PROSES PENCIPTAAN MANUSIA MENURUT PENAFSIRAN IMAM …

45
i PROSES PENCIPTAAN MANUSIA MENURUT PENAFSIRAN IMAM AR-RAZI (Kajian Analitis Ayat-Ayat Kauniyah Surat Al-Hajj/22: 5, Al- Mu’minûn/23: 12-14 Dan Al-Mu’min/40: 67 Dalam Tafsir Mafâtih Al-Ghayb) Tesis Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Magister Agama (M.Ag) Dalam Bidang Ilmu Al-Qur'an Dan Tafsir Oleh: Asrorul Fuad Almaulidi NIM: 212. 410. 531 Pembimbing: Dr. Hj. Faizah Ali Syibromalisi, MA Dr. H. M. Azizan Fitriana, MA PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR'AN DAN TAFSIR PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER (S2) INSTITUT ILMU ALQURAN (IIQ) JAKARTA 2016 M/ 1437 H

Transcript of PROSES PENCIPTAAN MANUSIA MENURUT PENAFSIRAN IMAM …

Page 1: PROSES PENCIPTAAN MANUSIA MENURUT PENAFSIRAN IMAM …

i

PROSES PENCIPTAAN MANUSIA

MENURUT PENAFSIRAN IMAM AR-RAZI (Kajian Analitis Ayat-Ayat Kauniyah Surat Al-Hajj/22: 5, Al-

Mu’minûn/23: 12-14 Dan Al-Mu’min/40: 67 Dalam Tafsir Mafâtih

Al-Ghayb)

Tesis

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar

Magister Agama (M.Ag)

Dalam Bidang Ilmu Al-Qur'an Dan Tafsir

Oleh:

Asrorul Fuad Almaulidi

NIM: 212. 410. 531

Pembimbing:

Dr. Hj. Faizah Ali Syibromalisi, MA

Dr. H. M. Azizan Fitriana, MA

PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR'AN DAN TAFSIR

PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER (S2)

INSTITUT ILMU ALQURAN (IIQ)

JAKARTA

2016 M/ 1437 H

Page 2: PROSES PENCIPTAAN MANUSIA MENURUT PENAFSIRAN IMAM …

ii

PERNYATAAN PENULIS

Saya yang bertandatangan di bawah ini:

Nama : Asrorul Fuad Almaulidi

NIM : 212410531

Tempat/ tanggal lahir : Denpasar, 06 November 1986

Menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa tesis dengan judul

“PROSES PENCIPTAAN MANUSIA MENURUT PENAFSIRAN

IMAM AR-RAZI : Kajian Analitis Ayat-Ayat Kauniyah Surat Al-

Hajj/22: 5, Al-Mu’minûn/23: 12-14 Dan Al-Mu’min/40: 67 Dalam

Tafsir Mafâtih Al-Ghayb” adalah benar-benar hasil karya saya kecuali

kutipan-kutipan yang sudah disebutkan. Apabila di dalamnya terdapat

kesalahan dan kekeliruan, maka sepenuhnya menjadi tanggung jawab

saya. Selain itu apa bila terdapat plagiasi yang dapat berakibat diberikan

sanksi berupa pencabutan gelar oleh Institut Ilmu Al-Qur’an (IIQ) jakarta,

maka saya siap menanggung resikonya.

Jakarta, 15 syawwal 1437 H

20 july 2016

Asrorul Fuad Almaulidi

Page 3: PROSES PENCIPTAAN MANUSIA MENURUT PENAFSIRAN IMAM …

iii

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Tesis dengan judul “PROSES PENCIPTAAN MANUSIA

MENURUT PENAFSIRAN IMAM AR-RAZI : Kajian Analitis Ayat-

Ayat Kauniyah Surat Al-Hajj/22: 5, Al-Mu’minûn/23: 12-14 Dan Al-

Mu’min/40: 67 Dalam Tafsir Mafâtih Al-Ghayb” yang disusun oleh

Asrorul Fuad Almaulidi dengan nomor induk mahasiswa 212410531 telah

melalui proses bimbingan dan dinilai oleh pembimbing serta telah

memenuhi syarat untuk diajukan pada sidang munaqasyah.

Pembimbing I,

Dr. Hj. Faizah Ali Sibromalisi, MA

Pembimbing II

Dr. H. M. Azizan Fitriana, MA

Page 4: PROSES PENCIPTAAN MANUSIA MENURUT PENAFSIRAN IMAM …

iv

LEMBAR PENGESAHAN

Tesis dengan judul “PENCIPTAAN MANUSIA MENURUT

PENAFSIRAN AR-RAZI : Kajian Analitis Ayat-Ayat Kauniyah Surat

Al-Hajj/22: 5, Al-Mu’minûn/23: 12-14 Dan Al-Mu’min/40: 67 Dalam

Tafsir Mafâtih Al-Ghayb” yang disusun oleh Asrorul Fuad Almaulidi

dengan nomor induk mahasiswa 212410531 telah diujikan dalam sidang

munaqasyah Program Pascasarjana Institut Ilmu Al-Qur'an (IIQ) Jakarta

pada tanggal 24 Agustus 2016. Tesis tersebut telah diterima sebagai salah

satu syarat memperoleh gelar Magister Agama (M.Ag) dalam bidang

Ilmu Al-Qur'an Dan Tafsir.

Jakarta, 29 Safar 1438 H

29 November 2016 M

Direktur Pascasarjana

Institut Ilmu Al-Qur'an (IIQ) Jakarta

Dr. KH. Ahmad Munif Suratmaputra, MA

Tim Penguji Ttd. Tanggal

Dr. KH. Ahmad Munif Suratmaputra, MA ( ) ( )

Ketua Sidang

Dr. H. Muhammad Azizan Fitriana, M. Ag ( ) ( )

Sekretaris

Prof. Dr. KH. Artani Hasbi, MA ( ) ( ) Penguji I

Dr. KH. Ahmad Munif Suratmaputra, MA ( ) ( )

Penguji II

Dr. Hj. Faizah Ali Syibromalisi, MA ( ) ( )

Pembimbing I

Dr. H. Muhammad Azizan Fitriana, M. Ag ( ) ( )

Page 5: PROSES PENCIPTAAN MANUSIA MENURUT PENAFSIRAN IMAM …

v

Pembimbing II

Page 6: PROSES PENCIPTAAN MANUSIA MENURUT PENAFSIRAN IMAM …

v

TRANSLITERASI

Pedoman Penulisan Arab - Latin

A. Konsonan

Arab Latin Arab Latin Arab Latin

ا ب ت ث ج ح خ د ذ

`

b

t

ts

j

h

kh

d

dz

ر ز س ش ص ض ط ظ ع

r

z

s

sy

sh

dh

th

zh

غ ف ق ك ل م ن و ه ى

gh

f

q

k

l

m

n

w

h

y

B. Vocal

Keterangan Vocal Tunggal Vocal Panjang Vocal Rangkap

Fathah

a : ي

اى : â

(qâla : قال)

يى : ai

(nail : ويل)

Kasrah

i : ي

يى : î (qîla : قيل)

ىى : au

(qaul : قىل)

Dhammah

u : ي

ىى : û (yaqûlu : يقىل)

Page 7: PROSES PENCIPTAAN MANUSIA MENURUT PENAFSIRAN IMAM …

vi

C. Kata Sandang

1. Kata sandang yang diikuti alif lam ( qamariyah ( ال

ditransliterasikan sesuai dengan bunyinya, contoh: المديىت : al-

Madînah, البقزة : al-Baqarah. Begitu pula dengan alif lam ( (ال

syamsiyah ditransliterasikan sesuai dengan bunyinya, contoh: جلالز

: ar-Rajul, الشمس : asy-Syams, دةي الس : as-Sayyidah.

2. Syaddah (tasydid) dalam sistem aksara Arab menggunakan lambang

( ), sedangkan untuk alih aksara dilambangkan dengan huruf,

yaitu dengan cara menggandakan huruf yang berlambang tasydid.

Aturan ini berlaku secara umum, baik tasydid yang berada di tengah

kata, di akhir kata, ataupun yang terletak setelah kata sandang yang

diikuti oleh huruf-huruf syamsiyah, contoh: آ مى ا : âmannâ, ك ع : والز

wa ar-rukka'i, ال ذيه مهالس فهاءآ ,inna al-ladzîna : ان : âman as-sufahâ'.

3. Ta marbuthah ( apabila terletak diakhir kalimat ditulis dengan (ة

huruf "h", contoh: الص لاةباب : bab ash-shalâh. Sedangkan bila

terletak ditengah kalimat ditulis dengan huruf "t", contoh: جارةسكاةالت

: zakât at-tijârah.

D. Huruf Kapital

Sistem penulisan huruf Arab tidak mengenal huruf kapital, akan

tetapi apabila akan ditransliterasikan maka berlaku ketentuan ejaan yang

disempurnakan (EYD) bahasa Indonesia, seperti penulisan awal kalimat,

awal nama tempat, awal nama bulan, awal nama orang dan lain-lain.

ketentuan yang berlaku pada EYD, berlaku pula dalam transliterasi ini,

seperti cetak miring (italic) atau tebal (bold) dan ketentuan lainnya.

Adapun untuk nama orang yang diawali dengan kata sandang, maka

huruf yang ditulis dengan kapital adalah awal nama tersebut, bukan kata

sandangnya, contoh: Ali Hasan al-Aridh, al-'Asqalani, al-Farmawi dan

lainnya. Khusus untuk penulisan alquran dan nama-nama suratnya

menggunakan huruf kapital, contoh: Al-Qur'an, Al-Baqarah, Al-Fatihah

dan seterusnya.

E. Singkatan-singkatan

cet. : cetakan H : Hijriyyah

h. : halaman ra : radhiyallâhu 'anhu

M : Masehi / Milâdiyyah saw : shallallâhu 'alaihi wa

sallam

swt : subhânahu wa ta'âla t.p. : tanpa penerbit

t.th. : tanpa tahun t.tp. : tanpa tempat penerbit

terj. : terjemahan w. : wafat

Page 8: PROSES PENCIPTAAN MANUSIA MENURUT PENAFSIRAN IMAM …

vii

KATA PENGANTAR

Bismillãhirrahmãnirrahĩm

Alhamdulillah, segala puji dan syukur penulis persembahkan

kehadirat Allah swt yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya

serta kekuatan lahir dan batin sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis

ini. Tesis yang berjudul “PENCIPTAAN MANUSIA MENURUT

PENAFSIRAN AL-RAZI : Telaah Ayat-Ayat Kauniyah Surat Al-Hajj/22:

5, Al-Mu‟minûn/23: 12-14 Dan Al-Mu‟min/40: 67” telah selesai ditulis

sebagai mestinya. Shalawat dan salam semoga senantiasa dilimpahkan

kepada Nabi akhir zaman, Rasulullah Muhammad SAW yang telah

menunjukkan pada kita semua jalan terang menuju ridha Allah SWT,

begitu juga kepada keluarga dan sahabat-sahabatnya.

Selanjutnya, penulis menyadari bahwa dalam penyusunan tesis ini

tidak sedikit hambatan dan kesulitan yang dihadapi, namun berkat

bantuan dan motivasi serta bimbingan yang tidak ternilai dari berbagai

pihak, akhirnya penulis dapat menyelesaikan tesis ini.

Oleh karena itu, penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang

setinggi-tingginya kepada yang terhormat:

1. Rektor Institut Ilmu Al-Qur‟an (IIQ) Jakarta, Prof. Dr. Hj.

Huzaemah Tahido Yanggo, MA atas segala fasilitas dan ilmu

pengetahuan yang diberikan kepada kami.

2. Direktur Program Pascasarjana IIQ Jakarta, Dr. KH Ahmad

Munif Suratmaputra, MA atas kesempatan untuk mengikuti

pendidikan pada Program Pascasarjana (S2) IIQ Jakarta.

3. Dr. Hj. Faizah Ali Syibromalisi, MA selaku pembimbing I yang

telah meluangkan waktu dan menberikan ilmu serta arahan

yang sangat berharga dalam penulisan tesis ini.

4. Dr. H. M. Azizan Fitriana, MA selaku pembimbing II yang

juga telah sabar memberikan masukan dan arahan pada

penulisan tesis ini.

5. Seluruh dosen Institut Ilmu Al-Quran (IIQ) Jakarta, khususnya

para dosen pada konsentrasi ulum al-quran dan ulum al-hadits,

atas ilmu yang luar biasa yang telah disampaikan pada kami

sehingga memudahkan kami palam menulis tesis ini.

6. Seluruh civitas akademika dan perpustakaan Institut Ilmu Al-

Qur‟an Jakarta, khususnya Ibu Siti Shofiyah atas informasi-

informasinya yang sangat membantu kami.

7. Kedua orang tua tercinta, ibu Siti Maisaroh dan bapak

Sunariyan, S.Ag atas segalanya, yang tidak mungkin dapat

penulis sebutkan satu-persatu. Hanya Allah yang mampu

Page 9: PROSES PENCIPTAAN MANUSIA MENURUT PENAFSIRAN IMAM …

viii

membalas segalanya, dengan segala hormat dan cinta, penulis

berdo‟a semoga mereka berdua selalu dalam limpahan rahmat

Allah SWT dan diberikan kesehatan untuk selalu berusaha

menjadi hamba-hamba terbaik di hadapan tuhannya.

8. Sri Handayani, SS yang bersedia bersabar menerima segala

keluhan penulis dan memberikan motivasi untuk

menyelesaikan penulisan tesis ini. Semoga Allah SWT selalu

merahmati hidupnya.

9. Teman-teman IIQ kelas konsentrasi ulum al-Qur‟an dan ulum

al-Hadits atas kebersamaannya selama ini yang indah. Pada

sahabat-sahabat penulis, Syakur, Abduh, Fuadi dan Lutfi

“kelas ini akan hampa tanpa kalian”. Terkhusus kepada teman

baru penulis bapak Zaenal yang mau berbagi waktu berdiskusi

demi terselesaikannya tesis ini.

10. Semua teman-teman, kerabat penulis yang tidak mampu

penulis sebutkan satu-persatu yang telah berkontribusi,

Atas kebaikan yang telah mereka berikan kepada penulis, semoga

Allah SWT membalas mereka dengan balasan terbaik di dunia dan

akhirat.

Mengutip sebuah pepatah yang mengatakan tak ada gading yang

tak retak, begitu pula penulisan tesis ini tidak luput dari kekurangan oleh

karena itu penulis mohon kritik dan saran dari pembaca maupun peneliti

selanjutnya. Akhirnya penulis berharap agar tulisan kecil ini bisa

bermanfaat bagi pembacanya.

Jakarta, 15 syawwal 1437 H

20 july 2016 M

Penulis

Asrorul Fuad Almaulidi

Page 10: PROSES PENCIPTAAN MANUSIA MENURUT PENAFSIRAN IMAM …

viii

DAFTAR ISI

SAMPUL DALAM ................................................................................ i

PERSETUJUAN PEMBIMBING ........................................................ ii

SURAT PERNYATAAN ...................................................................... iii

LEMBAR PENGESAHAN ................................................................... iv

TRANSLITERASI ................................................................................ v

KATA PENGANTAR ........................................................................... vii

DAFTAR ISI .......................................................................................... viii

ABSTRAK .............................................................................................. x

BAB I: PENDAHULUAN ..................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah ......................................................... 1

B. Identifikasi Masalah ................................................................ 9

C. Pembatasan Masalah ............................................................... 9

D. Perumusan Masalah ................................................................ 10

E. Tujuan Penelitian .................................................................... 10

F. Kegunaan Penelitian ............................................................... 10

G. Kerangka Teoritis ................................................................... 11

H. Tinjauan Pustaka ..................................................................... 15

I. Metode Penelitian ................................................................... 18

J. Sistematika Penulisan ............................................................. 22

BAB II: FAKHR AD-DÎN AR-RÂZÎ DAN TAFSÎR MAFÂTIH

AL-GHAIB ............................................................................................. 24

A. BiografiFakhr ad-Dînar-Râzî .................................................. 24

B. Tafsîr Mafâtih al-Ghaib .......................................................... 32

1. Sejarah Penulisan Tafsîr Mafātih al-Ghayb ....................... 32

2. Sumber, Metode dan Corak Penulisan Tafsîr Mafâtih

al-Ghayb ............................................................................ 33

3. Karakteristik Penafsiran Tafsîr Mafâtih al-Ghayb ............. 42

BAB III: PENAFSIRAN AYAT-AYAT KAUNIYYAH TENTANG

PENCIPTAAN MANUSIA .................................................... 48

A. Ayat-ayat Kauniyyah .............................................................. 48

1. Pengertian Ayat-ayat Kauniyyah ....................................... 48

2. Penafsiran Corak 'Ilmiyah Ayat-ayat Kauniyyah .............. 53

3. Pro Kontra Tafsîr 'Ilmî di Kalangan Ulama ....................... 71

B. Gambaran Umum Penciptaan Manusia dalam Al-Qur'an ...... 86

BAB IV: PENAFSIRAN AYAT-AYAT PENCIPTAAN MANUSIA

DALAM TAFSIR MAFÂTIH AL-GHAIB ..................... …107

A. Penafsiran Fakhr ad-Dîn ar-Râzî Terhadap Ayat-ayat

Penciptaan Manusia .......................................................... .110

1. Surah Al-Hajj/22: 5 .......................................................... .110

Page 11: PROSES PENCIPTAAN MANUSIA MENURUT PENAFSIRAN IMAM …

ix

2. Surah Al-Mu'minûn/23: 12-14 ......................................... .116

3. Surah Al-Mu'min/40: 67 .................................................. .121

B. Proses ReproduksiManusiadalamPandangan

Sains Modern .................................................................... .123

C. Tinjauan Sains Modern Atas Penafsiran Fakhr ad-Dînar-Râzî

TerhadapAyat-ayat Penciptaan Manusia ........................... .143

BAB V: PENUTUP .............................................................................. .154

A. Kesimpulan ........................................................................... .154

B. Saran ..................................................................................... .155

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................... .156

CURRICULUM VITAE ..................................................................... .164

Page 12: PROSES PENCIPTAAN MANUSIA MENURUT PENAFSIRAN IMAM …

x

A B S T R A K

Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap secara mendalam

penafsiran Fakhr ad-Dîn ar-Râzî (w. 606 H) terhadap ayat-ayat

kauniyyah tentang penciptaan manusia dalam kitab tafsir Mafâtih al-

Ghaib serta nuansa keilmiahan penafsirannya dilihat dari sudut sains

modern saat ini. Fakhr ad-dîn ar-Râzî (w. 606 H) dengan kitabnya

Mafâtih al-Ghaib merupakan mufasir pertama yang dikatakan banyak

mengeksplorasi ayat-ayat kauniyyah. Kitab tafsir ini menawarkan

pendekatan yang unik terhadap penafsiran Al-Qur'ân. Kitab ini mencakup

ruang yang begitu luas dalam pembahasan setiap subjeknya, seperti

teologi, filsafat, logika, fiqh, astronomi dan sebagainya.

Ayat-ayat kauniyyah tentang proses penciptaan manusia secara

umum dalam Al-Qur’ân sangatlah banyak. Maka, untuk mengetahui

penafsiran Fakhr ad-Dîn ar-Râzî (w. 606 H) tentang proses penciptaan

manusia, penulis memfokuskan pada tiga surah, yakni: Al-Hajj/22: 5,

Al-Mu'minûn/23: 12-14 dan Al-Mu'min/40: 67. Ayat-ayat dalam ketiga

surah ini dipilih karena mencerminkan proses penciptaan manusia secara

utuh, disertai tahapan-tahapan yang jelas dan terstruktur. Pendekatan

yang penulis gunakan adalah pendekatan interpretatif-induktif.

Pendekatan interpretatif digunakan untuk mengetahui pemikiran ar-Râzî

dalam menafsirkan ayat-ayat kauniyyah tentang proses penciptaan

manusia secara umum (keturunan Adam). Pendekatan interpretatif ini

kemudian dipadukan dengan metode induksi, yaitu metode yang

berangkat dari sejumlah kenyataan yang bersifat khusus menuju

kesimpulan yang bersifat umum. Metode induksi ini penulis gunakan

untuk mengambil kesimpulan atas penggunaan sumber, metode dan

prinsip penafsiran ar-Râzî dengan sains modern.

Hasil penelitian ini memberikan fakta bahwa penafsiran Fakhr ad-

Dîn ar-Râzî atas ayat-ayat kauniyyah tentang penciptaan manusia banyak

memiliki kesesuaian dengan sains modern, disamping pula dijumpai pula

adanya kekurang-selarasan. Diantara yang selaras adalah bahwa sebagian

kecil sperma sajalah yang membuahi sel telur, sperma laki-laki lah yang

menentukan jenis kelamin bayi, terbentuknya tulang lebih dahulu

daripada daging (otot) pembungkus, nuthfah berkembang di tiga area

aman di dalam rahim, dan lainnya. Sementara yang kurang selaras adalah

terkait pemaknaan 'alaqah, penjelasan kurang mendetail terkait waktu

perkembangan tiap fasenya, dan pemahaman tentang khalqan âkhar (bayi

sempurna siap lahir). Namun hal ini bisa dipahami sebab penafsiran

maupun sains memiliki sifat berkembang menurut kemajuan ilmu

pengetahuan.

Page 13: PROSES PENCIPTAAN MANUSIA MENURUT PENAFSIRAN IMAM …

xi

A B S T R A C T

The purpose of this research is to reveal the in-depth tafsir of Fakhr

ad-Dîn ar-Râzî (w. 606 H) on kauniyyah verses about the creation of man

in Mafâtih al-Ghaib and its scientific interpretation from modern science

perspective. Fakhr ad-dîn ar-Râzî (w. 606 H) with his book Mafâtih al-

Ghaib is the first mufassir who explores kauniyyah verses. This tafsir

book proposes a unique approach to Al-Qu'ran tafsir. The book covers a

broad discussion in subjects such as theology, philosophy, logic, fiqh,

astronomy, and many more.

There are abundant verses in kauniyyah on the creation of man.

Therefore, to identify Fakhr ad-Dîn ar-Râzî (w. 606 H) interpretation on

the subject, the writer focuses on three verses which are Al-Hajj/22: 5,

Al-Mu'minûn/23: 12-14 and Al-Mu'min/40: 67. The verses of these

surahs are chosen because they reflect the process of the creation of man

in details that include the descriptive and structured stages. The writer

uses interpretative-inductive approach to analyze ar-Râzî's ideas to

interpret kauniyyah verses on the creation of man in general (Descendants

of Adam). The interpretative approach is aimed at the method, source,

and its principles used to interpret the verses. This approach then

combined with inductive approach that comes from particular facts to

general conclusion. This inductive approach is used by the writer to draw

a conclusion to the usage of source, method, and principals of ar-Râzî

interpretation of kauniyyah verses viewed from the interpretation's

relevance to modern science.

The result of this research gives facts that Fakhr ad-Dîn ar-Râzî

interpretation of kauniyyah verses on the creation of man is in congruence

with modern science, although there are some incongruities can be found.

Some that are congruous are: only half of sperm fertilize the egg, sperm

determines the sex of the fetus, bone formation comes first and followed

by flesh (muscle), nuthfah grows in three safe areas around the womb,

and more. On the other hand, the incongruities are shown in the

interpretation of alaqah, lack of details on the fetus development phase

and the perception of khalqan âkhar (full-term baby). However, this

inconsistency is understandable considering tafsir and science keep

growing over time.

Page 14: PROSES PENCIPTAAN MANUSIA MENURUT PENAFSIRAN IMAM …

1

BAB I

PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Al-Qur‟ân yang dalam memori kaum muslimin sepanjang abad

merupakan firman Allah menegaskan bahwa dirinya adalah petunjuk

bagi manusia,1 yang memberikan penjelasan atas segala sesuatu

2

sedemikian rupa, sehingga tidak ada sesuatupun yang ada dalam realitas

luput dari penjelasannya.3 Tujuan utama setiap usaha penafsiran Al-

Qur‟ân, sejak dahulu hingga kini, adalah menjelaskan kehendak Allah

Swt dan operasionalisasi kehendak itu, di bidang akidah dan hukum-

hukum syar‟i, serta nilai-nilai etis dan keadaban yang dibawa oleh Al-

Qur‟ân untuk perbaikan dan pembersihan jiwa manusia.

Secara global, Al-Qur‟ân mengandung tiga aspek pokok yaitu

akidah, syari‟ah dan akhlak. Pencapaian terhadap tiga tujuan pokok ini,

menurut M. Quraish Shihab, diusahakan oleh Al-Qur‟ân melalui empat

cara, yaitu pertama perintah untuk memperhatikan alam raya, kedua

perintah untuk mengamati pertumbuhan dan perkembangan manusia,

ketiga kisah-kisah dan keempat janji serta ancaman duniawi dan

ukhrawi.4

Perintah untuk memperhatikan alam raya, ternyata menempati

posisi yang cukup penting dalam Al-Qur‟ân. Hal ini dapat dilihat dari

kuantitas ayat-ayat Al-Qur‟ân yang membicarakan tentang fenomena

alam. Di dalam Al-Qur‟ân terdapat lebih dari 750 ayat yang menunjuk

pada fenomena alam, dan manusia diminta untuk memikirkannya, agar

dapat mengenal Allah lewat tanda-tanda-Nya.5 Ayat-ayat tersebut

kemudian sering disebut dengan ayat-ayat kauniyyah. Jika dibandingkan

dengan ayat-ayat yang berkaitan dengan hukum, maka ayat-ayat

kauniyyah ini jauh lebih besar jumlahnya. Hal ini sesungguhnya

menunjukkan betapa urgennya proses pemahaman terhadap alam raya

1 Surah Al-Baqarah/2:185.

2 Surah Al-Nahl/16: 89.

3 Surah Al-An„âm/6: 38.

4 M. Quraish Shihab, Tafsir al-Mishbah: Pesan, Kesan dan Keserasian Al-

Qur‟ân, Vol. 1 (Jakarta: Lentera Hati, 2006), h. viii. 5 Menurut Thanthâwî Jauharî, di dalam Al-Qur‟ân terdapat lebih dari 750 ayat-

ayat kauniyyah. Thanthâwî Jauharî menyebutnya dengan istilah âyât al-„ulûm.

Sedangkan menurut Agus Purwanto, jumlah keseluruhan ayat-ayat kauniyyah adalah

sebanyak 1.108 ayat. Lihat: Thanthâwî Jauharî, al-Jawâhir fî Tafsîr Al-Qur‟ân al-Karîm,

(Mesir: Musthafa al-Bâb al-Halabî,1421), h. 2; Lihat juga: Agus Purwanto, Ayat-Ayat

Semesta: Sisi Al-Qur‟ân yang Terlupakan, (Bandung: Mizan, 2008), h. 29.

Page 15: PROSES PENCIPTAAN MANUSIA MENURUT PENAFSIRAN IMAM …

2

dan segenap isinya.6

Al-Qur‟ân memang bukan buku pelajaran tentang astronomi,

biologi, kimia, fisika atau ilmu pengetahuan lainnya. Namun ternyata

Al-Qur‟ân memuat ayat-ayat yang menyinggung dan menjelaskan

tentang kejadian alam semesta, tentang penciptaan makhluk hidup

terutama manusia, tentang sejarah dan berbagai proses alamiah lainnya.

Adanya kenyataan bahwa di dalam Al-Qur‟ân terdapat begitu banyak

ayat yang berbicara tentang alam raya ini, kemudian menimbulkan

perbedaan pandangan di kalangan ilmuwan muslim tentang maksud

keberadaannya, serta upaya penafsiran terhadapnya. Secara umum

perbedaan pandangan tersebut dapat dibagi menjadi dua pola

pemikiran.7

Pendapat pertama menyatakan bahwa adanya ayat-ayat kauniyyah

tersebut merupakan isyarat tentang ilmu pengetahuan yang dicakup oleh

Al-Qur‟ân. Pandangan ini berlandaskan pada keyakinan bahwa Al-Qur‟ân

mencakup seluruh bentuk pengetahuan. Dengan demikian, adanya ayat-

ayat kauniyyah di dalam Al-Qur‟ân, menunjukkan bahwa Al-Qur‟ân juga

mencakup unsur-unsur dasar dari ilmu-ilmu alam.

Pandangan yang menyatakan bahwa adanya ayat-ayat kauniyyah

tersebut merupakan isyarat tentang ilmu pengetahuan bersumber pada

keyakinan bahwa Al-Qur‟ân adalah sumber seluruh pengetahuan.

Pendapat ini, antara lain dipelopori oleh Abû Hâmid al-Ghazâlî (w. 505

H). Dalam kitabnya, Ihyâ‟ „Ulûm ad-Dîn dan Jawâhir al-Qur'ân, al-

Ghazâlî secara panjang lebar mengemukakan alasan-alasan untuk

membuktikan pendapatnya itu. Al-Ghazâlî mengatakan bahwa: "Segala

macam ilmu pengetahuan, baik yang terdahulu (masih ada atau telah

punah), maupun yang kemudian, baik yang telah diketahui maupun

belum, semua bersumber dari Al-Qur‟ân."8

Pendapat pertama ini, pada gilirannya memunculkan satu corak baru

dalam penafsiran ayat-ayat kauniyyah, yang kemudian dikenal dengan

sebutan tafsîr „ilmî yaitu corak penafsiran yang mencoba untuk

mendialogkan antara ayat-ayat kauniyyah dengan ilmu pengetahuan

yang berkaitan dengannya. Bagi golongan pertama, tentu saja

perkembangan ilmu pengetahuan merupakan salah satu sumber yang

tidak bisa dihindari dalam upaya penafsiran ayat-ayat kauniyyah. Tesis

6 Dariusch Atightechi, Islamic Bioethics: Problems and Perspectives (Nederland:

Springer, 2007), h. 327. 7 Mahdi Ghulsyanî, Filsafat Sains Menurut Al-Qur‟ân, Terj. Agus Efendi

(Bandung: Mizan, 1998), h. 137. 8 Abû Hâmid al-Ghazâlî, Ihyâ' 'Ulûm ad-Dîn, Jilid I (Kairo: al-Tsaqāfah al-

Islāmiyyah, 1356 H), h. 301.

Page 16: PROSES PENCIPTAAN MANUSIA MENURUT PENAFSIRAN IMAM …

3

penafsiran ilmiah juga diperkuat dalam literatur „Ulûm Al-Qur‟ân,

terutama dua karya Ulûm Al-Qur‟ân yang fenomenal yaitu al-Burhân fî

„Ulûm Al-Qur‟ân yang disusun oleh Badr ad-Dîn az-Zarkasyî (w. 794

H) dan al-Itqân fî „Ulûm Al-Qur‟ân yang ditulis oleh Jalâl ad-dîn as-

Suyûthî (w. 911 H).

Sementara, pendapat kedua menyatakan bahwa adanya ayat-ayat

kauniyyah di dalam Al-Qur‟ân, tidaklah dimaksudkan untuk

menunjukkan adanya berbagai ilmu yang dikandung oleh Al-Qur‟ân,

akan tetapi lebih ditujukan untuk menunjukkan ke-Maha Kuasa-an Allah

swt Hal ini berdasarkan pada keyakinan bahwa Al-Qur‟ân itu semata-

mata kitab petunjuk dan bukan kitab ensiklopedi ilmu pengetahuan,

sehingga di dalamnya tidak ada tempat bagi ilmu kealaman. Bagi

golongan kedua, penyebutan ayat-ayat kauniyyah di dalam Al-Qur‟ân,

hanyalah dimaksudkan agar menjadi bahan pelajaran bagi ummat

manusia akan kebesaran dan keagungan Allah swt, dan tidak untuk

selainnya. Oleh karenanya, perkembangan ilmu pengetahuan, dalam

pandangan kelompok ini, bukanlah sumber penting dalam penafsiran

ayat-ayat kauniyyah.9

Pendapat kedua ini antara lain dimotori oleh Abû Ishâq Asy-

Syathibî (w. 790 H). Asy-Syathibî menyatakan bahwa Al-Qur‟ân

memang mengandung fakta ilmiah, akan tetapi jenis fakta ilmiah yang

berkembang sesuai dengan pemikiran bangsa Arab.10

Ia berpendapat

bahwa salaf ash-shâlih11

pendahulu kita terutama dari kalangan sahabat

dan tabi‟in adalah orang yang paling memahami Al-Qur‟ân, akan tetapi

tidak ditemukan riwayat-riwayat yang menunjukkan bahwa mereka

menghubungkan Al-Qur‟ân dengan ilmu pengetahuan. Hal ini, menurut

asy- Syatibî, menunjukkan bahwa Al-Qur‟ân tidak perlu untuk dikaitkan

dengan ilmu pengetahuan yang sedang berkembang, apalagi kemudian

dipaksakan untuk menjadi sumber berbagai pengetahuan yang mungkin

akan berkembang lagi.12

9 Mahdi Ghulsyanî, Filsafat Sains Menurut Al-Qur‟ân, h. 137.

10 Abû Ishâq Ibrâhîm bin Mûsa asy-Syatibî al-Andalûsî, al-Muwâfaqât fi Ushûl

asy-Syarî‟ah, Vol. 2, (Jeddah: Dâr Ibn „Affân, 1997), h. 128; Lihat juga: „Abd al-Majîd

„Abd as-Salâm al-Muhtasib, Visi dan Paradigma Tafsir Kontemporer, Terj. Moh.

Maghfur Wahid dari kitab Ittijâhât at-Tafsîr fî „Ashr ar-Rahin, (Bangil: al-Izzah, 1997),

h. 297 - 302. 11

Salaf ash-shâlih adalah para sahabat, tabi„in dan tabi‟it tabi„in yang dikenal

dengan keutamaan mereka dalam masalah agama. Lihat: „Abd al-Humaid al-Atsarî, al-

Wajîz fî „Aqîdah as-Salaf ash-Shâlih, (Riyad: Wizârat al-Shu‟ûn al-Islâmiyyah, 1422 H),

h. 15. 12

Abû Ishâq Ibrâhîm bin Mûsa asy-Syatibî al-Andalûsî, al-Muwâfaqât fi Ushûl

asy-Syarî‟ah, Vol. 2, h. 127.

Page 17: PROSES PENCIPTAAN MANUSIA MENURUT PENAFSIRAN IMAM …

4

Kontroversi tentang penafsiran ilmiah terhadap ayat-ayat kauniyyah

ini, sebetulnya berasal dari relasi antara makna doktriner Al-Qur‟ân

yang diyakini bersifat mutlak dan universal, dengan fakta temuan ilmu

pengetahuan yang dianggap relatif dan partikular. Para penentang tafsir

ilmi menganggap bahwa upaya-upaya penafsiran ayat-ayat Al-Qur‟ân

dengan pendekatan ilmiah merupakan hal yang bisa menyeret ayat-ayat

Al-Qur‟ân ke dalam satu persoalan kekinian yang selalu berubah-ubah

dari waktu ke waktu. Hal ini dikhawatirkan akan menodai kesucian Al-

Qur‟ân yang seharusnya bersifat sakral dan final, dan menjadi

perdebatan ilmiah yang tidak jelas kapan akan berakhir.

Sementara para pendukung tafsîr 'ilmî beranggapan bahwa

bagaimanapun juga penemuan-penemuan ilmiah, merupakan satu

kontribusi yang sangat penting, dalam upaya menyingkap makna-makna

yang ada di dalam ayat-ayat Al-Qur‟ân, khususnya yang berkaitan

dengan segi í„jâz „ilmî, yang merupakan salah satu bagian dari

kemukjizatan Al-Qur‟ân. Mengabaikan penemuan ilmiah, dalam

pandangan mereka, merupakan satu hal yang tidak semestinya

dilakukan, sebab bagaimanapun juga penafsiran ayat-ayat Al-Qur‟ân,

harus tetap diperbaharui dalam upaya mendekati kebenaran,

sebagaimana yang diinginkan oleh Allah dan Rasul-Nya. Kontroversi ini

menuntut penjelasan epistemologis untuk menemukan format hubungan

logis dan bermakna antara Al-Qur‟ân dan teori ilmu pengetahuan.

Format tersebut bermuara pada pertanyaan dasar tentang bagaimana ayat

Al-Qur‟ân ditempatkan dalam hubungan Al-Qur‟ân dan ilmu

pengetahuan dan bagaimana menfungsikan Al-Qur‟ân, sebagai inspirasi

dalam konteks perkembangan ilmu pengetahuan.13

Bila diasumsikan bahwa kandungan Al-Qur‟ân bersifat universal,

berarti aktualitas makna tersebut pada tataran kesejarahan meniscayakan

dialog dengan pengalaman manusia dalam konteks waktu.14

Sejauh ilmu

pengetahuan dipandang sebagai modus ungkapan pengalaman manusia,

sebagaimana ungkapan Cassirer,15

maka persinggungan ilmu

pengetahuan dengan penafsiran Al-Qur‟ân, menjadi keniscayaan sejarah

yang tak terhindarkan. Namun sepanjang sejarah pemikiran tafsir, upaya

13

Hamzah F. Harmi, Kedudukan Sains dalam Metode Pemahamam Al-Qur‟ân,

dalam Reflektika, Edisi Vol 1, September 2002, h. 38. 14

Cf. Kenneth Cragg menegaskan -seperti yang dikutip Essack- bahwa “The

eternal cannot enter time without a time when it enters”. Lihat: Farid Essack, Qur‟anic

Hermeneutics, Problems and Prospect The Muslim Word, LXXXIII (t.tp., tp., 1993), h.

118. 15

Ernst Cassirer, An Essay on Man: An Introduction to a Philosophy of Human

Culture (New York: Doubleday Anchor Books, t.th.), h. 261.

Page 18: PROSES PENCIPTAAN MANUSIA MENURUT PENAFSIRAN IMAM …

5

para sarjana untuk mendialogkan Al-Qur‟ân dengan fakta-fakta ilmiah

menjadi kontroversi. Di satu sisi upaya ini banyak ditentang oleh

sejumlah ahli. Asy-Syathibî (w. 790 H), Rasyîd Ridhâ (w. 1354 H), dan

Syaltût (w. 1964 M) adalah beberapa orang di antara mereka yang

menentang penafsiran ilmiah terhadap Al-Qur‟ân.16

Sementara di sisi

lain, produk tafsir yang bercorak ilmiah tidak pernah surut, kalaulah

tidak bisa dikatakan semakin berkembang. Studi Jansen atas

perkembangan tafsir dengan pendekatan ilmiah -Jansen menyebutnya

sebagai tafsir dengan pendekatan sejarah alam-, sampai kepada tesis

bahwa model penafsiran ilmiah akan tetap memiliki masa depan.17

Fakhr ad-Dîn ar-Râzî (w. 606 H) dengan kitabnya Mafâtih al-

Ghaib merupakan mufasir pertama yang dikatakan banyak

mengeksplorasi ayat-ayat kauniyyah.18

Pemikirannya memiliki arti

penting dalam konteks perkembangan tafsir, utamanya yang berkaitan

dengan penafsiran ayat-ayat kauniyyah. Karyanya Mafâtih al-Ghaib

menampilkan model yang signifikan, tentang bagaimana Al-Qur‟ân

berdialog dengan pengalaman eksistensial kaum muslimin sepanjang

arus perkembangan peradaban mereka, dimana ilmu pengetahuan

menjadi salah satu muatan metodologis dalam kerangka dialog

tersebut.19

Mafâtih al-Ghaib sebagai magnum opus ar-Râzî, muncul pada

puncak perkembangan peradaban Islam ketika proses islamisasi ilmu

pengetahuan Yunani mencapai kematangannya.20

Mengenai

pandangannya tentang hubungan Al-Qur‟ân dan ilmu, ketika

menjelaskan bukti-bukti kemukjizatan Al-Qur‟ân, ar-Râzî menyatakan

bahwa Al-Qur‟ân adalah asal semua ilmu.

16

„Abd al-Majîd „Abd as-Salâm al-Muhtasib, Visi dan Paradigma Tafsir

Kontemporer, h. 297- 313. 17

J.J.G. Jansen, Diskursus Tafsir Al-Qur‟ân Modern, Terj. Hairussalim dan

Syarif Hidayatullah, (Yogyakarta: Tiara Wacana, 1994), h. 87. Lihat juga: Hamzah F.

Harmi, Kedudukan Sains dalam Metode Pemahamam Al-Qur‟ân, h. 40. 18

Shubhî ash-Shâlih, Mabâhits fî „Ulûm Al-Qur‟ân, (Beirut: Dâr al-„Ilm li al-

Malâyîn, 1988), h. 293. 19

Hamzah F. Harmi, Kedudukan Sains dalam Metode Pemahamam Al-Qur‟ân, h.

40. 20

Dalam pandangan Nashr, pencapaian studi muslim klasik di bidang sains

kealaman mencapai puncaknya pada kepakaran Ibn Sina yang hidup beberapa dekade

sebelum ar-Razi. Lihat: Sayyed Hossein Nashr, An Introduction to Islamic Cosmological

Doctrines, (London: Thames and Hudson, 1978) h. 23.

Page 19: PROSES PENCIPTAAN MANUSIA MENURUT PENAFSIRAN IMAM …

6

12

“Al-Qur‟ân adalah asal semua ilmu, ilmu kalam semua ada di

dalam Al-Qur‟ân, ilmu fiqh diambil dari Al-Qur‟ân, demikian juga

ilmu ushul Fiqh, ilmu nahwu dan bahasa, ilmu zuhud di dunia dan

kabar tentang akhirat, dan aplikasi akhlak yang mulia. Siapa yang

menelaah buku kami Dalâil al-I„jâz, akan mengetahui bahwa Al-

Qur‟ân mencapai semua jenis fashahah pada tingkatan yang paling

tinggi.

Ketika menafsirkan surah Al-Fâtihah, ar-Râzî menyatakan bahwa

surah ini mengandung faedah dan rahasia yang darinya memungkinkan

untuk disimpulkan sepuluh ribu masalah.21

Karena itulah Mafâtih al-

Ghaib dapat dianggap sebagai karya perintis dalam penafsiran ayat-ayat

Al-Qur‟ân dengan pendekatan ilmiah, pada masa klasik.22

Dalam mendekati konteks makna ayat, ar-Râzî berpijak pada

asumsi-asumsi filosofis bahwa setiap ayat memiliki makna eksoteris dan

makna esoteris. Berpijak pada asumsi tersebut, dia selanjutnya

memasukkan banyak disiplin ilmu yang dikuasainya dalam upaya

menafsirkan ayat-ayat Al-Qur‟ân.23

Dalam penafsiran surah At-Tîn/95: 1

misalnya, ar-Râzî berusaha menyingkap rahasia sumpah Allah di awal

surat dengan menerangkan makna ungkapan At-Tîn, baik yang bersifat

faktual biologis, maupun faktual simbolis. Ungkapan at-Tîn menurut ar-

21

Fakhr ad-Dîn Muhammad ibn 'Umar ibn Husain ibn Hasan ibn 'Ali ar-Râzî,

Tafsîr al-Kabîr au Mafâtih al-Ghaib, (Beirut: Dâr al-Kutub al-'Ilmiah, 2000), Juz 1, h.

11. 22

Banyak ahli mengidentifikasikan Abû Hâmid al-Ghazâlî sebagai peletak dasar

penafsiran ilmiah dengan merujuk pada komentarnya bahwa: “Orang tidak akan bisa

memahami Al-Qur‟ân tanpa pengetahuan tata bahasa dan orang tidak bisa memahami

apa yang dimaksud oleh ayat seperti “dan apabila aku sakit, dialah yang menyembuhkan

aku”, jika ia tidak mengerti kedokteran. Namun kitab Mafātih al-Ghaib dapat dianggap

sebagai karya tafsir pertama yang secara lengkap memasukkan muatan ilmu

pengetahuan. Lihat: „Abd al-Majîd „Abd as-Salâm al-Muhtasib, Visi dan Paradigma

Tafsir Kontemporer, h. 251; juga: Hamzah F. Harmi, Kedudukan Sains dalam Metode

Pemahamam Al-Qur‟ân, h. 49. 23

Hamzah F. Harmi, Kedudukan Sains dalam Metode Pemahamam Al-Qur‟ân, h.

40.

Page 20: PROSES PENCIPTAAN MANUSIA MENURUT PENAFSIRAN IMAM …

7

Râzî dapat dikonotasikan kepada buah dari pohon tîn yang biasa

dimakan ataupun simbol dari nama tempat. Berkenaan dengan yang

pertama, ar-Râzî memaparkan data-data empiris tentang At-Tîn seperti

ciri-ciri buah, khasiat dan kegunaan, jenis dan struktur pohonnya

menurut klasifikasi biologis yang diketahuinya, maupun sejumlah

pendapat, cerita dan mitos yang berkembang tentang pohon tīn. Secara

biologis, dikatakan bahwa pohon tīn dapat menyembuhkan ambeien dan

rematik. Buah tîn juga dapat menghilangkan bau mulut, menyuburkan

rambut dan memperlancar pencernaan.24

Sedangkan berkenaan dengan

yang kedua, ia memaparkan sejumlah otoritas, di antaranya adalah Ibn

„Abbâs (w. 68 H), untuk mengungkapkan variasi hubungan simbolis

antara ungkapan at-Tîn dengan nama-nama di wilayah timur tengah.25

Secara runtut ia mengemukakan berbagai pendapat, dari yang sangat

rasional dan dengan otoritas yang cukup populer dalam tradisi muslim,

sampai kepada yang bercorak mistis dan sektarian.26

Secara khusus, salah satu hal yang patut diapresiasi dari penafsiran

ar-Râzî terhadap ayat-ayat penciptaan manusia adalah upayanya untuk

menyibak keagungan Al-Qur‟ân dari sisi ilmiah. Meskipun dikatakan

bahwa tujuan utama diturunkannya Al-Qur‟ân bukanlah sebagai kitab

ilmu pengetahuan, namun dengan disinggungnya ilmu pengetahuan itu di

dalam Al-Qur‟ân, secara tersirat mengajak umat Islam agar melakukan

pengkajian dan penelitian dalam rangka membuktikan sisi i'jâz Al-

Qur‟ân. Bahwa setiap aspek –terutama terkait ilmu pengetahuan- yang

dibicarakan Al-Qur‟ân diyakini mengandung kebenaran, harus dibuktikan

secara ilmiah. Karenanya, apa yang dilakukan ar-Râzî dipandang sebagai

upaya untuk membuktikan kebenaran Al-Qur‟ân itu sendiri.

Dalam menafsirkan ayat –dalam hal ini ayat-ayat kauniyyah

24

Fakhr ad-Dîn Muhammad ibn 'Umar ibn Husain ibn Hasan ibn Ali ar-Râzî,

Tafsîr al-Kabîr au Mafâtih al-Ghaib, Juz 32, h. 9-10. 25

Ar-Râzî memaparkan tiga bentuk relasi antara ungkapan at-tîn dan nama-nama

tempat.

Ungkapan tersebut dapat berarti nama gunung yang mengimplikasikan makna

historis, nama mesjid dengan makna teologis, dan nama negeri dengan makna sosiologis.

Lihat: Fakhr ad-Dîn Muhammad ibn 'Umar ibn Husain ibn Hasan ibn Ali ar-Râzî, Tafsîr

al-Kabîr au Mafâtih al-Ghaib, Juz 32, h. 10. Lihat juga: Hamzah F. Harmi, Kedudukan

Sains dalam Metode Pemahamam Al-Qur‟ân, h. 40-41. 26

Otoritas yang ditampilkan oleh ar-Râzî, misalnya riwayat Ibn „Abbâs bahwa

ungkapan at-tîn adalah nama gunung suci di Syiria tempat „Isa dilahirkan, serta riwayat

Syahr Haushab yang mengkonotasikan ungkapan tersebut dengan Kufah. Lihat: Fakhr

ad-Dîn Muhammad ibn 'Umar ibn Husain ibn Hasan ibn Ali ar-Râzî, Tafsîr al-Kabîr au

Mafâtih al-Ghaib, Juz 32, h. 10. Lihat juga: Hamzah F. Harmi, Kedudukan Sains dalam

Metode Pemahamam Al-Qur‟ân, h. 40-41.

Page 21: PROSES PENCIPTAAN MANUSIA MENURUT PENAFSIRAN IMAM …

8

penciptaan manusia-, ar-Râzî banyak berpijak pada teori-teori ilmiah

tentang reproduksi manusia. Hal ini menjadikan penafsirannya tetap

relevan hingga masa ini, bahkan di sudut lain menjadi bukti kemajuan

ilmu dan pengetahuan di masanya. Salah satu contohnya ketika ar-Râzî

menafsirkan surah Al-Mu'minûn/23: 12 berikut:

“Dan sungguh Kami telah menciptakan manusia dari saripati

(berasal) dari tanah”. (Q.S. Al-Mu'minûn/23: 12)

Dalam hal ini ar-Râzî memaparkan adanya dua pendapat mufasir

tentang makna al-insân. Pertama, pendapat Ibn 'Abbâs, 'Ikrimah, Qatadah

dan Muqâtil bahwa yang dimaksud al-insân pada ayat di atas adalah

Adam. Karenanya kata sulâlah (saripati tanah) merujuk pada "bahan"

terciptanya Adam, karena Adam berasal dari tanah. Kemudian

keturunannya berasal dari “air yang hina”. Pendapat yang kedua

mengutarakan bahwa lafadz al-insân mengandung arti anak cucu Adam,

dan lafadz at-tîn merupakan nama Adam. Lafadz sulâlah sendiri berarti

unsur-unsur dari tanah yang terakumulasi dalam diri Adam lalu berproses

menjadi air mani. Menurut ar-Râzî pendapat kedua inilah yang tepat,

berdasarkan firman Allah Ta'ala dalam surah as-Sajadah/32: 8 yang

berbunyi:

“Kemudian Dia menjadikan keturunannya dari saripati air yang

hina (air mani).” (Q.S. as-Sajadah/32:8)

Begitu pula ketika menafsirkan surah Al- Mu'minûn/23: 13 berikut:

“Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan)

dalam tempat yang kokoh (rahim).” (Q.S. Al- Mu'minûn/23: 13)

Menurut ar-Râzî, nuthfah merupakan nama untuk air yang sedikit

(setetes). Manusia dijadikan dari nuthfah yaitu sesuatu yang diproduksi

oleh alat pencernaan dari bahan makanan. Bahan makanan itu sendiri bisa

berupa hewani dan nabati. Sementara tumbuhan berasal dari sari tanah

dan air. Maka dengan demikian, manusia pada hakikatnya berasal dari

saripati tanah. Kemudian saripati itu setelah melalui tahapan dan proses

menjadi mani. Dengan merujuk pada pengertian air yang sedikit diketahui

bahwa hanya dibutuhkan setetes saja air mani untuk dapat melakukan

pembuahan pada sel telur. Padahal ketika seorang laki-laki melakukan

Page 22: PROSES PENCIPTAAN MANUSIA MENURUT PENAFSIRAN IMAM …

9

hubungan biologis dengan perempuan, ia memancarkan sperma yang

jumlahnya jutaan sel. Namun hanya satu sel saja dari jutaan itu yang akan

membuahi sel telur perempuan. Hal ini berkesesuaian dengan pendapat

para embriolog dewasa ini. 27

Namun demikian, tetap harus diakui bahwa suatu penafsiran tidaklah

mengandung kebenaran mutlak, sebab ia bersifat zhanni. Suatu penafsiran

–termasuk penafsiran ar-Râzî - tetap mesti dikritisi guna mendapatkan hal

yang lebih mendekati kebenaran. Dalam suatu waktu akan dijumpai

penafsiran ar-Râzî yang perlu penyelarasan dengan penemuan ilmiah

para embriolog.

Maka dalam kerangka inilah yang membuat penulis menjatuhkan

pilihan kepada ar-Râzî sebagai rujukan untuk berbicara banyak mengenai

permasalahan tentang ayat-ayat kauniyyah khususnya penciptaan manusia

secara umum. Sehingga dengan demikian dialog ilmu pengetahuan

dengan Al-Qur‟ân akan semakin menemukan kebenarannya, bukan

pertentangannya.

B. Identifikasi Masalah

Judul penelitian ini adalah proses penciptaan manusia menurut

penafsiran al-razi : kajian analitis ayat-ayat kauniyah surat Al-Hajj/22: 5,

Al-Mu‟minûn/23: 12-14 Dan Al-Mu‟min/40: 67 dalam tafsir Mafâtih Al-

Ghayb, penciptaan manusia sudah menjadi suatu kajian khusus dan ilmu

pengetahuan tersendiri yang kita sebut dengan Embriologi, hal inilah

yang akan diteliti secara mendalam dari sudut pandang Ar-Râzi melalui

ayat-ayat kauniyah tentang proses penciptaan manusia yang ditafsirkan

dalam karyanya Mafâtih Al-Ghayb.

C. Pembatasan Masalah

Ayat-ayat kauniyyah jumlahnya sangat banyak, mencakup

berbagai fenomena yang ada di alam ini seperti langit, bumi, gunung,

binatang, tumbuh-tumbuhan, manusia dan berbagai fenomena lainnya

termasuk fenomena sosial yang terjadi di dalamnya. Dalam melakukan

penetapan ayat-ayat kauniyyah, penulis tidak berangkat dari awal lagi,

akan tetapi berpijak atas pemilahan yang telah dilakukan oleh Agus

Purwanto dalam bukunya Ayat-ayat Semesta. Dalam bukunya ini, Agus

Purwanto mencatat ayat-ayat kauniyyah sebanyak 1.108 ayat.28

Ada 12 istilah yang digunakan al-Quran untuk menggambarkan

penciptaan manusia yakni: a. Al-Mâ' (air/ water), terdapat dalam surah Al-Anbiyâ'/21: 30.

27

Fakhr ad-Dîn Muhammad ibn 'Umar ibn Husain ibn Hasan ibn Ali ar-Râzî,

Tafsîr al-Kabîr au Mafâtih al-Ghaib, Juz 23, h. 6. 28

Agus Purwanto, Ayat-Ayat Semesta: Sisi Al-Qur‟ân yang Terlupakan, h. 29.

Page 23: PROSES PENCIPTAAN MANUSIA MENURUT PENAFSIRAN IMAM …

10

b. Al-Ardh (tanah, bumi / earth), terdapat dalam surah Nûh/71: 17-18.

c. At-Turâb (tanah gemuk / soil), terdapat dalam surah Al-Hajj/22: 5.

d. At-Tîn (Tanah Lempung / Clay), terdapat dalam surah Al-An'âm/6: 2.

e. Tîn lâzib (Tanah lempung yang pekat / Stick Clay), terdapat dalam surah

Ash-Shâffât/37: 11.

f. Shalshâlin kalfakhkhar (tanah lempung seperti tembikar / sounding clay

like unto pottery), terdapat dalam surah Ar-Rahmân/55: 14.

g. Shalshâlin min hamain masnûn (tanah lempung dari lumpur yang dicetak

/ sounding clay from mud moulded into shape), terdapat dalam surah Al-

Hijr/15: 26.

h. Nafsin wâhidah / single person, dalam surah An-Nisâ/4: 1.

i. Sulâlatin min tîn (saripati lempung / Quentessence of clay), dalam surah

Al-Mukminûn/23: 12.

j. Min maniyyi yumnâ (mani yang ditumpahkan / Sprem emitted) seperti

dalam surah Al-Qiyâmah/75: 37.

k. Nutfah am-Syâjin (cairan mani yang bercampur / a drop of mingled

sperm), terdapat dalam surah Al-Insân/76: 2.

l. Mâin mahîn (cairan yang hina / despised fluid), terdapat dalam surah As-

Sajdah/32: 8.29

Sedangkan ayat-ayat yang menjelaskan proses dan tahapan

penciptaan manusia hanya 3 ayat inilah yakni Al-Hajj/22: 5, Al-

Mu'minûn/23: 12-14, dan Al-Mu'min/40: 67, yang menurut penulis dapat

menjelaskan secara urut tahapan-tahapan penciptaan manusia secara

umum sehingga layak menjadi pokok utama pembahasan pada tulisan

ini.

D. perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka penelitian ini mencoba

mengkaji tentang penafsiran ayat-ayat kauniyyah tentang proses dan

tahapan-tahapan penciptaan manusia. Adapun rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana penafsiran Fakhr ad-Dîn ar-Râzî terhadap ayat-ayat

penciptaan manusia pada surah surat Al-Hajj/22: 5, Al-

Mu‟minûn/23: 12-14 Dan Al-Mu‟min/40: 67 ?

2. Bagaimana proses reproduksi manusia dalam pandangan sains

modern?

3. Bagaimana tinjauan sains modern atas penafsiran Fakhr ad-Dîn ar-

Râzî terhadap ayat-ayat penciptaan manusia?

E. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan perumusan masalah yang telah dibuat di atas, maka

penelitian ini dilakukan dengan tujuan sebagai berikut:

29 Nasarudin Umar, Argumen Kesetaran Gender perspektif Al-Qur'ân, (Jakarta:

Paramadina, 2001), h. 218

Page 24: PROSES PENCIPTAAN MANUSIA MENURUT PENAFSIRAN IMAM …

11

1. Untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar magister dalam

bidang ilmu Al-Qur'an dan Tafsir.

2. Mengetahui secara mendalam penafsiran Fakhr ad-Dîn ar-Râzî

terhadap ayat-ayat tentang penciptaan manusia dalam kitab tafsir

Mafâtih al-Ghaib.

3. Mengetahui proses reproduksi manusia dari sudut pandang sains

modern.

4. Mengetahui tingkat kemajuan dan nuansa keilmiahan penafsiran

Al-Qur‟ân pada masa Fakhr ad-Dîn ar-Râzî dilihat dari sudut sains

modern saat ini.

F. Kegunaan Penelitian

Secara teoritis penelitian ini diharapkan bisa menjadi satu

sumbangan pemikiran terhadap ilmu-ilmu tafsir, utamanya dalam hal

yang berkaitan metodologi penafsiran ayat-ayat kauniyyah tentang

penciptaan manusia sebagai upaya untuk mendialogkan antara ilmu

pengetahuan dengan agama dalam konteks umum dan upaya untuk

mendialogkan antara Al-Qur‟ân dengan perkembangan ilmu

pengetahuan yang ada di tengah-tengah masyarakat secara khusus.

Secara praktis, penelitian ini diharapkan menjadi salah satu bahan

rujukan para akademisi guna mengetahui secara mendalam pemikiran-

pemikiran Fakhr ad-Dîn ar-Râzî tentang penciptaan manusia yang

tertuang dalam kitab Mafâtih al-Ghaib.

G. Kerangka Teoritis

Di dalam Al-Qur‟ân terdapat lebih dari 750 ayat, atau sekitar

sepuluh persen dari jumlah ayat-ayat yang ada dalam Al-Qur‟ân, yang

menunjuk pada fenomena alam, dan manusia diminta untuk

memikirkannya, agar dapat mengenal Allah lewat tanda-tanda-Nya.

Ayat-ayat tersebut kemudian sering disebut dengan ayat-ayat kauniyyah.

Jika dibandingkan dengan ayat-ayat yang berkaitan dengan hukum,

maka ayat-ayat kauniyyah ini jauh lebih besar jumlahnya, dan ini

menunjukkan betapa urgennya proses pemahaman terhadap alam raya

dan segenap isinya.

Adanya kenyataan bahwa di dalam Al-Qur‟ân terdapat begitu

banyak ayat yang berbicara tentang alam raya ini, menimbulkan

perbedaan pandangan di kalangan ilmuwan muslim tentang maksud

keberadaannya serta upaya penafsiran terhadapnya. Secara umum

perbedaan pandangan tersebut dapat dibagi menjadi dua pola pemikiran

yaitu pandangan pertama yang mengatakan bahwa adanya ayat-ayat

kauniyyah menunjukkan bahwa Al-Qur‟ân mencakup seluruh bentuk

pengetahuan dan dengan demikian Al-Qur‟ân juga mencakup unsur-

unsur dasar dari ilmu-ilmu alam, dan pandangan kedua yang

Page 25: PROSES PENCIPTAAN MANUSIA MENURUT PENAFSIRAN IMAM …

12

beranggapan bahwa adanya ayat-ayat kauniyyah di dalam Al-Qur‟ân

semata-mata untuk menunjukkan bukti tentang kemahakuasaan Allah

Swt bukan untuk yang lainnya. Hal ini karena Al-Qur‟ân itu adalah

semata-mata kitab petunjuk dan bukan kitab ensiklopedi pengetahuan.30

Pandangan yang menyatakan bahwa Al-Qur‟ân sebagai sumber

seluruh pengetahuan, antara lain dapat dilacak dari pernyataan Abû

Hâmid al-Ghazâlî (w. 505 H). 31

Dalam kitabnya Ihyâ‟ „Ulûm ad-Dîn,

al-Ghazâlî mengatakan bahwa: "Segala macam ilmu pengetahuan, baik

yang terdahulu (masih ada atau telah punah), maupun yang kemudian;

baik yang telah diketahui maupun belum, semua bersumber dari Al-

Qur‟ân".32

Dalam bukunya Jawâhir al-Qur'ân, al-Ghazâlî menuliskan

sebuah bab khusus sub judul fî Inshi„âb Sâir al-„Ulûm min Al-Qur‟ân,

yang di dalamnya ia mengupas secara panjang lebar dengan

mengemukakan alasan-alasan untuk membuktikan pendapatnya itu.33

Hal ini menurut al-Ghazâlî karena segala macam ilmu termasuk

dalam af‟al dan sifat-Nya. Pengetahuan tersebut tidak terbatas dan di

dalam Al-Qur‟ân terdapat isyarat-isyarat menyangkut prinsip pokoknya.

Hal terakhir ini dibuktikan dengan mengemukakan ayat Al-Qur‟ân :

“Apabila aku sakit maka Dialah yang mengobatiku”.34

(Q.S. asy-

Syu'arâ'/26: 80)

Obat dan penyakit, menurut al-Ghazâlî tidak dapat diketahui kecuali

oleh mereka yang berkecimpung dalam kedokteran.35

Dengan demikian, ayat tersebut merupakan isyarat tentang ilmu

kedokteran. Jika al-Ghazâlî hanya mengemukakan sebuah teori yang

mengarah kepada tafsîr „ilmî, maka teori ini kemudian terwujud dalam

sebuah tafsir lengkap yang pertama kali dilakukan oleh Fakhruddin ar-

Râzî (w. 606 H.) yaitu Tafsir Mafâtih al-Ghaib. Dalam tafsirnya, ar-

Râzî banyak menafsirkan ayat-ayat Al-Qur‟ân dengan mengaitkannya

dengan ilmu pengetahuan yang berkembang pada masanya seperti

filsafat, ilmu alam, astronomi, kedokteran dan sebagainya. Pemikir yang

30

Mahdi Ghulsyanî, Filsafat Sains Menurut Al-Qur‟ân, Terj. Agus Efendi

(Bandung: Mizan, 1998), h. 137. 31

Bandingkan dengan Muhammad Husain adz-Dzahabî, at-Tafsîr wa al-

Mufassirûn, Jilid 2, (Kairo: Dâr al-Kitâb al-„Arabi, 1963), h. 140. 32

Abû Hâmid al-Ghazâlî, Ihyâ' 'Ulûm al-Dîn, Jilid I, h. 301. 33

Abû Hâmid al-Ghazâlî, Jawâhir Al-Qur‟ân wa Duraruh, (Beirut: Dār al-Kutub

al-„Ilmiyyah, 1988), h. 31-33. 34

Surah asy-Syu'arâ'/26: 80. 35

Abû Hâmid al-Ghazâlî, Jawâhir Al-Qur‟ân wa Duraruh, h. 31-33.

Page 26: PROSES PENCIPTAAN MANUSIA MENURUT PENAFSIRAN IMAM …

13

semasa dengan ar-Râzî yang mempunyai kecederungan yang sama

dengan al-Ghazâlî, adalah Ibn Abi al-Fadh al-Mursi (w. 655 H.)

Pasca masa ar-Râzî, tendensi penafsiran ini diteruskan oleh buku-

buku tafsir yang sedikit banyak terpengaruh oleh teori penafsiran ar-

Râzî dalam ruang lingkup yang agak terbatas. Di antaranya adalah

Gharâib Al-Qur‟ân wa Raghâib al-Furqân,36

karya an-Naisabûrî (w.

728 H), Anwâr at-Tanzîl wa Asrâr at-Ta‟wîl,37

karya al-Baidhâwî (w.

691 H), dan Rûh al-Ma„âni fî Tafsîr Al-Qur‟ân al-„Azhîm wa al-Sab„ al-

Matsânî,38

karya al-Alûsî (w. 1270 H). Buku-buku tafsir tersebut juga

banyak melakukan penafsiran terhadap ayat-ayat kauniyyah kaitannya

dengan ilmu pengetahuan yang berkembang pada masa itu.

Di samping karya tafsir tersebut, juga terdapat dua kitab „Ulûm Al-

Qur‟ân yang ikut mendukung pendapat yang dikemukakan oleh imam

al-Ghazali bahwa Al-Qur‟ân merupakan sumber dari berbagai

pengetahuan yang ada di alam ini. Kedua kitab „Ulûm Al-Qur‟ân yang

mendukung ide-ide pemikiran al-Ghazâlî tersebut adalah al-Burhân fî

„Ulûm Al-Qur‟ân karya Badr ad-Dîn az-Zarkasyî (w. 794 H) dan al-

Itqân fî „Ulûm Al-Qur‟ân karya Jalal ad-Dîn as-Suyûthî (w. 911 H).39

Setelah periode Tafsir Rûh al-Ma„âni, pada permulaan abad

keempat Hijriah, corak penafsiran ilmiah terhadap ayat-ayat kauniyyah

mengalami kemajuan yang sangat pesat dan para mufasir, seperti

Muhammad bin Ahmad al-Iskandaranî (w. 1306 H) dalam Kasyf al-

Asrâr al-Nûrâniyyah al-Qur'âniyyah-nya, al-Kawâkibî (w. 1320 H)

dalam Thabâ‟i„ al-Istibdâd wa Masâri' al-Isti„bâd-nya, Muhammad

'Abduh (w. 1325 H) dalam Tafsîr Juz „Amma-nya, dan Thanthâwi

Jawharî (w. 1358 H) dalam al-Jawâhir fî Tafsîr Al-Qur‟ân al-Karîm-

nya. Masing-masing banyak mengekplorasi ayat-ayat kauniyyah yang

dihubungkan dengan ilmu pengetahuan dan teori-teori yang berkembang

pada saat itu. Contoh penafsiran ayat-ayat kauniyyah dengan pendekatan

ilmiah yang paling gamblang adalah buku tafsir karya al-Iskandaranî

dan Thanthâwî Jauharî, di mana dengan sedikit perbedaan, mereka telah

berusaha untuk memahami ayat-ayat Al-Qur‟ân melalui ilmu

pengetahuan empirik (tajrîbî) dan penemuan-penemuan manusia.

Sedangkan pada masa kontemporer, penafsiran ilmiah terhadap

ayat-ayat Al-Qur‟ân, semakin mendapatkan tempat di kalangan ilmuwan

36

Muhammad Husain adz-Dzahabî, at-Tafsîr wa al-Mufassirûn, Jilid I, h. 326. 37

Muhammad Husain adz-Dzahabî, at-Tafsîr wa al-Mufassirûn, Jilid I, h. 300. 38

Muhammad Husain adz-Dzahabî, at-Tafsîr wa al-Mufassirûn, Jilid I, h. 358. 39

Ahmad „Umar Abû Hajar, at-Tafsîr al-'Ilmi li al-Qur'ân fî al-Mîzân. (Beirut:

Dâr Qutaibah, t.th.), h. 156-165.

Page 27: PROSES PENCIPTAAN MANUSIA MENURUT PENAFSIRAN IMAM …

14

Muslim. Hal ini sejalan dengan terungkapnya fakta-fakta ilmiah yang

ternyata banyak kesesuaiannya dengan kandungan Al-Qur‟ân. Para

pemikir yang mempunyai kecenderungan terhadap penafsiran ilmiah

antara lain, „Abd ar-Razzâq Naufal dalam karyanya Min al-Âyât al-

„Ilmiyyah dan Al-Qur‟ân wa al-„Ilm al-Hadîts, Hanafî Ahmad dalam al-

Tafsîr al-„Ilmi li al-Âyât al-Kauniyyah, al-Ghamrawî dalam Sunan Allâh

al-Kauniyyah dan Baina ad-Dîn wa al-„Ilm, Zaghlu an-Najjar dalam

Min Âyât al-I„jâz al-„Ilmî fî Al-Qur‟ân al-Karîm, dan Hârûn Yahya

dalam berbagai karyanya. Di antara para pemikir tersebut, yang paling

banyak mengelaborasi fakta ilmiah dengan menggunakan perangkat

ilmu dan teknologi modern adalah adalah Hârûn Yahya.40

Namun sepanjang sejarah pemikiran tafsir, upaya para sarjana

untuk mendialogkan Al-Qur‟ân dengan fakta-fakta ilmiah menjadi

kontroversial. Di satu sisi upaya ini banyak ditentang oleh sejumlah ahli.

Asy-Syathibî (w. 790 H), Rasyîd Ridhâ (w. 1354 H), dan Syaltût (w.

1964 M) adalah beberapa orang di antara mereka yang menentang

penafsiran ilmiah terhadap Al-Qur‟ân.41

Sementara di sisi lain, produk

tafsir yang bercorak ilmiah tidak pernah surut, kalaulah tidak bisa

dikatakan semakin berkembang. Studi Jansen atas perkembangan tafsir

dengan pendekatan ilmiah di Mesir, Jansen menyebutnya sebagai tafsir

dengan pendekatan sejarah alam sampai kepada tesis bahwa model

penafsiran ilmiah akan tetap memiliki masa depan.42

Kontroversi tentang penafsiran ilmiah ini sebetulnya berasal dari

relasi antara makna doktriner Al-Qur‟ân yang diyakini bersifat mutlak

dan universal dengan fakta temuan ilmu pengetahuan yang dianggap

relatif dan partikular. Para penentang tafsîr „ilmî menganggap bahwa

upaya-upaya penafsiran ayat-ayat Al-Qur‟ân merupakan satu hal yang

bisa menyeret ayat-ayat Al-Qur‟ân ke dalam satu persoalan kekinian

yang selalu berubah-ubah dari waktu ke waktu. Hal ini dikawatirkan

akan menodai kesucian Al-Qur‟ân yang seharusnya bersifat sakral dan

final kepada satu perdebatan ilmiah yang tidak jelas kapan akan

berakhir.

Untuk itu, Yûsuf al-Qardhâwî mengingatkan agar dalam

menafsirkan ayat-ayat kauniyyah, seorang mufasir harus memperhatikan

40

Hârûn Yahya banyak melakukan dan mempublikasikan penelitian terhadap

fenomena yang ada di alam dan kemudian mengaitkanya dengan isyarat-isyarat yang ada

di dalam Al-Qur‟ân. Untuk mengetahui lebih lengkap tentang karya-karya Hârûn Yahya

lihat dalam: www.harunyahya.com. 41

Muhammad Husain adz-Dzahabî, at-Tafsîr wa al-Mufassirûn, Jilid I, h. 184-

185. 42

J.J.G. Jansen, Diskursus Tafsir Al-Qur‟ân Modern, h. 40.

Page 28: PROSES PENCIPTAAN MANUSIA MENURUT PENAFSIRAN IMAM …

15

hal-hal berikut:43

1. Berpegang pada fakta ilmiah bukan hipotesis. Sumber yang

dipakai dalam menunjang penafsiran ayat-ayat Al-Qur‟ân

hendaknya merupakan hasil suatu ilmu pengetahuan yang

sudah diakui oleh para pakarnya dan telah menjadi fakta ilmiah

yang sudah menjadi rujukan, bukan sekedar hipotesis dan teori

yang belum dibuktikan sehingga mufassir tidak akan membuat

penjelasan yang berubah-ubah terhadap Al-Qur‟ân.

2. Menjauhi pemaksaan diri dalam memahami nash, yaitu tidak

sewenang-wenang dan memaksakan diri dalam menafsirkan

sebuah nas sesuai dengan keinginan yang sudah ada pada diri

mufassir yang mengakibatkannya tidak obyektif lagi dalam

memahami makna sebuah ayat.

3. Tidak mengklaim penafsirannya sebagai sebuah kebenaran

absolut, karena pada dasarnya ilmu pengetahuan yang sedang

berkembang merupakan upaya pencapaian manusia terhadap

sunnah-sunnah Allah yang ada di alam dan semua penemuan itu

masih bersifat temporer dan tentatif, sehingga hasil penafsiran

juga bukan sebuah kebenaran absolut yang tidak mungkin salah.

H. Tinjauan Kepustakaan

Dialog antara ilmu pengetahuan dan agama, sudah cukup banyak

dilakukan oleh para ilmuwan. Demikian juga, penelitian tentang

pemikiran ar-Râzî, sudah banyak dilakukan oleh beberapa peneliti

terdahulu. Namun penelitian khusus tentang penafsiran ar-Râzî terhadap

ayat-ayat kauniyyah tentang penciptaan manusia dalam Mafâtih al-

Ghaib, sejauh yang penulis ketahui, masih belum ada. Tulisan-tulisan

yang ada mempunyai objek bahasan atau tema yang berbeda atau hanya

membahas metodologi penafsiran ar-Râzî dalam penafsiran ayat-ayat

kauniyyah secara umum.

Karya yang mencoba mendialogkan antara ilmu pengetahuan dan

agama terutama dalam bidang kajian penciptaan manusia antara lain

adalah Bible, Qur‟an, dan Sains Modern karangan Maurice Bucaille,44

Penciptaan Manusia dalam Perspektif al-Quran dan Sains susunan

Kementerian Agama RI,45

Al-Qur‟ân Ilmu Pengetahuan dan Tehnologi

43

Yûsuf al-Qardhâwî, Fatwa-fatwa Kontemporer 3, Terj. Abdul Hayyie al-

Kattani et. al. (Jakarta: Gema Insani Press, 2002), h. 49. 44

Maurice Bucaille, Bible, Qur‟an, dan Sains Modern, Terj. HM. Rosyidi,

(Jakarta: Bulan Bintang, 1979).

45 Kemenag RI, Penciptaan Manusia dalam perspektif Al-Quran dan Sains,

(Jakarta: Kemenag RI, 2012).

Page 29: PROSES PENCIPTAAN MANUSIA MENURUT PENAFSIRAN IMAM …

16

karangan Ahmad Baiquni,46

al-Jawâhir fî Tafsîr Al-Qur‟ân al-Karîm karya Thanthâwî Jauharî,

47 Keajaiban Penciptaan Manusia karya Hârûn

Yahya,48

dan Dalil Anfus Al-Qur‟ân dan Embriologi (Ayat-ayat Tentang

Penciptaan Manusia) karya Muhammad Izzuddin Taufiq.49

Secara

umum karya-karya ini berusaha mendialogkan antara agama dengan

sains modern. Salah satu caranya adalah dengan menggali teori-teori

ilmu pengetahuan -termasuk tentang penciptaan manusia- dalam ayat-

ayat kauniyyah kitab suci Al-Qur‟ân, sehingga terbukti adanya

keselarasan antara Al-Qur‟ân dengan teori-teori ilmiah yang

berkembang di zaman modern ini.

Karya yang membahas secara khusus tentang aspek individu ar-

Râzî dan karya-karyanya antara lain adalah al-Imâm Fakhr ad-Dîn ar-

Râzî: Hayâtuh wa Atsaruh karya „Ali Muhammad Hasan al-„Ammârî,50

Fakhr al-Dîn ar-Râzî Balâghiyyan karya Hilâl Mahir Mahdi51

dan al-

Imâm Fakhr ad-Din ar-Râzî wa Musannafâtuh karya Thaha Jâbir al-

„Alwânî.52

Beberapa karya membahas tentang ar-Râzî kaitannya dengan

metodologi tafsir secara umum, antara lain al-Imâm al-Hakîm Fakhr ad-

Dîn ar-Râzî min Khilâl Tafsîrih karya „Abd al-„Azîz al-Majdûb, Manhaj

al-Fakhr ar-Râzî fī al-Tafsîr baina Manâhij Mu„âshirih karya

Muhammad Ibrahim „Abd ar-Rahman,53

ar-Razi Mufassiran karya

Muhsin „Abd al-Hamîd,54

dan al-Imâm Fakhr ad-Dîn ar-Râzî wa

Manhajuh fî al-Tafsîr al-Kabîr al-Musamma bi Mafâtih al-Ghaib karya

46

Ahmad Baiquni, Al-Qur‟ân Ilmu Pengetahuan dan Tehnologi, (Jakarta: Dana

Bhakti Wakaf, 1994). 47

Thanthâwî Jauharî, al-Jawâhir fî Tafsîr Al-Qur‟ân al-Karîm, (Mesir: Musthafa

al-Bâb al-Halabî,1421). 48

Hârûn Yahya, Keajaiban Penciptaan Manusia, Alih Bahasa Oleh Ahmad Sahal

dari judul The Miracle of Creation of The Human Being, (Jakarta: Globalmedia Cipta

Publising, 2003). 49

Muhammad Izzuddin Taufiq, Dalil Anfus Al-Qur‟ân dan Embriologi (Ayat-

ayat Tentang Penciptaan Manusia), (Surakarta: Tiga Serangkai, 2006). 50

„Ali Muhammad Hasan al-„Amâri, al-Imâm Fakhr ad-Dîn ar-Râzî: Hayâtuh

wa Atsaruh, (Mesir: al-Majlis al-A„lâ li ash-Shu‟ûn al-Islâmiyyah, 1969). 51

Hilâl Mahir Mahdi, Fakhr ad-Dîn ar-Râzî Balâghiyyan, (t.tp.: Manshûrât

Wizârat al-I„lâm al-'Irâqiyyah, 1977). 52

Thaha Jâbir al-„Alwânî, al-Imâm Fakhr ad-Dîn ar-Râzî wa Mushannafâtuh

(Kairo: Dâr as-Salâm, 2010). 53

Muhammad Ibrâhîm „Abd ar-Rahmân, Manhaj Fakhr ad-Dîn ar-Râzî fî al-

Tafsîr baina Manâhij Mu„âshirih, (Nashr: ash-Shadr li Khidmah at-Tibā„ah,1989). 54

Muhsin „Abd al-Hamîd, ar-Râzî Mufassiran, (Baghdâd: Dâr al-Hurriyyah li at-

Tibâ „ah, 1974).

Page 30: PROSES PENCIPTAAN MANUSIA MENURUT PENAFSIRAN IMAM …

17

„Abd al-Mun„îm „Ala Ibrâhîm al-Qashshash.55

Sedangkan karya-karya yang membahas tentang ar-Râzî dari sisi

pemikiran kalam, filsafat dan etika antara lain Fakhr ad-Dîn al-Râzî dan

Study on Fakhr ad-Dîn al-Râzî and His Controversies in Transoxiana

karya Fathullah Khâlif,56

al-Munthalaqât al-Fikriyyah „Inda al-Imâm

Fakhr ad-Dîn al-Râzî karya Muhammad al-„Uraybî,57

Fakhr ad-Dîn al-

Râzî wa Arâ‟uh al-Kalâmiyyah wa al-Falsafiyyah karya Shâlih az-

Zarkan,58

dan The Theological Ethics of Fakhr ad-Dîn al-Râzî, karya

Aiman Shihadeh.59

Adapun penelitian yang pernah membahas tentang ar-Râzî dan

tafsirnya, sejauh pengetahuan penulis, juga cukup banyak, akan tetapi

semuanya meneliti masalah yang berbeda dengan masalah yang akan

diteliti penulis. Secara ringkas, perbandingan antara penelitian terdahulu

dengan penelitian yang akan dilakukan oleh penulis, dapat digambarkan

dalam tabel berikut:

No Nama / Lembaga/

Bentuk/ Tahun

Judul Masalah yang Diteliti Pende-

katan

1 T. Safir Iskandar

Wijaya,

IAIN Syarif

Hidayatullah

Jakarta

(Disertasi / 1993)

Fakhr ad-Dîn

al-Râzî dan

Pemikiran

Kalamnya

Pemikiran kalam ar-

Râzî yang meliputi

persoalan tentang

wujud, akal dan wahyu,

sifat-sifat Tuhan dan

perbuatan manusia

Tematik

2 H. Muhd.

Syamsoeri

Joesoef,

Universitas Islam

Negeri Sunan

Kalijaga

Kitab Tafsir

Mafâtih al-

Ghaib (Studi

Pemikiran

ar-Râzî

tentang

Pemikiran ar-Râzî

mengenai eksistensi

nasakh dalam Al-

Qur‟ân

serta faktor yang

menyebabkan ar-Râzî

Tematik

55

„Abd al-Mun„îm „Ali Ibrâhîm al-Qashshash, al-Imâm Fakhr ad-Dîn ar-Râzî wa

Manhajuh fî al-Tafsîr al-Kabîr al-Musammâ bi Mafâtih al-Ghaib, (Mesir: Mir li al-

Khidmat al-„Ilmiyyah, 1997). 56

Fathullah Khâlif, Fakhr ad-Dîn ar-Râzî, (Mesir: Dâr al-Jâmi‟ât al-Mishriyyah,

1976); Lihat juga: Fathullah Khâlif, Study on Fakhr ad-Din ar-Razi and His

Controversies in Transoxiana, (Beirut: Dâr el-Mashreq, 1966). 57

Muhammad al-„Uraibî, al-Mualaqât al-Fikriyyah „Inda al-Imâm Fakhr ad-Dîn

ar-Râzî, (Beirut: Dâr al-Fikr al-Lubnân, 1992). 58

Muhammad Shâlih az-Zarkan, Fakhr ad-Dîn ar-Râzî wa Arâ‟uh al-Kalâmiyyah

wa al-Falsafiyyah, (Kairo: Dâr al-Fikr, 1963). 59

Aiman Shihadeh, The Theological Ethics of Fakhr ad-Din ar-Râzî, (Boston:

Brill, 2006).

Page 31: PROSES PENCIPTAAN MANUSIA MENURUT PENAFSIRAN IMAM …

18

Yogyakarta

(Disertasi / 2005)

Nasakh al-

Qur‟an.)

mempunyai pandangan

yang berbeda dengan

kebanyakan ulama

Mazhab Syafi‟i.

3 Hadi Mutamam,

IAIN Alaudin

Makasar

(Disertasi / 2005)

Konsepsi

Maqam-

Maqam

Dalam

Tafsir

Mafâtih

al-Ghaib

(Pendekatan

Tafsir Sufi).

Macam-macam maqam

yang ada dalam wacana

tasawuf di dalam

Mafâtih

al-Ghaib

Tematik

4 Aswadi,

UIN Syarif

Hidayatullah

Jakarta

(Disertasi / 2007)

Konsep Syifâ‟

dalam Tafsir

Mafâtih al-

Ghayb Karya

Fakhruddin

al-Râzî

Pengungkapan syifâ‟ di

dalam Al-Qur‟ân dan

konsep syifâ‟ dalam

Tafsir Mafâtih al-Ghaib

Tematik

5 Ahmad Dimyati,

UIN Syarif

Hidayatullah

Jakarta

(Disertasi/2008)

Klarifikasi

Ayat-ayat

yang

terkesan

kontradiktif :

Kajian

Terhadap

Tafsir

Mafâtih

al-Ghaib

Karya Imam

ar-Râzî

Upaya ar-Râzî untuk

mengklarifikasi Ayat-

ayat yang terkesan

kontradiktif

Tematik

6 Devy Aisyah UIN

Syarif

Hidayatullah

Jakarta

(Disertasi / 2009)

Konsep

Balaghah ar-

Râzî: Analisis

Ma„âni

dalam

Nihāh al-I'jâz

dan

Aplikasinya

pada Mafâtih

Konsep Fakhruddin ar-

Râzî tentang balaghah

terutama ilmu Ma„ani

dalam Nihâyah al-I'jaz

dan aplikasinya dalam

Mafâtih al-Ghaib

Kontribusi pemikiran

ar-Râzî tentang

balaghah

Tematik

Page 32: PROSES PENCIPTAAN MANUSIA MENURUT PENAFSIRAN IMAM …

19

al-Ghaib dan ma‟âni bagi

pembuktian mukjizat

sastra Al-Qur‟ân

Dari berbagai karya dan penelitian yang penulis kemukakan di atas,

terlihat bahwa penelitian ini melihat sisi yang berbeda dengan berbagai

karya dan penelitian terdahulu. Karya dan penelitian yang ada banyak

menyoroti aspek metodologi penafsiran ar-Râzî secara umum dan

teologi. Aspek lainnya adalah pemikiran filsafat, tasawuf, etika dan

balaghah. Sedangkan dalam penelitian ini penulis mencoba untuk

mengkaji pemikiran ar-Râzî tentang ayat-ayat kauniyyah yang dalam hal

ini berkaitan tentang penciptaan manusia sebagai contoh kongkrit

metodologi ar-Râzî dalam menafsirkan ayat-ayat al-Quran.

I. Metode Penelitian

Penelitian ini termasuk penelitian kualitatif, karena studi tentang

karya seorang tokoh memang merupakan bagian dari penelitian

kualitatif. Salah satu kelebihan studi tentang tokoh adalah sifatnya yang

in-depth (mendalam) dan tidak out-depth (melebar), karena studi tokoh

menfokuskan diri pada satu orang tertentu pada bidang tertentu sebagai

unit analisis.60

Dalam proses pengumpulan data, penelitian kualitatif

banyak tergantung kepada peneliti itu sendiri, berbeda dengan penelitian

kuantitatif yang proses pengumpulan datanya dapat menggunakan

angket atau melalui jasa orang lain dalam pengumpulannya. Hal ini

sebagaimana yang diyatakan oleh Lexi J. Moleong bahwa pencari tahu

ilmiah dalam pengumpulan data dalam penelitian kualitatif lebih banyak

tergantung pada peneliti sebagai pengumpul data.61

1. Sumber data

Dalam penelitian ini, sumber data yang digunakan dan diperoleh

adalah data kepustakaan yang mencakup:

a. Sumber-sumber primer atau sumber yang paling utama yaitu

Tafsir al-Kabîr Mafâtih al-Ghaib karya Fakhr ad-Dîn ar-Râzî.

b. Sumber-sumber sekunder, yaitu sumber-sumber yang banyak

berkaitan dengan tema inti yang akan dibicarakan dalam

penelitian ini. Sumber-sumber sekunder yang bisa

60

Studi tokoh merupakan kajian sistematis terhadap pemikiran atau gagasan

seorang pemikir, keseluruhannya atau sebagian. Lihat: Syahrin Harahap, Metodologi

Studi Tokoh Pemikiran Islam, (Jakarta: Istiqomah Press, 2006), h. 7. Lihat juga: Arief

Furchan dan Agus Maimun, Studi Tokoh: Metode Penelitian Mengenai Tokoh,

(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005), h. 18-19. 61

Lexi J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosda

Karya, 2000), h. 19.

Page 33: PROSES PENCIPTAAN MANUSIA MENURUT PENAFSIRAN IMAM …

20

dipergunakan dalam penelitian ini, meliputi karya yang

membahas langsung tentang biografi dan pemikiran ar-Râzî

seperti al-Imâm Fakhr ad-Dîn ar-Râzî: Hayâtuh wa Atsaruh

karya al„Ammarî,62

al-Imâm al-Hakîm Fakhr ad-Dîn ar-Râzi

min Khilâl Tafsîrih karya Abd al-„Azîz al-Majdûb, Fakhr ad-

Dîn ar-Râzî karya Fathullah Khâlif,63

al-Munthalaqât al-

Fikriyyah „Ind al-Imâm al-Fakhr ar-Râzî karya Muhammad al-

„Uraibî,64

dan al-Imâm Fakhr al-Dîn ar-Râzî wa Musannafatuh

karya Thaha Jâbir al-„Ulwanî.65

Di samping itu, juga digunakan

karya-karya yang menyinggung tentang Mafâtih al-Ghaib

seperti al-Tafsîr wa al-Mufassirûn karya Muhammad Husain

adz-Dzahabî,66

al-Tafsîr wa Rijâluh karya Muhammad Fâdhil

„Asyur,67

al-Mufassirûn: Hayâtuhum wa Manhajuhum karya

Muhammad „Ali 'Iyâsyi68

dan al-Bidâyah fî al-Tafsîr al-

Maudhu„î karya Abd al-Hayy al-Farmawi.69

Untuk mempertajam kajian, analisa juga akan disajikan data

berupa teori-teori ilmiah tentang penciptaan manusia. Buku-

buku yang relevan dengan pembahasan ini adalah Bible,

Qur‟ân, dan Sains Modern karangan Maurice Bucaille,70

Penciptaan Manusia dalam Perspektif Al-Qur‟ân dan Sains

susunan Kementerian Agama RI,71

Al-Qur‟ân Ilmu

62

„Ali Muhammad Hasan al-'Amâri, al-Imâm Fakhr ad-Dîn ar-Râzî: Hayâtuh wa

Atsaruh, (Mesir: al-Majlis al-A‟lâ li al-Shu‟ûn al-Islâmiyyah, 1969). 63

Fathullah Khâlif, Fakhr ad-Dîn ar-Râzî, (Mesir: Dâr al-Jâmi‟ât al-Misriyyah,

1976). 64

Muhammad al-„Uraibî, al-Munthalaqât al-Fikriyyah „Inda al-Imâm Fakhr ar-

Râzî, (Beirut: Dâr al-Fikr al-Lubnân, 1992). 65

Thaha Jâbir al-„Alwânî, al-Imâm Fakhr ad-Din ar-Râzî wa Musannafâtuh,

(Kairo: Dâr al-Salâm, 2010). 66

Muhammad Husain adz-Dzahabî, at-Tafsîr wa al-Mufassirûn, (Mesir: Dâr al-

Kutub al-Hadîtsah, 1962). 67

Muhammad Fâdhil „Asyur, al-Tafsîr wa Rijâluh, (Kairo: Majma‟ al-Buhûts al-

Islâmiyyah, 1970). 68

Muhammad „Ali 'Iyâsyi, al-Mufassirûn Hayâtuhum wa Manhajuhum,

(Teheran: Muassasat al-ibâ„ah wa al-Nashr Wizârat al-Tsaqâfah wa al-Irsyâd al-Islâmi,

1414 H). 69

„Abd al-Hayy al-Farmawi, al-Bidâyah fî al-Tafsîr al-Mawdhu„i, (Kairo: al-

Hadhârah al-„Arabiyyah, 1977). 70

Maurice Bucaille, Bible, Qur‟ân, dan Sains Modern, Terj. HM. Rosyidi,

(Jakarta: Bulan Bintang, 1979).

71 Kemenag RI, Penciptaan Manusia dalam perspektif Al-Quran dan Sains,

(Jakarta: Kemenag RI, 2012).

Page 34: PROSES PENCIPTAAN MANUSIA MENURUT PENAFSIRAN IMAM …

21

Pengetahuan dan Tehnologi karangan Ahmad Baiquni,72

al-

Jawâhir fî Tafsîr Al-Qur‟ân al-Karîm karya Thanthâwî

Jawharî,73

Keajaiban Penciptaan Manusia karya Hârûn

Yahya,74

dan Dalil Anfus Al-Qur‟ân dan Embriologi (Ayat-ayat

Tentang Penciptaan Manusia) karya Muhammad Izzuddin

Taufiq.75

2. Metode Pengumpulan Data

Dalam pengumpulan data penelitian, penulis menggunakan metode

dokumentasi yang diterapkan untuk menggali data-data yang berkenaan

telaah biografis tentang ar-Râzî dan pemikirannya dalam Mafâtih al-

Ghaib serta telaah konseptual penafsiran ayat-ayat kauniyyah tentang

penciptaan manusia.

3. Metode Analisa Data

Hasil penelitian dan data yang diperoleh, dianalisa dengan metode

analisa isi (content analysis) yang merupakan analisis ilmiah tentang

pesan suatu komunikasi.76

Sedangkan pendekatan yang penulis gunakan

adalah pendekatan interpretatif-induktif. Pendekatan interpretatif

digunakan untuk memahami pemikiran ar-Râzî dalam menafsirkan ayat-

ayat kauniyyah, utamanya tentang proses penciptaan manusia secara

umum (keturunan Adam) yang kita kenal dengan metode maudhu‟i.

Secara aplikatif, ayat-ayat penciptaan manusia yang akan disoroti adalah

surah Al-Mu'minûn/23: 12-14, Al-Ḥajj/22: 5 dan Al-Mu'min/40: 67.

Ayat-ayat dalam ketiga surat tersebut dipilih sebagai bahan kajian

karena secara tersurat menginformasikan reproduksi manusia dengan

tahapan-tahapannya secara jelas, dari bentuk yang sangat sederhana

menjadi bentuk yang sempurna.

Interpretasi ditujukan pada penggunaan metode penafsiran, sumber-

sumber penafsiran dan prinsip-prinsip yang digunakan ar-Râzî dalam

menafsirkan ayat-ayat penciptaan manusia di atas. Menggunakan teori

72

Ahmad Baiquni, Al-Qur‟ân Ilmu Pengetahuan dan Tehnologi, (Jakarta: Dana

Bhakti Wakaf, 1994). 73

Thanthâwî Jauharî, al-Jawâhir fî Tafsîr Al-Qur‟ân al-Karîm, (Mesir: Musthafa

al-Bâb al-Halabi,1421). 74

Hârûn Yahya, Keajaiban Penciptaan Manusia, Alih Bahasa Ahmad Sahal dari

judul The Miracle of Creation of The Human Being, (Jakarta: Globalmedia Cipta

Publising, 2003). 75

Muhammad Izzuddin Taufiq, Dalil Anfus Al-Qur‟ân dan Embriologi (Ayat-

ayat Tentang Penciptaan Manusia), (Surakarta: Tiga Serangkai, 2006). 76

Noeng Muhajir, Metode Penelitian Kualitatif: Telaah Positivistik Rasionalistik,

Phenomonologik Realisme Metafisik, (Yogyakarta: Rake Sarasin, 1992), h. 76: Lihat

juga: Emzir, Analisa Data: Metodologi Penelitian Kualitatif, (Jakarta:Rajawali Pers,

2010), h. 283.

Page 35: PROSES PENCIPTAAN MANUSIA MENURUT PENAFSIRAN IMAM …

22

Gracia tentang interpretasi yang digunakan lebih mengacu pada

interpretasi non-tekstual, walaupun tidak menghilangkan interpretasi

tekstual. Interpretasi non-tekstual tidak hanya bertujuan untuk menguak

makna dan implikasi teks, melainkan juga menguak ide-ide dan

pemikiran yang tidak diungkapkan dalam tulisan atau ungkapan

lisannya.77

Pendekatan interpretatif ini kemudian dipadukan dengan metode

induksi, yaitu metode yang berangkat dari sejumlah kenyataan yang

bersifat khusus menuju kesimpulan yang bersifat umum.78

Metode

induksi ini penulis gunakan untuk mengambil kesimpulan atas

penggunaan sumber, metode dan prinsip penafsiran ar-Râzî terhadap

ayat-ayat kauniyyah dilihat dari sudut kesesuaian penafsirannya dengan

sains dengan kata lain penelitian ini juga menggunakan metode

muqâran yang secara tidak langsung membandingkan penafsiran ar-Râzî

dan sains, yang pada akhirnya akan diketahui kelebihan dan kelemahan

penafsiran ilmiah yang dilakukan ar-Râzî. Sebagai pisau analisa, penulis

menggunakan teori-teori tentang tafsir, sebagaimana yang telah

dikemukakan oleh para ulama, ditambah dengan berbagai wacana

kontemporer tentang penafsiran Al-Qur‟ân, utamanya yang berkaitan

dengan penafsiran ayat-ayat kauniyyah.

J. Sistematika Penulisan

Untuk memperoleh gambaran yang utuh dan terpadu, maka penulisan

tesis ini dilakukan dengan membaginya ke dalam lima bab, pada setiap

bab terdiri atas beberapa sub-bab. Masing-masing bab diusahakan

memiliki kaitan yang erat satu sama lainnya.

Sistematika penulisan tesis ini disusun sebagai berikut:

Bab I berisi gambaran umum penelitian. Bab ini memaparkan

pendahuluan yang meliputi: latar belakang masalah, batasan istilah dan

lingkup penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan

penelitian, kerangka teoritis, penelitian terdahulu, metode penelitian dan

sistematika penulisan.

Bab II memaparkan tentang Fakhr ad-Dîn ar-Râzî dan tafsir

Mafâtih al-Ghaib. Pemaparan ini berguna untuk mengetahui biografi

pengarang Tafsir Mafâtih al-Ghaib yakni Fakhr ad-Dîn ar-Râzî dan

kitab tafsirnya Mafâtih al-Ghaib. Hasil pembahasan bab ini juga akan

dijadikan sebagai landasan dalam meneliti lebih mendalam penafsiran

77

Jorce J. E Gracia, A Theory of Textuality: The Logic and Epystemology,

(Albany: State University of New York Press, 1995), h. 164-165. 78

Sutrisno Hadi, Metodologi Research, Vol. I, (Yogyakarta: Andi Offset,

1993), h. 42.

Page 36: PROSES PENCIPTAAN MANUSIA MENURUT PENAFSIRAN IMAM …

23

Fakhr ad-Dîn ar-Râzî tentang ayat-ayat kauniyyah di bab berikutnya.

Pembahasan ini diperlukan karena hasil pemikiran (termasuk

penafsiran) seorang mufasir selalu dipengaruhi oleh beberapa faktor, di

antaranya: pengalaman hidup, ilmu pengetahuan, latar belakang

pendidikan, dan metode maupun sumber penafsiran yang digunakan.

Maka sub-bab pertama membahas tentang biografi Fakhr ad-Dîn ar-Râzî

yang mencakup: biografi Fakhr ad-Dîn ar-Râzî. Sub bab kedua

membahas tentang tafsir Mafâtih al-Ghaib yang meliputi: sejarah

penulisan tafsir Fakhr ad-Dîn ar-Râzî, sumber, metode dan corak

penulisan tafsir Mafâtih al-Ghaib, dan karakteristik penafsiran Tafsir

Mafâtih al-Ghaib.

Bab III memaparkan wacana umum penafsiran ayat-ayat

kauniyyah tentang penciptaan manusia. Pemaparan ini dilakukan untuk

mengetahui secara konseptual tentang penafsiran ayat-ayat kauniyyah

dan penciptaan manusia secara umum dalam Al-Qur‟ân. Pembahasan

bab ini meliputi: pengertian ayat-ayat kauniyyah, penafsiran corak

ilmiah ayat-ayat kauniyyah, dan pro kontra tafsir ilmi di kalangan ulama.

Kemudian secara khusus dibahas tentang gambaran umum penciptaan

manusia dalam Al-Qur‟ân, sebagai landasan pembahasan rinci terkait

proses penciptaan manusia pada bab berikutnya.

Bab IV memaparkan penafsiran ayat-ayat penciptaan manusia

dalam Tafsir Mafâtih al-Ghaib. Pembahasan ini merupakan pokok

penelitian yang dilakukan. Oleh karenanya, pada sub-bab pertama yang

dibahas adalah penafsiran Fakhr ad-Dîn ar-Râzî atas ayat-ayat

penciptaan manusia. Kajian penafsiran akan difakuskan pada tiga surah

yakni Al-Hajj/22: 5, Al-Mu'minûn/23: 12-14 dan Al-Mu'min/40: 67.

Ayat-ayat dalam ketiga surah ini dipilih karena mencerminkan proses

penciptaan manusia secara utuh, disertai tahapan-tahapan yang jelas dan

terstruktur. Sub-bab kedua membahas proses reproduksi manusia dalam

pandangan sains modern. Pembahasan ini diperlukan sebagai

perbandingan secara teoritis kajian penciptaan manusia. Terakhir, hasil

deskriptif penafsiran Fakhr ad-Dîn ar-Râzî selanjutnya pada sub-bab

ketiga dianalisa untuk mengetahui titik temu penafsirannya dengan sains

modern. Maka, pada sub-bab ketiga ini yang dibahas adalah tinjauan

sains modern atas penafsiran Fakhr ad-Dîn ar-Râzî terhadap ayat-ayat

penciptaan manusia.

Bab V adalah penutup. Sebagai bab terakhir, dalam bab ini

disajikan kesimpulan dan saran dari hasil penelitian.

Page 37: PROSES PENCIPTAAN MANUSIA MENURUT PENAFSIRAN IMAM …

154

BAB V

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Dari hasil pembahasan yang telah dilakukan pada bab-bab

sebelumnya, penulis menyimpulkan bahwa:

1. Penafsiran Fakhr ad-Dîn ar-Râzî atas ayat-ayat kauniyyah penciptaan

manusia pada surah Al-Hajj/22: 5, Al-Mu'minûn/23: 12-14, dan Al-

Mu'min/40: 67 menghasilkan paparan sebagai berikut:

a. Tujuan utama ayat-ayat di atas adalah hendak memberikan bukti

bagi orang-orang yang ragu bahkan mencela tentang kekuasaan

Allah Swt. membangkitkan manusia setelah kematiannya dan

keniscayaan hari kebangkitan.

b. Kejadian (reproduksi) manusia secara umum, terjadi melalui tujuh

proses (fase), yaitu: mula-mula penciptaan bahan baku berupa

saripati tanah (sulâlah ath-thîn), kemudian berposes menjadi

nuthfah, berproses menjadi 'alaqah, berproses menjadi mudhghah,

berproses menjadi 'izhâm, berproses menjadi lahm, berproses

menjadi khalqan âkhar (bayi sempurna siap lahir). Ketujuh fase

ini dijelaskan oleh Fakhr ad-Dîn ar-Râzî dengan membaginya ke

dalam masalah-masalah pembahasan.

c. Perkembangan manusia pasca kelahirannya, berjalan menurut tiga

masa, yakni: masa bayi hingga pertengahan pemuda, masa terkuat

baik secara fisik maupun psikis, dan masa ketuaan (pikun).

2. Secara umum pembahasan para embriolog terkait reproduksi manusia

terbagi pada tiga pokok, yaitu: pertama, proses pembentukan Sperma

pada pria yang disebut dengan spermatogenesis dan juga pembentukan

sel telur yang disebut dengan oogenesis pada perempuan, yang

kemudian dilanjutkan dengan proses pembuahan oleh sel sperma pada

sel telur yang nantinya akan menjadi cikal bakal manusia. Kedua,

tahapan selanjutnya setelah terjadinya pembuahan, setelah pembuahan

sel sperma dan sel telur menjadi satu sel diploid yang disebut dengan

zigot yang turun ke dalam rahim dan berkembang secara masif

menjadi satuan sel yang padat yang disebut dengan morulla hingga

satu minggu kemudian dan menjadi embrio. Ketiga, perkembangan

embrio dari minggu ke minggu di dalam rahim hingga menjadi janin

(fetus) dan siap lahir ke dunia ini.

3. Dari sudut pandang sains modern, penafsiran Fakhr ad-Dîn ar-Râzî

atas ayat-ayat kauniyyah tentang penciptaan manusia banyak memiliki

kesesuaian, disamping pula dijumpai pula adanya kekurang-selarasan.

Di antara yang selaras adalah bahwa sebagian kecil sperma sajalah

Page 38: PROSES PENCIPTAAN MANUSIA MENURUT PENAFSIRAN IMAM …

155

yang membuahi sel telur, sperma laki-laki lah yang menentukan jenis

kelamin bayi, terbentuknya tulang lebih dahulu daripada daging (otot)

pembungkus, nuthfah berkembang di tiga area aman di dalam rahim,

dan lainnya. Sementara yang kurang selaras adalah terkait pemaknaan

'alaqah, penjelasan kurang mendetail terkait waktu perkembangan tiap

fasenya, dan pemahaman tentang khalqan âkhar (bayi sempurna siap

lahir). Namun hal ini bisa dipahami sebab penafsiran maupun sains

memiliki sifat berkembang menurut kemajuan ilmu pengetahuan.

B. SARAN

Di akhir tesis ini penulis ingin menyampaikan beberapa saran:

1. Untuk membuahkan penafsiran yang komprehensif, diperlukan

perpaduan metode-metode penafsiran yang sudah ada. Seorang

mufasir yang hanya menggunakan satu metode, misalnya tahlîli,

muqâran, ijmâli dan lainnya, akan menghasilkan penafsiran yang

parsial. Imbasnya, keagungan Al-Qur'ân sebagai hudan dan pedoman

manusia dalam berperikehidupan tidak terungkap sebagaimana

mestinya.

2. Penafsiran ilmiah -terlepas dari adanya pro dan kontra tentangnya-

sudah selayaknya menjadi salah satu agenda pembelajaran bagi

generasi muslim, sehingga menghasilkan ulama tafsir kompeten di

berbagai disiplin ilmu layaknya Fakhr ad-Dîn ar-Râzî. Selama ini apa

yang dinamakan sains (ilmu pengetahuan) diidentikkan dengan

ilmuwan yang kurang mumpuni dalam penguasaan kaidah-kaidah

tafsir Al-Qur'ân.

Page 39: PROSES PENCIPTAAN MANUSIA MENURUT PENAFSIRAN IMAM …

156

DAFTAR PUSTAKA

Al-‘Alwâni, Thaha Jâbir, al-Imâm Fakhr ad-Dîn al-Râzî wa Mushannafâtuh,

Kairo: Dâr al-Salâm, 2010.

_____, Muqaddimah al-Muhaqqiq, dalam Fakhruddin ar-Razi, al-Mahshûl fî 'Ilm

al-Ushûl, Riyâdh: Lajnah al-Buhûts wa at-Ta'lîf wa Tarjamah wa an-Nasyr,

1981.

Al-‘Ammâri , ‘Ali Muhammad Hasan, al-Imâm Fakhr ad-Dîn al-Râzî: Hayâtuh

wa Atsaruh, Mesir: al-Majlis al-A‘lâ li al-Shu’ûn al-Islâmiyyah, 1969.

Al-'Ayâsyi, Muhammad ‘Ali, al-Mufassirûn Hayâtuhum wa Manhajuhum,

Teheran: Mu’assasah al-Tabâ’ah wa al-Nasyr, 1415 H

Abd ash-Shamad, Muhammad Kâmil, Mukjizat Ilmiah dalam Al-Qur'ân, Terj.

Alimin et al. dari kitab al-I'jâz al-'Ilmî fî al-Islâm min Al-Qur'ân al-Karîm,

Jakarta: Media Grafika, 2002.

Adib, Mohammad, Filsafat Ilmu; Ontologi, Epistemologi, Aksiologi, dan logika

Ilmu pengetahuan, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011.

Al-'Akk, Khâlid Abd ar-Rahman, Ushûl at-Tafsîr wa Qawâ'iduh, Beirut: Dâr an-

Nafs,1986/1406.

Albar, Muhammad Ali, Human Development as Revealed in the Holy Qur’an and

Hadist ( Kaitan Ayat-Ayat Alqur’an dan Hadis), terj. Budi Utomo, Cet. I,

Jakarta; Mitra Pustaka, 2001

Ali, Attabik dan Muhdlor, Ahmad Zuhdi, Kamus Kontemporer Arab Indonesia,

Yogyakarta: Yayasan Ali Maksum, 1996.

Amîn, Ahmad, Fajr al-Islâm, Mesir: Maktabah al-Nahdhah al-Mishriyyah, 1975.

Amrullah , Abdul Malik Abdul Karim, Tafsir al-Azhar, Jakarta: Pustaka Panjimas,

1982.

Anees, Munawar Ahmad, Islam dan Masa Depan Biologia Umat Manusia, Terj.

Rahmani Astuti, Bandung: Mizan, 1991.

Al-Andalûsî, Abû Ishâq Ibrâhîm bin Mûsâ asy-Syatibî, al-Muwâfaqât fi Ushûl

asy-Syarî’ah, Beirut: Dâr al-Ma'rifah, tt.

Anshari, Tafsîr bi ar-Ra’yi: Menafsirkan Al-Qur'ân dengan Ijtihad, Jakarta:

Gaung Persada Press, 2010.

Page 40: PROSES PENCIPTAAN MANUSIA MENURUT PENAFSIRAN IMAM …

157

Al-'Aqqâd, 'Abbâs Mahmûd, Falsafah Al-Qur'âniyyah, Kairo: al-Lajnah li Ta’lîm

wa al-Tarjamah wa al-Nasyr, 1947.

Al-Asfahânî, Ar-Raghîb, Mu’jam Mufradât Alfâzh Al-Qur'ân, Beirut: Dâr al-

Fikr, tt.

'Atha, Muhammad Abd al-Qâdir, al-Imâm Abû 'Abdillah Fakhr ad-Dîn ar-Râzî fî

Suthûr, Beirut: Dâr al-Kutub al-'Ilmiyyah, 1999.

Al-Atsari, ‘Abd al-Humaid, al-Wajîz fî ‘Aqîdah as-Salaf ash-Shâlih, Riyâd:

Wizârat al-Shu’ûn al-Islâmiyyah, 1422 H.

Atightechi, Dariusch, Islamic Bioethics: Problems and Perspectives, Nederland:

Springer, 2007.

Al- ‘Uraybi, Muhammad, al-Munthalaqât al-Fikriyyah ‘Inda al-Imâm al-Fakhr

ar-Râzi, Beirut: Dâr al-Fikr al-Lubnân, 1992.

Baiquni, Ahmad, Al-Qur'ân Ilmu Pengetahuan dan Tehnologi, Jakarta: Dana

Bhakti Wakaf, 1994.

Al-Banna, Hasan, Kunci Memaknai Al-Qur'ân, Terj. Muhammad Hamidi,

Surabaya: PT Bina Ilmu, 1983.

Bucaille, Maurice, Bible, Qur'ân, dan Sains Modern, Terj. HM. Rosyidi, Jakarta:

Bulan Bintang, 1979.

al-Bantanî, Nawawî, Marah Labîd Tafsîr an-Nawawî (at-Tafsir al-Munir), Juz 2,

Indonesia: Dâr Ihyâ' at-Turats al-'Arabîyyah, t.t.

Campbel, Don, The Mozart Effect for Children Awaking Yaur Child’s Mind, Healt

and Creativity With music, terj. AlexTri Kentjonowidodo, Jakarta :

Gramedia, 2002

Cassirer, Ernst, An Essay on Man: An Introduction to a Philosophy of Human

Culture New York: Doubleday Anchor Books, t.th.

Dahliar, Franz dan Chandra, Julius, Asal dan Tujuan Manusia: Teori Evolusi

yang Menggambarkan Dunia, Yogyakarta: Kanisius, 1991.

Dougall, Jane Mac., Pregnancy Week-by-Week, terj. Dr Nina Irawati, Jakarta :

Erlangga, 2003

Adz-Dzahabî, Muhammad Husain, at-Tafsîr wa al-Mufassirûn, Juz 2, Kairo:

Maktabah Wahbah, 2000.

Page 41: PROSES PENCIPTAAN MANUSIA MENURUT PENAFSIRAN IMAM …

158

Emzir, Analisa Data: Metodologi Penelitian Kualitatif, Jakarta: Rajawali Pers,

2010.

Essack, Farid, Qur’anic Hermeneutics, Problems and Prospect The Muslim Word,

LXXXIII, t.tp., tp., 1993.

Flanagan, GL., The Fisth Nine Months of Life, Terj. Yayasan Cipta Loka Caraka,

Jakarta: Yayasan Cipta loka Caraka, 2003, Cet.XV

Furchan, Arief dan Maimun, Agus, Studi Tokoh: Metode Penelitian Mengenai

Tokoh, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005.

Al-Ghazâlî, Abû Hâmid, Ihyâ' 'Ulûm ad-Dîn, Jilid I, Kairo: al-Tsaqâfah al-

Islâmiyyah, 1356 H.

______, Jawâhir Al-Qur'ân wa Duraruh, Beirut: Dâr al-Kutub al-‘Ilmiyyah, 1988.

Al-Ghulsyanî, Mahdi, Filsafat Sains Menurut Al-Qur'ân, Terj. Agus Efendi,

Bandung: Mizan, 1998.

Goldziher, Ignaz, Mazhab Tafsir, Terj. M Alaika Salamullah, Saifuddin Zuhri

Qudsy dan Badrus Syamsul Fata, Yogyakarta: eLSAQ Press, 2006.

Ghufron, Mohamad dan Rahmawati, Ulumul Qur'ân: Praktis dan Mudah,

Yogyakarta: Teras, 2013.

Hadi, Sutrisno, Metodologi Research, Vol. I, Yogyakarta: Andi Offset, 1993.

Hajar, Ahmad ‘Umar Abû, at-Tafsîr al-'Ilmî li Al-Qur'ân fî al-Mîzân, Beirut: Dâr

Qutaibah, t.th.

Hamid, Muhsin ‘Abd, ar-Râzi Mufassiran, Baghdad: Dâr al-Hurriyyah li al-Tibâ

‘ah, 1974.

Yosadi, Hendrati Handini, dkk, Sembilan Bulan yang Menakjubkan,

Jakarta : Gaya Favorit Press, 2005

Harahap, Syahrin, Metodologi Studi Tokoh Pemikiran Islam, Jakarta: Istiqomah

Press, 2006.

Harmi, Hamzah F., Kedudukan Sains dalam Metode Pemahamam Al-Qur'ân,

dalam Reflektika, Edisi Vol 1, September 2002.

Harun, Salman, Mutiara Al-Qur'ân, Jakarta: Logos, 1999.

Hayyan, Abû, al-Bahr al-Muhîth, Mesir: Mathba’ah as-Sa’âdah, Juz I, 1328 H

Hurlock, Elizabeth B, Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang

Rentang Kehidupan”, (Jakarta: Erlangga, 1980) Ed. V

Page 42: PROSES PENCIPTAAN MANUSIA MENURUT PENAFSIRAN IMAM …

159

Ibn 'Âsyûr, Muhammad thâhir, at-Tahrîr wa at-Tanwîr, juz 30 Tunisia: Dâr at-

tûnisiyyah, 1984 M

Irianto, Struktur dan Fungsi Tubuh Manusia, Jakarta: Yrama Widya, 2004

Ismâîl, Sya'bân Muhammad, Ushûl al-Fiqh; Tarîkhuhu wa Rijâluhu, Mekah: Dâr

as-Salâm, 1998.

Jansen, J.J.G., Diskursus Tafsir Al-Qur'ân Modern, Terj. Hairussalim dan Syarif

Hidayatullah, Yogyakarta: Tiara Wacana, 1994.

Jauharî, Thanthâwî, al-Jawâhir fî Tafsîr Al-Qur'ân al-Karîm, Mesir: Musthafa al-

Bâb al-Halabî,1421 H

Al-Jauziyyah, Ibn Qayyim, Madârik ash-Shâlihîn, Jilid 3, Beirut-Lubân: 1412

H/1991 M.

Khâlif, Fathullah, Fakhr ad-Dîn ar-Râzî, Mesir: Dâr al-Jâmi’ât al-Mishriyyah,

1976.

Katsîr, Abî al-Fidâ Ismâ’îl Ibn, Tafsîr Al-Qur’ân al-‘Azhîm, Jilid 2, Kairo:

Maktabah ats-Tsaqâfi, 2001 M.

Al-Kalbî, Ibn Juzzay, Al-Qawânîn al-Fiqhiyyah, Beirut, Lubâb: Dâr al-fikr, t.tt.

Kimbal, John W, Biology, terj. Hj. Siti Soetarmi Tjitrosomo dan Nawang Sari

Soegiri, Jilid II, Jakarta: Erlangga, 1994, Ed. VI

Ma’lûf, Luwîs, al-Munjid, Beirut: al-Mathba’ah katolik, tt.

Mader, Silvia, Biology, Boston : McGraw-Hill, 2004

Mahdi, Hilâl Mâhir, Fakhr ad-Dîn ar-Râzî Balâghiyyan, t.tp.: Manshûrâh

Wizârah al-I‘lâm al-'Irâqiyyah, 1977

Mahmûd, Mani' Abd al-Halîm, Metodologi Tafsir, Terj. Faisal Saleh dan

Syahdianor dari kitab Manhaj al-Mufassirîn, Jakarta: RajaGrafindo Persada,

2006

Mahmud, Musthafa, Rahasia Hidup dan Misteri Kematian, Bandung: Risalah,

1985.

Al-Marâghî, Ahmad Musthafâ, Tafsîr al-Marâghî, Terj. Bahrun Abubakar,

Semarang: Thaha Putra, 1987

Moleong, Lexi J., Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja Rosda

Karya, 2000

Page 43: PROSES PENCIPTAAN MANUSIA MENURUT PENAFSIRAN IMAM …

160

Mudwal, Med, Sumbangan Al-Qur'ân dalam Ilmu Kebidanan Sebuah Tinjauan

terhadap Tafsir Al-Qur'ân, Solo: Ramadhani, 1986

Muhajir, Noeng, Metode Penelitian Kualitatif: Telaah Positivistik Rasionalistik,

Phenomonologik Realisme Metafisik, Yogyakarta: Rake Sarasin, 1992

Al-Muhtasib, ‘Abd al-Majîd ‘Abd as-Salâm, Visi dan Paradigma Tafsir

Kontemporer, Terj. Moh. Maghfur Wahid dari kitab Ittijâhât at-Tafsîr fî

‘Ashr ar-Rahin, Bangil: al-Izzah, 1997

Munawwir, Ahmad Warson, Kamus al-Munawwir, Yogyakarta: Pondok

Pesantren al-Munawwir, 1984

Naufal, 'Abd al-Razzâq, Allah dari Segi Ilmu Pengetahuan Modern, Terj.

Halimuddin, Surabaya: Bina Ilmu, 1983

Nashr, Sayyed Hossein, An Introduction to Islamic Cosmological Doctrines,

London: Thames and Hudson, 1978

Nasution, Harun, Akal dan Wahyu, Jakarta: Ui-Press, 1982

Pai, Anna C., Foundation of Genetic (Dasar-Dasar Genetika), terj. Dr.Muchiddin

Apandi, MSc., Jakarta: Erlangga, 1992, Edisi II

Prawirohardjo, Prof. Dr. Sarwono, dkk, Ilmu Kandungan, (Jakarta: PT. Bina

Pustaka Sarwono Prawirohadjo, 2011) Edisi III

Purwanto, Agus, Ayat-Ayat Semesta: Sisi al-Qur’an yang Terlupakan, Bandung:

Mizan, 2008

Al-Qardhâwî, Yûsuf, Fatwa-fatwa Kontemporer 3, Terj. Abdul Hayyie al-Kattani

et. al., Jakarta: Gema Insani Press, 2002

Al-Qashshash, ‘Abd al-Mun‘îm ‘Ali Ibrâhîm, al-Imâm Fakhr ad-Dîn ar-Razi wa

Manhajuh fî at-Tafsîr al-Kabîr al-Musammâ bi Mafâtih al-Ghaib, Mesir:

Mir li al-Khidmâh al-‘Ilmiyyah, 1997

Al-Qaththân, Mannâ', Studi Ilmu-ilmu al-Qur'an, Terj. Mudzakir AS. dari kitab

Mabâhits fi 'Ulûm Al-Qur'ân, Bogor: Litera AntarNusa, 1996.

Rahman, Afzalur, Qur’anic Sciences, London: The Muslim Schools Trust, 1981

Rahman, Muhammad Ibrâhîm ‘Abd, Manhaj al-Fakhr ar-Râzî fî at-Tafsîr baina

Manâhij Mu‘âshirih, Nashr: al-shadr li Khidmah al-Tibâ'ah,1989

Page 44: PROSES PENCIPTAAN MANUSIA MENURUT PENAFSIRAN IMAM …

161

Ar-Râzî, Fakhr ad-Dîn Muhammad ibn 'Umar ibn Husain ibn Hasan ibn 'Ali, Roh

itu Misterius, Terj. Muhammad Abdul Qadir al-Kaf, Jakarta: Cendikia

Centra Muslim, 2001

____, Tafsîr al-Kabîr au Mafâtih al-Ghaib, Beirut: Dâr al-Kutub al-'Ilmiah, 2000.

RI, Kemenag, Penciptaan Manusia dalam perspektif Al-Qur'ân dan Sains,

Jakarta: Kemenag RI, 2012

Ridhâ, Muhammad Rasyîd, Tafsîr Al-Qur'ân al-Hakîm (Tafsir al-Manâr), Beirut-

Lubnan: Dâr al-Fikr, t.tt

Rohimin, Metodologi Ilmu Tafsir dan Aplikasi Model Penafsiran, Yogyakarta:

Pustaka Pelajar, 2007

As-Sabt, Khâlid bin 'Utsmân, Qawâ'id at-Tafsîr Jam'an wa Dirasatan, Juz 1, al-

Mamlakah al-'Arabiyyah as-Su'ûdiyyah: Dâr ibn 'Affân, 1417 H/1997 M

Sadler, T.W, Ph.D, Medical Embriology, Hong Kong, Wolters Kluwers, 2014

Sahabudin (ed.), et al. Ensiklopedia Al-Qur'ân: Kajian Kosa Kata, Vol. 2,

Jakarta: Lentera hati, 2007

Ash-Shâbûnî, Muhammad 'Ali, at-Tibyân fî 'Ulûm Al-Qur'ân, Dimasyqi:

Maktabah al-Ghazâlî, 1981

Shaleh, Abdul Rahman, Psikologi Suatu Pengantar Dalam Perspektif Islam,

Jakarta: Kencana, 2009

Ash-Shâlih, Shubhi, Mabâhits fî ‘Ulûm Al-Qur'ân, Beirut: Dâr al-‘Ilm li al-

Malâyîn, 1988

Shiddieqy, M. Hasbi, Sejarah dan Pengantar Ilmu Al-Qur'ân /Tafsir, Jakarta:

Bulan Bintang, 1990

____, Ilmu-Ilmu Al-Qur'ân, Semarang: Pustaka Rizki Press, 2009

Shihab, M. Quraish, Tafsir Al-Mishbah Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur'ân,

Vol 9, Jakarta: Lentera Hati, 2002

____, al-Lubâb, Tangerang: Lentera Hati, 2012

____, Membumikan Al-Qur'ân, Bandung: Mizan,1994

____, Wawasan Al-Qur'ân Tafsir Maudhu'i atas Pelbagai Persoalan Umat,

Bandung: Mizan, 2007

Page 45: PROSES PENCIPTAAN MANUSIA MENURUT PENAFSIRAN IMAM …

162

Subhan, Zaitunah, Tafsir Kebencian Studi Bias Jender dalam Tafsir Al-Qur'ân,

Yogyakarta: LKiS, 1999, Cet. 1

Suma, Muhammad Amin, Ijtihad Ibn Taimiyyah dalam Bidang Fiqh, Jakarta:

INIS, 1992

____, Studi Ilmu-ilmu Al-Qur'ân 1 dan 2, Jakarta: Pustaka Firdaus, 2001

As-Suyûthi, Jalâl ad-Dîn, al-Itqân fî ‘Ulûm Al-Qur'ân, Terj. Tim Editorindiva

Surakarta: Indiva Pustaka, 2009

Syadali, Ahmad dan Rafi'i, Ahmad, Ummul Qur'ân 1, Bandung: tp., 2000

Syaltût, Mahmûd, Tafsîr Al-Qur'ân al-Karîm, Terj. Hussein Bahreisy dan Herry

Nor Ali, t.tp.: Diponegoro, 1989

Asy-Syirbasyî, Ahmad, Qishah at-Tafsîr, Beirut: Dâr al-Qalam, 1962

Ath-Thabarsî, Abû 'Ali al-Fadhl bin Hasan, Majma' al-Bayân fî Tafsîr Al-Qur'ân,

Juz 1, Beirut-Lubnân: Dâr Ihyâ' at-Turats al-'Arabî, 1986 M

UGM, Tim Dosen Filsafat Ilmu Fakultas Filsafat, Filsafat Ilmu, Yogyakarta:

Penerbit Liberty Yogyakarta bekerjasama dengan YP Fakultas Filsafat,

2000

Umar, Nasarudin, Argumen Kesetaran Gender perspektif Al-Qur'ân, Jakarta:

Paramadina, 2001

Yahya, Hârûn, Al-Qur'ân dan Sains, Bandung: PT Syamil Citra Media, 2004

Yatim, Badri, Sejarah Peradaban Islam Jakarta: Rajawali Pers, 2010

______, Keajaiban Penciptaan Manusia, Alih Bahasa Oleh Ahmad Sahal dari

judul The Miracle of Creation of The Human Being, Jakarta: Globalmedia

Cipta Publising, 2003

Az-Zarkan, Muhammad Shâlih, Fakhr ad-Dîn ar-Râzi wa Arâ’uh al-Kalâmiyyah

wa al-Falsafiyyah, Kairo: Dâr al-Fikr, 1963

Az-Zarkasyî, Badr ad-Dîn Muhammad bin 'Abdullah, al-Burhân fî 'Ulûm Al-

Qur'ân, Jilid 1, t.tp.: Dâr al-Ihyâ' al-Kutub al-'Arabiyyah, 1376 H/1953 M.

Az-Zarqânî, Muhammad Abd al-'Azhîm, Manâhil al-'Irfân fî 'Ulûm Al-Qur'ân,

Jilid 1, (Beirut-Lubnân: Isa al-Bâb al-Halabi, t.tt.

Az-Zuhailî, Wahbah, at-Tafsîr al-Munîr fi asy-Syarî'ah wa al-'Aqîdah wa al-

Manhaj, Juz 2, Beirut-Lubnân, 1411 H/1991 M.