Laporan Skenario b Blok 18
Transcript of Laporan Skenario b Blok 18
-
7/29/2019 Laporan Skenario b Blok 18
1/33
LAPORAN TUTORIAL B
BLOK 18
Tutor : dr. Nur Aida Sri Wahyuni
Kelompok 11
Anugerah Ramadhan Putra 04101401005
Didy Kurniawan 04101401006
Novrilia Kumala Sari 04101401036
Jovita Kosasih 04101401060
Achmad Fitrah Khalid 04101401061
Atifatur Rachmania 04101401078
M. Izwan Iqbal Tyasta 04101401086
Yola Febriyanti 04101401092
Ayu Ratnasari 04101401097
Cinthya Farah Diba 04101401099
Dyaz Desimorianiaga 04101401130
Zariff Fahim Bin Jamil Khir 04101401134
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2013
-
7/29/2019 Laporan Skenario b Blok 18
2/33
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis haturkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya penulis
dapat menyelesaikan laporan tutorial skenario B blok 18 sebagai tugas kompetensi kelompok.
Shalawat beriring salam selalu tercurah kepada junjungan kita, nabi besar Muhammad SAW
beserta para keluarga, sahabat, dan pengikutnya hingga akhir zaman.
Penulis tak lupa mengucapkan terima kasih kepada tutor kelompok 11 yang telah
membimbing dalam pelaksanaan tutorial kali ini. Serta semua pihak yang telah membantu dalam
penyusunan laporan tutorial ini.
Semoga Allah SWT memberikan balasan pahala atas segala amal yang diberikan kepadasemua orang yang telah mendukung penulis dan semoga laporan tutorial ini bermanfaat tidak
hanya untuk penulis tetapi juga untuk orang lain dalam perkembangan ilmu pengetahuan di masa
yang akan datang. Laporan ini masih belum sempurna. Oleh karena itu, saran dan kritik pembaca
akan sangat bermanfaat bagi revisi yang senantiasa akan penulis lakukan.
Palembang, 22 April 2013
Penulis
-
7/29/2019 Laporan Skenario b Blok 18
3/33
BAB I
PENDAHULUAN
-Latar Belakang
Blok Pediatri dan Geriatri adalah blok 18 pada semester 6 dari Kurikulum Berbasis Kompetensi
(KBK) Pendidikan Dokter Umum Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya Palembang.
Pada kesempatan ini dilaksanakan tutorial studi kasus sebagai bahan pembelajaran untuk
menghadapi tutorial yang sebenarnya pada waktu yang akan datang
-Maksud dan Tujuan
Adapun maksud dan tujuan dari tutorial ini, yaitu :
Sebagai laporan tugas kelompok tutorial yang merupakan bagian dari sistem pembelajaranKBK di Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya Palembang.
Dapat menyelesaikan kasus yang diberikan pada skenario dengan metode analisis danpembelajaran diskusi kelompok.
Tercapainya tujuan dari metode pembelajaran tutorial dan memahami konsep dari skenarioini.
-
7/29/2019 Laporan Skenario b Blok 18
4/33
PEMBAHASAN
Data
Tutorial 1
Tutor : dr. Nur Aida Sri Wahyuni
Moderator : Zariff Fahim Bin Jamil Khir
Sekretaris : Novrilia Kumala Sari
Waktu : Senin, 22 April 2013
Rabu, 24 April 2013
-
7/29/2019 Laporan Skenario b Blok 18
5/33
Skenario B
Mrs Dahlia, a 36 years old woman had delivered her third child, a female newborn baby at a
private midwife clinic. The baby was born with normal delivery and cried spontaneously,
APGAR score was 6 for 1st
minute and 9 for 5th
minutes. At 3 hours of age, the baby became
hypoactive and thre was grunting, then the baby was referred to Mohammad Hoesin Palembang.
Mothers history wa taken from the midwife. She told that Mrs Dahlias pregnancy was fullterm.
The mother had premature ruptured of membrane 2 days ago and had bad smell green liquor.
Physical examination
Body weight was 3000 gram, body length was 49 cm, head circumference was 34 cm. The baby
was hypoactive, tachypnoe, and there was no sucking reflex. Respiratory rate was 78 bpm, with
chest indrawing, heart rate was 140 bpm, temperature was 380C. the breath sound was normal.
Other physical examination were normal.
I. Klarifikasi Istilah1. Newborn baby : bayi baru lahir kurang dari 28 hari2. APGAR Score : tes awal yang dilakukan pada bayi baru lahir pada satu menit setelah
kelahiran
3. Hypoactive : penurunan abnormal dari aktivitas motorik dan kognitif4. Grunting : suara pada akhir ekspirasi sering terdengar pada bayi baru lahir atau bayi
yang mengalami gawat nafas
5. Premature ruptured of membrane : pecahnya ketuban sebelum waktunya6. Private midwife clinic : klinik bidan7. Cried spontaneously :menangis spontan setelah lahir8. Smell green liquor :cairan ketuban berwarna hijau dan berbau9. No sucking reflex : tidak terdapat gerakan menghisap pada mulut bayi yang ditimbulkan
dengan menyentuhkan bibir atau kulit didekat mulut bayi
10.Tachypnoe : pernafasan sangat cepat , lebih dari 60x/menit11.Chest indrawing : tulang rusuk yang lebih rendah pada kedua sisi dada yang tertarik saat
anak bernafas
-
7/29/2019 Laporan Skenario b Blok 18
6/33
II. Identifikasi Masalah1. Bayi perempuan Ny. Dahlia(36 tahun), anak ketiga dilahirkan pervaginam dan menangis
spontan, skor APGAR pada menit pertama : 6, pada menit kelima : 9. Pada usia 3 jam,
bayi menjadi hipoaktif dan ada grunting.
2. Riwayat persalinan : cukup bulan tetapi dua hari yang lalu ketuban pecah dini dan cairanketubannya berwarna hijau dan berbau.
3. Pemeriksaan Fisik
III.Analisis Masalah1. a. Apa interpretasi skor APGAR dan bagaimana cara pemeriksaannya ?
APGAR score adalah metode penilaian bayi baru lahir sesaat setelah lahir, biasanya di
ukur pada satu menit dan lima menit setelah lahir, penilaian meliputi pernafasan, denyut jantung,
warna kulit, tonus otot, dan respon terhadap stimulus. Skor 10 merupakan skuor optimum. Bila
skornya rendah maka tes diulang dalan interval waktu tertentu.
Cara penilaian APGAR score
Score
Sign 0 1 2
Heart rate Absent
-
7/29/2019 Laporan Skenario b Blok 18
7/33
Pada kasus ini: Apgar score pada menit 1=6:terjadi asfiksis perinatal
Apgar score pada menit ke 5=9: vigorous baby, bayi dianggap sehat dan tidak
memerlukan tindakan istimewa.
c. Apa etiologi dan mekanisme bayi hipoaktif ?
Etiologi : hipoksia, keadaan sakit (demam karena sepsis) , serta gangguan pada otak dan
saraf.
Mekanisme :
Ketuban pecah dini infeksi asendeninfeksi pada amnionaspirasi cairan amnion
yang terinfeksi oleh janinseluruh jaringan paru dipenuhi oleh cairan yang
terinfeksiradang pada bronkus dan alveolusgangguan pertukaran gasoksigenasi ke
jaringan berkurang hipoaktif
d. Apa etiologi dan mekanisme grunting ?
Grunting merupakan tanda dari respiratory distress pada bayi baru lahir biasanya terjadi
bersamaan dengan nasal flaring dan retraksi intercostals atau subcostal.
Etiologi : transient tachypneu of the newborn, hyaline membrane disease, meconium
aspiration syndrome, air leak syndrome, pneumonia, congenital heart disease.
Mekanisme : suara yang keluar seperti merintih terjadi karena tertutupnya glottis selama
ekspirasi yang dapat meningkatkan kapasitas residu fungsional paru sebagai usaha untuk
meningkatkan ventilasi paru.
e. Bagaimana keadaan normal bayi umur 3 jam ?
TidurBBL biasanya tidur selama 20 menit4 jam dalam sekali tidur dalam waktu sampai
20 jam setiap harinya.
MenangisBBL mungkin akan menangis beberapa jam sehari. Ini adalah suatu cara utama bayi
untuk melakukan komunikasi: untuk member tahu orangtua atau pengasuhnya bahwa
mereka menginginkan sesuatu, atau ada sesuatu yang salah atau tidak nyaman
baginya.
-
7/29/2019 Laporan Skenario b Blok 18
8/33
RefleksDalam beberapa minggu pertama kehidupannya bayi akan mempertahankan posisi
tubuhnya seperti posisi di dalam kandungan (posisi janin) yaitu fleksi penuh pada
siku, panggul, dan lutut dan memposisikan anggota gerak untuk dekat dengan bagian
depan tubuh bayi. BBL juga memiliki berbagai macam refleks alamiah:
Rooting reflex: bayi akan menoleh ke arah akan diberikan minum dan diasudah siap untuk menghisap dengan menyentuh pipi bayi, akan menyebabkan
bayi member respons ini
Refleks menghisap: bila diletakkan sebuah benda di mulut bayi, maka bayisecara alami sudah siap untuk menghisap
Refleks terkejut: bayi akan menggerakkan tangan dan kakinya tiba-tiba bila iaterkejut. Biasanya respon ini disertai dengan menangis.
Refleks tonik: bayi memutar kepalanya ke satu sisi dan disertai gerakanlengan memegang pada sisi yang sama
Refleks memegang: bayi akan memegang dengan erat suatu benda yangdiletakkan pada telapak tangannya
Refleks melangkah/placing reflex: kaki bayi mencoba melangkah biladitegakkan atau bila kakinya disentuhkan pada permukaan yang keras
BernapasTidak jarang bayi mengalami napas irregular. Bayi dapat berhenti bernapas selama 5-
10 detik dan kemudian segera bernapas lagi.
PenglihatanBBL sesungguhnya dapat melihat tapi matanya masih tertutup karena masih terlalu
berat untuk memusatkan penglihatannya untuk pertama kali. Bayi dapat melihat
gerakan dan membedakan objek berwarna hitam atau putih.
MendengarBayi dapat membedakan berbagai suara.
f. Mengapa bayi mengalami hipoaktif dan grunting setelah 3 jam lahir ?
-
7/29/2019 Laporan Skenario b Blok 18
9/33
Bayi baru mengalami hipoaktif grunting setelah 3 jam lahir, hal tersebut bisa dikarenakan
pada menit pertama terjadi asfiksia perinatal namun telah dilakukan resusitasi sehingga
pada menit ke-5 APGAR score membaik ( dari 6 menjadi 9). Pada kasus ini, bayi
kemungkinan telah teraspirasi cairan ketuban yang terinfeksi proses peradangan
pada alveolus yang baru menimbulkan gejala hipoaktif dan merintih pada 3 jam setelah
lahir.
2. a. Bagaimana hubungan usia ibu dengan ketuban pecah dini dan cairan ketuban hijau danberbau?
Usia ibu diatas 35 tahun meningkatnya resiko gangguan pertumbuhan intrauterine ,
resiko abnormalitas kromosom. Tetapi pada kasus ini gangguan tersebut tidak ada,
sehingga tidak ada hubungan antara usia ibu dengan keadaan bayi pada kasus ini.
b. Bagaimana interpretasi cairan ketuban berwarna hijau dan berbau ?
Korioamnionitis menyebabkan cairan amnion berubah menjadi keruh dan berbau.
KPD menyebabkan oligohidramnion sehingga bayi menjadi hypoxia, ini merangsang
vagal reflex sehingga bayi defekasi. Selain itu, aspirasi amnion yang terinfeksi juga
mengakibatkan defekasi Keluarnya mekoniumcairan ketuban menjadi berwarna
hijau
Keadaan normal cairan amnion :
1.pada usia kehamilan cukup bulan, volume 1000-1500 cc.2.keadaan jernih agak keruh3.steril4.bau khas, agak manis dan amis5. terdiri dari 98-99% air, 1-2% garam-garam anorganik dan bahan organik (protein
terutama albumin), runtuhan rambut lanugo, vernix caseosa dan sel-sel epitel.
6.sirkulasi sekitar 500 cc/jam
c. Apa etiologi dan mekanisme ketuban pecah dini ?
- Infeksi
-
7/29/2019 Laporan Skenario b Blok 18
10/33
Infeksi yang terjadi secara langsung pada selaput ketuban maupun asenderen dari
vagina atau infeksi pada cairan ketuban bisa menyebabkan terjadinya KPD.
- Servik yang inkompetensia, kanalis sevikalis yang selalu terbuka oleh karenakelainan pada servik uteri (akibat persalinan, curetage).
- Tekanan intra uterin yang meninggi atau meningkat secara berlebihan (overdistensiuterus) misalnya trauma, hidramnion, gemelli. Trauma oleh beberapa ahli disepakati
sebagai faktor predisisi atau penyebab terjadinya KPD. Trauma yang didapat
misalnya hubungan seksual, pemeriksaan dalam, maupun amnosintesis
menyebabakan terjadinya KPD karena biasanya disertai infeksi.
- Kelainan letak, misalnya sungsang, sehingga tidak ada bagian terendah yangmenutupi pintu atas panggul (PAP) yang dapat menghalangi tekanan terhadap
membran bagian bawah.
- Keadaan sosial ekonomi- Faktor lain
i. Faktor golongan darahii. Akibat golongan darah ibu dan anak yang tidak sesuai dapat
menimbulkan kelemahan bawaan termasuk kelemahan jarinngan kulit
ketuban.
iii. Faktor disproporsi antar kepala janin dan panggul ibu.iv. Faktor multi graviditas, merokok dan perdarahan antepartum.v. Defisiensi gizi dari tembaga atau asam askorbat (Vitamin C)
d. Apa akibat dari ketuban pecah dini ?
Ketuban pecah dini menyebabkan hubungan langsung antara dunia luar dan ruangan
dalam rahim, sehingga memudahkan terjadinya infeksi asenden. Makin lama periode
laten makin besar kemungkinan infeksi dalam rahim, persalinan prematuritas danselanjutnya meningkatkan kejadian kasakitan dan kematian janin dalam rahim.
(Manuaba,2001)
-
7/29/2019 Laporan Skenario b Blok 18
11/33
-Infeksi
Ini karena selaput ketuban yang robek menjadi pintu masuk bagi kuman kuman, ibu
menjadi demam dan bayi terinfeksi
-Kelahiran premature
Pada kehamilan yang masih belum cukup bulan, pecahnya ketuban akan merangsang
kontraksi sehingga terjadi pembukaan jalan lahir dan bayi terlahir sebelum aktunya. Bila
ketuban sudah dinyatakan habis oleh dokter atau bidan, maka kondisi bayi dalam keadaan
waspada infeksi, oleh karena itu bayi sebaiknya dilahirkan jika sudah memenuhi
ketentuan untuk mengakhiri kehamilan dengan dirangsang ( induksi )obat atau infus,
bahkan ada beberapa kasus yang harus dilakukan seksio sesarea.
3. a. Apa interpretasi pemeriksaan fisik ?Pemeriksaan Kasus Normal Interpretasi
Berat badan 3000 g 2500-4000 g (aterm) Sesuai dengan usia
kehamilan
Panjang badan 49 cm 36 minggu = 45 cm
40 minggu = 50 cm
Sesuai dengan usia
kehamilan
Lingkar kepala 34 cm 31-36 cm (aterm) Sesuai dengan usia
kehamilan
Respiratory
rate
78 bpm 4060 X/menit Takipneu: kompensasi darikekurangan O2 dalam tubuh
Temperature 38 derajatcelcius
3637,5 derajat celcius meningkat
Heart rate 140 bpm 120160X/menit normal
b. Bagaimana mekanisme abnormal pada pemeriksaan fisik ?
-
7/29/2019 Laporan Skenario b Blok 18
12/33
Hypoactive akibat kurang suplai O2 ke jaringan otot dan bisa jadi karena adanyagangguan saraf V, VII dan XII yang disebabkan oleh sepsis
Tacypneu abnormal (lebih 60x/menit) kompensasi dari kekurangan oksigendalam tubuh
Sucking reflex (-) abnormal akibat suplai O2 ke otot sekitar mulut kurang Intercostal retraction abnormal akibat usaha bernapas yang lebih
4. Bagaimana fisiologi sistem imun bayi baru lahir ?1) Sistem imunitas seluler
Sel PMN mempunyai kemotaksis terbatas, menurunnya mobilisasi reseptor
permukaan sel, kemampuan bakterisidal yang amat terbatas, dan fagositosis normal.
Sel limfosit T telah berfungsi normal pada gestasi muda tetapi belum dapat
memberikan respons terhadap antigen asing yang spesifik, hal ini menyebabkan bayi
rentan terhdap infeksi jamur dan virus, meningkatnya jumlah T supresor dapat
mengurangi produksi antibody sewaktu antenatal.
2) Sistem imunitas humoralKadar IgG pada neonatus tergantung dari transport aktif melalui plasenta oleh karena
semua tipe IgM, IgA dan IgE tidak melalui plasenta, karena itu pada neonatus
jumlahnya kurang. Antibodi yang ditransfer ke janin, akan menjadi pelindung
terhadap infeksi spesifik yang pernah di derita ibu sebelumnya. Secara kuantitatif
jumlah IgG jelas kurang pada bayi Berat lahir rendah, karena sebagian besar IgG
dtransfer melalui plasenta sesudah 32 minggu kehamilan; maka jumlah IgG pada bayi
kurang bulan sangat rendah dibanding bayi cukup bulan. Jumlah ini berkurang pada
pada beberapa bulan pertama sesudah lahir, keadaan ini disebut
hipoimunoglobulinemia fisiologis pascanatal. hal ini merupakan faktor resiko
terjadinya infeksi nosokomial pada masa neonatal.
-
7/29/2019 Laporan Skenario b Blok 18
13/33
5. Apa DD pada kasus ini?
6. Bagaimana penegakan diagnosis dan WD pada kasus ini?Penegakan Diagnosis
a. Anamnesis Ibu mengalami ketuban pecah dini 2 hari sebelum melahirkan, kehamilan aterm Ketuban yang berwarna hijau dan berbau Bayi lahir 3 jam yang lalu secara spontan dengan BB 3000 gram Skor APGAR 5 pada menit 1 dan 9 pada menit 5Anamnesis tambahan yang diperlukan :
Riwayat obstetric Kapan ketuban pecah? Keadaan air ketuban? Adakah mekonium? Riwayat penyakit infeksi ibu selama masa kehamilan? Nutrisi ibu selama masa kehamilan? Ada/ tidaknya demam? Usia orang tua?
Sign and
symptom
Bronkopneumonia,
Sepsis neonatorum
MAS
Grunting + +
Cyanosis -/+ +
Menangis
spontan
+ -
APGAR
(asfiksia)
Sedang
ringan
Berat
Sucking reflex - -
Retraksi ddg
dada
+ +
Faktor resiko infeksi ibu Postterm
-
7/29/2019 Laporan Skenario b Blok 18
14/33
Riwayat persalinan sebelumya, apakah ada anaknya yang sebelumnya yangmengalami infeksi neonatus?
Apakah ibu ada demam (>38c/100.4f)? Apakah ada infeksi i traktus genitor urinary? Apakah ada nyeri tekan uterus ?b. Pemeriksaan fisik Bayi hipoaktif dan takipnea Tidak ada refleks menghisap Terdapat retraksi dinding dada Suhu tubuh bayi Auskultasi paru (ada rongki atau tidak)c. Pemeriksaan tambahan Evaluasi gawat napas dengan Downes Score Arterial Blood Gas (gas darah) : mengukur O2, CO2 dan pH darah Pemeriksaan Darah : RBC, Leukosit, trombosit, Hb, Rasio neutrofil imatur dan
neutrofil total (rasio I/T)
X-rayGambaran radiologi khas pada bronkopneumonia adalah honey comb appearance.
Kultur darah C-Reactive protein Pungsi Lumbal, dengan indikasi :
- Kultur darah positif- Ada gejala dan tanda gangguan neurologis
Diagnosis Kerja
Bayi perempuan Ny. Dahlia, cukup bulan, sesuai masa kehamilan, lahir spontan
dengan gangguan pernapasan et causa suspek bronkopneumonia dan sepsis
neonatorum
7. Bagaimana epidemiologi pada kasus ini?Bronkopneumonia:
-
7/29/2019 Laporan Skenario b Blok 18
15/33
5-50 per 1000 kelahiran hidup Frekuensi lebih tinggi pada kondisi korioamnionitis maternal, prematuritas, dan
adanya mekonium pada cairan ketuban
Merupakan faktor kontribusi sebanyak 10-25% dari seluruh kematian neonatus.Sepsis neonatorum:
- 1-10 per 1000 kelahiran hidup
8. Apa etiologidan factor resiko pada kasus ini?Bronkopneumonia:
- EtiologiBakteri Streptococcus B, E.Coli, Streptococcus anaerob Spesies bakteroides,
Respiratory syntical virus, virus influenza, virus sitomegalik, Jamur : Citoplasma
Capsulatum, Criptococcus Nepromas, Blastomices Dermatides, Cocedirides
Immitis, Aspergillus Sp, Candinda Albicans, Mycoplasma Pneumonia, Aspirasi
benda asing. Faktor lain yang mempengaruhi timbulnya Bronchopnemonia adalah
daya tahan tubuh yang menurun misalnya akibat malnutrisi energi protein (MEP),
penyakit menahun, pengobatan antibiotik yang tidak sempurna.
-
Faktor resiko :Persalinan lama, persalinan dengan tindakan, ketuban pecah dini, airketuban bau dan kental, infeksi TORCH, ibu menderita eklampsia
Sepsis neonatorum:
- Etiologi : sepsis primer biasanya disebabkan oleh Streptokokus Grup B, kuman ususgram negative, terutama Escherechia coli, Listeria monocytogenes, Stafilokokus,
Streptokokus, kuman anaerob, danHaemophilus influenza
- Factor resiko : prematuritas dan berat badan lahir rendah, ketuban pecah dini (> 18jam), ibu demam pada masa peripartum atau ibu dengan infeksi misalnya
khorioamnionitis, infeksi saluran kencing, cairan ketuban hijau keruh dan berbau,
kehamilan kembar, perawatan di NICU, dll.
9. Bagaimana patogenesis pada kasus ini?
-
7/29/2019 Laporan Skenario b Blok 18
16/33
PROM
Infeksi ascenden
dari traktus
genitalia ibu
Bronkopneumonia
Respiratory
Distress
Organisme masuk ke
pembuluh darah
Chorioamnionitis
Sepsis neonatorum
Cairan amnion
masuk ke saluran
nafas janin
Manifestasi klinis:
- Demam- Hipoaktif- Takipnea- Chest indrawing- Grunting- No sucking
reflex
BBL, perempuan,
BCB, SMK, Berat
Badan Lahir
Normal
Tidak diberi
antibiotika
profilaksis
-
7/29/2019 Laporan Skenario b Blok 18
17/33
10.Apa manifestasiklinis pada kasus ini?Bronkopneumonia:
- tidak ada reflex menghisap- Gelisah- Letargi- Frekuensi pernapasan meningkat- Muntah- diare- Suhu tubuh meningkat- Pada pemeriksaan fisik didapatkan : Inspeksi : pernafasan cuping hidung(+),
sianosis sekitar hidung dan mulut, retraksi sela iga. Palpasi : Stem fremitus yang
meningkat pada sisi yang sakit. Perkusi : Sonor memendek. Sering tidak dijumpai
adanya kelainan Auskultasi : Suara pernafasan mengeras ( vesikuler mengeras
)disertai ronki basah gelembung halus sampai sedang.
Sepsis neonatorum:
- Letargi, iritabel- Tampak sakit- Kulit berubah berwarna keabu-abuan, gangguan perfusi, sianosis, pucat, kulit bintik-
bintik tidak rata
- Suhu tidak stabil demam atau hipotermi- Perubahan metabolic hipoglikemia atau hiperglikemia, asidosis metabolic- Gejala kardiopulmonal : gangguan pernapasan (merintih, nafas cuping hidung,
retraksi, takipnu)
- Gejala gastrointestinal: toleransi minum yang buruk, muntah, diare, kembung denganatau tanpa adanya bowel loop
11.Bagiamana tatalaksana pada kasus ini?Bronkopneumonia
-
7/29/2019 Laporan Skenario b Blok 18
18/33
Pengobatan :
IVFD dekstrose 7,5% atau 10% + NaCl 15% 6cc diberikan kebutuhan Antibiotika
o Ampisilin, 100mh/kgBB/hari dalam 3-4 dosiso Gentamisin, 2,5 mg/kgBB/18 jam bila BB > 2000 gram
2,5 mg/kgBB/24 jam bila BB < 2000 gram
Bila umur > 7 hari berikan tiap 12-18 jam
o Lama pemberian antara 710 hario Bila tidak ada perbaikan dalam 2 hari, ganti antibiotika dengan ceftazidime
dosis 50mg/kgBB/hari dibagi 2 dosis
Sepsis Neonatorum
Pengobatan :
o Antibiotika Ceftazidime 50 mg/kgBB/hari dibagi dalam 2 dosis Bila tidak ada perbaikan klinis dalam 48 jam / keadaan umum
makin memburuk, pertimbangkan pindah ke antibiotika yang lebih
poten.
e.g. : Meropenem 20 mg/kgBB i,v, tiap 8 jam atau sesuai hasil tes
resistensi
Antibiotika diberikan 710 hari (setelah klinis membaikdilanjutkan 5 hari lagi)
o Pemberian cairan Bila ada tanda dehidrasi, atasi dehidrasi IVFD Dekstrose 7,5% atau 10% 500cc dalam NaCl 15% 6cc
dengan jumlah sesuai kebutuhan bayi
Bila belum bisa makan peroral beri larutan asam amino 2-3g/kgBB/hari.
Bila sudah bisa makan peroral beri ASI atau susu formula
-
7/29/2019 Laporan Skenario b Blok 18
19/33
Pengobatan suportif
Oksigen intranasal 1-2 liter/menit bila sianosis Bila ada apnu disertai bradikardi dan sianosis > 2 episode/hari, cari
etiologinya yaitu hipoglikemia, hiponatremia, dll.
Dapat dipertimbangkan pernapasan mekanik Beri injeksi vitamin K 0.5-1.0 mg IM
12.Apa komplikasi pada kasus ini?Komplikasi bronkopneumonia:
Efusi pleura
Empyema Infeksi sistemik dengan foci metastatic Persistent pulmonary hypertension of the newborn (PPHN) Air leak syndrome (pneumotoraks, pneumomediastinum, pneumopericardium,
pulmonary interstitial emphysema)
Hipoperfusi Penyakit paru kronis
Komplikasi sepsis neonatorum:
Meningitis Gagal napas Gagal jantung Gagal ginjal Hipertensi pulmonal Syok Disfungsi hepar Edema / thrombosis serebri Insufisiensi dan/atau perdarahan adrenal Disfungsi sumsum tulang DIC (disseminated intravascular coagulation)
-
7/29/2019 Laporan Skenario b Blok 18
20/33
13.Bagaimana prognosis pada kasus ini?Dubia ad bonam jika didiagnosis dan diberikan terapi lebih dini dan tepat
14.Apa KDU pada kasus ini?3B Mampu membuat diagnosis klinik berdasarkan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
pemeriksaan tambahan yang diminta oleh dokter (misalnya : pemeriksaan laboratorium
sederhana atauX-ray). Dokter dapat memutuskan dan memberi terapi pendahuluan, serta
merujuk ke spesialis yang relevan (kasus gawat darurat).
IV. HipotesisBayi perempuan Ny. Dahlia, cukup bulan, sesuai masa kehamilan, lahir spontan
dengan gangguan pernapasan et causa suspek bronkopneumonia dan sepsis neonatorum
V. Kerangka Konsep
Anamnesis
Riwayat ibu dan persalinan: 36thn,
aterm, premature ruptured of
membrane dua hari yang lalu dan
terdapat cairan hijau berbau
Riwayat bayi: lahir normal,
menangis spontan., skor APGAR 6
pada menit 1, 9 pada menit 5.
3 jam lahir: hipoaktif, grunting,
Pemeriksaan Fisik
BBlahir: 3000 gram, PB:
49cm, LK: 34cm.
Hipoaktif, takipneu, tidak ada
reflex isap. RR :: 78x/menit
dengan retraksi dinding dada,
HR: 140x/menit, T: 380C .
Respiratory Distress et causa suspekbronkopneumonia dan sepsis neonatorum
-
7/29/2019 Laporan Skenario b Blok 18
21/33
VI. Sintesis
KETUBAN PECAH DINI
Ketuban atau cairan amnion adalah cairan yang memenuhi rahim yang diproduksi sel
sel trofoblas. Cairan ini merupakan sumber makanan janin dalam kandungan. Sejak berusia 12
minggu, janin mulai minum air ketuban dan mengeluarkannya melalui air seni. Cairan itu berada
dalam kantung, yang disebut kantung ketuban, yang terdiri dari jaringan tipis kurang dari 1
milimeter.
Dinding kantung ketuban tidak berisi pembuluh darah sehingga tidak ada perdarahan
ketika pecah. Ketika usia kehamilan semakin tua, dinding ketuban semakin tipis namun masih
cukup kuat menahan tekanan yang semakin besar dari janin, sampai saat waktu persalinan.
Bahkan ada dinding ketuban yang harus dipecahkan dokter bila saat persalinan ketuban belum
pecah. Disebut ketuban pecah dini atau premature rupture of membrane, jika ketuban pecah
sebelum benarbenar masuk dalam tahap persalinan. Ada juga yang disebut preterm premature
rupture of membrane, yakni ketuban pecah saat usia kehamilan belum masa aterm atau
kehamilan di bawah 3842 minggu.
Ada beberapa faktor yang membuat ketuban pecah sebelum waktunya:
1. lnfeksi yang biasanya berawal dari kemaluan, lalu naik ke mulut rahim, leher rahim, dandinding ketuban. Dinding ketuban paling bawah merupakan bagian yang paling rentan karena
mendapat tekanan dari bobot janin, dan juga yang pertama mendapat infeksi dari kemaluan.
2. Gangguan pada leher rahim (cervix incompetence) sehingga dinding ketuban paling bawah
mendapatkan tekanan yang semakin tinggi.
3. Posisi plasenta di bawah. Posisi plasenta yang baik di sebelah atas agak ke kiri atau kanan
sedikit.
4. Tindakan invasif ke leher rahim, misalnya karena pemeriksaan medis atau upaya
pengguguran.
-
7/29/2019 Laporan Skenario b Blok 18
22/33
5. Gangguan terhadap jaringan kolagen penyangga dinding
amnion, misalnya kebiasaan merokok dan minum alkohol.
6. Tekanan di dalam rahim meningkat karena cairan ketuban berlebihan, kehamilan kembar,
janin yang besar, atau adanya kelainan anatomis pada janin.
Pada kasus ketuban pecah dini, dokter akan meminta ibu hamil beristirahat total. Dokter juga
akan memberikan obat untuk mencegah kontraksi sehingga janin selama mungkin dipertahankan
dalam rahim sampai menjelang datangnya waktu persalinan atau masa aterm.
Janin diusahakan bertahan sampai minimal 36 minggu kehamilan dan diharapkan janin sudah
siap bila terpaksa harus dilahirkan. Kehamilan dengan ketuban pecah dini biasanya berujung
kepada persalinan dengan bantuan atau operasi cesar.
INFEKSI NEONATUS
Penyakit infeksi pada neonatus merupakan penyebab penting dalam morbiditas dan
mortalitas neonatus. Belum sempurnanya sistim pertahanan tubuh neonatus, memudahkan
terjadinya infeksi yang bersifat sitemik Infeksi pada neonatus dapat disebakan oleh bakteri, virus
maupun parasit.
Infeksi pada neonatus dapat digolongkan menjadi 2 kelompok, yaitu infeksi kongenital
(infeksi yang terjadi pada periode intrauterin)dan infeksi perinatal (infeksi pada saat intrapartum
dan sesudah lahir).
Infeksi bakteri pada neonatus yang dapat bersifat kongenital maupun didapat biasanya
merupakan penyebab sepsis dan meningitis dengan angka morbiditas dan mortalitas yang tinggi.
Infeksi parasit dan virus biasanya dapat menimbulkan kelainan/kecacatan secara kongenital
seperti infeksi toksoplasma, rubela, herpes ( TORCH infection ).
Etiologi
- Infeksi bakterial
-
7/29/2019 Laporan Skenario b Blok 18
23/33
Banyak bakteri dapat menyebabkan infeksi sistemik dengan infeksi dapat bersifat
kongenital maupun didapat seperti : Lysteria spp, Mycobacterium tuberkulosis, E coli,
pneumokokus, salmonela, enterokokus, streptokokus (sering Group B Streptococcus/
GBS )dan stafilokokus, Pseudomonas spp dan Klebsiella. Selain menyebabkan infeksi
sistemik, infeksipun dapat bersifat lokal seperti terjadinya infeksi kulit,pneumoni,
osteomielitis, artritis, otitis media, infeksi pada saluran pencernaan dan urogenital.
- Infeksi virusYang sering menyebabkan infeksi kongenital/transplasenta antara lain CMV/Cytomegalo
virus, Rubella, Parvo virus, HIV. Sedangkan yang sering menyebabkan infeksi yang
didapat antara lain Herpes simplex virus, Varicella-zoster virus, hepatitis,
RSV/Respiratory syncial virus.
- Infeksi parasit / jamurSering disebabkan oleh kandida yang dapat bersifat infeksi lokal maupun sistemik,
infeksi biasanya adalah infeksi yang didapat. Infeksi kongenital yang sering ditemukan
adalah toxoplasma dan syphilis, keduanya sering menimbulkan kelainan/cacat kongenital.
SEPSIS NEONATORUM
Sepsis neonatorum sampai saat ini masih merupakan masalah utama di bidang pelayanan
dan perawatan neonatus. Menurut perkiraan World Health Organization (WHO), terdapat 5 juta
kematian neonatus setiap tahun dengan angka mortalitas neonatus (kematian dalam 28 hari
pertama kehidupan) adalah 34 per 1000 kelahiran hidup, dan 98% kematian tersebut berasal dari
negara berkembang.1 Secara khusus angka kematian neonatus di Asia Tenggara adalah 39 per
1000 kelahiran hidup.2 Dalam laporan WHO yang dikutip dari State of the worlds mother 2007
(data tahun 2000-2003) dikemukakan bahwa 36% dari kematian neonatus disebabkan oleh
penyakit infeksi, diantaranya : sepsis; pneumonia; tetanus; dan diare. Sedangkan 23% kasus
disebabkan oleh asfiksia, 7% kasus disebabkan oleh kelainan bawaan, 27% kasus disebabkan
oleh bayi kurang bulan dan berat badan lahir rendah, serta 7% kasus oleh sebab lain.3 Sepsis
neonatorum sebagai salah satu bentuk penyakit infeksi pada bayi baru lahir masih merupakan
-
7/29/2019 Laporan Skenario b Blok 18
24/33
masalah utama yang belum dapat terpecahkan sampai saat ini. WHO juga melaporkan case
fatality ratepada kasus sepsis neonatorum masih tinggi, yaitu sebesar 40%. Hal ini terjadi karena
banyak faktor risiko infeksi pada masa perinatal yang belum dapat dicegah dan ditanggulangi.4
Selanjutnya dikemukakan bahwa angka kematian bayi dapat mencapai 50% apabila
penatalaksanaan tidak dilakukan dengan baik
Sepsis neonatorum adalah sindrom klinik penyakit sistemik, disertai bakteremia yang
terjadi pada bayi dalam satu bulan pertama kehidupan. Angka kejadian sepsis neonatal adalah 1-
10 per 1000 kelahiran hidup. Sepsis neonatal dapat terjadi secara dini, yaitu pada 5-7 hari
pertama dengan organisme penyebab didapat dari intrapartum atau melalui saluran genital ibu.
Sepsis neonatal dapat terjadi setelah bayi berumur 7 hari atau lebih yang disebut sepsis lambat,
yang mudah menjadi berat dan sering menjadi meningitis. Sepsis nosokomial terutama terjadi
pada bayi berat lahir sangat rendah atau bayi kurang bulan dengan angka kematian yang sangat
tinggi. Karena masih tingginya angka kematian sepsis neonatal, tatalaksana yang utama adalah
upaya pencegahan dengan pemakaian proteksi di setiap tindakan terhadap neonatus, termasuk
pemakaian sarung tangan, masker, baju dan kacamata debu serta mencuci segera tangan dan kulit
yang terkena darah atau cairan tubuh lainnya.
Insidensi sepsis neonatorum beragam, dari 1-4/1000 kelahiran hidup di negara maju
dengan fluktuasi yang besar sepanjang waktu dan tempat geografis. Keragaman insiden dari
rumah sakit ke rumah sakit lainnya dapat dihubungkan dengan angka prematuritas, perawatan
prenatal, pelaksanaan persalinan, dan kondisi lingkungan di ruang perawatan. Angka sepsis
neonatorum meningkat secara bermakna pada bayi dengan berat badan lahir rendah dan bila ada
faktor resiko ibu ( obstetrik ) atau tanda- tanda koriamnionitis, seperti ketuban pecah lama ( > 18
jam ), demam intrapartum ibu (> 37,5C ), leukositosis ibu (>18000/mm3), pelunakan uterus dan
takikardi janin (>180 kali/menit). Faktor resiko host meliputi jenis kelamin laki-laki, cacat imun
didapat atau kongenital, galaktosemia ( Escherichia coli) pemberian preparat besi intramuskuler (
E.coli), anomali kongenital (saluran kencing, asplenia, myelomeningokel, saluran sinus),
omfalitis dan kembar (terutama kembar kedua dari janin yang terinfeksi). Prematuritas
merupakan faktor resiko baik pada sepsis awal maupun lanjut.
-
7/29/2019 Laporan Skenario b Blok 18
25/33
Penyakit didapat dari intrapartum, atau melalui saluran genital ibu. Pada keadaan ini
kolonisasi patogen terjadi pada periode perinatal. Beberapa mikroorganisme penyebab, seperti
treponema, virus, listeria dan candida, transmisi ke janin melalui plasenta secara hematogenik.
Cara lain masuknya mikroorganisme, dapat melalui proses persalinan. Dengan pecahnya selaput
ketuban, mikro-organisme dalam flora vagina atau bakteri pathogen lainnya secara asenden dapat
mencapai cairan amnion dan janin. Hal ini memungkinkan terjadinya khorioamnionitis atau
cairan amnion yang telah terinfeksi teraspirasi oleh janin atau neonatus, yang kemudian berperan
sebagai penyebab kelainan pernapasan. Adanya vernix atau mekoneum merusak peran alami
bakteriostatik cairan amnion. Akhirnya bayi dapat terpapar flora vagina waktu melalui jalan
lahir. Kolonisasi terutama terjadi pada kulit, nasofaring, orofaring, konjungtiva, dan tali pusat.
Trauma pada permukaan ini mempercepat proses infeksi. Penyakit dini ditandai dengan kejadian
yang mendadak dan berat, yang berkembang dengan cepat menjadi syok sepsis dengan angka
kematian tinggi. Insidens syok septik 0,1-0,4% dengan mortalitas 15-45% dan morbiditas
kecacatan saraf.
Berdasarkan umur dan onset / waktu timbulnya gejala-gejala, sepsis neonatorum dibagi
menjadi dua:
1) Early onset sepsis neonatal / sepsis awitan awal dengan ciri-ciri:
* Umur saat onset mulai lahir sampai 7 hari,biasanya
* Penyebab organisme dari saluran genital ibu.
* Organisme grup B Streptococcus, Escherichia coli, Listeria non-typik, Haemophilus
influezae dan enterococcus.
* Klinis melibatkan multisistem organ (resiko tinggi terjadi pneumoni)
* Mortalitas mortalitas tinggi (15-45%).
Hal yang paling penting faktor resiko terjadinya infeksi adalah pada saat persalinan
dimana keberadaan mikroorganisme dalam saluran genito urinarius.Bakteri pada saluran genito
urinarius naik secara asending dan mencapai cairan amnion setelah terjadi ruptur pada membran
-
7/29/2019 Laporan Skenario b Blok 18
26/33
prematur ( PROM ). Infeksi secara asending juga dapat terjadi pada saat kontak dengan membran
korioamnetik dalam uterus yang berdampak lahir hidup atau mati beberapa jam setelah lahir.
Altematif lain adalah pada saat neonatus kontak dengan mikroorganisme selama melalui jalan
lahir. Ketika fetus menghisap/aspirasi cairan amnion yang terkontaminasi.mikroorganisme
mencapai bagian bawah saluran sistem pemapasan dan menyebabkan kerusakan sel epitel dari
paru- paru.sebagai hasilnya adalah pnemonia dan distres pemapasan yang terlihat pada beberapa
jam setelah kelahiran. Sepsis neonatal yang berat terjadi jika bakteri menginvasi melalui
intravaskular dan adanya kegagalan dari tuan rumah untuk mengeliminasi mikroorganisme
patogen.
Secara singkat dapat dikemukakan sebagai berikut:
* Transplasenta (antepartum).
* Asenderen kuman vagina ( partus lama,ketuban pecah sebelum waktunya).
* Waktu melewati jalan lahir (kuman dari vagina dan rektum).
2) Late onset sepsis neonatal / sepsis awitan lanjut dengan ciri-ciri:
* Umur saat onset 7 hari sampai 30 hari.
* Penyebab selain dari saluran genital ibu atau peralatan.
* 0rganisme Staphylococcus coagulase-negatif, Staphylococcus aureus, Pseudomonas,
Grup B Streptococcus, Escherichia coli, dan Listeria.
* Klinis biasanya melibatkan organ lokal/fokal (resiko tinggi terjadi meningitis).
* Mortalitas mortalitas rendah ( 10-20%).
Transmisi secara horisontal memegang peranan yang besar,kontak yang erat dengan ibu
yang menyusui,dan penularan transmisi secara nosokomial.Yang paling utama penyebab faktor
resiko didapatkannya nosokomial sepsis adalah penggunaan lama kateter plastik intravaskuler,
penggunaan prosedur invasif, pemakaian antibiotik, perawatan yang lama di rumah
-
7/29/2019 Laporan Skenario b Blok 18
27/33
sakit,kontaminasi dari peralatan laboratorium pendukung, cairan intravena atau enteral,dan
peralatan yang terkontaminasi.Bagaimanapun,situasi yang meningkatkan paparan neonatus
terhadap mikroorganisme menghasilkan peningkatan yang tinggi terhadap infeksi nosokomial
dalam perawatan.
Tatalaksana :
Normalisasi temperature, dengan menghangatkan neonatus dalam inkubatorOksigen diberikan pada bayi yang mengalami retraksi, merintih atau sianosisInfeksi : Ampisilin 50 mg/kgBB (tiap 12 jam pada minggu pertama kehidupan dan tiap 8
jam pada minggu ke 2-4) + Gentamicin 1 kali/hari
Injeksi Vitamin K 1 mg IMBolus dextrose 10% 2 ml/kgBB, untuk mengatasi hipoglikemi yang biasa terjadi pada bayi
dengan sepsis (parenteral feeding)
Monitoring : Pengukuran suhu tiap 2 jam, Monitor cairan, elektrolit, glukosa, danperdarahan
BRONKOPNEUMONIA
Merupakan infeksi yang terjadi pada neonatus yang mengenai satu atau beberapa lobus
paru-paru yang ditandai dengan adanya bercak-bercak infiltrat yang disebabkan oleh
bakteri,virus, jamur dan benda asing yang mengakibatkan Respiratory Distress.
Etiologi
1. Bakteri yang potensial pathogen diantaranya:
- Streptococcus B
- E.Colli
- Streptococcus anaerob
- Spesies bakteroides
2. Virus : Respiratory syntical virus, virus influenza, virus sitomegalik.
3. Jamur : Citoplasma Capsulatum, Criptococcus Nepromas, Blastomices Dermatides,
Cocedirides Immitis, Aspergillus Sp, Candinda Albicans, Mycoplasma Pneumonia.
-
7/29/2019 Laporan Skenario b Blok 18
28/33
4. Aspirasi benda asing.
5. Faktor lain yang mempengaruhi timbulnya Bronchopnemonia adalah daya tahan tubuh
yang menurun misalnya akibat malnutrisi energi protein (MEP), penyakit menahun,
pengobatan antibiotik yang tidak sempurna
Epidemiologi : Insiden penyakit ini pada negara berkembang hampir 30% pada anak-
anak di bawah umur 5 tahun dengan resiko kematian yang tinggi, sedangkan di Amerika
pneumonia menunjukkan angka 13% dari seluruh penyakit infeksi pada anak di bawah umur 2
tahun.
Faktor Resiko
- Riwayat kelahiran Persalinan lama
Persalinan dengan tindakan
Ketuban pecah dini
Air ketuban bau dan kental
- Riwayat kehamilan Infeksi TORCH
Ibu menderita eklampsi
Ibu mempunyai penyakit bawaanManifestasi Klinis
tidak ada reflex menghisapMalas minum
Gelisah
Letargi
Frekuensi pernapasan meningkat
Muntah
diare
Suhu tubuh meningkat
Pada pemeriksaan fisik didapatkan : Inspeksi : pernafasan cuping hidung(+), sianosis
sekitar hidung dan mulut, retraksi sela iga. Palpasi : Stem fremitus yang meningkat pada sisi
yang sakit. Perkusi : Sonor memendek. Sering tidak dijumpai adanya kelainan Auskultasi : Suara
pernafasan mengeras ( vesikuler mengeras )disertai ronki basah gelembung halus sampai sedang.
-
7/29/2019 Laporan Skenario b Blok 18
29/33
Pemeriksaan laboratorium
1. Gambaran darah menunjukkan leukositosis, biasanya 15.000 40.000/ mm3
dengan pergeseran ke kiri. Jumlah leukosit yang tidak meningkat berhubungan
dengan infeksi virus atau mycoplasma.
2. Nilai Hb biasanya tetap normal atau sedikit menurun.
3. Peningkatan LED.
4. Kultur dahak dapat positif pada 20 50% penderita yang tidak diobati. Selain
kultur dahak , biakan juga dapat diambil dengan cara hapusan tenggorok (throat
swab)
5. Analisa gas darah( AGDA ) menunjukkan hipoksemia dan hiperkarbia.Pada
stadium lanjut dapat terjadi asidosis metabolik.
Patogenesis
Dalam keadaan sehat pada paru tidak akan terjadi pertumbuhan mikroorganisme, keadaan
ini disebabkan oleh adanya mekanisme pertahanan paru. Terdapatnya bakteri di dalam paru
merupakan ketidakseimbangan antara daya tahan tubuh, sehingga mikroorganisme dapat
berkembang biak dan berakibat timbulnya infeksi penyakit.
Masuknya mikroorganisme ke dalam saluran nafas dan paru dapat melalui berbagai cara,
antara lain :
Inhalasi langsung dari udara
Aspirasi dari bahan-bahan yang ada di nasofaring dan orofaring
Perluasan langsung dari tempat-tempat lain
Penyebaran secara hematogen
Mekanisme daya tahan traktus respiratorius bagian bawah sangat efisien untuk
mencegah infeksi yang terdiri dari :
Susunan anatomis rongga hidung
Jaringan limfoid di nasofaring
Bulu getar yang meliputi sebagian besar epitel traktus respiratorius dan sekret lain
yang dikeluarkan oleh sel epitel tersebut.
Refleks batuk.
Refleks epiglotis yang mencegah terjadinya aspirasi sekret yang terinfeksi.
Drainase sistem limfatis dan fungsi menyaring kelenjar limfe regional.
-
7/29/2019 Laporan Skenario b Blok 18
30/33
Fagositosis aksi limfosit dan respon imunohumoral terutama dari Ig A.
Sekresi enzim enzim dari sel-sel yang melapisi trakeo-bronkial yang bekerja
sebagai antimikroba yang non spesifik.
Bila pertahanan tubuh tidak kuat maka mikroorganisme dapat melalui jalan nafas sampai
ke alveoli yang menyebabkan radang pada dinding alveoli dan jaringan sekitarnya. Setelah itu
mikroorganisme tiba di alveoli membentuk suatu proses peradangan yang meliputi empat
stadium, yaitu :
1. Stadium I (412 jam pertama/kongesti)
Disebut hiperemia, mengacu pada respon peradangan permulaan yang berlangsung
pada daerah baru yang terinfeksi. Hal ini ditandai dengan peningkatan aliran darah
dan permeabilitas kapiler di tempat infeksi. Hiperemia ini terjadi akibat pelepasan
mediator-mediator peradangan dari sel-sel mast setelah pengaktifan sel imun dan
cedera jaringan. Mediator-mediator tersebut mencakup histamin dan prostaglandin.
Degranulasi sel mast juga mengaktifkan jalur komplemen. Komplemen bekerja sama
dengan histamin dan prostaglandin untuk melemaskan otot polos vaskuler paru dan
peningkatan permeabilitas kapiler paru. Hal ini mengakibatkan perpindahan eksudat
plasma ke dalam ruang interstisium sehingga terjadi pembengkakan dan edema antar
kapiler dan alveolus. Penimbunan cairan di antara kapiler dan alveolus meningkatkan
jarak yang harus ditempuh oleh oksigen dan karbondioksida maka perpindahan gas
ini dalam darah paling berpengaruh dan sering mengakibatkan penurunan saturasi
oksigen hemoglobin
2. Stadium II (48 jam berikutnya)
Disebut hepatisasi merah, terjadi sewaktu alveolus terisi oleh sel darah merah,
eksudat dan fibrin yang dihasilkan oleh penjamu ( host ) sebagai bagian dari reaksi
peradangan. Lobus yang terkena menjadi padat oleh karena adanya penumpukan
leukosit, eritrosit dan cairan, sehingga warna paru menjadi merah dan pada perabaan
seperti hepar, pada stadium ini udara alveoli tidak ada atau sangat minimal sehingga
anak akan bertambah sesak, stadium ini berlangsung sangat singkat, yaitu selama 48
jam.
3. Stadium III (38 hari)
-
7/29/2019 Laporan Skenario b Blok 18
31/33
Disebut hepatisasi kelabu yang terjadi sewaktu sel-sel darah putih mengkolonisasi
daerah paru yang terinfeksi. Pada saat ini endapan fibrin terakumulasi di seluruh
daerah yang cedera dan terjadi fagositosis sisa-sisa sel.
Pada stadium ini eritrosit di alveoli mulai diresorbsi, lobus masih tetap padat karena
berisi fibrin dan leukosit, warna merah menjadi pucat kelabu dan kapiler darah tidak
lagi mengalami kongesti.
4. Stadium IV (711 hari)
Disebut juga stadium resolusi yang terjadi sewaktu respon imun dan peradangan
mereda, sisa-sisa sel fibrin dan eksudat lisis dan diabsorsi oleh makrofag sehingga
jaringan kembali ke strukturnya semula.
Penegakan Diagnosa Kerja
Diagnosis etiologi dibuat berdasarkan pemeriksaan mikrobiologi serologi, karena
pemeriksaan mikrobiologi tidak mudah dilakukan dan bila dapat dilakukan kuman
penyebab tidak selalu dapat ditemukan.
WHO mengajukan pedoman diagnosa dan tata laksana yang lebih sederhana.
Diagnosis pasti dilakukan dengan identifikasi kuman penyebab:
1. kultur sputum atau bilasan cairan lambung
2. kultur nasofaring atau kultur tenggorokan (throat swab), terutama virus
3. deteksi antigen bakteri
Penatalaksaanaan
Beri vitamin K1 0,5 mg intramuskuler
IVFD dekstrose 7,5% atau 10% + NaCl 15% 6cc diberikan kebutuhan
Antibiotika
Ampisilin, 100mh/kgBB/hari dalam 3-4 dosis
Gentamisin, 2,5 mg/kgBB/18 jam > 2000 gram
Lama pemberian antara 710 hariBila tidak ada perbaikan dalam 2 hari, ganti antibiotika dengan ceftazidime dosis
50mg/kgBB/hari dibagi 2 dosis
Koreksi gangguan keseimbangan asam basa dan elektrolit
-
7/29/2019 Laporan Skenario b Blok 18
32/33
Pencegahan
1. cara hidup sehat, makan makanan bergizi dan teratur ,menjaga kebersihan ,
beristirahat yang cukup, rajin berolahraga, dll.
2. Melakukan vaksinasi juga diharapkan dapat mengurangi kemungkinan terinfeksi
antara lain
3. Vaksinasi Pneumokokus
4. Vaksinasi H. influenza
5. Vaksinasi Varisela yang dianjurkan pada anak dengan daya tahan tubuh rendah
6. Vaksin influenza yang diberikan pada anak sebelum anak sakit.
Komplikasi
Otitis media
Bronkiektase
Abses paru
Empiema
Prognosis
Baik, Tergantung jenis mikroorganisme, sensitivitas mikroorganisme terhadap
antibiotika yang diberikan, dan lama sakit. Sembuh total, mortalitas kurang dari 1 %.
-
7/29/2019 Laporan Skenario b Blok 18
33/33
DAFTAR PUSTAKA
1. Ilmu Kesehatan Anak Jilid 3.Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran UniversitasIndonesia.1985.Jakarta.
2. Nelson Textbook pf pediatric 17th edition.
3. Pusponegoro, Titut. 2000. Sepsis pada Neonatus (http://www.idai.or.id/saripediatri/pdfile/2-2-5.pdf. Diakses pada 22 April 2013).
4. Rocky, W., Ellen, K. & Diana, Y. 2010. Faktor Resiko Sepsis AwitanDini(http://www.idai.or.id/saripediatri/pdfile/12-4-9.pdf. Diakses pada 22 April 2013).
http://www.idai.or.id/saripediatri/pdfile/2-2-5.pdfhttp://www.idai.or.id/saripediatri/pdfile/2-2-5.pdfhttp://www.idai.or.id/saripediatri/pdfile/2-2-5.pdfhttp://www.idai.or.id/saripediatri/pdfile/2-2-5.pdfhttp://www.idai.or.id/saripediatri/pdfile/12-4-9.pdfhttp://www.idai.or.id/saripediatri/pdfile/12-4-9.pdfhttp://www.idai.or.id/saripediatri/pdfile/12-4-9.pdfhttp://www.idai.or.id/saripediatri/pdfile/12-4-9.pdfhttp://www.idai.or.id/saripediatri/pdfile/2-2-5.pdfhttp://www.idai.or.id/saripediatri/pdfile/2-2-5.pdf