Makalah Muhkam Mutasyabih

21
Muhkam dan Mutasyabih Bahan Presentasi ini Dibuat untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah “Ulumul Qur’an” Dosen Pengampu : Abdullah Affandi, M.Ag Oleh Kelompok 6 : M. Ery Kurniawan Bayu Ersandy (932121013) Nur Mustofa Kamal (932121113) Azza Shofia Masykuroh (932121213) Semester 1 (F) Jurusan Tarbiyah Program Studi Pendidikan Agama Islam Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Kediri

Transcript of Makalah Muhkam Mutasyabih

Page 1: Makalah Muhkam Mutasyabih

Muhkam dan Mutasyabih

Bahan Presentasi ini Dibuat untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah

“Ulumul Qur’an”

Dosen Pengampu :

Abdullah Affandi, M.Ag

Oleh Kelompok 6 :

M. Ery Kurniawan Bayu Ersandy (932121013)

Nur Mustofa Kamal (932121113)

Azza Shofia Masykuroh (932121213)

Semester 1 (F)

Jurusan Tarbiyah

Program Studi Pendidikan Agama Islam

Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Kediri

2013

Page 2: Makalah Muhkam Mutasyabih

KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur Penulis Panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa

karena berkat limpahan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga penulis dapat

menyusun makalah ini tepat pada waktunya. Makalah ini membahas Model-

model penelitian agama sebagai produksi budaya.

Dalam penyusunan makalah ini, penulis banyak mendapat tantangan dan

hambatan akan tetapi dengan bantuan dari berbagai pihak tantangan itu bisa

teratasi. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-

besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah

ini, semoga bantuannya mendapat balasan yang setimpal dari Tuhan Yang Maha

Esa.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik

dari bentuk penyusunan maupun materinya. Kritik konstruktif dari pembaca

sangat penulis harapkan untuk penyempurnaan makalah selanjutnya.

Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada kita

sekalian.

Kediri, 16 Oktober 2013

Penulis

2

Page 3: Makalah Muhkam Mutasyabih

DAFTAR ISI

Sampul Depan ............................................................................................... 1

Kata Pengantar.............................................................................................. 2

Daftar Isi....................................................................................................... 3

Bab I Pendahuluan........................................................................................ 4

A. Latar Belakang................................................................................... 4

B. Rumusan Masalah.............................................................................. 4

C. Tujuan dan Manfaat........................................................................... 5

Bab II Pembahasan........................................................................................ 6

A. Pengertian Muhkam Mutasyabih....................................................... 6

B. Pendapat Ulama Tentang Muhkam Mutasyabih................................ 7

C. Macam-Macam Mutasyabihat........................................................... 9

D. Hikmah Ayat-Ayat Mutasyabihat.................................................... 11

Bab III Penutup............................................................................................ 13

A. Kesimpulan...................................................................................... 13

B. Saran................................................................................................ 14

Daftar Pustaka.............................................................................................. 15

3

Page 4: Makalah Muhkam Mutasyabih

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Al-Qur’an, selain merupakan wahyu, juga merupakan bagian kehidupan

umat yang dapat membukakan mata hati dalam diri setiap insan. Firman Ilahi

tersebut sudah dipandang sebagai kehidupan itu sendiri dan tidak semata-mata kitab

biasa. Layaknya sebuah kehidupan, untuk dapat memahaminya biasanya diperlukan

alat bantu yang kadang kala tidak sedikit.

Pada masa-masa permulaan turunnya, Al-Qur’an lebih banyak dihafal dan

dipahami oleh para sahabat nabi SAW. Sehingga kemudian tidak ada alternatif  lain

bagi para sahabat kecuali berupaya menulisnya. Apabila tidak dituliskan, maka

mutiara yang bernilai demikian luhur dikhawatirkan akan bercampur dengan hal-hal

lain yang tidak diperlukan. Sehingga, firman Ilahi yang mengiringi kehidupan umat

Islam (dan juga seluruh umat manusia) telah tersedia dalam bentuk tertulis, bahkan

berbentuk sebuah kitab.

Oleh sebab itu, tidak dapat dihindari jika kemudian berkembang ilmu

pengetahuan tentang Al-Qur’an yang tidak lain tujuannya untuk mempermudah

dalam memahaminya. Salah satu ilmu pengetahuan tentang Alquran adalah ilmu

muhkam dan mutasyabih, biasa diartikan sebagai ilmu yang menerangkan tentang

ayat-ayat muhkamat dan mutasyabihat.

B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian Muhkam dan Mutasyabih ?

4

Page 5: Makalah Muhkam Mutasyabih

2. Apa pendapat para Ulama tentang ayat-ayat Mutasyabih ?

3. Apa macam-macam dari ayat-ayat Mutasyabih ?

4. Apa hikmah diturunkannya ayat-ayat Mutasyabih ?

C. Manfaat dan Tujuan

1. Mengetahui pengertian Muhkam dan Mutasyabih.

2. Mengetahui mengenai pendapat para ulama tentang ayat-ayat Mutasyabih.

3. Membedakan macam-macam dari ayat-ayat Mutasyabih.

4. Memahami hikmah diturunkannya ayat-ayat Mutasyabih.

5

Page 6: Makalah Muhkam Mutasyabih

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Muhkam dan Mutasyabih

1. Pengertian Muhkam

Muhkam berasal dari kata Ihkam, yang berarti kekukuhan,

kesempurnaan, keseksamaan, dan pencegahan. Sedangkan secara terminologi,

Muhkam berarti ayat-ayat yang jelas maknanya, dan tidak memerlukan

keterangan dari ayat-ayat lain.

Contoh: Surat Al-Baqarah ayat 83, yang Artinya:

“Dan (ingatlah) tatkala Kami membuat janji dengan Bani Israil, supaya jangan

mereka menyembah melainkan kepada Allah, dan terhadap kedua Ibu Bapak

hendaklah berbuat baik, dan (juga) kepada kerabat dekat, dan anak-anak yatim

dan orang orang miskin , dan hendaklah mengucapkan perkataan yang baik

kepada manusia, dan dirikanlah sholat dan keluarkanlah zakat. Kemudian,

berpaling kamu , kecuali sedikit, padahal kamu tidak memperdulikan.”

2. Pengertian Mutasyabih

Kata Mutasyabih berasal dari kata tasyabuh, yang secara bahasa berarti

keserupaan dan kesamaan yang biasanya membawa kepada kesamaran antara

dua hal. Tasyabaha, Isytabaha sama dengan Asybaha (mirip, serupa, sama) satu

6

Page 7: Makalah Muhkam Mutasyabih

dengan yang lain sehingga menjadi kabur, tercampur. Sedangkan secara

terminoligi Mutasyabih berarti ayat-ayat yang belum jelas maksudnya, dan

mempunyai banyak kemungkinan takwilnya, atau maknanya yang tersembunyi,

dan memerlukan keterangan tertentu, atau hanya Allah yang mengetahuinya.

Contoh: Surat Thoha ayat 5, yang Artinya: (Allah) Yang Maha Pemurah, yang

bersemayam di atas ‘Arasy’

B. Pendapat Ulama Tentang Ayat-ayat Mutasyabih

Pada dasarnya perbedaan pendapat para Ulama dalam menanggapi sifat-sifat

mutasyabihat dalam Al-Qur’an dilatarbelakangi oleh perbedaan pemahaman atas

firman Allah SWT dalam Al-Qur’an Surah Ali Imran ayat 7.

Subhi Al-Shalih membedakan pendapat para ulama ke dalam dua mazhab, yaitu:

1. Mazhab Salaf

Yaitu orang-orang yang mempercayai dan mengimani sifat-sifat mutasyabihat

ini dan menyerahkan hakikatnya kepada Allah sendiri.1 Para Ulama Salaf

mengharuskan kita berwaqaf (berhenti) dalam membaca QS. Ali Imran : 7 pada

lafal jalalah. Hal ini memberikan pengertian bahwa hanya Allah yang mengerti

takwil dari ayat-ayat mutasyabihat yang ada. Mazhab ini juga disebut mazhab

Muwaffidah atau Tafwid

2. Mazhab Khalaf

Yaitu orang-orang yang mentakwilkan (mempertangguhkan) lafal yang mustahil

dzahirnya kepada makna yang layak dengan zat Allah.2 Dalam memahami QS.

Ali-Imran : 7 mazhab ini mewaqafkan bacaan mereka pada lafal

“Warraasikhuuna fil ‘Ilmi”. Hal ini memberikan pengertian bahwa yang

mengetahui takwil dari ayat-ayat mutasyabih adalah Allah dan orang-orang yang

1 Ahmad Syadali, op.cit., hlm.211

2 Teungku Muhammad Hasbi Ash Shiddieqy. Ilmu-ilmu Ulumul Al Quran, (Semarang : Pustaka Rizki Putra,  2002),

hlm. 173

7

Page 8: Makalah Muhkam Mutasyabih

Rasikh (mendalam) dalam ilmunya. Mazhab ini disebut juga Mazhab

Muawwilah atau Mazhab Takwil.

Berikut ini adalah beberapa contoh sifat-sifat mutasyabih yang menjadikan

perbedaan pendapat antara mazhab Salaf dan mazhab Khalaf:

1. Lafal “Ístawa” pada Al-Qur’an surah Thaha ayat 5. Allah berfirman:

Artinya: “(yaitu) Tuhan yang Maha Pemurah. yang bersemayam di atas ‘Ars.”

Dalam ayat ini diterangkan bahwa pencipta langit dan bumi ini adalah Allah

Yang Maha Pemurah yang bersemayam di atas Arsy.

Menurut mazhab Salaf, arti kata Istiwa’ sudah jelas, yaitu bersemayam

(duduk) di atas Arsy (tahta). Namun tata cara dan kafiatnya tidak kita ketahui

dan diharuskan bagi kita untuk menyerahkan sepenuhnya urusan mengetahui

hakikat kata Istiwa’ itu kepada Allah sendiri.

Pernah ditanyakan kepada Imam Malik tentang makna Istiwa’, maka beliau

menjawab:

Artinya: “Istiwa’ itu ma’lum, caranya tidak diketahui, mempertanyakannya

adalah bid’ah (mengada-ada). Saya kira engkau ini adalah orang jahat.

Keluarkan olehmu orang ini dari majlis saya.”

Berkata Ibnu Kasir dalam tafsirnya, bahwa jalan yang paling selamat

mengenai hal ini adalah jalan yang telah ditempuh oleh ulama salaf karena hal

ini sepenuhnya adalah termasuk wewenang Allah semata-mata dan tidak

dibenarkan sama sekali makhluk campur tangan.3

Sedangkan mazhab Khalaf memaknakan Istiwa’ dengan ketinggian yang

abstrak berupa pengendalian Allah terhadap alam ini tanpa merasa kepayahan.4

3 Bustami A Gani, dkk., Alqur’an dan Tafsirnya. (Semarang: Citra Effhar.1993). hlm. 124

4 Ahmad syadali,dkk. Op.cit., hlm. 217

8

Page 9: Makalah Muhkam Mutasyabih

2. Lafal “yadun”  pada Al-Qur’an surah Al-Fath ayat 10. Allah berfirman:

Artinya: ”Bahwasanya orang-orang yang berjanji setia kepada kamu

Sesungguhnya mereka berjanji setia kepada Allah tangan Allah di atas tangan

mereka.”

Pada ayat di atas terdapat lafal yadun yang secara bahasa berarti tangan. Para

ulama salaf mengartikan sebagaimana adanya dan menyerahkan hakikat

maknanya kepada Allah. Sedangkah ulama Khalaf memaknai lafal yadun

dengan “kekuasaan” karena tidak mungkin Allah itu mempunyai tangan seperti

halnya pada makhluk.

3. Lafal Ainun pada Al-Qur’an surah Thaha ayat 39. Allah berfirman :

Artinya: “ dan supaya kamu dibawah pengawasanku.”

Lafal Ainun dari segi lafdziyyah mempunyai arti mata. Menurut mazhab

khalaf, lafal Ainun  dalam ayat di atas bermakna pengawasan Allah kepada Nabi

Musa yang dihanyutkan di Sungai Nil pada masa Raja Fir’aun.

Adapun contoh yang lain terdapat dalam QS.Al-Fajr : 22, QS. Al-An’am :

61, QS. Al-Zumar : 56, QS. Al-Rahman : 27, QS.Ali-Imran: 28. Dalam ayat-ayat

tersebut terdapat kata-kata “datang”, “di atas”, “sisi”, “wajah”, dan “diri” yang

dijadikan sifat bagi Allah. Namun, ulama khalaf memaknai kata-kata tersebut

sebagai: “kedatangan perintah-Nya”, “Maha Tinggi, bukan berada di suatu

tempat”, “hak”, “zat”,dan ”siksa”.

C. Macam-macam Ayat Mutasyabih

Sesuai dengan sebab-sebab adanya ayat-ayat mutasyabihat dalam Al-

Qur’an, maka ayat-ayat tersebut dikelompokkan menjadi tiga macam, yaitu:5

5 Abdul Djalal H.A., Op.cit., hlm.251-253

9

Page 10: Makalah Muhkam Mutasyabih

1. Ayat-ayat mutasyabihat yang tidak dapat diketahui oleh seluruh umat manusia,

atau kecuali Allah SWT. Contohnya seperti Dzat Allah SWT, hakikat sifat-

sifatNya, waktu datangnya hari kiamat, dan hal-hal ghoib lainnya. Seperti

keterangan surah Al-An’am ayat 59:

Artinya: “Dan pada sisi Allah-lah kunci-kunci semua yang ghoib: tidak ada yang

mengetahui kecuali Dia sendiri.”

Dan seperti isi surat lukman ayat 34:

Artinya: “Sesungguhnya Allah, hanya pada sisi-Nya sajalah pengetahuan

tentang hari Kiamat; dan Dia-lah yang menurunkan hujan, dan mengetahui apa

yang ada dalam rahim dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui (dengan

pasti) apa yang akan diusahakannya besok. dan tiada seorangpun yang dapat

mengetahui di bumi mana dia akan mati.”

2. Ayat-ayat mutasyabihat yang dapat diketahui maksudnya oleh semua orang. Hal

ini dapat dilakukan dengan jalan pembahasan dan pengkajian/penelitian yang

mendalam. Contohnya ayat-ayat mutasyabihat yang kesamarannya timbul akibat

ringkas, panjang, urutan, dan seumpamanya.

Jadi, dalam menyikapi ayat-ayat ini adalah merinci yang mujmal,

menentukan yang musytarak, menqayidkan yang mutlak, menertibkan yang

kurang tertib, dan sebagainya. Seperti dalam firman Allah Q.S. An-Nisa ayat 3:

Artinya: “Dan jika kamu takut tidak akan berlaku adil terhadap (hak-hak)

perempuan yang yatim, maka kawinilah wanita-wanita (lain).”

Maksud ayat ini tidak jelas dan ketidak jelasannya timbul karena lafalnya yang

ringkas. Kalimat asalnya berbunyi:6

6 Ahmad Syadali, op.cit., hlm.207

10

Page 11: Makalah Muhkam Mutasyabih

Artinya: “Dan jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil terhadap perempuan

yang yatim sekiranya kamu kawini mereka, maka kawinilah wanita-wanita

selain mereka.”

3. Ayat-ayat mutasyabihat yang hanya dapat diketahui oleh para pakar ilmu dan

sain, bukan semua orang. Ahmad Syadzali dalam bukunya tipe yang ketiga ini

lebih menspesifikkan lagi. Ia menyatakan maksudnya ayat-ayat tersebut hanya

dapat diketahui oleh para ulama tertentu dan bukan semua ulama. Jadi bukan

semua ulama apalagi orang awam yang dapat mengetahui maksudnya.

Allah berfirman dalam surat Ali Imran  ayat 7:

Artinya: “Padahal tidak ada yang mengetahui ta’wilnya melainkan Allah. Dan

orang-orang yang mendalam ilmunya.”

Dalam pengertian yang sama, Al-Raghib Al-Ashfahani memberikan

penjelasan yang mirip. Menurut dia, ayat-ayat mutasyabihat terbagi menjadi tiga

jenis, yaitu jenis yang tidak ada jalan untuk mengetahuinya, seperti waktu

kiamat, keluarnya dabbah (binatang), dan sebagainya; jenis yang dapat diketahui

manusia seperti lafal-lafal yang ganjil (gharib) dan hukum yang tertutup, dan

jenis yang hanya diketahui oleh ulama tertentu yang sudah mendapat ilmu. Jenis

terakhir inilah yang disyaratkan Nabi dengan doanya bagi Ibnu Abbas:7

Artinya: “Ya Tuhanku, jadikanlah dia seorang yang paham dalam Agama, dan

ajarkanlah kepadanya takwil.”

D. Hikmah Diturunkannya Ayat-ayat Mutasyabih

Adanya ayat-ayat mutasyabihat dalam Alquran membawa faedah/ hikmah yang

banyak juga. Bahkan, lebih banyak daripada hikmah ayat-ayat muhkamat di atas.

Adapun hikmahnya adalah sebagai berikut;

7 Ibid., hlm. 208

11

Page 12: Makalah Muhkam Mutasyabih

1. Sebagai rahmat Allah SWT. Hal ini jelas sekali, karena jika tidak disamarkan,

bisa jadi merupakan siksaan bagi mereka, terutama mereka yang tidak tahan

menzahirkannya.

2. Ujian dan cobaan terhadap kekuatan iman umat manusia.

3. Membuktikan kelemahan dan kebodohan manusia.

4. Mendorong umat untuk giat belajar, tekun menalar, dan rajin meneliti.

5. Memperlihatkan kemukjizatan Al-Qur’an ketinggian mutu sastra dan

balaghahnya, agar manusia menyadari sepenuhnya bahwa kitab itu bukanlah

buatan manusia biasa, melainkan wahyu ciptaan Allah SWT.

6. Memudahkan orang dalam memahami Al-Qur’an. Sebab, adanya ayat-ayat yang

mutasyabihat tersebut pasti mendorong seseorang untuk serius menghadapinya.

Sehingga, dengan sendirinya akan lebih meresapkan hasil-hasil usahanya itu

yang pada gilirannya dapat mempermudah segalanya.

7. Menambah pahala umat manusia, dengan bertambah sukarnya memahami ayat-

ayat mutasyabihat. Sebab, semakin sukar kerjaan orang, akan semakin besar

pahalanya.

8. Mendorong kegiatan mempelajari disiplin ilmu pengetahuan yang bermacam-

macam. Sebab, adanya ayat-ayat mutasyabihat dalam Alquran, mendorong

orang-orang yang akan mempelajarinya harus lebih dahulu mempelajari

beberapa disiplin ilmu yang terkait dengan berbagai isi ajaran Al-Qur’an yang

bermacam-macam. Seperti Ilmu matematika, bahasa, kimia, fisika, dan

sebagainya.

12

Page 13: Makalah Muhkam Mutasyabih

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari definisi-definisi tentang muhkam dan mutasyabih di atas, kami dapat

menyimpulkan bahwa muhkam adalah suatu lafadz yang artinya dapat diketahui

dengan jelas dan kuat berdiri sendiri serta mudah dipahami. Sedangkan mutasyabih

adalah suatu lafadz yang artinya samar, maksudnya tidak jelas dan sulit bisa

ditangkap karena mengandung penafsiran yang berbeda-beda dan bisa jadi

mengandung pengertian arti yang bermacam-macam.

Adapun penyebab terjadinya tasyabuh dalam Al-Qur’an adalah

ketersembunyian dalam makna dan lafal. Sedangkan macam-macam ayat

mutasyabih ada tiga; ayat yang tidak dapat diketahui artinya kecuali oleh Allah, ayat

yang dapat diketahui artinya dengan jalan pembahasan, dan ayat yang dapat

diketahui artinya oleh ulama tertentu.

Pandangan ulama mengenai ayat-ayat mutasyabihat dan dipahami manusia

atau tidak ada dua pendapat. Sebagian ulama ada yang mengatakan bahwa arti dan

ayat-ayat mutasyabihat dapat diketahui oleh umat manusia, dan ulama yang lain

mengatakan bahwa umat manusia tidak dapat mengetahuinya.

Di antara hikmah ayat-ayat muhkamat adalah memberi rahmat pada

manusia, khususnya orang yang bahasa Arabnya lemah, memudahkan manusia

mengetahui arti dan maksudnya juga memudahkan mereka menghayati makna

13

Page 14: Makalah Muhkam Mutasyabih

maksudnya agar mudah melaksanakan ajaran-ajarannya. Sedangkan hikmah dari

ayat-ayat mutasyabihat salah satunya adalah menambah pahala usaha umat manusia,

dengan bertambah sukarnya memahami ayat-ayat mutasyabih sebab semakin sukar

pekerjaan seseorang maka akan semakin besar jugalah pahalanya.

B. SARAN

Demikian makalah yang dapat kami sampaikan. Sebagai insan yang dlaif 

tentunya masih banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini. Kritik dan saran

sangat kami harapkan dari pembaca sekalian untuk perbaikan dan evaluasi dari apa

yang penulis dapat sajikan.

14

Page 15: Makalah Muhkam Mutasyabih

DAFTAR PUSTAKA

Asshiddieqy, Teungku Muhammad Hasbi. 2002. Ilmu-Ilmu Ulumul Al Quran,

Semarang: Pustaka Rizki Putra.

Gani, Bustami A, dkk.1993. Alqur’an dan Tafsirnya. Semarang: Citra Effhar.

H.A., Abdul Djalal. 2000. Ulumul Quran. Surabaya: Dunia Ilmu.

Supiana, dkk. 1994. Ulumul Quran. Jakarta: Pustaka Islamika.

Syadali, Ahmad, dkk. 2000. Ulumul Quran I. Bandung: Pustaka Setia.

15