Makalah baclofen (Responsi DM Farmasi)
-
Upload
fahrizal-akbar-herbhakti -
Category
Documents
-
view
281 -
download
0
description
Transcript of Makalah baclofen (Responsi DM Farmasi)
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG
Penyakit refluks gastroesofageal (Gastroesophageal Reflux Disease/GERD)
didefinisikan sebagai suatu keadaan patologis sebagai akibat refluks kandungan lambung
ke dalam esofagus yang menimbulkan berbagai gejala di esofagus maupun ekstra-
esofagus, bahkan dapat menyebabkan komplikasi yang berat seperti Barret’s esophagus,
striktur, adenokarsinoma di kardia dan esofagus. Sudah sejak lama prevalensi GERD di
Asia dilaporkan lebih rendah dibandingkan dengan di negara-negara Barat. Namun,
banyak penelitian pada populasi umum yang baru-baru ini dipublikasikan menunjukkan
kecenderungan peningkatan prevalensi GERD di Asia. Prevalensi di Asia Timur 5,2 %-
8,5 % (tahun 2005-2010), sementara sebelum 2005 2,5%-4,8%; Asia Tengah dan Asia
Selatan 6,3%-18,3%, Asia Barat yang diwakili Turki menempati posisi puncak di seluruh
Asia dengan 20%. Asia Tenggara juga mengalami fenomena yang sama; di Singapura
prevalensinya adalah 10,5%, di Malaysia insiden GERD meningkat dari 2,7% (1991-
1992) menjadi 9% (2000-2001), sementara belum ada data epidemiologi di Indonesia(1).
GERD memberikan dampak negatif pada kualitas hidup pasien, karena gejala-
gejalanya (heartburn, regurgitasi, nyeri dada, nyeri epigastrium, dll) yang menyebabkan
gangguan tidur, penurunan produktivitas di tempat kerja dan di rumah, gangguan aktivitas
sosial. Short-Form-36-Item (SF-36) Health Survey, menunjukkan bahwa dibandingkan
dengan populasi umum, pasien GERD memiliki kualitas hidup yang menurun, serta
dampak pada aktivitas sehari-hari yang sebanding dengan pasien penyakit kronik lainnya
seperti penyakit jantung kongestif dan artritis kronik(1).
Tonus dari lower oesophageal sphincter (LOS) adalah faktor terpenting dalam
mencegah refluks dari muatan lambung kembali ke esofagus. Transient LOS relaxation
(TLOSR) adalah mekanisme utama yang mendasari refluks pada orang normal dan pasien
dengan penyakit refluks. Kontrol dari refluks inhibisi secara farmakologis terhadap proses
TLOSR adalah suatu pendekatan yang secara konsep sangat menarik dalam penanganan
penyakit refluks(2).
Beberapa obat farmakologis telah menunjukkan mampu menghambat pemicu dari
Transient LOS relaxation seperti atropin, cholecystokininA receptor agonist, nitric oxyde
2
synthase inhibitors, dan morfin. Tetapi bagaimanapun kelas agen yang terkini mam[u
mengurangi angka kejadian TLOSR adalah GABAb agonis. GABA adalah
neurotransmitter inhibisi utama di sistem saraf pusat (SSP) dan reseptor GABAb terdapat
di banyak tempat di SSP dan sistem saraf enterik. Reseptor GABAb terdapat di ujung
terminal afferen n. Vagus di medulla dorsalis dan terbukti menghambat rilis
neurotransmitter di nukleus vagal. Mekanisme ini mendasari refleks yang mengontrol
pernapasan dan relaksasi gaster. Reseptor GABAb juga berperan pada reseptor mekanis
lambung. Baclofen, prototip dari GABAb agonis yang mana sering digunakan untuk
penanganan spastisitas otot, pertama kali diteliti sebagai inhibitor poten TLOSR pada
anjing(2).
Sampai saat ini belum ada studi yang melaporkan efek baclofen pada TLOSR dan
refluks gastroesofagus pada pasien dengan penyakit refluks. Dibandingkan dengan orang
sehat, pasien dengan penyakit refluks menunjukkan heterogenisitas pada mekanisme
refluks dan pada beberapa pasien, terutama yang dengan esofagitis berat, terjadi refluks
yang berat selama periode absen pressure basal LOS(2). Masih belum jelas apakah pasien
dengan penyakit refluks akan merespon terhadap GABAb agonis seperti pada orang
normal. Karena itu dalam makalah ini akan dibahas penggunaan baclofen yang termasuk
dalam golongan GABAb agonis sebagai terapi pada pasien dengan penyakit refluks baik
pada hubungannya dengan fungsi LOS dan refluks gastroesofagus.
2. RUMUSAN MASALAH
Apakah keuntungan penggunaan Baclofen pada pasien GERD?
3. TUJUAN
Tujuan makalah ilmiah ini adalah menjelaskan keuntungan penggunaan Baclofen
pada pasien GERD.
4. MANFAAT
a. Manfaat Teoritis
Manfaat teoritis makalah ilmiah ini adalah memberikan informasi ilmiah
mengenai penggunaan Baclofen pada pasien penyakit refluks sehingga dapat
bermanfaat bagi penelitian dan pengembangan di masa mendatang.
3
b. Manfaat Praktis
Manfaat praktis makalah ilmiah ini adalah memberikan alternatif terapi bagi
praktisi medis dalam pengobatan penyakit refluks.
4
FARMASI-FARMAKOLOGI BACLOFEN
1. RUMUS KIMIA OBAT BACLOFEN
Nama obat : Baclofen
Sinonim : Lioresal, Kemstro, Baclon, Pms-Baclofen, Baclofene, Baclofeno,
Baclofenum, Baclophen, Atrofen
Rumus molekul : C10H12CINO2
Nama kimia : 4-amino-3-(4-chlorophenyl)-butanoic acid
Berat molekul : 213.66 g/mol(3)
Rumus bangun :
2. SIFAT FISIKO-KIMIA BACLOFEN
Baclofen berbentuk serbuk kristal berwarna keputihan hingga putih yang tidak
berbau. Baclofen sedikit larut dalam air, agak larut dalam methanol dan tidak larut dalam
kloroform(3).
3. FARMASI UMUM BACLOFEN
a. Dosis Baclofen
1) Pada Spasme Otot/Spastisitas Serebral
Dosis umum untuk orang dewasa pada spasme otot adalah 5 mg peroral sebanyak
3 kali/hari selama 3 hari dan dapat ditingkatkan 5 mg lagi sampai 20 mg peroral
sebanyak 3 kali/hari dengan peningkatan dosis setelah penggunaan selama 3 hari.
Sementara untuk dosis pemeliharaan adalah 40-80mg/hari yang sebaiknya dibagi
dalam 4 kali pemberian(5).
Gambar 1.
Rumus Bangun Baclofen(4)
5
Selain itu untuk spasme otot dan spastisitas serebrals juga dapat diberikan secara
intratekal dengan test dose 50 mcg (dalam 1 ml injeksi) diinjeksi ke dalam ruang
intratekal melalui pump selama minimal 1 menit. Pasien diobservasi selama 4-8
jam untuk respon positif. Bila tidak ada respon positif dapat diberi second test dose
sebanyak 75 mcg dalam injeksi 1 ml ke dalam ruang intratekal yang diberikan
setelah 24 jam dair first test dose. Dosis dapat ditingkatkan sampai 100 mcg pada
24 jam berikutnya(5).
2) Pada penyakit trigeminal neuralgia
Dosis oral yang paling sering digunakan sama seperti penggunaan pada spasme
otot baik untuk dosis inisial maupun maintenance(5).
3) Pada penderita cegukan/hiccups
Dosis oral yang paling sering digunakan 5 mg peroral sebanyak 3 kali/hari selama
3 hari dan dapat ditingkatkan 5 mg lagi sampai 20 mg peroral sebanyak 3 kali/hari
dengan peningkatan dosis setelah penggunaan selama 3 hari. Sementara untuk
dosis pemeliharaan adalah 40-80mg/hari yang sebaiknya dibagi dalam 4 kali
pemberian(5).
b. Preparat Baclofen
Preparat untuk Baclofen berupa tablet berisi 10 mg dan 20 mg Baclofen.
Baclofen tablet 10 mg berwarna putih bulat dengan kode 4096 sedangkan Baclofen
tablet 20 mg berwarna putih dengan kode 4097. Preparat lain berupa preparat ampul
dengan nama produk Lioresal untuk injeksi intrathecal yaitu satu ampul yang
mengandung 50 mcg, 500 mcg atau 2000 mcg Baclofen yang terkandung bersama 9
mg NaCl dalam 1 ml. Lioresal intrathecal bersifat steril, non-pirogenik, antioksidan
dan pengawet. Untuk sementara sediaan yang terdapat di Indonesia adalah tablet 10
mg Baclofen(4). Keterangan lebih lanjut mengenai preparat yang tersedia di Indonesia
tercantum dalam Tabel 1.
c. Cara Penggunaan Baclofen
1) Per oral
Obat sebaiknya diminum bersama dengan makanan untuk mengurangi
gangguan pada gastrointestinal. Selain itu jangan meminum Baclofen tablet
bersama alkohol karena dapat meningkatkan beberapa efek samping dari Baclofen.
Tablet tidak boleh dikunyah atau dihancurkan, sebaiknya ditelan seluruhnya(6).
6
Hindari penghentian mendadak dari penggunaan Baclofen karena dapat
menimbulkan gejala withdrawal seperti seizures dan halusinasi(7).
2) Parenteral
Sebelum implantasi pump dan memulai dosis kronik dari injeksi Baclofen
intrathecal, pasien harus melalui skrining untuk test dose dan harus menunjukkan
respons positif(8).
Prosedur trial adalah sebagai berikut. Bolus awal berisi 50 mcg dalam 1 ml
ampul diinjeksikan ke ruang intrathecal melalui barbotage selama kurang lebih 1
menit. Pasien kemudian diobservasi selama 4-8 jam untuk respons positif. Yang
dimaksud dengan respons positif adalah penurunan signifikan dari tonus otot dan
atau penurunan frekuensi dan derajat spasme. Jika respons dengan dosis inisial
kurang dari yang diharapkan, injeksi bolus kedua dapat diberikan setelah 24 jam
dari bolus pertama(8).
Dosis skrining bolus kedua terdiri dari 75 mcg Baclofen di dalam 1.5 ml air.
Setelah itu pasien diobservasi lagi selama 4-8 jam untuk respons positif. Jika
respons tetap tidak signifikan dosis ditingkatkan lagi yaitu dosis maksimal 100
mcg Lioresal dalam 2 ml air yang diberikan 24 jam setelah bolus kedua. Jika
setelah 3 kali bolus awal tidak menunjukkan respons positif maka pasien tidak
dianjurkan untuk diterapi Baclofen intrathecal dengan pompa implantasi secara
lama(8).
TABEL I.
PREPARAT BACLOFEN DI INDONESIA (6)
4. FARMAKOLOGI UMUM BACLOFEN
a. Khasiat Baclofen
Baclofen adalah derivat Asam Gamma-Aminobutirat yang spesifik agonis
terhadap reseptor GABA-b. Baclofen digunakan untuk penanganan spastisitas otot
Nama dan Sediaan Kemasan dan Harga
Baclofen tablet 10 mg x 10 x 50's (Rp314495,-)
7
terutama karena Spinal Cord Injury. Efek terapi didapat dari kerja pada spinal dan
supraspinal sites, secara umum adalah reduksi dari transmisi eksitatori.
Baclofen berguna untuk mengurangi tanda dan gejala yang disebabkan oleh
multiple sclerosis terutama untuk meredakan spasme otot flexor dan nyeri
konkomitan, klonus dan rigiditas otot. Akan tetapi pasien yang menggunakan
Baclofen harus mempunyai spastisitas yang reversibel sehingga terapi Baclofen dapat
memberi hasil yang bagus dalam mengembalikan sisa fungsi otot yang spasme.
Baclofen juga dapat digunakan pada beberapa pasien dengan cedera korda spinalis
maupun penyakit kanalis dorsalis yang lain(7).
Indikasi Baclofen (9), (7)
1) Multiple sclerosis
2) Cerebral palsy
3) Spinal cord injury
4) Trigeminal neuralgia
5) Hiccups/cegukan
6) Gastroesophageal reflux disease
7) Migrain dan nyeri kepala kluster
8) Chronic pain
9) Tardive diskinesia
10) Tetanus
b. Kontra Indikasi Baclofen
1) Riwayat hipersensitivitas pada Baclofen
2) Lioresal intrathecal tidak dianjurkan untuk diberikan secara intravena,
intramuscular,subcutaneous dan epidural.
3) Terapi spasme otot pada keadaan rheumatic disorders, stroke, dan penyakit
Parkinson(7) (8)
Penggunaan Baclofen harus dihindari pada pasien dengan gangguan fungsi
ginjal karena Baclofen diekskresi secara primer di ginjal tanpa perubahan
bentuk/metabolit sehingga penting untuk memberikan dosis Baclofen secara hati-hati.
Penggunaan Baclofen pada pasien dengan penyakit serebrovaskular atau stroke juga
harus dipertimbangkan secara matang karena Baclofen terbukti tidak memberi
keuntungan signifikan untuk pasien stroke. Beberapa pasien menunjukkan
8
intolerabilitas terhadap obat. Baclofen terbukti meningkatkan kejadian omfalokel pada
janin tikus yang diberikan kira-kira 13x dosis maksimum yang direkomendasikan
untuk manusia. Keamanan serta efektivitas Baclofen pada pasien anak kurang dari 12
tahun belum dapat ditegakkan(10).
9
FARMAKODINAMIK DAN FARMAKOKINETIK BACLOFEN
1. FARMAKODINAMIK BACLOFEN
Efek farmakodinamik primer dari Baclofen adalah menyebabkan relaksasi otot
dengan cara meningkatkan konduksi K+ sehingga terjadi hiperpolarisasi (di medulla
spinalis dan dalam otak) yang menyebabkan inhibisi prasinaptik dengan akibat
mengurangi influks kalsium. Selain itu, baclofen mengurangi nyeri pada spastisitas
dengan menghambat penglepasan neurotransmitter eksitasi, yakni substansi P, di medulla
spinalis.
Spasme otot adalah kontraksi otot involunter yang nyeri, yang dapat menyebabkan
gerakan involunter, mengganggu fungsi dan menyebabkan distorsi. Obat-obat golongan ini
digunakan untuk mengobati spasme otot seperti splinting yang terjadi sebagai respons
terhadap trauma local atau gangguan sendi dan musculoskeletal. Splinting merupakan refleks
spasme otot yang menghasilkan kekakuan otot dan berlaku sebagai mekanisme protektif
untuk mencegah gerakan dan kerusakan lebih lanjut. Pengobatan terutama ditujukan kepada
pennyebabnya, dan obat pelemas otot hanya diberikan untuk jangka pendek.
Spastisitas ditandai oleh peningkatan refleks regangan tonik dan spasme otot
fleksor (misalnya peningkatan tonus otot basal), disertai dengan kelemahan otot. Spastisitas
merupakan ciri kondisi neurologic misalnya sclerosis multiple, cerebral palsy, cedera otak
dan stroke, terutama jika ada lesi spinal (spinal cord injury).
Mekanismenya melibatkan tidak hanya lengkung refleks regangan tetapi juga
pusat-pusat yang lebih tinggi di SSP, yang menghasilkan eksitasi berlebihan terhadap saraf
motoric α dan di medulla spinalis.
Untuk mengurangi refleks regangan yang hiperaktif, obat harus mengurangi
aktivitas serat Ia yang mengeksitasi saraf motoric primer atau meningkatkan aktivitas inhibisi
interneuron.
Baclofen hanya dapat mengurangi nyeri akibat spasme otot, tetapi kurang efektif
untuk memperbaiki fungsi otot yang terganggu(11).
10
2. FARMAKOKINETIK BACLOFEN
a. Pola Absorbsi, Distribusi, Metabolisme, Ekskresi Baclofen
1) Absorbsi Baclofen
Sediaan Baclofen diabsorbsi secara cepat dan sempurna di saluran pencernaan
setelah pemberian per oral tetapi harus menjalani metabolisme lintas pertama di
hepar (7). Kadar puncak plasma dicapai Baclofen dalam 0.5-3 jam tetapi laju dan
luas absorpsi bervariasi di antara pasien(9). Absorpsi Baclofen juga bersifat dose-
dependent yaitu laju absorpsi akan menurun seiring peningkatan dosis
pemberian(9).
2) Distribusi Baclofen
Setelah pemberian per oral, sebagian Baclofen menembus sawar darah otak
dengan konsentrasi di cairan serebrospinal (CSS) sebanyak 12% dari konsentrasi
di plasma. Sekitar 30% Baclofen terikat protein di plasma darah. Pada ibu hamil
Baclofen juga dapat melewati plasenta dan terdistribusi dalam ASI. Pada
pemberian injeksi intrathecal konsentrasi Baclofen dalam CSS adalah sebanyak
100x daripada pemberian per oral(9) (10).
3) Metabolisme Baclofen
Hanya sekitar 15% Baclofen yang mengalami metabolisme di hepar. Baclofen
mengalami metabolisme lintas pertama yaitu deaminasi di hepar. Baclofen
kemudian mengalami proses konjugasi, oksidasi, reduksi, dan hidrolisis di hepar
sehingga terbentuk metabolit(9).
4) Ekskresi Baclofen
Dalam 24 jam, hampir semua dosis telah diekskresi lewat urin, paling banyak
dalam bentuk utuh yaitu sekitar 70-80%. Proses eliminasi Baclofen terjadi lebih
lambat pada orang tua dan pasien dengan penyakit hati dan ginjal. Sisa Baclofen
maupun metabolitnya yang lain diekskresi melalui feses(9) (5).
b. Waktu Paruh (t ½) dan Durasi Aksi Baclofen
Waktu paruh plasma dari Baclofen dilaporkan terjadi dalam 3-4 jam sedangkan di
CSS sekitar 1-5 jam(9). Onset of action Baclofen tablet adalah dalam jam atau sampai
berminggu-minggu. Onset of action Baclofen intrathecal adalah 0.5-1 jam setelah
bolus intrathecal. Respons spasmolitik puncak dapat dilihat setelah 4 jam dan durasi
aksi obat ini adalah sekitar 4-8 jam. Onset, respons puncak maupun durasi aksi dari
11
Baclofen sangat bervariasi pada tiap individu tergantung dosis dan beratnya gejala.
Pada pasien anak respons puncak, onset maupun durasi aksi Baclofen seperti halnya
pada orang dewasa. Untuk Baclofen yang diberikan secara continous infusion melalui
pompa implant efek antispasme terlihat pada 6-8 jam setelah inisiasi continous
infusion. Aktivitas maksimum dipantau selama 24-48 jam(5).
c. Ikatan Protein Baclofen
Sekitar 30% Baclofen melalui pemberian oral akan terikat dengan protein
plasma di dalam darah(9).
d. Bioavaibility Baclofen
Bioavaibilitas Baclofen pada bentuk sediaan tablet adalah 30% sedangkan
seperti pada penggunaan intrathecal lainnya, bioavaibilitas di CSS adalah 100% (9).
TOKSISITAS BACLOFEN
1. Efek Samping Baclofen
Beberapa efek samping yang dapat disebabkan Baclofen adalah (13) (8) (10):
a. Pada sistem kekebalan tubuh : reaksi hipersentivitas
b. Pada penglihatan : nistagmus, gangguan visus, fotofobia
c. Pada kulit : bercak kemerahan, rasa gatal, prespirasi berlebihan, alopesia, dermatitis
kontak, ulkus dekubitus.
d. Pada sistem neuropsikiatri : sedasi, rasa kantuk, rasa pusing, parestesia, rasa lelah dan
lemah, nyeri kepala, bingung, depresi, halusinasi,ataxia, nistagmus, distonia, coma
e. Pada sistem kardiovaskular : hipotensi orthostatik, bradikardia, hipertensi, palpitasi,
chest pain, sinkop, dyspneu
f. Pada sistem pernafasan : kongesti hidung, apneu, dyspneu, hiperventilasi sampai
depresi nafas
g. Pada sistem pencernaan : mual, muntah, konstipasi, nyeri abdomen, diare, disfagia,
perdarahan gastrointestinal (terutama bila dosis dinaikkan tiba-tiba)
h. Pada sistem hematologi : anemia, lekositosis dan petechial rash
i. Pada sistem hepatologi : peningkatan serum transaminase dan alkalin fosfatase
j. Pada sistem endokrin : hiperglikemia dan peningkatan risiko kista ovarii pada wanita
12
2. Gejala Toksisitas Baclofen dan Penanggulangannya
Gejala-gejala yang mungkin timbul akibat overdosis baclofen baik secara per oral
maupun intrathecal antara lain mual, muntah, hipotonia otot, mengantuk, gangguan
akomodasi, hipotermia, distres nafas, kejang, dan koma(12).
Untuk mengatasi gejala overdosis secara simtomatis dapat diberikan karbon aktif
(Norit) untuk pasien dewasa yang telah mengkonsumsi >100 mg dan pasien anak yang
telah mendapat > 5mg/kgBB dalam 1 jam pemberian. Sebagai alternatif dapat dilakukan
gastric lavage pada pasien dewasa dalam waktu maksimal 1 jam setelah kejadian
overdosis yang mengancam nyawa. Hemodialisis dapat dilakukan pada kasus keracunan
yang berat. Pasien kemudian diobservasi selama minimal 6 jam setelah penanganan awal.
Untuk overdosis pada penggunaan intrathecal dapat diberikan physostigmine salycilate(12).
Sedangkan pada continous infusion bila terjadi gejala overdosis langkah pertama
adalah harus mengevakuasi Baclofen intrathecal residual dari pompanya sesegera
mungkin. Bila pasien mengalami depresi nafas dapat dilakukan intubasi sampai obat
hilang dari plasma. Bila perlu pasien dipasang ventilator bila terjadi gagal nafas dan bila
tidak ada kontraindikasi dapat dilakukan aspirasi CSS sebanyak 30-40 ml untuk
mengurangi kadar Baclofen dalam CSS(10).
3. Interaksi Baclofen dengan Obat Lain
Alkohol dan CNS depressant yang lain dapar menyebabkan eksaserbasi efek Baclofen
pada sistem saraf pusat (SSP) sehingga harus dihindari. Mungkin terjadi peningkatan
kelemahan otot jika Baclofen diberikan kepada pasien yang mendapat trisiklik
antidepresan dan dapat meningkatkan risiko hipotensi jika diberikan kepada pasien yang
mendapat terapi antihipertensi. Ibuprofen dan obat lain yang dapat menginduksi renal
insufficiency dapat menyebabkan ekskresi Baclofen menurun sehingga bisa memicu
toksisitas(12).
13
DISKUSI
Analisis keuntungan Baclofen sebagai terapi yang rasional untuk pasien GERD pada
jurnal yang berjudul “Control of transient lower oesophageal sphincter relaxations and reflux
by the GABAB agonist baclofen in patients with gastro-oesophageal reflux disease” yang
ditulis oleh Q Zhang, A Lehmann, R Rigda, J Dent, and R H Holloway harus memenuhi 5
tepat, yaitu tepat bahan obat, tepat dosis, tepat bentuk sediaan obat, tepat cara dan waktu
pemberian obat, dan tepat pasien.
1. Tepat Bahan Obat
Baclofen (p-chlorophenyl-GABA) adalah spasmolitik aktif dan berperan sebagai
GABA agonis pada reseptor GABAB. Aktivasi reseptor-reseptor di otak oleh baclofen
menghasilkan hiperpolarisasi, mungkin karena konduktans kalium bertambah.
Sebagaimana telah disarankan bahwa proses hiper polarisasi ini (pada saraf dan didapati
juga pada otak) menjalankan fungsi inhibitorik pra-sinaps, dimungkinkan karena
penurunan influks kalsium, untuk mengurangi release transmitter eksitatorik, baik di otak
maupun korda spinalis. (katzung)
Reserptor GABAB ditemukan pada nucleus tractus solitarius pada dorsal motor
nukleus dari nervus vagus, yang dikenal sebagai pusat integrasi signal afferen
preganglion dari mekanoreseptor tekanan gaster dan lower oesophageal spinchter (LOS).
Penelitian mengenai fisiologi dan farmakologi pada binatang menunjukkan bahwa
aktivasi reseptor GABA dengan GABAB agonis baclofen menghambat transient LOS
relaksasi, gastro-oesophageal reflux, dan sekresi gaster.
Pada subjek normal dan pasien dengan GERD, penelitian terbaru menunjukkan
bahwa baclofen mengurangi tingkat TLOSR, episode gastro-oesophageal acid reflux, dan
meningkatkan tekanan LOS(13).
Pada penelitian ini baclofen memodulasi transient relaksasi spingter esofagus
bawah yang dimediasi oleh jalur reflek vagal melalui aktivasi reseptor gamma-
aminobutyric acid B. Mengingat bahwa transient relaksasi spingter esofagus bawah
merupakan penyebab terbanyak dari kejadian reflux(14). (harga? Efek samping?Toksisitas?
Kontra indikasi??)
14
Oleh karena itu, dari segi efikasi, kesesuaian dan harga baclofen telah memenuhi
kriteria tepat bahan obat.
2. Tepat Dosis
Dosis maksimal yang direkomendasikan pada penggunaan Baclofen untuk penderita dewasa
adalah 80 mg/hari (sitasi). Dosis Baclofen yang digunakan untuk terapi spastisitas otot dan
trigeminal neuralgia adalah apabila digunakan secara per oral 3x5mg selama 3 hari, kemudian
3x10mg selama 3 hari, kemudian 3x15 mg selama 3 hari, kemudian 3x20 mg. Dosis untuk
terapi rumatan 40-80mg/hari. Sedangkan apabila penggunaan secara intrathecal, dosis dimulai
50mcg (dalam volume 1 mL) jika tidak ada respon terapi maka dosis ditingkatkan menjadi 75
mcg dan bisa ditingkatkan menjadi 100 mcg apabila masih tidak ada respon(5). Pada
penggunaan Baclofen untuk terapi GERD belum ditetapkan dosis yang tepat untuk
penggunaan sehari-hari, sebab untuk mengetahui dosis terapeutik harus diberikan dosis
multipel dalam 24 jam, namun hingga saat ini belum ada penelitian yang menginformasikan
tentang efek baclofen untuk refluks baik pada orang normal maupun penderita GERD. Pada
penelitian ini dosis yang digunakan adalah pemberian oral Baclofen sebesar 40 mg/hari. Dosis
ini masih di bawah dosis maksimal yang ditentukan sehingga kriteria tepat dosis telah
dipenuhi dalam penelitian ini(14).
3. Tepat Bentuk Sediaan dan Cara Pemberian Obat
Bentuk sediaan Baclofen yang tersedia hingga saat ini di pasaran adalah sediaan
oral dan intrathecal. Pada penelitian ini bentuk sediaan obat yang digunakan adalah
secara per oral. Mengingat Baclofen diabsorbsi secara cepat dan sempurna melalui
traktus gastro intestinal setelah pemberian per oral, maka pemberian obat pada penelitian
ini rasional.
4. Tepat Waktu Pemberian
Waktu pemberian Baclofen pada penelitian ini adalah 90 menit sebelum makan
sebagai kontrol untuk meniadakan efek makanan dan dilakukan pemeriksaan ulang
dengan manometri dan pH asam lambung setelah 3 jam pemberian obat karena kadar
puncak konsentrasi Baclofen di plasma terjadi kurang lebih 0.5-3 jam setelah pemberian
obat (Martindale). Pada penelitian ini juga dilakukan pengecekan kadar Baclofen dalam
15
darah tiap 1 jam untuk tetap memantau dan mempertahankan kadar Baclofen dalam
darah. Waktu pemberian obat pada penelitian ini sudah cukup rasional.
5. Tepat Pasien
Pasien dengan semua kelainan GERD merupakan salah satu indikasi pemberian
Baclofen. Hasil analisa penggunaan Baclofen pada penderita GERD pada penelitian ini
menunjukkan bahwa terapi tersebut sudah rasional dalam hal tepat obat, tepat dosis, tepat
bentuk sediaan, tepat cara pemberian, dan tepat pasien, namun dosis untuk penggunaan
sehari-hari belum ditentukan baru sebatas pada penelitian.
16
RINGKASAN DAN KESIMPULAN
Paragraf 1 (sekilas tentang GERD dan kerugian penderita)
Baclofen (p-chlorophenyl-GABA) adalah spasmolitik aktif dan berperan sebagai
GABA agonis pada reseptor GABAB. Reserptor GABAB ditemukan pada nucleus tractus
solitarius pada dorsal motor nukleus dari nervus vagus, yang dikenal sebagai pusat
integrasi signal afferen preganglion dari mekanoreseptor tekanan gaster dan lower
oesophageal spinchter (LOS). Penelitian mengenai fisiologi dan farmakologi pada
binatang menunjukkan bahwa aktivasi reseptor GABA dengan GABAB agonis baclofen
menghambat transient LOS relaksasi, gastro-oesophageal reflux, dan sekresi gaster. Efek
samping Baclofen????? Toksisitas????Harga?????
Bentuk sediaan obat yang digunakan adalah tablet dan dosis yang digunakan adalah
pemberian oral Baclofen sebesar 40 mg/hari dengan dosis maksimal 80 mg/hari karena
sediaan yang terdapat di pasaran adalah bentuk oral dan intrathecal. Waktu pemberian
Baclofen pada penelitian ini adalah 90 menit sebelum makan sebagai kontrol untuk
meniadakan efek makanan dan dilakukan pemeriksaan ulang dengan manometri dan pH
asam lambung setelah 3 jam pemberian obat karena kadar puncak konsentrasi Baclofen di
plasma terjadi kurang lebih 0.5-3 jam setelah pemberian obat.
Penggunaan Baclofen untuk penderita GERD pada penelitian ini menunjukkan
bahwa terapi tersebut sudah rasional dalam hal tepat obat, tepat dosis, tepat bentuk
sediaan, tepat cara pemberian, dan tepat pasien, namun dosis untuk penggunaan sehari-
hari belum ditentukan baru sebatas pada penelitian.
17
SUMMARY AND CONCLUSIONS
18
DAFTAR PUSTAKA
1. FK-USU. Perbandingan Spesifisitas dan Sensitivitas Kuesioner FSSG dan GerdQ pada
Pasien GERD dan Hubungannya dengan Gambaran Endoskopi Pasien GERD . Majalah
Kedokteran Nusantara,2010; 40 (3) : 17-20. Diunduh dari: http:// usupress.usu.ac.id /files /
MKN%20Vol_%2040%20 No_%203% 20September%202007.pdf [diakses pada 6 Juli
2013]
2. Zhang Q, Lehmann A, Ridga R, Dent J, Holloway RH. Control of transient lower
oesophageal sphincter relaxations and reflux by the GABAB agonist baclofen in patients
with gastro-oesophageal reflux disease.Gut, 2002; 50(1): 19-24. Diunduh dari :
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC1773078/ [diakses pada 6 Juli 2013]
3. Upsher-Smith Laboratories, Inc Baclofen Tablets, USP. 2013. Minneapolis Diunduh dari:
http://www.upsher-smith.com/wp-content/uploads/Baclofen_Insert.pdf [diakses pada 4
Juli 2013]
4. PubChem. 2005. Baclofen – Compound Summary. Diunduh dari :
http://pubchem.ncbi.nlm.nih.gov/summary/summary.cgi?cid=2284&loc=ec_rcs [diakses
pada 5 Juli 2013]
5. MicromedexTM. 2013. Baclofen Dosage. Diunduh dari :
http://www.drugs.com/dosage/baclofen.html [diakses pada 5 Juli 2013]
6. MIMS Indonesia. 2013. Lioresal. Diunduh dari :
http://www.mims.com/INDONESIA/drug /info/Lioresal/?q=baclofen&type=brief [diakses
pada 5 Juli 2013]
7. NCS Health Care of KY, Inc. 2012. Baclofen – Tablet (Human Prescribtion Drug Label).
Diunduh dari : http://dailymed.nlm.nih.gov/dailymed/lookup.cfm?setid=37d6a465-acde-
4acc-9cb5-f5a32b75c072 [diakses pada 6 Juli 2013]
8. Medtronic Neuromodulation. 2013. LIORESAL (baclofen) – Injection. Diunduh dari :
http://dailymed.nlm.nih.gov/dailymed/lookup.cfm?setid=351cde63-00fa-404a-92df-
cb055e991840 [diakses pada 6 Juli 2013]
9. Sweetman, Sean C., 2009. Martindale : The Complete Drug Reference. 36th ed. USA:
Pharmaceutical Press
19
10.Mallinckrodt Inc. 2012. Gablofen Injection. Diunduh dari :
http://dailymed.nlm.nih.gov/dailymed/lookup.cfm?setid=0a50560d-d053-4cb2-8160-
8ee35179c0ee [diakses pada 6 Juli 2013]
11.Setiawati A, Gan S., 2008. Pelumpuh Otot dan Pelemas Otot. Farmakologi dan Terapi,
Edisi Kelima. Jakarta : Balai Penerbit FKUI
12.Cerner MultumTM. 2013. Baclofen Side Effects. Diunduh dari :
http://www.drugs.com/sfx/baclofen-side-effects.html [diakses pada 5 Juli 2013]
13.Xianghuai Xu, Qiang Chen, Siwei Liang, Hanjing Lu, and Zhongmin Qiu. Successful
resolution of refractory chronic cough induced by gastroesophageal reflux with treatment
of baclofen. Published online 2012 October 18. doi: 10.1186/1745-9974-8-8. Diunduh
dari : http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3500706/?report=classic [diakses
pada 6 Juli 2013]
14.Marzio L, Ciccaglione AF. Effect of acute and chronic administration of the
GABAB agonist baclofen on 24 hour pH metry and symptoms in control subjects and in
patients with gastro-oesophageal reflux disease. Gut, 2003, April; 52(4): 464–70.
Diunduh dari : http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC1773602/ [diakses pada 5
Juli 2013]