Lapsus DA

26
BAB 1 PENDAHULUAN Dermatitis atopik (DA) ialah keadaan peradangan kulit kronis dan residif, disertai gatal, yang umumnya sering terjadi selama masa bayi dan anak-anak, sering berhubungan dengan peningkatan kadar IgE dalam serum dan riwayat atopi pada keluarga atau penderita (Dermatitis atopik, rhinitis alergik, dan atau asma bronchial). Kelainan kulit berupa papul gatal, yang kemudian mengalami ekskoriasi dan likenifikasi, distribusinya di lipatan (fleksural) (Sularsito & Djuanda, 2008). Prevalensi DA di Indonesia bervariasi. Pada tahun 2005 dari 10 rumah sakit besar di seluruh Indonesia menemukan angka 36% dari seluruh kasus (Dinkes 2005). Data lainnya pada tahun 2010 di RS Wahidin Makasar menemukan angkan 16,34% dari seluruh kunjungan penyakit kulit anak. Dari data rawat jalan di RS Wahidin Sudirihusoso Makasar selama tahun 2003-2007 tercatat 184 kasus baru DA, terbanyak pada kelompok umur 5-14

description

POMR lapsus DA

Transcript of Lapsus DA

Page 1: Lapsus DA

BAB 1

PENDAHULUAN

Dermatitis atopik (DA) ialah keadaan peradangan kulit kronis dan residif,

disertai gatal, yang umumnya sering terjadi selama masa bayi dan anak-anak,

sering berhubungan dengan peningkatan kadar IgE dalam serum dan riwayat atopi

pada keluarga atau penderita (Dermatitis atopik, rhinitis alergik, dan atau asma

bronchial). Kelainan kulit berupa papul gatal, yang kemudian mengalami

ekskoriasi dan likenifikasi, distribusinya di lipatan (fleksural) (Sularsito &

Djuanda, 2008).

Prevalensi DA di Indonesia bervariasi. Pada tahun 2005 dari 10 rumah

sakit besar di seluruh Indonesia menemukan angka 36% dari seluruh kasus

(Dinkes 2005). Data lainnya pada tahun 2010 di RS Wahidin Makasar

menemukan angkan 16,34% dari seluruh kunjungan penyakit kulit anak. Dari data

rawat jalan di RS Wahidin Sudirihusoso Makasar selama tahun 2003-2007 tercatat

184 kasus baru DA, terbanyak pada kelompok umur 5-14 (30%), diikuti

kelompok umur 1-4 (15%) dan 1-11 bulan (12%) (Brahmana, 2008). Wanita lebih

banyak menderita DA daripada pria dengan rasio 1,3 : 1. Berdasarkan data

penelitian di USA pada tahun 2003, prevalensi DA di Negara tersebut sebesar

10,7% Shaw, 2010).

Berbagai faktor ikut berinteraksi dalam pathogenesis Dermatitis Atopik,

misalnya faktor genetik, lingkungan, sawar kulit, farmakologik, dan imunologik.

Konsep dasar terjadinya Dermatitis Atopik adalah melalui reaksi imunologik,

yang diperantarai oleh sel-sel yang berasal dari sumsum tulang (Iskandar, 2009).

Page 2: Lapsus DA

Kadar Ig E dalam serum penderita D.A. dan jumlah eosinofil dalam darah

perifer umumnya meningkat. Terbukti bahwa ada hubungan secara sistemik antara

D.A. dan alergi saluran napas, karena 80% anak dengan D.A. mengalami asma

bronchial atau rhinitis alergik (Iskandar, 2009).

Diduga pada pathogenesis DA terdapat early phase reaction (EPR) dan late

phase reaction (LPR). Pada EPR setelah allergen terikat pada IgE yang terdapat

pada permukaan sel mast terjadilah degranulasi pada sel mast sehingga terjadi

pengeluaran histamine dan beberapa sitokin. Sesudah itu dilanjutkan dengan LPR

yaitu timbulnya ekspresi beberapa molekul adhesi pada dinding yang dipengaruhi

beberapa sitokin pada EPR. Sel radang akan tertarik pada dinding pembuluh darah

di tempat molekul adhesi berada. Akhirnya sel radang akan keluar dari pembuluh

darah menuju jaringan sehingga timbul reaksi radang.

Kulit penderita dermatitis atopik umumnya kering, pucat/redup, kadar

lipid di epidermis berkurang, dan kehilangan air lewat epidermis meningkat. Jari

tangan teraba dingin. Gejala utama DA ialah pruritus dapat hilang timbul

sepanjang hari, tetapi umumnya lebih hebat pada malam hari. Akibatnya penderita

akan menggaruk sehingga timbul bermacam-macam kelainan di kulit verupa

papul, likenifikasi, eritema, erosi, ekskoriasi, eksudasi, dan krusta.

DA dapat dibagi menjadi tiga fase, yaitu DA infatil (terjadi pada usia 2

bulan sampai 2 tahun), DA anak (2 sampai 10 tahun), dan DA pada remaja dan

dewasa. Pada Fase Bayi (0-2 tahun) Lesi awal dermatitis atopik muncul pada

bulan pertama kelahiran, biasanya bersifat akut, sub akut, rekuren, simetris di

kedua pipi, di dahi dan scalp. Lesi tampak berupa bercak kemerahan bersisik yang

mungkin sedikit basah. Bagian ekstensor tungkai bawah dan lengan dapat terkena.

Page 3: Lapsus DA

Hal ini berhubungan dengan area kulit yang kontak dengan tanah pada bayi yang

baru belajar merangkak. Lesi kulit muncul sebagai bintil-bintil merah kecil yang

terasa gatal yang dapat bergabung membentuk bercak yang berukuran besar. Pada

umumnya lesinya polimorfik cenderung eksudatif, kadang-kadang disertai dengan

infeksi sekunder atau pioderma (Barbara, 2006).

Sejalan dengan pertumbuhan bayi menjadi anak-anak, pola distribusi lesi

kulit mengalami perubahan. Awitan lesi muncul sebelum umur 5 tahun. Sebagian

merupakan kelanjutan fase bayi. Tempat predileksi terutama di daerah fleksural

(simetris) dan sangat jarang di daerah wajah, selain itu juga dapat mengenai

bagian lateral dan anterior leher. Manifestasi dermatitis sub akut dan cenderung

kronis. Pada kondisi kronis tampak lesi hiperpigmentasi, hyperkeratosis dan

likenifikasi (Barbara, 2006).

Akibat adanya rasa gatal dan garukan, akan tampak erosi, eksoriasi linear

yang disebut scratch marks. Kulit tangan biasanya kering, kasar, garis palmar

lebih dalam dan nyata, serta mengalami luka (fisura). Selain itu bibir terlihat

kering, bersisik, sudut bibir terlihat terbelah (kheilitis), demikian pula bagian

sudut lobus telinga sering mengalami fisura. Lesi dermatitis atopik pada anak juga

dapat ditemukan dipaha dan bokong (Barbara, 2006).

Bentuk lesi kulit pada fase dewasa dapat berupa plak popular eritematosa

dan berskuama, atau plak likenifikasi yang gatal. Pada DA remaja lokalisasi lesi

di lipat siku, lipat lutut, dan samping leher, dahi, dan sekitar mata. Pada DA

dewasa distribusi lesi kurang karakteristik, sering mengenai tangan dan

pergelangan tangan, dapat pula ditemukan setempat, misalnya di bibir (kering,

pecah, bersisik), vulva, putting susu, atau scalp. Kadang erupsi meluas dan paling

Page 4: Lapsus DA

parah di lipatan, mengalami likenifikasi. Lesi kering, agak menimbul, papul datar

dan cenderung bergabung menjadi plak likenifikasi dengan sedikit skuama, dan

sering terjadi ekskoriasi dan eksudasi karena garukan. Lambat laun terjadi

hiperpigmentasi.

Page 5: Lapsus DA

Diagnosis DA didasarkan kriteria yang disusun oleh Hanifin dan Rajka

yang diperbaiki oleh kelompok kerja dari Inggris yang dikoordinasi oleh Williams

(1994). Diagnosis harus mempunyai 3 kriteria mayor dan tiga kriteria minor.

Yang dimaksud kriteria mayor adalah :

- Pruritus

- Dermatitis di muka atau ekstensor pada bayi dan anak.

- Dermatitis di fleksura pada dewasa.

- Dermatitis kronis atau residif.

- Riwayat atopi pada penderita atau keluarganya.

Sedangkan untuk kriteria minor adalah :

- Xerosis

- Infeksi kulit (khususnya S. aureus dan virus herpes simpleks)

- Dermatitis nonspesifik pada tangan atau kaki.

- Iktiosis/hiperliniar Palmaris/ keratosis pilaris.

- Pitiriasis alba.

- Dermatitis di papilla mammae.

- White demographism dan delayed blanch response.

- Keilitis.

- Lipatan infra orbita Dennie-Morgan.

- Konjungtivitis berualang.

- Karetokonus.

- Katarak supkapsular anterior.

- Orbita menjadi gelap.

Page 6: Lapsus DA

- Muka pucat atau eritema.

- Gatal bila berkeringat.

- Intolerans terhadap wol atau pelarut lemak.

- Aksentuasi perifolikular.

- Hipersensitif terhadap makanan.

- Perjalanan penyakit dipengaruhi oleh faktor lingkungan dan emosi.

- Tes kulit alergi tipe dadakan positif.

- Kadar igE dalam serum meningkat.

- Awitan pada usia dini.

Sebagai diagnosis banding DA ialah dermatitis seboroik (terutama pada

bayi), dermatitis kontak, dermatitis numularis, scabies, iktiosis, psoriasis

(terutama di daerah palmoplantar). Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan

adalah menggunakan uji tusuk kulit dan uji temple.

Kulit penderita DA cenderung lebih rentan terhadap bahan iritan, oleh

karena itu penting untuk mengidentifikasi kemudian menyingkirkan faktor yang

memperberat dan memicu siklus ‘gatal-garuk’, misalnya sabun dan detergen;

kontak dengan bahan kimia, pakaian kasar, pajanan terhadap panas atau dingin

yang ekstrim. Bila memakai sabun hendaknya yang berdaya larut minimal terhdap

lemak dan mempunyai pH netral. Pakaian baru hendaknya dicuci terlebih dahulu

sebelum dipakai untuk membersihkan formaldehid atau bahan kimia tambahan.

Mencuci pakaian dengan detergen harus dibilas dengan baik, sebab sisa detergen

dapat bersifat iritan. Kalau selesai berenang harus segera mandi untuk membilas

klorin yang biasanya digunakan pada kolam renang. Stres psikis juga dapat

menyebabkan eksaserbasi DA.

Page 7: Lapsus DA

Sebagai pengobatan topikal karena kulit penderita DA cenderung kering

perlu diberikan pelembab misalnya krim hidrofilik urea 10%, dapat pula

ditambahkan hidrokortison 1% di dalamnya. Bila memakai pelembab yang

mengandung asam laktat, konsentrasinya jangan lebih dari 5% karena dapat

mengiritasi bila dermatitisnya masih aktif. Setelah mandi kulit dilap, kemudian

memakai emolien agar kulit tetap lembab.

Kortikosteroid topical paling sering digunakan sebagai anti-inflamasi kulit

pada DA. Pada bayi digunakan salap steroid berpotensi rendah, misalnya

hidrokortison 1%-2.5%. Pada anak dan dewasa dipakai steroid berpotensi

menengah, misalnya triamsinolon, kecuali pada muka, daerah genetalia dan

intertriginosa digunakan steroid berpotensi lebih rendah. Bila aktivitas penyakit

telah terkontrol dipakai secara intermitten umumnya dua kali seminggu, untuk

menjaga agar tidak cepat kambuh, sebaiknya dengan kortikosteroid yang

potensinya paling rendah. Pada lesi akut yang basah dikompres dahulu sebelum

digunakan steroid, misalnya dengan larutan burowi atau dengan larutan

permanganas kalikus 1:5000. Pengobatan topical lain yang bisa digunakan adalah

imunomodulator topical yaitu takrolimus, pimekrolimus, dan preparat ter.

Pengobatan sistemik yang dapat diberikan pada penderita DA adalah

kortikosteroid sistemik yang hanya digunakan untuk mengendalikan eksaserbasi

akut, dalam jangka pendek, dan dosis rendah, diberikan berselang-seling atau

diturunkan bertahap kemudian segera diganti dengan kortikosteroid topical.

Pemakaian jangka panjang akan menimbulkan beberapa efek samping, dan bila

dihentikan lesi yang berat akan muncul kembali.

Page 8: Lapsus DA

Antihstamin digunakan untuk membantu mengurangi rasa gatal yang

hebat, terutama malam hari sehingga mengganggu tidur. Oleh karena itu

antihistamin yang dipakai ialah yang mempunyai efek sedative, misalnya

hidroksisin atau difenhidramin. Pada kasus yang lebuh sulit dapat diberikan

doksepin hidroklorid yang mempunyai efek antidepresan dan memblok reseptor

histamine H1 dan H2 dengan dosis 10 sampai 75 mg secara oral malam hari pada

orang dewasa.

Pada DA ditemukan peningkatan koloni S. aureus. Untuk yang belum

resisten dapat diberikan eritromisin, asitromisin, atau klaritromisin, sedang untuk

yang sudah resisten diberikan dikloksasilin, oksasilin, atau generasi pertama

sefalosporin. Bila dicurigai terinfeksi oleh virus herpes simpleks kortikosteroid

dihentikan sementara dan diberikan per oral asiklovir 400 mg 3 kali per hari

selama 10 hari, atau 200 mg 4 kali per hari selama 10 hari.

Untuk DA yang berat dan luas dapat digunakan PUVA

(photochemotheraphy) seperti yang dipakai pada psoriasis. Terapi UVB atau

Goeckermen dengan UVB dan ter juga efektif. Kombinasi UVA dan UVB lebih

baik daripada hanya UVB. UVA bekerja pada sel langerhans dan eosinophil,

sedangkan UVB mempunyai efek imunosupresif dengan cara memblokade fungsi

sel langerhans, dan mengubah produksi sitokinkeratinosit.

Prognosis DA sulit diramalkan pada seseorang. Prognosis lebih buruk bila

kedua orangtuanya menderita DA. Ada kecendereungan perbaikan spontan pada

masa anak, dan sering ada yang kambuh pada masa remaja. Sebagian kasus

menetap pada usia di atas 30 tahun. Penyembuhan spontan DA yang diderita sejak

bayi pernah dilaporkan terjadi setelah umur 5 tahun sebesar 40-60% terutama

Page 9: Lapsus DA

kalau penyakitnya ringan. Sebelumnya juga ada yang melaporkan bahwa 84% DA

anak berlangsung sampai masa remaja. Ada pula laporan DA pada anak yang

diikuti sejak bayi hingga remaja 20% menghilang dan 65% berkurang gejalanya.

Lebih dari separuh DA remaja yang telah diobati kambuh kembali setelah dewasa.

Penderita atopi mempunyai resiko menderita dermatitis kontak iritan akibat kerja

di tangan.

Page 10: Lapsus DA

BAB 2

LAPORAN KASUS

2.1 Identitas Pasien

Nama : An Abid AV

Jenis Kelamin : Laki-laki

Umur : 16 thn

Alamat : Jl. Rambutan, Kertosono

Agama : Islam

Pekerjaan : Pelajar SMA

Suku bangsa : Jawa

Nomor RM : 130759

Tanggal Periksa : 25 Juni 2012

2.2 Anamnesis

Keluhan utama :

Gatal di tangan

Riwayat Penyakit Sekarang :

Gatal dirasakan sejak satu minggu yang lalu. Gatal dirasakan di lengan

kanan dan tangan kiri. Terasa agak panas dan agak nyeri. Gatal dirasakan hilang

timbul dan bertambah gatal bila berkeringat. Gatal tidak bertambah bila malam

hari. Pasien mengeluh tangan terasa kering. Gatal seperti ini sering kumat-

kumatan sejak 1 tahun yang lalu, sejak pasien tinggal di pondok. Pasien mandi

menggunakan sabun lifeboy, tidak pernah menggunakan air sirih. Teman sekamar

tidak menderita gatal seperti ini. Pasien tidak menderita asma bronchial atau

Page 11: Lapsus DA

rhinitis alergi. Pasien meminum obat Bufacaril (Deksametason 0,5 mg,

deksklorfeniramin maleat 2 mg) tapi keluhan belum hilang.

Riwayat penyakit dahulu :

Pasien lupa apakah waktu kecil sudah menderita gatal seperti ini.

Riwayat penyakit keluarga :

Kakak penderita juga menderita gatal yang seperti ini, tapi sudah sembuh.

Kakak penderita juga menderita asma.

2.3 Pemeriksaan Fisik

Status Generalis

Tampak baik

Composmentis

a/i/c/d : -/-/-/-

T : 120/80

N: 80x/menit

RR : 20x/menit

T : 36.5ºC

Status Lokalis

Regio antebrachii dekstra terdapat macula eritematosa multiple berbentuk

numular berbatas jelas ukuran ± 2- 5 cm yang diatasnya terdapat papula, krusta

dan erosi.

Page 12: Lapsus DA

Regio antebrachii sinistra terdapat macula eritematosa multiple berbentuk

numular berbatas jelas ukuran ± 1-3 cm yang diatasnya terdapat papula, krusta

dan erosi.

2.4 Problem list

Pruritus hilang timbul

Regio antebrachii dekstra terdapat macula eritematosa multiple berbentuk

numular berbatas jelas ukuran ± 2- 5 cm yang diatasnya terdapat papula,

krusta dan erosi.

Regio antebrachii sinistra terdapat macula eritematosa multiple berbentuk

numular berbatas jelas ukuran ± 1-3 cm yang diatasnya terdapat papula,

krusta dan erosi.

Riwayat atopi

Gatal bertambah bila berkeringat

Kulit terasa kering

Page 13: Lapsus DA

2.5 Assasemen

Diagnosis : Dermatitis atopi

Diagnosis Banding : Dermatitis numularis

2.6 Planing

Planning terapi :

Cerini 1x1

Cortidex 3x1

Elox cream (1 x malam)

Planning monitoring

- Keluhan pasien (gatal, panas, kulit kering)

- Lesinya (bertambah banyak, menetap, atau berkurang)

Planning Edukasi

- Menjelaskan kepada pasien bahwa penyakit yang dideritanya adalah

dermatitis atopik

- Penyakit ini disebabkan oleh banyak faktor antara lain faktor genetik,

lingkungan, farmakologik, dan imunologik.

- Sebaiknya pasien memakai sabun bayi untuk mandi, dan tidak

menggunakan obat/bahan lain pada kulit selain dari dokter.

BAB 3

Page 14: Lapsus DA

PEMBAHASAN

Pasien An AAV usia 16 tahun datang ke poli kulit dan kelamin RSUD

Jombang pada tanggal 25 Juni 2012 dengan keluhan gatal di tangan. Gatal

dirasakan sejak satu minggu yang lalu. Gatal dirasakan di lengan kanan dan

tangan kiri. Terasa agak panas dan agak nyeri. Gatal dirasakan hilang timbul dan

bertambah gatal bila berkeringat. Gatal tidak bertambah bila malam hari. Pasien

mengeluh tangan terasa kering. Gatal seperti ini sering kumat-kumatan sejak 1

tahun yang lalu, sejak pasien tinggal di pondok. Pasien mandi menggunakan

sabun lifeboy, tidak pernah menggunakan air sirih. Teman sekamar tidak

menderita gatal seperti ini. Pasien tidak menderita asma bronchial atau rhinitis

alergi. Pasien meminum obat Bufacaril (Deksametason 0,5 mg, deksklorfeniramin

maleat 2 mg) tapi keluhan belum hilang. Kakak penderita juga menderita gatal

yang seperti ini, tapi sudah sembuh. Kakak penderita juga menderita asma.

Identitas

Dari identitas didapatkan jenis kelamin laki-laki berusia 16 tahun. Teori

menjelaskan DA bisa terjadi pada perempuan dan laki-laki, namun dengan rasio

lebih banyak pada perempuan daripada laki-laki yaitu 1,3 : 1. Usia pasien 16

tahun masuk dalam pembagian DA pada remaja dan dewasa, menurut tetori

dilaporkan bahwa 84% DA anak berlangsung sampai dewasa.

Anamnesa

Dari keluhan utama didapatkan keluhan gatal yang hilang timbul, sesuai

dengan teori yang mengemukakan bahwa gejala utama DA adalah pruritus dapat

hilang timbul sepanjang hari (Sularsito, 2008). Gatal dirasakan di tangan dan

lengan sesuai dengan keterangan bahwa DA pada dewasa distribusi lesi kurang

Page 15: Lapsus DA

karakteristik sering mengenai tangan dan pergelangan tangan. Keluhan pasien

berupa tangan yang kering dan gatal terasa lebih berat bila berkeringat merupakan

salah satu kriteria minor berdasarkan kriteria Hanifin dan Rajka.

Dari anamnesa didapatkan bahwa kakak pernah menderita gatal yang sama

seperti penderita dan menderita asma, hal ini sesuai dengan teori bahwa DA

berhubungan dengan riwayat atopi pada keluarga atau penderita. Yang dimaksud

riwayat atopik adalah dermatitis atopik, asma bronchial, konjungtivitis alergik,

dan rhinitis alergi.

Pemeriksaan fisik

Regio antebrachii dekstra dan sinistra terdapat macula eritematosa

multiple berbentuk numular berbatas jelas ukuran ±3 - 5 cm, dan diatasnya

terdapat papula, krusta dan erosi. Hal ini sesuai dengan teori bahwa pada lesi

berupa makula eritema, papuolo-vesikel yang halus dan terdapat krusta akibat

garukan.

Planning Terapi

Cerini 1x1

Cerini berisi Setrizin HCL 10 mg yang merupakan antihistamin. Sesuai

dengan teori penggunaan antihistamin digunakan untuk mengurangi rasa gatal.

Dosis dewasa diberikan sekali sehari satu kaplet.

Cortidex 3x1

Cortidex berisi Deksametason 0,5 mg/tablet merupakan kortikosteroid.

Hal ini seseuai dengan teori bahwa kortikosteroid digunakan untuk

mengendalikan eksasebasi akut, dan diberikan dalam jangka pendek.

Page 16: Lapsus DA

Elox cream (1 x malam)

Elox cream berisi mometason furoat 0,1%. Pengobatan

kortikosteroid topikal menurut teori merupakan terapi yang paling sering

digunakan sebagai anti inflamasi lesi kulit.

BAB 4

Page 17: Lapsus DA

KESIMPULAN

Pasien An AAV mendapat diagnosis Dermatitis atopi, diagnosis

ditegakkan berdasarkan keluhan pruritus yang hilang timbul, terdapat

riwayat atopi, dan pada regio brachii dan antebrachii dekstra sinistra

terdapat macula eritematosa multiple berbentuk numular berbatas jelas

ukuran ± 1-5 cm yang diatasnya terdapat papula, krusta dan erosi. Pada

penderita juga ditemukan keluhan gatal bila berkeringat dan kulit terasa

kering yang merupakan kriteria minor meurut Hanifin dan Rajka.

DAFTAR PUSTAKA

Page 18: Lapsus DA

Brahmana, Annete Regina. 2010. Gambaran Dermatitis Atopik di Poliklikik Kulit

dan Kelamin RSUD Dr Pringgadi Medan tahun 2008.

Iskandar, Zainudin.2009. Manifestasi Klinis dan Diagnosis Dermatitis Atopik, In :

Prof. Dr. dr. Siti Aisah Boediardja Sp. KK (K), dr. Titi Lestari Sugito Sp.

KK (K), dr. Wresti Indriatmi Sp. KK (K) M.Epid, Dr. dr. Maya Devita k

Sp. KK (K), dr. Srie Prihanti Sp. KK Phd, Dermatitis Atopik, Edisi 1,

Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta, pp. 21-27

Shaw, Tatyana E. 2010. Eczema Prevalence in the United States : Data From the

2003 National Survey on Children’s Health. In Journal of Investigative

Dermatology 131. 67-73

Sularsito, S. A, Djuanda, Suria. 2008. Dermatitis. Dalam : Djuanda, Adhi. Ilmu

Penyakit Kulit dan Kelamin. FKUI : Jakarta