LAPORAN PRAKTIKUM REKTAN 3.docx
-
Upload
faza-fauzan-syarif -
Category
Documents
-
view
215 -
download
10
Transcript of LAPORAN PRAKTIKUM REKTAN 3.docx
DAFTAR ISI
PRAKATA...................................................................................................................
DAFTAR ISI ...............................................................................................................
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang.................................................................................................
1.2. Tujuan..............................................................................................................
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Deskripsi Mawar………………..........................................................................
2.2. Colchicine.......................................................................................................
2.3. Peranan dan Pengaruh Pemberian Colchicine.................................................
2.4. Poliploid ...........................................................................................................
III. METODE PRAKTIKUM
3.1. Tempat dan Waktu...........................................................................................
3.2. Alat dan Bahan ................................................................................................
3.3. Metode Praktikum ............................................................................................
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Tabel pengamatan tanaman mawar sebelum perlakuan………
4.2. Tabel pengamatan tanaman mawar setelah perlakuan…………
V. KESIMPULAN
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perubahan jumlah kromosom menyediakan sumber keragaman genetik. Perubahan ini
terjadi dengan penambahan atau pengurangan kromosom-kromosom utuh atau satu set
kromosom lengkap (genom). Perubahan jumlah ini dapat merubah sifat morfologis dan
fisiologisnya. Perbedan-perbedaan ini dapat terlihat dalam variasi fenotipe dan dapat
digunakan untuk mengidentifikasi pengaruh dari masing-masing kromosom. Penambahan
jumlah kromosom dari beberapa tanaman mengubah sifat morfologis dan fisiologis yang
penting bagi manusia, misalnya kenaikan hasil gandum roti (6x).
Individu-individu dalam satu spesies umumnya jumlah kromosom sama, tetapi
spesies yang berbeda dalam satu genus sering mempunyai jumlah kromosom berbeda. Variasi
dalam jumlah kromosom ada dua tipe, yaitu :
1. Euploid (variasi dalam seluruh set kromosom), yang terdiri dari ; monoploid,
diploid, dan poliploid.
2. Aneuploid (variasi dalam salah satu set kromosom), yang terdiri dari :
monosomik, disomik nullisomik, dan polisomik.
1.2 Tujuan
Untuk mengetahui pengaruh pemberian kolkisin dengan konsentrasi yang berbeda pada
tanaman mawar.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Mawar
Mawar adalah tanaman semak dari genus Rosa sekaligus nama bunga yang dihasilkan
tanaman ini. Mawar liar yang terdiri lebih dari 100 spesies kebanyakan tumbuh di belahan bumi
utara yang berudara sejuk. Spesies mawar umumnya merupakan tanaman semak yang berduri
atau tanaman memanjat yang tingginya bisa mencapai 2 sampai 5 meter. Walaupun jarang
ditemui, tinggi tanaman mawar yang merambat di tanaman lain bisa mencapai 20 meter.
Sebagian besar spesies mempunyai daun yang panjangnya antara 5 – 15 cm, dua-dua berlawanan
(pinnate). Daun majemuk yang tiap tangkai daun terdiri dari paling sedikit 3 atau 5 hingga 9 atau
13 anak daun dan daun penumpu (stipula) berbentuk lonjong, pertulangan menyirip, tepi tepi
beringgit, meruncing pada ujung daun dan berduri pada batang yang dekat ke tanah. Mawar
sebetulnya bukan tanaman tropis, sebagian besar spesies merontokkan seluruh daunnya dan
hanya beberapa spesies yang ada di Asia Tenggara yang selalu berdaun hijau sepanjang tahun.
Bunga terdiri dari 5 helai daun mahkota dengan perkecualian Rosa sericea yang hanya memiliki
4 helai daun mahkota. Warna bunga biasanya putih dan merah jambu atau kuning dan merah
pada beberapa spesies. Ovari berada di bagian bawah daun mahkota dan daun kelopak.
Buah mawar (rose hips) dari Rosa canina
Bunga menghasilkan buah agregat (berkembang dari satu bunga dengan banyak putik) yang
disebutrose hips. Masing-masing putik berkembang menjadi satu buah tunggal (achene),
sedangkan kumpulan buah tunggal dibungkus daging buah pada bagian luar. Spesies dengan
bunga yang terbuka lebar lebih mengundang kedatangan lebah atau serangga lain yang
membantu penyerbukan sehingga cenderung menghasilkan lebih banyak buah. Mawar hasil
pemuliaan menghasilkan bunga yang daun mahkotanya menutup rapat sehingga menyulitkan
penyerbukan. Sebagian buah mawar berwarna merah dengan beberapa perkecualian seperti Rosa
pimpinellifolia yang menghasilkan buah berwarna ungu gelap hingga hitam.
Pada beberapa spesies seperti Rosa canina dan Rosa rugosa menghasilkan buah rose hips yang
sangat kaya dengan vitamin C bahkan termasuk di antara sumber vitamin C alami yang paling
kaya. Buah rose hips disukai burung pemakan buah yang membantu penyebaran biji mawar
bersama kotoran yang dikeluarkan. Beberapa jenis burung seperti burung Finch juga memakan
biji-biji mawar.
Pada umumnya mawar memiliki duri berbentuk seperti pengait yang berfungsi sebagai pegangan
sewaktu memanjat tumbuhan lain. Beberapa spesies yang tumbuh liar di tanah berpasir di daerah
pantai seperti Rosa rugosa dan Rosa pimpinellifolia beradaptasi dengan duri lurus seperti jarum
yang mungkin berfungsi untuk mengurangi kerusakan akibat dimakan binatang, menahan pasir
yang diterbangkan angin dan melindungi akar dari erosi. Walaupun sudah dilindungi duri, rusa
kelihatannya tidak takut dan sering merusak tanaman mawar. Beberapa spesies mawar
mempunyai duri yang tidak berkembang dan tidak tajam.
Mawar dapat dijangkiti beberapa penyakit seperti karat daun yang merupakan penyakit paling
serius. Penyebabnya adalah cendawan Phragmidium mucronatum yang menyebabkan
kerontokan daun. Penyakit yang tidak begitu berbahaya seperti Tepung Mildew disebabkan
cendawan Sphaerotheca pannosa, sedangkan penyakit Bercak Hitam yang ditandai timbulnya
bercak-bercak hitam pada daun disebabkan oleh cendawan Diplocarpon rosae. Mawar juga
merupakan makanan bagi larva beberapa spesies Lepidoptera.
Mawar tumbuh subur di daerah beriklim sedang walaupun beberapa kultivar yang merupakan
hasil metode penyambungan (grafting) dapat tumbuh di daerah beriklim subtropis hingga daerah
beriklim tropis.Selain sebagai bunga potong, mawar memiliki banyak manfaat, antara lain
antidepresan, antiviral, antibakteri, antiperadangan, dan sumber vitamin C. Minyak mawar
adalah salah satu minyak atsiri hasil penyulingan dan penguapan daun-daun mahkota sehingga
dapat dibuat menjadi parfum. Mawar juga dapat dimanfaatkan untuk teh, jelly, dan selai.
2.2 Kolkisin
Kolkisina (tidak baku: kolkisin) merupakan alkaloid toksik dan karsinogenik yang diperoleh dari
ekstrak tumbuhan Colchicum autumnale dan beberapa anggota suku Colchicaceae lainnya,
seperti Gloriosa superba. Rumus kimianya C22H25NO6.
Kolkisina merupakan inhibitor mitosis karena dapat mengikat tubulin (suatu protein), konstituen
utama mikrotubula. Mikrotubula memainkan peran penting dalam pembentukan benang spindel
pada mitosis. Selain itu, kolkisina juga merupakan inhibitor motilitas dan aktivitas neutrofil,
salah satu partikel penyusun darah, sehingga memiliki efek anti-radang (anti inflamatori).
Kolkisina dipakai luas di bidang biologi/pertanian untuk menghasilkan sel-sel poliploid buatan,
karena pemisahan set kromosom terganggu dan sel-sel memiliki set kromosom yang berlipat.
Aplikasi kolkisina biasanya dilakukan dengan mencelupkan bagian tanaman dalam larutan
kolkisin selama satu hari. Tumbuhan poliploid seringkali memiliki ukuran yang lebih besar
daripada tumbuhan normal sehingga disukai oleh petani maupun konsumen.
2.3 Poliploidi
Tanaman poliploidi umumnya menunjukan kemampuan berkompetisi yang lebih baik dibanding
diploid, hal ini ditunjukan dengan lebih luas daerah penyebarannya, sehingga toleransinya lebih
besar terhadap lingkungan yang ekstrim. Tanaman poliploidi lebih kekar daripada tanaman
diploidnya, ukuran tanaman lebih besar (daun, batang, bunga, buah dan sel inti), kandungan
protein dan vitamin meningkat, tekanan osmotik berkurang, dan masa vegetatif lebih panjang.
Selain kelebihan-kelebihan tersebut di atas, tanaman poliploid juga memiliki beberapa
kelemahan, diantaranya : (1) semi-sterilitas pada tanaman poliploid dengan gamet yang tidak
dapat hidup serta dijumpai adanya penurunan hasil biji, (2) kemasakan lebih lambat
dibandingkan dengan tipe yang ploidinya lebih rendah.
Di alam terdapat beberapa tanaman budidaya yang poliploid seperti terigu, kapas, tembakau,
tebu, pisang, ubi jalar dll. Poliploid berperan dalam penyediaan lemak, protein, karbohidrat
dunia.
Poliploid secara umum diartikan sebagai individu yang mempunyai lebih dari dua set kromosom
(3x, 4x, 6x, dst), sedangkan pengertian lain adalah individu atau populasi yang mempunyai
materi genetik yang lebih banyak yang tercermin pada peningkatan jumlah kromosom jika
dibandingkan dengan tetuanya. Pada angiospermae 30% atau 35% spesies merupakan poliploid
dan hampir 75%. Graminae merupakan poliploid.Poliploidi merupakan suatu kondisi dimana
makhluk hidup tertentu memiliki lebih dari dua perangkat kromosom (Ayala, dkk., 1984 dalam
Firdaus, 2002). Keadaan ini terjadi akibat adanya induksi poliploidisasi. Pada umumnya tiap
organisme mempunyai dua perangkat kromosom (diploid). Akan tetapi tidak ditutup
kemungkinan akan terjadinya perubahan perangkat kromosom tersebut. Organisme yang
mengalami perubahan perangkat kromosom menjadi lebih dari dua perangkat kromosom disebut
poliploid, sedangkan organisme yang mengalami perubahan perangkat kromosom menjadi satu
perangkat kromosom disebut monoploid atau haploid.
Menurut Wilkins dan Gosling (1983 dalam Firdaus, 2002), poliploidi merupakan salah satu
bentuk mutasi kromosom dan dapat digunakan sebagai pengendali kelamin(sex control) suatu
organisme, pembentuk galur murni, dan penghasil ikan yang steril (Chao, dkk., 1986 dalam
Firdaus, 2002). Tipe-tipe poliploidi dibedakan berdasarkan jumlah perangkat kromosom yang
dibentuk, contohnya triploid, tetraploid, pentaploid, dan seterusnya.
Berdasarkan asal usul kejadiannya, poliploidi dapat dibedakan menjadi autopoliploidi dan
alloploidi (Klug dan Cummings, 2000). Pada autopoliploidis tidak dilibatkan spesies yang lain
jadi seluruh perangkat kromosom yang ada berasal dari spesies yang sama. Autotriploid dapat
terjadi karena pembuahan suatu gamet diploid dengan gamet haploid. Gamet diploid yang
terbentuk adalah hasil kegagalan pemisahan seluruh perangkat kromosom selama meiosis. Zigot
autotriploid juga mungkin terjadi karena adanya pembuahan satu ovum oleh dua sperma atau
juga mungkin terjadi akibat persilangan eksperimental individu diploid dan tetraploid
(Niekerson, 1990 dalam Abidah, 2000).
1. Autopolyploidi
Autopoliploid adalah sel yang mempunyai lebih dari dua genom dimana genomnya identik atau
mempunyai kromosom homolog karena pada umumnya berasal dari satu spesies. Autopoliploid
muncul dari penggandaan kromosom yang komplemen secara langsung. Autopoliploid dapat
diinduksi artifisial melalui perlakuan kolsisin dan dapat terjadi secara spontan, tetapi yang
terakhir ini jarang ditemukan. Menurut Vandepoele et al, (2003) autopoliploid dapat berasal dari
persilangan intraspesies diikuti dengan penggandaan kromosom dimana gamet tidak mengalami
reduksi dan kromosomnya membentuk multivalent pada saat miosis, dengan pewarisan yang
multisomik Beberapa tanaman yang termasuk autopoliploid alami adalah kentang, ubi jalar,
kacang tanah, alfalfa dan “orchardgrass”.
Beberapa sifat autopoliploid yang berbeda dengan diploid adalah : (1) volume sel dan nukleus
lebih besar, (2) bertambah ukuran daun dan bunga serta batang lebih tebal, (3) terjadi perubahan
komposisi kimia meliputi peningkatan dan perubahan karbohidrat, protein, vitamin dan alkaloid,
(4) kecepatan pertumbuhan lebih lambat dibanding diploid, menyebabkan pembungaannya juga
terlambat, (5) miosis sering tidak teratur dengan terbentuknya multivalen sebagai penyebab
sterilitas, (6) poliploidi tidak seimbang terutama pada triploid dan pentaploid (Sparrow, 1979).
Dikatakan juga oleh Poehlman dan Sleper (1995) bahwa autopoliploid berperan meningkatkan
ukuran sel merismatik tetapi jumlah total sel tidak bertambah. Menurut Sareen et al. (1992)
tanaman autotetraploid mempunyai bagian vegetatif lebih besar, menyebabkan mereka lebih
jagur dibanding diploidnya. Tetapi efek ini tidak universal karena ada beberapa autotetraploid
yang mirip atau lebih lemah dibandingkan tetua diploid.
Menurut Poehlman dan Sleper (1995) tiga hal dasar sebagai petunjuk untuk memproduksi dan
memanfaatkan autoploidi dalam program pemuliaan tanaman yaitu : (1) autoploidi cenderung
mempunyai pertumbuhan vegetatif lebih besar sedangkan biji yang dihasilkan sedikit, sehingga
lebih bermanfaat untuk pemuliaan tanaman yang bagian vegetatifnya dipanen, (2) lebih berhasil
untuk mendapatkan autoploidi yang jagur dan fertil melalui penggandaan diploid yang jumlah
kromosom sedikit, (3) autoploidi yang berasal dari spesies menyerbuk silang lebih baik dari
pada autoploidi dari spesies menyerbuk sendiri, sebab penyerbukan silang membantu secara luas
rekombinasi gen dan kesempatan untuk memperoleh keseimbangan genotip pada poliploidi.
2. Alloploidi
Allopoliploid adalah keadaan sel yang mempunyai satu atau lebih genom dari genom normal
2n =2x, dimana pasangan kromosomnya tidak homolog. Allopoliploid terbentuk dari hibridisasi
antara spesies atau genus yang berlainan genom (hibridisasi interspesies). Tanaman F1-nya akan
steril karena tidak ada atau hanya beberapa kromosom homolog. Bila terjadi penggandaan
kromosom spontan atau diinduksi maka tanaman menjadi fertil. Beberapa tanaman yang
termasuk alloploidi alami adalah gandum, terigu, kapas, tembakau, tebu dan beberapa spesies
kubis.
Allopoliploid ditemukan ada yang allopoliplod segmental (sebagian kromosom homolog)
menyebabkan steril sebagian, dan allopolyploid (semua kromosom tidak homolog) menyebabkan
steril penuh. Allopoliploid segmental memiliki segmen kromosom homologous dan
homoeologus (homolog parsial) yang selama miosis dapat terjadi bivalen dan multivalen
sehingga pewarisannya campuran disomik-polisomik (Vandepoele et al. 2003). Dikatakan juga
bahwa prototipe poliploidi dari rumput-rumputan seperti gandum adalah allopolyploid, jagung
adalah alloploidi segmental dan padi adalah paleopoliploid.
Tujuan induksi allopoliploid adalah mengkombinasi sifat-sifat yang diinginkan dari dua tetua
diploid ke dalam satu tanaman (Sparrow, 1979). Menurut Poehlman dan Sleper (1995) beberapa
manfaat alloploidi untuk para pemulia adalah : (1) dapat mengidentifikasi asal genetik spesies
tanaman poliploidi, (2) menghasilkan genotip tanaman baru, (3) dapat memudahkan transfer gen
antar spesies dan (4) memudahkan transfer atau subtitusi kromosom secara individual atau
pasangan kromosom.
Para pemulia menginduksi poliploidi dengan menyilangkan antara spesies budidaya tetraploid
dengan kerabat liarnya dengan tujuan supaya gen yang diinginkan dapat ditransfer dari spesies
liar ke kultivar budidaya (Sparrow, 1979). Menurut Poehlman dan Sleper (1995) hampir semua
kerabat liar Solanum dapat disilangkan dengan Solanum tuberosum (interspesies) dengan tujuan
untuk mendapatkan resistensi terhadap stress abiotik maupun biotik serta memperbaiki
heterosigositas tanaman.
Pendekatan pembuatan allopoliploid ini kelihatan kurang berhasil dibanding induksi
autopoliploid. Kesulitan yang ditemui dengan pendekatan ini adalah : (1) adanya “barier
incompatible” antar kedua spesies yang akan disilangkan, (2) terjadi pembuahan tetapi
mengalami aborsi embrio (Karmana, 1989). Kendala dalam menghasilkan tanaman allopoliploid
ini dapat diatasi dengan teknik hibridisasi baru yaitu fusi protoplas atau hibridisasi somatik.
Pemuliaan Poliploidi
Poliploidi adalah keadaan sel yang memiliki lebih dari dua genom dasar (3x, 4x, 5x dan
seterusnya), ditemukan banyak pada kingdom tanaman. Poliploidi dapat berisikan dua atau lebih
pasang genom dengan segmen kromosom yang homolog, keseluruhan kromosom homolog atau
keseluruhan kromosom tidak homolog. Perbedaan satu dengan yang lain pada sejumlah gen atau
segmen kromosom yang menyebabkan sterilitas sebagian atau seluruhnya(Stebbins, 1950 dalam
Sareen, Chowdhury dan Chowdhury, 1992).
Famili rumput-rumputan (gramineae) adalah famili terbesar dari semua tanaman berbunga,
meliputi 10.000 species. Famili ini dikelompokan dalam 600 -700 genus yang berasal dari
moyang purba sekitar 50-70 juta tahun lalu (Kellogg, 2001; Huang et al, 2002). Famili ini
biasanya dipakai sebagai model dalam mempelajari poliploidi. Sebagian besar tipe poliploidi dari
famili gramineae yaitu autopolyploid, allopolyploid segmental dan allopolyploid (Vandepoele,
Simillion dan Van de Peer, 2003)
Secara alami poliploidi sering lebih besar penampakan morfologi dari spesies diploid seperti
permukaan daun lebih luas, organ bunga lebih besar, batang lebih tebal dan tanaman lebih
tinggi. Fenomena ini diistilahkan sebagai gigas atau jagur (Kuckuck et al., 1991). Populasi
poliploidi mempunyai kemampuan berkompetisi lebih baik dibanding moyang diploid
ditunjukkan dengan daerah penyebarannya yang luas (Karmana, 1989). Menurut Poehlman dan
Sleper (1995) poliploidi juga memberi peluang untuk merubah karakter suatu tanaman melalui
perubahan jumlah genom dan kontribusi gen-gen alelik pada karakter tertentu.
Teknik Induksi Poliploid
Induksi poliploid mempersingkat daur alami dari proses pembelahan inti.perlakuan
kejutan suhu (rendah atau tinggi) dapat melipatgandakan jumlah kromosom, pucuk yang keluar
dari penyatuan batang bawah dan okulasi pada sambungan kadang-kadang poliploid, demikian
pula dengan pucuk baru yang keluar dari tanaman yang dipotong pucuknya.
Induksi poliploid dengan menggunakan kolkisin merupakan teknik yang paling efektif.
Bahan ini mudah digunakan karena larut dalam air dan memproduksi sel-sel poliploid yang
sangat tinggi pada beberapa spesies tanaman. Kolkisin dapat diaplikasikan dengan berbagai cara,
antara lain dengan menempelkan kapas yang sudah diberi kolkisin pada mata tunas, perendaman
bagian tubuh tumbuhan dan dialirkan perlahan-lahan melalui tabung kecil yang ditancapkan
terbalik pada bagian tanaman.
Teknik perendaman biji pada larutan kolkisin menyebabkan terbentuknya tanaman baru
dengan jumlah kromosom yang telah mengganda. Apabila kolkisin ini diberikan pada mata tunas
seperti pada bunga mawar, akan memperlihatkan efek perubahan hanya pada cabang yang
diberikan perlakuan, sedangkan bagian tanaman yang lain akan tetap normal. Jumlah kromosom
biasanya akan mengganda dengan perlakuan kolkisin pada mata tunas.
Setiap spesies mempunyai tanggap yang berbeda terhadap konsentrasi kolkisin yang
digunakan dan lamanya perlakuan untuk mengubah komposisi kromosom. Perlakuan kolkisin
biasaanya mengakibatkan perbedaan tingkat ploidi dalam jaringan. Konsentrasi kolkisin, lama
perendaman, vigor tanaman, genotype, dan kondisi pertumbuhan berperan penting di dalam
keberhasilan perlakuan. Beberapa karakter penting dipengaruhi oleh penggandaan kromosom,
misalnya ketahanan terhadap penyakit menjadi meningkat.
Konsentrasi kolkisin yang digunakan biasanya antara 0.001 sampai 0.1 persen. Bagian
tanaman yang diberi perlakuan dapat berupa biji, jaringan meristem, atau stek batang (di tempat
pemotongan). Tidak semua bagian biji/tanaman yang diberi perlakuan menghasilkan poliploid
sehingga harus dilakukan seleksi.
Pengamatan pada tanaman poliploid dapat dilakukan melalui dua teknik pengamatan,
yaitu melalui pengamatan fenotipik secara makroskopik dan secara mikroskopik, yaitu
pengamatan jumlah kromosom, bentuk dan besar stomata, serta bentuk dan besar polen.
Selain itu, kriteria seleksi yang juga umum digunakan adalah:
1. Ukuran daun yang lebih besar.
a. Luas daun
b. Ukuran stomatanya lebih besar 10-30 persen secara linier. Pada dikotil berdaun lebar,
dalam hal ini diwakili oleh tanaman kedelai, stomata tersebar secara acak. Pada monokotil
diwakili oleh jagung dengan ciri daun sempit memanjang, stomata tersusun dalam baris-baris
teratur sejajar dengan panjang daun (pada umumnya stomata lebih banyak terdapat pada
epidermis sebelah bawah daun daripada sebelah atas, dan pada banyak jenis tumbuhan,
epidermis sebelah atas tidak terdapat stomata sama sekali).
2. Ukuran polen yang lebih besar dibandingkan dengan diploidnya.Mawar
2.4 Pengaruh kolkisin pada tanaman secara umum
Kolkisin (C22H25O6N) merupakan suatu alkaloid berwarna putih yang diperoleh dari umbi
tanaman Colchichum autumnale L. (Familia Liliaceae) (Suminah, et al., 2002), sedangkan
menurut Haryanti, et al. (2009) Kolkisin (C22H25O6N) merupakan alkaloid yang mempengaruhi
penyusunan mikrotubula, sehingga salah satu efeknya adalah menyebabkan penggandaan jumlah
kromosom tanaman (terbentuk tanaman poliploid).
Kolkisin sering digunakan untuk menginduksi tanaman poliploidi. Menurut Suryo
(1995), larutan kolkisin pada konsentrasi kritis tertentu akan menghalangi penyusunan
mikrotubula dari benang-benang spindle yang mengakibatkan ketidakteraturan pada mitosis.
Suminah (2005) juga menjelaskan bahwa kolkisin ini dapat menghalangi terbentuknya benang-
benang spindel pada pembelahan sel sehingga menyebabkan terbentuknya individu poliploidi.
Mansyurdin, et al. (2002) memaparkan bahwa semakin tinggi konsentrasi kolkisin makin tinggi
persentase sel yang tetraploid, tetapi persentase kematian kecambah makin tinggi pula.
BAB III
BAHAN DAN METODE
WAKTU DAN TEMPAT
Praktikum dilaksanakan pada tanggal 12 April 2012 pukul 13.00 WIB di depan Gedung
Budidaya S1 Fakultas Pertanian, Jatinangor – sumedang.
ALAT DAN BAHAN YANG DIPERGUNAKAN
Pemberian larutan kolkisin pada tunas mawar
1. Tanaman mawar
2. Larutan kolkisin dengan konsentrasi 0.05, 0.1, dan 0.15
3. Kapas
4. Pinset
5. Beker gelas
6. Plasti bening
7. Tali rapia
8. Label
LANGKAH KERJA
1. Siapkan lima sampel tanaman mawar untuk beberapa perlakuan. Tiga tanaman
untuk perlakuan kontrol, satu tanaman untuk perlakuan konsentrasi 0.05%, satu
tanaman untuk perlakuan konsentrasi 0.1%, dan satu tanaman untuk perlakuan
konsentrasi 0.15%
2. Pilih bakal tunas yang masih kecil pada ketiak antara batang dan tangkai daun
3. Batang dan daun yang tidak dipakai, dipangkas, kecuali tanaman mawar untuk
perlakuan control
4. Celupkan kapas kedalam larutan kolkisin 0.05%, 0.1%, dan 0.15%, tiriskan
sedikit ( menggunakan pinset )
5. Letakkan kapas jenuh kolkisin tersebut tepat diatas bakal tunas
6. Tutup dengan kantong plastic bening ikat bagian bawahnya dengan tali rapia
7. Beri label
8. Biarkan 24 jam
9. Plastik dibuka dan kapas diambil
10. Amati tunas yang muncul
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Tabel Pengamatan tanaman mawar sebelum perlakuan (pada tanggal 12 April 2012)
Raden Arif
K.
Sintong
Putra P.
Christyando
Saragih
Vitara
Octavenny
P.
Garetha
Damayanti
Muhammad
Andhika P.
Perlakuan Kontrol Kontrol Kontrol Kolkisin
0.05%
Kolkisin
0.1%l
Kolkisin
0.15%
Tinggi
tanaman
(cm)
12 cm 20,5 cm 21 cm 24 cm 24,5 cm 29,5 cm
Jumlah
daun
20 30 14 28
Jumlah duri 23 9 11 15
Jumlah
cabang
3 3 1 2
Jumlah
bunga
- - - -
Jumlah
petal bunga
- - - -
Tinggi
petal bunga
(cm)
- - - -
Lebar petal
bunga (cm)
- - - -
4.2 Tabel pengamatan tanaman mawar sesudah perlakuan ( pada tanggal 26 April 2012)
Raden Arif
K.
Sintong
Putra P.
Christyando
Saragih
Vitara
Octavenny
P.
Garetha
Damayanti
Muhammad
Andhika P.
Perlakuan Kontrol Kontrol Kontrol Kolkisin
0.05%
Kolkisin
0.1%l
Kolkisin
0.15%
Tinggi
tanaman
(cm)
23 cm 22, 5 cm 28 cm 31 cm
Jumlah
daun
28 24 16 35
Jumlah duri 26 5 13 22
Jumlah
cabang
3 3 2 2
Jumlah
bunga
- 1 - -
Jumlah
petal bunga
- 4 - -
Tinggi
petal bunga
(cm)
- 3 cm - -
Lebar petal
bunga (cm)
- 1,5 cm - -
4.3 Tabel pengamatan tanaman mawar sesudah perlakuan ( pada tanggal 10 Mei 2012 )
Raden Arif
K.
Sintong
Putra P.
Christyando
Saragih
Vitara
Octavenny
P.
Garetha
Damayanti
Muhammad
Andhika P.
Perlakuan Kontrol Kontrol Kontrol Kolkisin
0.05%
Kolkisin
0.1%l
Kolkisin
0.15%
Tinggi
tanaman
(cm)
26 cm 24 cm 30 cm 36 cm
Jumlah
daun
30 19 (daun
berguguran)
8 (daun
kering, layu
dan gugur)
4 2
Jumlah duri 30 9 13 27
Jumlah
cabang
3 3 2 2
Jumlah
bunga
1 2 1 (kuncup) -
Jumlah
petal bunga
4 Bunga 1 = 4
Bunga 2 = 4
- -
Tinggi
petal bunga
(cm)
1,4 cm Bunga 1 = 4
cm
Bunga 2 =
2,3 cm
- -
Lebar petal
bunga (cm)
1,2 cm Bunga 1 = 2
cm
Bunga 2 =
2,3 cm
- -
4.4 Tabel pengamatan mawar sesudah perlakuan (pada tanggal 24 Mei 2012)
Raden
Arif K.
Sintong
Putra P.
Christyando
Saragih
Vitara
Octavenny P.
Garetha
Damayanti
Muhammad
Andhika P.
Perlakuan Kontrol Kontrol Kontrol Kolkisin
0.05%
Kolkisin
0.1%l
Kolkisin
0.15%
Tinggi
tanaman
(cm)
12 cm 29 cm 23 cm 32 cm 39,5cm 29,5 cm
Jumlah
daun
21 (daun
berguguran
)
20 10 ( daun
tumbuh setelah
penyiraman)
50
Jumlah
duri
34 9 15 31
Jumlah
cabang
3 3 2 2
Jumlah
bunga
2 - 1 (kuncup) -
Jumlah
petal bunga
Bunga 1 =
4
Bunga 2 =
4
- - -
Tinggi
petal bunga
(cm)
Bunga 1 =
2,2 cm
Bunga 2 =
2 cm
- - -
Lebar petal
bunga (cm)
Bunga 1 =
1,8 cm
Bunga =
1,2 cm
- - -
4.5. Tabel Pengamatan tanaman mawar setelah perlakuan (pada tanggal 29 Mei 2012)
Sintong
Putra P.
Raden Arif
K.
Christyando
Saragih
Vitara
Octavenny
P.
Garetha
Damayanti
Muhammad
Andhika P.
Perlakuan Kontrol Kontrol Kontrol Kolkisin
0.05%
Kolkisin
0.1%
Kolkisin
0.15%
Tinggi
tanaman
(cm)
15 cm 32 cm 24, 5 cm 33 cm 41 cm 40 cm
Jumlah
daun
15 - (bunga
berguguran
)
- (daun
berguguran)
- ( kering
dan gugur)
54 24
Jumlah
duri
21 42 10 16 34 15
Jumlah
cabang
3 3 3 1 (cabang
patah)
2 1
Jumlah
bunga
- - (bunga
gugur)
- (bunga
berguguran)
- (bunga
gugur)
- -
Jumlah
petal bunga
- - - - - -
Tinggi
petal bunga
(cm)
- - - - - -
Lebar petal
bunga (cm)
- - - - - -
4.2 Pembahasan
Dari hasil praktikum kami dapat menarik kesimpulan bahwa pengaruh kolkisin dengan
beberapa perlakuan dalam hal ini pada konsentrasi kolkisin berpengaruh pada tanaman mawar :
1. Jumlah bunga
2. Diameter bunga
3. Tinggi tanaman
4. Jumlah duri
5. Jumlah daun
6. Jumlah cabang
7. Jumlah petal bunga
8. Lebar petal bunga
Dari praktikum ini membuktikan bahwa perubahan jumlah kromosom ini disebabkan oleh
pemberian kolkisin dengan konsentrasi kritis. Pemberian kolkisin pada konsentrasi kritis tersebut
dapat mencegah terbentuknya benang – benang mikrotubuli dari gelendong inti (benang –
benang spindel) sehingga perpindahan tahap metafase ke anafase tidak berlangsung dan
menyebabkan penggandaan kromosom tanpa terjadi penggandaan dinding sel.
Jika konsentrasi tersebut terus dipertahankan, makan penggandaan tersebut dapat terus
terjadi. Hal inilah yang pada akhirnya menyebabkan jumlah kromosom dalam inti menjadi lebih
banyak dibandingkan sebelumnya dan menghasil variasi tingkat ploidi pada kromosom ujung
akar bawang merah. Suryo (2005) menjelaskan bahwa apabila konsentrasi kritis kolkisin terus
dibiarkan maka akan terus terjadi pertambahan genom yang penambahannya mengikuti deret
ukur.
BAB V
KESIMPULAN
Daftar pustaka
Crowder, L. V. 1986. Genetika Tumbuhan. Gajah Mada University Press, Yogyakarta.
Schulz – Schaeffer, Jurgen. 1980. Cytogenetics – Plants, Animals, Humans. Springer – Verlag,
New York
Strickberger, Monroe W. 1976. Genetics 2nd ed. Macmillan Publishing Co, Inc, New York.