Majalah Zakat Edisi Mei 2016.pdf

36
ZAKAT AKAN MENJADI INSTRUMEN FISKAL JANGAN PELIT BIAR REZEKI TAK SULIT YORDANIA, LONGGARKAN PAJAK BAGI PEMBAYAR ZAKAT DPR-RI Apresiasi Pelayanan Rumah Sehat BAZNAS UPZ PT TIMAH: KUMPULKAN ZAKAT Rp500 JUTA/BULAN ZAKAT Edisi Mei 2016

Transcript of Majalah Zakat Edisi Mei 2016.pdf

ZAKATAKAn

MEnJADIInSTRUMEn

FISKAL

Jangan Pelit Biar rezeki tak sulit

Yordania, longgarkan PaJak Bagi PemBaYar zakat

dPr-ri apresiasi Pelayanan rumah sehat Baznas

uPz Pt timah:kumPulkan

zakat rp500Juta/Bulan

zakatEdisi Mei 2016

ii mei 2016 m

rajab - sya'ban 1437 h 1

Salam,

Majalah ini ditErbitkan olEh: Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) dEwan rEdaksi: Prof. Dr. Bambang SudibyoArifin PurwakanantaNdari Rumi WidyawatiRatri Devy ArimbiBudi Margono konsultan MEdia: rubudesign.co rEdaksi: Karsono TajuddinSunan Hasan Vini Mariyane Rosya FotograFEr: Miroslav ArofichNizzar Gaisanishutterstock.com.dEsain graFis: Gunadi Kartasentana rEdaksi dan iklan: Gedung Artaloka Jl. Jendral Sudirman Kav.2 Lantai 5 Jakarta Pusat 10220 telp. (021)2511434/444 fax. (021)2511442 www.baznas.go.id

Lebih melayani! Amil BAZNAS ingin dua kata ini menjadi inti dari seluruh proses berbenah yang kami jalankan terus menerus. Kami ingin lebih melayani, baik kepada para muzaki dan munfik yang mengamanahkan hartanya, juga bersemangat melayani lebih kepada para mustahik yang berhak menerima.

Semangat ini makin membumbung dengan kehadiran personil-personil baru, para senior di bidangnya dan tenaga-tenaga muda yang menyediakan hatinya untuk melayani. Dengan amunisi baru ini, akan diformulasikan pula berbagai program penyaluran zakat yang dapat lebih bermanfaat bagi mustahik sesuai dengan kebutuhan sehingga dapat lebih efektif meningkatkan taraf hidup mereka.

Kami berterimakasih atas kemurahan hati dan keinginan untuk membantu mustahik dalam upaya mereka untuk menuju kemandirian dan turut menikmati karunia Allah SWT di buminya yang luas.

Aajarakallaahu fiimaa a'thoita wabaaroka fiimaa abqoita waja'alahu laka thohuuron (Semoga Allah memberikan pahala kepadamu pada barang yang engkau berikan (zakatkan) dan semoga Allah memberkahimu dalam harta-harta yang masih engkau sisakan dan semoga pula menjadikannya sebagai pembersih (dosa) bagimu).

REDAKSI

15 BAZNAS MeNporA cup

16 GelorAkAN ZAkAt pAdA iBu ruMAh tANGGA

17 dpr-ri ApreSiASi pelAyANAN ruMAh SehAt BAZNAS

18 ZAkAt MeriNGANkAN korBAN BANjir

21 MeMANdirikAN peSANtreN MelAlui BudidAyA ikAN

23 jANGAN pelit BiAr rejeki tAk SeMpit

27 upZ pt tiMAh kuMpulkAN ZAkAt kAryAwAN leBih dAri 500 jutA SeBulAN

29 dAtA peNGhiMpuNAN dAN peNdAyAGuNAAN ZAkAt

1 SAlAM 2 ANGGotA BAZNAS

periode 2015-2020

3 ZAkAt utAMA: ZAkAt AkAN MeNjAdi iNStruMeN FiSkAl

8 proFil ANGGotA BAZNAS periode 2015-2020

11 ZAkAt teNANGkAN jiwA

13 yordANiA, loNGGArkAN pAjAk BAGi peMBAyAr ZAkAt

BAZNASAKAN

MENJADIINSTRUMEN

FISKAL

ZAKAT & JAMINAN SOSIAL

MODEL SINERGIZAKAT & WAAKAF

ZAKAT PUN BISA MENJADI PASSIVE INCOME

AGAR BUSANAKANTORAN TIDAKMEMBOSANKAN

JANGAN PELIT BIAR REZEKI

TAK SULIT

DARI ISENG JADI SERIUS

MENCINTAI ISLAM

Para Anggota BAZNAS Periode 2015-2020 berpose bersama dengan Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin (tengah) usai pengambilan sumbah jabatan mereka di Kantor Kementerian

Agama, Rabu (19/8). Dari kiri Irsyadul Halim, Nuryanto, Astera Primanto Bhakti, Nana Mintarti, Emmy Hamidiyah, Masdar Farid Mas’udi, Bambang Sudibyo, Zainulbahar Noor, Mundzir

Suparta, Ahmad Satori Ismail, Machasin

Semangat BAZNAS

ZAKAT AKAN

MeNjAdi iNSTruMeN

FiSKAl

Keputusan Presiden RI No 66/P Tahun 2015 tanggal 30 Juli 2015 menetapkan Pengangkatan Anggota Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) Periode 2015-2020, berjumlah 11 orang, terdiri dari 8 orang unsur masyarakat dan 3 orang unsur pemerintah. Prof. Dr. Bambang Sudibyo terpilih sebagai Ketua BAZNAS menggantikan Pro.f Dr. K.H. Didin Hafidhuddin, MSc. Sementara

seBelas anggota Baznas periode 2015-2020 resmi

dilantik menteri agama lukman hakim saifuddin

di kantor kementerian agama, rabu (19/8).

Pengambilan sumpah jabatan pun berlangsung

dengan khidmat.

Prof. dr. bambang sudibyo, Mba.CaKetua BAZNAS

jabatan wakil ketua diamanahkan kepada Zainulbahar Noor.

Dalam pidato pelantikannya Menteri Agama (Menag) Lukman meminta agar implementasi tugas dan fungsi BAZNAS sebagai lokomotif penarik gerbong perzakatan Indonesia lebih profesional dan proporsional serta pengelolaan dana zakat memenuhi aspek akuntabilitas. Mobilisasi dana

4 mei 2016 m

Zakat Utama

zakat, tegasnya, harus berbanding lurus dengan peningkatan jumlah orang miskin yang tertolong kehidupannya.

Sebagai koordinator, Lukman mengi-ngat kan pentingnya sinkronisasi dan integrasi sistem informasi pengelolaan zakat nasional. BAZNAS dan semua pengelola zakat wajib mengupayakan kemudahan akses bagi orang miskin terhadap dana zakat. “Hal itu harus menjadi ‘ruh’ dan spirit pengelolaan zakat yang dikembangkan BAZNAS dan semua lembaga pengelola zakat,” tegasnya.

Dalam hal pengumpulan zakat, Lukman pun menginstruksikan dua fokus capaian. Pertama, optimalisasi jejaring pengumpulan zakat di lingkungan kementerian/lembaga, BUMN dan perusahan swasta nasional serta Perwakilan RI di luar negeri melalui pembentukan Unit Pengumpul Zakat (UPZ) BAZNAS. Kedua, pengembangan sinergitas dalam sistem pembayaran zakat dan pajak dengan inovasi kebijakan dan ijtihad yang positif. Merespon hal itu, Ketua BAZNAS Prof. Dr. Bambang Sudibyo memaparkan mimpi serta cita-citanya untuk membesarkan BAZNAS selama periode kepemimpinannya kepada redaksi majalah ZAKAT di kantor BAZNAS, Jl. Kebon Sirih, Jakarta, beberapa waktu lalu. Berikut petikan wawancaranya:

Bagaimana komentar Bapak atas terpilihnya Bapak sebagai Ketua BAZNAS periode 2015-2020?

Alhamdulillah, saya bisa terpilih sebagai Ketua BAZNAS, meskipun ini sebenarnya pekerjaan yang berat sekali . Sebab, saya mendapatkan

amanah sebagai Ketua BAZNAS pada waktu saya sudah berusia 63 tahun sementara tantangannya banyak.

Tantangannya apa saja Pak?

Ada Undang- Undang No. 23/2011 tentang Pengelolaan Zakat, yang aturan pelaksanaannya diatur dalam PP No.12/2014. Kemudian, ada Inpres No.3/ 2014 melengkapi dua perundangan itu. Undang-Undang itu memberikan kewenangan kepada negara atau pemerintah untuk memungut zakat kepada warga negaranya dan mendistribusikannya sesuai dengan aturan perundangan dan syariah. Ini adalah sebuah terobosan besar. Ini harus kita syukuri, meski baru terobosan on paper, terobosan di atas kertas.

Tantangannya sekarang adalah bagaimana terobosan di atas kertas itu menjadi sebuah realitas. Ini bukan pekerjaan gampang. Zakat itu dari Al-Quran dan hadits Nabi yang pada waktu turunnya perintah itu ekonomi Mekah atau Madinah masih sangat simple. Bagaimana menerjemahkannya dalam konteks ekonomi modern seperti sekarang? Tak perlu hanya menerbitkan fikih-fikih zakat, tapi juga perlu menerbitkan cara mudah menghitung zakat atau bahasa sekarang adalah akuntansi.

Maka, ada tantangan besar di sini, yaitu bagaimana mengeluarkan akuntansi zakat. Yang menjadi amanah BAZNAS, ada dua macam zakat, yaitu zakat maal dan zakat profesi. Zakat maal itu zakat kepemilikan, sementara zakat profesi adalah zakat pendapatan atau penghasilan. Kalau di pajak ada pajak kekayaan, ada juga pajak penghasilan di samping pajak-pajak yang lainnya.

Zakat maal itu zakat kekayaan, antara lain zakat perusahaan. Kalau perusahaan kemudian disodori pembayaran zakat hanya dengan fikih zakat yang selama ini sudah beredar, sulit bagi mereka. Mestinya ada pedoman tersendiri dari Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) sebagai upaya kita membangun sebuah sistem perzakatan nasional .

Tantangan yang lain, melalui peraturan dan perundangan itu amilnya sudah ditetapkan, yaitu BAZNAS (pusat , provinsi, kabupaten/kota) dan juga lembaga amil zakat (LAZ). Hanya empat komponen itu saja yang diberi kewenangan oleh UU untuk memungut, mendistribusikan dan mendayagunakan zakat. Dan yang menjadi koordinator dalam hal ini adalah BAZNAS pusat. Nah, bagaimana agar di setiap provinsi, kabupaten/kota ada BAZNAS. Kenyataaannya, belum semua daerah memiliki BAZNAS. Ini juga bukan barang gampang.

Lalu, LAZ itu sudah ada sebelum UU ini terbit dan mereka jalan sendiri tidak mengikuti UU yang baru. Sekarang mereka tak bisa seperti itu lagi. LAZ adalah LAZ yang diberi izin untuk beroperasi oleh Menteri Agama atas rekomendasi dari BAZNAS pusat. Nah, ini juga pekerjaan besar untuk membenahinya.

Selain itu, selama ini juga banyak BUMN yang memungut zakat melalui Unit Pengumpul Zakat (UPZ)-nya dan kemudian UPZ itu dijadikan LAZ oleh BUMN. BUMN itu hanya boleh punya UPZ. Dan zakatnya harus disetorkan melalui BAZNAS untuk disalurkan ke mustahiknya. Jadi, ini yang saya maksudkan dengan membangun sistem. Secara pelan, yang belum ada kita adakan, yang sudah ada tapi belum sesuai dengan UU kita benahi agar sesuai dengan UU.Lalu, soal semua pengelola

rajab - sya'ban 1437 h 5

Wawancara Zakat Utama

zakat harus melapor ke BAZNAS pusat. Sistem pelaporannya harus terbangun. BAZNAS sekarang sedang mengembangkan sistem informasi dan manajemen berbasis IT atau Simba. Kayak-nya mudah kalau kita meminta BAZNAS daerah supaya tidak mengembangkan sistem informasi dan manajemen sendiri-sendiri, tapi pakai saja Simba. Tapi bagi LAZ yang umumnya sudah lebih lama aktif dan sudah mengembangkan sistem informasi dan manajemennya sendiri agak sulit untuk minta mereka memakai Simba. Memang tak ada dalam UU mereka harus menggunakan Simba, tapi yang jelas mereka harus melapor ke BAZNAS. Tantangannya, bagaimana supaya sistem mereka itu connect secara online dengan Simba sehingga kita bisa memonitor secara online berapa zakat yang dihimpun dan berapa yang disalurkan. Sistem ini harus terbangun.

Belum lagi dari segi UU yang mengamanahkan BAZNAS untuk menerbitkan aturan-aturan dan pedoman-pedoman teknis mengenai pengumpulan, pendistribusian dan pendayagunaan zakat. Ini semua sekarang dalam proses untuk dikerjakan.

Dengan berbagai tantangan itu, bagaimana visi BAZNAS di bawah kepemimpinan Bapak?

Saya memimpikan BAZNAS itu menjadi lembaga keuangan yang besar, yang dicintai dan dihormati oleh masyarakat . Saat ini, semua orang (Muslim) belum membayar zakat . Baru sebagian kecil yang mau membayar zakatnya menggunakan amil resmi, melalui sistem BAZNAS atau LAZ. Yang mayoritas, mereka membayar zakat dengan

mengangkat dirinya sendiri sebagai amil, kemudian hampir seluruhnya disalurkan langsung ke fakir miskin.

Mereka melakukan itu karena ingin melihat dampaknya secara langsung. Cuma kelemahannya, pengumpulan zakat tanpa amil resmi itu tidak menjadi sebuah kekuatan ekonomi atau kekuatan keuangan. Ini berbeda kalau semua zakat disalurkan melalui BAZNAS. Bayangkan, betapa besarnya kekuatan ekonomi kita bila potensi zakat nasional yang berdasarkan penelitian BAZNAS dan IPB sebesar Rp217 triliun dapat terelisasi. Tapi sampai sekarang belum. Yang tersalur melalui sistem BAZNAS baru sekitar Rp2,7 triliun.

Untuk merealisasikan itu, BAZNAS harus menjadi lembaga keuangan yang kredibel. Kalau perlu kita minta supaya BAZNAS diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Kenapa OJK? Karena saya tahu, selama ini OJK sangat sukses mengawasi lembaga-lembaga keuangan. Sekarang, dengan adanya OJK tugas para komisaris di perbankan sangat diringankan karena OJK sangat ketat dalam mengawasi perbankan, termasuk Bank Perkreditan Rakyat (BPR) yang kecil-kecil. OJK juga selalu ambisius. Jika target aset dan pembiayaan dalam perencanaan perbankan kurang ambisius, rencana itu ditolak. Permodalan bank juga diawasi ketat sekali oleh OJK, sehingga capital adequacy ratio (CAR) atau rasio kecukupan modal perbankan secara nasional sekarang di atas 20 persen, jauh dari batas aman yang 8 persen.

Mestinya segera terbangun BAZNAS yang menjadi lembaga keuangan dan OJK yang mengawasi BAZNAS. Cuma masalahnya, iuran OJK itu mahal. Kami tentu tak ingin uang zakat dipakai untuk hal seperti itu

karena tak masuk dalam kategori asnaf. Ya, nanti kami akan minta gratis iurannya.

Langkah-langkah apa yang akan dilakukan untuk mewujudkan mimpi itu?

Langkah-langkah yang penting adalah segera menyelesaikan pengembangan BAZNAS dari sistemnya (Simba). Kami harapkan Simba selesai tahun ini. Kemudian, secara struktural BAZNAS daerah segera terbentuk di semua daerah. Dan, LAZ segera memenuhi ketentuan perundang-undangan.

Baik BAZNAS daerah maupun LAZ bekerja secara sinergis sesuai dengan arahan BAZNAS. UPZ-UPZ segera dibenahi. Sekarang ini banyak UPZ yang tak sesuai dengan perundangan , seperti UPZ di masjid-masjid yang memungut zakat dan langsung mendistribusikannya sendiri. Seharusnya mereka menyetorkan dulu melalui BAZNAS. BAZNAS nanti yang membagikan dan mendayagunakan dana zakat.

Kalau semuanya tersalurkan oleh BAZNAS, dana zakat akan menjadi sebuah kekuatan ekonomi dan keuangan. Dan kemudian tak terpecah-pecah tapi terkonsentrasi menjadi besar dan bisa disalurkan sesuai dengan saluran yang diatur pemerintah. Pemerintah punya program-program penanggulangan kemiskinan. Yang sudah dilakukan pemerintah itu petanya seperti apa. Yang belum disentuh pemerintah dilengkapi oleh BAZNAS.

Dengan cara seperti itu, kalau BAZNAS menjadi lembaga keuangan yang kredibel, BAZNAS akan menjadi instrumen fiskal pelengkap

6 mei 2016 m

dari Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN). Kalau APBN untuk semua kegiatan pemerintahan, termasuk di dalamnya untuk program pemberantasan kemiskinan, tapi kalau BAZNAS lebih fokus untuk pemberantasan kemiskinan, ke mudian mengurangi kesenjangan sosial di Indonesia ini . Bagaimana langkah untuk

membesarkan BAZNAS?

Membesarkan BAZNAS itu sangat tergantung dengan jumlah dana zakat yang dapat dihimpun. Untuk itu perlu memperhatikan Inpres No. 3/2014 tentang pemungutan zakat PNS, TNI/Polri oleh kementerian, lembaga dan BUMN dan dibayarkan melalui BAZNAS. Di sinilah pentingnya UPZ. Masalahnya akan banyak resistensi. Ini ada kemiripan dengan pajak. Orang yang akan bayar zakat menghitung sendiri zakatnya kemudian setor ke BAZNAS. Tidak ada sanksi dari negara. Orang yang mau bayar pajak, juga menghitung sendiri pajaknya, tapi ada sanksi, jika tak membayar. Maka, jalan yang bisa ditempuh adalah yang pernah ditempuh oleh BNI 46, ketika dirutnya Pak Winarto (1990-an). Dia pernah memungut zakat sebesar 2,5 % semua pegawai BNI yang gajinya di atas nisab zakat. Dengan catatan, siapa pun berhak mengajukan keberatan secara tertulis dan dijamin keberatan itu akan disetujui. Dan ternyata tak satupun yang mengajukan keberatan.

Atas pengalaman baik di BNI itu, ke semua lembaga/kementerian saya akan mengajak sendiri agar pegawai (Muslim) dipotong gajinya untuk zakat jika gajinya sudah melewati nisab zakat. Kemudian, siapapun diberi

hak untuk mengajukan keberatan dan keberatan itu dijamin disetujui.

Zakat yang sudah terkumpul itu, kemudian kita distribusikan dan kita dayagunakan sebaiknya-baiknya untuk para mustahik. Itu dilakukan secara transparan, sehingga masayarakat (muzaki) bisa melihat bagaimana zakat itu disalurkan dan didayagunakan. Sukses dalam menyalurkan zakat akan membuat para muzaki semakin percaya. Ini akan memperbesar dana zakat yang masuk.

Untuk meningkatkan penghimpunan zakat, saya bekerja sama dengan Dirjen Pajak tentang zakat pengurang pendapatan kena pajak. Saya sudah bertemu dengan Dirjen Pajak, Pak Sigit. Beliau bersedia untuk bekerja sama. Zakat dipungut oleh kantor di mana seseorang bekerja, kemudian kantor itu memberikan bukti pungut zakat dan bukti pungut pajak diakui Kantor Pajak, sehingga bisa dimasukkan dalam pembuatan SPT untuk menjadi pengurang pendapatan kena pajak.

BAZNAS sudah menerapkan Sistem PSAK 109. Apakah ada perbedaan dengan sistem akuntansi yang Bapak sampaikan tadi?

PSAK 109 itu untuk pelaporan, ketika BAZNAS membuat laporan keuangan, sedangkan sistem akuntansi adalah untuk memudahkan muzaki perusahaan menghitung zakatnya sendiri. Mereka tak hanya memerlukan fikih zakat yang mendorong mereka berzakat, tetapi juga memerlukan cara menghitung zakat sendiri yang cepat dan mudah. Kalau zakat profesi mudah tinggal

potong gajinya sekian, tapi kalau zakat maal (perusahaan) agak pelik.

Apa manfaat bagi muzaki dan mustahik, BAZNAS jadi lembaga keuangan fiskal yang kredibel ?

Bagi muzaki manfaatnya adalah BAZNAS kemudian menjadi lembaga yang kredibel yang dapat dipercaya sehingga mereka tak ragu-ragu-ragu bahwa zakat itu benar-benar disalurkan sesuai dengan peraturan perundangan dan syariah, tidak dikorupsi . Itu penting sekali bahwa bagian amilnya tidak lebih dari 12,5 persen sehingga akan lebih ikhlas dalam berzakatnya.

Bagi mustahik manfaatnya, dia akan diberi zakat oleh suatu lembaga yang harga diri mereka akan lebih terlindungi. Baik bagi muzaki maupun mustahik lebih baik seperti itu, sehinga muzaki tak menyalurkan sendiri rasa sombong itu terselamatkan.

Soal Inpres No. 3/2014 apakah ada pendekatan lain. Sebab, selama ini sejak Inpres itu dikeluarkan BAZNAS sudah melakukan sosialisasi ke beberapa kementerian dan lembaga?

Salah satunya adalah dengan pembuatan surat edaran tentang pengajuan keberatan itu. Ini harus segera dilakukan. Langkah strategisnya adalah bekerja sama dengan yang memiliki otoritas dalam hal pemotongan gaji aparat negara secara langsung disertai jaminan mereka berhak mengajukan keberatan.

rajab - sya'ban 1437 h 7

Prof. Dr. Bambang Sudibyo, MBA.CA | Ketua BAZNAS | Lahir di Temanggung, 8 Oktober 1952. Jabatan yang pernah diemban oleh alumni Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Gajah Mada (UGM), Yogyakarta; Program MBA, University of North Carolina, Greensboro, dan Program DBA, University of Kentucky ini, antara lain, Menteri Keuangan (1999-2000) dan Menteri Pendidikan Nasional (2004-2009). Penghargaan yang pernah diterimanya, antara lain, Bintang Mahaputra Adipradana dari pemerintah Indonesia (2014) dan SEAMEO (South-East Asia Minister of Education Organization) 50th Anniversary Recognation Award, Conbury, Thailand (2015)

Dr. Zainulbahar Noor, SE, M.Ec, | Wakil Ketua Umum BAZNAS | Lahir pada 8 November 1943, pernah menjabat Duta Besar Indonesia untuk Yordania (2009-2012) dan Lektor Kepala di Universitas Islam Asy-Sya�iyah, Jakarta. Sebelumnya, Doktor bidang Ekonomi dan Keuangan Islam dari Universitas Trisakti ini berkarier di dunia perbankan mulai dari Kepala BPR Wakalumi, Jakarta (1982-1983), Direktur Bank Paci�c, Jakarta (1985-1991) hingga Direktur Utama Bank Muamalat (1991-1996). Karya ilmiah yang pernah ditulis Tokoh Eksekutif Indonesia (1992) dan Tokoh Bisnis Uang (1993) ini adalah Bank Muamalat, Sebuah Mimpi, Harapan, dan Kenyataan: Fenomena Kebangkitan Ekonomi Islam.

Dr. H. Mundzir Suparta, MA | Anggota BAZNAS | Pernah menjabat sebagai Irjen Kementerian Agama. Doktor jebolan dari Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah, Jakarta (2008) kelahiran Madiun, 7 Juli 1954 ini punya banyak pengalaman menduduki berbagai jabatan, antara lain Pembantu Rektor IAIN (kini UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, Kepala Biro Keuangan Kementerian Agama, Inspektur Jenderal Kementerian Agama. Selain itu, ayah tiga anak ini punya banyak pengalaman menulis. Buku-bukunya, antara lain Ensiklopedi Hukum Islam, Ilmu Hadis, Watak Pendidikan Islam, Kedewasaan Pendidikan Beragama, Metodologi Pendidikan Islam.

Masdar Farid Mas’udi | Anggota BAZNAS | Lahir di Purwekerto, 18 September 1954. Tamatan Pesantren K.H Ali Maksoem Krapyak Yogyakarta ini menyelesaikan pendidikan sarjana (S1)-nya di Fakultas Syariah, IAIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta dan S2-nya, Jurusan Studi Filsafat di Universitas Indonesia (UI), Jakarta. Jabatan lain yang diembannya, antara lain, Ketua 1 PB NU dan Anggota Ombudsman. Buku hasil karyanya yang berjudul Agama Keadilan, Risalah Zakat dalam Islam pada 2009 oleh majalah ilmiah Universitas Paramadina dimasukkan dalam daftar 50 buku ke-Islaman Indonesia yang berpengaruh.

Prof. Dr. H. Ahmad Satori Ismail | Anggota BAZNAS | Lahir di Cirebon, 6 Desember 1955. Sejak 2003 hingga sekarang, lulusan Universitas Al-Azhar dan Universitas Al-Minya, Mesir, ini menjabat sebagai Ketua Umum Ikatan Pengurus Ikatan Dai Indonesia (Ikadi). Buku-buku yang diterbitkan Guru Besar Fakultas Adab dan Humaniora UIN Ciputat Jakarta ini, antara lain, Pasang Surut Perkembangan Fikih Islam, Sepuluh Pilar Dakwah di Era Global, Merajut Tali Temali Ukhuwah

ProFil ANggoTA BAZNAS Periode 2015-2020

8 mei 2016 m

Drh. Emmy Hamidiyah | Anggota BAZNAS | lahir di Magetan, 4 Mei 1965, pernah menjabat sebagai Direktur Eksekutif BAZNAS dan Sekretaris Umum BAZNAS. Usai menamatkan pendidikan sarjana (S1)-nya dari IPB (1983-1988), ia melanjutkan pendidikan S2 di Fakultas Ekonomi Syariah, Universitas Indonesia (UI). Ia telah menjadi praktisi perbankan syariah sejak tahun 1994.

Drs. Irsyadul Halim | Anggota BAZNAS | Lahir di Koda Gadang, 16 Juni 1957 Ketua Majelis Wakaf Muhammadiyah dan wakil ketua LAZISMU. Alumnus Fkultas Adab IAIN Sunan Kalijaga ini, memuliai karier sebagai guru SMA di Jakrta, lalu menjadi asisten dosen fakultas Tarbiyah UMJ. Jabatan yang pernah diembannya, antara lain manajer proyek air bersih bantuan jerman dan jepang di jawa tengah, direktur utama PT agro Persada Nusantara Jakarta. Ia juga aktif sebagai pemakalah di sejumlah seminar dan lokakarya..

Ir. Nana Mintarti | Anggota BAZNAS | Lahir di Surabaya, 19 Mei 1970. Jabatan yang pernah diemban oleh alumni Program Magister Manajemen Pembangunan Daerah Institut Pertanian Bogor (IPB) ini, antara lain, Direktur Institut Manajemen Zakat (IMZ) dan Direktur Pengembangan Sosial, Dompet Dhuafa. Nana, yang juga Sarjana Perikanan IPB ini telah menulis 11 karya tulis berupa buku, jurnal, dan opini di berbagai media nasional, antara lain,Manajeman Zakat Indonesia (buku) dan Tragedi Zakat dan Upaya Perubahan Paradigma (opini)

Prof. Dr. H. Machasin, M.A | Anggota BAZNAS | Lahir di Purwokerto, 13 Oktober 1956. Saat ini, jabatan yang dipegang lulusan IAIN Sunan Kalijaga Jurusan Sastra Arab ini adalah Dirjen Bimbingan Masyarakat Islam Kementerian Agama. Sebelumnya, Guru Besar Sejarah Kebudayaan Islam UIN Suna Kalijaga ini adalah Kepala Balitbangdiklat Kementerian Agama dan Staf Ahli Menteri Agama Bidang Hukum dan HAM. Karya ilmiahnya, antara lain, Islam Teologi Aplikatif dan Islam Dinamis Islam Harmonis.

Drs. Nuryanto, MPA | Anggota BAZNAS | Lahir di Kendal, 10 Oktober 1957. Saat ini, Sarjana Penginderaan Jauh Universitas Gajah Mada (UGM) Yogyakarta dan Master of Public Administration, Syracuse, University of New York ini menjabat sebagai Staf Ahli Bidang Kemasyarakatan dan Hubungan Antar Lembaga Kementerian Dalam Negeri. Pendidikan yang pernah diikuti mantan Sekretaris Ditjen Pemberdayaan Masyarakat dan Desa ini, antara lain, PPRA XLI Lemhannas dan Diklat PIM Tingkat II.

Drs. Astera Primanto Bakti, M.Tax | Anggota BAZNAS | Lahir di Jakarta, 20 Januari 1968. Saat ini, jabatannya adalah sebagai Staf Ahli Bidang Penerimaan Negara Kementerian Keuangan. Penerima penghargaan Satya Lencana Karya Satya dari Presiden RI ini meraih gelar Sarjana Ekonomi Manajemen dari Universitas Soedirman (1990) dan Master of Taxation dari University of Denver, Amerika (1998). Ia menduduki berbagai posisi jabatan di Direktorat Jenderal Pajak sejak 1992 hingga 1998.

rajab - sya'ban 1437 h 9

Pesan pamungkas itu begitu menghunjam ke dalam sanubari

anaknya, bahkan masuk ke alam bawah sadarnya, sehingga anaknya itu berkali-kali bermimpi tentang pesan itu. Maka, ia pun kemudian melaksanakan pesan ayahnya itu. Dan, kini ia menjadi orang yang suka berbagi dan banyak rezeki.

Yang dipanggil dengan nama panggilan Nung saat seorang ayah menghembuskan napas terakhirnya pada 1982 itu adalah Nur Subardiah (56), pemilik 10 tempat usaha penyewaan tenda dan alat-alat pesta.

Inspirasi

ZAKAT TeNANgKAN

jiwA

“Pesan itulah yang mendorong saya senang berbagi. Berbagi bagi saya merupakan kebutuhan,”katanya ke-pada Zakat di rumahnya di Jl. Murda’i, Cempaka Putih, Jakarta, beberapa waktu lalu.

Menurut Nur, usaha tenda adalah usaha yang dulu ditekuni suaminya, sedangkan dia adalah seorang guru Matematika SMAN 6 Jakarta. Sepeninggal suaminya pada 2011, ia berpikir untuk meneruskan usaha tenda itu. Maka, pada 2013 ia pun mengajukan pensiun dini.

Alumni Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan (IKIP) Jakarta itu bersyukur, usaha tenda yang kemudian dijalankan dan dibantu ketiga anaknya berjalan relatif lancar dengan pendapatan usaha yang cukup sehingga ia terus bisa berbagi. Setiap Lebaran ia berbagi atau berzakat langsung kepada tetangga dan saudara-saudaranya di Jakarta dan kampung halamannya, Kebumen. Bahkan, ia pun mampu membangun masjid di kampung halamannya itu.

Ketiga anaknya yang masing-masing mengurus tiga usaha tenda itu adalah Danus Bekti (36), alumni Fakultas Ekonomi (FE) Trisakti, dengan nama usaha Tenda Danus; Hartadi Saleh (35), alumni FE Trisakti, dengan nama usaha Tenda Hartadi; dan Tri Leksono (31), alumni Fakultas

menjelang saat-saat terakhir hidupnya, seorang ayah memanggil putrinya dan ia menyampaikan pesan terakhirnya dengan kalimat terbata-bata. “nung, kalau kamu mau hidup senang dan banyak rezeki, kamu harus banyak bersedekah membantu kepada sesama”.

rajab - sya'ban 1437 h 11

nur subardiah & anaknya, tri leksono

Hukum Trisakti dengan nama usaha Tenda Tri.

Rasa syukurnya bertambah-tambah karena salah seorang anaknya, yaitu Tri mengingatkan dia tentang pentingnya berzakat lewat badan amil, yaitu BAZNAS. Ia mulai berzakat (usaha dan pribadi) ke BAZNAS pada 2014 sebesar Rp190.832.000. Lalu, zakatnya meningkat menjadi Rp301.187.500 pada 2015.

Tri tertarik berzakat ke lembaga setelah melihat spanduk yang mengajak berzakat dari berbagai lembaga pada 2012. Lalu, ia mencari informasinya dari website.”Setelah saya pelajari, saya merasa BAZNAS yang lebih baik. Maka, saya memutuskan berzakat ke BAZNAS melalui rekening, belum langsung ke konter BAZNAS,” ceritanya.

Dua tahun kemudian, Tri langsung datang ke konter BAZNAS di Jl. Kebon Sirih Dari BAZNAS inilah Tri mendapat pencerahan tentang pentingnya berzakat lewat lembaga. “Saya jelaskan ke ibu bahwa zakat itu memang harus melalui lembaga amil. Lalu, saya minta ibu membaca majalah Zakat yang diberi petugas konter. Maka, ibu terpanggil untuk berzakat ke BAZNAS,” paparnya.

Nur dan putranya, Tri, berharap, BAZNAS bisa lebih amanah dan meluaskan jangkauan pendistribusian zakatnya sehingga banyak dhuafa di berbagai daerah bisa terbantu. “Ini musim kering, saya melihat di televisi, banyak daerah yang kekeringan. Mudah-mudahan BAZNAS bisa membangun sarana air bersih di daerah yang kekurangan air,” jelas Ibu Nur.

TenteramDengan berzakat yang relatif besar bukan berarti usaha tenda ini selalu

lancar. Kadang hambatan juga datang. Misalnya, pada 2014 lalu, tujuh orang karyawan Tenda Tri yang sudah terampil bekerja termasuk ordernya dibajak oleh pesaing. “Kompetitor itu dulu bekas kepala cabang usaha tenda saya. Dia tahu persis siapa pelanggan yang loyal dan siapa yang angkanya besar. Wah, nominal yang diambil pesaing itu besar sekali,” ujar Notaris jebolan Universitas Indonesia (UI) itu.

Menghadapi hal itu tentu Tri kecewa. Ia jengkel karena pesaing bersaing dengan tidak sehat. Tadinya dia mau melawan dengan tidak sehat juga. Tapi itu tidak ia lakukan. Ia tetap tenang dan menyerahkan kepada Allah yang mengatur rezekinya. “Dengan berzakat, saya diberikan ketenangan, seakan saya punya pelindung, yaitu Allah. Alhamdulillah, karyawan saya yang lainnya tak terpengaruh pindah ke pesaing,” katanya

Menghadapi masalah itu, Ibu Nur juga diberi ketenangan sehingga ia mendapat jalan keluar agar karyawannya bisa balik lagi bekerja, tidak tergoda rayuan karyawannya

yang pindah. Mereka biasanya bertemu saat Lebaran di kampung halaman Bu Nur. “Saya bikin kebijakan. Pertama, siapa yang datang tepat waktu kerja kembali ke Jakarta akan diberi uang tips. Kedua, bagi yang membawa teman untuk bekerja, saya beri bonus lagi” katanya. Langkah ini berhasil mengembalikan karyawan seperti yang diceritakan Tri.

Tri mengakui bahwa sebelum berzakat dirinya selalu grasa-grusu dalam menghadapi masalah. Dia khawatir sekali target usahanya tak tercapai bila karyawan dan ordernya berkurang. Tapi setelah berzakat, katanya, tidak lagi gelisah memikirkan rezekinya diambil orang lain.

Tri mencontohkan tentang kejadian yang menunjukkan bahwa dirinya harus tenang dalam mengejar rezeki. “Yang paling kentara setelah Lebaran lalu. Saya kan enggak nongkrongin telepon untuk mendapatkan order, tapi ternyata pas saya datang, order pada datang, di minggu pertama dan omzetnya di luar dugaan. Ini mungkin, berkahnya zakat,” kata ayah dari tiga orang anak itu.

12 mei 2016 m

Dunia Zakat

Panorama of Amman, Jordan

Yordania, Longgarkan

Pajak bagi Pembayar

Zakat

Yordania menjadi negara islam yang mengatur zakat dalam bingkai undang-undang (uu). mereka pun memiliki zakat Fund yang tak ubahnya merupakan Baznas-nya Yordania yang dikelola pemerintah setempat.

muharam-rabi'ul awal 1437 h 13

Masjid Raja Abdullah di Amman, Yordania

Meskipun telah mengatur mengenai perzakatan saat itu,

undang-undang itu masih terbatas hanya mengatur pemungutan zakat pada binatang ternak, tanah, serta barang berharga. Keluarnya perundang-undangan ter sebut bisa dibilang prestasi. Sebab, Yordania menjadi Negara Islam pertama yang mengatur zakat dalam bingkai perundang-undangan.

Seiring dengan berjalannya waktu, peraturan yang telah diterbitkan itu mengalami sejumlah pembenahan. Pada 1953, perundang-undangan zakat dihapus dan diganti dengan pajak layanan sosial. Sebenarnya undang-undang ini lebih mengatur pada pajak pendapatan dan didesain untuk menolong mereka yang membutuhkan

Hingga akhirnya pada 1978 kembali mengemuka penyusunan undang-undang yang secara khusus mengatur zakat. Sejak saat itu terbentuklah badan pengumpul zakat dengan sebutan Zakat Fund. Lembaga ini yang selanjutnya mengelola penerimaan zakat. Dari lembaga ini turut dimungkinkan bagi para muzaki (yang membayar zakatnya) mendapatkan pengurangan pada pajak penghasilannya.

Di tingkat daerah, Zakat Fund ini berkembang dengan terbentuknya direktorat zakat yang tersebar di masing-masing ibu kota provinsi. Di samping itu, terbentuk pula kurang lebih 43 Komite Voluntary Zakat yang sekaligus mencakup para ahli syariah. Meskipun bekerja secara independen, lembaga zakat Yordania inilah yang bertugas langsung di bawah arahan Kementerian Awqaf.

Terkait dengan hak dan kewajiban, badan zakat Yordania ini memiliki, antara lain, kewenangan untuk menyusun aturannya sendiri guna

mendukung gerak langkah mereka dalam mengelola zakat. Sementara itu, fokus garapan dari Zakat Fund ini, di antaranya, mengajak sebanyak mungkin para muzaki untuk mau berzakat; menjalin berbagai kerja sama yang mendukung baik di dalam maupun di luar negeri; serta tak ketinggalan pula untuk menyusun laporan yang transparan dan akuntabel.

Berbicara tentang pengelolaan zakat di kerajaan yang dipimpin raja Abdullah II saat ini, Zakat Fund atau Shunduq memiliki sekitar 200 lajnah atau panitia zakat. Dari sejumlah panitia itu, masing-masing di antaranya terdiri dari 15 orang relawan zakat. Para petugas inilah yang nanti akan menghimpun zakat dan memantau kondisi masyarakat mendirikan proyek maupun kegiatan lainnya yang dibutuhkan.Menariknya, para relawan ini bekerja secara sukarela atau tidak digaji karena mereka merupakan orang-orang yang mampu secara finansial. Meski begitu, ada beberapa pengecualian, yaitu bagi pegawai yang memang bekerja full time, seperti sekretaris, ada sejumlah gaji yang diberikan.

Mengutip catatan pengelolaan zakat pada 2010 lalu, di negara yang beribu kota di Amman itu zakat yang berhasil dihimpun oleh masing-masing lajnah (panitia zakat) rata rata JD 20.000 hingga JD 30.000. Sedangkan, nilai total zakat yang berhasil dihimpun untuk setahunnya menembus angka JD 200.000.000 atau sekitar Rp2,7 triliun. Dan didistribusikan kepada sekitar 750 kepala keluarga mustahik.

Ide menarik dalam dunia zakat yang berlangsung di Yordania, di antaranya, mereka yang menjadi muzaki potensial secara khusus dapat menyalurkan zakatnya secara langsung kepada penerima (mustahik) tertentu. Namun, hal ini harus berdasar pada persetujuan dan evaluasi dari lembaga zakat setempat terlebih dahulu. Selain itu, muzaki juga akan menikmati manfaat kelonggaran beban pajak karena telah turut menyalurkan zakatnya.

Hal lain yang menarik adalah sepuluh persen dari cadangan dana zakat di sana disalurkan bagi para mustahik secara berkala yang diarahkan, antara lain, untuk kebutuhan infrastruktur tempat tinggal maupun pelayanan jasa lain bagi mustahik.

14 mei 2016 m

Terik matahari yang menyengat di Gelora Sepakbola Sunter, Jakarta

Utara kemarin tak membuat ratusan anak-anak yang akan mengikuti kompetisi BAZNAS-Menpora Cup beranjak. Sejak pagi, mereka antusias menunggu partai perdana kompetisi yang khusus diselenggarakan untuk anak yatim dan dhuafa.

Saat Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) Imam Nahrawi membuka kompetisi ini, mereka berteriak kegirangan. Impian untuk menjadi pemain profesioanal mulai mereka tapaki.

“Untuk adik-adik peserta BAZNAS Menpora Cup 2016, semangat untuk bertanding. Namun jangan lupa, fair play harus tetap diutamakan. Saya yakin para adik-adik disini suatu saat akan menjadi pemain timnas profesional dikemudian hari," ujar Cak Imam.

Liga ini diselenggarakan oleh Yayasan Gerakan Peduli Prestasi Sepakbola Indonesia (GRAPPSI) dengan Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) dan

Mengangkat derajat Mustahik melalui sepakbola

didukung Kemenpora. Peserta liga ini adalah kategori usia U-11 dan U-13, masing-masing kategori terdiri dari 12 tim dengan sistem main competition dan plate competition sesuai standar kejuaraan sepakbola di Indonesia.

Turut hadir pada pembukaan ini para pesepakbola legendaris Indonesia, di antaranya Rully Nerre, Ricky Yakobi, Robby Darwis, Dede Herdiansyah dan Herry Kiswanto.

Cak Imam mengatakan, liga ini membuat pemerintah membuat pemerintah terdorong untuk mengelola Sekolah Sepak Bola yang lebih peduli terhadap keberadaan pemain dari keluarga tidak mampu.

“Inilah jelinya BAZNAS, anak yatim kurang mampu menjadiconcern luar biasa lebih-lebih yang memiliki kemauan dan bakat luar biasa. Perlu pemerintah dukung dan ucapkan terimakasih,” katanya.

Ketua GRAPPSI Dede Herdiansyah mengatakan setiap tim yang bertanding dilatih oleh seorang pelatih berpengalaman. Mereka

akan menggali dan memoles bakat pemain-pemain muda ini.

Anak-anak kurang mampu diberi motivasi agar mereka mampunyai daya saing dengan pesepakbola lain yang berkecukupan. Sehingga di masa yang akan datang dapat mengangkat derajatnya.

Di berbagai belahan dunia, sepakbola bisa menjadi instrument untuk meningkatkan kesejahteraan. Banyak cerita pemain-pemain dunia yang berprestasi cemerlang berasal dari keluarga tidak mampu.

Wakil Ketua BAZNAS, Zainulbahar Noor mengatakan, pihaknya memberikan fasilitas kepada peserta dengan dana zakat berupa perlengkapan peserta, pelatihan dan kompetisi sesuai rancangan rekomendasi dari GRAPPSI.

“Para peserta merupakan salah satu asnaf zakat yaitu fakir miskin. Penyaluran dana ini berasal dari para muzaki (pembayar zakat) BAZNAS. Mudah-mudahan menjadi pemain sepakbola kelas dunia,” ujarnya.

BAZNAS Menpora Cup

Dunia Zakat

Program

rajab - sya'ban 1437 h 15

Majelis taklim berkembang menjadi kebutuhan bagi para

ibu, bahkan kini bukan hanya untuk kalangan berumur tetapi sudah merambah para kawula muda. Salah satu wadah lembaga dakwah majelis taklim tertua di Indonesia, Badan Kontak Majelis Taklim (BKMT) pimpinan Prof.Dr.Hj. Tutty Alawiyah AS, MA juga menjadi salah satu yang terbesar karena memiliki sekitar 15 juta jamaah di 33 provinsi di Indonesia.

Dakwah mantan Menteri Negara Peranan Wanita era pemerintah Presiden Soeharto tersebut berhasil merebut hati para ibu yang haus ilmu agama. Dalam Acara Muktamar VIII dan Milad ke-35 BKMT yang berpuncak di Stadion Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta, Sabtu (12/3) lalu, ratusan ribu jamaah dari berbagai daerah memenuhi stadion. Di tempat ini mereka mengeratkan tali silaturahmi dan menajamkan visi dakwah yang penuh tantangan di era teknologi yang dinamis ini.

Dalam sambutannya yang penuh semangat, Tutty Alawiyah yang kini berusia 73 tahun ini meminta jamaahnya untuk terus menyambung silaturahmi, agar ikatan makin kuat dan tercapai tujuan untuk bermanfaat

gelorakan Zakat pada ibu rumah Tangga

sebesar-besarnya bagi umat.

Dengan acara ini, BAZNAS datang memberikan layanan untuk mempermudah para jamaah menunaikan kewajibannya mensucikan harta dengan berzakat. Juga memberikan fasilitas untuk menjadi wadah bagi jamaah dalam menunaikan infak sedekah.

Kerjasama ini dimaktubkan dalam sebuah nota kesepahaman BAZNAS dengan organisasi nasional tersebut yang telah ditandatangani oleh Prof. Dr. Hj. Tutty Alawiyah AS, MA dan Wakil Ketua BAZNAS, Dr. Zainulbahar Noor, SE, MEc pada Jumat (11/3) malam.

Dalam sambutannya, Dr. Zainulbahar Noor menyampaikan potensi zakat di Indonesia sebesar Rp.217 Triliun per tahun akan mudah dicapai jika 217 juta rakyat muslim Indonesia mengumpulkan infak Rp3.000 saja per hari.

“Dengan Rp3.000 saja tiap hari, maka Rp217 Triliun dana zakat akan terkumpul dan disalurkan bagi warga kurang mampu. Kemiskinan di Indonesia dapat ditangani,” katanya.

Gerakan ini akan sangat baik jika

dimulai dari para ibu, yang menjadi “menteri keuangan” rumah tangga seperti halnya para jamaah BKMT.

Infak semacam ini, sudah pernah sukses diterapkan oleh BAZNAS Kabupaten Sukabumi yang menggalang infak Rp1.000 warganya hingga terbangun gedung Pusat Pengelolaan Zakat Kabupaten Sukabumi yang menelan biaya Rp2,4 Miliar.

BAZNAS juga berkomitmen untuk memberikan program pemberdayaan bagi para jamaah BKMT berupa bantuan pemodalan dalam program Rumah Makmur BAZNAS (RMB) maupun pemberdayaan lengkap meliputi ekonomi, kesehatan dan pendidikan dalam satu komunitas dalam program Zakat Community Development (ZCD).

Saat ini BAZNAS telah memiliki ribuan mustahik penerima bantuan program RMB dan ribuan penerima manfaat ZCD di 49 kabupaten/ kota di Indonesia. Program ini mengoptimalkan seluruh potensi komunitas atau desa miskin sehingga dapat tumbuh menjadi komunitas yang mandiri dan sejahtera.

Kerjasama BAZNAS-BKMT

Program

16 mei 2016 m

Anggota Komisi VIII DPR RI, Khotibul Umam Wiranu

mengapresiasi program bantuan yang diberikan BAZNAS (Badan amil zakat nasional) kepada rumah-rumah sehat di beberapa daerah.

"Komisi VIII meninjau Rumah Sehat BAZNAS ini untuk memastikan apakah alokasi anggaran yang dilaporkan BAZNAS untuk Rumah Sehat sebesar Rp 2 Miliar dalam setiap tahunnya benar peruntukannya,"ungkap Khotibul saat meninjau Rumah Sehat BAZNAS - PGN - Al Chusnaini, Sidoarjo, Jawa Timur, Senin (21/3/2016).

Anggota Fraksi Partai Demokrat ini menilai positif pengalokasian anggaran sebesar Rp 2 Miliar untuk masing-masing rumah sehat dalam setiap tahunnya. Hal itu terbukti dari banyaknya masyarakat yang mendatangi Rumah Sehat BAZNAS.

"Kami melihat ini sebagai sesuatu yang sangat baik, dan sangat bermanfaat, mengingat tidak sedikit masyarakat khususnya di pedesaan yang dapat menikmati kemudahan pelayanan kesehatan lewat BPJS,"ungkapnya.

Dihadapan Tim kunjungan kerja Komisi VIII seperti Abdul Fikri Faqih, Itet Tridjajati,Choirul Muna, Gede

dPr-ri apresiasi Pelayanan rumah sehat Baznas

Lalu, Mahrus An'im, H.Anda, M Lutfi, Achmad Mustaqim, Direktur Rumah Sehat BAZNAS - PGN - Al Chusaini, M.Hikam Alimi mengatakan, bahwa pihaknya mendapat anggaran dari Baznas sebesar Rp 2 miliar setiap tahunnya. Dana itulah yang selama ini digunakan sebagai tambahan biaya operasional rumah sehat plus pembelian peralatan medis.

Ditambahkannya, saat ini klinik tersebut memiliki 10 kamar rawat inap. Meski mendapat bantuan anggaran dari BAZNAS yang identik dengan zakat Islam, namun klinik tersebut tetap menerima pasien dari agama dan golongan manapun. (dpr.go.id)

Program

rajab - sya'ban 1437 h 17

BAZNAS menurunkan tim membantu warga korban banjir

yang melanda beberapa wilayah Indonesia saat puncak musim penghujan beberapa lalu. Antara lain kawasan Dayeuhkolot, Kabupaten Bandung, Jawa Timur; Kabupaten Sampang, Jawa Timur dan Kota Pangkalpinang, Provinsi Bangka Belitung.

Di Bandung, BAZNAS membantu evakuasi korban, bantuan makanan siap santap, air bersih dan mendirikan posko bantuan. BAZNAS juga memberikan bantuan pengobatan bagi korban yang terserang penyakit pascabencana. Tim BAZNAS Provinsi Jawa Barat juga memberikan trauma healing dengan memberikan dongeng bagi anak-anak di posko pengungsian.

Di Sampang, BAZNAS mengintensifkan layanan kesehatan bagi warga korban banjir. Ini karena, ancama penyakit pascabanjir selalu datang pada para korban, apalagi setelah genangan air surut akan

Zakat Meringankan Korban Banjir

timbul masalah tumpukan sampah dan bau menyengat di sekitar tempat tinggal atau penampungan warga. Bentuk layanan kesehatan yang diberikan antara lain pengobatan massal yang digelar di Kelurahan Dalpenang, Kabupaten Sampang yang dihadiri sekitar 1.000 warga.

Selain itu, BAZNAS juga memberikan bantuan 66 alas tidur yang nyaman bagi para korban. Ini penting karena semua harta benda mereka hanyut bersama air bah yang menggenangi rumah mereka. Tempat tidur yang nyaman, akan membantu para korban beristrihatat dengan baik sehingga terhindar dari penyakit. Situasi yang nyaman dan sehat pascabencana seperti ini bisa mengambalikan irama hidupa mereka seperti semula.

Bencana banjir di Pangkalpinang menyisakan cerita perjuangan bocah 10 tahun bernama Desti yang bekerja keras seorang diri mengurus dua adiknya Delta,7, dan Bimo,2 serta neneknya yang sudah

renta. Saat banjir melanda, kedua orang tua bocah ini sedang bekerja di luar kota, ayahnya seorang kuli bangunan yang jarang pulang dan ibunya buruh cuci yang mampunya sepekan sekali pulang.

BAZNAS memberikan bantuan berupa tempat tidur, kompor, lemari dan santunan uang untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Barang-barang itu sama sekali tidak pernah ada dalam rumah mereka yang sangat sederhana.

Selain itu, BAZNAS juga membantu biaya sekolah tiga bocah tersebut sertamemberi bantuan modal usaha untuk ibu mereka agar dapat berkumpul setiap hari di rumah.

Program

18 mei 2016 m

Bank CIMB Niaga Syariah kembali menyalurkan dana

Corporate Social Responsibility (CSR) untuk memberdayakan petani di Desa Candi Kuning II, Baturiti, Bedugul Kabupaten Tabanan, Bali melalui Program Zakat Community Development (ZCD) BAZNAS. Dana yang dikucurkan pada tahap dua ini senilai Rp96 juta, dengan fokus program yang dikembangkan meliputi penambahan jumlah penerima manfaat, program intensifikasi lahan tanam, modal usaha, serta pelatihan dan pendampingan pascapanen.

Di kawasan minoritas muslim tersebut, program ZCD telah dirasakan manfaatnya oleh 30 Kepala Keluarga melalui kegiatan pertanian dan pemberian modal usaha.

CIMB niaga Syariah

Kembali Bantu Berdayakan Petani BaliHead of Syariah Banking PT CIMB Niaga Tbk, Rusdi Dahardin berharap petani-petani muslim di Bedugul, Bali dapat lebih sejahtera secara finansial dan moral, dengan bimbingan dan edukasi dari BAZNAS.

CIMB Niaga Syariah berkomitmen untuk membantu masyarakat di bidang ekonomi, selama ini sebaran bantuan CSR untuk masyarakat pedesaan dan pinggiran kota. Setelah ini perusahaan tersebut akan fokus untuk melakukan pemberdayaan nelayan di pesisir.

Program ZCD adalah program pengembangan komunitas dengan mengintegrasikan aspek sosial (pendidikan, kesehatan, agama, lingkungan, dan aspek sosial lainnya) dan aspek ekonomi secara

komprehensif yang pendanaan utamanya bersumber dari zakat, infak, dan sedekah sehingga terwujud masyarakat sejahtera dan mandiri. Saat ini BAZNAS bekerjasama dengan BAZNAS Provinsi dan BAZNAS Kabupaten/ Kota telah membangun program tersebut di 49 titik tersebar di Pulau Jawa, Sumatera dan Kalimantan.

PT Maskapai Reasuransi Indonesia Tbk atau lebih dikenal dengan

MAREIN, merupakan perusahaan Reasuransi tertua di Indonesia yang berdiri pada tanggal 4 Juni 1953 dan juga merupakan satu-satunya perusahaan Reasuransi yang sudah

Menggapai Keberkahan,

PT MAreiN BerZAKAT rp586 juTA “Go-Public”.

Budaya kerja yang baik diterapkan dengan menyandingkan resep sukses dunia dan sukses akherat. Sejak tahun 1990-an PT MAREIN setiap ulang tahun perusahaan selalu

mengadakan kegiatan-kegiatan baik yang bersifat seremonial dalam rangka menggalang kebersamaan dengan client maupun kegiatan yang bersifat sosial dan keagamaan. Disamping itu perusahaan setiap tahun ajaran baru juga memberikan beasiswa kepada anak-anak karyawan yang mempunyai prestasi yang baik dalam menempuh pelajaran di sekolahnya. Pelaksanaan kegiatan sosial biasanya dalam bentuk menyambangi dan menyantuni anak-anak yatim melalui yayasan-yayasan yang mengurusi anak yatim dan memberikan sumbangan kepada sekolah-sekolah yang berada di lingkungan kantor PT MAREIN maupun di luar daerah yang dipandang perlu untuk dibantu

Mempertimbangkan semakin pesatnya perkembangan bisnis

rajab - sya'ban 1437 h 19

syariah di Indonesia khususnya di sektor perasuransian, PT MAREIN merasa terpanggil untuk membuka divisi reasuransi syariah, sehingga pertanggungan ulang atas penutupan asuransi dilakukan dngan dua prinsip yaitu konvensional dan syariah. Melihat sifat dari bisnis di sektor perasuransian dan untuk memudahkan di dalam pengelolaan operasionalnya, PT MAREIN selanjutnya membagi divisi syariah menjadi dua, yaitu Divisi Syariah Reasuransi Umum dan Divisi Syariah Reasuransi Jiwa.

Unit usaha syariah PT MAREIN telah dibuka sejak tahun 2006. Alhamdulillah unit usaha syariah tersebut tahun demi tahun mengalami perkembangan yang cukup baik. Pengelola unit usaha syariah PT MAREIN menyadari bahwa usaha syariah ini harus terus dikembangkan agar memberikan manfaat dan kemaslahatan umat.

Dengan dibukanya divisi reasuransi syariah PT MAREIN dan sesuai prinsip-prinsip pengelolaan reasuransi syariah serta regulasi-regulasi yang mengaturnya, maka ada kewajiban

bagi PT MAREIN untuk mengeluarkan zakat atas pengelolaan bisnis reasuransi syariah.

“Zakat dimaksud diperhitungkan dari hasil usaha unit syariah yang diperoleh PT MAREIN sebagai pengelola reasuransi syariah atas akad Wakalah bil Ujrah dan Tabarru, dan setiap tahunnya disalurkan melalui amil zakat resmi,” kata Direktur PT MAREIN, H. Hardjono.

Ia merasakan berkah yang diterima perusahaan yang ia pimpin ini sejak menunaikan zakat dari bisnis reasuransi syariah perusahaan yang beralamat di Plaza Marein Lantai 18, Jl. Jendral Sudirman Kav.76-78, Jakarta 12910 ini.

“Alhamdulillah zakat telah membawa manfaat dan berkah untuk kesinambungan bisnis reasuransi syariah PT MAREIN hingga saat ini. Hal ini ditunjukkan dengan semakin meningkatnya dari tahun ke tahun jumlah dana yang dikelola reasuransi syariah serta pendapatan perusahaan yang dihasilkan, baik reasuransi syariah maupun MAREIN secara umum,” katanya.

Dalam mengeluarkan zakat perusahaan tersebut, semata-mata untuk memperoleh ridha Allah dan barokah atas zakat yang selama ini kami keluarkan.

“Mudah-mudahan Allah meridhai dan memberikan barokah kepada PT Marein sehingga perusahaan ini bisa survive dan berkembang pesat menjadi perusahaan yang berskala internasional sehingga kami bisa berperan lebih besar dalam mengentaskan kemiskinan. Aamiin ya Robbal ‘alamin,” katanya.

Ia berharap, PT MAREIN berharap dana dimaksud dapat dikelola secara professional dan disalurkan kepada yang berhak.

“Manajemen PT MAREIN berkeyakinan Baznas selaku badan amil zakat nasional dapat dipercaya dan bekerja secara professional dalam pengelolaan dan penyaluran zakat serta didukung dengan jaringan yang tersebar luas di seluruh Indonesia, sehingga dapat menjangkau sampai lapisan masyarakat miskin di seluruh pelosok tanah air,” kata Hardjono.

20 mei 2016 m

rajab - sya'ban 1437 h 21

Kiprah

Meski hujan tidak turun, sore itu, Jumat, 21 Agustus 2015, pukul

5, udara dingin menyergap kampung Cikupa, Desa Situdaun, Kecamatan Tenjolaya, Bogor, lokasinya Pesantren Hidayatul Husna. Kami, redaksi Majalah Zakat, yang terbiasa hidup di daerah panas, seperti Jakarta, menjadi agak menggigil kedinginan berada di lokasi itu.

Namun beruntung, saat bersilaturahim ke pesantren salafiah yang berdiri pada 1996 itu, kami disambut dengan kehangatan. Sejumlah santri berpici dan bersarung menciumi punggung telapak tangan kami. Di pintu masuk rumah kediaman pimpinan pondok pesantren itu, yakni K.H. Rulis Mukhlis juga tersenyum dengan penuh keakraban sambil menjabat erat tangan kami.

“Pesantren Hidayatul Husna ini mulai dibangun pada 1994 dan baru selesai dibangun sekitar dua tahun kemudian karena masyarakat di sekitar kampung Cikupa ini kurang begitu perhatian kepada pendidkan pesantren,” kata kiai mengawali cerita tentang proses berdirinya pesantren tersebut.

Ide membangun pesantren ini datang dari kiai asal Parung, Ciputat, itu, karena ia ingin mengembangkan ilmu agama (Islam) setelah ia bersusah payah selama 12 tahun nyantri di sejumlah pesantren di Jawa Barat, antara lain, Jasinga, Leuwiliang, Pandeglang, Serang, Sukabumi, Tasikmalaya, dan Cirebon.

Pesantren yang kini punya 25 orang santri itu, mungkin tak akan jadi

berdiri bila pemilik idenya lemah iman. Iman kiai itu memang pernah diuji oleh cibiran sebagian masyarakat yang pesimistis membangun pesantren di daerah Cikupa. Menurut dia, ada di antaranya yang mengatakan, “Pak kiai mau ngapain berada di kampung ini dan membangun pesantren. Siapa yang mau ngasih makan nanti. Lalu, siapa yang mau membiayai santri dan apa sih untungnya”?

Cibiran itu tak membuat dirinya surut untuk membangun pesantren. Dia sangat yakin bahwa Allah akan selalu menolongnya bila dia dekat dengan-Nya. “Ya, omongan itu bikin saya panas aja. Emangnya saya enggak punya Tuhan. Saya kan santri, belajar wirid, belajar puasa Senin-Kamis,” katanya menanggapi cibiran itu.

memandirikan Pesantren melalui Budidaya ikan

22 mei 2016 m

Zikir dan doanya memang didengar Allah SWT. Buktinya, dia mendapat tanah wakaf dari mertuanya sekitar 250 meter persegi untuk membangun pesantren. Banyak tamu yang bersilaturahim ke rumahnya memberi bantuan untuk membangun pesantren tersebut, seperti batu, pasir, dan semen.

Dengan segala keterbatasan fasilitas, alhamdulillah, pesantren ini sekarang punya 7 unit kamar tidur (empat di lantai bawah, tiga di lantai atas) yang sangat sederhana berukuran sekitar 1,5 mx 2 m serta satu ruang belajar yang berada di depan kamar tidur lantai bawah.

Pesantren yang berlokasi sekitar 6 km dari kampus Institut Pertanian Bogor (IPB) Dramaga, Bogor, ini memang sangat sederhana. Plang namanya saja terbuat dari triplek yang dipaku di atas tiang teras rumah. Bangunan pondok pesantrennya berada di belakang menyatu dengan rumah kiai. Ya, bila tak ada plang nama pesantren di teras samping rumah, mungkin orang mengira, itu rumah tempat tinggal umumnya, bukan pesantren.

Budidaya IkanWirid hampir tak henti dibaca oleh KH Rulis Mukhlis dan para santrinya. Sejak pukul 4 santri sudah mulai bangun. Setelah bertahajud, mereka berjamaah shalat Subuh. Lalu, membaca surat Yasin (yasinan), Al-Mulk (Tabarak), dan Salawat hingga pukul 6.00. Setelah menunaikan Shalat Dhuha pada pk 7, mereka mengaji berbagai kitab, seperti

Fathul Qarib, Fathul Muin dan Tafsir Jalalain. Usai berjamaah Zuhur, mereka sorogan (ngaji sendiri-sendiri) sampai pk 13.30. Mereka mengaji lagi usai shalat Ashar, Magrib dan Isya berjamaah. Mereka baru menikmati istirahat panjang setelah pukul 21.00.

Kiai mengakui tak semuanya santri akan menjadi kiai yang hidupnya hanya mengandalkan dari aktivitas wiridan atau mengajarkan ilmu agama. Selain itu, katanya lebih lanjut, hidup dan berkembangnya pesantren gratis ini juga tak bisa bergantung dari belas kasih para donatur.

Karena itu, dia menyambut baik kehadiran BAZNAS pada pertengahan 2015 yang membantu pemberdayaan pesantren dengan program budidaya ikan tawar dan pertanian. Dengan bantuan sebesar Rp100 juta untuk pembuatan kolam dan bibit ikan, kini pesantren Hidayatul Husna punya 17 kolam ikan yang berisi 2.600 ikan dengan jenis ikan bawal dan gurame. “Total omset yang didapat bisa mencapai Rp70 juta setiap kali panen,” kata H. Sri Wuri Handono, Pembina Ekonomi Pesantren Hidayatul Husna.

Menurut KH Rulis, dengan adanya budidaya ikan ini, sekarang para santri tidak hanya belajar agama, tetapi juga belajar keterampilan berbisnis, antara lain, membudidayakan ikan gurame dan ikan bawal. “Saya bilang ke para santri saya, kamu belum tentu jadi kiai semua. Lalu, kalau kamu jadi kiai tetapi tidak bisa usaha, kamu mau makan apa? Maka, saya kasih ilmu

cara menelorkan ikan gurame dan bawal,” ungkapnya.

Salah seorang santri pesantren ini yaitu Hilman (22) asal Sumedang, merasakan manfaat adanya budidaya ikan gurame dan bawal ini. “Nyantri di Pesantren Hidayatul Husna selain dapat ilmu agama, saya pribadi juga banyak mandapat didikan di luar bidang agama, seperti budidaya ikan dan pertanian,”kata Hilman yang sebelum ada program ini pernah bekerja di budidaya ikan milik orang lain di sekitar pesantren.

Menurut Iman Damar, dari Divisi Pemberdayaan dan Pendistribusian BAZNAS, pesantren Hidayatul Husna baru mendapatkan satu kali bantuan ekonomi pemberdayaan budidaya ikan melalui Rumah Makmur BAZNAS (RMB) dengan memberikan pendampingan, baik teknis maupun pembukuan.

Iman berharap, dengan adanya bantuan program pemberdayaan ini, pesantren Hidayatul Husna menjadi pesantren yang mandiri secara ekonomi dan keuangan sehingga mereka bisa berkembang lebih maju dan cepat serta bermanfaat bagi masyakat di sekitar pesantren khususnya.

dengan segala keterbatasan fasilitas, alhamdulillah, pesantren ini sekarang punya 7 unit kamar tidur (empat di lantai bawah, tiga di lantai atas) yang sangat sederhana berukuran sekitar 1,5 mx 2 m serta satu ruang belajar yang berada di depan kamar tidur lantai bawah.

Kiprah

rajab - sya'ban 1437 h 23

Achmad rohani:

jangan Pelit Biar rezeki Tak Sulit

UANG tunai satu juta rupiah itu disodorkan begitu saja oleh

salah satu tetangganya, membuat tukang odong-odong itu kaget. “Ini buat bikin gerobak sayur katanya dan dia tidak mau diganti uangnya lho. Orang hebat. Pesannya cuma satu, jangan pakai penglaris, percaya sama Gusti Allah,” ucap Acmad Rohani mengisahkan bagaimana ia memulai usaha jualan sayur-mayur

Ojo pelit-pelit, nanti rezeki sulit. lima belas

tahun membanting tulang di Jakarta, siapa

sangka petuah sederhana ini yang justru membuka jalan kesuksesan achmad

rohani sebagai tukang sayur.

kepada Majalah Zakat

Sembari bercerita, hampir semua orang yang melewati kami, ia sapa dengan ramah dan akrab. Sesekali ia mengenalkan kami dengan para tetangganya. “Ini Mbah Sartini, dia ini senior (tukang sayur) di sini,” ucapnya dengan penuh canda kepada seorang ibu paruh baya yang juga mendorong gerobak sayur.

Atau dengan santai ia membiarkan seorang bapak mengambil sendiri tiga buah tomat seharga seribu rupiah tanpa langsung menagih bayaran. Maklum, obrolan santai ini kami lakukan di pinggir jalan, tak jauh dari gerobak sayur tempat Acmad mangkal.

Achmad sendiri mengaku heran. Ia tak menyangka angan-angannya

Kiprah

24 mei 2016 m

untuk menjadi tukang sayur tak sulit diwujudkan. Saat gerobak sudah jadi, tetangga lain pun menyarankannya mengajukan proposal modal usaha ke BAZNAS Pusat. Modal senilai satu juta rupiah pun dengan mudah ia dapatkan.

Kok bisa? Ternyata resepnya sederhana saja, “Ojo pelit-pelit. Kata orang tua dulu kalau kita pelit, rezeki juga sulit,” ucapnya. Dan benar saja, tetangga yang dengan senang hati memodalinya ternyata tergerak dari aksi kedermawanan sederhana Achmad saat masih jadi tukang odong-odong, anak-anak yang tidak punya uang tetap ia layani menikmati odong-odongnya.

“Dia suka lihat saya narik odong-odong, saya sering naikin saja (anak-anak ke odong-odong). Kalau kita pelit, orang juga akan males. Mikirnya sederhana saja. Namanya kita baik sama orang, ya masa orang ‘merem’ terus, pasti suatu saat dia akan bayar kalau naik. Jangan terlalu dihitung-hitunglah. Justru pas saya narik odong-odong ini, ada saja rezeki (tak terduga),” ceplosnya.

Kerja kerasnya selama dua tahun pun mulai menuai hasil. Dengan keuntungan bersih Rp400 ribu-Rp800 ribu per harinya, pria asal Semarang itu tak lagi pusing memikirkan bayaran sekolah empat orang anaknya. Achmad Rohani bahkan sudah bisa mencicil sebuah motor sport dan membeli sawah seluas 1.300 hektare di kampung sang istri, Siti Kholifah di Desa Nawungan, Imogiri, Bantul, Yogyakarta.

Kini, tiap pagi, setelah waktu subuh tiba, Gang Karet tempat ia mangkal akan selalu tersendat oleh kerumunan orang yang membeli sayur dan buah-buahannya. Dengan senang hati, sang pemilik rumah membiarkan Achmad memanfaatkan

halaman sepanjang pagar rumah yang tak lagi ditinggali itu untuk menata dagangannya. “Enak jual di sini, gratis. Kalau di pasar, belum bayar uang sewanya, belum bayar premannya,” ucapnya sambal tertawa.

Tak hanya mangkal dan berkeliling dengan gerobak sayur, pria yang kini lebih dikenal dengan “tukang sayur odong-odong” itu setidaknya juga menyuplai sayur dan buah di empat kantin di foodcourt Kalibata City, sebuah warung padang di Pancoran dan Tebet, serta warteg-warteg maupun pesanan kecil yang tak rinci ia hitung berapa banyaknya.

“Dalam satu malam saya belanja bisa Rp3 juta- Rp4 juta. Melon bisa 80 kg, mangga bisa empat peti, tomat bisa satu dus, tempe itu bisa Rp150 ribu sendiri,” paparnya.

PercePAT jArINgANTak hanya membuka jalan, petuah ‘jangan pelit-pelit’ ini pula yang memuluskan usahanya. Acmad memang tak ragu memberi ‘bonus’ kepada pembelinya, baik yang membeli dalam jumlah besar maupun ibu rumah tangga yang membeli eceran. Setiap Ramadhan tiba, ia pun selalu membagi-bagikan sirup dan buah kepada semua pelanggannya.

Bahkan, jika hasil penjualannya sudah melebihi modalnya, ia akan mengikhlaskan utang pembelinya, apalagi jika nominalnya tidak seberapa. “Pokoknya kalau ada yang minta tambah, pasti saya jawab iya. Ibu-ibu itu beli cabai, ditambah 2-3 buah juga sudah senang. Kalau sudah senang, pasti akrab, kalau akrab nanti jadi langganan,” ujarnya.

Kepuasan pelanggan itu pula yang membuatnya mudah mendapatkan pelanggan baru, terutama pelanggan borongan. “Yang kantin di Kalibata itu,

awalnya cuma satu. Sisanya bukan saya yang menawarkan orderan, tapi ya orang (pelanggan pertama) itu. Tiba-tiba dia nelpon, mas ini ada yang mau pesen lagi. Ya mungkin dia hitung-hitung kok mending sama saya, barangnya bagus-bagus, diantar lagi,” ucapnya.

Kemurahan hati ini juga menjadi senjata andalan Acmad untuk menjaga hubungan baik dengan pihak-pihak yang bersentuhan dengan usahanya. Setiap ada acara di lingkungannya, Achmad dengan senang hati ikut menyumbangkan dagangannya. Sehingga sampai sekarang bukan komplain yang ia dapat lantaran berjualan di pinggir jalan, sebaliknya justru dukungan dan bantuan yang membanjirinya.

“Ini, rumah ini (menunjuk rumah di seberang tempat jualannya) selalu saya repotin. Subuh-subuh saya bongkar barang, apa enggak berisik? Belum sampahnya. Tapi kok ya malah baik, bantu istri saya bersihin kalau sudah selesai. Rumah kosong itu, pemiliknya malah izinin saya taro peti-peti dan dus-dus buah dan sayur di dalam. Pak RT juga enggak pernah marah. Ya, pintar-pintar jaga hubungan baik, sopan sama sesepuh. Itu saja,” paparnya.

Kiprah

rajab - sya'ban 1437 h 25

Profil Basnas Daerah

TIDAK sulit sebenarnya memutus mata rantai kemiskinan dan

kebodohan yang masih melanda sebagian besar masyarakat Indo-nesia. Ketua BAZNAS Provinsi Jawa Barat K.H. Arif Ramdani, M.H menilai, cara paling efektif dalam mengentaskan keterbelakangan ilmu dan ekonomi yakni dengan mem-fokuskan penyaluran dana zakat infak dan sedekah (ZIS) pada pendidikan dan pemberdayaan ekonomi.

“Masyarakat cenderung menyukai jenis bantuan yang sifatnya konsumtif dan bisa dinikmati seketika. Oleh karena itu, pantas saja jika kemiskinan masih banyak melanda masyarakat kita,” ungkapnya saat diwawancara Majalah Zakat beberapa waktu yang lalu.

Menurut Arif, upaya mengarahkan masyarakat pada orientasi hidup yang

lebih baik dan lebih sejahtera harus dimulai dari mendidik keluarga dhuafa agar bisa melahirkan para sarjana yang mampu memperbaiki kehidupan keluarganya. Tidak mengherankan jika program Satu Keluarga Satu Sarjana (SKSS), sebuah program adaptasi BAZNAS Pusat, menjadi program yang diunggulkan BAZNAS Provinsi Jabar.

“Yang dibutuhkan masyarakat Jabar saat ini adalah bantuan yang mampu mengentaskan mereka dari keterbelakangan secara ilmu dan ekonomi. Oleh karena itu, BAZNAS Jabar berupaya semaksimal mungkin untuk memberikan berbagai pencerahan melalui berbagai macam pelatihan dan pendidikan keterampilan lainnya dengan tujuan untuk mencerdaskan akal dan pemahamannya,” jelasnya.

Dari sekitar 16.266 orang penerima manfaat dana ZIS, sebagian besar santunan secara reguler diberikan kepada para penerima beasiswa yang lolos dalam Program SKSS. Tak ha nya itu, tahun ini BAZNAS Jawa Barat pun merencanakan merintis kerja sama dengan SMK Pertanian Pembangunan Negeri (PPN) Tanjung sari Kabupaten Sumedang untuk pembinaan mental dan agama serta pemberian beasiswa bagi siswa berprestasi.

Penerima penghargaan Pelaksana Program Zakat Community Development (ZCD) pada Rakernas BAZNAS 2015 ini pun berusaha memperkuat pemberdayaan ekonomi melalui kontinuitas program ZCD di beberapa kabupaten. “Penguatan ini penting sehingga akan lahir keseimbangan antara pemahaman dan kemampuannya secara ekonomi. Intinya, BAZNAS Jabar terus bekerja keras untuk memberikan pendidikan dan pembinaan mindset masyarakat melalui berbagai program berbasis komunitas,” paparnya.

Arif mengatakan, target memutus rantai kemiskinan inilah yang membuat BAZNAS Jabar tetap gigih menghadapi tantangan utama, yakni meraih kepercayaan umat dan setiap institusi negara dalam mengelola dana ZIS.

Berbagai upaya komunikasi dan sosialisasi baik melalui media massa maupun pemasangan baliho dilakukan untuk menyakinkan setiap institusi bahwa BAZNAS adalah sebuah lembaga kredibel yang memiliki kompetensi untuk mengumpulkan, mengelola dan menyalurkan ZIS kepada yang berhak menerimanya. “Alhamdulillah, dari target pengumpulan ZIS tahun 2015 sebesar Rp15 miliar, telah tercapai sebesar Rp13 miliar,” ungkapnya.

BAZNAS ProV. jABAr MeNgeNTASKAN

KeTerBelAKANgAN ilMu dAN eKoNoMiupaya menyejahterakan masyarakat harus dimulai dari mengalihkan kecenderungan bantuan bersifat konsumtif dan langsung menjadi program pendidikan dan ekonomi jangka panjang

26 mei 2016 m

Menurut Sekertaris BAZNAS Meranti Muhammad Khozin,

salah satu program yang cukup menggembirakan adalah “Meranti Produktif” yang menjaring sebanyak mungkin mustahik untuk dapat diberi bantuan modal usaha. “Belum lama in,i sebanyak 40 orang mustahik terpilih diberi bantuan modal mulai Rp1 juta hingga Rp4 juta,” katanya.

Pria asli Selat Panjang itu menyebutkan, para mustahik, yang antara lain para tukang pecel lele itu, dibuatkan rekening untuk menjadi nasabah bank syariah sebagai tempat menabung sebagian keuntungan hasil usaha mereka.

Pada tahun ketiga ini, program yang sebelumnya dilatarbelakangi tujuan untuk mengentaskan mustahik dari renternir itu, telah menjaring 400 orang nasabah. Tiap tahunnya 80 orang mustahik terbantu dengan program tersebut. Perbankan yang turut dilibatkan adalah BRI Syariah, Bank Riau Syariah dan Bank Syariah Mandiri.

Selain program produktif, BAZNAS Meranti juga menyalurkan bantuan pendidikan atau beasiswa bagi siswa yang kurang mampu melalui program “Meranti Cemerlang”. Siswa yang berpotensi diberi kesempatan melanjutkan jenjang pendidikan ke pondok pesantren dan perguruan tinggi.

Menariknya, program yang memasuki tahun keempat ini disokong peran

unit pengumpul zakat (UPZ) di setiap sekolah, baik negeri maupun swasta, khususnya di perkotaan. “Jika zakat yang dihimpun UPZ itu tak cukup untuk disalurkan kembali untuk siswa yang memang mereka pilih, BAZNAS Meranti siap membantu,” tegasnya.

Dia menjelaskan, Bupati Meranti Drs. Irwan, M.Si saat ini merupakan pembina BAZNAS Meranti dan Ketua BAZNAS Meranti diangkat dari Asisten Daerah (Asda) III Kabupaten Meranti. “Dana operasional BAZNAS Meranti turut disokong pemerintah setempat. Jadi, tidak ada dana zakat yang disisihkan untuk operasional di BAZNAS Meranti,” kata lulusan Program Pascasarjana UIN Sultan Syarif Kasim, Riau, itu.

Pada Ramadhan lalu, BAZNAS Meranti bersama pemda Kab. Meranti dan Kementerian Sosial berhasil membangun perkampungan yang tempat tinggalnya layak huni bagi 17 kepala keluarga mualaf. Saat ini, BAZNAS Meranti tengah menunggu-nunggu bantuan ambulans darat yang dijanjikan Bupati Meranti untuk melengkapi ambulans laut yang telah ada.

BAZNAS MerantiMimpikan Berdirinya BMTusia Baznas kepulauan meranti, riau, terbilang masih muda, namun kiprahnya tak bisa dibilang biasa. menginjak usianya yang kelima tahun, berbagai program yang dijalankan Baznas ini banyak menuai hasil positif.

Ke depan, Khozin menargetkan dapat mendirikan Baitul Maal wa Tamwil (BMT). Dia optimistis, dengan mustahik yang sekaligus nasabah, BAZNAS Meranti yang telah ada itu bisa membuat BMT berjalan. Dia juga berharap, perluasan program Rumah Sehat yang dicanangkan BAZNAS pusat juga dapat sampai di Meranti. Diakuinya, sumber daya yang ada di sana cukup siap untuk pendirian RSB.

Usai Ramadhan lalu, BAZNAS Meranti berhasil menghimpun zakat hingga Rp1,4 miliar. Dia optimistis, akhir 2015 akan menyentuh angka Rp2 miliar. ”Penghimpunan ini tercatat selalu meningkat tiap tahunnya,” pungkasnya.

Profil Basnas Daerah

uPz Pt timah:kumPulkan

zakat karYawan leBih dari rp500

Juta/Bulan

NIAT baik akan selalu berbuah keberkahan. Berbekal keyakinan ini, PT Timah

(Persero) Tbk memantapkan untuk mendirikan Unit Pengumpul Zakat (UPZ) pada 9 September 2012 lalu. Tak butuh waktu lama. Tak sampai dua tahun, kini seluruh karyawan yang berjumlah lebih dari 16 ribu orang secara rutin berzakat setiap bulan.

Direktur Utama PT Timah, Sukrisno dalam pertemuan dengan pengurus BAZNAS beberapa waktu yang lalu mengatakan, berzakat merupakan salah satu ‘kenang-kenangan’ bagi masyarakat. Masyarakat dapat terus merasakan kebermanfaatan perusahaan pertambangan itu, bahkan jika suatu saat keberadaan fisiknya sudah tidak ada.

muharam-rabi'ul awal 1437 h 27

UPZ Corner

Keberadaan perusahaan mungkin saja memudar, namun

kebermanfaatan untuk masyarakat tak akan

memudar

28 mei 2016 m

“Pada akhirnya (tambang) timah itu akan habis, tapi kami ingin ada yang menjadi kenang-kenangan bagi masyarakat, yaitu sebuah kebermanfaatan yang ditinggalkan PT Timah,” ucapnya.

Tak tanggung-tanggung, sejak Agustus 2014, melihat efektivitas kiprah UPZ, direksi PT Timah pun mengambil kebijakan untuk menaikkan seluruh gaji karyawan sebesar 2,5 persen. Bagi karyawan Muslim, gaji ini kemudian secara otomatis dipotong sebagai dana zakat kepada BAZNAS.

Pengurus Harian UPZ PT Timah Sofiyan Rudianto mengatakan bahwa saat ini nilai dana zakat karyawan yang terkumpul per bulan di atas Rp 500 juta. “Sekarang alhamdulillah sudah 100 persen karyawan yang berzakat. Tentu ini tidak terlepas dari kiprah UPZ yang telah memberikan kesan positif di mata Direksi sehingga muncul kepercayaan dari mereka terhadap UPZ dan tentunya kepada BAZNAS,” ungkapnya.

Sofiyan menyadari pada awalnya tak mudah meyakinkan seluruh karyawan untuk menyisihkan 2,5 persen dari gaji mereka. Banyak karyawan yang masih lebih suka menyalurkan zakatnya sendiri langsung kepada mustahik. “Sejak awal dibentuk UPZ sampai dengan Juli 2014, baru sekitar 200 lebih karyawan yang ikut menyetor zakat infak dan sedekah (ZIS)-nya melalui UPZ,” katanya.

Memperluas kebermanfaatan

Sofiyan mengakui, meski belum memfokuskan diri pada bidang tertentu, UPZ PT Timah berharap dapat terus memperluas kebermanfaatan melalui berbagai program penyaluran. Ia menyebutkan salah satu program penyaluran ZIS yang paling fenomenal yakni peresmian Rumah Sehat BAZNAS-TIMAH, Rabu (29/7) lalu.

Bangunan dua lantai di atas tanah seluas 2.390 meter persegi itu dibangun dari dana CSR PT TIMAH (Persero) senilai Rp5,3 miliar. Dana ini termasuk fasilitas medis dan non-medis, di antaranya, Klinik Umum, Klinik Gigi, Klinik Hipertensi dan Diabetes Melitus, Instalasi Gawat Darurat (IGD), Fisioterapi, Rawat Inap, Laboratorium, Apotik. Ada pula layanan kesehatan luar gedung yang komprehensif pada mobil ambulans.

“Pembangunan layanan kesehatan ini merupakan sumbangsih perusahaan PT TIMAH kepada masyarakat Bangka Belitung dan mendukung Pemerintah Kota Pangkal Pinang dalam wujud penyediaan fasilitas kesehatan berkualitas bagi masyarakat yang membutuhkan,” jelasnya.

Tak hanya itu, program penyaluran langsung dalam bentuk bantuan di bulan Ramadhan juga terus dilakukan PT Timah. Selasa (7/7) lalu, UPZ mengajak 100 lebih kaum dhuafa belanja gratis di pusat perbelanjaan Ramayana Pangkalpinang. Setiap anak pun bebas membeli barang yang diinginkan hingga senilai Rp500 ribu. “Alhamdulillah tahun ini kami juga melaksanakan kegiatan pesantren anak dhuafa dan juga untuk para mualaf,” ucapnya.

Sofiyan mengakui, sejak kehadiran UPZ, keberkahan lambat laun mulai dirasakan para karyawan. Semakin bermanfaat dana ZIS yang mereka setorkan, kebahagiaan pun semakin dirasakan para karyawan. “Insya Allah, keberkahan akan didapatkan oleh karyawan dan perusahaan dalam bentuk ridha Allah SWT, keberkahan rezeki dan kebaikan hidup dunia dan akhirat,” katanya.

Daftar Nomer RekeningBaznas

Plaza Mandiri

Thamrin

Jakarta Prapatan

Ciracas

Kwitang

Jatinegara

KP Sudirman

Jakarta

Jakarta Benhil

Jakarta Benhil

Pondok Indah

Melawai

Kuningan

Harmoni

Jakarta Benhil

KP Kuningan

Sudirman

Rekening Ponsel

KP Cik Ditiro

KC Bekasi

KP Operasional Senayan

KC Slipi

070-00 -0185555-5

700 1325498

0029 2855 58

0058 3323 62

6860 1487 55

011-555510

301 007 0753

2-700-000555

009 555 5554

098 888 8819

971 0064 55

8800255-01-6

10000 15559

7011 0011 55

1000 783214

127.80.0001.555

502.01.0011 8.00.9

081 00000 111

990 00 23 828

006.01.01.00555.5

500.100.555.3

1009001189

REKENING ZAKATBANK CABANG REKENING INFAK

0700001877773

700 1334 756

0029 2829 77

0058 3323 70

6860 1485 77

011-777710

301 007 0752

2-700-005777

009 577 7779

098 888 8819

971 0078 77

8800277-01-0

10000 17779

7011 0016 77

1000782854

127.80.0001.977

502.01.0011.9005

081 00000 777

990 00 47 964

006.01.01.00777.7

500.100.777.0

-

syariah

(Dollar)

KC Abdul Muis 0504.01.000239.30.0 0504.01.000240.30.1

Untuk layanan & konfirmasi donasi anda, jemput zakat, konsultasi zakat silahkan menghubungi call center BAZNAS di 021-3904555 atau email ke [email protected] | www.baznas.go.id

30 mei 2016 m

data Penghimpunan danPendayagunaan zakat

Data sementara sampai dengan tangal 18 April 2016 menurut Sistem Informasi BAZNAS

rajab - sya'ban 1437 h 31

Negara ini sebagian besar rakyatnya mempercayai zakat

sebagai suatu sistem penting untuk pengentasan kemiskinan - dan juga sangat gemar berzakat - namun keyakinan ini tak nyambung dengan keyakinan negara. Zakat adalah wacana kesalehan., wacana peribadatan dan belum menjadi pemikiran pembanguan sosial apalagi sebagai diskursus ekonomi. Dalam peta pengentasan kemiskinan zakat mungkin cuma pelipur lara.

Banyak kita tak sempat menggali ajaran Zakat. Tak heran banyak yang tak mengerti zakat. Kita tahu sebatas kewajiban zakat yang 2,5 persen. Bagaimana zakat dikumpulkan, bagaimana zakat di administrasikan dan didistribusikan tak menjadi penting bagi kita. Bayangkan kebijakan strategis Rasulullah ketika membentuk tim Amilin yang berkembang kemudian menjadi baitul maal. Bayangkan juga bagaimana zakat (juga infaq, sedekah, wakaf dll) dihimpun dan didayagunakan untuk pembangunan negara dan dakwah pada masa itu. Kita sering dengar tentang kisah zakat di zaman Umar Bin Abdul Aziz yang fenomenal itu.

MarwahZakat

Istilah penyaluran zakat sangat menjebak. Karena zakat tidaklah sekedar dikumpul dan diberikan tanpa konsepsi untuk pengentasan kemiskinan. Padahal ditetapkannya Amil Zakat adalah untuk memetakan, merencanakan, mengembangkan dan memberdayakan zakat sebagai suatu komponen sumberdaya yang akan memakmurkan ummat. Jadi zakat memang harus didayagunakan, bukan sekedar disalurkan. Karena targetnya adalah memberdayakan, bukan sekedar keterampilan mendata si miskin, adalah penting memahami anatomi kemiskinan dan menemukan obat bagi penyakit sosial ini. Zakat harus di arsiteki secara terpadu bersama kekuakan pembangunan umat lainnya seperti sektor keuangan, perdagangan, permodalan, asuransi, pariwisata dll. Jadi zakat tak tunggal sebagai obat bagi kemiskinan. Ia harus holistic. Makanya butuh kebijakan kepimimpinan dan aturan yang cantik dan memberdayakan.

Ajaran zakat membuat kondisi kesalehan ummat maneingkat karena zakat mengajak kita semua mengaitkan kehidupan keseharian

kita dengan kawajiban dan penglihatan Allah Swt. Tijaroh dan semua sektor pekerjaan rakyat kita dihitung dengan mengaitkannya dengan kewajiban zakat dan anjuran peduli kepada orang lain. Maka kondisi ini menciptakan kesalehan ummat. Jangankan berlaku curang seperti mengurangi timbangan atau kecurangan perdagangan lainnya, dari keuntungan halalpun kita diharapkan menyisihkannya buat mereka yang tidak berpunya. Budaya zakat akan membentuk budaya bersih dan adil.

Zakat juga adalah sumberdaya yang tak kunjung henti. Selama kewajiban zakat masih ada, maka zakat adalah sumber daya abadi sampai hari kiamat. Namun keabadian zakat tak berbanding lurus dengan jaminan kecemerlangan zakat. Tiga unsur zakat yaitu muzakki, mustahik (asnaf) dan Amil adalah penentu zakat berdaya atau tidak. Maka kesuksesan zakat harus serius diupayakan bukan ditunggu atau sekedar diimpikan.

Maka ketika kebangkitan zakat mulai berderap, dan kita semua segera akan larut dalam gerakan meningkatnya warwah zakat.

Arifin PurwakanantaDirektur Amil Zakat Nasional BAZNAS

Kolom

Notifikasi pembayaran langsung Cetak BSZ dan

Laporan Donasi

Monitoring Zakat

Update Profil Muzaki

Konfirmasi Pembayaran

Berzakat?Sudah

download aplikasi muzzaki corner

Muzaki Corner

Menyampaikan Amanah Anda Kepada Warga Yang Tergusur Dari Rumahnya di Luar Batang Jakarta Utara

PENGGUSURAN selalu menyisakan penderitaan bagi kemanusiaan. Kami menyalurkan amanah kepedulian masyarakat kepada warga korban penggusuran di Luar Batang Jakarta Utara pada Selasa tanggal 12 April 2015 hingga Sabtu, 16 April 2016. Kegiatan yang dilaksanakan adalah bantuan makanan, trauma healing bagi anak pengungsi, pemberian famili kit dan penyediaan ambulance bagi kebutuhan pengungsi.Saat ini kami masih menerima donasi untuk membantu mereka mendapatkan layanan kehidupan yang layak sebagai mana warga lainnya.

Zakat AdalahCahaya Kebangkitan

www. b a z n a s . g o . i d

Kantor Pusat:Jl. Kebon Sirih Raya No.57 Jakarta Pusat 10340Telp. +62 21 3904555 Fax. +62 21 3913777

@baznasindonesia badanamilzakat www.baznas.go.id

(021) 39

0 4

555

RAHASIA PRIBADIPRIVATE & CONFIDENTIAL

Hanya yang tercantum di amplop ini yang berhak membukanyaOnly the person name's printed can open this envelope

KANTOR PUSAT :Jl. Kebon Sirih Raya No.57 Jakarta Pusat 10340Telp. +62 21 3904555 Fax. +62 21 3913777

www.baznas.go.idbadanamilzakat @baznasindonesia