PROSES PENCIPTAAN MANUSIA MENURUT PENAFSIRAN IMAM …
Transcript of PROSES PENCIPTAAN MANUSIA MENURUT PENAFSIRAN IMAM …
i
PROSES PENCIPTAAN MANUSIA
MENURUT PENAFSIRAN IMAM AR-RAZI (Kajian Analitis Ayat-Ayat Kauniyah Surat Al-Hajj/22: 5, Al-
Mu’minûn/23: 12-14 Dan Al-Mu’min/40: 67 Dalam Tafsir Mafâtih
Al-Ghayb)
Tesis
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar
Magister Agama (M.Ag)
Dalam Bidang Ilmu Al-Qur'an Dan Tafsir
Oleh:
Asrorul Fuad Almaulidi
NIM: 212. 410. 531
Pembimbing:
Dr. Hj. Faizah Ali Syibromalisi, MA
Dr. H. M. Azizan Fitriana, MA
PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR'AN DAN TAFSIR
PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER (S2)
INSTITUT ILMU ALQURAN (IIQ)
JAKARTA
2016 M/ 1437 H
ii
PERNYATAAN PENULIS
Saya yang bertandatangan di bawah ini:
Nama : Asrorul Fuad Almaulidi
NIM : 212410531
Tempat/ tanggal lahir : Denpasar, 06 November 1986
Menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa tesis dengan judul
“PROSES PENCIPTAAN MANUSIA MENURUT PENAFSIRAN
IMAM AR-RAZI : Kajian Analitis Ayat-Ayat Kauniyah Surat Al-
Hajj/22: 5, Al-Mu’minûn/23: 12-14 Dan Al-Mu’min/40: 67 Dalam
Tafsir Mafâtih Al-Ghayb” adalah benar-benar hasil karya saya kecuali
kutipan-kutipan yang sudah disebutkan. Apabila di dalamnya terdapat
kesalahan dan kekeliruan, maka sepenuhnya menjadi tanggung jawab
saya. Selain itu apa bila terdapat plagiasi yang dapat berakibat diberikan
sanksi berupa pencabutan gelar oleh Institut Ilmu Al-Qur’an (IIQ) jakarta,
maka saya siap menanggung resikonya.
Jakarta, 15 syawwal 1437 H
20 july 2016
Asrorul Fuad Almaulidi
iii
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Tesis dengan judul “PROSES PENCIPTAAN MANUSIA
MENURUT PENAFSIRAN IMAM AR-RAZI : Kajian Analitis Ayat-
Ayat Kauniyah Surat Al-Hajj/22: 5, Al-Mu’minûn/23: 12-14 Dan Al-
Mu’min/40: 67 Dalam Tafsir Mafâtih Al-Ghayb” yang disusun oleh
Asrorul Fuad Almaulidi dengan nomor induk mahasiswa 212410531 telah
melalui proses bimbingan dan dinilai oleh pembimbing serta telah
memenuhi syarat untuk diajukan pada sidang munaqasyah.
Pembimbing I,
Dr. Hj. Faizah Ali Sibromalisi, MA
Pembimbing II
Dr. H. M. Azizan Fitriana, MA
iv
LEMBAR PENGESAHAN
Tesis dengan judul “PENCIPTAAN MANUSIA MENURUT
PENAFSIRAN AR-RAZI : Kajian Analitis Ayat-Ayat Kauniyah Surat
Al-Hajj/22: 5, Al-Mu’minûn/23: 12-14 Dan Al-Mu’min/40: 67 Dalam
Tafsir Mafâtih Al-Ghayb” yang disusun oleh Asrorul Fuad Almaulidi
dengan nomor induk mahasiswa 212410531 telah diujikan dalam sidang
munaqasyah Program Pascasarjana Institut Ilmu Al-Qur'an (IIQ) Jakarta
pada tanggal 24 Agustus 2016. Tesis tersebut telah diterima sebagai salah
satu syarat memperoleh gelar Magister Agama (M.Ag) dalam bidang
Ilmu Al-Qur'an Dan Tafsir.
Jakarta, 29 Safar 1438 H
29 November 2016 M
Direktur Pascasarjana
Institut Ilmu Al-Qur'an (IIQ) Jakarta
Dr. KH. Ahmad Munif Suratmaputra, MA
Tim Penguji Ttd. Tanggal
Dr. KH. Ahmad Munif Suratmaputra, MA ( ) ( )
Ketua Sidang
Dr. H. Muhammad Azizan Fitriana, M. Ag ( ) ( )
Sekretaris
Prof. Dr. KH. Artani Hasbi, MA ( ) ( ) Penguji I
Dr. KH. Ahmad Munif Suratmaputra, MA ( ) ( )
Penguji II
Dr. Hj. Faizah Ali Syibromalisi, MA ( ) ( )
Pembimbing I
Dr. H. Muhammad Azizan Fitriana, M. Ag ( ) ( )
v
Pembimbing II
v
TRANSLITERASI
Pedoman Penulisan Arab - Latin
A. Konsonan
Arab Latin Arab Latin Arab Latin
ا ب ت ث ج ح خ د ذ
`
b
t
ts
j
h
kh
d
dz
ر ز س ش ص ض ط ظ ع
r
z
s
sy
sh
dh
th
zh
„
غ ف ق ك ل م ن و ه ى
gh
f
q
k
l
m
n
w
h
y
B. Vocal
Keterangan Vocal Tunggal Vocal Panjang Vocal Rangkap
Fathah
a : ي
اى : â
(qâla : قال)
يى : ai
(nail : ويل)
Kasrah
i : ي
يى : î (qîla : قيل)
ىى : au
(qaul : قىل)
Dhammah
u : ي
ىى : û (yaqûlu : يقىل)
vi
C. Kata Sandang
1. Kata sandang yang diikuti alif lam ( qamariyah ( ال
ditransliterasikan sesuai dengan bunyinya, contoh: المديىت : al-
Madînah, البقزة : al-Baqarah. Begitu pula dengan alif lam ( (ال
syamsiyah ditransliterasikan sesuai dengan bunyinya, contoh: جلالز
: ar-Rajul, الشمس : asy-Syams, دةي الس : as-Sayyidah.
2. Syaddah (tasydid) dalam sistem aksara Arab menggunakan lambang
( ), sedangkan untuk alih aksara dilambangkan dengan huruf,
yaitu dengan cara menggandakan huruf yang berlambang tasydid.
Aturan ini berlaku secara umum, baik tasydid yang berada di tengah
kata, di akhir kata, ataupun yang terletak setelah kata sandang yang
diikuti oleh huruf-huruf syamsiyah, contoh: آ مى ا : âmannâ, ك ع : والز
wa ar-rukka'i, ال ذيه مهالس فهاءآ ,inna al-ladzîna : ان : âman as-sufahâ'.
3. Ta marbuthah ( apabila terletak diakhir kalimat ditulis dengan (ة
huruf "h", contoh: الص لاةباب : bab ash-shalâh. Sedangkan bila
terletak ditengah kalimat ditulis dengan huruf "t", contoh: جارةسكاةالت
: zakât at-tijârah.
D. Huruf Kapital
Sistem penulisan huruf Arab tidak mengenal huruf kapital, akan
tetapi apabila akan ditransliterasikan maka berlaku ketentuan ejaan yang
disempurnakan (EYD) bahasa Indonesia, seperti penulisan awal kalimat,
awal nama tempat, awal nama bulan, awal nama orang dan lain-lain.
ketentuan yang berlaku pada EYD, berlaku pula dalam transliterasi ini,
seperti cetak miring (italic) atau tebal (bold) dan ketentuan lainnya.
Adapun untuk nama orang yang diawali dengan kata sandang, maka
huruf yang ditulis dengan kapital adalah awal nama tersebut, bukan kata
sandangnya, contoh: Ali Hasan al-Aridh, al-'Asqalani, al-Farmawi dan
lainnya. Khusus untuk penulisan alquran dan nama-nama suratnya
menggunakan huruf kapital, contoh: Al-Qur'an, Al-Baqarah, Al-Fatihah
dan seterusnya.
E. Singkatan-singkatan
cet. : cetakan H : Hijriyyah
h. : halaman ra : radhiyallâhu 'anhu
M : Masehi / Milâdiyyah saw : shallallâhu 'alaihi wa
sallam
swt : subhânahu wa ta'âla t.p. : tanpa penerbit
t.th. : tanpa tahun t.tp. : tanpa tempat penerbit
terj. : terjemahan w. : wafat
vii
KATA PENGANTAR
Bismillãhirrahmãnirrahĩm
Alhamdulillah, segala puji dan syukur penulis persembahkan
kehadirat Allah swt yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya
serta kekuatan lahir dan batin sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis
ini. Tesis yang berjudul “PENCIPTAAN MANUSIA MENURUT
PENAFSIRAN AL-RAZI : Telaah Ayat-Ayat Kauniyah Surat Al-Hajj/22:
5, Al-Mu‟minûn/23: 12-14 Dan Al-Mu‟min/40: 67” telah selesai ditulis
sebagai mestinya. Shalawat dan salam semoga senantiasa dilimpahkan
kepada Nabi akhir zaman, Rasulullah Muhammad SAW yang telah
menunjukkan pada kita semua jalan terang menuju ridha Allah SWT,
begitu juga kepada keluarga dan sahabat-sahabatnya.
Selanjutnya, penulis menyadari bahwa dalam penyusunan tesis ini
tidak sedikit hambatan dan kesulitan yang dihadapi, namun berkat
bantuan dan motivasi serta bimbingan yang tidak ternilai dari berbagai
pihak, akhirnya penulis dapat menyelesaikan tesis ini.
Oleh karena itu, penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang
setinggi-tingginya kepada yang terhormat:
1. Rektor Institut Ilmu Al-Qur‟an (IIQ) Jakarta, Prof. Dr. Hj.
Huzaemah Tahido Yanggo, MA atas segala fasilitas dan ilmu
pengetahuan yang diberikan kepada kami.
2. Direktur Program Pascasarjana IIQ Jakarta, Dr. KH Ahmad
Munif Suratmaputra, MA atas kesempatan untuk mengikuti
pendidikan pada Program Pascasarjana (S2) IIQ Jakarta.
3. Dr. Hj. Faizah Ali Syibromalisi, MA selaku pembimbing I yang
telah meluangkan waktu dan menberikan ilmu serta arahan
yang sangat berharga dalam penulisan tesis ini.
4. Dr. H. M. Azizan Fitriana, MA selaku pembimbing II yang
juga telah sabar memberikan masukan dan arahan pada
penulisan tesis ini.
5. Seluruh dosen Institut Ilmu Al-Quran (IIQ) Jakarta, khususnya
para dosen pada konsentrasi ulum al-quran dan ulum al-hadits,
atas ilmu yang luar biasa yang telah disampaikan pada kami
sehingga memudahkan kami palam menulis tesis ini.
6. Seluruh civitas akademika dan perpustakaan Institut Ilmu Al-
Qur‟an Jakarta, khususnya Ibu Siti Shofiyah atas informasi-
informasinya yang sangat membantu kami.
7. Kedua orang tua tercinta, ibu Siti Maisaroh dan bapak
Sunariyan, S.Ag atas segalanya, yang tidak mungkin dapat
penulis sebutkan satu-persatu. Hanya Allah yang mampu
viii
membalas segalanya, dengan segala hormat dan cinta, penulis
berdo‟a semoga mereka berdua selalu dalam limpahan rahmat
Allah SWT dan diberikan kesehatan untuk selalu berusaha
menjadi hamba-hamba terbaik di hadapan tuhannya.
8. Sri Handayani, SS yang bersedia bersabar menerima segala
keluhan penulis dan memberikan motivasi untuk
menyelesaikan penulisan tesis ini. Semoga Allah SWT selalu
merahmati hidupnya.
9. Teman-teman IIQ kelas konsentrasi ulum al-Qur‟an dan ulum
al-Hadits atas kebersamaannya selama ini yang indah. Pada
sahabat-sahabat penulis, Syakur, Abduh, Fuadi dan Lutfi
“kelas ini akan hampa tanpa kalian”. Terkhusus kepada teman
baru penulis bapak Zaenal yang mau berbagi waktu berdiskusi
demi terselesaikannya tesis ini.
10. Semua teman-teman, kerabat penulis yang tidak mampu
penulis sebutkan satu-persatu yang telah berkontribusi,
Atas kebaikan yang telah mereka berikan kepada penulis, semoga
Allah SWT membalas mereka dengan balasan terbaik di dunia dan
akhirat.
Mengutip sebuah pepatah yang mengatakan tak ada gading yang
tak retak, begitu pula penulisan tesis ini tidak luput dari kekurangan oleh
karena itu penulis mohon kritik dan saran dari pembaca maupun peneliti
selanjutnya. Akhirnya penulis berharap agar tulisan kecil ini bisa
bermanfaat bagi pembacanya.
Jakarta, 15 syawwal 1437 H
20 july 2016 M
Penulis
Asrorul Fuad Almaulidi
viii
DAFTAR ISI
SAMPUL DALAM ................................................................................ i
PERSETUJUAN PEMBIMBING ........................................................ ii
SURAT PERNYATAAN ...................................................................... iii
LEMBAR PENGESAHAN ................................................................... iv
TRANSLITERASI ................................................................................ v
KATA PENGANTAR ........................................................................... vii
DAFTAR ISI .......................................................................................... viii
ABSTRAK .............................................................................................. x
BAB I: PENDAHULUAN ..................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ......................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ................................................................ 9
C. Pembatasan Masalah ............................................................... 9
D. Perumusan Masalah ................................................................ 10
E. Tujuan Penelitian .................................................................... 10
F. Kegunaan Penelitian ............................................................... 10
G. Kerangka Teoritis ................................................................... 11
H. Tinjauan Pustaka ..................................................................... 15
I. Metode Penelitian ................................................................... 18
J. Sistematika Penulisan ............................................................. 22
BAB II: FAKHR AD-DÎN AR-RÂZÎ DAN TAFSÎR MAFÂTIH
AL-GHAIB ............................................................................................. 24
A. BiografiFakhr ad-Dînar-Râzî .................................................. 24
B. Tafsîr Mafâtih al-Ghaib .......................................................... 32
1. Sejarah Penulisan Tafsîr Mafātih al-Ghayb ....................... 32
2. Sumber, Metode dan Corak Penulisan Tafsîr Mafâtih
al-Ghayb ............................................................................ 33
3. Karakteristik Penafsiran Tafsîr Mafâtih al-Ghayb ............. 42
BAB III: PENAFSIRAN AYAT-AYAT KAUNIYYAH TENTANG
PENCIPTAAN MANUSIA .................................................... 48
A. Ayat-ayat Kauniyyah .............................................................. 48
1. Pengertian Ayat-ayat Kauniyyah ....................................... 48
2. Penafsiran Corak 'Ilmiyah Ayat-ayat Kauniyyah .............. 53
3. Pro Kontra Tafsîr 'Ilmî di Kalangan Ulama ....................... 71
B. Gambaran Umum Penciptaan Manusia dalam Al-Qur'an ...... 86
BAB IV: PENAFSIRAN AYAT-AYAT PENCIPTAAN MANUSIA
DALAM TAFSIR MAFÂTIH AL-GHAIB ..................... …107
A. Penafsiran Fakhr ad-Dîn ar-Râzî Terhadap Ayat-ayat
Penciptaan Manusia .......................................................... .110
1. Surah Al-Hajj/22: 5 .......................................................... .110
ix
2. Surah Al-Mu'minûn/23: 12-14 ......................................... .116
3. Surah Al-Mu'min/40: 67 .................................................. .121
B. Proses ReproduksiManusiadalamPandangan
Sains Modern .................................................................... .123
C. Tinjauan Sains Modern Atas Penafsiran Fakhr ad-Dînar-Râzî
TerhadapAyat-ayat Penciptaan Manusia ........................... .143
BAB V: PENUTUP .............................................................................. .154
A. Kesimpulan ........................................................................... .154
B. Saran ..................................................................................... .155
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................... .156
CURRICULUM VITAE ..................................................................... .164
x
A B S T R A K
Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap secara mendalam
penafsiran Fakhr ad-Dîn ar-Râzî (w. 606 H) terhadap ayat-ayat
kauniyyah tentang penciptaan manusia dalam kitab tafsir Mafâtih al-
Ghaib serta nuansa keilmiahan penafsirannya dilihat dari sudut sains
modern saat ini. Fakhr ad-dîn ar-Râzî (w. 606 H) dengan kitabnya
Mafâtih al-Ghaib merupakan mufasir pertama yang dikatakan banyak
mengeksplorasi ayat-ayat kauniyyah. Kitab tafsir ini menawarkan
pendekatan yang unik terhadap penafsiran Al-Qur'ân. Kitab ini mencakup
ruang yang begitu luas dalam pembahasan setiap subjeknya, seperti
teologi, filsafat, logika, fiqh, astronomi dan sebagainya.
Ayat-ayat kauniyyah tentang proses penciptaan manusia secara
umum dalam Al-Qur’ân sangatlah banyak. Maka, untuk mengetahui
penafsiran Fakhr ad-Dîn ar-Râzî (w. 606 H) tentang proses penciptaan
manusia, penulis memfokuskan pada tiga surah, yakni: Al-Hajj/22: 5,
Al-Mu'minûn/23: 12-14 dan Al-Mu'min/40: 67. Ayat-ayat dalam ketiga
surah ini dipilih karena mencerminkan proses penciptaan manusia secara
utuh, disertai tahapan-tahapan yang jelas dan terstruktur. Pendekatan
yang penulis gunakan adalah pendekatan interpretatif-induktif.
Pendekatan interpretatif digunakan untuk mengetahui pemikiran ar-Râzî
dalam menafsirkan ayat-ayat kauniyyah tentang proses penciptaan
manusia secara umum (keturunan Adam). Pendekatan interpretatif ini
kemudian dipadukan dengan metode induksi, yaitu metode yang
berangkat dari sejumlah kenyataan yang bersifat khusus menuju
kesimpulan yang bersifat umum. Metode induksi ini penulis gunakan
untuk mengambil kesimpulan atas penggunaan sumber, metode dan
prinsip penafsiran ar-Râzî dengan sains modern.
Hasil penelitian ini memberikan fakta bahwa penafsiran Fakhr ad-
Dîn ar-Râzî atas ayat-ayat kauniyyah tentang penciptaan manusia banyak
memiliki kesesuaian dengan sains modern, disamping pula dijumpai pula
adanya kekurang-selarasan. Diantara yang selaras adalah bahwa sebagian
kecil sperma sajalah yang membuahi sel telur, sperma laki-laki lah yang
menentukan jenis kelamin bayi, terbentuknya tulang lebih dahulu
daripada daging (otot) pembungkus, nuthfah berkembang di tiga area
aman di dalam rahim, dan lainnya. Sementara yang kurang selaras adalah
terkait pemaknaan 'alaqah, penjelasan kurang mendetail terkait waktu
perkembangan tiap fasenya, dan pemahaman tentang khalqan âkhar (bayi
sempurna siap lahir). Namun hal ini bisa dipahami sebab penafsiran
maupun sains memiliki sifat berkembang menurut kemajuan ilmu
pengetahuan.
xi
A B S T R A C T
The purpose of this research is to reveal the in-depth tafsir of Fakhr
ad-Dîn ar-Râzî (w. 606 H) on kauniyyah verses about the creation of man
in Mafâtih al-Ghaib and its scientific interpretation from modern science
perspective. Fakhr ad-dîn ar-Râzî (w. 606 H) with his book Mafâtih al-
Ghaib is the first mufassir who explores kauniyyah verses. This tafsir
book proposes a unique approach to Al-Qu'ran tafsir. The book covers a
broad discussion in subjects such as theology, philosophy, logic, fiqh,
astronomy, and many more.
There are abundant verses in kauniyyah on the creation of man.
Therefore, to identify Fakhr ad-Dîn ar-Râzî (w. 606 H) interpretation on
the subject, the writer focuses on three verses which are Al-Hajj/22: 5,
Al-Mu'minûn/23: 12-14 and Al-Mu'min/40: 67. The verses of these
surahs are chosen because they reflect the process of the creation of man
in details that include the descriptive and structured stages. The writer
uses interpretative-inductive approach to analyze ar-Râzî's ideas to
interpret kauniyyah verses on the creation of man in general (Descendants
of Adam). The interpretative approach is aimed at the method, source,
and its principles used to interpret the verses. This approach then
combined with inductive approach that comes from particular facts to
general conclusion. This inductive approach is used by the writer to draw
a conclusion to the usage of source, method, and principals of ar-Râzî
interpretation of kauniyyah verses viewed from the interpretation's
relevance to modern science.
The result of this research gives facts that Fakhr ad-Dîn ar-Râzî
interpretation of kauniyyah verses on the creation of man is in congruence
with modern science, although there are some incongruities can be found.
Some that are congruous are: only half of sperm fertilize the egg, sperm
determines the sex of the fetus, bone formation comes first and followed
by flesh (muscle), nuthfah grows in three safe areas around the womb,
and more. On the other hand, the incongruities are shown in the
interpretation of alaqah, lack of details on the fetus development phase
and the perception of khalqan âkhar (full-term baby). However, this
inconsistency is understandable considering tafsir and science keep
growing over time.
1
BAB I
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
Al-Qur‟ân yang dalam memori kaum muslimin sepanjang abad
merupakan firman Allah menegaskan bahwa dirinya adalah petunjuk
bagi manusia,1 yang memberikan penjelasan atas segala sesuatu
2
sedemikian rupa, sehingga tidak ada sesuatupun yang ada dalam realitas
luput dari penjelasannya.3 Tujuan utama setiap usaha penafsiran Al-
Qur‟ân, sejak dahulu hingga kini, adalah menjelaskan kehendak Allah
Swt dan operasionalisasi kehendak itu, di bidang akidah dan hukum-
hukum syar‟i, serta nilai-nilai etis dan keadaban yang dibawa oleh Al-
Qur‟ân untuk perbaikan dan pembersihan jiwa manusia.
Secara global, Al-Qur‟ân mengandung tiga aspek pokok yaitu
akidah, syari‟ah dan akhlak. Pencapaian terhadap tiga tujuan pokok ini,
menurut M. Quraish Shihab, diusahakan oleh Al-Qur‟ân melalui empat
cara, yaitu pertama perintah untuk memperhatikan alam raya, kedua
perintah untuk mengamati pertumbuhan dan perkembangan manusia,
ketiga kisah-kisah dan keempat janji serta ancaman duniawi dan
ukhrawi.4
Perintah untuk memperhatikan alam raya, ternyata menempati
posisi yang cukup penting dalam Al-Qur‟ân. Hal ini dapat dilihat dari
kuantitas ayat-ayat Al-Qur‟ân yang membicarakan tentang fenomena
alam. Di dalam Al-Qur‟ân terdapat lebih dari 750 ayat yang menunjuk
pada fenomena alam, dan manusia diminta untuk memikirkannya, agar
dapat mengenal Allah lewat tanda-tanda-Nya.5 Ayat-ayat tersebut
kemudian sering disebut dengan ayat-ayat kauniyyah. Jika dibandingkan
dengan ayat-ayat yang berkaitan dengan hukum, maka ayat-ayat
kauniyyah ini jauh lebih besar jumlahnya. Hal ini sesungguhnya
menunjukkan betapa urgennya proses pemahaman terhadap alam raya
1 Surah Al-Baqarah/2:185.
2 Surah Al-Nahl/16: 89.
3 Surah Al-An„âm/6: 38.
4 M. Quraish Shihab, Tafsir al-Mishbah: Pesan, Kesan dan Keserasian Al-
Qur‟ân, Vol. 1 (Jakarta: Lentera Hati, 2006), h. viii. 5 Menurut Thanthâwî Jauharî, di dalam Al-Qur‟ân terdapat lebih dari 750 ayat-
ayat kauniyyah. Thanthâwî Jauharî menyebutnya dengan istilah âyât al-„ulûm.
Sedangkan menurut Agus Purwanto, jumlah keseluruhan ayat-ayat kauniyyah adalah
sebanyak 1.108 ayat. Lihat: Thanthâwî Jauharî, al-Jawâhir fî Tafsîr Al-Qur‟ân al-Karîm,
(Mesir: Musthafa al-Bâb al-Halabî,1421), h. 2; Lihat juga: Agus Purwanto, Ayat-Ayat
Semesta: Sisi Al-Qur‟ân yang Terlupakan, (Bandung: Mizan, 2008), h. 29.
2
dan segenap isinya.6
Al-Qur‟ân memang bukan buku pelajaran tentang astronomi,
biologi, kimia, fisika atau ilmu pengetahuan lainnya. Namun ternyata
Al-Qur‟ân memuat ayat-ayat yang menyinggung dan menjelaskan
tentang kejadian alam semesta, tentang penciptaan makhluk hidup
terutama manusia, tentang sejarah dan berbagai proses alamiah lainnya.
Adanya kenyataan bahwa di dalam Al-Qur‟ân terdapat begitu banyak
ayat yang berbicara tentang alam raya ini, kemudian menimbulkan
perbedaan pandangan di kalangan ilmuwan muslim tentang maksud
keberadaannya, serta upaya penafsiran terhadapnya. Secara umum
perbedaan pandangan tersebut dapat dibagi menjadi dua pola
pemikiran.7
Pendapat pertama menyatakan bahwa adanya ayat-ayat kauniyyah
tersebut merupakan isyarat tentang ilmu pengetahuan yang dicakup oleh
Al-Qur‟ân. Pandangan ini berlandaskan pada keyakinan bahwa Al-Qur‟ân
mencakup seluruh bentuk pengetahuan. Dengan demikian, adanya ayat-
ayat kauniyyah di dalam Al-Qur‟ân, menunjukkan bahwa Al-Qur‟ân juga
mencakup unsur-unsur dasar dari ilmu-ilmu alam.
Pandangan yang menyatakan bahwa adanya ayat-ayat kauniyyah
tersebut merupakan isyarat tentang ilmu pengetahuan bersumber pada
keyakinan bahwa Al-Qur‟ân adalah sumber seluruh pengetahuan.
Pendapat ini, antara lain dipelopori oleh Abû Hâmid al-Ghazâlî (w. 505
H). Dalam kitabnya, Ihyâ‟ „Ulûm ad-Dîn dan Jawâhir al-Qur'ân, al-
Ghazâlî secara panjang lebar mengemukakan alasan-alasan untuk
membuktikan pendapatnya itu. Al-Ghazâlî mengatakan bahwa: "Segala
macam ilmu pengetahuan, baik yang terdahulu (masih ada atau telah
punah), maupun yang kemudian, baik yang telah diketahui maupun
belum, semua bersumber dari Al-Qur‟ân."8
Pendapat pertama ini, pada gilirannya memunculkan satu corak baru
dalam penafsiran ayat-ayat kauniyyah, yang kemudian dikenal dengan
sebutan tafsîr „ilmî yaitu corak penafsiran yang mencoba untuk
mendialogkan antara ayat-ayat kauniyyah dengan ilmu pengetahuan
yang berkaitan dengannya. Bagi golongan pertama, tentu saja
perkembangan ilmu pengetahuan merupakan salah satu sumber yang
tidak bisa dihindari dalam upaya penafsiran ayat-ayat kauniyyah. Tesis
6 Dariusch Atightechi, Islamic Bioethics: Problems and Perspectives (Nederland:
Springer, 2007), h. 327. 7 Mahdi Ghulsyanî, Filsafat Sains Menurut Al-Qur‟ân, Terj. Agus Efendi
(Bandung: Mizan, 1998), h. 137. 8 Abû Hâmid al-Ghazâlî, Ihyâ' 'Ulûm ad-Dîn, Jilid I (Kairo: al-Tsaqāfah al-
Islāmiyyah, 1356 H), h. 301.
3
penafsiran ilmiah juga diperkuat dalam literatur „Ulûm Al-Qur‟ân,
terutama dua karya Ulûm Al-Qur‟ân yang fenomenal yaitu al-Burhân fî
„Ulûm Al-Qur‟ân yang disusun oleh Badr ad-Dîn az-Zarkasyî (w. 794
H) dan al-Itqân fî „Ulûm Al-Qur‟ân yang ditulis oleh Jalâl ad-dîn as-
Suyûthî (w. 911 H).
Sementara, pendapat kedua menyatakan bahwa adanya ayat-ayat
kauniyyah di dalam Al-Qur‟ân, tidaklah dimaksudkan untuk
menunjukkan adanya berbagai ilmu yang dikandung oleh Al-Qur‟ân,
akan tetapi lebih ditujukan untuk menunjukkan ke-Maha Kuasa-an Allah
swt Hal ini berdasarkan pada keyakinan bahwa Al-Qur‟ân itu semata-
mata kitab petunjuk dan bukan kitab ensiklopedi ilmu pengetahuan,
sehingga di dalamnya tidak ada tempat bagi ilmu kealaman. Bagi
golongan kedua, penyebutan ayat-ayat kauniyyah di dalam Al-Qur‟ân,
hanyalah dimaksudkan agar menjadi bahan pelajaran bagi ummat
manusia akan kebesaran dan keagungan Allah swt, dan tidak untuk
selainnya. Oleh karenanya, perkembangan ilmu pengetahuan, dalam
pandangan kelompok ini, bukanlah sumber penting dalam penafsiran
ayat-ayat kauniyyah.9
Pendapat kedua ini antara lain dimotori oleh Abû Ishâq Asy-
Syathibî (w. 790 H). Asy-Syathibî menyatakan bahwa Al-Qur‟ân
memang mengandung fakta ilmiah, akan tetapi jenis fakta ilmiah yang
berkembang sesuai dengan pemikiran bangsa Arab.10
Ia berpendapat
bahwa salaf ash-shâlih11
pendahulu kita terutama dari kalangan sahabat
dan tabi‟in adalah orang yang paling memahami Al-Qur‟ân, akan tetapi
tidak ditemukan riwayat-riwayat yang menunjukkan bahwa mereka
menghubungkan Al-Qur‟ân dengan ilmu pengetahuan. Hal ini, menurut
asy- Syatibî, menunjukkan bahwa Al-Qur‟ân tidak perlu untuk dikaitkan
dengan ilmu pengetahuan yang sedang berkembang, apalagi kemudian
dipaksakan untuk menjadi sumber berbagai pengetahuan yang mungkin
akan berkembang lagi.12
9 Mahdi Ghulsyanî, Filsafat Sains Menurut Al-Qur‟ân, h. 137.
10 Abû Ishâq Ibrâhîm bin Mûsa asy-Syatibî al-Andalûsî, al-Muwâfaqât fi Ushûl
asy-Syarî‟ah, Vol. 2, (Jeddah: Dâr Ibn „Affân, 1997), h. 128; Lihat juga: „Abd al-Majîd
„Abd as-Salâm al-Muhtasib, Visi dan Paradigma Tafsir Kontemporer, Terj. Moh.
Maghfur Wahid dari kitab Ittijâhât at-Tafsîr fî „Ashr ar-Rahin, (Bangil: al-Izzah, 1997),
h. 297 - 302. 11
Salaf ash-shâlih adalah para sahabat, tabi„in dan tabi‟it tabi„in yang dikenal
dengan keutamaan mereka dalam masalah agama. Lihat: „Abd al-Humaid al-Atsarî, al-
Wajîz fî „Aqîdah as-Salaf ash-Shâlih, (Riyad: Wizârat al-Shu‟ûn al-Islâmiyyah, 1422 H),
h. 15. 12
Abû Ishâq Ibrâhîm bin Mûsa asy-Syatibî al-Andalûsî, al-Muwâfaqât fi Ushûl
asy-Syarî‟ah, Vol. 2, h. 127.
4
Kontroversi tentang penafsiran ilmiah terhadap ayat-ayat kauniyyah
ini, sebetulnya berasal dari relasi antara makna doktriner Al-Qur‟ân
yang diyakini bersifat mutlak dan universal, dengan fakta temuan ilmu
pengetahuan yang dianggap relatif dan partikular. Para penentang tafsir
ilmi menganggap bahwa upaya-upaya penafsiran ayat-ayat Al-Qur‟ân
dengan pendekatan ilmiah merupakan hal yang bisa menyeret ayat-ayat
Al-Qur‟ân ke dalam satu persoalan kekinian yang selalu berubah-ubah
dari waktu ke waktu. Hal ini dikhawatirkan akan menodai kesucian Al-
Qur‟ân yang seharusnya bersifat sakral dan final, dan menjadi
perdebatan ilmiah yang tidak jelas kapan akan berakhir.
Sementara para pendukung tafsîr 'ilmî beranggapan bahwa
bagaimanapun juga penemuan-penemuan ilmiah, merupakan satu
kontribusi yang sangat penting, dalam upaya menyingkap makna-makna
yang ada di dalam ayat-ayat Al-Qur‟ân, khususnya yang berkaitan
dengan segi í„jâz „ilmî, yang merupakan salah satu bagian dari
kemukjizatan Al-Qur‟ân. Mengabaikan penemuan ilmiah, dalam
pandangan mereka, merupakan satu hal yang tidak semestinya
dilakukan, sebab bagaimanapun juga penafsiran ayat-ayat Al-Qur‟ân,
harus tetap diperbaharui dalam upaya mendekati kebenaran,
sebagaimana yang diinginkan oleh Allah dan Rasul-Nya. Kontroversi ini
menuntut penjelasan epistemologis untuk menemukan format hubungan
logis dan bermakna antara Al-Qur‟ân dan teori ilmu pengetahuan.
Format tersebut bermuara pada pertanyaan dasar tentang bagaimana ayat
Al-Qur‟ân ditempatkan dalam hubungan Al-Qur‟ân dan ilmu
pengetahuan dan bagaimana menfungsikan Al-Qur‟ân, sebagai inspirasi
dalam konteks perkembangan ilmu pengetahuan.13
Bila diasumsikan bahwa kandungan Al-Qur‟ân bersifat universal,
berarti aktualitas makna tersebut pada tataran kesejarahan meniscayakan
dialog dengan pengalaman manusia dalam konteks waktu.14
Sejauh ilmu
pengetahuan dipandang sebagai modus ungkapan pengalaman manusia,
sebagaimana ungkapan Cassirer,15
maka persinggungan ilmu
pengetahuan dengan penafsiran Al-Qur‟ân, menjadi keniscayaan sejarah
yang tak terhindarkan. Namun sepanjang sejarah pemikiran tafsir, upaya
13
Hamzah F. Harmi, Kedudukan Sains dalam Metode Pemahamam Al-Qur‟ân,
dalam Reflektika, Edisi Vol 1, September 2002, h. 38. 14
Cf. Kenneth Cragg menegaskan -seperti yang dikutip Essack- bahwa “The
eternal cannot enter time without a time when it enters”. Lihat: Farid Essack, Qur‟anic
Hermeneutics, Problems and Prospect The Muslim Word, LXXXIII (t.tp., tp., 1993), h.
118. 15
Ernst Cassirer, An Essay on Man: An Introduction to a Philosophy of Human
Culture (New York: Doubleday Anchor Books, t.th.), h. 261.
5
para sarjana untuk mendialogkan Al-Qur‟ân dengan fakta-fakta ilmiah
menjadi kontroversi. Di satu sisi upaya ini banyak ditentang oleh
sejumlah ahli. Asy-Syathibî (w. 790 H), Rasyîd Ridhâ (w. 1354 H), dan
Syaltût (w. 1964 M) adalah beberapa orang di antara mereka yang
menentang penafsiran ilmiah terhadap Al-Qur‟ân.16
Sementara di sisi
lain, produk tafsir yang bercorak ilmiah tidak pernah surut, kalaulah
tidak bisa dikatakan semakin berkembang. Studi Jansen atas
perkembangan tafsir dengan pendekatan ilmiah -Jansen menyebutnya
sebagai tafsir dengan pendekatan sejarah alam-, sampai kepada tesis
bahwa model penafsiran ilmiah akan tetap memiliki masa depan.17
Fakhr ad-Dîn ar-Râzî (w. 606 H) dengan kitabnya Mafâtih al-
Ghaib merupakan mufasir pertama yang dikatakan banyak
mengeksplorasi ayat-ayat kauniyyah.18
Pemikirannya memiliki arti
penting dalam konteks perkembangan tafsir, utamanya yang berkaitan
dengan penafsiran ayat-ayat kauniyyah. Karyanya Mafâtih al-Ghaib
menampilkan model yang signifikan, tentang bagaimana Al-Qur‟ân
berdialog dengan pengalaman eksistensial kaum muslimin sepanjang
arus perkembangan peradaban mereka, dimana ilmu pengetahuan
menjadi salah satu muatan metodologis dalam kerangka dialog
tersebut.19
Mafâtih al-Ghaib sebagai magnum opus ar-Râzî, muncul pada
puncak perkembangan peradaban Islam ketika proses islamisasi ilmu
pengetahuan Yunani mencapai kematangannya.20
Mengenai
pandangannya tentang hubungan Al-Qur‟ân dan ilmu, ketika
menjelaskan bukti-bukti kemukjizatan Al-Qur‟ân, ar-Râzî menyatakan
bahwa Al-Qur‟ân adalah asal semua ilmu.
16
„Abd al-Majîd „Abd as-Salâm al-Muhtasib, Visi dan Paradigma Tafsir
Kontemporer, h. 297- 313. 17
J.J.G. Jansen, Diskursus Tafsir Al-Qur‟ân Modern, Terj. Hairussalim dan
Syarif Hidayatullah, (Yogyakarta: Tiara Wacana, 1994), h. 87. Lihat juga: Hamzah F.
Harmi, Kedudukan Sains dalam Metode Pemahamam Al-Qur‟ân, h. 40. 18
Shubhî ash-Shâlih, Mabâhits fî „Ulûm Al-Qur‟ân, (Beirut: Dâr al-„Ilm li al-
Malâyîn, 1988), h. 293. 19
Hamzah F. Harmi, Kedudukan Sains dalam Metode Pemahamam Al-Qur‟ân, h.
40. 20
Dalam pandangan Nashr, pencapaian studi muslim klasik di bidang sains
kealaman mencapai puncaknya pada kepakaran Ibn Sina yang hidup beberapa dekade
sebelum ar-Razi. Lihat: Sayyed Hossein Nashr, An Introduction to Islamic Cosmological
Doctrines, (London: Thames and Hudson, 1978) h. 23.
6
12
“Al-Qur‟ân adalah asal semua ilmu, ilmu kalam semua ada di
dalam Al-Qur‟ân, ilmu fiqh diambil dari Al-Qur‟ân, demikian juga
ilmu ushul Fiqh, ilmu nahwu dan bahasa, ilmu zuhud di dunia dan
kabar tentang akhirat, dan aplikasi akhlak yang mulia. Siapa yang
menelaah buku kami Dalâil al-I„jâz, akan mengetahui bahwa Al-
Qur‟ân mencapai semua jenis fashahah pada tingkatan yang paling
tinggi.
Ketika menafsirkan surah Al-Fâtihah, ar-Râzî menyatakan bahwa
surah ini mengandung faedah dan rahasia yang darinya memungkinkan
untuk disimpulkan sepuluh ribu masalah.21
Karena itulah Mafâtih al-
Ghaib dapat dianggap sebagai karya perintis dalam penafsiran ayat-ayat
Al-Qur‟ân dengan pendekatan ilmiah, pada masa klasik.22
Dalam mendekati konteks makna ayat, ar-Râzî berpijak pada
asumsi-asumsi filosofis bahwa setiap ayat memiliki makna eksoteris dan
makna esoteris. Berpijak pada asumsi tersebut, dia selanjutnya
memasukkan banyak disiplin ilmu yang dikuasainya dalam upaya
menafsirkan ayat-ayat Al-Qur‟ân.23
Dalam penafsiran surah At-Tîn/95: 1
misalnya, ar-Râzî berusaha menyingkap rahasia sumpah Allah di awal
surat dengan menerangkan makna ungkapan At-Tîn, baik yang bersifat
faktual biologis, maupun faktual simbolis. Ungkapan at-Tîn menurut ar-
21
Fakhr ad-Dîn Muhammad ibn 'Umar ibn Husain ibn Hasan ibn 'Ali ar-Râzî,
Tafsîr al-Kabîr au Mafâtih al-Ghaib, (Beirut: Dâr al-Kutub al-'Ilmiah, 2000), Juz 1, h.
11. 22
Banyak ahli mengidentifikasikan Abû Hâmid al-Ghazâlî sebagai peletak dasar
penafsiran ilmiah dengan merujuk pada komentarnya bahwa: “Orang tidak akan bisa
memahami Al-Qur‟ân tanpa pengetahuan tata bahasa dan orang tidak bisa memahami
apa yang dimaksud oleh ayat seperti “dan apabila aku sakit, dialah yang menyembuhkan
aku”, jika ia tidak mengerti kedokteran. Namun kitab Mafātih al-Ghaib dapat dianggap
sebagai karya tafsir pertama yang secara lengkap memasukkan muatan ilmu
pengetahuan. Lihat: „Abd al-Majîd „Abd as-Salâm al-Muhtasib, Visi dan Paradigma
Tafsir Kontemporer, h. 251; juga: Hamzah F. Harmi, Kedudukan Sains dalam Metode
Pemahamam Al-Qur‟ân, h. 49. 23
Hamzah F. Harmi, Kedudukan Sains dalam Metode Pemahamam Al-Qur‟ân, h.
40.
7
Râzî dapat dikonotasikan kepada buah dari pohon tîn yang biasa
dimakan ataupun simbol dari nama tempat. Berkenaan dengan yang
pertama, ar-Râzî memaparkan data-data empiris tentang At-Tîn seperti
ciri-ciri buah, khasiat dan kegunaan, jenis dan struktur pohonnya
menurut klasifikasi biologis yang diketahuinya, maupun sejumlah
pendapat, cerita dan mitos yang berkembang tentang pohon tīn. Secara
biologis, dikatakan bahwa pohon tīn dapat menyembuhkan ambeien dan
rematik. Buah tîn juga dapat menghilangkan bau mulut, menyuburkan
rambut dan memperlancar pencernaan.24
Sedangkan berkenaan dengan
yang kedua, ia memaparkan sejumlah otoritas, di antaranya adalah Ibn
„Abbâs (w. 68 H), untuk mengungkapkan variasi hubungan simbolis
antara ungkapan at-Tîn dengan nama-nama di wilayah timur tengah.25
Secara runtut ia mengemukakan berbagai pendapat, dari yang sangat
rasional dan dengan otoritas yang cukup populer dalam tradisi muslim,
sampai kepada yang bercorak mistis dan sektarian.26
Secara khusus, salah satu hal yang patut diapresiasi dari penafsiran
ar-Râzî terhadap ayat-ayat penciptaan manusia adalah upayanya untuk
menyibak keagungan Al-Qur‟ân dari sisi ilmiah. Meskipun dikatakan
bahwa tujuan utama diturunkannya Al-Qur‟ân bukanlah sebagai kitab
ilmu pengetahuan, namun dengan disinggungnya ilmu pengetahuan itu di
dalam Al-Qur‟ân, secara tersirat mengajak umat Islam agar melakukan
pengkajian dan penelitian dalam rangka membuktikan sisi i'jâz Al-
Qur‟ân. Bahwa setiap aspek –terutama terkait ilmu pengetahuan- yang
dibicarakan Al-Qur‟ân diyakini mengandung kebenaran, harus dibuktikan
secara ilmiah. Karenanya, apa yang dilakukan ar-Râzî dipandang sebagai
upaya untuk membuktikan kebenaran Al-Qur‟ân itu sendiri.
Dalam menafsirkan ayat –dalam hal ini ayat-ayat kauniyyah
24
Fakhr ad-Dîn Muhammad ibn 'Umar ibn Husain ibn Hasan ibn Ali ar-Râzî,
Tafsîr al-Kabîr au Mafâtih al-Ghaib, Juz 32, h. 9-10. 25
Ar-Râzî memaparkan tiga bentuk relasi antara ungkapan at-tîn dan nama-nama
tempat.
Ungkapan tersebut dapat berarti nama gunung yang mengimplikasikan makna
historis, nama mesjid dengan makna teologis, dan nama negeri dengan makna sosiologis.
Lihat: Fakhr ad-Dîn Muhammad ibn 'Umar ibn Husain ibn Hasan ibn Ali ar-Râzî, Tafsîr
al-Kabîr au Mafâtih al-Ghaib, Juz 32, h. 10. Lihat juga: Hamzah F. Harmi, Kedudukan
Sains dalam Metode Pemahamam Al-Qur‟ân, h. 40-41. 26
Otoritas yang ditampilkan oleh ar-Râzî, misalnya riwayat Ibn „Abbâs bahwa
ungkapan at-tîn adalah nama gunung suci di Syiria tempat „Isa dilahirkan, serta riwayat
Syahr Haushab yang mengkonotasikan ungkapan tersebut dengan Kufah. Lihat: Fakhr
ad-Dîn Muhammad ibn 'Umar ibn Husain ibn Hasan ibn Ali ar-Râzî, Tafsîr al-Kabîr au
Mafâtih al-Ghaib, Juz 32, h. 10. Lihat juga: Hamzah F. Harmi, Kedudukan Sains dalam
Metode Pemahamam Al-Qur‟ân, h. 40-41.
8
penciptaan manusia-, ar-Râzî banyak berpijak pada teori-teori ilmiah
tentang reproduksi manusia. Hal ini menjadikan penafsirannya tetap
relevan hingga masa ini, bahkan di sudut lain menjadi bukti kemajuan
ilmu dan pengetahuan di masanya. Salah satu contohnya ketika ar-Râzî
menafsirkan surah Al-Mu'minûn/23: 12 berikut:
“Dan sungguh Kami telah menciptakan manusia dari saripati
(berasal) dari tanah”. (Q.S. Al-Mu'minûn/23: 12)
Dalam hal ini ar-Râzî memaparkan adanya dua pendapat mufasir
tentang makna al-insân. Pertama, pendapat Ibn 'Abbâs, 'Ikrimah, Qatadah
dan Muqâtil bahwa yang dimaksud al-insân pada ayat di atas adalah
Adam. Karenanya kata sulâlah (saripati tanah) merujuk pada "bahan"
terciptanya Adam, karena Adam berasal dari tanah. Kemudian
keturunannya berasal dari “air yang hina”. Pendapat yang kedua
mengutarakan bahwa lafadz al-insân mengandung arti anak cucu Adam,
dan lafadz at-tîn merupakan nama Adam. Lafadz sulâlah sendiri berarti
unsur-unsur dari tanah yang terakumulasi dalam diri Adam lalu berproses
menjadi air mani. Menurut ar-Râzî pendapat kedua inilah yang tepat,
berdasarkan firman Allah Ta'ala dalam surah as-Sajadah/32: 8 yang
berbunyi:
“Kemudian Dia menjadikan keturunannya dari saripati air yang
hina (air mani).” (Q.S. as-Sajadah/32:8)
Begitu pula ketika menafsirkan surah Al- Mu'minûn/23: 13 berikut:
“Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan)
dalam tempat yang kokoh (rahim).” (Q.S. Al- Mu'minûn/23: 13)
Menurut ar-Râzî, nuthfah merupakan nama untuk air yang sedikit
(setetes). Manusia dijadikan dari nuthfah yaitu sesuatu yang diproduksi
oleh alat pencernaan dari bahan makanan. Bahan makanan itu sendiri bisa
berupa hewani dan nabati. Sementara tumbuhan berasal dari sari tanah
dan air. Maka dengan demikian, manusia pada hakikatnya berasal dari
saripati tanah. Kemudian saripati itu setelah melalui tahapan dan proses
menjadi mani. Dengan merujuk pada pengertian air yang sedikit diketahui
bahwa hanya dibutuhkan setetes saja air mani untuk dapat melakukan
pembuahan pada sel telur. Padahal ketika seorang laki-laki melakukan
9
hubungan biologis dengan perempuan, ia memancarkan sperma yang
jumlahnya jutaan sel. Namun hanya satu sel saja dari jutaan itu yang akan
membuahi sel telur perempuan. Hal ini berkesesuaian dengan pendapat
para embriolog dewasa ini. 27
Namun demikian, tetap harus diakui bahwa suatu penafsiran tidaklah
mengandung kebenaran mutlak, sebab ia bersifat zhanni. Suatu penafsiran
–termasuk penafsiran ar-Râzî - tetap mesti dikritisi guna mendapatkan hal
yang lebih mendekati kebenaran. Dalam suatu waktu akan dijumpai
penafsiran ar-Râzî yang perlu penyelarasan dengan penemuan ilmiah
para embriolog.
Maka dalam kerangka inilah yang membuat penulis menjatuhkan
pilihan kepada ar-Râzî sebagai rujukan untuk berbicara banyak mengenai
permasalahan tentang ayat-ayat kauniyyah khususnya penciptaan manusia
secara umum. Sehingga dengan demikian dialog ilmu pengetahuan
dengan Al-Qur‟ân akan semakin menemukan kebenarannya, bukan
pertentangannya.
B. Identifikasi Masalah
Judul penelitian ini adalah proses penciptaan manusia menurut
penafsiran al-razi : kajian analitis ayat-ayat kauniyah surat Al-Hajj/22: 5,
Al-Mu‟minûn/23: 12-14 Dan Al-Mu‟min/40: 67 dalam tafsir Mafâtih Al-
Ghayb, penciptaan manusia sudah menjadi suatu kajian khusus dan ilmu
pengetahuan tersendiri yang kita sebut dengan Embriologi, hal inilah
yang akan diteliti secara mendalam dari sudut pandang Ar-Râzi melalui
ayat-ayat kauniyah tentang proses penciptaan manusia yang ditafsirkan
dalam karyanya Mafâtih Al-Ghayb.
C. Pembatasan Masalah
Ayat-ayat kauniyyah jumlahnya sangat banyak, mencakup
berbagai fenomena yang ada di alam ini seperti langit, bumi, gunung,
binatang, tumbuh-tumbuhan, manusia dan berbagai fenomena lainnya
termasuk fenomena sosial yang terjadi di dalamnya. Dalam melakukan
penetapan ayat-ayat kauniyyah, penulis tidak berangkat dari awal lagi,
akan tetapi berpijak atas pemilahan yang telah dilakukan oleh Agus
Purwanto dalam bukunya Ayat-ayat Semesta. Dalam bukunya ini, Agus
Purwanto mencatat ayat-ayat kauniyyah sebanyak 1.108 ayat.28
Ada 12 istilah yang digunakan al-Quran untuk menggambarkan
penciptaan manusia yakni: a. Al-Mâ' (air/ water), terdapat dalam surah Al-Anbiyâ'/21: 30.
27
Fakhr ad-Dîn Muhammad ibn 'Umar ibn Husain ibn Hasan ibn Ali ar-Râzî,
Tafsîr al-Kabîr au Mafâtih al-Ghaib, Juz 23, h. 6. 28
Agus Purwanto, Ayat-Ayat Semesta: Sisi Al-Qur‟ân yang Terlupakan, h. 29.
10
b. Al-Ardh (tanah, bumi / earth), terdapat dalam surah Nûh/71: 17-18.
c. At-Turâb (tanah gemuk / soil), terdapat dalam surah Al-Hajj/22: 5.
d. At-Tîn (Tanah Lempung / Clay), terdapat dalam surah Al-An'âm/6: 2.
e. Tîn lâzib (Tanah lempung yang pekat / Stick Clay), terdapat dalam surah
Ash-Shâffât/37: 11.
f. Shalshâlin kalfakhkhar (tanah lempung seperti tembikar / sounding clay
like unto pottery), terdapat dalam surah Ar-Rahmân/55: 14.
g. Shalshâlin min hamain masnûn (tanah lempung dari lumpur yang dicetak
/ sounding clay from mud moulded into shape), terdapat dalam surah Al-
Hijr/15: 26.
h. Nafsin wâhidah / single person, dalam surah An-Nisâ/4: 1.
i. Sulâlatin min tîn (saripati lempung / Quentessence of clay), dalam surah
Al-Mukminûn/23: 12.
j. Min maniyyi yumnâ (mani yang ditumpahkan / Sprem emitted) seperti
dalam surah Al-Qiyâmah/75: 37.
k. Nutfah am-Syâjin (cairan mani yang bercampur / a drop of mingled
sperm), terdapat dalam surah Al-Insân/76: 2.
l. Mâin mahîn (cairan yang hina / despised fluid), terdapat dalam surah As-
Sajdah/32: 8.29
Sedangkan ayat-ayat yang menjelaskan proses dan tahapan
penciptaan manusia hanya 3 ayat inilah yakni Al-Hajj/22: 5, Al-
Mu'minûn/23: 12-14, dan Al-Mu'min/40: 67, yang menurut penulis dapat
menjelaskan secara urut tahapan-tahapan penciptaan manusia secara
umum sehingga layak menjadi pokok utama pembahasan pada tulisan
ini.
D. perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka penelitian ini mencoba
mengkaji tentang penafsiran ayat-ayat kauniyyah tentang proses dan
tahapan-tahapan penciptaan manusia. Adapun rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana penafsiran Fakhr ad-Dîn ar-Râzî terhadap ayat-ayat
penciptaan manusia pada surah surat Al-Hajj/22: 5, Al-
Mu‟minûn/23: 12-14 Dan Al-Mu‟min/40: 67 ?
2. Bagaimana proses reproduksi manusia dalam pandangan sains
modern?
3. Bagaimana tinjauan sains modern atas penafsiran Fakhr ad-Dîn ar-
Râzî terhadap ayat-ayat penciptaan manusia?
E. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan perumusan masalah yang telah dibuat di atas, maka
penelitian ini dilakukan dengan tujuan sebagai berikut:
29 Nasarudin Umar, Argumen Kesetaran Gender perspektif Al-Qur'ân, (Jakarta:
Paramadina, 2001), h. 218
11
1. Untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar magister dalam
bidang ilmu Al-Qur'an dan Tafsir.
2. Mengetahui secara mendalam penafsiran Fakhr ad-Dîn ar-Râzî
terhadap ayat-ayat tentang penciptaan manusia dalam kitab tafsir
Mafâtih al-Ghaib.
3. Mengetahui proses reproduksi manusia dari sudut pandang sains
modern.
4. Mengetahui tingkat kemajuan dan nuansa keilmiahan penafsiran
Al-Qur‟ân pada masa Fakhr ad-Dîn ar-Râzî dilihat dari sudut sains
modern saat ini.
F. Kegunaan Penelitian
Secara teoritis penelitian ini diharapkan bisa menjadi satu
sumbangan pemikiran terhadap ilmu-ilmu tafsir, utamanya dalam hal
yang berkaitan metodologi penafsiran ayat-ayat kauniyyah tentang
penciptaan manusia sebagai upaya untuk mendialogkan antara ilmu
pengetahuan dengan agama dalam konteks umum dan upaya untuk
mendialogkan antara Al-Qur‟ân dengan perkembangan ilmu
pengetahuan yang ada di tengah-tengah masyarakat secara khusus.
Secara praktis, penelitian ini diharapkan menjadi salah satu bahan
rujukan para akademisi guna mengetahui secara mendalam pemikiran-
pemikiran Fakhr ad-Dîn ar-Râzî tentang penciptaan manusia yang
tertuang dalam kitab Mafâtih al-Ghaib.
G. Kerangka Teoritis
Di dalam Al-Qur‟ân terdapat lebih dari 750 ayat, atau sekitar
sepuluh persen dari jumlah ayat-ayat yang ada dalam Al-Qur‟ân, yang
menunjuk pada fenomena alam, dan manusia diminta untuk
memikirkannya, agar dapat mengenal Allah lewat tanda-tanda-Nya.
Ayat-ayat tersebut kemudian sering disebut dengan ayat-ayat kauniyyah.
Jika dibandingkan dengan ayat-ayat yang berkaitan dengan hukum,
maka ayat-ayat kauniyyah ini jauh lebih besar jumlahnya, dan ini
menunjukkan betapa urgennya proses pemahaman terhadap alam raya
dan segenap isinya.
Adanya kenyataan bahwa di dalam Al-Qur‟ân terdapat begitu
banyak ayat yang berbicara tentang alam raya ini, menimbulkan
perbedaan pandangan di kalangan ilmuwan muslim tentang maksud
keberadaannya serta upaya penafsiran terhadapnya. Secara umum
perbedaan pandangan tersebut dapat dibagi menjadi dua pola pemikiran
yaitu pandangan pertama yang mengatakan bahwa adanya ayat-ayat
kauniyyah menunjukkan bahwa Al-Qur‟ân mencakup seluruh bentuk
pengetahuan dan dengan demikian Al-Qur‟ân juga mencakup unsur-
unsur dasar dari ilmu-ilmu alam, dan pandangan kedua yang
12
beranggapan bahwa adanya ayat-ayat kauniyyah di dalam Al-Qur‟ân
semata-mata untuk menunjukkan bukti tentang kemahakuasaan Allah
Swt bukan untuk yang lainnya. Hal ini karena Al-Qur‟ân itu adalah
semata-mata kitab petunjuk dan bukan kitab ensiklopedi pengetahuan.30
Pandangan yang menyatakan bahwa Al-Qur‟ân sebagai sumber
seluruh pengetahuan, antara lain dapat dilacak dari pernyataan Abû
Hâmid al-Ghazâlî (w. 505 H). 31
Dalam kitabnya Ihyâ‟ „Ulûm ad-Dîn,
al-Ghazâlî mengatakan bahwa: "Segala macam ilmu pengetahuan, baik
yang terdahulu (masih ada atau telah punah), maupun yang kemudian;
baik yang telah diketahui maupun belum, semua bersumber dari Al-
Qur‟ân".32
Dalam bukunya Jawâhir al-Qur'ân, al-Ghazâlî menuliskan
sebuah bab khusus sub judul fî Inshi„âb Sâir al-„Ulûm min Al-Qur‟ân,
yang di dalamnya ia mengupas secara panjang lebar dengan
mengemukakan alasan-alasan untuk membuktikan pendapatnya itu.33
Hal ini menurut al-Ghazâlî karena segala macam ilmu termasuk
dalam af‟al dan sifat-Nya. Pengetahuan tersebut tidak terbatas dan di
dalam Al-Qur‟ân terdapat isyarat-isyarat menyangkut prinsip pokoknya.
Hal terakhir ini dibuktikan dengan mengemukakan ayat Al-Qur‟ân :
“Apabila aku sakit maka Dialah yang mengobatiku”.34
(Q.S. asy-
Syu'arâ'/26: 80)
Obat dan penyakit, menurut al-Ghazâlî tidak dapat diketahui kecuali
oleh mereka yang berkecimpung dalam kedokteran.35
Dengan demikian, ayat tersebut merupakan isyarat tentang ilmu
kedokteran. Jika al-Ghazâlî hanya mengemukakan sebuah teori yang
mengarah kepada tafsîr „ilmî, maka teori ini kemudian terwujud dalam
sebuah tafsir lengkap yang pertama kali dilakukan oleh Fakhruddin ar-
Râzî (w. 606 H.) yaitu Tafsir Mafâtih al-Ghaib. Dalam tafsirnya, ar-
Râzî banyak menafsirkan ayat-ayat Al-Qur‟ân dengan mengaitkannya
dengan ilmu pengetahuan yang berkembang pada masanya seperti
filsafat, ilmu alam, astronomi, kedokteran dan sebagainya. Pemikir yang
30
Mahdi Ghulsyanî, Filsafat Sains Menurut Al-Qur‟ân, Terj. Agus Efendi
(Bandung: Mizan, 1998), h. 137. 31
Bandingkan dengan Muhammad Husain adz-Dzahabî, at-Tafsîr wa al-
Mufassirûn, Jilid 2, (Kairo: Dâr al-Kitâb al-„Arabi, 1963), h. 140. 32
Abû Hâmid al-Ghazâlî, Ihyâ' 'Ulûm al-Dîn, Jilid I, h. 301. 33
Abû Hâmid al-Ghazâlî, Jawâhir Al-Qur‟ân wa Duraruh, (Beirut: Dār al-Kutub
al-„Ilmiyyah, 1988), h. 31-33. 34
Surah asy-Syu'arâ'/26: 80. 35
Abû Hâmid al-Ghazâlî, Jawâhir Al-Qur‟ân wa Duraruh, h. 31-33.
13
semasa dengan ar-Râzî yang mempunyai kecederungan yang sama
dengan al-Ghazâlî, adalah Ibn Abi al-Fadh al-Mursi (w. 655 H.)
Pasca masa ar-Râzî, tendensi penafsiran ini diteruskan oleh buku-
buku tafsir yang sedikit banyak terpengaruh oleh teori penafsiran ar-
Râzî dalam ruang lingkup yang agak terbatas. Di antaranya adalah
Gharâib Al-Qur‟ân wa Raghâib al-Furqân,36
karya an-Naisabûrî (w.
728 H), Anwâr at-Tanzîl wa Asrâr at-Ta‟wîl,37
karya al-Baidhâwî (w.
691 H), dan Rûh al-Ma„âni fî Tafsîr Al-Qur‟ân al-„Azhîm wa al-Sab„ al-
Matsânî,38
karya al-Alûsî (w. 1270 H). Buku-buku tafsir tersebut juga
banyak melakukan penafsiran terhadap ayat-ayat kauniyyah kaitannya
dengan ilmu pengetahuan yang berkembang pada masa itu.
Di samping karya tafsir tersebut, juga terdapat dua kitab „Ulûm Al-
Qur‟ân yang ikut mendukung pendapat yang dikemukakan oleh imam
al-Ghazali bahwa Al-Qur‟ân merupakan sumber dari berbagai
pengetahuan yang ada di alam ini. Kedua kitab „Ulûm Al-Qur‟ân yang
mendukung ide-ide pemikiran al-Ghazâlî tersebut adalah al-Burhân fî
„Ulûm Al-Qur‟ân karya Badr ad-Dîn az-Zarkasyî (w. 794 H) dan al-
Itqân fî „Ulûm Al-Qur‟ân karya Jalal ad-Dîn as-Suyûthî (w. 911 H).39
Setelah periode Tafsir Rûh al-Ma„âni, pada permulaan abad
keempat Hijriah, corak penafsiran ilmiah terhadap ayat-ayat kauniyyah
mengalami kemajuan yang sangat pesat dan para mufasir, seperti
Muhammad bin Ahmad al-Iskandaranî (w. 1306 H) dalam Kasyf al-
Asrâr al-Nûrâniyyah al-Qur'âniyyah-nya, al-Kawâkibî (w. 1320 H)
dalam Thabâ‟i„ al-Istibdâd wa Masâri' al-Isti„bâd-nya, Muhammad
'Abduh (w. 1325 H) dalam Tafsîr Juz „Amma-nya, dan Thanthâwi
Jawharî (w. 1358 H) dalam al-Jawâhir fî Tafsîr Al-Qur‟ân al-Karîm-
nya. Masing-masing banyak mengekplorasi ayat-ayat kauniyyah yang
dihubungkan dengan ilmu pengetahuan dan teori-teori yang berkembang
pada saat itu. Contoh penafsiran ayat-ayat kauniyyah dengan pendekatan
ilmiah yang paling gamblang adalah buku tafsir karya al-Iskandaranî
dan Thanthâwî Jauharî, di mana dengan sedikit perbedaan, mereka telah
berusaha untuk memahami ayat-ayat Al-Qur‟ân melalui ilmu
pengetahuan empirik (tajrîbî) dan penemuan-penemuan manusia.
Sedangkan pada masa kontemporer, penafsiran ilmiah terhadap
ayat-ayat Al-Qur‟ân, semakin mendapatkan tempat di kalangan ilmuwan
36
Muhammad Husain adz-Dzahabî, at-Tafsîr wa al-Mufassirûn, Jilid I, h. 326. 37
Muhammad Husain adz-Dzahabî, at-Tafsîr wa al-Mufassirûn, Jilid I, h. 300. 38
Muhammad Husain adz-Dzahabî, at-Tafsîr wa al-Mufassirûn, Jilid I, h. 358. 39
Ahmad „Umar Abû Hajar, at-Tafsîr al-'Ilmi li al-Qur'ân fî al-Mîzân. (Beirut:
Dâr Qutaibah, t.th.), h. 156-165.
14
Muslim. Hal ini sejalan dengan terungkapnya fakta-fakta ilmiah yang
ternyata banyak kesesuaiannya dengan kandungan Al-Qur‟ân. Para
pemikir yang mempunyai kecenderungan terhadap penafsiran ilmiah
antara lain, „Abd ar-Razzâq Naufal dalam karyanya Min al-Âyât al-
„Ilmiyyah dan Al-Qur‟ân wa al-„Ilm al-Hadîts, Hanafî Ahmad dalam al-
Tafsîr al-„Ilmi li al-Âyât al-Kauniyyah, al-Ghamrawî dalam Sunan Allâh
al-Kauniyyah dan Baina ad-Dîn wa al-„Ilm, Zaghlu an-Najjar dalam
Min Âyât al-I„jâz al-„Ilmî fî Al-Qur‟ân al-Karîm, dan Hârûn Yahya
dalam berbagai karyanya. Di antara para pemikir tersebut, yang paling
banyak mengelaborasi fakta ilmiah dengan menggunakan perangkat
ilmu dan teknologi modern adalah adalah Hârûn Yahya.40
Namun sepanjang sejarah pemikiran tafsir, upaya para sarjana
untuk mendialogkan Al-Qur‟ân dengan fakta-fakta ilmiah menjadi
kontroversial. Di satu sisi upaya ini banyak ditentang oleh sejumlah ahli.
Asy-Syathibî (w. 790 H), Rasyîd Ridhâ (w. 1354 H), dan Syaltût (w.
1964 M) adalah beberapa orang di antara mereka yang menentang
penafsiran ilmiah terhadap Al-Qur‟ân.41
Sementara di sisi lain, produk
tafsir yang bercorak ilmiah tidak pernah surut, kalaulah tidak bisa
dikatakan semakin berkembang. Studi Jansen atas perkembangan tafsir
dengan pendekatan ilmiah di Mesir, Jansen menyebutnya sebagai tafsir
dengan pendekatan sejarah alam sampai kepada tesis bahwa model
penafsiran ilmiah akan tetap memiliki masa depan.42
Kontroversi tentang penafsiran ilmiah ini sebetulnya berasal dari
relasi antara makna doktriner Al-Qur‟ân yang diyakini bersifat mutlak
dan universal dengan fakta temuan ilmu pengetahuan yang dianggap
relatif dan partikular. Para penentang tafsîr „ilmî menganggap bahwa
upaya-upaya penafsiran ayat-ayat Al-Qur‟ân merupakan satu hal yang
bisa menyeret ayat-ayat Al-Qur‟ân ke dalam satu persoalan kekinian
yang selalu berubah-ubah dari waktu ke waktu. Hal ini dikawatirkan
akan menodai kesucian Al-Qur‟ân yang seharusnya bersifat sakral dan
final kepada satu perdebatan ilmiah yang tidak jelas kapan akan
berakhir.
Untuk itu, Yûsuf al-Qardhâwî mengingatkan agar dalam
menafsirkan ayat-ayat kauniyyah, seorang mufasir harus memperhatikan
40
Hârûn Yahya banyak melakukan dan mempublikasikan penelitian terhadap
fenomena yang ada di alam dan kemudian mengaitkanya dengan isyarat-isyarat yang ada
di dalam Al-Qur‟ân. Untuk mengetahui lebih lengkap tentang karya-karya Hârûn Yahya
lihat dalam: www.harunyahya.com. 41
Muhammad Husain adz-Dzahabî, at-Tafsîr wa al-Mufassirûn, Jilid I, h. 184-
185. 42
J.J.G. Jansen, Diskursus Tafsir Al-Qur‟ân Modern, h. 40.
15
hal-hal berikut:43
1. Berpegang pada fakta ilmiah bukan hipotesis. Sumber yang
dipakai dalam menunjang penafsiran ayat-ayat Al-Qur‟ân
hendaknya merupakan hasil suatu ilmu pengetahuan yang
sudah diakui oleh para pakarnya dan telah menjadi fakta ilmiah
yang sudah menjadi rujukan, bukan sekedar hipotesis dan teori
yang belum dibuktikan sehingga mufassir tidak akan membuat
penjelasan yang berubah-ubah terhadap Al-Qur‟ân.
2. Menjauhi pemaksaan diri dalam memahami nash, yaitu tidak
sewenang-wenang dan memaksakan diri dalam menafsirkan
sebuah nas sesuai dengan keinginan yang sudah ada pada diri
mufassir yang mengakibatkannya tidak obyektif lagi dalam
memahami makna sebuah ayat.
3. Tidak mengklaim penafsirannya sebagai sebuah kebenaran
absolut, karena pada dasarnya ilmu pengetahuan yang sedang
berkembang merupakan upaya pencapaian manusia terhadap
sunnah-sunnah Allah yang ada di alam dan semua penemuan itu
masih bersifat temporer dan tentatif, sehingga hasil penafsiran
juga bukan sebuah kebenaran absolut yang tidak mungkin salah.
H. Tinjauan Kepustakaan
Dialog antara ilmu pengetahuan dan agama, sudah cukup banyak
dilakukan oleh para ilmuwan. Demikian juga, penelitian tentang
pemikiran ar-Râzî, sudah banyak dilakukan oleh beberapa peneliti
terdahulu. Namun penelitian khusus tentang penafsiran ar-Râzî terhadap
ayat-ayat kauniyyah tentang penciptaan manusia dalam Mafâtih al-
Ghaib, sejauh yang penulis ketahui, masih belum ada. Tulisan-tulisan
yang ada mempunyai objek bahasan atau tema yang berbeda atau hanya
membahas metodologi penafsiran ar-Râzî dalam penafsiran ayat-ayat
kauniyyah secara umum.
Karya yang mencoba mendialogkan antara ilmu pengetahuan dan
agama terutama dalam bidang kajian penciptaan manusia antara lain
adalah Bible, Qur‟an, dan Sains Modern karangan Maurice Bucaille,44
Penciptaan Manusia dalam Perspektif al-Quran dan Sains susunan
Kementerian Agama RI,45
Al-Qur‟ân Ilmu Pengetahuan dan Tehnologi
43
Yûsuf al-Qardhâwî, Fatwa-fatwa Kontemporer 3, Terj. Abdul Hayyie al-
Kattani et. al. (Jakarta: Gema Insani Press, 2002), h. 49. 44
Maurice Bucaille, Bible, Qur‟an, dan Sains Modern, Terj. HM. Rosyidi,
(Jakarta: Bulan Bintang, 1979).
45 Kemenag RI, Penciptaan Manusia dalam perspektif Al-Quran dan Sains,
(Jakarta: Kemenag RI, 2012).
16
karangan Ahmad Baiquni,46
al-Jawâhir fî Tafsîr Al-Qur‟ân al-Karîm karya Thanthâwî Jauharî,
47 Keajaiban Penciptaan Manusia karya Hârûn
Yahya,48
dan Dalil Anfus Al-Qur‟ân dan Embriologi (Ayat-ayat Tentang
Penciptaan Manusia) karya Muhammad Izzuddin Taufiq.49
Secara
umum karya-karya ini berusaha mendialogkan antara agama dengan
sains modern. Salah satu caranya adalah dengan menggali teori-teori
ilmu pengetahuan -termasuk tentang penciptaan manusia- dalam ayat-
ayat kauniyyah kitab suci Al-Qur‟ân, sehingga terbukti adanya
keselarasan antara Al-Qur‟ân dengan teori-teori ilmiah yang
berkembang di zaman modern ini.
Karya yang membahas secara khusus tentang aspek individu ar-
Râzî dan karya-karyanya antara lain adalah al-Imâm Fakhr ad-Dîn ar-
Râzî: Hayâtuh wa Atsaruh karya „Ali Muhammad Hasan al-„Ammârî,50
Fakhr al-Dîn ar-Râzî Balâghiyyan karya Hilâl Mahir Mahdi51
dan al-
Imâm Fakhr ad-Din ar-Râzî wa Musannafâtuh karya Thaha Jâbir al-
„Alwânî.52
Beberapa karya membahas tentang ar-Râzî kaitannya dengan
metodologi tafsir secara umum, antara lain al-Imâm al-Hakîm Fakhr ad-
Dîn ar-Râzî min Khilâl Tafsîrih karya „Abd al-„Azîz al-Majdûb, Manhaj
al-Fakhr ar-Râzî fī al-Tafsîr baina Manâhij Mu„âshirih karya
Muhammad Ibrahim „Abd ar-Rahman,53
ar-Razi Mufassiran karya
Muhsin „Abd al-Hamîd,54
dan al-Imâm Fakhr ad-Dîn ar-Râzî wa
Manhajuh fî al-Tafsîr al-Kabîr al-Musamma bi Mafâtih al-Ghaib karya
46
Ahmad Baiquni, Al-Qur‟ân Ilmu Pengetahuan dan Tehnologi, (Jakarta: Dana
Bhakti Wakaf, 1994). 47
Thanthâwî Jauharî, al-Jawâhir fî Tafsîr Al-Qur‟ân al-Karîm, (Mesir: Musthafa
al-Bâb al-Halabî,1421). 48
Hârûn Yahya, Keajaiban Penciptaan Manusia, Alih Bahasa Oleh Ahmad Sahal
dari judul The Miracle of Creation of The Human Being, (Jakarta: Globalmedia Cipta
Publising, 2003). 49
Muhammad Izzuddin Taufiq, Dalil Anfus Al-Qur‟ân dan Embriologi (Ayat-
ayat Tentang Penciptaan Manusia), (Surakarta: Tiga Serangkai, 2006). 50
„Ali Muhammad Hasan al-„Amâri, al-Imâm Fakhr ad-Dîn ar-Râzî: Hayâtuh
wa Atsaruh, (Mesir: al-Majlis al-A„lâ li ash-Shu‟ûn al-Islâmiyyah, 1969). 51
Hilâl Mahir Mahdi, Fakhr ad-Dîn ar-Râzî Balâghiyyan, (t.tp.: Manshûrât
Wizârat al-I„lâm al-'Irâqiyyah, 1977). 52
Thaha Jâbir al-„Alwânî, al-Imâm Fakhr ad-Dîn ar-Râzî wa Mushannafâtuh
(Kairo: Dâr as-Salâm, 2010). 53
Muhammad Ibrâhîm „Abd ar-Rahmân, Manhaj Fakhr ad-Dîn ar-Râzî fî al-
Tafsîr baina Manâhij Mu„âshirih, (Nashr: ash-Shadr li Khidmah at-Tibā„ah,1989). 54
Muhsin „Abd al-Hamîd, ar-Râzî Mufassiran, (Baghdâd: Dâr al-Hurriyyah li at-
Tibâ „ah, 1974).
17
„Abd al-Mun„îm „Ala Ibrâhîm al-Qashshash.55
Sedangkan karya-karya yang membahas tentang ar-Râzî dari sisi
pemikiran kalam, filsafat dan etika antara lain Fakhr ad-Dîn al-Râzî dan
Study on Fakhr ad-Dîn al-Râzî and His Controversies in Transoxiana
karya Fathullah Khâlif,56
al-Munthalaqât al-Fikriyyah „Inda al-Imâm
Fakhr ad-Dîn al-Râzî karya Muhammad al-„Uraybî,57
Fakhr ad-Dîn al-
Râzî wa Arâ‟uh al-Kalâmiyyah wa al-Falsafiyyah karya Shâlih az-
Zarkan,58
dan The Theological Ethics of Fakhr ad-Dîn al-Râzî, karya
Aiman Shihadeh.59
Adapun penelitian yang pernah membahas tentang ar-Râzî dan
tafsirnya, sejauh pengetahuan penulis, juga cukup banyak, akan tetapi
semuanya meneliti masalah yang berbeda dengan masalah yang akan
diteliti penulis. Secara ringkas, perbandingan antara penelitian terdahulu
dengan penelitian yang akan dilakukan oleh penulis, dapat digambarkan
dalam tabel berikut:
No Nama / Lembaga/
Bentuk/ Tahun
Judul Masalah yang Diteliti Pende-
katan
1 T. Safir Iskandar
Wijaya,
IAIN Syarif
Hidayatullah
Jakarta
(Disertasi / 1993)
Fakhr ad-Dîn
al-Râzî dan
Pemikiran
Kalamnya
Pemikiran kalam ar-
Râzî yang meliputi
persoalan tentang
wujud, akal dan wahyu,
sifat-sifat Tuhan dan
perbuatan manusia
Tematik
2 H. Muhd.
Syamsoeri
Joesoef,
Universitas Islam
Negeri Sunan
Kalijaga
Kitab Tafsir
Mafâtih al-
Ghaib (Studi
Pemikiran
ar-Râzî
tentang
Pemikiran ar-Râzî
mengenai eksistensi
nasakh dalam Al-
Qur‟ân
serta faktor yang
menyebabkan ar-Râzî
Tematik
55
„Abd al-Mun„îm „Ali Ibrâhîm al-Qashshash, al-Imâm Fakhr ad-Dîn ar-Râzî wa
Manhajuh fî al-Tafsîr al-Kabîr al-Musammâ bi Mafâtih al-Ghaib, (Mesir: Mir li al-
Khidmat al-„Ilmiyyah, 1997). 56
Fathullah Khâlif, Fakhr ad-Dîn ar-Râzî, (Mesir: Dâr al-Jâmi‟ât al-Mishriyyah,
1976); Lihat juga: Fathullah Khâlif, Study on Fakhr ad-Din ar-Razi and His
Controversies in Transoxiana, (Beirut: Dâr el-Mashreq, 1966). 57
Muhammad al-„Uraibî, al-Mualaqât al-Fikriyyah „Inda al-Imâm Fakhr ad-Dîn
ar-Râzî, (Beirut: Dâr al-Fikr al-Lubnân, 1992). 58
Muhammad Shâlih az-Zarkan, Fakhr ad-Dîn ar-Râzî wa Arâ‟uh al-Kalâmiyyah
wa al-Falsafiyyah, (Kairo: Dâr al-Fikr, 1963). 59
Aiman Shihadeh, The Theological Ethics of Fakhr ad-Din ar-Râzî, (Boston:
Brill, 2006).
18
Yogyakarta
(Disertasi / 2005)
Nasakh al-
Qur‟an.)
mempunyai pandangan
yang berbeda dengan
kebanyakan ulama
Mazhab Syafi‟i.
3 Hadi Mutamam,
IAIN Alaudin
Makasar
(Disertasi / 2005)
Konsepsi
Maqam-
Maqam
Dalam
Tafsir
Mafâtih
al-Ghaib
(Pendekatan
Tafsir Sufi).
Macam-macam maqam
yang ada dalam wacana
tasawuf di dalam
Mafâtih
al-Ghaib
Tematik
4 Aswadi,
UIN Syarif
Hidayatullah
Jakarta
(Disertasi / 2007)
Konsep Syifâ‟
dalam Tafsir
Mafâtih al-
Ghayb Karya
Fakhruddin
al-Râzî
Pengungkapan syifâ‟ di
dalam Al-Qur‟ân dan
konsep syifâ‟ dalam
Tafsir Mafâtih al-Ghaib
Tematik
5 Ahmad Dimyati,
UIN Syarif
Hidayatullah
Jakarta
(Disertasi/2008)
Klarifikasi
Ayat-ayat
yang
terkesan
kontradiktif :
Kajian
Terhadap
Tafsir
Mafâtih
al-Ghaib
Karya Imam
ar-Râzî
Upaya ar-Râzî untuk
mengklarifikasi Ayat-
ayat yang terkesan
kontradiktif
Tematik
6 Devy Aisyah UIN
Syarif
Hidayatullah
Jakarta
(Disertasi / 2009)
Konsep
Balaghah ar-
Râzî: Analisis
Ma„âni
dalam
Nihāh al-I'jâz
dan
Aplikasinya
pada Mafâtih
Konsep Fakhruddin ar-
Râzî tentang balaghah
terutama ilmu Ma„ani
dalam Nihâyah al-I'jaz
dan aplikasinya dalam
Mafâtih al-Ghaib
Kontribusi pemikiran
ar-Râzî tentang
balaghah
Tematik
19
al-Ghaib dan ma‟âni bagi
pembuktian mukjizat
sastra Al-Qur‟ân
Dari berbagai karya dan penelitian yang penulis kemukakan di atas,
terlihat bahwa penelitian ini melihat sisi yang berbeda dengan berbagai
karya dan penelitian terdahulu. Karya dan penelitian yang ada banyak
menyoroti aspek metodologi penafsiran ar-Râzî secara umum dan
teologi. Aspek lainnya adalah pemikiran filsafat, tasawuf, etika dan
balaghah. Sedangkan dalam penelitian ini penulis mencoba untuk
mengkaji pemikiran ar-Râzî tentang ayat-ayat kauniyyah yang dalam hal
ini berkaitan tentang penciptaan manusia sebagai contoh kongkrit
metodologi ar-Râzî dalam menafsirkan ayat-ayat al-Quran.
I. Metode Penelitian
Penelitian ini termasuk penelitian kualitatif, karena studi tentang
karya seorang tokoh memang merupakan bagian dari penelitian
kualitatif. Salah satu kelebihan studi tentang tokoh adalah sifatnya yang
in-depth (mendalam) dan tidak out-depth (melebar), karena studi tokoh
menfokuskan diri pada satu orang tertentu pada bidang tertentu sebagai
unit analisis.60
Dalam proses pengumpulan data, penelitian kualitatif
banyak tergantung kepada peneliti itu sendiri, berbeda dengan penelitian
kuantitatif yang proses pengumpulan datanya dapat menggunakan
angket atau melalui jasa orang lain dalam pengumpulannya. Hal ini
sebagaimana yang diyatakan oleh Lexi J. Moleong bahwa pencari tahu
ilmiah dalam pengumpulan data dalam penelitian kualitatif lebih banyak
tergantung pada peneliti sebagai pengumpul data.61
1. Sumber data
Dalam penelitian ini, sumber data yang digunakan dan diperoleh
adalah data kepustakaan yang mencakup:
a. Sumber-sumber primer atau sumber yang paling utama yaitu
Tafsir al-Kabîr Mafâtih al-Ghaib karya Fakhr ad-Dîn ar-Râzî.
b. Sumber-sumber sekunder, yaitu sumber-sumber yang banyak
berkaitan dengan tema inti yang akan dibicarakan dalam
penelitian ini. Sumber-sumber sekunder yang bisa
60
Studi tokoh merupakan kajian sistematis terhadap pemikiran atau gagasan
seorang pemikir, keseluruhannya atau sebagian. Lihat: Syahrin Harahap, Metodologi
Studi Tokoh Pemikiran Islam, (Jakarta: Istiqomah Press, 2006), h. 7. Lihat juga: Arief
Furchan dan Agus Maimun, Studi Tokoh: Metode Penelitian Mengenai Tokoh,
(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005), h. 18-19. 61
Lexi J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosda
Karya, 2000), h. 19.
20
dipergunakan dalam penelitian ini, meliputi karya yang
membahas langsung tentang biografi dan pemikiran ar-Râzî
seperti al-Imâm Fakhr ad-Dîn ar-Râzî: Hayâtuh wa Atsaruh
karya al„Ammarî,62
al-Imâm al-Hakîm Fakhr ad-Dîn ar-Râzi
min Khilâl Tafsîrih karya Abd al-„Azîz al-Majdûb, Fakhr ad-
Dîn ar-Râzî karya Fathullah Khâlif,63
al-Munthalaqât al-
Fikriyyah „Ind al-Imâm al-Fakhr ar-Râzî karya Muhammad al-
„Uraibî,64
dan al-Imâm Fakhr al-Dîn ar-Râzî wa Musannafatuh
karya Thaha Jâbir al-„Ulwanî.65
Di samping itu, juga digunakan
karya-karya yang menyinggung tentang Mafâtih al-Ghaib
seperti al-Tafsîr wa al-Mufassirûn karya Muhammad Husain
adz-Dzahabî,66
al-Tafsîr wa Rijâluh karya Muhammad Fâdhil
„Asyur,67
al-Mufassirûn: Hayâtuhum wa Manhajuhum karya
Muhammad „Ali 'Iyâsyi68
dan al-Bidâyah fî al-Tafsîr al-
Maudhu„î karya Abd al-Hayy al-Farmawi.69
Untuk mempertajam kajian, analisa juga akan disajikan data
berupa teori-teori ilmiah tentang penciptaan manusia. Buku-
buku yang relevan dengan pembahasan ini adalah Bible,
Qur‟ân, dan Sains Modern karangan Maurice Bucaille,70
Penciptaan Manusia dalam Perspektif Al-Qur‟ân dan Sains
susunan Kementerian Agama RI,71
Al-Qur‟ân Ilmu
62
„Ali Muhammad Hasan al-'Amâri, al-Imâm Fakhr ad-Dîn ar-Râzî: Hayâtuh wa
Atsaruh, (Mesir: al-Majlis al-A‟lâ li al-Shu‟ûn al-Islâmiyyah, 1969). 63
Fathullah Khâlif, Fakhr ad-Dîn ar-Râzî, (Mesir: Dâr al-Jâmi‟ât al-Misriyyah,
1976). 64
Muhammad al-„Uraibî, al-Munthalaqât al-Fikriyyah „Inda al-Imâm Fakhr ar-
Râzî, (Beirut: Dâr al-Fikr al-Lubnân, 1992). 65
Thaha Jâbir al-„Alwânî, al-Imâm Fakhr ad-Din ar-Râzî wa Musannafâtuh,
(Kairo: Dâr al-Salâm, 2010). 66
Muhammad Husain adz-Dzahabî, at-Tafsîr wa al-Mufassirûn, (Mesir: Dâr al-
Kutub al-Hadîtsah, 1962). 67
Muhammad Fâdhil „Asyur, al-Tafsîr wa Rijâluh, (Kairo: Majma‟ al-Buhûts al-
Islâmiyyah, 1970). 68
Muhammad „Ali 'Iyâsyi, al-Mufassirûn Hayâtuhum wa Manhajuhum,
(Teheran: Muassasat al-ibâ„ah wa al-Nashr Wizârat al-Tsaqâfah wa al-Irsyâd al-Islâmi,
1414 H). 69
„Abd al-Hayy al-Farmawi, al-Bidâyah fî al-Tafsîr al-Mawdhu„i, (Kairo: al-
Hadhârah al-„Arabiyyah, 1977). 70
Maurice Bucaille, Bible, Qur‟ân, dan Sains Modern, Terj. HM. Rosyidi,
(Jakarta: Bulan Bintang, 1979).
71 Kemenag RI, Penciptaan Manusia dalam perspektif Al-Quran dan Sains,
(Jakarta: Kemenag RI, 2012).
21
Pengetahuan dan Tehnologi karangan Ahmad Baiquni,72
al-
Jawâhir fî Tafsîr Al-Qur‟ân al-Karîm karya Thanthâwî
Jawharî,73
Keajaiban Penciptaan Manusia karya Hârûn
Yahya,74
dan Dalil Anfus Al-Qur‟ân dan Embriologi (Ayat-ayat
Tentang Penciptaan Manusia) karya Muhammad Izzuddin
Taufiq.75
2. Metode Pengumpulan Data
Dalam pengumpulan data penelitian, penulis menggunakan metode
dokumentasi yang diterapkan untuk menggali data-data yang berkenaan
telaah biografis tentang ar-Râzî dan pemikirannya dalam Mafâtih al-
Ghaib serta telaah konseptual penafsiran ayat-ayat kauniyyah tentang
penciptaan manusia.
3. Metode Analisa Data
Hasil penelitian dan data yang diperoleh, dianalisa dengan metode
analisa isi (content analysis) yang merupakan analisis ilmiah tentang
pesan suatu komunikasi.76
Sedangkan pendekatan yang penulis gunakan
adalah pendekatan interpretatif-induktif. Pendekatan interpretatif
digunakan untuk memahami pemikiran ar-Râzî dalam menafsirkan ayat-
ayat kauniyyah, utamanya tentang proses penciptaan manusia secara
umum (keturunan Adam) yang kita kenal dengan metode maudhu‟i.
Secara aplikatif, ayat-ayat penciptaan manusia yang akan disoroti adalah
surah Al-Mu'minûn/23: 12-14, Al-Ḥajj/22: 5 dan Al-Mu'min/40: 67.
Ayat-ayat dalam ketiga surat tersebut dipilih sebagai bahan kajian
karena secara tersurat menginformasikan reproduksi manusia dengan
tahapan-tahapannya secara jelas, dari bentuk yang sangat sederhana
menjadi bentuk yang sempurna.
Interpretasi ditujukan pada penggunaan metode penafsiran, sumber-
sumber penafsiran dan prinsip-prinsip yang digunakan ar-Râzî dalam
menafsirkan ayat-ayat penciptaan manusia di atas. Menggunakan teori
72
Ahmad Baiquni, Al-Qur‟ân Ilmu Pengetahuan dan Tehnologi, (Jakarta: Dana
Bhakti Wakaf, 1994). 73
Thanthâwî Jauharî, al-Jawâhir fî Tafsîr Al-Qur‟ân al-Karîm, (Mesir: Musthafa
al-Bâb al-Halabi,1421). 74
Hârûn Yahya, Keajaiban Penciptaan Manusia, Alih Bahasa Ahmad Sahal dari
judul The Miracle of Creation of The Human Being, (Jakarta: Globalmedia Cipta
Publising, 2003). 75
Muhammad Izzuddin Taufiq, Dalil Anfus Al-Qur‟ân dan Embriologi (Ayat-
ayat Tentang Penciptaan Manusia), (Surakarta: Tiga Serangkai, 2006). 76
Noeng Muhajir, Metode Penelitian Kualitatif: Telaah Positivistik Rasionalistik,
Phenomonologik Realisme Metafisik, (Yogyakarta: Rake Sarasin, 1992), h. 76: Lihat
juga: Emzir, Analisa Data: Metodologi Penelitian Kualitatif, (Jakarta:Rajawali Pers,
2010), h. 283.
22
Gracia tentang interpretasi yang digunakan lebih mengacu pada
interpretasi non-tekstual, walaupun tidak menghilangkan interpretasi
tekstual. Interpretasi non-tekstual tidak hanya bertujuan untuk menguak
makna dan implikasi teks, melainkan juga menguak ide-ide dan
pemikiran yang tidak diungkapkan dalam tulisan atau ungkapan
lisannya.77
Pendekatan interpretatif ini kemudian dipadukan dengan metode
induksi, yaitu metode yang berangkat dari sejumlah kenyataan yang
bersifat khusus menuju kesimpulan yang bersifat umum.78
Metode
induksi ini penulis gunakan untuk mengambil kesimpulan atas
penggunaan sumber, metode dan prinsip penafsiran ar-Râzî terhadap
ayat-ayat kauniyyah dilihat dari sudut kesesuaian penafsirannya dengan
sains dengan kata lain penelitian ini juga menggunakan metode
muqâran yang secara tidak langsung membandingkan penafsiran ar-Râzî
dan sains, yang pada akhirnya akan diketahui kelebihan dan kelemahan
penafsiran ilmiah yang dilakukan ar-Râzî. Sebagai pisau analisa, penulis
menggunakan teori-teori tentang tafsir, sebagaimana yang telah
dikemukakan oleh para ulama, ditambah dengan berbagai wacana
kontemporer tentang penafsiran Al-Qur‟ân, utamanya yang berkaitan
dengan penafsiran ayat-ayat kauniyyah.
J. Sistematika Penulisan
Untuk memperoleh gambaran yang utuh dan terpadu, maka penulisan
tesis ini dilakukan dengan membaginya ke dalam lima bab, pada setiap
bab terdiri atas beberapa sub-bab. Masing-masing bab diusahakan
memiliki kaitan yang erat satu sama lainnya.
Sistematika penulisan tesis ini disusun sebagai berikut:
Bab I berisi gambaran umum penelitian. Bab ini memaparkan
pendahuluan yang meliputi: latar belakang masalah, batasan istilah dan
lingkup penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan
penelitian, kerangka teoritis, penelitian terdahulu, metode penelitian dan
sistematika penulisan.
Bab II memaparkan tentang Fakhr ad-Dîn ar-Râzî dan tafsir
Mafâtih al-Ghaib. Pemaparan ini berguna untuk mengetahui biografi
pengarang Tafsir Mafâtih al-Ghaib yakni Fakhr ad-Dîn ar-Râzî dan
kitab tafsirnya Mafâtih al-Ghaib. Hasil pembahasan bab ini juga akan
dijadikan sebagai landasan dalam meneliti lebih mendalam penafsiran
77
Jorce J. E Gracia, A Theory of Textuality: The Logic and Epystemology,
(Albany: State University of New York Press, 1995), h. 164-165. 78
Sutrisno Hadi, Metodologi Research, Vol. I, (Yogyakarta: Andi Offset,
1993), h. 42.
23
Fakhr ad-Dîn ar-Râzî tentang ayat-ayat kauniyyah di bab berikutnya.
Pembahasan ini diperlukan karena hasil pemikiran (termasuk
penafsiran) seorang mufasir selalu dipengaruhi oleh beberapa faktor, di
antaranya: pengalaman hidup, ilmu pengetahuan, latar belakang
pendidikan, dan metode maupun sumber penafsiran yang digunakan.
Maka sub-bab pertama membahas tentang biografi Fakhr ad-Dîn ar-Râzî
yang mencakup: biografi Fakhr ad-Dîn ar-Râzî. Sub bab kedua
membahas tentang tafsir Mafâtih al-Ghaib yang meliputi: sejarah
penulisan tafsir Fakhr ad-Dîn ar-Râzî, sumber, metode dan corak
penulisan tafsir Mafâtih al-Ghaib, dan karakteristik penafsiran Tafsir
Mafâtih al-Ghaib.
Bab III memaparkan wacana umum penafsiran ayat-ayat
kauniyyah tentang penciptaan manusia. Pemaparan ini dilakukan untuk
mengetahui secara konseptual tentang penafsiran ayat-ayat kauniyyah
dan penciptaan manusia secara umum dalam Al-Qur‟ân. Pembahasan
bab ini meliputi: pengertian ayat-ayat kauniyyah, penafsiran corak
ilmiah ayat-ayat kauniyyah, dan pro kontra tafsir ilmi di kalangan ulama.
Kemudian secara khusus dibahas tentang gambaran umum penciptaan
manusia dalam Al-Qur‟ân, sebagai landasan pembahasan rinci terkait
proses penciptaan manusia pada bab berikutnya.
Bab IV memaparkan penafsiran ayat-ayat penciptaan manusia
dalam Tafsir Mafâtih al-Ghaib. Pembahasan ini merupakan pokok
penelitian yang dilakukan. Oleh karenanya, pada sub-bab pertama yang
dibahas adalah penafsiran Fakhr ad-Dîn ar-Râzî atas ayat-ayat
penciptaan manusia. Kajian penafsiran akan difakuskan pada tiga surah
yakni Al-Hajj/22: 5, Al-Mu'minûn/23: 12-14 dan Al-Mu'min/40: 67.
Ayat-ayat dalam ketiga surah ini dipilih karena mencerminkan proses
penciptaan manusia secara utuh, disertai tahapan-tahapan yang jelas dan
terstruktur. Sub-bab kedua membahas proses reproduksi manusia dalam
pandangan sains modern. Pembahasan ini diperlukan sebagai
perbandingan secara teoritis kajian penciptaan manusia. Terakhir, hasil
deskriptif penafsiran Fakhr ad-Dîn ar-Râzî selanjutnya pada sub-bab
ketiga dianalisa untuk mengetahui titik temu penafsirannya dengan sains
modern. Maka, pada sub-bab ketiga ini yang dibahas adalah tinjauan
sains modern atas penafsiran Fakhr ad-Dîn ar-Râzî terhadap ayat-ayat
penciptaan manusia.
Bab V adalah penutup. Sebagai bab terakhir, dalam bab ini
disajikan kesimpulan dan saran dari hasil penelitian.
154
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dari hasil pembahasan yang telah dilakukan pada bab-bab
sebelumnya, penulis menyimpulkan bahwa:
1. Penafsiran Fakhr ad-Dîn ar-Râzî atas ayat-ayat kauniyyah penciptaan
manusia pada surah Al-Hajj/22: 5, Al-Mu'minûn/23: 12-14, dan Al-
Mu'min/40: 67 menghasilkan paparan sebagai berikut:
a. Tujuan utama ayat-ayat di atas adalah hendak memberikan bukti
bagi orang-orang yang ragu bahkan mencela tentang kekuasaan
Allah Swt. membangkitkan manusia setelah kematiannya dan
keniscayaan hari kebangkitan.
b. Kejadian (reproduksi) manusia secara umum, terjadi melalui tujuh
proses (fase), yaitu: mula-mula penciptaan bahan baku berupa
saripati tanah (sulâlah ath-thîn), kemudian berposes menjadi
nuthfah, berproses menjadi 'alaqah, berproses menjadi mudhghah,
berproses menjadi 'izhâm, berproses menjadi lahm, berproses
menjadi khalqan âkhar (bayi sempurna siap lahir). Ketujuh fase
ini dijelaskan oleh Fakhr ad-Dîn ar-Râzî dengan membaginya ke
dalam masalah-masalah pembahasan.
c. Perkembangan manusia pasca kelahirannya, berjalan menurut tiga
masa, yakni: masa bayi hingga pertengahan pemuda, masa terkuat
baik secara fisik maupun psikis, dan masa ketuaan (pikun).
2. Secara umum pembahasan para embriolog terkait reproduksi manusia
terbagi pada tiga pokok, yaitu: pertama, proses pembentukan Sperma
pada pria yang disebut dengan spermatogenesis dan juga pembentukan
sel telur yang disebut dengan oogenesis pada perempuan, yang
kemudian dilanjutkan dengan proses pembuahan oleh sel sperma pada
sel telur yang nantinya akan menjadi cikal bakal manusia. Kedua,
tahapan selanjutnya setelah terjadinya pembuahan, setelah pembuahan
sel sperma dan sel telur menjadi satu sel diploid yang disebut dengan
zigot yang turun ke dalam rahim dan berkembang secara masif
menjadi satuan sel yang padat yang disebut dengan morulla hingga
satu minggu kemudian dan menjadi embrio. Ketiga, perkembangan
embrio dari minggu ke minggu di dalam rahim hingga menjadi janin
(fetus) dan siap lahir ke dunia ini.
3. Dari sudut pandang sains modern, penafsiran Fakhr ad-Dîn ar-Râzî
atas ayat-ayat kauniyyah tentang penciptaan manusia banyak memiliki
kesesuaian, disamping pula dijumpai pula adanya kekurang-selarasan.
Di antara yang selaras adalah bahwa sebagian kecil sperma sajalah
155
yang membuahi sel telur, sperma laki-laki lah yang menentukan jenis
kelamin bayi, terbentuknya tulang lebih dahulu daripada daging (otot)
pembungkus, nuthfah berkembang di tiga area aman di dalam rahim,
dan lainnya. Sementara yang kurang selaras adalah terkait pemaknaan
'alaqah, penjelasan kurang mendetail terkait waktu perkembangan tiap
fasenya, dan pemahaman tentang khalqan âkhar (bayi sempurna siap
lahir). Namun hal ini bisa dipahami sebab penafsiran maupun sains
memiliki sifat berkembang menurut kemajuan ilmu pengetahuan.
B. SARAN
Di akhir tesis ini penulis ingin menyampaikan beberapa saran:
1. Untuk membuahkan penafsiran yang komprehensif, diperlukan
perpaduan metode-metode penafsiran yang sudah ada. Seorang
mufasir yang hanya menggunakan satu metode, misalnya tahlîli,
muqâran, ijmâli dan lainnya, akan menghasilkan penafsiran yang
parsial. Imbasnya, keagungan Al-Qur'ân sebagai hudan dan pedoman
manusia dalam berperikehidupan tidak terungkap sebagaimana
mestinya.
2. Penafsiran ilmiah -terlepas dari adanya pro dan kontra tentangnya-
sudah selayaknya menjadi salah satu agenda pembelajaran bagi
generasi muslim, sehingga menghasilkan ulama tafsir kompeten di
berbagai disiplin ilmu layaknya Fakhr ad-Dîn ar-Râzî. Selama ini apa
yang dinamakan sains (ilmu pengetahuan) diidentikkan dengan
ilmuwan yang kurang mumpuni dalam penguasaan kaidah-kaidah
tafsir Al-Qur'ân.
156
DAFTAR PUSTAKA
Al-‘Alwâni, Thaha Jâbir, al-Imâm Fakhr ad-Dîn al-Râzî wa Mushannafâtuh,
Kairo: Dâr al-Salâm, 2010.
_____, Muqaddimah al-Muhaqqiq, dalam Fakhruddin ar-Razi, al-Mahshûl fî 'Ilm
al-Ushûl, Riyâdh: Lajnah al-Buhûts wa at-Ta'lîf wa Tarjamah wa an-Nasyr,
1981.
Al-‘Ammâri , ‘Ali Muhammad Hasan, al-Imâm Fakhr ad-Dîn al-Râzî: Hayâtuh
wa Atsaruh, Mesir: al-Majlis al-A‘lâ li al-Shu’ûn al-Islâmiyyah, 1969.
Al-'Ayâsyi, Muhammad ‘Ali, al-Mufassirûn Hayâtuhum wa Manhajuhum,
Teheran: Mu’assasah al-Tabâ’ah wa al-Nasyr, 1415 H
Abd ash-Shamad, Muhammad Kâmil, Mukjizat Ilmiah dalam Al-Qur'ân, Terj.
Alimin et al. dari kitab al-I'jâz al-'Ilmî fî al-Islâm min Al-Qur'ân al-Karîm,
Jakarta: Media Grafika, 2002.
Adib, Mohammad, Filsafat Ilmu; Ontologi, Epistemologi, Aksiologi, dan logika
Ilmu pengetahuan, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011.
Al-'Akk, Khâlid Abd ar-Rahman, Ushûl at-Tafsîr wa Qawâ'iduh, Beirut: Dâr an-
Nafs,1986/1406.
Albar, Muhammad Ali, Human Development as Revealed in the Holy Qur’an and
Hadist ( Kaitan Ayat-Ayat Alqur’an dan Hadis), terj. Budi Utomo, Cet. I,
Jakarta; Mitra Pustaka, 2001
Ali, Attabik dan Muhdlor, Ahmad Zuhdi, Kamus Kontemporer Arab Indonesia,
Yogyakarta: Yayasan Ali Maksum, 1996.
Amîn, Ahmad, Fajr al-Islâm, Mesir: Maktabah al-Nahdhah al-Mishriyyah, 1975.
Amrullah , Abdul Malik Abdul Karim, Tafsir al-Azhar, Jakarta: Pustaka Panjimas,
1982.
Anees, Munawar Ahmad, Islam dan Masa Depan Biologia Umat Manusia, Terj.
Rahmani Astuti, Bandung: Mizan, 1991.
Al-Andalûsî, Abû Ishâq Ibrâhîm bin Mûsâ asy-Syatibî, al-Muwâfaqât fi Ushûl
asy-Syarî’ah, Beirut: Dâr al-Ma'rifah, tt.
Anshari, Tafsîr bi ar-Ra’yi: Menafsirkan Al-Qur'ân dengan Ijtihad, Jakarta:
Gaung Persada Press, 2010.
157
Al-'Aqqâd, 'Abbâs Mahmûd, Falsafah Al-Qur'âniyyah, Kairo: al-Lajnah li Ta’lîm
wa al-Tarjamah wa al-Nasyr, 1947.
Al-Asfahânî, Ar-Raghîb, Mu’jam Mufradât Alfâzh Al-Qur'ân, Beirut: Dâr al-
Fikr, tt.
'Atha, Muhammad Abd al-Qâdir, al-Imâm Abû 'Abdillah Fakhr ad-Dîn ar-Râzî fî
Suthûr, Beirut: Dâr al-Kutub al-'Ilmiyyah, 1999.
Al-Atsari, ‘Abd al-Humaid, al-Wajîz fî ‘Aqîdah as-Salaf ash-Shâlih, Riyâd:
Wizârat al-Shu’ûn al-Islâmiyyah, 1422 H.
Atightechi, Dariusch, Islamic Bioethics: Problems and Perspectives, Nederland:
Springer, 2007.
Al- ‘Uraybi, Muhammad, al-Munthalaqât al-Fikriyyah ‘Inda al-Imâm al-Fakhr
ar-Râzi, Beirut: Dâr al-Fikr al-Lubnân, 1992.
Baiquni, Ahmad, Al-Qur'ân Ilmu Pengetahuan dan Tehnologi, Jakarta: Dana
Bhakti Wakaf, 1994.
Al-Banna, Hasan, Kunci Memaknai Al-Qur'ân, Terj. Muhammad Hamidi,
Surabaya: PT Bina Ilmu, 1983.
Bucaille, Maurice, Bible, Qur'ân, dan Sains Modern, Terj. HM. Rosyidi, Jakarta:
Bulan Bintang, 1979.
al-Bantanî, Nawawî, Marah Labîd Tafsîr an-Nawawî (at-Tafsir al-Munir), Juz 2,
Indonesia: Dâr Ihyâ' at-Turats al-'Arabîyyah, t.t.
Campbel, Don, The Mozart Effect for Children Awaking Yaur Child’s Mind, Healt
and Creativity With music, terj. AlexTri Kentjonowidodo, Jakarta :
Gramedia, 2002
Cassirer, Ernst, An Essay on Man: An Introduction to a Philosophy of Human
Culture New York: Doubleday Anchor Books, t.th.
Dahliar, Franz dan Chandra, Julius, Asal dan Tujuan Manusia: Teori Evolusi
yang Menggambarkan Dunia, Yogyakarta: Kanisius, 1991.
Dougall, Jane Mac., Pregnancy Week-by-Week, terj. Dr Nina Irawati, Jakarta :
Erlangga, 2003
Adz-Dzahabî, Muhammad Husain, at-Tafsîr wa al-Mufassirûn, Juz 2, Kairo:
Maktabah Wahbah, 2000.
158
Emzir, Analisa Data: Metodologi Penelitian Kualitatif, Jakarta: Rajawali Pers,
2010.
Essack, Farid, Qur’anic Hermeneutics, Problems and Prospect The Muslim Word,
LXXXIII, t.tp., tp., 1993.
Flanagan, GL., The Fisth Nine Months of Life, Terj. Yayasan Cipta Loka Caraka,
Jakarta: Yayasan Cipta loka Caraka, 2003, Cet.XV
Furchan, Arief dan Maimun, Agus, Studi Tokoh: Metode Penelitian Mengenai
Tokoh, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005.
Al-Ghazâlî, Abû Hâmid, Ihyâ' 'Ulûm ad-Dîn, Jilid I, Kairo: al-Tsaqâfah al-
Islâmiyyah, 1356 H.
______, Jawâhir Al-Qur'ân wa Duraruh, Beirut: Dâr al-Kutub al-‘Ilmiyyah, 1988.
Al-Ghulsyanî, Mahdi, Filsafat Sains Menurut Al-Qur'ân, Terj. Agus Efendi,
Bandung: Mizan, 1998.
Goldziher, Ignaz, Mazhab Tafsir, Terj. M Alaika Salamullah, Saifuddin Zuhri
Qudsy dan Badrus Syamsul Fata, Yogyakarta: eLSAQ Press, 2006.
Ghufron, Mohamad dan Rahmawati, Ulumul Qur'ân: Praktis dan Mudah,
Yogyakarta: Teras, 2013.
Hadi, Sutrisno, Metodologi Research, Vol. I, Yogyakarta: Andi Offset, 1993.
Hajar, Ahmad ‘Umar Abû, at-Tafsîr al-'Ilmî li Al-Qur'ân fî al-Mîzân, Beirut: Dâr
Qutaibah, t.th.
Hamid, Muhsin ‘Abd, ar-Râzi Mufassiran, Baghdad: Dâr al-Hurriyyah li al-Tibâ
‘ah, 1974.
Yosadi, Hendrati Handini, dkk, Sembilan Bulan yang Menakjubkan,
Jakarta : Gaya Favorit Press, 2005
Harahap, Syahrin, Metodologi Studi Tokoh Pemikiran Islam, Jakarta: Istiqomah
Press, 2006.
Harmi, Hamzah F., Kedudukan Sains dalam Metode Pemahamam Al-Qur'ân,
dalam Reflektika, Edisi Vol 1, September 2002.
Harun, Salman, Mutiara Al-Qur'ân, Jakarta: Logos, 1999.
Hayyan, Abû, al-Bahr al-Muhîth, Mesir: Mathba’ah as-Sa’âdah, Juz I, 1328 H
Hurlock, Elizabeth B, Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang
Rentang Kehidupan”, (Jakarta: Erlangga, 1980) Ed. V
159
Ibn 'Âsyûr, Muhammad thâhir, at-Tahrîr wa at-Tanwîr, juz 30 Tunisia: Dâr at-
tûnisiyyah, 1984 M
Irianto, Struktur dan Fungsi Tubuh Manusia, Jakarta: Yrama Widya, 2004
Ismâîl, Sya'bân Muhammad, Ushûl al-Fiqh; Tarîkhuhu wa Rijâluhu, Mekah: Dâr
as-Salâm, 1998.
Jansen, J.J.G., Diskursus Tafsir Al-Qur'ân Modern, Terj. Hairussalim dan Syarif
Hidayatullah, Yogyakarta: Tiara Wacana, 1994.
Jauharî, Thanthâwî, al-Jawâhir fî Tafsîr Al-Qur'ân al-Karîm, Mesir: Musthafa al-
Bâb al-Halabî,1421 H
Al-Jauziyyah, Ibn Qayyim, Madârik ash-Shâlihîn, Jilid 3, Beirut-Lubân: 1412
H/1991 M.
Khâlif, Fathullah, Fakhr ad-Dîn ar-Râzî, Mesir: Dâr al-Jâmi’ât al-Mishriyyah,
1976.
Katsîr, Abî al-Fidâ Ismâ’îl Ibn, Tafsîr Al-Qur’ân al-‘Azhîm, Jilid 2, Kairo:
Maktabah ats-Tsaqâfi, 2001 M.
Al-Kalbî, Ibn Juzzay, Al-Qawânîn al-Fiqhiyyah, Beirut, Lubâb: Dâr al-fikr, t.tt.
Kimbal, John W, Biology, terj. Hj. Siti Soetarmi Tjitrosomo dan Nawang Sari
Soegiri, Jilid II, Jakarta: Erlangga, 1994, Ed. VI
Ma’lûf, Luwîs, al-Munjid, Beirut: al-Mathba’ah katolik, tt.
Mader, Silvia, Biology, Boston : McGraw-Hill, 2004
Mahdi, Hilâl Mâhir, Fakhr ad-Dîn ar-Râzî Balâghiyyan, t.tp.: Manshûrâh
Wizârah al-I‘lâm al-'Irâqiyyah, 1977
Mahmûd, Mani' Abd al-Halîm, Metodologi Tafsir, Terj. Faisal Saleh dan
Syahdianor dari kitab Manhaj al-Mufassirîn, Jakarta: RajaGrafindo Persada,
2006
Mahmud, Musthafa, Rahasia Hidup dan Misteri Kematian, Bandung: Risalah,
1985.
Al-Marâghî, Ahmad Musthafâ, Tafsîr al-Marâghî, Terj. Bahrun Abubakar,
Semarang: Thaha Putra, 1987
Moleong, Lexi J., Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja Rosda
Karya, 2000
160
Mudwal, Med, Sumbangan Al-Qur'ân dalam Ilmu Kebidanan Sebuah Tinjauan
terhadap Tafsir Al-Qur'ân, Solo: Ramadhani, 1986
Muhajir, Noeng, Metode Penelitian Kualitatif: Telaah Positivistik Rasionalistik,
Phenomonologik Realisme Metafisik, Yogyakarta: Rake Sarasin, 1992
Al-Muhtasib, ‘Abd al-Majîd ‘Abd as-Salâm, Visi dan Paradigma Tafsir
Kontemporer, Terj. Moh. Maghfur Wahid dari kitab Ittijâhât at-Tafsîr fî
‘Ashr ar-Rahin, Bangil: al-Izzah, 1997
Munawwir, Ahmad Warson, Kamus al-Munawwir, Yogyakarta: Pondok
Pesantren al-Munawwir, 1984
Naufal, 'Abd al-Razzâq, Allah dari Segi Ilmu Pengetahuan Modern, Terj.
Halimuddin, Surabaya: Bina Ilmu, 1983
Nashr, Sayyed Hossein, An Introduction to Islamic Cosmological Doctrines,
London: Thames and Hudson, 1978
Nasution, Harun, Akal dan Wahyu, Jakarta: Ui-Press, 1982
Pai, Anna C., Foundation of Genetic (Dasar-Dasar Genetika), terj. Dr.Muchiddin
Apandi, MSc., Jakarta: Erlangga, 1992, Edisi II
Prawirohardjo, Prof. Dr. Sarwono, dkk, Ilmu Kandungan, (Jakarta: PT. Bina
Pustaka Sarwono Prawirohadjo, 2011) Edisi III
Purwanto, Agus, Ayat-Ayat Semesta: Sisi al-Qur’an yang Terlupakan, Bandung:
Mizan, 2008
Al-Qardhâwî, Yûsuf, Fatwa-fatwa Kontemporer 3, Terj. Abdul Hayyie al-Kattani
et. al., Jakarta: Gema Insani Press, 2002
Al-Qashshash, ‘Abd al-Mun‘îm ‘Ali Ibrâhîm, al-Imâm Fakhr ad-Dîn ar-Razi wa
Manhajuh fî at-Tafsîr al-Kabîr al-Musammâ bi Mafâtih al-Ghaib, Mesir:
Mir li al-Khidmâh al-‘Ilmiyyah, 1997
Al-Qaththân, Mannâ', Studi Ilmu-ilmu al-Qur'an, Terj. Mudzakir AS. dari kitab
Mabâhits fi 'Ulûm Al-Qur'ân, Bogor: Litera AntarNusa, 1996.
Rahman, Afzalur, Qur’anic Sciences, London: The Muslim Schools Trust, 1981
Rahman, Muhammad Ibrâhîm ‘Abd, Manhaj al-Fakhr ar-Râzî fî at-Tafsîr baina
Manâhij Mu‘âshirih, Nashr: al-shadr li Khidmah al-Tibâ'ah,1989
161
Ar-Râzî, Fakhr ad-Dîn Muhammad ibn 'Umar ibn Husain ibn Hasan ibn 'Ali, Roh
itu Misterius, Terj. Muhammad Abdul Qadir al-Kaf, Jakarta: Cendikia
Centra Muslim, 2001
____, Tafsîr al-Kabîr au Mafâtih al-Ghaib, Beirut: Dâr al-Kutub al-'Ilmiah, 2000.
RI, Kemenag, Penciptaan Manusia dalam perspektif Al-Qur'ân dan Sains,
Jakarta: Kemenag RI, 2012
Ridhâ, Muhammad Rasyîd, Tafsîr Al-Qur'ân al-Hakîm (Tafsir al-Manâr), Beirut-
Lubnan: Dâr al-Fikr, t.tt
Rohimin, Metodologi Ilmu Tafsir dan Aplikasi Model Penafsiran, Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 2007
As-Sabt, Khâlid bin 'Utsmân, Qawâ'id at-Tafsîr Jam'an wa Dirasatan, Juz 1, al-
Mamlakah al-'Arabiyyah as-Su'ûdiyyah: Dâr ibn 'Affân, 1417 H/1997 M
Sadler, T.W, Ph.D, Medical Embriology, Hong Kong, Wolters Kluwers, 2014
Sahabudin (ed.), et al. Ensiklopedia Al-Qur'ân: Kajian Kosa Kata, Vol. 2,
Jakarta: Lentera hati, 2007
Ash-Shâbûnî, Muhammad 'Ali, at-Tibyân fî 'Ulûm Al-Qur'ân, Dimasyqi:
Maktabah al-Ghazâlî, 1981
Shaleh, Abdul Rahman, Psikologi Suatu Pengantar Dalam Perspektif Islam,
Jakarta: Kencana, 2009
Ash-Shâlih, Shubhi, Mabâhits fî ‘Ulûm Al-Qur'ân, Beirut: Dâr al-‘Ilm li al-
Malâyîn, 1988
Shiddieqy, M. Hasbi, Sejarah dan Pengantar Ilmu Al-Qur'ân /Tafsir, Jakarta:
Bulan Bintang, 1990
____, Ilmu-Ilmu Al-Qur'ân, Semarang: Pustaka Rizki Press, 2009
Shihab, M. Quraish, Tafsir Al-Mishbah Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur'ân,
Vol 9, Jakarta: Lentera Hati, 2002
____, al-Lubâb, Tangerang: Lentera Hati, 2012
____, Membumikan Al-Qur'ân, Bandung: Mizan,1994
____, Wawasan Al-Qur'ân Tafsir Maudhu'i atas Pelbagai Persoalan Umat,
Bandung: Mizan, 2007
162
Subhan, Zaitunah, Tafsir Kebencian Studi Bias Jender dalam Tafsir Al-Qur'ân,
Yogyakarta: LKiS, 1999, Cet. 1
Suma, Muhammad Amin, Ijtihad Ibn Taimiyyah dalam Bidang Fiqh, Jakarta:
INIS, 1992
____, Studi Ilmu-ilmu Al-Qur'ân 1 dan 2, Jakarta: Pustaka Firdaus, 2001
As-Suyûthi, Jalâl ad-Dîn, al-Itqân fî ‘Ulûm Al-Qur'ân, Terj. Tim Editorindiva
Surakarta: Indiva Pustaka, 2009
Syadali, Ahmad dan Rafi'i, Ahmad, Ummul Qur'ân 1, Bandung: tp., 2000
Syaltût, Mahmûd, Tafsîr Al-Qur'ân al-Karîm, Terj. Hussein Bahreisy dan Herry
Nor Ali, t.tp.: Diponegoro, 1989
Asy-Syirbasyî, Ahmad, Qishah at-Tafsîr, Beirut: Dâr al-Qalam, 1962
Ath-Thabarsî, Abû 'Ali al-Fadhl bin Hasan, Majma' al-Bayân fî Tafsîr Al-Qur'ân,
Juz 1, Beirut-Lubnân: Dâr Ihyâ' at-Turats al-'Arabî, 1986 M
UGM, Tim Dosen Filsafat Ilmu Fakultas Filsafat, Filsafat Ilmu, Yogyakarta:
Penerbit Liberty Yogyakarta bekerjasama dengan YP Fakultas Filsafat,
2000
Umar, Nasarudin, Argumen Kesetaran Gender perspektif Al-Qur'ân, Jakarta:
Paramadina, 2001
Yahya, Hârûn, Al-Qur'ân dan Sains, Bandung: PT Syamil Citra Media, 2004
Yatim, Badri, Sejarah Peradaban Islam Jakarta: Rajawali Pers, 2010
______, Keajaiban Penciptaan Manusia, Alih Bahasa Oleh Ahmad Sahal dari
judul The Miracle of Creation of The Human Being, Jakarta: Globalmedia
Cipta Publising, 2003
Az-Zarkan, Muhammad Shâlih, Fakhr ad-Dîn ar-Râzi wa Arâ’uh al-Kalâmiyyah
wa al-Falsafiyyah, Kairo: Dâr al-Fikr, 1963
Az-Zarkasyî, Badr ad-Dîn Muhammad bin 'Abdullah, al-Burhân fî 'Ulûm Al-
Qur'ân, Jilid 1, t.tp.: Dâr al-Ihyâ' al-Kutub al-'Arabiyyah, 1376 H/1953 M.
Az-Zarqânî, Muhammad Abd al-'Azhîm, Manâhil al-'Irfân fî 'Ulûm Al-Qur'ân,
Jilid 1, (Beirut-Lubnân: Isa al-Bâb al-Halabi, t.tt.
Az-Zuhailî, Wahbah, at-Tafsîr al-Munîr fi asy-Syarî'ah wa al-'Aqîdah wa al-
Manhaj, Juz 2, Beirut-Lubnân, 1411 H/1991 M.