makalah pestisida 2

30
Bab I Pendahuluan Tanaman pertanian sering diganggu atau dirusak oleh organisme penggangu yang secara ekonomis sangat merugikan petani. Organisme pengganggu tanaman/tumbuhan ini di kenal sebagai hama tanaman, penyakit tanaman, dan gulma (tumbuhan pengganggu), organism penggangu tanaman/tumbuhan sering disingkat OPT. Untuk menghindari kerugian karena serangan OPT, tanaman perlu dilindungi dengan mengendalikan OPTnya. Dengan usaha pengendalian, populasi atau tingkat kerusakkan karena OPT ditekan serendah mungkin sehingga secara ekonomis tidak merugikan. Dari berbagai pengendalian yang ada, terlihat bahwa pengendalian secara kimiawi lebih banyak dipakai oleh para petani. Meskipun demikian, pengendalian OPT secara kimiawi telah memegang peranan yang terlalu dominan sehingga kita sering lupa bahwa ada banyak cara lain untuk mengendalikan OPT selain menyemprotkan pestisida.. disamping terlalu dominan, penggunaan pestisida juga sering dilakukan secara tidak benar.

Transcript of makalah pestisida 2

Page 1: makalah pestisida 2

Bab I

Pendahuluan

Tanaman pertanian sering diganggu atau dirusak oleh organisme penggangu yang secara

ekonomis sangat merugikan petani. Organisme pengganggu tanaman/tumbuhan ini di kenal

sebagai hama tanaman, penyakit tanaman, dan gulma (tumbuhan pengganggu), organism

penggangu tanaman/tumbuhan sering disingkat OPT. Untuk menghindari kerugian karena

serangan OPT, tanaman perlu dilindungi dengan mengendalikan OPTnya. Dengan usaha

pengendalian, populasi atau tingkat kerusakkan karena OPT ditekan serendah mungkin sehingga

secara ekonomis tidak merugikan.

Dari berbagai pengendalian yang ada, terlihat bahwa pengendalian secara kimiawi lebih

banyak dipakai oleh para petani. Meskipun demikian, pengendalian OPT secara kimiawi telah

memegang peranan yang terlalu dominan sehingga kita sering lupa bahwa ada banyak cara lain

untuk mengendalikan OPT selain menyemprotkan pestisida.. disamping terlalu dominan,

penggunaan pestisida juga sering dilakukan secara tidak benar.

Page 2: makalah pestisida 2

Bab II

Pembahasan

A. Pestisida Nabati

Pestisida nabati adalah bahan aktif tunggal atau majemuk yang berasal dari tumbuhan

yang dapat digunakan untuk mengendalikan organisme pengganggu tumbuhan (PPT). Pestisida

nabati ini dapat berfungsi sebagai penolak, penarik, antifertilitas (pemandul), pembunuh dan

bentuk lainnya.

Secara umum pestisida nabati diartikan sebagai suatu pestisida yang bahan dasarnya

berasal dari tumbuhan yang relatif mudah dibuat dengan kemampuan dan pengetahuan yang

terbatas. Oleh karen terbuat dari bahan alami / nabati maka jenis pestisida ini bersifat mudah

terurai (bio-degradable) di alam sehingga tidak mencemari lingkungan, dan relatif aman bagi

manusia dan ternak peliharaan karena residu mudah hilang.

Berkembangnya penggunaan pestisida sintesis (menggunakan bahan kimia sintetis) yang

dinilai praktis oleh para pencinta tanaman untuk mengobati tanamannya yang terserang hama,

ternyata membawa dampak negatif bagi lingkungan sekitar bahkan bagi penggunanya sendiri.

Catatan WHO (Organisasi Kesehatan Dunia mencatat bahwa di seluruh dunia setiap tahunnya

terjadi keracunan pestisida antara 44.000 - 2.000.000 orang dan dari angka tersebut yang

terbanyak terjadi di negara berkembang. Dampak negatif dari penggunaan pestisida diantaranya

adalah meningkatnya daya tahan hama terhadap pestisida, membengkaknya biaya perawatan

akibat tingginya harga pestisida dan penggunaan yang salah dapat mengakibatkan racun bagi

lingkungan, manusia serta ternak.

Cukup tingginya bahaya dalam penggunaan pestisida sintetis, mendorong usaha untuk

menekuni pemberdayaan pestisida alami yang mudah terurai dan tidak mahal. Penyemprotan

terhadap hama yang dapat mengakibatkan rasa gatal, pahit rasanya atau bahkan bau yang kurang

sedap ternyata dapat mengusir hama untuk tidak bersarang di tanaman yang disemprotkan oleh

pestisida alami. Oleh karena itu jangan heran bila penggunaan pestisida alami umumnya tidak

Page 3: makalah pestisida 2

mematikan hama yang ada, hanya bersifat mengusir hama dan membuat tanaman yang kita rawat

tidak nyaman ditempati.

Bahan yang digunakan pun tidak sulit untuk kita jumpai bahkan tersedia bibit secara

gratis. Contohnya seperti tanaman bunga kenikir yang masih dapat di temui ditanah-tanah

kosong pada daerah yang cukup tinggi.. Jenis lain yang digunakan pun harus sesuai dengan

karakter dari bahan yang akan digunakan serta karakter dari hama yang ada. Seperti peribahasa,

tak kenal maka tak sayang, sehingga menjadi: tak kenal bahan dan jenis hama maka tak dapat

mengusir dan mengendalikan hama. Bahan lainnya adalah kunyit, sereh, bawang putih, daun

jatropa, daun diffen, jenis rempah-rempah dan lainnya.

Dosis yang digunakan pun tidak terlalu mengikat dan beresiko dibandingkan dengan

penggunaan pestisida sintesis. Untuk mengukur tingkat keefektifan dosis yang digunakan, dapat

dilakukan eksperimen dan sesuai dengan pengalaman pengguna. Jika satu saat dosis yang

digunakan tidak mempunyai pengaruh, dapat ditingkatkan hingga terlihat hasilnya. Karena

penggunaan pestisida alami relatif aman dalam dosis tinggi sekali pun, maka sebanyak apapun

yang diberikan tanaman sangat jarang ditemukan tanaman mati. Yang ada hanya kesalahan

teknis, seperti tanaman yang menyukai media kering, karena terlalu sering disiram dan lembab,

malah akan memacu munculnya jamur. Kuncinya adalah aplikasi dengan dosis yang diamati

dengan perlakuan sesuai dengan karakteristik dan kondisi ideal tumbuh untuk tanamannya.

Selain harus mengenal karakter dari bahan yang akan digunakan, karakter hamanya

sendiri pun harus diperhatikan dengan baik. Dengan mencari informasi karakter hidup hama,

mendengarkan dari pengalaman orang lain serta mengamati sendiri, kita dapat mencari

kelemahan dari hama tersebut. Contohnya untuk kutu yang menempel kuat di batang atau daun

dapat diatasi dengan menggunakan campuran sedikit minyak agar kutu tidak dapat menempel.

Selain itu, untuk semut yang menyukai cairan manis pada tanaman, dapat disemprotkan air sari

dari daun yang sifatnya pahit seperti daun pepaya, daun diffen, dan lainnya.

2.2 Prospek Pestisida Nabati dalam kerangka PHT

Dengan semakin meningkatnya kesadaran lingkungan dan keinginan untuk hidup selaras

dengan alam serta berkembangnya konsep Pengendalian Hama Terpadu (PHT) pestisida nabati

kembali memperoleh perhatian dari paara pakar dan praktisi termasuk di indonesia setelah

Page 4: makalah pestisida 2

beberapa dekade teknik pengendalian hama tersebut nyaris dilupakan. Namun perlu dicatat di

sini bahwa banyak kelompok pestisida sintetik yang sudah dikembangkan dan dipasarkan saat ini

berasal dari pestisida nabati seperti karbamat dan piretroid.

Perhatian banyak peneliti Indonesia terhadap pestisida nabati sangat meningkat pada

dekade terakhir ini. Banyak jenis tanaman yang telah diteliti indikasi sifat insektisidal, fungisidal

dan sifat-sifat pengendalian hama lainnya, seperti kunyit, jahe, kecubung, temu hitam, laos,

gadung, biji bengkuang dan sirih (Martono, 1997). Seminar hasil penelitian dalam Rangka

Pemanfaatan Pestisida Nabati yang diselenggarakan bulan Desember 1993 (Anonim, 1994) telah

membahas banyak hasil penelitian mengenai siifat-sifat pestisida nabati antara lain yang berasal

dari tanaman cengkeh, serai wangi, jeruju/mangrove, sirih, gadung, nimba, lada hitam, duku,

nilam, piretrum, vitex trifola, nona sabrang, deris dan bengkuang. Pada kesempatan seminar

tersebut Direktorat Jenderal Perkebunan telah membuat daftar sebanyak 45 jenis tumbuhan di

Indonesia yang dapat digunakan sebagai pestisida nabati.

Namun dari berbagai hasil penelitian baik yang dilakukan di Indonesia maupun di luar

negeri masih banyak langkah penelitian dan pengembangan yang harus ditempuh agar jenis-jenis

tumbuhan tersebut dapat digunakan sebagai pestisida nabati yang dapat efektif mengendalikan

hama, ekonomi, praktis dan tidak membahayakan manusia dan lingkungan. Nimba, mimba atau

Azadirachta indica merupakan tanaman yang sangat intensif diteliti oleh banyak peneliti dan

ditinjau dari berbagai aspek pengendalian hama yang menunjukkan bahwa tanaman tersebut

dapat dijadikan pestisida nabati yang dapat dimanfaatkan di lapangan, baik dilakukan secara

manual maupun secara industri (Schumutterer, 1995).

Dilihat dari konsep dan prinsip PHT pestisida nabati mempunyai banyak

keuntungan/keunggulan tetapi juga masih banyak kelemahannya yang secara rinci diuraikan

berikut ini:

Keunggulan

Menurut Stoll (1995) dibandingkan dengan pestisida sintetik pestisida nabati mempunyai

sifat yang lebih menguntungkan yaitu: a) mengurangi resiko hama mengembangkan sifat

resistensi, b) tidak mempunyai dampak yang merugikan bagi musuh alami hama, c)

mengurangi resiko terjadinya letusan hama kedua, d) mgnurangi bahaya bagi kesehatan

Page 5: makalah pestisida 2

manusia dan ternak, e) tidak merusak lingkungan dan persediaan air tanah dan air

permukaan, f) mengurangi ketergantungan petani terhadap agrokimia dan g) biaya dapat

lebih murah.

Bahan nabati mempunyai sifat yang menguntungkan karena daya racun rendah, tidak

mendorong resistensi, mudah terdegradasi, kisaran organisme sasaran sempit, lebih akrab

lingkungan serta lebih sesuai dengan kebutuhan keberlangsungan usaha tani skala kecil. Oka

(1993) juga mengemukakan bahwa pestisida nabati tidak mencemari lingkungan, lebih bersifat

spesifik, residu lebih pendek dan kemungkinan berkembangnya resistensi lebih kecil.

Kelemahan

Menurut Martono (1997) kelemahan pestisida nabati yang perlu kita ketahui antara lain:

• Karena bahan nabati kurang stabil mudah terdegradasi oleh pengaruh fisik, kimia maupun

biotik dari lingkungannya, maka penggunaannya memerlukan frekuensi penggunaan yang lebih

banyak dibandingkan pestisida kimiawi sintetik sehingga mengurangi aspek kepraktisannya

• Kebanyakan senyawa organik nabati tidak polar sehingga sukar larut di air karena itu

diperlukan bahan pengemulsi

• Bahan nabati alami juga terkandung dalam kadar rendah, sehingga untuk mencapai efektivitas

yang memadai diperlukan jumlah bahan tumbuhan yang banyak

• Bahan nabati hanya sesuai bila digunakan pada tingkat usaha tani subsisten bukan pada usaha

pengadaaan produk pertanian massal

• Apabila bahan bioaktif terdapat di bunga, biji, buah atau bagian tanaman yang muncul secara

musiman, mengakibatkan kepastian ketersediaannya yang akan menjadi kendala

pengembangannya lebih lanjut

• Kesulitan menentukan dosis, kandungan kadar bahan aktif di bahan nabati yang diperlukan

untuk pelaksanaan pengendalian di lapangan, sehingga hasilnya sulir diperhitungkan sebelumnya

Page 6: makalah pestisida 2

2.3 Pestisida Mimba (Azadirachta indica A. Juss; Mileaceae)

Indonesia memiliki flora yang sangat beragam, mengandung cukup banyak jenis tumbuh-

tumbuhan yang merupakan sumber bahan insektisida yang dapat dimanfaatkan untuk

pengendalian hama. Lebih dari 1500 jenis tumbuhan di dunia telah dilaporkan dapat berpengaruh

buruk terhadap serangga.  Di Indonesia terdapat 50 famili tumbuhan penghasil racun.  Famili

tumbuhan yang dianggap merupakan sumber potensial insektisida nabati adalah Meliaceae,

Annonaceae, Asteraceae, Piperaceae dan Rutaceae.

Mimba (Azadirachta indica A. Juss; Mileaceae), merupakan salah satu tumbuhan sumber

bahan pestisida (pestisida nabati)  yang dapat dimanfaatkan untuk pengendalian hama. Tanaman

ini tersebar di daratan India. Di Indonesia tanaman ini banyak ditemukan di sekitar provinsi Jawa

Tengah, Jawa Timur, Bali, dan NTB.  Dataran rendah dan lahan kering dengan ketinggian 0-800

dpl. merupakan habitat yang terbaik untuk pertumbuhan tanaman mimba. Penanaman dapat

dilakukan melalui stek, cangkok, dan biji. Pembibitan lewat biji dilakukan segera mungkin

setelah panen. Biji yang dijadikan benih, dimasukkan dalam karung basah selama 3-7 hari, atau

direndam semalam agar cepat berkecambah. Benih yang telah berkecambah kemudian dipindah

dalam polybag ukuran 30 cm yang berisi campuran tanah dan humus sampai tanaman berumur 3

bulan. Pemindahan bibit ke lahan penanaman sebaiknya dilakukan pada musim penghujan, agar

tanaman tidak kekeringan. Tanaman mimba umumnya berbuah pada umur 3-5 tahun, dan pada

umur 10 tahun tanaman mulai produktif berbuah. Buah yang dihasilkan dapat mencapai 50 kg

per pohon. Tanaman mimba hanya berbuah setahun sekali (sekitar bulan Desember-Januari).  

Bagian tanaman mimba yang dapat digunakan sebagai pestisida nabati adalah daun dan

bijinya. Ekstrak daun dan biji mimba mengandung senyawa aktif utama azadiraktin. Selain

bersifat sebagai insektisida, mimba juga memiliki sifat sebagai fungisida, virusida, nematisida,

bakterisida, maupun akarisida.

2.4 Cara Kerja Mimba

Berdasarkan kandungan bahan aktifnya, biji dan daun mimba mengandung

azadirachtinmeliantriol, salanin, dan nimbin, yang merupakan hasil metabolit sekunder dari

tanaman mimba. Senyawa aktif tanaman mimba tidak membunuh hama secara cepat, tapi

Page 7: makalah pestisida 2

berpengaruh terhadap daya makan, pertumbuhan, daya reproduksi, proses ganti kulit,

menghambat perkawinan dan komunikasi seksual, penurunan daya tetas telur, dan menghambat

pembentukan kitin. Selain itu juga berperan sebagai pemandul. Selain bersifat sebagai

insektisida, tumbuhan tersebut juga memiliki sifat sebagai fungisida, virusida, nematisida,

bakterisida, mitisida dan rodentisida. Senyawa aktif tersebut telah dilaporkan berpengaruh

terhadap lebih kurang 400 serangga. sebagai senyawa aktif utama.

2.5 Keunggulan Mimba

Pengendalian hama dengan menggunakan mimba sebagai insektisida nabati mempunyai

beberapa keunggulan antara lain :

Di alam senyawa aktif mudah terurai, sehingga kadar residu relatif kecil, peluang untuk

membunuh serangga bukan sasaran rendah dan dapat digunakan beberapa saat menjelang

panen.

Cara kerja spesifik, sehingga aman terhadap vertebrata (manusia dan ternak)

Tidak mudah menimbulkan resistensi, karena jumlah senyawa aktif lebih dari satu.

Dengan keunggulan di atas, maka akan dihasilkan produk pertanian dengan kualitas yang prima,

dan kelestarian ekosistem tetap terpelihara.

Kelemahan mimba

Persitensi insektisida yang singkat kadang kurang menguntungkan dari segi ekonomis,

karena pada populasi yang tinggi diperlukan aplikasi yang berulang-ulang agar mencapai

keefektifan pengendalian yang maksimal.

Biaya produksi lebih mahal, sehingga harga jualnya belum tentu lebih murah dari

insektisida sintetik.

Page 8: makalah pestisida 2

Kendala pengembangan mimba sebagai insektisida alami

Aplikasi kurang praktis dan hasilnya tidak dapat segera dilihat, di samping itu petani

harus membuat sedia sendiri. Dengan alasan tersebut petani akan lebih memilih pestisida

kimia dari pada nabati.

Kurangnya dorongan penentu kebijakan

Bahan, seperti halnya biji mimba  tidak tersedia secara berkesinambungan, hal tersebut

disebabkan karena biji mimba hanya dapat dipanen setahun sekali.

Frekuensi pemakaian lebih tinggi, yang disebabkan karena sifat racunnya mudah

terdegradasi

Memerlukan  persiapan yang agak lama, untuk mendapatkan konsentrasi bahan pestisida

yang baik harus dilakukan perendaman selama 12 jam (semalam).

Pembuatan Ekstrak Air Biji Mimba

1. Kering anginkan biji mimba beserta kulit biji sampai kering agar tidak berjamur.

2. Giling biji dan kulit biji mimba sampai halus, kemudian saring dengan ayakan (850 µm).

3 .Timbang 25-50 g serbuk biji mimba + 1 l air + 1 ml alkohol aduk rata, kemudian rendam

semalam (12 jam).

4. Keesokan harinya rendaman bahan disaring dengan kain furing

5. Larutan hasil penyaringan kemudian ditambah dengan 1 g deterjen atau 0,5 ml perata (apsa),

aduk rata dan larutan siap disemprotkan.

6. Penyemprotan sebaiknya dilakukan pada sore hari, dengan volume semprot yang memadai

400-600 l air, tergantung umur tanaman yang akan disemprot

Pembuatan Ekstrak Air Daun Mimba

Page 9: makalah pestisida 2

1. Blender 50 g daun mimba segar dengan 1 l air + 1 ml alkohol aduk rata, kemudian rendam

semalam (12 jam).

2. Keesokan harinya rendaman bahan disaring dengan kain furing

3. Larutan hasil penyaringan kemudian ditambah dengan 1 g deterjen atau 0,5 ml perata (apsa),

aduk rata dan larutan siap disemprotkan.

B. Pestisida Sintesis

2.1 Klasifikasi

Golongan senyawa kimia

Pestisida dikelompokkan menurut golongan atau kelas kimianya, yakni

sekelompok pestisida yang mempunyai persamaan dalam rumus struktur molekulnya.

Misalnya semua pestisida yang termasuk dalam kelompok triazin dalam

persenyawaannya. Demikina juga, semua kimia dari golongan urea mempunyai gugus

urea dalam struktur molekulnya. Senyawa kimia yang tergabung dalam kelompok yang

sama umumnya mempunyai kemiripan dalam sifat-sifat kimanya, meskipun sifat-sifat

khususnya dapat sangat berbeda.

Pengetahuan mengenai kelompok kimia pestisida ini bermanfaat sedikitnya untuk

dua hal, yakni :

1. Untuk menentukan pergiliran penggunaan pestisida (terutama insektisida dan lebih

terbatas lagi fungisida) dalam program pengolahan resisten. Untuk menghindarkan

atau edikitnya menunda resistensi hama, biasanya disarankan untuk menggunakan

insektisida yang berbeda kelompok kimianya secara bergantian.

2. Bila terjadi kecelakaan atau keracuna pesitida, dokter yang merawat akan sangat

terbantu bila kita tahu jenis bahan aktifnya serta kelompok kima dari pestisida sintetik

tersebut.

Bentuk formulasi

Bahan aktif pestisida tidak dijual begitu saja dalam bentuk yang murni. Nahan

aktif murni, kecuali harganya sangat mahal, sangat berbahaya dan sangat beracun serta

sulit digunakan di lapangan (misalnya tidak larut dalam air). Karena itu dalam

perdagangan, bahan aktif ini diformulasikan terlebih dahulu dengan cara dicampur

Page 10: makalah pestisida 2

bahan-bahanpembantu, misalnya solvent (bahan pelarut),emulsifier (bahan pembuat

emulsi), diluent (bahan pembasah atau pengence, carrier (bahan pembawa), dan kadang-

kadang synergist (bahan untuk meningkatkan efikasi pestisida).

Mode of action

Menurut cara kerja atau gerakannya pada tanaman setelah diaplikasikan secara kasar

dibedakan menjadi tigas macam, yaitu;

o Pestisida sistemik

Pestisida sistemik diserap oleh organ-organ tanaman, baik lewat akar, batang atau

daun. Selanjutnya, pestisida sistemik tersebut mengikuti gerakan cairan tanaman

dan ditransportasikan ke bagian-bagian tanaman lainnya, baik ke atas maupun ke

bawah termasuk ke tunas yang baru tumbuh.

o Pestisida nonsistemik

Pesrisida nonsistemik setelah diaplikasikan pada tanaman sasaran tidak diserap

oleh jaringan tanaman, tetapi hanya menempel di bagian luar tanaman. Pestisida

ini sering disebut pestisida kontak.tapi istilahnya kurang tepat dan lebih tepat bagi

cara kerja pestisida yang berhubungan dengan cara masuknya ke dalam tubuh

OPT.

o Pestisida sistemik local

Pestisida sistemik local adalah kelompok pestisida yang dapat diserap oleh

jaringan tanaman, umumnya daun, tetapi tidak ditranslokasikan ke bagian

tanaman lainnya.

Mode of entry

Pada insektisida

Menurut cara masuk insektisida ke dalam tubuh serangga sasaran dibedakan menjadi 3

kelompok insektisida yaitu;

o Racun lambung

Merupakan insektisida yang membunuh serangga sasaran bila insektisida tersebut

masuk ke dalam organ pencernaan serangga dan diserap oleh dinding saluran

pencarnaan.

o Racun kontak

Page 11: makalah pestisida 2

Merupakan insektisida yang masuk ke dalam tubuh serangga lewat kulit

(bersinggungan langsung).

o Racun pernapasan

Merupakan insektisida yang bekerja lewat saluran pernapasan. Serangga akan

mati bila mengghirup insektisida dalam jumlah yang cukup.

Pada fungisida

o Multisite inhibitor

Merupakan fungisida yang bekerja menghambat beberapa proses metabolism

cendawan.

o Monosite inhibitor

Merupakan fungisida yang bekerja dengan menghambat salah satu proses

metabolisme cendawan, misalnya hanya menghambat sintesis protein.

Toxisitas

Toksisitas atau daya racun pestisida adalah bawaan sifat pestisida yang

menggambarkan potensi pestisida tersebut dalam menimbulkan kematian langsung pada

hewan tingkat tinggi (termasuk manusia).

Persistensi

Pestisida disebut persistensi (persistent) bila sesudah diaplikasi dapat bertahan

pada bidang sasaran atau pada lingkungan dalam jangka waktu yang lama. Pestisida yang

persisten tidak mudah diuraikan di alam. Senyawa-senyawa ini bertahan pada lingkungan

tidak hanya dalam hitungan bulan tetapi puluhan tahun. Senyawa hidrokarbon berklor

juga tidak mudah disekresikan bila masuk kedalam tubuh hewan dan manusia. Oleh

karena itu, senyawa ini dapat terus berada dalam tubuh organisme dan berpindah dari

organisme yang satu ke organisme lainnya melalui rantai makanan. Konsentrasinya juga

cendrung makin meningkat jika tingkat trofik yang dilalui makin tinggi.

Page 12: makalah pestisida 2

Pestisida yang persisten juga meninggalkan residu yang sulit dibersihkanpada

tanaman yang disemprot. DDT dan senyawa hidrokarbon lainnya dilarang untuk dipakai

bukan hanya karena toksisitasnya tinggi,teetapi karena sifatnya yang sangat persisten.

Pestisida yang tidak persisten.

Pestisida yang tidak persisten dapat diurai (didekomposisi) di alam menjadi

senyawa lain yang tidak berbahaya (detoksifikasi). Penguraian ini dapat berlangsung

scara kimiawi (fotolisis,hidrolisis) atau secara biologis oleh tanaman dan

mikroorganisme. Efek residu pestisida yang tidak persisten hanya bertahan beberapa hari

hingga beberapa bulan saja. Pestisida-pestisida modern seperti organofosfat, karbamat,

umumnya tidak lagi bersifat persisten.

2.2 Alat Semprot

Semua alat yang digunakan untuk mengaplkasikan pestisida dengan cara penyemprotan

disebut alat semprot atau sprayer. Apapun bentuk dan mekanisme kerjanya, sprayer berfungsi

untuk mengubah atau memecah lautan semprot, yang dilakukan oleh nozzle, menjadi bagian-

bagian atau butiran-butiran yang halus(droplet).

Macam-macam spayer :

1. Sprayer manual

Sprayer manual adalah sprayer yag digerakkan dengan tangan. Contoh sprayer

manual adalah sebagai berikut :

Trigger pump, yakni pompa tangan (hand pump) yang banyak digunakan

untuk pengendalian hama dirumah tangga.

Bucket pump atau trombone pump dan garden hose sprayer, untuk

mengendalikan hama dan penyakit di pekarangan

Sprayer gendong otomatis (prepressurized knapsack sprayer, compression

sprayer), yang banyak digunakan di bidang pertanian.

Lever operated knapsack sprayer (sprayer gendong yang harus dipompa

terus-menerus). Jenis sprayer ini juga banyak digunakan di bidang pertanian

di Indonesia.

2. Sprayer tenaga mesin

Page 13: makalah pestisida 2

Sprayer tenaga mesin adalah sprayer yang digerakkan oleh tenaga mesin. Contoh

sprayer tenaga mesin adalah sebagai berikut :

Sprayer punggung bermesin (motorized knapsack sprayer)

Mesin pengkabut (mist blower)

Power sprayer atau gun sprayer yang digerakkan leh motor stasioner atau

traktor. Jenis sprayer ini didesain untuk mengaplikasikan pestisida pada

pepohonan tinggin, namun banyak digunakan traktor atau truk : boom

sprayer, boomles sprayer, air blast sprayer (air assisted sprayer)

Sprayer dan atomizer yang dipasang pada pesawat udara (termasuk

helicopter) untuk penyemprotan di udara.

2.3 Teknik Aplikasi

2.3.1 Sasaran aplikasi pestisida pertanian

Aplikasi biologis

Aplikasi pestisidda di bidang pertanian bertujuan untuk mengendalikan organisme

pengganggu tanamna/tumbuhan (OPT). sasaran biologis aplikasi pestisida pertanian

adalah OPT yang dikenal sebagai :

o hama tanaman,

o penyakit tanaman dan

o gulma

Kepekaan sasaran

pestisida hanya mampu mengendalikan OPT apabila OPT sasaran masih peka

(sensitive, belum kebal) terhadap pestisida tersebut. Penuruna kepekaan OPT

terhadap pestisida tertentu tidak mudah dijelaskan. Penurunan kepekaan OPT terhdap

jenis pestisida tersebut antara lain dapat terjadi apabila penggunaan pestisida yang

sama atau dari kelompok kimia yang sama secara terus menerus dalam jangka waktu

yang lama.

Bidang sasaran aplikasi

Beberapa bidang sasaran atau sasaran fisik yang umum dalam aplikasi pestisida

pertanian antara lain sebagai berikut:

1. Tanaman atau bagian tanaman (terutama daun)

Page 14: makalah pestisida 2

Bidang sasaran ini sangan umum pada aplikasi penyemprotan insektisida dan

fungisida untuk mengendalikan hama dan penyakit tanaman. Tanaman atau

bagian tanaman juga meruoakan bidang sasaran untuk aplikasi dengan cara

pengenbusan (dusting, mist blowing dsb.)

2. Tanah

Tanah merupakan bidang sasaran pada aplikasi herbisida pra-tumbuh dan aplikasi

pestisida butiran serta sterilisasi tanah. Perhitungan aplikasi didasarkan atas luas

lahan yang akan diaplikasi.

3. Gulma

Pada penyemprotan herbisida pasca-tumbuh, bidang sasaran dan sasaran biologis

yang sama yakni gulma. Perhitungan aplikasi didasarkan atas luas lahan yang

akan diaplikasi.

4. Air

Pada aplikasi herbisida pra-tumbuh di lahan sawah dan di daerah perairan

herbisida langsung disemprotkan ke permukaan air. Perhitungan aplikasinya

didasarkan atas luas lahan atau perkiraaan volume air yang akan diperlakukan

pestisida.

5. Ruangan

Ruangan merupakan sasaran fisik yang umum pada pengendalian hama gudang

dengan sistim fumigasi. Perhitungan aplikasi fumigan didasarkan atas volume

ruangan yang akan diaplikasi.

2.3.2 Waktu aplikasi

Saat aplikasi dan perkembangan OPT

Pestisida paling tepat jika diaplikasikan pada saat OPT berada pada stadia paling peka

terhadap pestisida. Umumnya, makin dini tahap perkembangan OPT, makin peka

terhadap pestisida. Aplikasi pestisida pada waktu yang tepat tidak hanya berlaku pada

serangga hama saja, tetapi juga berlaku pada penyakit dan gulma umumnya.

Saat aplikasi insektisida

Jika dikatakan dengan tahap perkembangan hama, maka dikenal dengan beberapa

saat aplikasi insektisida, yakni ;

Page 15: makalah pestisida 2

o aplikasi preventif

perlakuan benih

penaburan insektisida butiran

pencelupan benih tanaman kedalam larutan insektisida

penyemprotan dengan insektisida

o aplikasi dengan sistem kalender

o aplikasi kuratif

o aplikasi berdasarka ambang ekonomi

Saat aplikasi fungisida

Aplikasi fungisida dapat dikelompokkan seperti aplikasi insektisida. Akan tetapi,

karena sifat serangan dan cara hidup fungi berbeda dengan hama dan cara kerja

fungisida juga berbeda dengan insektisida, maka saat aplikasi fungisida mengalami

sedikit perubahan yaitu ;

o aplikasi protektif, preventif, atau propilaktik

o aplikasi kuratif dan eradikatif

o aplikasi berdasarkan ambang pengendalian

Saat aplikasi herbisida

Herbisida pada dasarnya dapat dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu ;

o Herbisida pra-tumbuh

o Herbisida pasca-tumbuh

o Herbisida pasca-tumbuh awal

Pertimbangan cuaca dalam penentuan aplikasi

Faktor cuaca sangat menentukan kapan pestisida diaplikasikan. Factor-faktor cuaca

yang penting untuk dipertimbangkan adalah ;

o Gerakan udara

o Presipitasi

o Kelembapan udara

o Suhu udara

Pertimbangan-pertimbangan lain untuk menentukan aplikasi

Ada beberapa pertimbangan untuk menentukan aplikasi, yaitu ;

Page 16: makalah pestisida 2

o Saat aplikasi dan perkembangan tanaman

o Strategi pencegahan/penundaan resistensi

o Peramalan hama dan penyakit

o Masa tunggu

Rekomendasi umum penentuan waktu aplikasi

o Insektisida dan fungisida

o Herbisida

o Cuaca

2.3.3 Takaran aplikasi

Dosis aplikasi

Merupakan jumlah pestisida yang diaplikasikan untuk mengendalikan OPT pada

setiap satuan luas idang sasaran. Dosis dapat dinyatakan dalam dosis produk atau

dosis bahan aktif. Bila dosis dinyatakan dalam banyaknya bahan aktif, maka untuk

mengubah ke dosis produk harus dikonversikan dengan kandungan bahan aktif

produk tersebut. Kadar bahan aktif produk umumnya dapat diperkirakan dari angka-

angka dalam nama dagangnya. Rekomendasi takaran penggunaan dalam bentuk dosis

sangat umum digunakan dalam aplikasi herbisida, pestisida butiran, fumigan,

pestisida yang diaplikasikan dengan penghembusan, dan rodentisida.

Konsentrasi aplikasi

Konsentrasi aplikasi digunakan dalam aplikasi dengan cara penyemprotan atau

penggunaan lainnya seperti injeksi,drenching,dsb. Dalam penyemprotan pestisida

umumnya tidak digunakan dalam bentuk sediaan aslinya,tetpai diencerkan terlebih

dahulu hingga konsentrasi penggunaan seperti yang direkomendasikan oleh

produsennya. Konsentrasi banyak sekali digunakan dalam penggunaan insektisida

dan fungisida. Konsentrasi penyemprotan adalah jumlah pestisida yang d icampurkan

dalam 1 liter untuk mengendalikan OPT tertentu. Onsentrasi dinyatakan dalam

milliliter produk per liter air,gram produk per liter air atau persen seperti halnya

Page 17: makalah pestisida 2

dosis, konsentrasi dapat dinyatakan dalam konsentrasi produk atau konsentrasi bahan

aktif.

Hal yang mempengaruhi takaran aplikasi

Ada beberapa keadaan yang kadang-kadang memaksa kita untuk menyesuaikan

takaran aplikasi antara lain :

o Penelitian untuk menetapkan takaran aplikasi umumnya dilakukan atas OPT

yang masih peka terhadap pestisida. OPT yang sudah berkurang kepekaannya

sering memerlukan takaran yang lebih tinggi

o Intensitas serangan OPT yang sangat berat kadang-kadang juga memerlukan

takaran yang lebih tinggi.

o Untuk herbisida tanah, takaran dapat berbeda pada jenis tanah yang berbeda.

Dosis aplikasi dan konsentrasi aplikasi pestisida umumnya diberikan dalam suatu

kisaran atau range. Misalnya,dosis antara 1-1,5 L per hectare dan konsentrasi antara

1,5-2 cc per Liter. Bila serangan OPT tidak terlalu berat , maka disarankan untuk

menggunakan takaran terendah. Takaran yang tinggi hanya digunakan bila serangan

OPT berat.

2.4 Teknik Penyemprotan

Penyemprotan merupakan cara aplikasi yang paling banyak digunakan para pengguna

pestisida pertanian di Indonesia bahkan di seluruh dunia. Dalam penyemprotan, larutan semprot

(pestisida tanpa air), dengan alat semprot akan dipecah menjadi buiran butiran-halus (droplet),

dan didistribusikan keseluruh bidang sasaran penyemprotan, sehingga seluruh bidang sasaran

tertutup droplet.

2.4.1 Menyemprot secara benar

Pestisida yang digunakan akan mampu menampilkan efikasi biologis yang optimal jika

penyemprotan dilakukan dengan benar yaitu memenuhi syarat, kriteria, atau paramaeter berikut ;

1. Permukaan bidang sasaran tertutup oleh butiran semprot atau droplet dalam jumlah

yang memenuhi syarat.

2. Menggunakan ukuran droplet yang tepat

Page 18: makalah pestisida 2

3. Menggunakan volume aplikasi yang cocok untuk berbagai jenis tanaman dan stadia

pertumbuhan tanaman yang berbeda.

4. Pestisida yang disemprotkan menempel sebanyak mungkin pada bidang sasaran.

5. Droplet semprotan didistribusikan diseluruh permukaan bidang sasaran secara merata.

Bab III

Penutup

3.1 Kesimpulan

Teknik aplikasi pestisida sangat menentukan berhasil tidaknya pengendalian OPT.

kegagalan pengendalian OPT secara kimiawi dapat disebabkan oleh kesalahan aplikasi pestisida.

Disamping itu, kesalahan aplikasi pestisida juga sangat berbahaya bagi pengguna, konsumen,

dan lingkungan. Dan aplikasi penggunaan pestisida pasti memiliki kelebihan dan kekurangan

tersendiri baik pestisida nabati maupun sintetis.

Page 19: makalah pestisida 2

Bab IV

Daftar Pustaka

Djojosumarto,Panut.2008.Teknik Aplikasi Pestida Pertanian.Kanisius:Jakarta

Page 20: makalah pestisida 2

Makalah Teknik Perlindungan Tanaman II

“Pestisida”

Kelompok 3

Disusun oleh :

Martha Christy 150110080209

Yessikha Valerine 150110080219

Redy Adtya Permadi 150110080220

Imam Muddin 150110080225

Muh Fadhil Asrodi 150110080226

Page 21: makalah pestisida 2

JURUSAN AGROTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS PADJAJARAN

2009