luas
14
petak yang dibuat maka jumlah spesiesnya menjadi statis. Dari data diatas terlihat
bahwa antara luas petak 50 x 100 cm dan 100 x 100 cm tidak terjadi penambahan
jumlah spesies tumbuhan, berarti dapat dikatakan baahwa luas minimumnya adalah
terletak pada 100 x100 cm atau sudah mencapai fase statis dimana tidak ada
penambahan spesies baru, maka dapat ditetapkan bahwa luas petak ukur yang dapat
mewakili komunitas pada rumput tersebut adalah adalah 100 x 100 cm atau 10000
cm2. Luasan ini bukanlah harga mutlak bahwa luas petak ukur yang harus digunakan
adalah 10000 cm2, tapi nilai tersebut adalah nilai minimum, artinya nilai tersebut bisa
menambah ukuran petak contoh atau bahkan memodifikasinya karena yang harus
diperhatikan bahwa petak contohnya tidak kurang dari hasil KSA.
Grafik 1. Kurva Spesies Area (KSA)
15
Luas minimum atau kurva spesies area merupakan langkah awal yang
digunakan untuk menganalisis suatu vegetasi dengan menggunakan petak contoh
(kuadrat). Luas minimum digunakan untuk memperoleh luasan petak contoh
(sampling area) yang dianggap representatif dengan suatu tipe vegetasi pada suatu
habitat tertentu yang sedang dipelajari. Luas petak contoh mempunyai hubungan erat
dengan keanekaragaman jenis yang terdapat pada areal tersebut. Makin tinggi
keanekaragaman jenis yang terdapat pada areal tersebut, makin luas petak contoh
yang digunakan. Bentuk luas minimum dapat berbentuk bujur sangkar, empat persegi
panjang dan dapat pula berbentuk lingkaran. Luas petak contoh minimum yang
mewakili vegetasi hasil luas minimum, akan dijadikan patokan dalam analisis
vegetasi dengan metode kuadrat. (Anonim, 2010).
Dari Grafik.1 terlihat bahwa sumbu x adalah luas petak dalam satuan
sentimeter kuadrat (cm2) dan sumbu y adalah jumlah kumulatif spesies. Dari grafik
dapat ditentukan berapa luas minimum yang diperlukan untuk menganalisis bentuk
vegetasi tersebut. Penentuan luas minimum dapat dilakukan dengan beberapa cara.
Yang termudah adalah dengan menentukan titik, saat kurva mulai mendatar. Luas
minimum ditunjukkan oleh perpotongan dari garis yang dibuat dari titik tersebut
dengan sumbu y. Metode kedua adalah dengan mencari titik pada kurva dimana
kenaikan 10% dari total area kuadrat mengakibatkan kenaikan jumlah jenis sebesar
tidak lebih dari 10% dari jumlah total jenis yang ditemukan (lihat Mueller-Dombois,
1974).
Dari grafik diatas didapatkan luas petak minimum yaitu pada kisaran luas
4500 cm2, dimana hasil tersebut didapatkan pada persinggungan puncak kurva
dengan garis yang sejajar dengan garis berdasarkan 10% luas dimana terjadi fase
statis di petakan tersebut. Terlihat dalam kurva bahwa luas minimum itu terletak pada
petak 100 cm2 dan jumlahnya 0,8. Setelah itu ditarik garis resultansinya. Kemudian
ditarik garis singgung pada kurva yang sejajar dengan garis resultan tersebut. Pada
kurva spesies area, diasumsikan bahwa dengan bertambahnya sampel (waktu,
pengulangan, daftar jenis), maka spesies yang ditemukan akan bertambah sampai
pada suatu waktu tidak ada penambahan lagi dan kurva akan mendatar (asymptote).
16
Bentuk kurva yang mendatar dapat diartikan bahwa secara relatif semua spesies yang
ada di daerah tersebut telah ditemukan. Jadi,kurva spesies area menyatakan angka
sesungguhnya dari pertambahan spesies pada suatu vegetasi.
Berdasarkan vegetasi yang dilakukan pada tempat yang di jadikan suatu objek
vegetasi untuk mencari luas minimum, memiliki keanekaragaman herba yang
homogen. Hal ini dapat di lihat dari penambahan spesies yang tidak terlalu banyak
yang hanya mencapai penambahan kisaran 1-2 spesies pada masing-masing luas
petakan. Homogen berarti suatu daerah tersebut sedikit keanekaragaman dalam hal ini
herba, karena spesies tiap petakan sedikit mengalami kenaikan pada jumlah kumulatif
spesiesnya.
17
BAB V
KESIMPULAN
Luas minimum merupakan luas terkecil yang dapat mewakili karakteristik
tipe komunitas secara keseluruhan.
Luas minimum yang mewakili area vegetasi yaitu pada ukuran petakan 100
x 100 cm atau dengan luas petakan 10.000 cm2.
Area vegetasi yang digunakan untuk mengukur KSA bersifat homogen.
Metode yang digunakan dalam mengukur KSA yaitu metode kuadrat.
Jumlah kumulatif spesies yang didapat dari pengukuran KSA yaitu 8 spesies.
Pada areal petak, jenis tumbuhan yang paling dominan adalah herba.
18