Latar Belakang  · Web viewPuji syukur kehadirat Allah SWT yang teah melimpahkan Rahmat dan...

29
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI PENGOLAHAN REMPAH DAN BAHAN PENYEGAR Ekstraksi Oleoresin Lengkuas (Alpinia galanga) dengan Metode Maserasi Menggunakan Pelarut Hexan 90% Disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Teknologi Pengolahan Rempah-rempah dan Bahan Penyegar yang diampu oleh Puji Rahmawati STP. M.Si dan Siti Mujdalipah STP, M.Si. Disusun oleh : 1. Juliana M. Nur 1306948 2. Jessica Putri S. 1301314 3. Sari Nurmayani 1305544 4. Tiara Maulida Y. 1301022 Kelompok : 10 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNOLOGI AGROINDUSTRI

Transcript of Latar Belakang  · Web viewPuji syukur kehadirat Allah SWT yang teah melimpahkan Rahmat dan...

Page 1: Latar Belakang  · Web viewPuji syukur kehadirat Allah SWT yang teah melimpahkan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga laporan peraktikum ini yang berjudul “Ekstraksi Oleoresin Lengkuas

LAPORAN PRAKTIKUM

TEKNOLOGI PENGOLAHAN REMPAH DAN BAHAN PENYEGAR

Ekstraksi Oleoresin Lengkuas (Alpinia galanga) dengan Metode Maserasi

Menggunakan Pelarut Hexan 90%

Disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Teknologi Pengolahan

Rempah-rempah dan Bahan Penyegar yang diampu oleh Puji Rahmawati STP.

M.Si dan Siti Mujdalipah STP, M.Si.

Disusun oleh :

1. Juliana M. Nur 1306948

2. Jessica Putri S. 1301314

3. Sari Nurmayani 1305544

4. Tiara Maulida Y. 1301022

Kelompok : 10

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNOLOGI AGROINDUSTRI

FAKULTAS PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

2015

Page 2: Latar Belakang  · Web viewPuji syukur kehadirat Allah SWT yang teah melimpahkan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga laporan peraktikum ini yang berjudul “Ekstraksi Oleoresin Lengkuas

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang teah melimpahkan Rahmat dan Karunia-

Nya sehingga laporan peraktikum ini yang berjudul “Ekstraksi Oleoresin

Lengkuas (Alpinia galanga) dengan Metode Maserasi Menggunakan Pelarut

Hexan 90%” telah diselesaikan. Laporan praktikum ini ditujukan untuk

memenuhi salah satu tugas mata kuliah Teknologi Pengolahan Rempah-rempah

dan bahan penyegar.

Laporan praktikum ini berisi mengenai tinjauan singkat dan pelaporan

serta pembahasan hasil praktikum pembuatan dan pengamatan oleoresin

lengkuas (Alpinia galanga) yang diekstraksi dengan pelarut hexan 90% dengan

metode maserasi. Laporan praktikum ini merupakan wahana pengembangan

wawasan penulis dan diharapkan dapat menjadi salah satu sarana informasi dan

awal pengembangan bagi pembaca. Semoga laporan praktikum ini dapat

bermanfaat baik bagi penulis maupun pembaca. Penulis mengucapkan terimakasih

kepada Ibu Puji Rachmawati Nurcahyani, STP. M.Si dan Ibu Siti Mujdalipah

STP. M.Si. yang telah membimbing selama penyusunan laporan praktikum dan

semua pihak yang telah membantu kelancaran dalam penyusunan laporan

praktikum ini.

Bandung, 26 Mei 2015

Penulis

Page 3: Latar Belakang  · Web viewPuji syukur kehadirat Allah SWT yang teah melimpahkan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga laporan peraktikum ini yang berjudul “Ekstraksi Oleoresin Lengkuas

DAFTAR ISI

Page 4: Latar Belakang  · Web viewPuji syukur kehadirat Allah SWT yang teah melimpahkan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga laporan peraktikum ini yang berjudul “Ekstraksi Oleoresin Lengkuas

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Semakin meningkatnya kebutuhan hasil olahan rempah-rempah yang

berupa oleoresin, maka dipilihlah lengkuas sebagai bahan baku untuk

menghasilkan oleoresin yang akan digunakan untuk berbagai keperluan, baik

untuk makanan ataupun sebagai obat kulit. Disebabkan rempah-rempah

mengandung oleoresin sehingga cita rasa dan aromanya tajam dan spesifik.

Pada penelitian ini digunakan bahan baku lengkuas untuk mendapatkan

oleoresin. Lengkuas umumnya hanya digunakan sebagai tambahan bumbu

penyedap masakan dan obat-obatan. Rimpang lengkuas mengandung minyak

atsiri lebih kurang 1 % minyak atsiri berwarna kuning kehijauan yang

terutama terdiri dari metil-sinamat 48 %, sineol 20 % - 30 %, eugenol, kamfer

1 %, seskuiterpen, δ-pinen, galangin. Selain itu rimpang juga mengandung

resin yang disebut galangol, kristal berwarna kuning yang disebut kaemferida

dan galangin, kadinen, heksabidrokadalen hidrat, kuersetin, amilum, beberapa

senyawa flavonoid, dan lain-lain. Sehingga lengkuas ini bisa dikembangkan

pengolahannya.

Berdasarkan urain diatas, maka bahan baku lengkuas dapat

menghasilkan minyak atsiri, selain itu juga bahan baku lengkuas mudah

didapat dan murah, maka pengolahannya dapat dikembangkan untuk

mendapatkan suatu produk oleoresin dengan proses ekstraksi dan dilanjutkan

dengan metode rotary vacuum evaporator sehingga menghasilkan produk

oleoresin. Oleoresin merupakan campuran yang terdiri dari minyak atsiri

pembawa aroma dan damar sebagai pembawa rasa. Oleoresin umumnya

didapatkan dari ekstraksi rempah-rempah misalnya jahe, cengkeh, lada, kayu

manis, dengan pelarut tertentu. Pelarut yg dapat digunakan misalnya heksan,

metanol, alkohol, aseton, isopropanol, dan lain-lain. Oleoresin biasanya

berbentuk pasta atau cairan kental.

Page 5: Latar Belakang  · Web viewPuji syukur kehadirat Allah SWT yang teah melimpahkan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga laporan peraktikum ini yang berjudul “Ekstraksi Oleoresin Lengkuas

1.1 Rumusan Masalah

1. Bagaimana proses ekstraksi oleoresin lengkuas dengan metode maserasi?

2. Apa faktor yang mempengaruhi proses ekstraksi oleoresin lengkuas

dengan metode maserasi?

1.3 Tujuan

1. Menjelaskan proses ekstraksi oleoresin lengkuas dengan metode maserasi

2. Menguraikan faktor yang dapat mempengaruhi ekstraksi oleoresin

lengkuas dengan metode maserasi.

Page 6: Latar Belakang  · Web viewPuji syukur kehadirat Allah SWT yang teah melimpahkan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga laporan peraktikum ini yang berjudul “Ekstraksi Oleoresin Lengkuas

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Lengkuas (Alpinia galanga)

Tumbuhan lengkuas berdasarkan penggolongan dan tata nama

tumbuhan, termasuk ke dalam klasifikasi (Becker & Van Den Brink, 1968)

sebagai berikut:

Kerajaan : Plantae

Divisi : Magnoliophyta

Kelas : Liliopsida

Bangsa : Zingiberales

Suku : Zingiberaceae

Anak suku : Alpinioideae

Marga : Alpinia

Jenis : Alpinia galanga

Lengkuas atau laos adalah rempah-rempah populer dalam tradisi boga

dan pengobatan tradisional Indonesia maupun Asia Tenggara lainnya. Bagian

yang dimanfaatkan adalah rimpangnya yang beraroma khas. Lengkuas

banyak mengandung oleoresin yang terdiri dari komponen damar dan minyak

atsiri. Selain itu, lengkuas mengandung komponen flavonol, yang terdiri dari

galangin, kaemferol, kuersetin, dan miliselin. Komponen lainnya adalah à-

pinen, 1,8- sineol, limonen, terpineol, kaemferol, kuarsetin, dan miristin.

Masyarakat menggunakan lengkuas sebagai pewangi dan penambah cita rasa

masakan. Selain itu, rimpang mudanya banyak dimanfaatkan sebagai sayuran

dan lalapan. Dalam bidang pengobatan, lengkuas digunakan sebagai

antiseptik, pencegah kangker, antialergi, antijamur, dan antioksidan. Selain

itu, digunakan sebagai obat panu, pelancar haid, diuretik,memperkuat

lambung, meningkatkan nafsu makan, dan sebagai penyegar (Suranto, 2004).

2.2 Ekstrak

Ekstrak adalah sediaan kering, kental atau cair dibuat dengan menyari

simplisia nabati atau hewani menurut cara yang cocok, di luar pengaruh

cahaya matahari langsung. Sebagai cairan penyari digunakan air, eter atau

Page 7: Latar Belakang  · Web viewPuji syukur kehadirat Allah SWT yang teah melimpahkan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga laporan peraktikum ini yang berjudul “Ekstraksi Oleoresin Lengkuas

campuran etanol dan air (Depkes, 1979). Ekstrak adalah sediaan pekat yang

diperoleh dengan mengekstraksi zat aktif dari simplisia nabati atau simplisia

hewani menggunakan pelarut yang sesuai, kemudian semua atau hampir

semua pelarut diuapkan dan masa atau serbuk yang tersisa diperlakukan

sedemikian hingga memenuhi baku yang telah ditetapkan (Depkes, 1995).

Yang lebih penting untuk teknologi farmasi adalah cara ekstraksi.

Tumbuhan segar yang telah dihaluskan atau material tumbuhan yang

dikeringkan, diproses dengan cairan pengekstraksi. Jenis ekstraksi dan bahan

ekstraksi mana (cairan ekstraksi, menstruum) yang sebaiknya digunakan

sangat tergantung dari kelarutan bahan kandungan serta stabilitasnya (Voigt,

1995)

2.3 Maserasi

Maserasi merupakan cara penyarian yang sederhana. Maserasi

dilakukan dengan cara merendam serbuk simplisia dalam cairan penyari.

Cairan penyari akan menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel

yang mengandung zat aktif, zat aktif akan larut dan karena adanya perbedaan

konsentrasi antara larutan zat aktif di dalam sel dengan yang di luar sel, maka

larutan yang terpekat akan didesak keluar. Peristiwa tersebut berulang

sehingga terjadi keseimbangan konsentrasi antara larutan diluar sel dan di

dalam sel (Depkes, 1986).

Maserasi adalah cara ekstraksi yang paling sederhana. Bahan

dihaluskan (umumnya potong-potong atau berupa serbuk kasar)disatukan

dengan bahan pengekstraksi. Selanjutnya rendaman tersebut disimpan

terlindung dari cahaya langsung (mencegah reaksi yang dikatalisis cahaya

atau perubahan warna) dan dikocok kembali. Waktu lamanya maserasi

berbeda-beda, 5 hari telah memadai untuk memungkinkan berlangsungnya

proses yang menjadi dasar dari cara ini, seperti yang telah diuraikan diatas

(melarutnya bahan dari sel yang rusak yang terbentuk pada saat penghalusan,

ekstraksi (difusi) bahan kandungan dari sel yang masih utuh).

Persyaratannya adalah bahwa rendaman tadi harus dikocok berulang-

ulang (kirakira 3 kali sehari). Melalui upaya ini dapat dijamin keseimbangan

konsentrasi bahan ekstraktif yang lebih cepat di dalam cairan. Setelah

Page 8: Latar Belakang  · Web viewPuji syukur kehadirat Allah SWT yang teah melimpahkan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga laporan peraktikum ini yang berjudul “Ekstraksi Oleoresin Lengkuas

maserasi selesai rendaman diperas (kain pemeras) dan sisanya juga diperas

lagi (Voight, 1995).

2.4 Heksana

Heksana adalah sebuah senyawa hidrokarbon alkana dengan rumus

kimia C6H14. Awalan heks- merujuk pada enam atom karbon yang terdapat

pada heksana dan akhiran -ana berasal dari alkana, yang merujuk pada ikatan

tunggal yang menghubungkan atom-atom karbon tersebut. N-heksana

merupakan jenis pelarut organik. Fungsi dari heksana adalah untuk

mengekstraksi lemak atau untuk melarutkan lemak, sehingga merubah warna

dari kuning menjadi jernih (Mahmudi 1997).

2.5 Oleoresin

Oleoresin adalah zat kimia berupa minyak kental yang memiliki sifat

asli seperti bahan bakunya (misalnya pala) yang terdiri dari campuran minyak

atsiri dan resin. Oleoresin pala dapat diekstrak langsung dari fuli dan biji pala

yang belum disuling minyak atsirinya atau dapat diperoleh dari limbah

penyulingan pala melalui proses ekstraksi. Oleoresin dapat digunakan pada

industri makanan, minuman, sebagai penambah citarasa dan sebagai ramuan

dalam industri obat-obatan, kosmetika, dan sabun. Mutu oleoresin

dipengaruhi beberapa faktor, yaitu jenis tanaman dan umur panen, perlakuan

bahan sebelum proses ekstraksi, sistem dan kondisi ekstraksi, perlakuan

terhadap oleoresin setelah ekstraksi, serta pengemasan dan penyimpanan

(Ketaren, 1980).

Page 9: Latar Belakang  · Web viewPuji syukur kehadirat Allah SWT yang teah melimpahkan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga laporan peraktikum ini yang berjudul “Ekstraksi Oleoresin Lengkuas

BAB III

METODE PRAKTIKUM

3.1.Waktu dan Tempat Praktikum

Praktikum ini dilaksanakan pada April 2015 di Labolatorium

Pendidikan Teknologi Agroindustri, Fakultas Teknologi dan Kejuruan,

Universitas Pendidikan Indonesia.

3.2. Alat dan Bahan

Peralatan yang digunakan selama praktikum antara lain pisau, cutting

board, Loyang, oven, grinder, penyaring 60 mesh, neraca analitik, gelas ukur,

labu Erlenmeyer 500 ml, pompa vaccum, kertas saring, hot plate, magnetic

stirrer, labu lemak, vaccum rotary evaporator.

Sedangkan bahan yang digunakan selama praktikum yaitu rimpang

lengkuas sebanyak 2 kg, dan pelarut n-Hexana 90%.

3.3. Prosedur Kerja

Pada saat prakikum prosedur kerja terbagi menjadi dua tahapan utama yaitu

persiapan bahan lengkuas serbuk dan proses ekstraksi. Berikut merupakan

langkah terperinci dari kedua tahapan tersebut :

1. Persiapan Bahan Lengkuas Serbuk

Persiapan serbuk lengkuas dimulai dengan menyiapkan rimpang

lengkuas yang telah disortir, kemudian dilakukan pencucian dan

pengirisan manual dengan pisau. Rimpang lengkuas kemudian

dikeringkan pada oven dengan suhu 500C selama 6 jam. Lengkuas yang

telah dikeringkan kemudian di-grinding dan di saring dengan kerapatan

60 mesh.

2. Proses Maserasi Oleoresin Dari Lengkuas

Proses Pembuatan oleoresin lengkuas dilakukan secara maserasi,

yaitu dengan menimbang serbuk lengkuas kemudian ditambahkan pelarut

n-Hexan 90 % dengan perbandingan bahan dan pelarut 1 : 6. Proses

maserasi dilakukan Selma 24 jam pada labu Erlenmeyer 500 ml yang

diletakan pada hot plate dan ditambahakn stirrer kemudian suhu hot plate

diatur menjadi 00C pada kecepatan 3000 rpm. Pengadukan tersebut

Page 10: Latar Belakang  · Web viewPuji syukur kehadirat Allah SWT yang teah melimpahkan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga laporan peraktikum ini yang berjudul “Ekstraksi Oleoresin Lengkuas

bertujuan untuk memudahkan ekstraksi oleoresin dari serbuk lengkuas.

Setelah dilakukan maserasi selama 24 jam, larutan disaring menggunakan

saringan pompa vaccum dengan dua lapis kertas saring, sehingga terpisah

filtrat dan ampasnya. Filtrat yang dihasilkan diuapkan pelarutnya

menggunakan rotary evaporator sampai dihasilkan ekstrak kental.

(Hernani dkk, 2007 dan Senja dkk, 2014)

Berikut ini merupakan prosedur alir pelaksanaan ekstraksi

oleoresin lengkuas menggunakan metode maserasi :

50oC, 5 jam

Saring 60 mesh

Perbandingan 1:6

0oC, 3000 rpm, 24 jam

Rimpang lengkuas

Pencucian

Pengeringan

grinding

Serbuk halus

Pelarutann-hexan 90%

Proses maserasi

Penyaringan

evaporasi

Oleoresin lengkuas

Page 11: Latar Belakang  · Web viewPuji syukur kehadirat Allah SWT yang teah melimpahkan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga laporan peraktikum ini yang berjudul “Ekstraksi Oleoresin Lengkuas

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan

Hasil pengamatan sifat sensori dari oleoresin lengkuas disajikan

dalam tabel 1 sebagai berikut :

Parameter Pengamatan KaraketristikBobot lengkuas basah 2 kgBobot lengkuas kering halus (60 mesh)

165 gram

Bobot ampas 3 gramRendemen lengkuas halus 8,25%Warna Coklat mudaAroma Khas lengkuas, sangat menyengat, tidak

tercium bau pelarut n-HexanViskositas/kekentalan - Kental pada suhu ruang

- Viskositas menurun saat dipanaskan hingga suhu oleoresin menjadi 33oC

pH 5,3Tingkat kejernihan Jernih (+++)Rendemen - Basis kering : 5,214%

- Basis basah : 0,43%Gambar/foto

Perhitungan Rendemen :

1. Rendemen lengkuas halus 60 mesh

R . Lengkuashalus=bobot lengkuas kering halusbobot lengkuas basah

×100 %

¿ 165 gram2000 gram

×100 %=8,25 %

Page 12: Latar Belakang  · Web viewPuji syukur kehadirat Allah SWT yang teah melimpahkan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga laporan peraktikum ini yang berjudul “Ekstraksi Oleoresin Lengkuas

2. Rendemen oleoresin

Bobot labu lemak + oleoresin (a) : 24,7255

Bobot labu lemak kosong (b) : 16,1212

a. Rendemen oleoresin basis kering

R . oleoresin= a−bbobot lengkuas kering

× 100 %

¿ 24,7255−16,1212165

×100%=5,214 %

b. Rendemen Oleoresin basis basah

R .oleoresin= a−bbobot lengkuas basah

× 100 %

¿ 24,7255−16,12122000

×100%=0,43 %

4.2 Pembahasan

a. Pinsip Maserasi Lengkuas dengan Pelarut Hexan

b. Karaketristik Oleoresin Lengkuas

1. Warna

Warna dari oleoresin yang dihasilkan pada praktikum ekstraksi

oleoresin dengan bahan lengkuas ini berwarna cokelat muda. Menurut

Bermawie dkk., (2012) di Indonesia dikenal bermacam-macam

lengkuas, yaitu lengkuas merah, lengkuas putih dan lengkuas dengan

warna antara merah dan putih, namun oleoresin yang dihasilkan adalah

berwarna cokelat muda. Ini disebabkan karena menurut Ansel (1989)

pada dasarnya prinsip maserasi adalah ekstraksi zat aktif yang

dilakukan dengan cara merendam serbuk dalam pelarut yang sesuai

selama beberapa hari pada temperature kamar terlindung dari

cahaya, pelaut akan masuk kedalam sel tanaman melewati dididing

sel. Isi sel akan larut karena adanya perbedaan konsentrasi antara

larutan didala sel dengan diluar sel. Larutan yang konentrasinya

tinggi akan terdeak keluar dan diganti oleh pelarut dengan

konsentrasi redah (proses difusi). Peristiwa tersebut akan berulang

Page 13: Latar Belakang  · Web viewPuji syukur kehadirat Allah SWT yang teah melimpahkan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga laporan peraktikum ini yang berjudul “Ekstraksi Oleoresin Lengkuas

sampai terjadi keseimbangan antara larutan didalam sel dan larutan

diluar sel. Bahan baku penghasil oleoresin sudah harus dalam

bentuk serbuk. Dan yang kami lakukan pada lengkuas adalah

dengan melakukan pengeringan sehingga warna dari lengkuas

mengalami pencokelatan akibat panas untuk mengeringkan lengkuas

yang akan dijadikan serbuk pada saat grinding.

Namun hal ini hampir sesuai dengan standar oleoresin yang

ditetapkan oleh Indessco oleoresin lengkuas itu berwarna kecokelatan.

2. Aroma

Oleoresin merupakan campuran yang terdiri dari minyak atsiri

pembawa aroma. Menurut tajkarimi (2010) minyak atsiri diketahui

mengandung campuran berbagai senyawa yaitu terpen, alkohol, aseton,

fenol, asam, aldehid dan ester, yang umumnya digunakan sebagai

pemberi esens (aroma) pada pangan, kosmetika, atau sebagai

komponen fungsional pada produk farmasi.

Menurut Singh dkk., 2008; komponen aktif pada minyak atsiri

lengkuas umumnya didominasi senyawa-senyawa terpen (monoterpen,

seskuiterpen), dan fenolik yang menghasilkan aroma yang khas.

Lengkuas sendiri menghasilkan aroma yang cukup menyengat,

sehingga banyak digunakan sebagai bahan pemberi aroma pada

makanan, sebagai bumbu, diolah segar, maupun sebagai baha herbal

(jamu) dan obat-obatan. Dari semua yang sudah disebutkan cukup jelas

dan sesuai dengan hasil pengamatan bahwa oleoresin lengkuas yang

diekstrak pada praktikum sudah tidak tercium bau pelarut n-Hexan dan

beraroma khas lengkuas yang sangat menyengat.

3. Viskositas atau Kekentalan

Oleoresin adalah campuran kompleks yang diperoleh dengan

ekstraksi,konsentrasi (pemekatan) dan standarisasi minyak esensial

(minyak atsiri) dankomponen non-volatil (tidak menguap) dari

rempah-rempah, biasanya dalam bentuk cairan kental atau pasta

Page 14: Latar Belakang  · Web viewPuji syukur kehadirat Allah SWT yang teah melimpahkan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga laporan peraktikum ini yang berjudul “Ekstraksi Oleoresin Lengkuas

(Suyitno, 1988). Dan hasil yang didapatkan adalah oleoresin yang

kental.

4. Nilai pH oleoresin Lengkuas

Menurut Hermani dkk. (2007) nilai pH oleoresin atau ekstrak

murni rempah-rempah sangat berkaitan dengan aktivitasnya sebagai

antioksidan. Pada saat praktikum nilai pH oleoresin lengkuas yang

diekstrak melalui metode maserasi adalah 5,3 yang diukur dengan

pHmeter dan bernilai 5 dengan menggunakan kertas pH universal. Hal

tersebut menandakan bahwa aktivitas antioksidan oleoresin lengkuas

yang diekstrak dengan menggunakan pelarut hexan 90% sangat tinggi.

Sesuai dengan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Juntachote

dan Berghofer (2005) terhadap aktivitas antioksidan ekstrak etanol

lengkuas menunjukkan bahwa pada ekstrak yang mempunyai pH

rendah (pH 3) aktivitas antioksidan sangat lemah, tetapi ekstrak yang

mempunyai pH 7 aktivitas antioksidannya cukup tinggi. Berarti bahwa

ekstrak yang mempunyai pH yang mendekati pH netral akan

mempunyai aktivitas lebih tinggi dibandingkan ekstrak yang

mempunyai pH yang rendah.

Pada percobaan ini nilai pH yang dihasilkan adalah 5,3

sedangkan dari penelitian lain yakni dari Hermani (2007) oleoresin

lengkuas yang diekstrak dengan hexan 60% memiliki pH 3.98 dan

oleoresin yang diekstrak dengan toluene 80% bernilai pH 4,34. Hal ini

menunjukan bahwa metode maserasi dengan menggunakan hexan 90%

lebih efektif untuk menghasilkan oleoresin lengkuas dengan nilai pH

yang relative tinggi dan diharapkan memiliki aktivitas antioksidan

yang tinggi.

5. Tingkat Kejernihan

Parameter yang digunakan untuk mengukur tingkat kejernihan

oleoresin lengkuas yang dihasilkan adalah terukurnya tingkat

transfaransi oleoresin lengkuas yang dimasukan dalam tabung reaksi

Page 15: Latar Belakang  · Web viewPuji syukur kehadirat Allah SWT yang teah melimpahkan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga laporan peraktikum ini yang berjudul “Ekstraksi Oleoresin Lengkuas

kemudian dibandingkan kejernihannya dengan kejernihan dan

transfaransi dengan minyak kelapa sawit.

Berdasarkan hasil praktikum, tingkat kejernihan pada suhu

ruang oleoresin lenguas rendah hal ini disebabkan oleh viskositas yang

meningkat pada saat di suhu ruang. Namun setelah dipanaskan dan

diukur suhunya pada 33oC tingkat kejernihan oleoresin meningkat dan

transfaransinya hampir sama dengan minyak kelapa sawit.

Tingkat kejernihan oleoresin lengkuas dapat dibandingkan

dengan oleoresin rempah lain seperti oleoresin jahe dan kunyit.

Tingkat kejernihan atau indeks bias juga dapat mengindikasikan

banyaknya komponen terlarut pada oleoresin, semakin jernih oleoresin

yang dihasilkan maka semakin kecil pula padatan telarut dalam minyak

tersebut dan mutu oleoresin tersebut. (Budiarti, 2006)

Dalam memperoleh oleoresin lengkuas yang jernih, jenis

pelarut tidak berpengaruh nyata terhadap total padatan terlarut ekstrak

murni lengkuas. Pelarut toluen dan heksan termasuk dalam golongan

senyawa non polar, karena terdiri dari rantai karbon. Biarpun struktur

senyawa kimia dari toluen terdiri dari rantai karbon aromatic (cincin

tertutup), sedangkan heksan karbon rantai terbuka sifat kepolarannya

tidak berbeda. (Hermani, 2007)

6. Rendemen

Berdasarkan hasil praktikum, rendemn oleoresin lengkuas yang

diukur dengan basis kering adalah 5,23% dan menggunakan basis

basah yakni 4,34%. Rendemen tersebut lebih rendah jika dibandingkan

dengan rendemen jahe ataupun kunyit. Rendemen oleoresin lengkuas

ini dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor yakni proses ekstraksi yang

diguanakn, jenis pelarut yang digunakan, dan kualitas bahan yang

digunakan.

Dalam pelarut heksan ada kecenderungan bahwa semakin tinggi

konsentrasinya, rendemen ekstrak murni lengkuas semakin meningkat.

Kemungkinan yang terjadi adalah semakin tinggi konsentrasi berarti

Page 16: Latar Belakang  · Web viewPuji syukur kehadirat Allah SWT yang teah melimpahkan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga laporan peraktikum ini yang berjudul “Ekstraksi Oleoresin Lengkuas

polaritasnya semakin rendah atau bersifat lebih tidak polar dengan

komposisi air yang menurun. Dengan demikian maka kemampuan

mengikat zat balas seperti karbohidrat dan pati melalui ikatan

hidrogen semakin berkurang, sehingga senyawa tersebut masih

banyak tertinggal dalam larutan. Hal ini akan mempengaruhi

rendemen yang dihasilkan. Untuk pelarut toluen terjadi hal sebaliknya,

semakin tinggi konsentrasinya, rendemen ekstrak murni lengkuas

yang dihasilkan semakin rendah (Wahyono et al., 2002; Juntachote

dan Berghofer, 2005)

Berdasarkan hasil penelitian Hermani (2007) rendemen yang

dihasilkan oleh pelarut heksan cenderung lebih tinggi dibandingkan

dengan pelarut toluen. Dalam proses ekstraksi ternyata pelarut heksan

cukup mampu menarik resin, gula dan gum, sedangkan pelarut toluen

kemungkinan bisa menarik pati, karbohidrat dan kotoran lainnya atau

senyawa makromolekul, hal ini terlihat dari kotoran yang dihasilkan.

Oleh karena itu metode dan pelarut yang digunakan saat percobaan

sudah cukup baik untuk mengahasilkan rendemen oleoresin lengkuas

yang relatif tinggi.

c. Faktor yang Mempengaruhi ekstraksi Oleoresin Lengkuas

d. Aplikasi dan Sifat Fitokimia Oleoresin Lengkuas

Page 17: Latar Belakang  · Web viewPuji syukur kehadirat Allah SWT yang teah melimpahkan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga laporan peraktikum ini yang berjudul “Ekstraksi Oleoresin Lengkuas

BAB V

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil praktikum, dan analisis pembahasan dengan kajian

pustaka berikut ini merupakan beberapa hal yang dapat disimpulkan :

1. Prinsip proses ekstraksi oleoresin lengkuas dengan maserasi adalah

perendaman sampel bubuk pada pelarut organik dan direndam dalam

waktu yang relative lama dan dibantu dengan pengadukan. Pelarut yang

digunakan untuk merendam memiliki ssifat kepolaran yang sama dengan

oleoresin sampel sehingga dapat melarustkannya dan akhirnya dapat

dipisahkan kembali dengan cara diuapkan menggunakan vaccum rotary

evaporator.

2. Menguraikan faktor yang dapat mempengaruhi ekstraksi oleoresin

lengkuas dengan metode maserasi.

4.2 Saran

Oleoresin lengkuas merupakan salah satu bahan fitokimia yang sangat

efektif untuk menghambat pertumbuhan jamur dan memiliki aktivitas

antioksidan yang tinggi. Sehingga penelitian dan rekayasa teknologi

pembuatannya harus terus dikembangkan untuk memperoleh mutu yang lebih

baik. Salah satu metode yang dapat digunakan adalah maserasi terbantu

dengan pengadukan oleh magnetic stirrer dengan kecepatan 300 rpm dalam

suhu hot plate 0oC.

Page 18: Latar Belakang  · Web viewPuji syukur kehadirat Allah SWT yang teah melimpahkan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga laporan peraktikum ini yang berjudul “Ekstraksi Oleoresin Lengkuas

DAFTAR PUSTAKA

Ansel,H.C., (1989). Pengatar Bentuk sediaan Farmasi. Edisi 4. UI Press. Jakarta.

Halaman 96,147.

Bermawie, N., Purwiyanti, S., Melati dan Meilawati, N.L.W. (2012). Karakter

morfologi, hasil dan mutu enam genotip lengkuas pada tiga agroekologi.

Bulletin Balittro 23:125-135.

Budiarti, R, 2006, Pemanfaatan Lengkuas Merah (alpinia purpurata K.Schum)

Sebagai Bahan Anti Jamur Dalam Sampo. [Skripsi]. Fakultas Teknologi

Pertanian, Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Hernani., Marwati, Tri., dan Winarti, Christina. (2008) Pemilihan Pelarut Pada

Pemurnian Ekstrak Lengkuas (Alpinia galanga) Secara Ekstraksi.

J.Pascapanen 4(1) 2007: 1-8

Juntachote, T. and E. Berghofer. 2005. Antioxidative properties and stability of

ethanolic extracts of Holy basil and galangal. Food Chemistry. 92: 193-

202.

Kumar, R., Singh, S. Dan Singh, O.V. (2008). Review. Bioconversion of

lignocellulosic biomass: biochemical and molecular perspectives, Journal

of Industrial Microbiology & Biotechnology, © Society for Industrial

Microbiology, 10.1007/s10295-008-0327-8

Suyitno. 1988. Pengujian Sifat Fisik Bahan Pangan. Yogyakarta: Pusat Antar

Universitas Pangan dan Gizi, Universitas Gadjah Mada.

Tajkarimi, M. M., Ibrahim, S. A., Cliver, D. O. 2010. Antimicrobial herb and

spice compounds in food. Food Control, 21:1199-1218

Wahyono, S., Sunarsih dan W. Jokopriyambodo. 2002. Penelitian ekstraksi daun

kemuning (Murraya paniculata L.). Prosiding seminar nasional Tumbuhan

Obat Indonesia XXI. F. Farmasi Ubaya, Surabaya : 348 - 352.