Skenario c Blok 17 B7
-
Upload
bayuardianto -
Category
Documents
-
view
237 -
download
6
description
Transcript of Skenario c Blok 17 B7
Bayu Ardianto04011181320006
Analisis
1. Amir, a boy, 12 month, was hospitalized due to diarrhea.
a. Bagaimana Hubungan jenis kelamin, umur, dengan keluhan?(epidemiologi, data
pravelensi)
Faktor usia
Anak usia di bawah 2 tahun sangat rentan terkena penyakit. Banyak faktor penyebab
dan risiko yang berkontribusi terhadap kejadian diare pada anak, terutama pada bayi
dimana daya tahan tubuh anak masih rendah sehingga rentan untuk terkena penyakit
infeksi seperti diare. Bila ditinjau dari tahapan tumbuh kembang bayi menurut
Sigmund Freud, bayi berada pada fase oral dimana kepuasan anak ada pada daerah
mulut, sehingga apapun dimasukan kedalam mulut, ini mengakibatkan anak mudah
mengalami penyakit infeksi terutama pada saluran pencernaan. Pada tahapan anak
toddler, anak berada pada fase anal dimana fase ini diperkenalkan toilet training yaitu
anak mulai diperkenalkan dan diajarkan untuk melakukan buang air besar di toilet
atau jamban yang benar, kebiasaan anak buang air besar di sembarang tempat dan
diarea terbuka seperti digot dan ditanah menyebabkan resiko untuk terjadinya
penularan diare.
Pada usia toddler anak sangat aktif dan lebih rentan terhadap penyakitpenyakit infeksi
terutama yang menyerang saluran pencernaan. Pada masa ini anak banyak mengalami
permasalahan-permasalahan yang berhubungan dengan pola makan, Anak biasanya
mulai bosan dengan menu makanan yang dimasak di rumah sehingga anak cendrung
untuk membeli makanan atau jajanan dari luar rumah yang belum tentu terjamin
kebersihannya.
Bayu Ardianto04011181320006
Gambar 1. Prevalensi diare menurut kelompok umur
Faktor Jenis Kelamin
Dari beberapa penelitian yang dilakukan bahwa terdapat perbedaan jumlah kasus
anak laki-laki dan perempuan yang menderita diare. Palupi (2009) dalam
penelitiannya tentang status gizi hubungannya dengan kejadian diare pada anak diare,
menjelaskan bahwa pasien laki-laki yang menderita diare lebih banyak dari pada
perempuan dengan perbandingan 1,5:1 (dengan proporsi pada anak laki-laki sebesar
60 % dan anak perempuan sebesar 40%. Hal ini sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Santoso (2005) yang menyatakan bahwa risiko kesakitan diare pada
balita perempuan sedikit lebih rendah dibandingkan dengan balita laki-laki dengan
perbandingan 1 : 1,2, walaupun hingga saat ini belum diketahui penyebab pastinya.
Kemungkinan terjadinya hal tersebut dikarenakan pada anak laki-laki lebih aktif
dibandingkan dengan perempuan, sehingga mudah terpapar dengan agen penyebab
diare.
Sedangkan menurut jenis kelamin prevalensi laki-laki dan perempuan hampir sama,
yaitu 8,9% pada laki-laki dan 9,1% pada perempuan.
Bayu Ardianto04011181320006
Gambar 2. Prevalensi diare menurut daerah
b. Imunisasi apa saja yang seharusnya sudah didapat untuk anak umur 1 tahun?
Pemerintah:
Imunisasi Hepatitis B sekali untuk mencegah penyakit Hepatitis B yang
ditularkan dari ibu ke bayi saat persalinan.Sebelum 7 hari.
Imunisasi BCG (Bacillus Calmette-Guerin) sekali untuk mencegah penyakit
Tuberkulosis. Diberikan segera setelah bayi lahir di tempat pelayanan
kesehatan atau mulai 1 (satu) bulan di Posyandu.
Imunisasi DPT-HB 3 (tiga) kali untuk mencegah penyakit Difteri, Pertusis
(batuk rejan), Tetanus dan Hepatitis B. Imunisasi ini pertama kali diberikan
saat bayi berusia 2 (dua) bulan. Imunisasi berikutnya berjarak waktu 4
minggu. Pada saat ini pemberian imunisasi DPT dan Hepatitis B dilakukan
bersamaan dengan vaksin DPT-HB.
Imunisasi polio untuk memberikan kekebalan terhadap penyakit polio.
Imunisasi Polio diberikan 4 (empat) kali dengan jelang waktu (jarak) 4
minggu.
Imunisasi campak untuk mencegah penyakit campak. Imunisasi campak
diberikan saat bayi berumur 9 bulan.
Bayu Ardianto04011181320006
Menurut IDAI
Sumber: http://idai.or.id/wp-content/uploads/2014/04/Jadwal-Imunisasi-2014-
lanscape-Final.pdf
Gambar 3. Imunisasi menurut IDAI
2. Four days before admission, the patient had no projectile vomiting 6 times a day. He
vomited hat he ate.
a. Bagaimana klasifikasi muntah?
Berdasarkan berat ringannya :
a. Muntah Ringan (Mild) : Bila anak muntah 1-2 kali sehari.
b. Muntah Sedang (Moderate) : Bila anak muntah 3-7 kali sehari.
c. Muntah Berat (Severe) : Muntah lebih dari 8 kali sehari.
Bayu Ardianto04011181320006
Berdasarkan isi dari muntah :
a. Apa yang baru saja dimakan
b. Hematemesis, muntah yang bercampur darah
c. Cairan empedu, bisa ikut termuntah bila kontraksi duedunum yang terjadi pada
muntah yang parah
d. Muntah fekal, terjadi pada obstruksi saluran cerna atau fistula
3. The amount of urination in 8 hours ago was less then usual. Amir’s family lives in slum
area.
a. Bagaimana volume, konsentrasi, warna, frekuensi, bau urin normal per hari pada anak
1 tahun?
Produksi urine Anak : 1 cc/ kg BB/ jam
Bau khas urine amoniak.
Jumlah ekskresi dalam 24 jam + 1500 cc tergantung dari intake
Warnanya kuning bening tanpa ada endapan.
pH normal 4,5-8,0 rata rata 6,4-7
Pola buang air kecil (BAK) setiap bayi berbeda-beda – sangat dipengaruhi
oleh seberapa sering ia makan. Hingga usia 3 bulan, biasanya bayi akan BAK
setiap jam. Selanjutnya, hingga ia berusia 12 bulan, selang waktunya akan
bertambah menjadi setiap 2-3 jam.
Bau
Normal aromatis (bisa juga bau makanan dan minuman yang dikonsumsi)
Amoniak : perombakan ureum oleh bakteri pada infeksi ureter
Bunga layu : ketonuria
Busuk : perombakan protein di ureter
Bayu Ardianto04011181320006
4. Analisis masalah aspek klinis
a. Apa etiologi pada kasus ini?
Diare akut disebabkan oleh banyak penyebab antara lain infeksi (bakteri, parasit,
virus), keracunan makanan, efek obat-obatan dan lain-lain.
Infeksi
1. Enteral
Bakteri: Shigella sp, E.coli pathogen, Salmonella sp, Vibrio cholera, Yersinia entero
colytica, Compylobacter jejuni, V.parahaemoliticus, V.NAG., Staphylococcus aureus,
Streptococcus, Klebsiella, Pseudomonas, Aeromonas, Proteus dll.
Enterotoxigenic E.coli (ETEC). Mempunyai 2 faktor virulensi yang penting yaitu faktor
kolonisasi yang menyebabkan bakteri ini melekat pada enterosit pada usus halus dan
enterotoksin (heat labile (HL) dan heat stabile (ST) yang menyebabkan sekresi cairan
dan elektrolit yang menghasilkan watery diarrhea. ETEC tidak menyebabkan kerusakan
brush border atau menginvasi mukosa.
Enterophatogenic E.coli (EPEC). Mekanisme terjadinya diare belum jelas. Didapatinya
proses perlekatan EPEC ke epitel usus menyebabkan kerusakan dari membrane mikro
vili yang akan mengganggu permukaan absorbsi dan aktifitas disakaridase.
Enteroaggregative E.coli (EAggEC). Bakteri ini melekat kuat pada mukosa usus halus
dan menyebabkan perubahan morfologi yang khas. Bagaimana mekanisme timbulnya
diare masih belum jelas, tetapi sitotoksin mungkin memegang peranan.
Enteroinvasive E.coli (EIEC). Secara serologi dan biokimia mirip dengan Shigella.
Seperti Shigella, EIEC melakukan penetrasi dan multiplikasi didalam sel epitel kolon.
Enterohemorrhagic E.coli (EHEC). EHEC memproduksi verocytotoxin (VT) 1 dan 2
yang disebut juga Shiga-like toxin yang menimbulkan edema dan perdarahan diffuse di
kolon. Pada anak sering berlanjut menjadi hemolytic-uremic syndrome.
Shigella spp. Shigella menginvasi dan multiplikasi didalam sel epitel kolon,
menyebabkan kematian sel mukosa dan timbulnya ulkus. Shigella jarang masuk
kedalam alian darah. Faktor virulensi termasuk : smooth lipopolysaccharide cell-wall
antigen yang mempunyai aktifitas endotoksin serta membantu proses invasi dan toksin
Bayu Ardianto04011181320006
(Shiga toxin dan Shiga-like toxin) yang bersifat sitotoksik dan neurotoksik dan mungkin
menimbulkan watery diarrhea.
Campylobacter jejuni (helicobacter jejuni). Manusia terinfeksi melalui kontak langsung
dengan hewan (unggas, anjing, kucing, domba dan babi) atau dengan feses hewan
melalui makanan yang terkontaminasi seperti daging ayam dan air. Kadang-kadang
infeksi dapat menyebar melalui kontak langsung person to person. C.jejuni mungkin
menyebabkan diare melalui invasi kedalam usus halus dan usus besar.Ada 2 tipe toksin
yang dihasilkan, yaitu cytotoxin dan heat-labile enterotoxin. Perubahan histopatologi
yang terjadi mirip dengan proses ulcerative colitis.
Vibrio cholerae 01 dan V.choleare 0139. Air atau makanan yang terkontaminasi oleh
bakteri ini akan menularkan kolera. Penularan melalui person to person jarang terjadi.
V.cholerae melekat dan berkembang biak pada mukosa usus halus dan menghasilkan
enterotoksin yang menyebabkan diare. Toksin kolera ini sangat mirip dengan heat-
labile toxin (LT) dari ETEC. Penemuan terakhir adanya enterotoksin yang lain yang
mempunyai karakteristik tersendiri, seperti accessory cholera enterotoxin (ACE) dan
zonular occludens toxin (ZOT). Kedua toksin ini menyebabkan sekresi cairan kedalam
lumen usus.
Salmonella (non thypoid). Salmonella dapat menginvasi sel epitel usus. Enterotoksin
yang dihasilkan menyebabkan diare. Bila terjadi kerusakan mukosa yang menimbulkan
ulkus, akan terjadi bloody diarrhea.
Virus: Rotavirus, Adenovirus, Norwalk virus, Norwalk like virus, Cytomegalovirus
(CMV), echovirus. Virus-virus tersebut merupakan penyebab diare akut terbanyak pada
anak (70 – 80%).
Rotavirus: yang sering dijumpai adalah serotype 1,2,8,dan 9 : terdapat pada manusia,
Sedangkan serotype 3 dan 4 didapati pada hewan dan manusia, serta serotype 5,6, dan 7
didapati hanya pada hewan.
Norwalk virus : terdapat pada semua usia, umumnya akibat food borne atau water borne
transmisi, dan dapat juga terjadi penularan person to person.
Astrovirus, didapati pada anak dan dewasa.
Bayu Ardianto04011181320006
Parasit: - protozoa: Entemoeba histolytica, Giardia lamblia, Cryptosporidium parvum,
Balantidium coli.
Giardia lamblia. Parasit ini menginfeksi usus halus. Mekanisme patogensis masih
belum jelas, tapi dipercayai mempengaruhi absorbsi dan metabolisme asam empedu.
Transmisi melalui fecal-oral route. Interaksi host-parasite dipengaruhi oleh umur, status
nutrisi,endemisitas, dan status imun. Didaerah dengan endemisitas yang tinggi,
giardiasis dapat berupa asimtomatis, kronik, diare persisten dengan atau tanpa
malabsorbsi. Di daerah dengan endemisitas rendah, dapat terjadi wabah dalam 5 – 8 hari
setelah terpapar dengan manifestasi diare akut yang disertai mual, nyeri epigastrik dan
anoreksia. Kadang-kadang dijumpai malabsorbsi dengan faty stools,nyeri perut dan
gembung.
Entamoeba histolytica. Prevalensi Disentri amoeba ini bervariasi,namun penyebarannya
di seluruh dunia. Insiden nya mningkat dengan bertambahnya umur,dan teranak pada
laki-laki dewasa. Kira-kira 90% infksi asimtomatik yang disebabkan oleh E.histolytica
non patogenik (E.dispar). Amebiasis yang simtomatik dapat berupa diare yang ringan
dan persisten sampai disentri yang fulminant.
Cryptosporidium. Dinegara yang berkembang, cryptosporidiosis 5 – 15% dari kasus
diare pada anak. Infeksi biasanya siomtomatik pada bayi dan asimtomatik pada anak
yang lebih besar dan dewasa. Gejala klinis berupa diare akut dengan tipe watery
diarrhea, ringan dan biasanya self-limited. Pada penderita dengan gangguan sistim
kekebalan tubuh seperti pada penderita AIDS, cryptosporidiosis merupakan reemerging
disease dengan diare yang lebih berat dan resisten terhadap beberapa jenis antibiotik.
Worm: A.lumbrocoides, Cacing tambang, Trichuris trichiura, S.strercoralis,
cestodiasis dll.
Strongyloides stercoralis. Kelainan pada mucosa usus akibat cacing dewasa dan larva,
menimbulkan diare.
Schistosoma spp. Cacing darah ini menimbulkan kelainan pada berbagai organ termasuk
intestinal dengan berbagai manifestasi, termasuk diare dan perdarahan usus..
Bayu Ardianto04011181320006
Capilaria philippinensis. Cacing ini ditemukan di usus halus, terutama jejunu,
menyebabkan inflamasi dan atrofi vili dengan gejala klinis watery diarrhea dan nyeri
abdomen.
Trichuris trichuria. Cacing dewasa hidup di kolon, caecum, dan appendix. Infeksi berat
dapat menimbulkan bloody diarrhea dan nyeri abdomen.
Fungus: Kandida/moniliasis
2. Parenteral: Otitis Media Akut (OMA), pneumonia, Traveler’s diarrhea: E.coli,
Giardia lamblia, Shigella, Entamoeba histolytica dll.
Makanan: intoksikasi makanan: makanan beracun atau mengandung logam berat,
makanan mengandung bakteri/toksin: Clostridium perfringens, B.cereus, S.aureus,
Streptococcus anhaemoliticus lyticus dll.
Alergi: susu sapi, makanan tertentu.
Malabsorbsi/maldigesti: karbohidrat: monosakarida (glukosa, laktosa, galaktosa),
disakarida (sakarosa, laktosa), lemak: rantai panjang trigliserida protein: asma amino
tertentu, celiacsprue gluten malabsorption, protein intolerance, cows milk, vitamin dan
mineral.
Imunodefisiensi: hipogmaglobulinemia, panhipogamaglobulinemia (Bruton), penyakit
grnaulomatose kronik, defisiensi IgA, imunodefisiensi IgA heavycombinationa.
Terapi obat, antibiotic, kemoterapi, antacid dll.
Tindakan tertentu seperti gastektomi, gastroenterostomi, dosis tinggi terapi radiasi.
Lain-lain: Sindrom Zollinger-Ellison, neuropati autonomic (neuropati diabetic)
Secara etiologi, diare akut dapat disebabkan oleh infeksi, intoksikasi (poisoning), alergi,
reaksi obat-obatan, dan juga faktor psikis
b. Apa komplikasi pada kasus ini?
a. Dehidrasi (ringan, sedang, berat, hipotonik, isotonik dan hipertonik).
b. Renjatan hipovolemik.
Bayu Ardianto04011181320006
c. Hipotokalemia (dengan gejala meteorismus, hipotonik otot, lemah, bradikardi,
perubahan pada elektrokardiogram).
d. Hipoglikemi.
e. Intoleransi laktosa sekunder, sebagai akibat defisiensi enzim laktase karena
kerusakan villi mukosa usus halus.
f. Kejang, terutama pada dehidrasi hipertonik.
g. Malnutrisi energi protein, karena selain diare dan muntah penderita juga
mengalami kelaparan
c. Apa prognosis pada kasus ini?
Dubia et bonam bila ditangani dengan baik. Diare akut dengan dehidrasi berat bisa
menyebabkan kematian.
Learning Issuue
Diare
Definisi
Diare adalah peningkatan pengeluaran tinja dengan konsistensi lebih lunak atau lebih
cair dari biasanya, dan terjadi paling sedikit 3 kali dalam 24 jam. Sementara untuk
bayi dan anak-anak, diare didefinisikan sebagai pengeluaran tinja >10 g/kg/24 jam,
sedangkan rata-rata pengeluaran tinja normal bayi sebesar 5-10 g/kg/ 24 jam.
Menurut Simadibrata (2006) diare adalah buang air besar (defekasi) dengan tinja
berbentuk cair atau setengah cair (setengah padat), kandungan air tinja lebih banyak
dari biasanya lebih dari 200 gram atau 200 ml/24 jam.
Sedangkan menurut Boyle (2000), diare adalah keluarnya tinja air dan elektrolit yang
hebat. Pada bayi, volume tinja lebih dari 15 g/kg/24 jam disebut diare. Pada umur 3
tahun, yang volume tinjanya sudah sama dengan orang dewasa, volume >200 g/kg/24
jam disebut diare. Frekuensi dan konsistensi bukan merupakan indikator untuk
volume tinja.
Etiologi
Bayu Ardianto04011181320006
Menurut World Gastroenterology Organization global guidelines 2005, etiologi diare
akut dibagi atas empat penyebab:
1. Bakteri : Shigella, Salmonella, E. Coli, Gol. Vibrio, Bacillus cereus, Clostridium
perfringens, Stafilokokus aureus, Campylobacter aeromonas
2. Virus : Rotavirus, Adenovirus, Norwalk virus, Coronavirus, Astrovirus
3. Parasit : Protozoa, Entamoeba histolytica, Giardia lamblia, Balantidium coli,
Trichuris trichiura, Cryptosporidium parvum, Strongyloides stercoralis
4. Non infeksi : malabsorpsi, keracunan makanan, alergi, gangguan motilitas,
imunodefisiensi, kesulitan makan, dll.
Cara Penularan dan Faktor Risiko
Cara penularan diare melalui cara faecal-oral yaitu melalui makanan atau minuman
yang tercemar kuman atau kontak langsung tangan penderita atau tidak langsung
melalui lalat ( melalui 5F = faeces, flies, food, fluid, finger).
Faktor risiko terjadinya diare adalah:
1. Faktor perilaku
2. Faktor lingkungan
Faktor perilaku antara lain:
a. Tidak memberikan Air Susu Ibu/ASI (ASI eksklusif), memberikan Makanan
Pendamping/MP ASI terlalu dini akan mempercepat bayi kontak terhadap kuman
b. Menggunakan botol susu terbukti meningkatkan risiko terkena penyakit diare
karena sangat sulit untuk membersihkan botol susu
c. Tidak menerapkan Kebiasaaan Cuci Tangan pakai sabun sebelum memberi
ASI/makan, setelah Buang Air Besar (BAB), dan setelah membersihkan BAB anak
d. Penyimpanan makanan yang tidak higienis
Bayu Ardianto04011181320006
Faktor lingkungan antara lain:
a. Ketersediaan air bersih yang tidak memadai, kurangnya ketersediaan Mandi Cuci
Kakus (MCK)
b. Kebersihan lingkungan dan pribadi yang buruk
Disamping faktor risiko tersebut diatas ada beberapa faktor dari penderita yang dapat
meningkatkan kecenderungan untuk diare antara lain: kurang gizi/malnutrisi terutama
anak gizi buruk, penyakit imunodefisiensi/imunosupresi dan penderita campak
(Kemenkes RI, 2011).
Klasifikasi
Terdapat beberapa pembagian diare:
1. Berdasarkan lamanya diare:
a. Diare akut, yaitu diare yang berlangsung kurang dari 14 hari.
b. Diare kronik, yaitu diare yang berlangsung lebih dari 14 hari dengan kehilangan
berat badan atau berat badan tidak bertambah (failure to thrive) selama masa diare
tersebut.
2. Berdasarkan mekanisme patofisiologik:
a. Diare sekresi (secretory diarrhea)
b. Diare osmotic (osmotic diarrhea)
Patofisiologi
Diare dapat disebabkan oleh satu atau lebih patofisiologi/patomekanisme dibawah ini:
1. Diare sekretorik
Diare tipe ini disebabkan oleh meningkatnya sekresi air dan elektrolit dari usus,
menurunnya absorpsi. Yang khas pada diare ini yaitu secara klinis ditemukan
Bayu Ardianto04011181320006
diare dengan volume tinja yang banyak sekali. Diare tipe ini akan tetap
berlangsung walaupun dilakukan puasa makan/minum (Simadibrata, 2006).
2. Diare osmotik
Diare tipe ini disebabkan meningkatnya tekanan osmotik intralumen dari usus
halus yang disebabkan oleh obat-obat/zat kimia yang hiperosmotik (antara lain
MgSO4, Mg(OH)2), malabsorpsi umum dan defek dalam absorpsi mukosa usus
missal pada defisiensi disakaridase, malabsorpsi glukosa/galaktosa (Simadibrata,
2006).
3. Malabsorpsi asam empedu dan lemak
Diare tipe ini didapatkan pada gangguan pembentukan/produksi micelle empedu
dan penyakit-penyakit saluran bilier dan hati (Simadibrata, 2006).
4. Defek sistem pertukaran anion/transport elektrolit aktif di enterosit
Diare tipe ini disebabkan adanya hambatan mekanisme transport aktif
NA+K+ATPase di enterosit dan absorpsi Na+ dan air yang abnormal
(Simadibrata, 2006).
5. Motilitas dan waktu transit usus yang abnormal
Diare tipe ini disebabkan hipermotilitas dan iregularitas motilitas usus sehingga
menyebabkan absorpsi yang abnormal di usus halus. Penyebabnya antara lain:
diabetes mellitus, pasca vagotomi, hipertiroid (Simadibrata, 2006).
6. Gangguan permeabilitas usus
Diare tipe ini disebabkan permeabilitas usus yang abnormal disebabkan adanya
kelainan morfologi membran epitel spesifik pada usus halus (Simadibrata, 2006).
7. Diare inflamasi
Proses inflamasi di usus halus dan kolon menyebabkan diare pada beberapa
keadaan. Akibat kehilangan sel epitel dan kerusakan tight junction, tekanan
Bayu Ardianto04011181320006
hidrostatik dalam pembuluh darah dan limfatik menyebabkan air, elektrolit,
mukus, protein dan seringkali sel darah merah dan sel darah putih menumpuk
dalam lumen. Biasanya diare akibat inflamasi ini berhubungan dengan tipe diare
lain seperti diare osmotik dan diare sekretorik (Juffrie, 2010).
8. Diare infeksi
Infeksi oleh bakteri merupakan penyebab tersering dari diare. Dari sudut kelainan
usus, diare oleh bakteri dibagi atas non-invasif dan invasif (merusak mukosa).
Bakteri non-invasif menyebabkan diare karena toksin yang disekresikan oleh
bakteri tersebut (Simadibrata, 2006).
Manifestasi klinis
Infeksi usus menimbulkan gejala gastrointestinal serta gejala lainnya bila terjadi
komplikasi ekstra intestinal termasuk manifestasi neurologik. Gejala gastrointestinal
bisa berupa diare, kram perut, dan muntah. Sedangkan manifestasi sistemik
bervariasi tergantung pada penyebabnya.
Penderita dengan diare cair mengeluarkan tinja yang mengandung sejumlah ion
natrium, klorida, dan bikarbonat. Kehilangan air dan elektrolit ini bertambah bila ada
muntah dan kehilangan air juga meningkat bila ada panas. Hal ini dapat
menyebabkan dehidrasi, asidosis metabolik, dan hipovolemia. Dehidrasi merupakan
keadaan yang paling berbahaya karena dapat menyebabkan hipovolemia, kolaps
kardiovaskuler dan kematian bila tidak diobati dengan tepat. Dehidrasi yang terjadi
menurut tonisitas plasma dapat berupa dehidrasi isotonik, dehidrasi hipertonik
(hipernatremik) atau dehidrasi hipotonik. Menurut derajat dehidrasinya bisa tanpa
dehidrasi, dehidrasi ringan, dehidrasi sedang atau dehidrasi berat (Juffrie, 2010).
Diagnosis
1. Anamnesis
Bayu Ardianto04011181320006
Pasien dengan diare akut datang dengan berbagai gejala klinik tergantung penyebab
penyakit dasarnya. Keluhan diarenya berlangsung kurang dari 15 hari. Diare karena
penyakit usus halus biasanya berjumlah banyak, diare air, dan sering berhubungan
dengan malabsorpsi dan dehidrasi sering didapatkan. Diare karena kelainan kolon
seringkali berhubungan dengan tinja berjumlah kecil tetapi sering, bercampur darah
dan ada sensasi ingin ke belakang. Pasien dengan diare akut infektif datang dengan
keluhan khas, yaitu mual, muntah, nyeri abdomen, demam, dan tinja yang sering,
malabsorptif, atau berdarah tergantung bakteri patogen yang spesifik. Secara umum,
pathogen usus halus tidak invasif, dan patogen ileokolon lebih mengarah ke invasif.
Muntah yang mulai beberapa jam dari masuknya makanan mengarahkan kita pada
keracunan makanan karena toksin yang dihasilkan (Simadibrata, 2006).
2. Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik perlu diperiksa: berat badan, suhu tubuh, frekuensi denyut
jantung dan pernapasan serta tekanan darah. Selanjutnya perlu dicari tanda-tanda
utama dehidrasi: kesadaran, rasa haus, dan turgor kulit abdomen dan tanda-tanda
tambahan lainnya: ubun-ubun besar cekung atau tidak, mata: cowong atau tidak, ada
atau tidaknya air mata, bibir, mukosa mulut dan lidah kering atau basah (Juffrie,
2010).
Pernapasan yang cepat dan dalam indikasi adanya asidosis metabolik. Bising usus
yang lemah atau tidak ada bila terdapat hipokalemia. Pemeriksaan ekstremitas perlu
karena perfusi dan capillary refill dapat menentukan derajat dehidrasi yang terjadi
(Juffrie, 2010).
Penilaian beratnya atau derajat dehidrasi dapat ditentukan dengan cara: obyektif yaitu
dengan membandingkan berat badan sebelum dan selama diare. Subyektif dengan
menggunakan criteria WHO, Skor Maurice King, dan lain-lain (Juffrie, 2010).
3. Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium lengkap pada diare akut umumnya tidak diperlukan,
Hanya pada keadaan tertentu mungkin diperlukan, misalnya penyebab dasarnya tidak
Bayu Ardianto04011181320006
diketahui atau ada sebab-sebab lain selain diare akut atau pada penderita dengan
dehidrasi berat (Juffrie, 2010).
Pemeriksaan tinja baik makroskopik maupun mikroskopik dapat dilakukan untuk
menentukan diagnosa yang pasti. Secara makroskopik harus diperhatikan bentuk,
warna tinja, ada tidaknya darah, lender, pus, lemak, dan lain-lain. Pemeriksaan
mikroskopik melihat ada tidaknya leukosit, eritrosit, telur cacing, parasit, bakteri, dan
lain-lain (Hadi, 2002).
Penatalaksanaan
Menurut Kemenkes RI (2011), prinsip tatalaksana diare pada balita adalah LINTAS
DIARE (Lima Langkah Tuntaskan Diare), yang didukung oleh Ikatan Dokter Anak
Indonesia dengan rekomendasi WHO. Rehidrasi bukan satu-satunya cara untuk
mengatasi diare tetapi memperbaiki kondisi usus serta mempercepat
penyembuhan/menghentikan diare dan mencegah anak kekurangan gizi akibat diare
juga menjadi cara untuk mengobati diare. Adapun program LINTAS DIARE yaitu:
1. Rehidrasi menggunakan Oralit osmolalitas rendah
2. Zinc diberikan selama 10 hari berturut-turut
3. Teruskan pemberian ASI dan Makanan
4. Antibiotik Selektif
5. Nasihat kepada orang tua/pengasuh
Daftar Pustaka
http://idai.or.id/wp-content/uploads/2014/04/Jadwal-Imunisasi-2014-lanscape-Final.pdf diakses
pada 21 april 2015
http://pppl.depkes.go.id/_asset/_regulasi diakses pada 21 april 2015
http://eprints.undip.ac.id/37538/1/Festy_G2A008082_Lap_kti.pdf diakses pada 21 april 2015
http://www.depkes.go.id/download.php?file=download/pusdatin/buletin/buletin-diare.pdfb
diakses pada 21 april 2015
Bayu Ardianto04011181320006
Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBA). Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta:
2008
Rani, Aziz, et al. 2011. Buku Ajar Gastroenterologi ed.1. Jakarta: InternaPublishing