LAPORAN uni ksp.docx
-
Upload
yunitaparer -
Category
Documents
-
view
66 -
download
7
description
Transcript of LAPORAN uni ksp.docx
LAPORAN PRAKTIKUMKIMIA FISIKA
PERCOBAAN IIIPENENTUAN NILAI HASIL KALI KELARUTAN
NAMA : YUNITA PARE ROMBENIM : H311 12 012KELOMPOK : VI (ENAM)HARI /TGL. PERCOBAAN : SELASA/ 9 SEPTEMBER 2014ASISTEN : MARLINDA
LABORATORIUM KIMIA FISIKAJURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAMUNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR2014
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Larutan didefinisikan sebagai campuran homogen dari dua atau lebih jenis
zat. Larutan terdiri dari zat pelarut dan zat terlarut, sedangkan kelarutan adalah
banyaknya maksimal zat yang dapat larut membentuk larutan jenuhnya,
sedangkan hasil kali kelarutan adalah hasil kali konsentrasi ion dalam larutan
jenuh yang dipangkatkan dengan koefisien reaksinya. Tiap-tiap senyawa
mempunyai nilai Ksp tertentu dan harganya tergantung pada suhu.
Suatu larutan dikatakan jenuh bila zat itu berada dalam satu fasa dan dalam
keadaan setimbang. Sedangkan larutan dikatakan lewat jenuh jika larutan itu
mengandung zat terlarut dengan kepekatan yang lebih besar daripada larutan
jenuh zat itu. Dalam larutan tak jenuh, kepekatan zat terlarut lebih rendah dari
pada kepekatan larutan jenuhnya.
Biasanya zat yang tidak dapat larut ini disebut sebagai endapan. Kelarutan
endapan-endapan yang dijumpai dalam analisis kuantitatif meningkat dengan
bertambahnya temperatur. Oleh karena itu nilai Ksp tersebut juga merupakan
fungsi yang memiliki kebergantungan terhadap suhu.
Melalui hubungannya dengan suhu, maka dilakukanlah percobaan ini
untuk mengetahui panas pelarutan yang dibutuhkan garam yang sukar larut.
Untuk lebih memahami dan mempelajari tentang penentuan hasil kali kelarutan.
Untuk ion yang terlibat dalam proses pelarutan, ini berarti bahwa konsentrasi yang
lebih tinggi harus terjadi sebelum kesetimbangan tercapai dengan kata
lain kelarutan akan meningkat. Untuk membuktikan teori tersebut maka
dilakukanlah percobaan ini.
1.2 Maksud dan Tujuan Percobaan
1.2.1 Maksud Percobaan
Maksud dari percobaan ini adalah untuk mengetahui dan mempelajari
cara penentuan nilai hasil kali kelarutan (Ksp).
1.2.2 Tujuan Percobaan
Tujuan dari percobaan ini yaitu:
1. Menghitung kelarutan elektrolit yang bersifat sedikit larut
2. Menghitung panas pelarutan PbCl2 dengan menggunakan sifat
kebergantungan Ksp pada suhu.
1.3 Prinsip Percobaan
Prinsip dari percobaan ini adalah penentuan nilai Ksp PbCl2 melalui
pembentukan suatu endapan PbCl2 yang terbentuk melalui reaksi antara Pb(NO3)2
dengan KCl, serta mengukur suhu pelarutan endapan PbCl2 melalui proses
pemanasan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Larutan merupakan suatu campuran homogen dari kimia yang dapat
saling melarutkan. Dengan definisi ini, larutan adalah fase tunggal. Sebuah larutan
mungkin gas, cair, atau padat. Larutan biner terdiri dari dua konstituen. Jumlah
konsituten terbesar biasanya disebut pelarut, sedangkan konstituen satu atau lebih
dalam jumlah yang relatif kecil disebut zat terlarut. Perbedaan antara pelarut dan
zat terlarut adalah interkasi kimia. Konstituen dalam jumlah yang relatif kecil
dapat dipilih sebagai pelarut (Castellan, 1983).
Kelarutan (s) suatu endapan, menurut definisi adalah sama dengan
konsentrasi molar dari larutan jenuhnya. Kelarutan bergantung pada berbagai
kondisi seperti suhu, tekanan, konsentrasi bahan-bahan lain dalam larutan dan
pada komposisi pelarutnya (Svehla, 1990).
Endapan adalah zat yang memisahkan diri sebagai suatu fase padat keluar
dari larutan. Endapan mungkin berupa kristal (kristalin) atau koloid dan dapat
dikeluarkan dari larutan dengan penyaringan atau pemusingan (centrifudge).
Endapan terbentuk jika larutan menjadi terlalu jenuh dengan zat yang
bersangkutan (Svehla, 1990).
Berbagai faktor yang mempengaruhi kelarutan struvite meliputi pH,
kekuatan ion dan suhu. Produk kelarutan struvite belum parameter yang sangat
penting untuk menentukan rasio jenuh. Sebuah model termodinamika untuk
presipitasi fosfat diusulkan untuk menentukan tingkat konversi fosfat dan nilai
produk kelarutan struvite untuk kisaran suhu antara 15 dan 35◦C (Hanhoun, 2010).
Larutan jenuh suatu garam yang juga mengandung garam tersebut yang tak
larut dengan berlebihan merupakan suatu sistem kesetimbangan terhadap mana
hukum kegiatan massa dapat diberlakukan. Kelarutan juga bergentung pada sifat
dan konsentrasi zat-zat lain, terutama ion-ion dalam campuran. Misalnya pada
pengendapan perak klorida ada dalam kesetimbangan dengan larutan jenuhnya,
maka kesetimbangan yang terjadi sebagai berikut (Svehla, 1990):
AgCl Ag+ + Cl-
Menurut svehla (1990) ini merupakan kesetimbangan heterogen, karena
AgCl ada dalam fase padat, sedang ion-ion Ag+ dan Cl- ada dalam fase terlarut.
Tetapan kesetimbangan dapat ditulis sebagai :
K=[ Ag+] [Cl- ]
[ AgCl ]
Hasil kali kelarutan dalam keadaan sebenarnya merupakan nilai akhir yang
dicapai oleh hasil kali ion ketika kesetimbangan tercapai antara fase padat dari
garam yang hanya sedikit larut dan larutan itu. Sebagai contoh pembentukan
endapan AgCl dengan rumus hasil kali kelarutan sebagai berikut :
Ksp = [Ag+] [Cl-] = 1,5 x 10-10
Menurut Khopkar (1990) faktor-faktor yang mempengaruhi kelarutan
adalah sebagai berikut :
a. Temperatur.
Kelarutan bertambah dengan naiknya temperatur. Endapan yang baik
terbentuk pada larutan yang panas, tetapi jangan dilakukan penyaringan
terhadap larutan panas karena pengendapan dipengaruhi oleh temperatur.
b. Sifat Pelarut suatu garam-garam anorganik lebih larut dalam air.
Berkurangnya kelarutan dalam pelarut organik.
c. Efek ion sejenis.
Kelarutan dalam air berkurang jika larutan tersebut mengandung satu dari
ion-ion penyusun endapan, sebab pembatasan Ksp (konstanta hasil kali
kelarutan).
d. Efek ion-ion lain.
Beberapa endapan bertambah kelarutannya bila di dalam larutan terdapat
garam-garam yang berbeda dengan endapan. Hal ini disebut efek garam netral
atau efek aktivitas.
e. Pengaruh pH.
Kelarutan garam dari asam lemah tergantung pada pH larutan, misal: oksalat;
ion H+ bergabung dengan ion C2O42- membentuk H2C2O4 sehingga menambah
kelarutan garamnya.
f. Pengaruh hidrolisis.
Jika garam dari asam lemah dilarutkan dalam air, akan menghasilkan
perubahan ion H+. Kation dari spesies garam mengalami hidrolisis sehingga
menambah kelarutannya.
g. Pengaruh kompleks.
Kelarutan garam yang sedikit larut merupakan fungsi zat lain yang
membentuk kompleks dengan kation garam tersebut. Mula-mula kelarutan
berkurang disebabkan oleh (disebabkan ion sejenis) sampai melalui
minimum. Kemudian bertambah akibat adanya reaksi kompleksasi.
Menurut Khopkar (1990) untuk memperoleh suatu keadaan optimum
untuk pengendapan maka perlu dilakukan aturan sebagai berikut :
1. Pengendapan harus dilakukan pada larutan encer, yang bertujuan untuk
memperkecil kesalahan akibat kopresipitasi (Pencemaran endapan oleh zat-
zat yang secara normal larut dalam larutan induk).
2. Pereaksi dicampurkan perlahan-lahan dan teratur dengan pengadukan yang
tetap. Ini berguna untuk pertumbuhan kristal yang teratur. Untuk
kesempurnaan reaksi, pereaksi yang ditambahkan harus berlebih. Urutan
pencampuran harus teratur dan sama.
3. Pengendapan dilakukan pada larutan panas bila endapan yang terbentuk stabil
pada temperatur tinggi. Aturan ini tidak selalu benar untuk bermacam
endapan organik.
Selama pemisahan scorodite dalam air, kelarutan, pH akhir / Eh dan As /
senyawa Fe sangat tergantung pada pH awal larutan. Pada pH antara 5,0 dan 5,8,
Scorodite memiliki kelarutan terendah dengan ΣAs = 10-5.27. As (V) terjadi dalam
air terutama sebagai H3AsO4 (pH <2), H2AsO4- (pH = 2 sampai 7) dan HAsO4
2-
(pH> 7). Hanya ada sedikit AsO43- bahkan pada pH dekat 14. Pembubaran
scorodite reaksi dan jalan juga dikendalikan oleh co-ada hidroksida besi. Simulasi
kelarutan scorodite dalam air dengan nilai pH awal yang berbeda di bawah
pengaruh Fe(OH)3(a) menunjukkan bahwa pada pH awal yang sama, solusi
keseimbangan dari sistem scorodite-Fe(OH)3(a) air memiliki jauh lebih rendah
konsentrasi As daripada sistem scorodite-gutit-air (Zhu dan Merkel, 2001).
Pada pH awal yang berbeda atau kekuatan ion yang berbeda, total
konsentrasi As (ΣAs) memiliki kecenderungan yang sama dengan variasi pH
kesetimbangan, dan perbedaan antara ΣAs yang kekuatan ion yang berbeda
umumnya tidak lebih dari 0,7 urutan besarnya. Pada pH antara 5,0 dan 5,8,
scorodite memiliki kelarutan terendah dengan ΣAs = 10-5.27. Pada pH 5,0-5,8 luar,
kelarutan dalam air scorodite meningkat cepat dengan kematian pH (5,0 →0) dan
dengan peningkatan pH (5,8 → 14). Solusinya memiliki 10-0.24 mol / L Pada pH =
0 dan 100,38 mol / L Pada pH = 14 (Zhu dan Merkel, 2001).
BAB III
METODE PERCOBAAN
3.1 Bahan Percobaan
Bahan yang digunakan dalam percobaan ini yaitu Pb(NO3)2 0,075 M,
KCl 1 M, tissue roll, akuades, sabun dan kertas label.
3.2 Alat Percobaan
Alat yang digunakan dalam percobaan ini yaitu buret 50 mL,
gelas kimia 500 mL, gelas kimia 100 mL, rak tabung reaksi, tabung reaksi,
termometer 100 °C, gegep, pembakar gas, kaki tiga, statif, sikat tabung, dan kasa.
3.3 Metode Percobaan
3.3.1 Prosedur Pengendapan
Disiapkan dua buret kemudian dibilas dengan akuades. Lalu satu buret
diisi dengan Pb(NO3)2 dan buret lainnya diisi dengan KCl. Dimasukkan
Pb(NO3)2 0,075 M dimasukkan ke dalam 6 buah tabung reaksi yang berbeda.
Kemudian masing-masing tabung ditambahkan KCl sebanyak 0,5 mL, 1,0 mL,
1,5 mL, 2,0 mL, 2,5 mL, dan 3,0 mL lalu dikocok kemudian didiamkan selama 10
menit. Diamati larutan yang telah ditambahkan KCl 1 M. Di amati dan catat
larutan yang mengendap.
3.3.2 Pelarutan endapan PbCl2
Larutan yang terbentuk endapan dari masing-masing tabung, kemudian
dipanaskan hingga endapan dalam tabung reaksi tersebut larut sempurna. Selama
proses pemanasan, larutan tersebut diaduk perlahan-lahan dengan menggunakan
termometer. Setelah semua endapan larut, diukur suhu larutannya menggunakan
termometer kemudian dicatat hasilnya.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pengamatan
4.1.1 Tabel Pengamatan
Tabel Pengamatan Pelarutan Endapan yang Terbentuk
NO
Volume Pb(NO3)2
0,075 M
Volume KCl 0,1 M
(mL)
Pembentukan endapan
(sudah/belum)
Suhu0C 0K
1 10 0,5 Belum - -2 10 1,0 Belum - -3 10 1,5 Sudah 38 3114 10 2,0 Sudah 43 3165 10 2,5 Sudah 45 3186 10 3,0 Sudah 48 321
4.2 Reaksi
Pb(NO3)2(aq) + 2 KCl(aq) ⟶ PbCl2(s) + 2 KNO3(aq)
PbCl2(s) Pb2+(aq) + 2 Cl-
(aq)
4.3 Perhitungan
4.3.1 Perhitungan Pembentukan Endapan PbCl2
a. Penambahan 0,5 mL KCl 1 M
- mmol KCl = V KCl x M KCl
= 0,5 mL x 1 M = 0,5 mmol
- mmol Pb(NO3)2 = V Pb(NO3)2 x M Pb(NO3)2
= 10 mL x 0,075 M = 0,75 mmol
- Volume total = V Pb(NO3)2 + V KCl
= 10 mL + 0,5 mL = 10,5 mL
Pb(NO3)2(aq) + 2 KCl(aq) ⟶ PbCl2(s) + 2 KNO3(aq)
mula-mula : 0,75 0,5
bereaksi : 0,75 1,5 0,75 1,5
setimbang : 0 -1 0,75 1,5
[ PbCl2 ] = nV
= 0,75 mmol10,5 mL
= 0,07142 M
PbCl2(s) Pb2+(aq) + 2 Cl-
(aq)
s s 2s
Ksp = s (2s)2 = 4s3
= 4 (0,07142)3
= 1,457 x 10-4 M
b. Penambahan 1 mL KCl 1 M
- mmol KCl = V KCl x M KCl
= 1 mL x 1 M = 1 mmol
- mmol Pb(NO3)2 = V Pb(NO3)2 x M Pb(NO3)2
= 10 mL x 0,075 M = 0,75 mmol
- Volume total = V Pb(NO3)2 + V KCl
= 10 mL + 1 mL = 11 mL
Pb(NO3)2(aq) + 2 KCl(aq) ⟶ PbCl2(s) + 2 KNO3(aq)
mula-mula : 0,75 1
bereaksi : 0,75 1,5 0,75 1,5
setimbang : 0 -0,5 0,75 1,5
[ PbCl2 ] = nV
= 0,75 mmol11 mL
= 0,06818 M
PbCl2(s) Pb2+(aq) + 2 Cl-
(aq)
s s 2s
Ksp = s (2s)2 = 4s3
= 4 (0,06818)3
= 1,2677 x 10-4 M
c. Penambahan 1,5 mL KCl 1 M
- mmol KCl = V KCl x M KCl
= 1,5 mL x 1 M = 1,5 mmol
- mmol Pb(NO3)2 = V Pb(NO3)2 x M Pb(NO3)2
= 10 mL x 0,075 M = 0,75 mmol
- Volume total = V Pb(NO3)2 + V KCl
= 10 mL + 1,5 mL = 11,5 mL
Pb(NO3)2(aq) + 2 KCl(aq) ⟶ PbCl2(s) + 2 KNO3(aq)
mula-mula : 0,75 1,5
bereaksi : 0,75 1,5 0,75 1,5
setimbang : 0 0 0,75 1,5
[ PbCl2 ] = nV
= 0,75 mmol11,5 mL
= 0,0652 M
PbCl2(s) Pb2+(aq) + 2 Cl-
(aq)
s s 2s
Ksp = s (2s)2 = 4s3
= 4 (0,0652)3
= 10,985 x 10-4 M
4.3.2 Perhitungan Pelarutan Endapan PbCl2
Penambahan 2,0 mL KCl 1 M
- mmol KCl = V KCl x M KCl
= 2,0 mL x 1 M
= 2,0 mmol
- mmol Pb(NO3)2 = V Pb(NO3)2 x M Pb(NO3)2
= 10 mL x 0,075 M = 0,75 mmol
- Volume total = V Pb(NO3)2 + V KCl
= 10 mL + 2,0 mL = 12 mL
Pb(NO3)2(aq) + 2 KCl(aq) ⟶ PbCl2(s) + 2 KNO3(aq)
mula-mula : 0,75 2,0
bereaksi : 0,75 1,5 0,75 1,5
setimbang : 0 0,5 0,75 1,5
[ PbCl2 ] = nV
= 0,75 mmol12 mL
= 0,0625 M
PbCl2(s) Pb2+(aq) + 2 Cl-
(aq)
s s 2s
Ksp = s (2s)2 = 4s3
= 4 (0,0625)3
= 9,7656 x 10-4 M
d. Penambahan 2,5 mL KCl 1 M
- mmol KCl = V KCl x M KCl
= 2,5 mL x 1 M = 2,5 mmol
- mmol Pb(NO3)2 = V Pb(NO3)2 x M Pb(NO3)2
= 10 mL x 0,075 M = 0,75 mmol
- Volume total = V Pb(NO3)2 + V KCl
= 10 mL + 2,5 mL = 12,5 mL
Pb(NO3)2(aq) + 2 KCl(aq) ⟶ PbCl2(s) + 2 KNO3(aq)
mula-mula : 0,75 2,5
bereaksi : 0,75 1,5 0,75 1,5
setimbang : 0 1,0 0,75 1,5
[ PbCl2 ] = nV
= 0,75 mmol12,5 mL
= 0,06 M
PbCl2(s) Pb2+(aq) + 2 Cl-
(aq)
s s 2s
Ksp = s (2s)2 = 4s3
= 4 (0,06)3
= 8,6400 x 10-4 M
e. Penambahan 3,0 M KCl 1 M
- mmol KCl = V KCl x M KCl
= 3,0 mL x 1 M = 3,0 mmol
- mmol Pb(NO3)2 = V Pb(NO3)2 x M Pb(NO3)2
= 10 mL x 0,075 M = 0,75 mmol
- Volume total = V Pb(NO3)2 + V KCl
= 10 mL + 3,0 mL = 13 mL
Pb(NO3)2(aq) + 2 KCl(aq) ⟶ PbCl2(s) + 2 KNO3(aq)
mula-mula : 0,75 3,0
bereaksi : 0,75 1,5 0,75 1,5
setimbang : 0 1,5 0,75 1,5
[ PbCl2 ] = nV
= 0,75 mmol13 mL
= 0,057 7 M
PbCl2(s) Pb2+(aq) + 2 Cl-
(aq)
s s 2s
Ksp = s (2s)2 = 4s3
= 4 (0,05769)3
= 7,6800 x 10-4 M
4.3.3 Perhitungan Log Ksp Regresi
y = ax + b
1. Untuk Ksp 10,985 x 10 -4
y=(8,918 x )-56,24
y =(8,918 x 10,985 x 10 -4 )-56,24)
y= -5,6215
2. Untuk Ksp 9,7656x10 -4
y =(8,918 x 9,7656 x 10 -4 )-56,24)
y= -5,6217
3. Untuk Ksp 8,6400 x 10 -4
y =(8,918 x 8,6400 x 10 -4 )-56,24)
y= -5,6218
4. Untuk Ksp 7,6800 x 10 -4
y =(8,918 x 7,6800 x 10 -4 )-56,24)
y= -5,6219
4.4 Grafik
4.4.1 Grafik Hubungan Antara Suhu (T) Vs Kelarutan (M)
310 312 314 316 318 320 3220.052
0.054
0.056
0.058
0.06
0.062
0.064
0.066f(x) = − 0.000758490566037727 x + 0.301412264150941R² = 0.974474936232566
Suhu Vs Kelarutan
Series2Linear (Series2)
Suhu (K)
Kel
arut
an
4.4.2 Grafik Hubungan Antara Suhu Vs Ksp
No. Suhu (K) Ksp
1. 311 10,985 x 10-4
2. 316 9,7656 x 10-4
3. 318 8,6400 x 10-4
4. 321 7,6800 x 10-4
No
.Suhu (K)
Kelarutan
(M)
1. 311 0,0652
2. 316 0,0625
3. 318 0,0600
4. 321 0,0577
310 311 312 313 314 315 316 317 318 3190
2
4
6
8
10
12
f(x) = − 0.317476923076923 x + 109.802097435897R² = 0.952599639166805
Suhu Vs Ksp
Series2Linear (Series2)
Suhu (K)
Ksp
4.4.3 Grafik Hubungan Antara 1/T Vs log Ksp
No T (K) 1/T Ksp log Ksplog Ksp regresi
1. 311 3,215 x 10-3 10,985 x 10-4 -2,959 -5,6215
2. 316 3,164 x 10-3 9,7656 x 10-4-3,010 -5,6217
3. 318 3,144 x 10-3 8,6400 x 10-4-3,063 -5,6218
4. 321 3,115 x 10-3 7,6800 x 10-4-3,114 -5,6219
2.76 2.78 2.8 2.82 2.84 2.86 2.88 2.9 2.92 2.94 2.96
-32
-31.5
-31
-30.5
-30
-29.5
-29
f(x) = 8.91835364162784 x − 56.2442707156306R² = 0.955825342519496
1/T Vs Log Ksp
yLinear (y)
1/T (10-3)
Log
Ksp
3.1 3.12 3.14 3.16 3.18 3.2 3.22 3.24
-5.622
-5.6219
-5.6218
-5.6217
-5.6216
-5.6215
-5.6214
-5.6213
-5.6212
f(x) = 0.00317609471903781 x − 5.6316848712648R² = 0.48796364320005
1/T Vs Log Ksp Regresi
Series2Linear (Series2)
1/T
Log
Ksp
Reg
resi
y = ax + b
a = slop
b = intersept
x = variabel
y = log ksp
a = slope = tan α = ΔyΔx
= −5,6219 – (-5 ,6218 ) 0,003115 – 0,00 3144
= 0 ,3448
b = y – ax
= -5,6219 – (0, 3448)(0,003115)
= -5,62229
x untuk y = log ksp = ax + b
x= 1T kamar
= 128+273
=0,003322
y = log ksp = ax + b
= 0 , 3448 (0,003322) + (-5,62229)
= -5,62114
Log Ksp = -ΔH2,303 R
. 1T
-ΔH = log Ksp x 2,303 x R x T
ΔH = - (log Ksp x 2,303 x R x T)
ΔH = - (-5,62114 × 2,303 × 8,314J/mol K x 301 K)
ΔH = 32396 ,2585 J/mol = 32,3962585 kJ/mol
4.5 Pembahasan
Nilai hasil kali kelarutan suatu senyawa dapat ditentukan dari percobaan
laboratorium dengan mengukur kelarutan (massa senyawa yang dapat larut dalam
tiap liter larutan) sampai keadaan tepat jenuh. Dalam keadaan itu, kemampuan
pelarut telah maksimum untuk melarutkan atau mengionkan zat terlarut.
Kelebihan zat terlarut walaupun sedikit akan menjadi endapan. Hasil kali
kelarutan dalam keadaan sebenarnya merupakan nilai akhir yang dicapai oleh
hasil kali ion-ion ketika kesetimbangan tercapai antara fase padat dari garam yang
hanya sedikit larut dalam larutan itu. Kelarutan merupakan jumlah zat yang
terlarut yang dapat larut dalam sejumlah pelarut sampai membentuk larutan jenuh.
Kelarutan endapan-endapan yang dijumpai dalam analisis kuantitatif meningkat
dengan bertambahnya temperatur.
Pada percobaan penentuan kelarutan elektrolit yang bersifat sedikit larut
dan pengukuran panas pelarutan PbCl2 dengan menggunakan sifat kebergantungan
Ksp pada suhu, digunakan larutan Pb(NO3)2 dan KCl. Dalam reaksi diketahui
terbentuk endapan PbCl2.
Pb(NO3)2 + 2 KCl PbCl2 + 2 KNO3
PbCl2 Pb2+¿ ¿ + 2Cl−¿¿
Pada percobaan ini, dilakukan perlakuan pengocokan pada saat dan setelah
pencampuran larutan Pb(NO3)2 dan KCl dengan maksud agar kedua larutan dapat
bercampur dengan sempurna dan mempercepat terbentuknya endapan dan
didiamkan agar endapan turun ke dasar tabung. Setelah endapan terbentuk larutan
dipanaskan di atas pembakar gas untuk melarutkan endapan yang terbentuk.
Pada saat melarutkan kembali digunakan termometer sebagai batang
pengaduk agar suhu yang terukur tepat dan akurat. Pengadukan dilakukan agar
mempercepat proses pelarutan dan dapat sekaligus diukur suhunya tanpa terjadi
pertukaran kalor di lingkungan.
Perhitungan nilai hasil kali kelarutan yang diperoleh untuk penambahan
1,5 mL didapat Ksp 10,985 x 10-4 M, 2,0 mL didapat Ksp 9,7656 x 10-4 M, untuk
penambahan 2,5 mL didapat Ksp 8,64 x 10-4 M, untuk penambahan 3,0 mL
didapat Ksp 7,68001 x 10-4 M. Dilihat dari data tersebut, hal ini menunjukkan
bahwa semakin banyak endapan maka semakin kecil nilai Ksp larutan.
Endapan yang terbentuk kemudian dilarutkan kembali melalui pemanasan.
Pada larutan dengan penambahan KCl 1,5 ml larut pada suhu 38 ºC, pada
penambahan KCl 2,0 mL larut pada suhu 43 ºC, pada penambahan KCl 2,5
larut pada suhu 45 ºC, pada penambahan KCl 3,0 mL. Ternyata suhu yang
digunakan untuk melarutkan endapan semakin tinggi jika volume KCl yang
ditambahkan semakin banyak dan begitu pun sebaliknya.
Pada pembentukan endapan PbCl2, terlihat bahwa setiap penambahan
volume KCl maka akan didapat nilai hasil kelarutan (Ksp) yang semakin kecil.
Hal ini dikarenakan besar volume KCl mempengaruhi banyaknya endapan yang
terbentuk, sehingga mempengaruhi besar nilai hasil kali kelarutan (Ksp).
Sedangkan Pada penentuan panas pelarutan PbCl2 dengan menggunakan
ketergantungan pada suhu diperoleh hasil bahwa semakin banyak endapan maka
semakin tinggi suhu yang diperlukan untuk membuat endapan kembali larut.
Faktor yang sangat penting yang mempengaruhi kelarutan suatu kristal padat
adalah temperatur.
Kebanyakan garam anorganik, kelarutannya meningkat bila temperatur
dinaikkan juga. Kelarutan dari suatu zat terlarut akan semakin kecil jika volume
dari pelarut yang diberikan besar.
Pada kurva hubungan antara Ksp vs suhu nampak bahwa ketika suhu
dinaikkan maka hasil kali kelarutan akan berkurang. Kemudian pada kurva
hubungan antara Log Ksp sebelum regresi vs suhu nampak bahwa semakin kecil
tinggi suhu maka semakin besar log Ksp nya. Kemudian pada kurva hubungan
antara Log Ksp sesudah regresi vs suhu sama dengan kurva log Ksp sebelum
regresi, tetapi kurvanya menjadi linear. Dari kurva linear tersebut dihitung nilai
slope dan interseptnya kemudian untuk mendapatkan nilai panas pelarutan.
Berdasarkan sifat kebergantungan Ksp terhadap suhu inilah maka dapat
dihitung panas pelarutan (ΔH) PbCl2 yaitu sebesar 16,3251 kJ/mol. Nilai ∆H
bernilai positif. Hal ini berarti bahwa reaksi yang terjadi bersifat endotermik
artinya menyerap kalor dari lingkungan. Adapun reaksi yang terjadi ialah reaksi
endoterm, yaitu reaksi kimia yang diiringi dengan adanya penyerapan kalor oleh
sistem, sehingga suhu sistem meningkat. Hal ini telah sesuai dengan teori, di
mana untuk melarutkan suatu endapan, dalam hal ini PbCl2, dibutuhkan proses
pemanasan yang merupakan proses penyerapan kalor.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Kesimpulan dari percobaan ini adalah sebagai berikut:
1. Kelarutan garam PbCl2 semakin menurun dengan semakin banyaknya
penambahan KCl, kelarutannya berturut-turut yaitu 0,0652 M; 0,0625 M;
0,0600 M; dan 0,0577 M, serat nilai Ksp yang diperoleh berturut-turut adalah
11,0857 x 10-4 M; 9,7656 x 10-4 M; 8,6400 x 10-4 M; dan 7,6840 x 10-4 M.
2. Panas pelarutan PbCl2 yang diperoleh adalah 334,7486851 kJ/mol yang
menunjukkan reaksi bersifat endoterm.
5.2 Saran
Untuk laboratorium, sebaiknya fasilitas yang ada dalam laboratorium
sudah memadai, tetapi kalau bisa statifnya di ganti agar dalam memasang buret
lebih cepat dan gampang.
Untuk asisten, sudah membimbing kami dalam pratikum sehingga
praktikum dapat lancar dan cepat.
LEMBAR PENGESAHAN
Makassar, 11 September 2014
Asisten Praktikan
MARLINDA YUNITA PARE ROMBENIM. H311 11 259 NIM : H311 12 012
DAFTAR PUSTAKA
Castellan, G. W., 1983, Physical Chemistry, Wesley Publishing Company, United state of America.
Hanhoun, M,. Montastruc, L,. Azzaro-Pantel, C,. Biscans, B,. Freche, M,. dan Pibouleau, L,. 2010, Temperature Impact Assessment on Struvite Solubility Product: A Thermodynamic Modeling Approach, Université de Toulouse, Laboratoire de Génie Chimique, 4(1); 12-21
Khopkar, S. M., 1990, Konsep Dasar Kimia Analitik, UI-Press, Jakarta.
Svehla, G., 1990, Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimikro, Kalman Media Pustaka, Jakarta.
Zhu, Y., Merkel, B., J., 2001, The Dissolution and Solubility of Scorodite, FeAsO4·2H2O Evaluation and Simulation with PHREEQC2, TU Bergakedemie Freiberg, 18(12); 1-9.
LAMPIRAN GAMBAR
Gambar 1. Larutan Pb(NO3)2 yang ditambahkan KCl sebelum dipanaskan
Gambar 2. Hasil dari proses pemanasan yang tidak terdapat endapan