metode Penafsiran

18
Kelompok 5 seminar tafsir tarbawi HILMA RIDLA NADHIFA NIRA INAYAH RAHMANI QISTHY ARIFAH

description

metode penafsiran

Transcript of metode Penafsiran

Slide 1

Metode at-Tahlili Secara harfiah, at-tahlili berarti terlepas atau terurai. at-tafsir at-tahlili ialah metode penafsiran ayat-ayat Al-Quran melalui pendeskripsian makna yang terkandung dalam ayat-ayat Al-Quran dengan mengikuti tata tertib susunan atau urutan-urutan surat-surat dan ayat-ayat Al-Quran yang diikuti oleh sedikit banyak analisis tentang kandungan ayat itu. Metode ini disebut juga metode tajzii merupakan metode tafsir tertua usianya. Perkembangan metode tafsir at-tahlili mengalami perkembangan yang sangat pesat pada masa-masa berikutnya. Diantara kitab-kitab yang menggunakan metode tafsir at-tahlili adalah Jami al-Bayan an Tawil Ayi Al-Quran karya besar Ibn Jarir ath-Thabari; Tafsir Al-Quran al-Azhim karya al-Hafizh Imad al-Din Abi al-Fida Ismail bin Katsir al-Quraisyi al-Simasyqi.Perkembangan Metode Tafsir Ketika Nabi Muhammad SAW masih hidup, penafsiran Al-Quran tidak merinci karena pada saat itu kaum muslimin dapat menanyakan langsung kepada beliau mengenai kandungan ayat-ayat Al-Quran yang mereka tidak pahami. Setelah wafatnya Nabi, banyak bermunculan metode-metode penafsiran Al-Quran sesuai zamannya masing-masing dan sesuai dengan kebutuhan ummat pada saat itu. Akan tetapi seiring dengan berkembangnya zaman dan banyaknya bangsa non-Arab yang berbondong-bondong masuk Islam dengan membawa nilai-nilai yang melatarbelakangi mereka, kehidupan ummat Islam sedikit banyak terpengaruh dan terasuki nilai-nilai olehnya. Maka para pakar ilmu tafsir berupaya keras mencari cara untuk bisa mengantisipasi kondisi itu. Mereka kemudian menggali ilmu tafsir dan menyajikan penafsiran-penafsiran ayat-ayat Al-Quran yang sesuai dengan perkembangan zaman dan tuntutan kehidupan ummat yang semakin beragam (konstektual).Posisi Metode Tafsir Metode tafsir merupakan bagian dari ilmu tafsir, yaitu sebagai media atau jalan yang harus ditempuh jika ingin mencapai tujuan instruksional penafsiran. Bentuk penafsiran apapun yang dilakukan untuk memahami ayat Al-Quran, baik matsur maupun ray, dipastikan tidak akan bisa mencapai salah satu corak penafsiran tanpa memakai salah satu dari empat metode penafsiran yang dimaksud. Dalam hal ini, untuk bisa menggunakan metode tafsir, seseorang dituntut untuk menguasai metode itu. Jadi, metode tafsir menduduki posisi yang teramat penting dalam ilmu tafsir karena sampainya seseorang pada tujuan utamanya, yakni memahami Al-Quran, mustahil terjadi tanpa menempuh jalan untuk mewujudkan tujuan itu.BACKMetode al-Maudhui Metode al-Maudhui adalah tafsir yang membahas tentang masalah-masalah Al-Quran yang memiliki kesatuan makna atau tujuan dengan cara menghimpun ayat-ayatnya yang bisa juga disebut metode tauhidi (kesatuan) untuk kemudian melakukan penalaran (analisis) terhadap isi kandungannya menurut cara-cara tertentu, dan berdasarkan syarat-syarat tertentu untuk menjelaskan makna-maknanya dan mengeluarkan unsur-unsurnya, serta menghubung-hubungkan antara yang satu dan lainnya dengan korelasi yang bersifat komfrehensif. Metode ini diperkirakan sudah ada sejak masa-masa awal Islam, tepatnya ketika metode tafsir ini ditetapkan sebagai matakuliah di Jurusan Tafsir Fakultas Ushuludin di Jamiah al-Azhar (Universitas Al-Azhar). Seiring dengan perkembangan zaman sampai pada abad modern ini, permasalah hidup dan kehidupan yang dialami masyarakat berbeda jauh dari apa yang pernah dialami oleh generasi terdahulu. Perbedaan tersebut terasa sekali di tengah-tengah kehidupan masyarat modern seperti mobilitas yang tinggi dan perubahan situasi yang sangat cepat karena arus dan teknologi informasi yang juga cepat. Sehingga menjadikan masyarakat terasa seperti tidak ada waktu lagi untuk membaca kitab penafsiran Al-Quran yang sebenarnya sangat membantu dalam kehidupan sehari-hari.BACK Adapun kelebihan yang sangat khas dari metode ini dibandingkan dengan metode lainnya, antara lain, keluasan dan keutuhannya dalam memahami Al-Quran. Kelemahan metode ini antara lain, kajian metode tafsir at-tahlili kurang mendalam, tidak detail, dan tidak tuntas dalam pembahasan dan penyelesaian topik-topik yang dibicarakan.BACK Penafsiran Al-Quran dengan metode ijmali (global) tampak sederhana, mudah, praktis, dan cepat, serta pesan-pesan Al-Quran yang disampaikan pun mudah ditangkap. Inilah kelebihan yang sesungguhnya tepat dikatakan untuk metode tafsir yang tampak sederhana ini. Adapun kelemahan tafsir ijmali terletak pada sifatnya yang simplisitis sehingga telaah dan kajiannya terlalu dangkal, berwawasan sempit, dan parsial (tidak komprehensif).BACKPerbandingan juga dapat dilakukan antara penafsiran ulama (aliran) yang satu dan penafsiran ulama (aliran) tafsir lainnya. Misalnya penafsiran ulama salaf dan khalaf, atau penafsiran antara ulama Sunni dan Syiah, atau antara Sunni dan Mutazillah. Catatan penting yang harus yang diperhatikan oleh seorang mufassir ketika hendak membandingkan penafsiran beberapa orang mufassir atau aliran tafsir bahwa sejak awal ia harus bersikap netral sedemikian rupa sehingga hasil akhir yang akan dipeganginya merupakan penafsiran yang objektif dan sesuai dengan kaidah-kaidah penafsiran. Beberapa contoh kitab yang menggunakan metode ini adalah Durrat at-Tanzil wa Qurrat at-Tawil karya besar al-Khatib al-Iskafi dan al-Burhan fi Tajwih Mutasyabih al-Quran karya Taj al-Kirmani. Kelebihan tafsir dengan metode ini adalah bersifat objektif, kritis, dan berwawasan luas. Sedangkan kelemahannya adalah tidak bisa digunakan untuk menafsirkan semua ayat Al-Quran.BACK Ada beberapa langkah yang harus dilakukan oleh seseorang yang akan membahas masalah-masalah tertentu berdasarkan tafsir al-maudhui seperti yang dipaparkan oleh Abd al-Hayy al-Farmawi dan Musthafa Muslim, yaitu:Memilih dan menetapkan topik kajian yang akan dibahas berdasarkan ayat-ayat Al-Quran. Mengumpulkan/menghimpun ayat-ayat Al-Quran yang membahas topik tersebut.Mengurutkan tertib-turunnya ayat-ayat itu berdasarkan waktu penurunannya,Mempelajari penafsiran ayat-ayat yang telah dihimpun.Menghimpun hasil penafsiran.Mufassir mengarahkan pembahasan pada tafsir al-ijmali (global).Membahas unsur-unsur dan makna-makna ayat.Memaparkan kesimpulan tentang hakikat jawaban Al-Quran terhadap topik yang dibahas. M. Quraish Shihab menyatakan bahwa dalam perkembangannya, metode maudhui mengambil dua bentuk penyajian: pertama, penyajian kotak berisi pesan-pesan Al-Quran yang terdapat pada ayat-ayat yang terangkuk pada satu surat. Kedua, mulai berkembang pada tahun 60-an yang dilatar belakangi oleh kesadaran para pakar bahwa menghimpun pesan-pesan Al-Quran yang terdapat pada satu surat belum menuntaskan persoalan. Menurut M. Quraish Shihab, salah satu penyebab yang telah mendorong kelahiran bentuk kedua ini adalah semakin melebar, meluas, dan mendalamnya perkembangan aneka ilmu yang diikuti oleh semakin kompleksnya persoalan yang memerlukan bimbingan Al-Quran. Beberapa kitab tafsir yang menggunakan metode al-maudhui adalah at-Tibyan fi Aqsam al-Quran karya Ibn Qayyim al-Jawziyah, al-Marah fi al-Quran karya al-Ustadz Mahmud al-Aqqad. Kelebihan metode ini adalah penafsiran dengan metode ini sangat luas, mendalam, tuntas, dan dinamis. Kelemahannya adalah tidak dapat menafsirkan ayat-ayat Al-Quran secara keseluruhan.BACK