Long Case Rjj

24
CASE PRESENTATION Identitas Pasien Nama : Nn. S JK : Perempuan Umur : 26 tahun RM : 708500 MRS : 15/04/2015 Jaminan : JKN Ruangan : L2 Unit Luka Bakar Bed 2 Anamnesis Keluhan Utama : luka bakar Anamnesis Terpimpin : Dialami kurang lebih 3 hari sebelum masuk rumah sakit. Akibat ledakan kompor minyak. Pasien rujukan dari Rumah Sakit Manokwari. Riwayat pingsan (+), riwayat mual(-), muntah (-), riwayat kejang (-). Mekanisme trauma: Pasien terkena ledakan kompor minyak tanah saat memasak. Tiba- tiba saat minyak habis kompor meledak dan mengenai wajah dan badan pasien. Pemeriksaan Fisik Primary Survey Airway: Bebas, (paten) 1

description

hhhhhh

Transcript of Long Case Rjj

CASE PRESENTATION

Identitas PasienNama: Nn. SJK: PerempuanUmur: 26 tahunRM: 708500MRS: 15/04/2015Jaminan: JKNRuangan: L2 Unit Luka Bakar Bed 2

AnamnesisKeluhan Utama : luka bakarAnamnesis Terpimpin : Dialami kurang lebih 3 hari sebelum masuk rumah sakit. Akibat ledakan kompor minyak. Pasien rujukan dari Rumah Sakit Manokwari. Riwayat pingsan (+), riwayat mual(-), muntah (-), riwayat kejang (-). Mekanisme trauma: Pasien terkena ledakan kompor minyak tanah saat memasak. Tiba- tiba saat minyak habis kompor meledak dan mengenai wajah dan badan pasien.

Pemeriksaan FisikPrimary SurveyAirway:Bebas, (paten)Breathing: Dada simetris, Pernapasan: 24x/menit, krepitasi(-), BP:vesikuler, BT:Rh-/- Wh-/-Circulation:Tensi: 110/70 mmHg, Nadi: 82x,regulerDisability:GCS 15 (E4M6V5), pupil:isokor, diameter 3mm/3mmEnviroment:Suhu axilla: 36,8C

Secondary SurveyStatus RegionalRegio fasialis:I: Tampak luka bakar 9%P: NT (+)Thorax :I: Tampak luka bakar 9%P: MT (-), NT (+)Abdomen : I : Tampak luka bakar 9%P : Nyeri tekan (+) Regio Ektremitas Superior:I: tampak luka bakar 18%P: Nyeri tekan (+)Regio Ektremitas InferiorI: tampak luka bakar 10%P: Nyeri tekan (+)

Foto Klinis

Pemeriksaan Penunjang 15/04/2015Test Result

WBC12.19

RBC5.31

HGB12.4

HCT38.4

PLT173

ResumeSeorang pasien perempuan umur 26 tahun, masuk rumah sakit dengan keluhan luka bakar dialami 3 hari sebelum masuk rumah sakit. Akibat ledakan kompor minyak. Pasien rujukan dari Rumah Sakit Manokwari. Riwayat pingsan (+), riwayat mual (-), muntah (-), riwayat kejang (-).Pasien terkena ledakan kompor minyak tanah saat memasak. Tiba- tiba saat minyak habis kompor meledak dan mengenai wajah dan badan pasien.

DiagnosisCombutio Grade II B 55%

Rencana TerapiResusitasi A,B,CAirway: ClearBreathing: O2 2-4 LpmCirculation: Resusitasi Cairan Ceftriaxon 1gr/12jam/IV Ranitidine 1amp/12jam/IV Ketorolac 30mg/8jam/IV Rawat luka dengan Burnazin.

Pada 24 jam pertama:Resusitasi cairan dengan menggunakan cara Baxter/Parkland (1974):4 ml/kgBB/% luka bakar4 mL kristaloid x BB x luas luka bakar =4 x 50 kg x 55% = 11000ml (/24 jam)8 jam pertama : 5500 ml/8 = ml/jamTetes: (5500ml x 20) / (8x60) = 229 tts/menit16 jam kedua : 5500 ml (5500ml x 20 )/16x60 = 114 tts/ menit

Resusitasi cairan lanjutPeriksa lab. DR.Monitoring resusitasiUrin (0,5-1 cc/kgBB/jam) = 25 50 cc/ jam via kateter. Kesan cukup Ganti verban dan rawat luka dengan burnazin salf Medikasi : Ceftriaxone 1 gr/12 jam/ivRanitidin 50 mg/8 jam/ivKetorolac 30 mg/8 jam/iv Injeksi TT : 1 cc im

TINJAUAN PUSTAKA

RESUSITASI CAIRAN PADA LUKA BAKAR

Luka bakar adalah suatu bentuk kerusakan atau kehilangan jaringan yang disebabkan kontak dengan sumber panas (suhu, bahan kimia, listrik).Luas dan dalamnya luka bakar terhantung dari sumber panasnya dan lama kontak dengan kulit.Suhu di atas 50 C akan menyebabkan nekrosis jaringan, terutama jika terpapar pada kulit yang tipis seperti pada anak-anak atau orang tua. Luka bakar menyebabkan sejumlah besar penyimpanan cairan di daerah yang cedera, dan ketika ukuran lebih dari TBSA 20%, proses ini menjadi luas. Edema terbentuk dalam jumlah besar, dan apabila kombinasi dengan kehilangan cairan saat penguapan karena dari permukaan luka bakar yang lembab secara signifikan akan mengurangi volume plasma. Hal ini akan menyebabkan hipovolemia intravaskuler, yang jika tidak diperbaiki dapat menyebabkan kegagalan sistem organ, terutama gagal ginjal.Kerusakan termal menyebabkan perubahan mikrosirkulasi baik lokal di bagian yang cedera dan di tempat lain. Luka bakar membentuk tiga zona penurunan kerusakan, yaitu: 1. Zona sentral nekrosis koagulatif.2. Zona intermediate, ditandai dengan aliran darah yang statis.3. Zona perifer luar menunjukkan vasodilatasi, peningkatan aliran darah dan hiperemia.

Mediator diproduksi dan dilepaskan di area luka bakar yang mengubah integritas membran pembuluh darah dan meningkatkan permeabilitas. Mediator ini termasuk histamin, serotonin, prostaglandin, bradikinin dan vasokonstriktor poten seperti tromboksan dan angiotensin.Pada luka bakar yang besar (TBSA 20-30 %), jumlah mediator-mediator tersebut yang dihasilkan di area luka bakar sangat besar sehingga permeabilitas pembuluh darah makin meluas, yang menyebabkan edema generalisata. Syok hipovolemik segera terjadi. Selain itu, gangguan anatomi lapisan mikrovaskular endotel dapat dideteksi dengan mikroskop elektron.Anak-anak memiliki cadangan fisiologis yang terbatas dan permukaan rasio massa yang lebih besar dibandingkan dengan orang dewasa. Ambang di mana resusitasi cairan yang diperlukan pada anak lebih rendah dari pada orang dewasa (sekitar 10 %) dan cenderung membutuhkan volume yang lebih besar per kilogram. Bahkan, peningkatan kebutuhan cairan ini sama dengan kebutuhan volume dari kebutuhan normal yang dihitung dengan menggunakan rumus resusitasi cairan. Trauma inhalasi meningkatkan kebutuhan cairan. Pembentukan edema berhenti antara 18-30 jam pasca luka bakar. Oleh karena itu, durasi resusitasi bervariasi, tetapi dapat diketahui apabila volume yang dibutuhkan untuk mempertahankan pengeluaran urin yang adekuat sama dengan untuk kebutuhan pemeliharaan.TINDAKAN PENYELAMATAN SEGERA PADA LUKA BAKARa. AirwayLaring dapat melindungi subglottis dari trauma panas langsung, tetapi supraglotis sangat mudah mengalami obstruksi akibat trauma panas. Diperlukan kewaspadaan adanya obstruksi yang mengancam jalan napas pada trauma panas karena tanda-tanda terjadinya obstruksi napas pada saat-saat awal tidak jelas. Dalam menangani penderita luka bakar di rumah sakit, dokter harus waspada kemungkinan terjadinya gangguan jalan napas, mengenali tanda-tanda sumbatan jalan napas dan segera mulai tindakan penanggulangannya.Indikasi klinis adanya trauma inhalasi antara lain:1. Luka bakar yang mengenai wajah dan atau leher2. Alis mata dan bulu hidung hangus3. Adanya timbunan karbon dan tanda peradangan akut orofaring4. Sputum yang mengandung karbon/arang5. Suara serak6. Riwayat gangguan mengunyah dan atau terkurung dalam api7. Luka bakar kepala dan badan akibat ledakan8. Kadar karboksihemoglobin lebih dari 10% setelah berada di tempat kebakaran.Bila ditemukan salah satu dari keadaan di atas, sangat mungkin terjadi trauma inhalasi yang memerlukan penanganan dan terapi definitive, termasuk pembebasan jalan napas. Trauma inhalasi merupakan indikasi untuk merujuk ke pusat luka bakar. Bila perjalanan ke pusat rujukan memakan waktu lama, sebelum dirujuk harus dilakukan intubasi terlebih dahulu untuk menjamin jalan napas. Selain itu adanya stridor juga merupakan indikasi untuk segera melakukan intubasi. Luka bakar yang melingkari leher mengakibatkan pembengkakan jaringan sekitar jalan napas, sehingga pada keadaan seperti ini juga merupakan indikasi untuk memasang intubasi secara dini.

b. Menghentikan Proses Trauma BakarSegera tanggalkan pakaian untuk menghentikan proses trauma bakar.

c. Pemberian Cairan IntravenaSetiap penderita luka bakar lebih dari 20% luas permukaan tubuh memerlukan cairan infuse. Setelah jalan napas bebas dan pengenalan (identifikasi) serta penanganan cedera yang mengancam jiwa selesai dilakukan, pemasangan infuse segera dilakukan. Kateter vena ukuran besar dipasang pada vena perifer. Sebaiknya infuse dipasang pada daerah yang tidak terkena luka bakar, namun dalam keadaan terpaksa vena pada daerah luka bakar pun bisa dipergunakan bila mudah dilakukan. Vena ekstremitas atas menjadi pilihan, karena bila dipasang pada ekstremitas inferior, komplikasi terjadinya flebitis pada vena safena cukup tinggi. Cairan yang diberikan dimulai dengan Ringer Laktat (RL) sedangkan jumlah cairan akan diuraikan kemudian.

Resusitasi CairanTujuan manajemen cairan pada luka bakar mayor adalah untuk menjaga perfusi jaringan pada fase awal trauma bakar karena hipovolemik bisa terjadi akibat ekstravasasi cairan dari kompartemen intravascular.Luka bakar dengan luas kurang dari 20% berhubungan dengan perpindahan cairan minimal dan secara umum bisa diresusitasi dengan hidrasi oral, kecuali kasus pada wajah, tangan dan daerah genital, begitu pula dengan luka bakar pada anak dan orang tua. Jika 15-20% dari total body surface area (TBSA) menjadi luka bakar, sindrom respon inflamasi sistemik diinisiasi dan terjadi perpindahan cairan yang massif, sehingga edema dan syok bisa terjadi. Direkomendasikan untuk memulai resusitasi cairan intravascular ketika luas luka bakar lebih dari 20%. Dengan kata lain, pasien dengan luka bakar mayor, rute intravascular menjadi pilihan.

Estimasi Kebutuhan CairanLuas luka bakar dihitung menurut Rule of Nines atau grafik luka bakar tubuh jika tersedia. Jika memungkinkan, pasien ditimbang atau berat yang diperoleh ketika melakukan anamnesis. Informasi ini kemudian akan digunakan dalam rumus cairan resusitasi.Dewasa : 3-4 ml kristaloid x kg berat badan x persen (%) luka bakarAnak-anak : 3-4 ml kristaloid x kg berat badan x persen (%) luka bakar ditambah maintenance sebesar 5 %, Glucosein 0,45 % ( normal) saline.

Gambar 1. Rule of Nines pada dewasa dan anak-anak.Volume yang dihitung adalah estimasi kebutuhan cairan selama 24 jam pertama. Pembentukan edema paling cepat sesaat setelah trauma: Setengah dari volume dihitung diberikan di 8 jam pertama, dan setengah lainnya diberikan selama 16 jam berikut. Cairan maintenance untuk anak-anak diberikan pada tingkat yang konstan selama 24 jam.Langkah ini tidak sebanding dengan pengurangan edema yang bertahap dan ditekankan bahwa rumus ini hanya pedoman yang harus disesuaikan dengan kebutuhan seseorang.Jika pengeluaran urin yang tidak cukup, diberikan cairan lebih 5-10 ml/kg atau meningkatkan cairan pada jam berikutnya hingga 150% dari volume yang direncanakan.Dalam 24 jam kedua setelah luka bakar, cairan koloid dapat digunakan untuk mengembalikan volume darah dengan rumus:

0,5 ml dari 5 % albumin x kg berat badan x % luka bakar

Selain itu, larutan elektrolit harus diberikan dengan memperhitungkan kehilangan cairan akibat penguapan dan maintenance. Muntah biasanya ditemukan dan kehilangan cairannya harus diganti. Cairan yang biasa digunakan adalah:Normal Saline + Kalium ( + dextrose untuk anak-anak ) .Formula yang sering digunakan untuk manajemen cairan pada luka bakar mayor yaitu Parkland, modified Parkland, Brooke, modified Brooke, Evans dan Monafos formula. a. Parkland formula1. 24 jam pertama: cairan Ringer Laktat (RL) 4 mL/kgBB untuk setiap 1% permukaan tubuh yang terbakar pada dewasa dan 3 mL/kgBB untuk setiap 1% permukaan tubuh yang terbakar pada anak. Cairan RL ditambahkan untuk maintenance pada anak: 4 mL/kg BB/jam untuk anak dengan berat 0-10 kg 40 mL/jam + 2 mL/jam untuk anak dengan berat 10-20 kg 60 mL/jam + 1 mL/kg BB/jam untuk anak dengan berat 20 kg atau lebih.Formula ini direkomendasikan tanpa koloid di 24 jam pertama.2. 24 jam selanjutnya: koloid diberikan sebesar 20-60% dari kalkulasi volume plasma. Tanpa kristaloid. Glukosa pada air ditambahkan untuk mempertahankan output urin 0,5 1 mL/jam pada dewasa dan 1 mL/jam pada anak.b. Modified Parkland formula1. 24 jam pertama: RL 4 mL/kg BB untuk setiap 1 % permukaan tubuh yang terbakar (dewasa).2. 24 jam selanjutnya: mulai infuse koloid dengan albumin 5% 0,3 1 mL/kgBB untuk setiap 1% permukaan tubuh yang terbakar/16 jam.c. Brooke formula1. 24 jam pertama: cairan RL 1,5 mL/kgBB untuk setiap 1% permukaan tubuh yang terbakar ditambah koloid o,5 mL/kg BB untuk setiap 1% permukaan tubuh yang terbakar ditambah 2000 mL glukosa dalam air.2. 24 jam selanjutnya: RL 0,5 mL/kg BB untuk setiap 1% permukaan tubuh yang terbakar dan jumlah yang sama dari glukosa dalam air pada 24 jam pertama.

d. Modified Brooke1. 24 jam pertama: tanpa koloid. Cairan RL 2 mL/kg BB untuk setiap 1% permukaan tubuh yag terbakar (dewasa) dan 3 mL/kg BB untuk setiap 1% permukaan tubuh yang terbakar (anak).2. 24 jam selanjutnya: koloid 0,3-0,5 mL/kg BB untuk setiap 1% permukaan tubuh yang terbakar dan tanpa kristaloid. Glukosa di air ditambahkan untuk mempertahankan output urin yang cukup.e. Evans formula1. 24 jam pertama: kristaloid 1 mL/kgBB untuk setiap 1% permukaan tubuh yang terbakar ditambah koloid 1 mL/kg BB untuk setiap 1% permukaan tubuh yang terbakar ditambah 2000 mL glukosa di air.2. 24 jam selanjutnya: kristaloid 0,5 mL/kg BB untuk setiap 1% permukaan tubuh yng terbakar ditambah glukosa di air dengan jumlah yang sama pada 24 jam pertama.f. Monafo formulaMonafo merekomendasikan menggunakan cairan yang mengandung Na 250 mEq, laktat 150 mEq, dan Cl 100 mEq. Jumlah ditambahkan seuai dengan output urin. 24 jam selanjutnya, cairan dititrasi dengan 1/3 normal saline sesuai dengan output urin.

Formula yang bisa digunakan untuk anak-anak:a. Shriners Cincinnati1. Anak yang lebih tua: cairan Ringer Laktat (RL) 4 mL/kg BB untuk setiap 1% permukaan tubuh yang terbakar + 1500 mL/m2 total (1/2 volume total diberikan 8 jam pertama, dan sisa volume totalnya diberikan pada 16 jam selanjutnya.2. Anak yang lebih muda: 4 mL/kg BB untuk setiap 1% permukaan tubuh yang terbakar + 1500 mL/m2 total, pada 8 jam pertama cairan RL + 50 mEq NaHCO3. Cairan RL di 8 jam kedua. Albumin 5% pada cairan RL pada 8 jam ketiga.b. Galveston 24 jam pertama: RL 5000 mL/m2 + 2000 mL/m2 total (1/2 volume total pada 8 jam pertama, dan sisanya pda 16 jam selanjutnya.

Pilihan CairanResusitasi luka bakar yang ideal adalah mengembalikan volume plasma dengan efektif tanpa efek samping. Kristaloid isotonic, cairan hipertonik, dan koloid telah digunakan untuk tujuan ini, namun setiap cairan memiliki kelebihan dan kekurangan. Tak satupun dari mereka ideal, dan tak ada yang lebih superior dibanding yang lain.1. Kristaloid isotonicKristaloid tersedia dan lebih murah dibanding alternative lain. Cairan RL, cairan Hartmann (sebuah cairan yang mirip dengan RL) dan NaCl 0,9% adalah cairan yang sering digunakan. Ada beberapa efek samping dari kristaloid: pemberian volume NaCl 0,9% yang besar memproduksi hyperchloremic acidosis, RL meningkatkan aktivasi neutrofil setelah resusitasi untuk hemoragik atau setelah infuse tanpa hemoragik. RL digunakan oleh sebagian besar rumah sakit mengandung campuran ini. Efek samping lain yang telah didemonstrasikan yaitu kristaloid memiliki pengaruh yang besar pada koagulasi.Meskipun efek samping ini, cairan yang paling sering digunakan untuk resusitasi luka bakar di Inggris dan Irlandia adalah cairan Hartmann (unit dewasa 76%, unit anak 75%). Sedangkan RL merupakan tipe cairan yang paling sering digunakan di US dan Kanada. 2. Cairan hipertonikPentingnya ion Na di patofisiologi syok luka bakar telah ditekankan oleh beberapa studi sebelumnya. Na masuk ke dalam sel shingga terjadi edema sel dan hipo-osmolar intravascular volume cairan. Pemasangan infus cairan hipertonik yang segera telah dibuktikan meningkatkan osmolaritas plasma dan membatasi edema sel. Penggunaan cairan dnegan konsentras 250 mEq/L, Moyer at al. mampu mendapatkan resusitasi fisologis yang efektif dengan total volume yang rendah dibandingkan cairan isotonic pada 24 jam pertama. Namun Huang et al. menemukan bahwa setelah 48 jam pasien yang diterapi dengan cairan hipertonik atau RL memberikan hasil yang sama. Mereka juga mendemonstrasikan bahwa resusitasi cairan hipertonik berhuungan dengan peningkatan insidens gagal ginjal dan kematian. Saat ini, resusitasi dengan cairan hipertonik menjadi pilihan menarik secara fungsi fisiologis sesuai teorinya, tetapi memerlukan pemantauan ketat dan resiko hipernatremi dan aggal ginjal menjadi perhatian utama.

3. KoloidKebocoran dan akumulasi protein plasma di luar komparemen vaskular memberikan kontribusi pada pembentukan edema. Kebocoran kapiler bisa bertahan hingga 24 jam setelah trauma bakar. Peneliti lain menemukan ekstravasasi ekstravasasi albumin berhenti 8 jam setelah trauma bakar. Koloid sebagai cairan hiperosmotik, digunakan untuk meningkatkan osmolalitas intravascular dan menghentikan ekstravasasi kristaloid.

Pemantauan resusitasi cairan yang adekuatMetode yang baik dan sederhana untuk pemantauan resusitasi cairan adalah dengan menakarproduksi urin:Dewasa : 0.5ml/kg/hr = 30-50ml/hourAnak-anak (10 % TBSA pada anak-anak >20 % TBSA pada orang dewasaPemantauan hemodinamik invasif sentral jarang dilakukan dan digunakan pada pasien dengan masalah jantung yang pre-morbid atau cedera yang bersamaan yang menyebabkan kehilangan darah seperti patah tulang multiple.Keasaman yang signifikan (pH 7,35) yang terdeteksi pada analisis gas darah arteri sering menunjukkan perfusi jaringan yang tidak memadai dan biasanya karena asidosis laktat. Peningkatan resusitasi cairan dibutuhkan. Jika tidak berhasil memulihkan pH atau jika terdapat haemokromogens dalam urin, pertimbangkan bikarbonat setelah berkonsultasi dengan ICU. Asidosis juga menunjukkan kebutuhan, atau ketidakcukupan, escharotomy .Pengukuran tekanan darah dengan sphygmomanometer tidak akurat karena pembentukan edema dan pengukuran yang akurat hanya dapat diperoleh melalui jalur arteri. Ini direkomendasikan untuk luka bakar luas.Denyut jantung biasanya meningkat pada pasien dengan luka bakar karena rasa sakit dan emosi sehingga denyut jantung merupakan indikator jelek dalam menilai adekuatnya resusitasi cairan.Serum elektrolit harus diukur pada awalnya dan secara berkala. Hiponatremia ringan sering disebabkan oleh pengenceran dari cairan infus, tergantung pada konsentrasi natrium kristaloid yang digunakanan (NaCl larutan Hartmann adalah hanya 130 mEq/l). Hiperkalemia sering terjadi pada kerusakan jaringan oleh listrik. Bikarbonat dan glukosa ditambah insulin mungkin diperlukan untuk mengatasi masalah ini. Gelisah, sedasi mental, dan cemas merupakan indikator tersering dari hipovolemia dan respon pertama harus melihat kecukupan resusitasi cairan. HemoglobinuriaKerusakan jaringan, terutama jaringan otot, dari luka bakar listrik , trauma tumpul atau iskemia menyebabkan pelepasan mioglobin dan hemoglobin. Sangat dipertimbangkan untuk dilakukan fasciotomy (sebagai lawan daripada escharotomy yang tidak melepaskan fascia otot dalam). Hemochromogens tersebut mengakibatkan warna urin menjadi merah kotor. Gagal ginjal akut segera terjadi karena endapan hemochromogens pada tubulus proksimal dan pengobatan yang cepat diperlukan: Meningkatkan produksi urin sampai 2 ml/kg/jam. Pertimbangkan dosis tunggal Mannitol 12,5g lebih dari 1 jam dan observasi respon terapi.

Masalah dengan resusitasiRumus hanya memperkirakan kebutuhan dan pasien secara individual harus dimonitor secara seksama.OliguriaProduksi urin yang rendah menunjukkan resusitasi cairan yang tidak adekuat sehingga langkah pertama yang tepat adalah dengan meningkatkan kecepatan tetesan infus. Diuretik jarang diperlukan dan tidak boleh diberikan jika belum berkonsultasi dengan unit luka bakar. Diuretik hanya digunakan pada pasien dengan hemochromogens dalam urin, dan kadang-kadang pada pasien dengan luka bakar yang sangat luas. Kelompok pasien berikut sering memerlukan pemberian cairan tambahan, yaitu: Anak-anak Trauma Inhalasi Trauma Listrik Resusitasi yang tertunda Dehidrasi - pemadam kebakaran , pasien yang terintoksikasiBayi, orang tua dan orang-orang dengan penyakit jantung harus dipantau ketat karena kelebihan cairan dapat terjadi. Untungnya, edema paru sangat jarang terjadi karena peningkatan proporsional lebih besar dalam resistensi vaskuler paru daripada resistensi pembuluh darah sistemik. Hal ini terjadi pada mereka dengan hypokinesia miokard dan seringkali memerlukan pemantauan invasif, pemberian inotropik, ventilasi dan perubahan sulit dalam penatalaksanaan cairan.Anak-anak rentan terhadap hipoglikemia, cairan yang berlebihan dan pengenceran hiponatremia karena cadangan glikogen yang terbatas, luas permukaan yang lebih tinggi dan rasio volume intravaskular. Kadar glukosa darah dan elektrolit harus diukur secara teratur. Cairan yang berlebihan harus dibatasi dan sumber karbohidrat diberikan lebih awal. Boleh diberikan secaraoral, atau dengan pemberian dekstrosa ke dalam larutan elektrolit.

Sindrom Kompartemen AbdominalIni jarang terjadi namun merupakan komplikasi sekunderserius yang terjadi pada luka luka bakar yang luaspada orang dewasa dan anak-anak, terutama ketika kebutuhan cairan yang dihitung melebihi produksiurin. Disarankan bahwa jika terjadiSindrom Kompartemen Abdominal diharapkan pemantauan tekanan kandung kemih dapat memberikan informasi yang berharga.Guideline Resusitasi Cairan pada Luka Bakar menurut American Burn Association Orang dewasa dan anak-anak dengan luas luka bakar lebih besar 20% dari total body surface area (TBSA) harus mendapatkan resusitasi cairan menggunakan estimasi berdasarkan luas permukaan tubuh dan luas luka bakar. Formula yang sering digunakan untuk memulai resusitasi yaitu penggunaan kristaloid 2-4 mL/kg BB untuk setiap 1% permukaan tubuh yang terbakar pada 24 jam pertama. Resusitasi cairan, dengan jenis cairan atau perkiraan kebutuhan apa pun, harus dititrasi untuk mempertahankan output urin kira-kira 0,5-1,0 mL/kgBB/jam pada dewasa dan 1,0-1,5 mL/kgBB/jam pada anak-anak. Resusitasi cairan pada anak harus ditambahkan dengan kebutuhan cairan rumatan. Penambahan volume cairan sebaiknya dilakukan pada pasien ful-thickness injury, trauma inhalasi dan resusitasi yang tertunda.

DAFTAR PUSTAKA1. Kimy R. Harbin, Teresa E. Noris. Anesthetic management of Patients with Major Burn of Injury. AANA Journal, 80:6, 2012, 430-92. Holland, A.J., Pediatric burns: the forgotten trauma of childhood. Canadian Journal of Surgery, 2006. 49(4): p. 6. 3. Paediatric Fluid Resuscitation of Burns, COBiS- Care of Burns in Scotland Management Clinical Network, July 2012.4. Saffle, J.I., The phenomenon of "fluid creep" in acute burn resuscitation. J Burn Care Res, 2007. 28(3): p. 382-95. 5. Ricardo Alvarado, Kevin K. Chung, Leopoldo C. Cancio, Steven E. Wolf. Burn Resuscitation. J. Burns, Science Direct, Elsevier, 35:2009, 4-14.6. Robert H. Demling, M.D. Burn Care In The Immediate Resuscitation Period. ACS Surgey: Principles and Practise. 5:2002, 1-13.7. David G. Greenhalgh, Md. Burn Resuscitation. Shriners Hospitals for Children Northern California and Department of Surgery, University of California. July- August: 2007. 1- 11.8. Pham TN, Cancio LC, Gibran NS. American Burn Association Practice Guidelines Burn Shock Resucitation.

13