LAPORAN PRAKTIKUM EKOLOGI6isi

28
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Vegetasi merupakan kumpulan tumbuh-tumbuhan biasanya terdiri dari beberapa jenis yang hidup bersama-sama pada suatu tempat. Dalam mekanisme kehidupan bersama tersebut terdapat interaksi yang erat baik diantara sesama individu penyusun vegetasi itu sendiri maupun dengan organisme lainnya sehingga merupakan suatu sistem yang hidup dan tumbuh serta dinamis. (Andre, 2009). Analisa vegetasi adalah cara mempelajari susunan (komponen jenis) dan bentuk (struktur) vegetasi atau masyarakat tumbuh-tumbuhan. Hutan merupakan komponen habitat terpenting bagi kehidupan oleh karenanya kondisi masyarakat tumbuhan di dalam hutan baik komposisi jenis tumbuhan, dominansi spesies, kerapatan maupun keadaan penutupan tajuknya perlu diukur. Selain itu dalam suatu ekologi hutan satuan yang akan diselidiki adalah suatu tegakan, yang merupakan asosiasi konkrit. (Dedy 2010). Ada berbagai metode yang dapat di gunakan untuk menganalisa vegetasi ini. Diantaranya dengan menggunakan metode kuadran atau sering disebut dengan 1

Transcript of LAPORAN PRAKTIKUM EKOLOGI6isi

Page 1: LAPORAN PRAKTIKUM EKOLOGI6isi

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Vegetasi merupakan kumpulan tumbuh-tumbuhan biasanya terdiri dari

beberapa jenis yang hidup bersama-sama pada suatu tempat. Dalam mekanisme

kehidupan bersama tersebut terdapat interaksi yang erat baik diantara sesama

individu penyusun vegetasi itu sendiri maupun dengan organisme lainnya

sehingga merupakan suatu sistem yang hidup dan tumbuh serta dinamis. (Andre,

2009).

Analisa vegetasi adalah cara mempelajari susunan (komponen jenis) dan

bentuk (struktur) vegetasi atau masyarakat tumbuh-tumbuhan. Hutan merupakan

komponen habitat terpenting bagi kehidupan oleh karenanya kondisi masyarakat

tumbuhan di dalam hutan baik komposisi jenis tumbuhan, dominansi spesies,

kerapatan maupun keadaan penutupan tajuknya perlu diukur. Selain itu dalam

suatu ekologi hutan satuan yang akan diselidiki adalah suatu tegakan, yang

merupakan asosiasi konkrit. (Dedy 2010).

Ada berbagai metode yang dapat di gunakan untuk menganalisa vegetasi

ini. Diantaranya dengan menggunakan metode kuadran atau sering disebut

dengan kuarter.  Metode ini sering sekali disebut juga dengan plot less method

karena tidak membutuhkan plot dengan ukuran tertentu, area cuplikan hanya

berupa titik. Metode ini cocok digunakan pada individu yang hidup tersebar

sehingga untuk melakukan analisa denga melakukan perhitungan satu persatu

akan membutuhkan waktu yang sangat lama, biasanya metode ini digunakan

untuk vegetasi berbentuk hutan atau vegetasi kompleks lainnya. (Dedy 2010).

Metode kuadran umunya dilakukan bila vegetasi tingkat pohon saja yang

jadi bahan penelitiaan. Metode ini mudah dan lebih cepat digunakan untuk

mengetahui komposisi, dominasi pohon dan menaksir volumenya. Vegetasi

merupakan kumpulan tumbuh-tumbuhan biasanya terdiri dari beberapa jenis yang

1

Page 2: LAPORAN PRAKTIKUM EKOLOGI6isi

hidup bersama-sama pada suatu tempat. Dalam mekanisme kehidupan bersama

tersebut terdapat interaksi yang erat baik diantara sesama individu penyusun

vegetasi itu sendiri maupun dengan organisme lainnya sehingga merupakan suatu

sistem yang hidup dan tumbuh serta dinamis. (Andre, 2009).

1.2 Tujuan

Untuk mengetahui derajat keasaman dari suatu jenis dalam

perkembangannya.

Untuk mengetahui jenis tumbuhan yang mendominasi atau menutupi

dalamsebuah vegetasi.

Mempelajari tegakan tumbuhan bawah.

2

Page 3: LAPORAN PRAKTIKUM EKOLOGI6isi

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Analisa Vegetasi

Analisa vegetasi adalah cara mempelajari susunan (komposisi jenis) dan

bentuk (struktur) vegetasi atau masyarakat tumbuh-tumbuhan. Suatu cara

mempelajari susunan dan atau komposisi vegetasi secara bentuk (struktur)

vegetasi dari tumbuh-tumbuhan. Unsur struktur vegetasi adalah bentuk

pertumbuhan, stratifikasi dan penutupan tajuk. Untuk keperluan analisis vegetasi

diperlukan data-data jenis, diameter dan tinggi untuk menentukan indeks nilai

penting dari penvusun komunitas hutan tersebut. Dengan analisis vegetasi dapat

diperoleh informasi kuantitatif tentang struktur dan komposisi suatu komunitas

tumbuhan. Untuk suatu kondisi hutan yang luas, maka kegiatan analisa vegetasi

erat kaitannya dengan sampling, artinya kita cukup menempatkan beberapa petak

contoh untuk mewakili habitat tersebut. Dalam sampling ini ada tiga hal yang

perlu diperhatikan, yaitu jumlah petak contoh, cara peletakan petak contoh dan

teknik analisa vegetasi yang digunakan. (Andre, 2009).

Prinsip penentuan ukuran petak adalah petak harus cukup besar agar

individu jenis yang ada dalam contoh dapat mewakili komunitas, tetapi harus

cukup kecil agar individu yang ada dapat dipisahkan, dihitung dan diukur tanpa

duplikasi atau pengabaian. Karena titik berat analisa vegetasi terletak pada

komposisi jenis dan jika kita tidak bisa menentukan luas petak contoh yang kita

anggap dapat mewakili komunitas tersebut, maka dapat menggunakan teknik

Kurva Spesies Area (KSA). Dengan menggunakan kurva ini, maka dapat

ditetapkan : (1) luas minimum suatu petak yang dapat mewakili habitat yang

akan diukur, (2) jumlah minimal petak ukur agar hasilnya mewakili keadaan

tegakan atau panjang jalur yang mewakili jika menggunakan metode jalur (

Marpaung andre, 2009).

Beberapa sifat yang terdapat pada individu tumbuhan dalam membentuk

populasinya, dimana sifat – sifatnya bila di analisa akan menolong dalam

3

Page 4: LAPORAN PRAKTIKUM EKOLOGI6isi

menentukan struktur komunitas. Sifat – sifat individu ini dapat dibagi atas dua

kelompok besar, dimana dalam analisanya akan memberikan data yang bersifat

kualitatif dan kuantitatif. Analisa kuantitatif meliputi : distribusi tumbuhan

(frekuensi), kerapatan (density), atau banyaknya (abudance). Dalam

pengambilan contoh kuadrat, terdapat empat sifat yang harus dipertimbangkan

dan diperhatikan, karena hal ini akan mempengaruhi data yang diperoleh dari

sample. Keempat sifat itu adalah  (Dedy 2010) :

1. Ukuran petak.

2. Bentuk petak.

3. Jumlah petak.

4. Cara meletakkan petak dilapangan.

2.2 Vegetasi

Vegetasi merupakan kumpulan tumbuh-tumbuhan, biasanya terdiri dari

beberapa jenis yang hidup bersama-sama pada suatu tempat. Dalam mekanisme

kehidupan bersama tersebut terdapat interaksi yang erat, baik diantara sesama

individu penyusun vegetasi itu sendiri maupun dengan organisme lainnya

sehingga merupakan suatu sistem yang hidup dan tumbuh serta dinamis

(Marsono, 1977). Vegetasi, tanah dan iklim berhubungan erat dan pada tiap-tiap

tempat mempunyai keseimbangan yang spesifik. Vegetasi di suatu tempat akan

berbeda dengan vegetasi di tempat 1ain karena berbeda pula faktor

lingkungannya. Vegetasi hutan merupakan sesuatu sistem yang dinamis, selalu

berkembang sesuai dengan keadaan habitatnya. (Marsono, 1977).

Jika berbicara mengenai vegetasi, kita tidak bisa terlepas dari komponen

penyusun vegetasi itu sendiri dan komponen tersebutlah yang menjadi fokus

dalam pengukuran vegetasi. Komponen tumbuh-tumbuhan penyusun suatu

vegetasi umumnya terdiri dari (Andre, 2009) :

- Belukar (Shrub) : Tumbuhan yang memiliki kayu yang cukup besar, dan

memiliki tangkai yang terbagi menjadi banyak subtangkai.

4

Page 5: LAPORAN PRAKTIKUM EKOLOGI6isi

- Epifit (Epiphyte) : Tumbuhan yang hidup dipermukaan tumbuhan lain

(biasanya pohon dan palma). Epifit mungkin hidup

sebagai parasit atau hemi-parasit.

- Paku-pakuan (Fern) : Tumbuhan tanpa bunga atau tangkai, biasanya memiliki

rhizoma seperti akar dan berkayu, dimana pada rhizoma

tersebut keluar tangkai daun.

- Palma (Palm) : Tumbuhan yang tangkainya menyerupai kayu, lurus dan

biasanya tinggi; tidak bercabang sampai daun pertama. Daun

lebih panjang dari 1 meter dan biasanya terbagi dalam

banyak anak daun.

- Pemanjat (Climber) : Tumbuhan seperti kayu atau berumput yang tidak berdiri

sendiri namun merambat atau memanjat untuk

penyokongnya seperti kayu atau belukar.

- Terna (Herb) : Tumbuhan yang merambat ditanah, namun tidak menyerupai

rumput. Daunnya tidak panjang dan lurus, biasanya memiliki

bunga yang menyolok, tingginya tidak lebih dari 2 meter dan

memiliki tangkai lembut yang kadang-kadang keras.

- Pohon (Tree) : Tumbuhan yang memiliki kayu besar, tinggi dan memiliki satu

batang atau tangkai utama dengan ukuran diameter lebih dari

20 cm.

Untuk tingkat pohon dapat dibagi lagi menurut tingkat permudaannya, yaitu :

- Semai (Seedling) : Permudaan mulai dari kecambah sampai anakan kurang dari

1.5 m.

- Pancang (Sapling) : Permudaan dengan tinggi 1.5 m sampai anakan berdiameter

kurang dari 10 cm.

- Tiang (Poles) : Pohon muda berdiameter 10 cm sampai kurang dari 20 cm.

5

Page 6: LAPORAN PRAKTIKUM EKOLOGI6isi

2.3 Metode Pengukuran Vegetasi Terestrial

Di dalam menganalisis suatu vegetasi sering dipersoalkan bagaimana

percontoh (cuplikan) itu diambil, berapa luas daerah yang memadai untuk

mengambil percontoh tersebut, dan berapa banyak percontoh perlu diambil

dengan luas area percontoh tertentu. Pertanyaan-pertanyaan mendasar ini perlu

dijawab sebelum analisis vegetasi dilakukan secara lebih rinci dan mendalam.

(ITB Press, 2011).

1. Penyebaran percontoh

Bagaimana atau dimana percontoh diambil dalam suatu vegetasi

merupakan pertanyaan yang lebih didasarkan pada masalah statistik. Jadi hal

ini berkaitan dengan keabsahan pengambilan atau penyebaran percontoh.

Untuk menjawab masalah ini perlu dipahami bahwa penyebaran individu-

individu suatu populasi dapat memiliki tiga kemungkinan yaitu menyebar

secara acak, secara merata, atau berkelompok. Berdasarkan sifat penyebaran

individu-individu suatu populasi, maka penentuan letak pengambilan

percontoh dalam analisis vegetasi dapat dilakukan melalui tiga cara

pendekatan yaitu :

• Penyebaran percontoh secara acak. Penyebaran percontoh secara acak

dapat dilakukan dengan berbagai cara; pada prinsipnya, subyektivitas dari

pemrakarsa dihindarkan sama sekali. Hal ini dapat dilakukan dengan

mempergunakan angka acak (random) dari statistik, dengan

mempergunakan kartu permainan bridge, ataupun cara lainnya.

• Penyebaran percontoh secara sistematik. Penyebaran percontoh secara

sistematik pada prinsipnya percontoh disebar secara teratur, baik secara

merata ataupun berdasarkan arah tertentu. Penyebaran percontoh

berdasarkan arah satu garis atau transek merupakan salah satu contoh

dalam penyebaran sistematik ini.

• Penyebaran percontoh secara semi acak atau semi sistematik. Pada

penyebaran percontoh semi sistematik atau semi acak, pertama-tama

percontoh disebar seperti pada penyebaran sistematik, kemudian untuk

6

Page 7: LAPORAN PRAKTIKUM EKOLOGI6isi

setiap tempat yang telah ditentukan secara sistematik tadi dilakukan

pengundian apakah diambil contohnya atau tidak. Pengundian ini bisa

dilakukan berdasarkan salah satu muka dari mata uang logam.

2. Penentuan luas minimum atau luas percontoh

Luas area tempat pengambilan contoh vegetasi sangat bervariasi,

bergantung dari bentuk/struktur vegetasi tersebut. Hal penting yang harus

diperhatikan adalah seluas apapun daerah studi, percontoh yang diambil harus

representatif, artinya dapat menggambarkan bentuk vegetasi secara keseluruhan.

Untuk vegetasi lumut kerak misalnya, hanya diperlukan ukuran 1 cm, sedangkan

untuk vegetasi hutan tropis campuran umumnya diperlukan ukuran 1/10 hektar.

Percontoh yang diambil dianggap memadai apabila seluruh atau sebagian besar

jenis tumbuhan pembentuk vegetasi ini berada dalam daerah percontoh tadi.

Dengan demikian, biasanya pada suatu bentuk vegetasi akan didapatkan suatu

luasan terkecil yang dapat mewakili vegetasi. Luasan terkecil yang dapat

mewakili karakteristika vegetasi secara keseluruhan disebut luas minimum. (ITB

Press, 2011).

Pencuplikan data untuk mengukur kepadatan populasi vegetasi terestrial

dapat dilakukan dengan atau tanpa menggunakan plot. Metode pencuplikan

menggunakan plot biasa disebut dengan metode kuadrat, yaitu luasan dengan

bentuk tertentu (umumnya persegipanjang atau lingkaran) dan ukuran tertentu

sehingga diharapkan cuplikannya mewakili tapak penelitian yang sedang

diselidiki. Metode tanpa plot biasa disebut sebagai metode jarak karena teknik

dasarnya adalah mengukur jarak dari suatu titik pencuplikan kepada individu

terdekat dari titik tersebut. (ITB Press, 2011).

2.4 Indeks Nilai Penting (INP)

Indeks Nilai Penting (INP) ini digunakan untuk menetapkan dominasi

suatu jenis terhadap jenis lainnya atau dengan kata lain nilai penting

menggambarkan kedudukan ekologis suatu jenis dalam komunitas. Indeks Nilai

Penting dihitung berdasarkan penjumlahan nilai Kerapatan Relatif (KR),

7

Page 8: LAPORAN PRAKTIKUM EKOLOGI6isi

Frekuensi Relatif (FR) dan Dominansi Relatif (DR), (Mueller-Dombois dan

ellenberg, 1974; Soerianegara dan Indrawan, 2005).

2.5 Indeks Dominasi

Indeks dominasi digunakan untuk mengetahui pemusatan dan penyebaran

jenis-jenis dominan. Jika dominasi lebih terkonsentrasi pada satu jenis, nilai

indeks dominasi akan meningkat dan sebaliknyajika beberapa jenis mendominasi

secara bersama-sama maka nilai indeks dominasi akan rendah. (Marsono, 1977).

2.6 Parameter-parameter dalam Pengukuran Vegetasi

Walaupun telah dipelajari cara mengetahui ukuran dan jumlah

percontoh/plot pencuplikan pengukuran vegetasi dapat dilakukan tanpa

menggunakan plot. Sebelum mempelajari penggunaan metode tanpa plot,

terlebih dahulu kita kaji parameter yang akan diukur dalam suatu plot. Parameter

tersebut adalah (ITB Press, 2011) :

1. Kepadatan, Kerimbunan, dan Frekuensi

Vegetasi atau komunitas tumbuhan terdiri dari berbagai populasi

tumbuhan dengan kepentingan ekologis yang berlainan. Kajian vegetasi

berusaha untuk mengungkap sifat dari setiap populasi tadi, sehingga dapat

menggambarkan keadaan vegetasi berdasarkan karakteristik populasi-populasi

tersebut. Variabel-variabel populasi yang dapat digunakan untuk menganalisis

vegetasi adalah:

• Kerapatan/kepadatan (density)

Kepadatan absolut ditentukan berdasarkan jumlah individu dalam satuan

luas tertentu. Sementara kepadatan relatif adalah jumlah individu

dibandingkan dengan perjumpaan individu jenis lain.

• Kerimbunan/penutupan (coverage)

Penutupan dapat didefinisikan sebagai bagian dari tanah yang dikuasai oleh

tumbuhan. Hal ini didasarkan pada daerah yang tertutup oleh proyeksi

tumbuhan (untuk pohon biasanya berdasarkan penutupan oleh kanopinya).

8

Page 9: LAPORAN PRAKTIKUM EKOLOGI6isi

Penutupan absolut dihitung berdasarkan persentase daerah yang dikuasai

oleh tumbuhan tersebut dalam suatu plot tanpa memperhitungkan penutupan

jenis lainnya. Sementara itu penutupan relatif adalah besar persentase

penutupan suatu jenis dibandingkan dengan penutupan oleh jenis-jenis

lainnya dalam plot.

• Frekuensi (kekerapan persebaran populasi)

Frekuensi ditentukan berdasarkan perjumpaan suatu jenis tumbuhan selama

pengamatan dilakukan. Apabila tumbuhan A ditemukan di setiap kuadrat

yang kita buat, maka frekensi tumbuhan A tersebut adalah 100 Tumbuhan B

yang hanya dijumpai dalam 25 kuadrat dari 100 kuadrat yang dibuat, maka

frekuensinya adalah 25%.

2. Biomasa/Produktivitas

Selain tiga variabel di atas, dalam pemahaman suatu vegetasi sering

juga diperlukan data mengenai bobot dari suatu populasi (biomasa) ataupun

perubahan beratny dalam periode waktu tertentu (produktivitas). Pengukuran

biomasa dapat dilakukan dengan metode destruktif dan non-destruktif, yaitu

dengan memanen tumbuhan tersebut dan menghitung berat keringnya. Metode

ini, biasanya dilakukan untuk herba dan perdu. Metode non-destruktif

merupakan sebuah metode pendugaan biomasa melalui persamaan matematis

(alometri) yang menghitung korelasi antara diameter tegakan dengan

biomassategakan.

3. Nilai Penting

Komunitas tumbuhan adalah kumpulan dari beberapa populasi

tumbuhan pada daerah tertentu. Identifikasi komunitas tumbuhan umumnya

didasarkan populasi yang dominan di dalam suatu komunitas. Kontribusi

relatif suatu jenis terhadap komunitas tumbuhan secara keseluruhan dapat

dinyatakan dalam nilai penting (Barbour et al., 1999).

Parameter-parameter yang digunakan untuk menentukan nilai penting

adalah kerapatan, kerimbunan dan frekuensi. Nilai penting sebagai dasar

penentuan tipe komunitas tumbuhan merupakan penjumlahan dari nilai-nilai

9

Page 10: LAPORAN PRAKTIKUM EKOLOGI6isi

relatif dari ketiga parameter tersebut. Nilai relatif setiap parameter diperoleh

dengan cara membandingkan parameter tiap jenis dengan jumlah total setiap

parameter. Misalnya, nilai kerapatan spesies A adalah perbandingan antara

kerapatan spesies A terhadap nilai kerapatan seluruh spesies yang ditemukan.

Ringkasan rumus perhitungan masing-masing parameter adalah sebagai

berikut:

• Kerimbunan relatif (Kbr) tumb. A = (kerimbunan A / kerimbunan total) x

100%

• Kerapatan relatif (Kpr) tumb A = (kerapatan A / kerapatan total) x 100%

• Frekuensi relatif (Fr) tumb. A = (frekuensi A / frekuensi total) x 100%

• Nilai penting (NP) tumb. A = KbrA+KprA+FrA

Jenis-jenis tumbuhan yang didapatkan dari pencuplikan vegetasi

kemudian disusun dalam sebuah tabel berdasarkan nilai penting terbesar

hingga yang lebih kecil. Dua spesies yang memiliki nilai penting tertinggi

dapat digunakan untuk memberi nama komunitas/bentuk vegetasi tersebut.

Misalnya, dua spesies yang memiliki nilai penting tertinggi adalah Macaranga

tanarius dan Schima walichii, maka nama komunitasnya adalah Macaranga-

Schima.

2.7 Metode kuadrat untuk vegetasi

Setelah memahami parameter dan cara penentuan ukuran dan jumlah plot

yang digunakan dalam pengukuran vegetasi perlu diketahui tujuan dari

pencuplikan data. Pada pencuplikan data untuk mengetahui keberadaan suatu

jenis tertentu maka pencuplikan data kepadatan relatif mungkin cukup untuk

dilakukan. Sehingga kemudian kita dapat menentukan luas plot yang diperlukan

dan kemudian mengukur kepadatan relatif dari jenis tersebut dalam plot yang

telah ditentukan. Dalam keperluan lain, kita memerlukan nilai kepadatan absolute

dari suatu jenis. (Andre, 2009).

10

Page 11: LAPORAN PRAKTIKUM EKOLOGI6isi

Sebagai latihan dalam kuliah ini anda akan mengukur nilai penting dari

suatu tapak. Untuk menentukan jumlah dan luas plot, gunakanlah pengetahuan

penentuan luas minimum atau menggunakan ukuran dan jumlah plot yang

ditentukan asisten (berdasarkan penelitian sebelumnya pada tapak tersebut). Pada

plot tersebut lakukanlah pengukuran faktor fisik dan parameter vegetasi yang

diperlukan dalam penentuan nilai penting (kepadatan, penutupan, dan frekuensi

absolut dan relatif). (ITB Press, 2011).

Metode Garis

Dalam metode kuadrat yang perlu diperhatikan adalah bentuk, ukuran, serta

jumlah kuadrat yang telah kita bahas sebelumnya. Bentuk kuadrat yang telah

dipelajari berbentuk persegi. Pada saat kuadrat tersebut memiliki lebar berupa

titik, kuadrat tersebut dapat disebut sebagai garis atau disebut sebagai metode

garis. Ukuran plot yang digunakan umumnya berukuran panjang 50 m pada

vegetasi hutan atau 5 m untuk vegetasi herba atau rumput. Selain untuk

bentuk kuadrat, definisi dari beberapa parameter sedikit berbeda dengan

metode kuadrat. Kepadatan dalam metode garis adalah jarak individu sejenis

yang dilalui garis. Penutupan adalah persentase penutupan tumbuhan sejenis

sepanjang garis yang dilewati. Frekuensi adalah kekerapan dari jenis-jenis

yang dijumpai dalam sejumlah garis yang dibuat.

Metode titik atau intersepsi garis

Pada metode ini bentuk sampel/percontoh/plot berupa titik-titik. Pengambilan

dapat dilakukan secara acak atau dapat juga dilakukan secara sistematis dalam

sebuah garis sehingga metode ini dinamakan juga metode intersepsi garis

Kerapatan = _jumlah individu suatu jenis yang tertunjuk (terkena)_ x 100%

jumlah total dari seluruh jenis yang tertunjuk (terkena)

Dominansi = jumlah titik yang mengandung suatu jenis x 100%

jumlah titik yang disebarkan

11

Page 12: LAPORAN PRAKTIKUM EKOLOGI6isi

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Situ Gintung, Ciputat, Tangerang. Penelitian ini

dilaksanakan pada :

Hari, Tanggal : Selasa, 26 April 2011

Waktu : Pukul 08.00 – 11.00

3.2 Alat dan Bahan

Alat-alat yang digunakan adalah meteran,gunting, patok dan alat tulis.

Sedangkan bahan yang digunakan adalah tali rafia.

3.3 Cara Kerja

Dibuat suatu bujur sangkar di lapangan rumput seluas (25 x 25) cm,

kemudian dicatat semua jenis tumbuhan yang berada di dalam kuadrat tersebut.

Apabila seluruh jenis tumbuhan sudah tercatat, diperluas kuadrat tadi menjadi

dua kali semula yaitu (25 x 50) cm, dicatat kembali penambahan jenis tumbuhan

pada ukuran yang telah diperluas tadi. Dilakukan penambahan luas dengan cara

yang sama, yaitu dua kali asalnya: (50 x 50) cm, (50 x 100) cm, (100 x 100) cm,

dan seterusnya sehingga tidak terjadi lagi penambahan jenis tumbuhan baru.

Dengan denah pembuatan bujur sangkar adalah sebagai berikut:

12

Page 13: LAPORAN PRAKTIKUM EKOLOGI6isi

Untuk mendapatkan luas minimum, disusun suatu grafik dari data yang diperoleh

kurang lebih seperti ditunjukkan pada gambar berikut.

Sumbu x adalah luas kuadrat dan sumbu y adalah jumlah kumulatif jenis. Dari

grafik dapat ditentukan berapa luas minimum yang diperlukan untuk

menganalisis bentuk vegetasi tersebut. Penentuan luas minimum dapat dilakukan

dengan beberapa cara. Yang termudah adalah dengan menentukan titik, saat

kurva mulai mendatar. Luas minimum ditunjukkan oleh perpotongan dari garis

yang dibuat dari titik tersebut dengan sumbu y. Metode kedua adalah dengan

mencari titik pada kurva dimana kenaikan 10% dari total area kuadrat

mengakibatkan kenaikan jumlah jenis sebesar tidak lebih dari 10% dari jumlah

total jenis yang ditemukan.

13

Page 14: LAPORAN PRAKTIKUM EKOLOGI6isi

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada percobaan kali ini bertujuan untuk menentukan luas minimum dari suatu

vegetasi. Luas area tempat pengambilan contoh vegetasi sangat bervariasi,

bergantung dari bentuk/struktur vegetasi tersebut. Hal penting yang harus

diperhatikan adalah seluas apapun daerah studi, percontoh yang diambil harus

representatif, artinya dapat menggambarkan bentuk vegetasi secara keseluruhan.

biasanya pada suatu bentuk vegetasi akan didapatkan suatu luasan terkecil yang dapat

mewakili vegetasi. Luasan terkecil yang dapat mewakili karakteristik vegetasi secara

keseluruhan disebut luas minimum. Ukuran minimum dari suatu petak tunggal

tergantung pada kerapatan tegakan dan banyaknya jenis-jenis pohon yang terdapat

didalamnya. Semakin jarang tegakan atau semakin banyak jenisya maka semakin

besar ukuran petak tunggal yang digunakan. Ukuran minimum ini ditetapkan dengan

menggunakan kurva spesies area. Pada percobaan yang telah dilakukan didapat hasil

sebagai berikut :

Tabel 1. Tabel penambahan spesies setiap petakan contoh

No Ukuran Petak Luas Petak

(cm2)

Jumlah

Spesies

Jumlah

Penambahan

Jenis

1. 25 x 25 cm 625 cm2 4 -

2. 25 x 50 cm 1250 cm2 5 1

3. 50 x 50 cm 2500 cm2 7 2

4. 50 x 100 cm 5000 cm2 8 1

5. 100 x 100 cm 10000 cm2 8 -

Pada Tabel.1 terlihat jumlah spesies atau tumbuhan pada tiap-tiap petak

semakin bertambah dengan adanya pertambahan luas petak. Namun, semakin luas

14

Page 15: LAPORAN PRAKTIKUM EKOLOGI6isi

petak yang dibuat maka jumlah spesiesnya menjadi statis. Dari data diatas terlihat

bahwa antara luas petak 50 x 100 cm dan 100 x 100 cm tidak terjadi penambahan

jumlah spesies tumbuhan, berarti dapat dikatakan baahwa luas minimumnya adalah

terletak pada 100 x100 cm atau sudah mencapai fase statis dimana tidak ada

penambahan spesies baru, maka dapat ditetapkan bahwa luas petak ukur yang dapat

mewakili komunitas pada rumput tersebut adalah adalah 100 x 100 cm atau 10000

cm2. Luasan ini bukanlah harga mutlak bahwa luas petak ukur yang harus digunakan

adalah 10000 cm2, tapi nilai tersebut adalah nilai minimum, artinya nilai tersebut bisa

menambah ukuran petak contoh atau bahkan memodifikasinya karena yang harus

diperhatikan bahwa petak contohnya tidak kurang dari hasil KSA.

Grafik 1. Kurva Spesies Area (KSA)

15

Page 16: LAPORAN PRAKTIKUM EKOLOGI6isi

Luas minimum atau kurva spesies area merupakan langkah awal yang

digunakan untuk menganalisis suatu vegetasi dengan menggunakan petak contoh

(kuadrat). Luas minimum digunakan untuk memperoleh luasan petak contoh

(sampling area) yang dianggap representatif dengan suatu tipe vegetasi pada suatu

habitat tertentu yang sedang dipelajari. Luas petak contoh mempunyai hubungan erat

dengan keanekaragaman jenis yang terdapat pada areal tersebut. Makin tinggi

keanekaragaman jenis yang terdapat pada areal tersebut, makin luas petak contoh

yang digunakan. Bentuk luas minimum dapat berbentuk bujur sangkar, empat persegi

panjang dan dapat pula berbentuk lingkaran. Luas petak contoh minimum yang

mewakili vegetasi hasil luas minimum, akan dijadikan patokan dalam analisis

vegetasi dengan metode kuadrat. (Anonim, 2010).

Dari Grafik.1 terlihat bahwa sumbu x adalah luas petak dalam satuan

sentimeter kuadrat (cm2) dan sumbu y adalah jumlah kumulatif spesies. Dari grafik

dapat ditentukan berapa luas minimum yang diperlukan untuk menganalisis bentuk

vegetasi tersebut. Penentuan luas minimum dapat dilakukan dengan beberapa cara.

Yang termudah adalah dengan menentukan titik, saat kurva mulai mendatar. Luas

minimum ditunjukkan oleh perpotongan dari garis yang dibuat dari titik tersebut

dengan sumbu y. Metode kedua adalah dengan mencari titik pada kurva dimana

kenaikan 10% dari total area kuadrat mengakibatkan kenaikan jumlah jenis sebesar

tidak lebih dari 10% dari jumlah total jenis yang ditemukan (lihat Mueller-Dombois,

1974).

Dari grafik diatas didapatkan luas petak minimum yaitu pada kisaran luas

4500 cm2, dimana hasil tersebut didapatkan pada persinggungan puncak kurva

dengan garis yang sejajar dengan garis berdasarkan 10% luas dimana terjadi fase

statis di petakan tersebut. Terlihat dalam kurva bahwa luas minimum itu terletak pada

petak 100 cm2 dan jumlahnya 0,8. Setelah itu ditarik garis resultansinya. Kemudian

ditarik garis singgung pada kurva yang sejajar dengan garis resultan tersebut. Pada

kurva spesies area, diasumsikan bahwa dengan bertambahnya sampel (waktu,

pengulangan, daftar jenis), maka spesies yang ditemukan akan bertambah sampai

pada suatu waktu tidak ada penambahan lagi dan kurva akan mendatar (asymptote).

16

Page 17: LAPORAN PRAKTIKUM EKOLOGI6isi

Bentuk kurva yang mendatar dapat diartikan bahwa secara relatif semua spesies yang

ada di daerah tersebut telah ditemukan. Jadi,kurva spesies area menyatakan angka

sesungguhnya dari pertambahan spesies pada suatu vegetasi.

Berdasarkan vegetasi yang dilakukan pada tempat yang di jadikan suatu objek

vegetasi untuk mencari luas minimum, memiliki keanekaragaman herba yang

homogen. Hal ini dapat di lihat dari penambahan spesies yang tidak terlalu banyak

yang hanya mencapai penambahan kisaran 1-2 spesies pada masing-masing luas

petakan. Homogen berarti suatu daerah tersebut sedikit keanekaragaman dalam hal ini

herba, karena spesies tiap petakan sedikit mengalami kenaikan pada jumlah kumulatif

spesiesnya.

17

Page 18: LAPORAN PRAKTIKUM EKOLOGI6isi

BAB V

KESIMPULAN

Luas minimum merupakan luas terkecil yang dapat mewakili karakteristik

tipe komunitas secara keseluruhan.

Luas minimum yang mewakili area vegetasi yaitu pada ukuran petakan 100

x 100 cm atau dengan luas petakan 10.000 cm2.

Area vegetasi yang digunakan untuk mengukur KSA bersifat homogen.

Metode yang digunakan dalam mengukur KSA yaitu metode kuadrat.

Jumlah kumulatif spesies yang didapat dari pengukuran KSA yaitu 8 spesies.

Pada areal petak, jenis tumbuhan yang paling dominan adalah herba.

18