LAPORAN PRAKTIKUM TLC.docx
-
Upload
fresha-aflahul-ula -
Category
Documents
-
view
51 -
download
0
Transcript of LAPORAN PRAKTIKUM TLC.docx
LAPORAN PRAKTIKUM
KIMIA ORGANIK
EKSTRAKSI PIGMEN DAN ANALISA TLC - NYA
oleh :
Fresha Aflahul Ula (131810401042)
Yenny Febriana Ramadhan Abdi (131810401043)
Maulana Makhmud (131810401044)
Cahaya Ramadhani (131810401045)
Talitha Azza Meydina Putri (131810401046)
LABORATORIUM KIMIA ORGANIK
JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS JEMBER
2014
PERCOBAAN KE – 4 EKSTRAKSI PIGMEN DAN ANALISA TLC-NYA
Tujuan Percobaan
1. Mempelajari teknik pemisahan senyawa pigmen (karotenoid) dari sampel padatan.
2. Mempelajari teknik analisa thin layer chromatography (TLC)
Latar Belakang
Sebuah produk pasti memiliki kandungan yang berbeda – beda, terkadang kita
sulit untuk membedakan dengan benar tentang unsur / zat yang terkandung
didalamnya. Dengan adanya kemajuan teknologi kita dapat menentukan berbagai
kandungan / unsur zat didalam cairan. Adapun teknologi yang masih digunakan saat
ini seperti penerapan metode kromatografi. Tidak hanya suatu produk saja, melainkan
organisme hidup juga, seperti tumbuhan yang ada disekitar kita memiliki kandungan
berupa pigmen yang bermacam – macam.
Zat warna atau pigmen yang ada pada daun-daun tumbuhan dapat diketahui
dengan menggunakan metode Kromatografi dengan mengekstraksi pigmen yang ada
pada daun – daun tumbuhan. Praktikum yang dilakukan ini sangat bermanfaat dalam
menentukan dan mengetahui kandungan pigmen atau zat warna yang ada pada daun
tumbuhan dengan metode Kromatografi.
Prinsip Kerja
Kromatografi merupakan suatu teknik pemisahan yang menggunakan 2 fase
yaitu gerak dan diam serta mengkuantifikasi macam-macam komponen dalam suatu
campuran yang kompleks, baik komponen organik mauapun anorganik. Kromatografi
yang digunakan pada praktikum ini adalah Kromatografi Lapis Tipis atau yang biasa
kita kenal dengan TLC (Thin Layer Cromatografy), Kromatografi Lapis Tipis adalah
suatu teknik pemisahan yang sederhana dan banyak digunakan. Metode ini
menggunakan lempeng kaca atau lembaran plastik yang ditutupi penyerap untuk
lapisan tipis dan kering bentuk silika gel, alomina, selulosa dan polianida. Prinsip
Kromatografi Lapis Tipis adalah memisahkan sampel berdasarkan perbedaan
kepolaran antara sampel dengan pelarut yang digunakan, kromatografi lapis tipis
memiliki fase diam berupa sebuah lapis tipis silica atau alumina dan fase gerak
pelarut atau campuran pelarut (eluen) yang sesuai.
Alat
1. Mortar dan pestle
2. Spatula
3. Kertas saring
4. Gelas ukur
5. Chamber TLC
6. Pipet
7. Sinar UV
8. Pipa kapiler
Bahan
1. Puring, Daun Pandan dan Kunyit masing – masing sebanyak 5 gram
2. Aseton sebanyak 15 ml untuk 3 sampel
3. Pelarut aseton : heksena 3:7
Cara Kerja
a. Skema kerja
- dipotong kecil-kecil
- digerus menggunakan mortar dan pestle
- ditambahkan Aseton sebanyak 5 ml
- didekantasi larutan ekstrak tersebut sambil diperas menggunakan
kertas saring
- dimasukan ekstrak kedalam gelas ukur 5 ml
- disiapkan chamber TLC dan layer TLC (diberi batas pada tiap
bagian atas dan bagian bawah sebesar 0,5 cm)
Puring, Daun Pandan, Kunyit
- dituangkan pelarut aseton: heksena pada gelas ukur setinggi 0,5
cm
- ditempatkan layer TLC pada TLC chamber
- ditutup chamber TLC dan ditunggu pergerakan pelarut hingga
sampai batas yang telah ditentukan
- diamati pemisahan pigmen yang terjadi menggunakan sinar UV
- diukur jarak yang ditempuh substansi dan jarak tempuh pelarut
Prosedur Kerja
1. Preparasi sampel. Potong-potong kecil 5 gram sampel (daun, buah atau umbi)
yang sudah bersih dan kering (dengan jumlah air minimum). Gerus sampel
menggunakan mortar dan pestle dengan menambahkan aseton 5 mL.
Dekantasi larutan ekstrak sambil peras padatan yang tersisa menggunakan
spatula (pada dinding mortar) hingga ekstrak aseton maksimum yang
diperoleh atau gunakan bantuan kertas saring untuk memeras pasta tersebut.
2. Masukkan ekstrak dalam tabung reaksi atau vial 5 mL.
3. Siapkan chamber TLC dan tempatkan pelarut aseton:heksana (3:7) kira-kira
setinggi 0.5 cm. Tempatkan kertas saring ukuran tertentu, yang sebelumnya
telah ditotolkan sedikit sampel ekstrak ( 1 cm dari batas bawah kertas), pada
TLC chamber. Lalu tutup chamber dan tunggu pergerakan pelarut hingga
sampai batas atas ( 0.5 cm dari batas atas kertas). Ambil kertas saring
dengan menggunakan pinset dan keringanginkan.
4. Jika sudah kering, amati pemisahan pigmen yang terjadi pada kertas
menggunakan sinar UV. Ukur jarak yang ditempuh senyawa dan pelarut
tersebut. Hitung factor retensi (Rf) untuk masing-masing komponen.
Hasil
Waktu yang dibutuhkan
Preparasi Alat 30 menit
Proses ekstraksi pigmen untuk 3 sampel ± 50 menit
Pemisahan pigmen dan senyawa 15 menit
kimia pada sampel
Pengamatan dibawah sinar UV ±15 menit
Total waktu 1 Jam 50 menit
Data dan Perhitungan
Berat bahan
Daun Pandan : 5 gram
Puring : 5 gram
Kunyit : 5 gram
Perhitungan :
R f = Jarak substansi
Jarak ( panjang plat)
Keterangan :
R f Kunyit = 1,4 cm5 cm
x 100%
= 0,28 x 100%
= 28 %
R f Daun Pandan = 3,1 cm5 cm
x 100%
= 0,62 x 100%
= 62 %
R f Puring = 2,7 cm5 cm
x 100%
= 0,54 x 100%
= 54 %
Hasil
No Perlakuan Waktu Hasil
1. Ekstrak ditambah
aseton (dimulai dari
preparasi)
a. Kunyit
b. Daun Pandan
c. Puring
± 50 menit
Berwarna kuning orange
Berwarna hijau pekat
Berwarna ungu
2. Dimasukkan kedalam
Chamber TLC berisi
Aseton: Heksana 3:7
15 menit Pelarut Aseton : Heksana meresap
hingga batas atas
3. Diamati dengan sinar
UV
± 15 menit a. Ada perbedaan warna transparan
- Kunyit = ungu
- Daun Pandan = hijau
- Puring = kuning
b. Jarak Substansi
- Kunyit = 1,4 cm
- Daun Pandan = 3,1cm
- Puring = 2,7 cm
Dari dasar plat
Jenis Sampel Jarak Substansi Jarak Pelarut Rf
Daun Pandan 3,1 5 cm 0,62
Puring 2,7 5 cm 0,54
Kunyit 1,4 cm 5 cm 0,28
Pembahasan
Ekstraksi adalah suatu proses pemisahan dari bahan padat maupun cair dari
campurannya dengan bantuan pelarut. Pelarut yang digunakan harus dapat
mengekstrak substansi yang diinginkan tanpa melarutkan material lainnya. Proses
pengekstraksian dapat dilakukan dengan berbagai cara. Berkaitan dengan praktikum
yang telah dilakukan adalah menggunakan Ekstraksi Pigmen dengan menggunakan
Analisa TLC dengan bahan sampel dari tumbuhan. Ekstraksi pigmen adalah proses
proses pemisahan pigmen dari suatu bahan campurannya dalam
jaringan tumbuhan menggunakan suatu pelarut. Pigmen
merupakan zat warna yang terkandung pada tumbuhan. Setiap
tumbuhan memiliki kandungan pigmen yang berbeda – beda.
Berkaitan dengan ekstraksi pigmen, pada praktikum ini
menggunakan metode Kromatografi. Kromatografi merupakan suatu
teknik pemisahan yang menggunakan 2 fase yaitu gerak dan diam serta
mengkuantifikasi macam-macam komponen dalam suatu campuran yang kompleks
baik dalam komponen organik maupun komponen non organik. Kromatografi terdiri
dari berbagai macam jenisnya, tetapi yang digunakan pada praktikum ini adalah
Kromatografi Lapis Tipis atau TLC. Kromatografi Lapis Tipis adalah metode atau
teknik yang paling sederhana dan yang sering digunakan. Metode ini menggunakan
lempeng kaca atau lembaran plastik yang ditutupi penyerap untuk lapisan tipis dan
kering bentuk silika gel, alomina, selulosa dan polianida. Prinsip Kromatografi Lapis
Tipis adalah memisahkan sampel berdasarkan perbedaan kepolaran antara sampel
dengan pelarut yang digunakan. Kromatografi Lapis Tipis memiliki fase diam berupa
sebuah lapis tipis silika atau alumina dan fase gerak pelarut atau campuran pelarut
(eluen) yang sesuai.
Pertama, yang harus dilakukan adalah menyiapkan bahan dan alat, selanjutnya
memotong kecil- kecil sampel yang digunakan. Sampel yang digunakan berupa Daun
Pandan, Puring, dan Kunyit. Setelah dipotong, sampel ditimbang, masing – masing
sampel sebanyak 5 gram. Selanjutnya, ketiga sampel tersebut digerus dengan
menggunakan mortar dan pestle. Tujuan dari penggerusan ini adalah menghaluskan
sampel tersebut, sebab semakin halus bahan maka semakin luas permukaannya untuk
berkontak langsung dengan pelarut, sehingga zat yang akan terekstrak nantinya akan
semakin banyak pula.
Setelah digerus, selanjutnya ditambahkan Aseton sebanyak 5 ml untuk
masing- masing sampel. Penambahan Aseton ini bertujuan untuk melarutkan pigmen
yang ada pada sampel. Aseton bersifat semipolar, yang berarti Aseton mempunyai
gugus polar dan nonpolar didalamnya, sehingga menarik senyawa-senyawa pigmen
sampel yang mempunyai tingakat kepolaran yang berbeda. Aseton juga bersifat
mudah menguap, sehingga pada proses penambahan harus dilakukan dengan cepat
agar Aseton tidak habis menguap. Proses selanjutnya adalah penyaringan dengan
menggunakan kertas saring. Sampel diperas kedalam tabung reaksi dan segera setelah
proses penyaringan ditutup dengan dengan alumunium foil agar tidak
banyak aseton yang menguap. Tabung reaksi diletakkan secara
tegak dan dibiarkan agak lama, hal ini bertujuan agar didapat hasil
dekantasi yang sesuai dan dengan adanya dekantasi yang agak
lama tersebut dapat memisahkan kandungan air yang ada didalam
ekstrak dengan Aseton.
Langkah selanjutnya adalah prose menyiapkan Chamber TLC.
Dimulai dari mengisi bagian fase geraknya yakni pelarut Aseton :
Heksana (3:7). Fungsi Aseton dalam hal ini adalah sebagai pelarut
kertas pigmen sehingga warna pigmen yang diteteskan pada plat
dapat keluar, sedangkan fungsi heksana sebagai pelarut organik
non polar yang berfungsi dalam penentuan warna pigmen. Setelah itu
menyiapkan fase diamnya. Fase diamnya berupa lempengan tipis silika atau
alumina dengan ukuran yang sudah disesuaikan. Plat TLC mengandung
adsorben sillika gel, silika gel tersebut memadat dalam bentuk tetrahedral raksasa,
sehingga akan terbentuk ikatan yang kuat dan rapat. Adsorben silika gel mampu
menghasilkan proses pemisahan yang optimal dan Silika gel dapat membentuk ikatan
hidrogen di permukaannya, karena itu pada permukaannya terikat gugus hidroksil.
Silika gel sifatnya polar, jika fase gerak yang digunakan sifatnya non-polar, maka
pada saat campuran dimasukkan, senyawa-senyawa yang semakin polar akan
semakin lama tertahan di fase stasioner, dan senyawa-senyawa yang semakin tidak
(kurang) polar akan terbawa keluar kolom lebih cepat.
Selanjutnya plat diberi garis horizontal sebesar 0,5 cm dari atas dan bagian
bawah dari plat. Kemudian sampel selanjutnya ditotolkan pada Plat TLC dengan
menggunakan pipa kapiler. Setelah itu Plat TLC dimasukkan kedalam gelas beaker
yang terdapat chamber dan diletakkan secara tegak, hal ini bertujuan agar penyerapan
bisa sejalan dan kecepatan naiknya juga sama. Lalu, Chamber ditutup dengan
Aluminium Foil dan diamati pergerakan eluennya. Pada saat eluen sudah mencapai
batas atas, maka selanjutnya diangkat dan dikeringkan. Setelah kering diamati
dibawah sinar UV. Tampak bekas warna pigmen yang bergerak menuju batas atas.
Warna pigmen dari daun pandan adalah hijau keabu- abuan (klorofil/xanthofil),
warna pigmen dari puring adalah hijau seperti ungu muda (Anthoxianin), sedangkan
warna pigmen dari kunyit adalah kuning (β-karoten).
Struktur umum dari xanthofil adalah :
Xanthofil (C40H50O2) adalah bentuk karoten yang terhidroksilasi, kandungan xantofil
dalam daun hijau selalu dua kali lebih besar daripada karoten. Xanthofil memiliki
struktur yang mirip dengan karoten, hanya bedanya xantofil memiliki gugus OH pada
struktur sikliknya.
Struktur umum dari Anthoxianin adalah :
Struktur umum dari adalah (β-karoten) :
Karoten C40H56 adalah senyawa alkena dengan rantai panjang dari sistem ikatan
rangkap terkonjugasi. Karoten adalah non polar, akan tetapi mempunyai sifat dapat
mengubah bidang polarisasi. Dan β-Karoten merupakan senyawa organik
dan diklasifikasikan sebagai suatu terpenoid dan ini adalah pigmen
warna yang sangat berlimpah pada tanaman dan buah-buahan.
Setelah diamati dibawah sinar UV, selanjutnya menghitung nilai dari faktor
retensi dari masing-masing sampel. Hasilnya menunjukkan bahwa
nilai faktor retensi tertinggi terdapat pada daun pandan yang
mengandung pigmen klorofil, kemudian puring yang mengandung
pigmen Anthosianin dan terendah yaitu kunyit yang mengandung
pigmen β-Karoten. Pergerakan pelarut yang lebih cepat pada daun
pandan yang mengandung pigmen klorofil. Perbedaan kecepatan
antara ketiga sampel ini disebabkan karena masing-masing pigmen
mempunyai sifat kepolaran yang berbeda. Semakin pigmen
mempunyai polaritas yang tinggi maka pigmen tersebut lebih suka
berada pada fase diam daripada fase geraknya, sehingga
pergerakan pigmen lebih lambat, dan sebaliknya semakin rendah
tingkat kepolarannya, maka pigmen akan lebih berada pada fase
gerak daripada fase diamnya, sehingga menyebabkan pigmen
melaju lebih cepat. Berdasarkan literatur yang ada menjelaskan
bahwa senyawa yang lebih nonpolar akan terdistribusi lebih baik
pada pelarut yang bergerak sehingga akan melaju lebih cepat
dibandingkan senyawa yang lebih polar karena akan lebih tertahan
pada plat silikanya.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil dari praktikum yang telah dilakukan dapat
disimpulkan bahwa :
a. Daun pandan memiliki pigmen klorofil, puring memiliki
pigmen Anthosianin, dan kunyit memiliki pigmen β-Karoten.
b. Prinsip Kromatografi Lapis Tipis adalah memisahkan sampel berdasarkan
perbedaan kepolaran antara sampel dengan pelarut yang digunakan.
Kromatografi Lapis Tipis memiliki fase diam berupa sebuah lapis tipis silika
atau alumina dan fase gerak pelarut atau campuran pelarut (eluen) yang
sesuai.
c. Senyawa yang lebih nonpolar akan terdistribusi lebih baik
pada pelarut yang bergerak sehingga akan melaju lebih cepat
dibandingkan senyawa yang lebih polar karena akan lebih
tertahan pada plat silikanya.
Referensi
Adnan, N. 1997. Teknik Kromatografi untuk analisis bahan
makanan. Yogyakarta :
Andi.
Day, R.A dan Underwood, A.L. 1992. Analisis Kimia Kuantitatif Edisi 5. Jakarta :
Erlangga.
Ewing, Galen Wood. 1985. Instrumental of Chemical Analysis Fifth Edition.
Singapore : McGraw – Hill.
Saran
Sebaiknya praktikan dalam melakukan percobaan dengan hati –
hati. Dalam percobaan kali ini dihasilkan Rf / Retensi tertinggi hasil
praktikum adalah daun pandan, seharusnya niulai Rf yang paling
besar adalah kunyit. Apabila berhati – hati akan menghasilkan hasil
yang sama dengan literature