Lapsus DA
-
Upload
diah-ayu-masita -
Category
Documents
-
view
23 -
download
2
description
Transcript of Lapsus DA
![Page 1: Lapsus DA](https://reader035.fdokumen.site/reader035/viewer/2022071708/55cf9d4a550346d033ad0016/html5/thumbnails/1.jpg)
BAB 1
PENDAHULUAN
Dermatitis atopik (DA) ialah keadaan peradangan kulit kronis dan residif,
disertai gatal, yang umumnya sering terjadi selama masa bayi dan anak-anak,
sering berhubungan dengan peningkatan kadar IgE dalam serum dan riwayat atopi
pada keluarga atau penderita (Dermatitis atopik, rhinitis alergik, dan atau asma
bronchial). Kelainan kulit berupa papul gatal, yang kemudian mengalami
ekskoriasi dan likenifikasi, distribusinya di lipatan (fleksural) (Sularsito &
Djuanda, 2008).
Prevalensi DA di Indonesia bervariasi. Pada tahun 2005 dari 10 rumah
sakit besar di seluruh Indonesia menemukan angka 36% dari seluruh kasus
(Dinkes 2005). Data lainnya pada tahun 2010 di RS Wahidin Makasar
menemukan angkan 16,34% dari seluruh kunjungan penyakit kulit anak. Dari data
rawat jalan di RS Wahidin Sudirihusoso Makasar selama tahun 2003-2007 tercatat
184 kasus baru DA, terbanyak pada kelompok umur 5-14 (30%), diikuti
kelompok umur 1-4 (15%) dan 1-11 bulan (12%) (Brahmana, 2008). Wanita lebih
banyak menderita DA daripada pria dengan rasio 1,3 : 1. Berdasarkan data
penelitian di USA pada tahun 2003, prevalensi DA di Negara tersebut sebesar
10,7% Shaw, 2010).
Berbagai faktor ikut berinteraksi dalam pathogenesis Dermatitis Atopik,
misalnya faktor genetik, lingkungan, sawar kulit, farmakologik, dan imunologik.
Konsep dasar terjadinya Dermatitis Atopik adalah melalui reaksi imunologik,
yang diperantarai oleh sel-sel yang berasal dari sumsum tulang (Iskandar, 2009).
![Page 2: Lapsus DA](https://reader035.fdokumen.site/reader035/viewer/2022071708/55cf9d4a550346d033ad0016/html5/thumbnails/2.jpg)
Kadar Ig E dalam serum penderita D.A. dan jumlah eosinofil dalam darah
perifer umumnya meningkat. Terbukti bahwa ada hubungan secara sistemik antara
D.A. dan alergi saluran napas, karena 80% anak dengan D.A. mengalami asma
bronchial atau rhinitis alergik (Iskandar, 2009).
Diduga pada pathogenesis DA terdapat early phase reaction (EPR) dan late
phase reaction (LPR). Pada EPR setelah allergen terikat pada IgE yang terdapat
pada permukaan sel mast terjadilah degranulasi pada sel mast sehingga terjadi
pengeluaran histamine dan beberapa sitokin. Sesudah itu dilanjutkan dengan LPR
yaitu timbulnya ekspresi beberapa molekul adhesi pada dinding yang dipengaruhi
beberapa sitokin pada EPR. Sel radang akan tertarik pada dinding pembuluh darah
di tempat molekul adhesi berada. Akhirnya sel radang akan keluar dari pembuluh
darah menuju jaringan sehingga timbul reaksi radang.
Kulit penderita dermatitis atopik umumnya kering, pucat/redup, kadar
lipid di epidermis berkurang, dan kehilangan air lewat epidermis meningkat. Jari
tangan teraba dingin. Gejala utama DA ialah pruritus dapat hilang timbul
sepanjang hari, tetapi umumnya lebih hebat pada malam hari. Akibatnya penderita
akan menggaruk sehingga timbul bermacam-macam kelainan di kulit verupa
papul, likenifikasi, eritema, erosi, ekskoriasi, eksudasi, dan krusta.
DA dapat dibagi menjadi tiga fase, yaitu DA infatil (terjadi pada usia 2
bulan sampai 2 tahun), DA anak (2 sampai 10 tahun), dan DA pada remaja dan
dewasa. Pada Fase Bayi (0-2 tahun) Lesi awal dermatitis atopik muncul pada
bulan pertama kelahiran, biasanya bersifat akut, sub akut, rekuren, simetris di
kedua pipi, di dahi dan scalp. Lesi tampak berupa bercak kemerahan bersisik yang
mungkin sedikit basah. Bagian ekstensor tungkai bawah dan lengan dapat terkena.
![Page 3: Lapsus DA](https://reader035.fdokumen.site/reader035/viewer/2022071708/55cf9d4a550346d033ad0016/html5/thumbnails/3.jpg)
Hal ini berhubungan dengan area kulit yang kontak dengan tanah pada bayi yang
baru belajar merangkak. Lesi kulit muncul sebagai bintil-bintil merah kecil yang
terasa gatal yang dapat bergabung membentuk bercak yang berukuran besar. Pada
umumnya lesinya polimorfik cenderung eksudatif, kadang-kadang disertai dengan
infeksi sekunder atau pioderma (Barbara, 2006).
Sejalan dengan pertumbuhan bayi menjadi anak-anak, pola distribusi lesi
kulit mengalami perubahan. Awitan lesi muncul sebelum umur 5 tahun. Sebagian
merupakan kelanjutan fase bayi. Tempat predileksi terutama di daerah fleksural
(simetris) dan sangat jarang di daerah wajah, selain itu juga dapat mengenai
bagian lateral dan anterior leher. Manifestasi dermatitis sub akut dan cenderung
kronis. Pada kondisi kronis tampak lesi hiperpigmentasi, hyperkeratosis dan
likenifikasi (Barbara, 2006).
Akibat adanya rasa gatal dan garukan, akan tampak erosi, eksoriasi linear
yang disebut scratch marks. Kulit tangan biasanya kering, kasar, garis palmar
lebih dalam dan nyata, serta mengalami luka (fisura). Selain itu bibir terlihat
kering, bersisik, sudut bibir terlihat terbelah (kheilitis), demikian pula bagian
sudut lobus telinga sering mengalami fisura. Lesi dermatitis atopik pada anak juga
dapat ditemukan dipaha dan bokong (Barbara, 2006).
Bentuk lesi kulit pada fase dewasa dapat berupa plak popular eritematosa
dan berskuama, atau plak likenifikasi yang gatal. Pada DA remaja lokalisasi lesi
di lipat siku, lipat lutut, dan samping leher, dahi, dan sekitar mata. Pada DA
dewasa distribusi lesi kurang karakteristik, sering mengenai tangan dan
pergelangan tangan, dapat pula ditemukan setempat, misalnya di bibir (kering,
pecah, bersisik), vulva, putting susu, atau scalp. Kadang erupsi meluas dan paling
![Page 4: Lapsus DA](https://reader035.fdokumen.site/reader035/viewer/2022071708/55cf9d4a550346d033ad0016/html5/thumbnails/4.jpg)
parah di lipatan, mengalami likenifikasi. Lesi kering, agak menimbul, papul datar
dan cenderung bergabung menjadi plak likenifikasi dengan sedikit skuama, dan
sering terjadi ekskoriasi dan eksudasi karena garukan. Lambat laun terjadi
hiperpigmentasi.
![Page 5: Lapsus DA](https://reader035.fdokumen.site/reader035/viewer/2022071708/55cf9d4a550346d033ad0016/html5/thumbnails/5.jpg)
Diagnosis DA didasarkan kriteria yang disusun oleh Hanifin dan Rajka
yang diperbaiki oleh kelompok kerja dari Inggris yang dikoordinasi oleh Williams
(1994). Diagnosis harus mempunyai 3 kriteria mayor dan tiga kriteria minor.
Yang dimaksud kriteria mayor adalah :
- Pruritus
- Dermatitis di muka atau ekstensor pada bayi dan anak.
- Dermatitis di fleksura pada dewasa.
- Dermatitis kronis atau residif.
- Riwayat atopi pada penderita atau keluarganya.
Sedangkan untuk kriteria minor adalah :
- Xerosis
- Infeksi kulit (khususnya S. aureus dan virus herpes simpleks)
- Dermatitis nonspesifik pada tangan atau kaki.
- Iktiosis/hiperliniar Palmaris/ keratosis pilaris.
- Pitiriasis alba.
- Dermatitis di papilla mammae.
- White demographism dan delayed blanch response.
- Keilitis.
- Lipatan infra orbita Dennie-Morgan.
- Konjungtivitis berualang.
- Karetokonus.
- Katarak supkapsular anterior.
- Orbita menjadi gelap.
![Page 6: Lapsus DA](https://reader035.fdokumen.site/reader035/viewer/2022071708/55cf9d4a550346d033ad0016/html5/thumbnails/6.jpg)
- Muka pucat atau eritema.
- Gatal bila berkeringat.
- Intolerans terhadap wol atau pelarut lemak.
- Aksentuasi perifolikular.
- Hipersensitif terhadap makanan.
- Perjalanan penyakit dipengaruhi oleh faktor lingkungan dan emosi.
- Tes kulit alergi tipe dadakan positif.
- Kadar igE dalam serum meningkat.
- Awitan pada usia dini.
Sebagai diagnosis banding DA ialah dermatitis seboroik (terutama pada
bayi), dermatitis kontak, dermatitis numularis, scabies, iktiosis, psoriasis
(terutama di daerah palmoplantar). Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan
adalah menggunakan uji tusuk kulit dan uji temple.
Kulit penderita DA cenderung lebih rentan terhadap bahan iritan, oleh
karena itu penting untuk mengidentifikasi kemudian menyingkirkan faktor yang
memperberat dan memicu siklus ‘gatal-garuk’, misalnya sabun dan detergen;
kontak dengan bahan kimia, pakaian kasar, pajanan terhadap panas atau dingin
yang ekstrim. Bila memakai sabun hendaknya yang berdaya larut minimal terhdap
lemak dan mempunyai pH netral. Pakaian baru hendaknya dicuci terlebih dahulu
sebelum dipakai untuk membersihkan formaldehid atau bahan kimia tambahan.
Mencuci pakaian dengan detergen harus dibilas dengan baik, sebab sisa detergen
dapat bersifat iritan. Kalau selesai berenang harus segera mandi untuk membilas
klorin yang biasanya digunakan pada kolam renang. Stres psikis juga dapat
menyebabkan eksaserbasi DA.
![Page 7: Lapsus DA](https://reader035.fdokumen.site/reader035/viewer/2022071708/55cf9d4a550346d033ad0016/html5/thumbnails/7.jpg)
Sebagai pengobatan topikal karena kulit penderita DA cenderung kering
perlu diberikan pelembab misalnya krim hidrofilik urea 10%, dapat pula
ditambahkan hidrokortison 1% di dalamnya. Bila memakai pelembab yang
mengandung asam laktat, konsentrasinya jangan lebih dari 5% karena dapat
mengiritasi bila dermatitisnya masih aktif. Setelah mandi kulit dilap, kemudian
memakai emolien agar kulit tetap lembab.
Kortikosteroid topical paling sering digunakan sebagai anti-inflamasi kulit
pada DA. Pada bayi digunakan salap steroid berpotensi rendah, misalnya
hidrokortison 1%-2.5%. Pada anak dan dewasa dipakai steroid berpotensi
menengah, misalnya triamsinolon, kecuali pada muka, daerah genetalia dan
intertriginosa digunakan steroid berpotensi lebih rendah. Bila aktivitas penyakit
telah terkontrol dipakai secara intermitten umumnya dua kali seminggu, untuk
menjaga agar tidak cepat kambuh, sebaiknya dengan kortikosteroid yang
potensinya paling rendah. Pada lesi akut yang basah dikompres dahulu sebelum
digunakan steroid, misalnya dengan larutan burowi atau dengan larutan
permanganas kalikus 1:5000. Pengobatan topical lain yang bisa digunakan adalah
imunomodulator topical yaitu takrolimus, pimekrolimus, dan preparat ter.
Pengobatan sistemik yang dapat diberikan pada penderita DA adalah
kortikosteroid sistemik yang hanya digunakan untuk mengendalikan eksaserbasi
akut, dalam jangka pendek, dan dosis rendah, diberikan berselang-seling atau
diturunkan bertahap kemudian segera diganti dengan kortikosteroid topical.
Pemakaian jangka panjang akan menimbulkan beberapa efek samping, dan bila
dihentikan lesi yang berat akan muncul kembali.
![Page 8: Lapsus DA](https://reader035.fdokumen.site/reader035/viewer/2022071708/55cf9d4a550346d033ad0016/html5/thumbnails/8.jpg)
Antihstamin digunakan untuk membantu mengurangi rasa gatal yang
hebat, terutama malam hari sehingga mengganggu tidur. Oleh karena itu
antihistamin yang dipakai ialah yang mempunyai efek sedative, misalnya
hidroksisin atau difenhidramin. Pada kasus yang lebuh sulit dapat diberikan
doksepin hidroklorid yang mempunyai efek antidepresan dan memblok reseptor
histamine H1 dan H2 dengan dosis 10 sampai 75 mg secara oral malam hari pada
orang dewasa.
Pada DA ditemukan peningkatan koloni S. aureus. Untuk yang belum
resisten dapat diberikan eritromisin, asitromisin, atau klaritromisin, sedang untuk
yang sudah resisten diberikan dikloksasilin, oksasilin, atau generasi pertama
sefalosporin. Bila dicurigai terinfeksi oleh virus herpes simpleks kortikosteroid
dihentikan sementara dan diberikan per oral asiklovir 400 mg 3 kali per hari
selama 10 hari, atau 200 mg 4 kali per hari selama 10 hari.
Untuk DA yang berat dan luas dapat digunakan PUVA
(photochemotheraphy) seperti yang dipakai pada psoriasis. Terapi UVB atau
Goeckermen dengan UVB dan ter juga efektif. Kombinasi UVA dan UVB lebih
baik daripada hanya UVB. UVA bekerja pada sel langerhans dan eosinophil,
sedangkan UVB mempunyai efek imunosupresif dengan cara memblokade fungsi
sel langerhans, dan mengubah produksi sitokinkeratinosit.
Prognosis DA sulit diramalkan pada seseorang. Prognosis lebih buruk bila
kedua orangtuanya menderita DA. Ada kecendereungan perbaikan spontan pada
masa anak, dan sering ada yang kambuh pada masa remaja. Sebagian kasus
menetap pada usia di atas 30 tahun. Penyembuhan spontan DA yang diderita sejak
bayi pernah dilaporkan terjadi setelah umur 5 tahun sebesar 40-60% terutama
![Page 9: Lapsus DA](https://reader035.fdokumen.site/reader035/viewer/2022071708/55cf9d4a550346d033ad0016/html5/thumbnails/9.jpg)
kalau penyakitnya ringan. Sebelumnya juga ada yang melaporkan bahwa 84% DA
anak berlangsung sampai masa remaja. Ada pula laporan DA pada anak yang
diikuti sejak bayi hingga remaja 20% menghilang dan 65% berkurang gejalanya.
Lebih dari separuh DA remaja yang telah diobati kambuh kembali setelah dewasa.
Penderita atopi mempunyai resiko menderita dermatitis kontak iritan akibat kerja
di tangan.
![Page 10: Lapsus DA](https://reader035.fdokumen.site/reader035/viewer/2022071708/55cf9d4a550346d033ad0016/html5/thumbnails/10.jpg)
BAB 2
LAPORAN KASUS
2.1 Identitas Pasien
Nama : An Abid AV
Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur : 16 thn
Alamat : Jl. Rambutan, Kertosono
Agama : Islam
Pekerjaan : Pelajar SMA
Suku bangsa : Jawa
Nomor RM : 130759
Tanggal Periksa : 25 Juni 2012
2.2 Anamnesis
Keluhan utama :
Gatal di tangan
Riwayat Penyakit Sekarang :
Gatal dirasakan sejak satu minggu yang lalu. Gatal dirasakan di lengan
kanan dan tangan kiri. Terasa agak panas dan agak nyeri. Gatal dirasakan hilang
timbul dan bertambah gatal bila berkeringat. Gatal tidak bertambah bila malam
hari. Pasien mengeluh tangan terasa kering. Gatal seperti ini sering kumat-
kumatan sejak 1 tahun yang lalu, sejak pasien tinggal di pondok. Pasien mandi
menggunakan sabun lifeboy, tidak pernah menggunakan air sirih. Teman sekamar
tidak menderita gatal seperti ini. Pasien tidak menderita asma bronchial atau
![Page 11: Lapsus DA](https://reader035.fdokumen.site/reader035/viewer/2022071708/55cf9d4a550346d033ad0016/html5/thumbnails/11.jpg)
rhinitis alergi. Pasien meminum obat Bufacaril (Deksametason 0,5 mg,
deksklorfeniramin maleat 2 mg) tapi keluhan belum hilang.
Riwayat penyakit dahulu :
Pasien lupa apakah waktu kecil sudah menderita gatal seperti ini.
Riwayat penyakit keluarga :
Kakak penderita juga menderita gatal yang seperti ini, tapi sudah sembuh.
Kakak penderita juga menderita asma.
2.3 Pemeriksaan Fisik
Status Generalis
Tampak baik
Composmentis
a/i/c/d : -/-/-/-
T : 120/80
N: 80x/menit
RR : 20x/menit
T : 36.5ºC
Status Lokalis
Regio antebrachii dekstra terdapat macula eritematosa multiple berbentuk
numular berbatas jelas ukuran ± 2- 5 cm yang diatasnya terdapat papula, krusta
dan erosi.
![Page 12: Lapsus DA](https://reader035.fdokumen.site/reader035/viewer/2022071708/55cf9d4a550346d033ad0016/html5/thumbnails/12.jpg)
Regio antebrachii sinistra terdapat macula eritematosa multiple berbentuk
numular berbatas jelas ukuran ± 1-3 cm yang diatasnya terdapat papula, krusta
dan erosi.
2.4 Problem list
Pruritus hilang timbul
Regio antebrachii dekstra terdapat macula eritematosa multiple berbentuk
numular berbatas jelas ukuran ± 2- 5 cm yang diatasnya terdapat papula,
krusta dan erosi.
Regio antebrachii sinistra terdapat macula eritematosa multiple berbentuk
numular berbatas jelas ukuran ± 1-3 cm yang diatasnya terdapat papula,
krusta dan erosi.
Riwayat atopi
Gatal bertambah bila berkeringat
Kulit terasa kering
![Page 13: Lapsus DA](https://reader035.fdokumen.site/reader035/viewer/2022071708/55cf9d4a550346d033ad0016/html5/thumbnails/13.jpg)
2.5 Assasemen
Diagnosis : Dermatitis atopi
Diagnosis Banding : Dermatitis numularis
2.6 Planing
Planning terapi :
Cerini 1x1
Cortidex 3x1
Elox cream (1 x malam)
Planning monitoring
- Keluhan pasien (gatal, panas, kulit kering)
- Lesinya (bertambah banyak, menetap, atau berkurang)
Planning Edukasi
- Menjelaskan kepada pasien bahwa penyakit yang dideritanya adalah
dermatitis atopik
- Penyakit ini disebabkan oleh banyak faktor antara lain faktor genetik,
lingkungan, farmakologik, dan imunologik.
- Sebaiknya pasien memakai sabun bayi untuk mandi, dan tidak
menggunakan obat/bahan lain pada kulit selain dari dokter.
BAB 3
![Page 14: Lapsus DA](https://reader035.fdokumen.site/reader035/viewer/2022071708/55cf9d4a550346d033ad0016/html5/thumbnails/14.jpg)
PEMBAHASAN
Pasien An AAV usia 16 tahun datang ke poli kulit dan kelamin RSUD
Jombang pada tanggal 25 Juni 2012 dengan keluhan gatal di tangan. Gatal
dirasakan sejak satu minggu yang lalu. Gatal dirasakan di lengan kanan dan
tangan kiri. Terasa agak panas dan agak nyeri. Gatal dirasakan hilang timbul dan
bertambah gatal bila berkeringat. Gatal tidak bertambah bila malam hari. Pasien
mengeluh tangan terasa kering. Gatal seperti ini sering kumat-kumatan sejak 1
tahun yang lalu, sejak pasien tinggal di pondok. Pasien mandi menggunakan
sabun lifeboy, tidak pernah menggunakan air sirih. Teman sekamar tidak
menderita gatal seperti ini. Pasien tidak menderita asma bronchial atau rhinitis
alergi. Pasien meminum obat Bufacaril (Deksametason 0,5 mg, deksklorfeniramin
maleat 2 mg) tapi keluhan belum hilang. Kakak penderita juga menderita gatal
yang seperti ini, tapi sudah sembuh. Kakak penderita juga menderita asma.
Identitas
Dari identitas didapatkan jenis kelamin laki-laki berusia 16 tahun. Teori
menjelaskan DA bisa terjadi pada perempuan dan laki-laki, namun dengan rasio
lebih banyak pada perempuan daripada laki-laki yaitu 1,3 : 1. Usia pasien 16
tahun masuk dalam pembagian DA pada remaja dan dewasa, menurut tetori
dilaporkan bahwa 84% DA anak berlangsung sampai dewasa.
Anamnesa
Dari keluhan utama didapatkan keluhan gatal yang hilang timbul, sesuai
dengan teori yang mengemukakan bahwa gejala utama DA adalah pruritus dapat
hilang timbul sepanjang hari (Sularsito, 2008). Gatal dirasakan di tangan dan
lengan sesuai dengan keterangan bahwa DA pada dewasa distribusi lesi kurang
![Page 15: Lapsus DA](https://reader035.fdokumen.site/reader035/viewer/2022071708/55cf9d4a550346d033ad0016/html5/thumbnails/15.jpg)
karakteristik sering mengenai tangan dan pergelangan tangan. Keluhan pasien
berupa tangan yang kering dan gatal terasa lebih berat bila berkeringat merupakan
salah satu kriteria minor berdasarkan kriteria Hanifin dan Rajka.
Dari anamnesa didapatkan bahwa kakak pernah menderita gatal yang sama
seperti penderita dan menderita asma, hal ini sesuai dengan teori bahwa DA
berhubungan dengan riwayat atopi pada keluarga atau penderita. Yang dimaksud
riwayat atopik adalah dermatitis atopik, asma bronchial, konjungtivitis alergik,
dan rhinitis alergi.
Pemeriksaan fisik
Regio antebrachii dekstra dan sinistra terdapat macula eritematosa
multiple berbentuk numular berbatas jelas ukuran ±3 - 5 cm, dan diatasnya
terdapat papula, krusta dan erosi. Hal ini sesuai dengan teori bahwa pada lesi
berupa makula eritema, papuolo-vesikel yang halus dan terdapat krusta akibat
garukan.
Planning Terapi
Cerini 1x1
Cerini berisi Setrizin HCL 10 mg yang merupakan antihistamin. Sesuai
dengan teori penggunaan antihistamin digunakan untuk mengurangi rasa gatal.
Dosis dewasa diberikan sekali sehari satu kaplet.
Cortidex 3x1
Cortidex berisi Deksametason 0,5 mg/tablet merupakan kortikosteroid.
Hal ini seseuai dengan teori bahwa kortikosteroid digunakan untuk
mengendalikan eksasebasi akut, dan diberikan dalam jangka pendek.
![Page 16: Lapsus DA](https://reader035.fdokumen.site/reader035/viewer/2022071708/55cf9d4a550346d033ad0016/html5/thumbnails/16.jpg)
Elox cream (1 x malam)
Elox cream berisi mometason furoat 0,1%. Pengobatan
kortikosteroid topikal menurut teori merupakan terapi yang paling sering
digunakan sebagai anti inflamasi lesi kulit.
BAB 4
![Page 17: Lapsus DA](https://reader035.fdokumen.site/reader035/viewer/2022071708/55cf9d4a550346d033ad0016/html5/thumbnails/17.jpg)
KESIMPULAN
Pasien An AAV mendapat diagnosis Dermatitis atopi, diagnosis
ditegakkan berdasarkan keluhan pruritus yang hilang timbul, terdapat
riwayat atopi, dan pada regio brachii dan antebrachii dekstra sinistra
terdapat macula eritematosa multiple berbentuk numular berbatas jelas
ukuran ± 1-5 cm yang diatasnya terdapat papula, krusta dan erosi. Pada
penderita juga ditemukan keluhan gatal bila berkeringat dan kulit terasa
kering yang merupakan kriteria minor meurut Hanifin dan Rajka.
DAFTAR PUSTAKA
![Page 18: Lapsus DA](https://reader035.fdokumen.site/reader035/viewer/2022071708/55cf9d4a550346d033ad0016/html5/thumbnails/18.jpg)
Brahmana, Annete Regina. 2010. Gambaran Dermatitis Atopik di Poliklikik Kulit
dan Kelamin RSUD Dr Pringgadi Medan tahun 2008.
Iskandar, Zainudin.2009. Manifestasi Klinis dan Diagnosis Dermatitis Atopik, In :
Prof. Dr. dr. Siti Aisah Boediardja Sp. KK (K), dr. Titi Lestari Sugito Sp.
KK (K), dr. Wresti Indriatmi Sp. KK (K) M.Epid, Dr. dr. Maya Devita k
Sp. KK (K), dr. Srie Prihanti Sp. KK Phd, Dermatitis Atopik, Edisi 1,
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta, pp. 21-27
Shaw, Tatyana E. 2010. Eczema Prevalence in the United States : Data From the
2003 National Survey on Children’s Health. In Journal of Investigative
Dermatology 131. 67-73
Sularsito, S. A, Djuanda, Suria. 2008. Dermatitis. Dalam : Djuanda, Adhi. Ilmu
Penyakit Kulit dan Kelamin. FKUI : Jakarta