mk.docx

18
C.Prinsip Percobaan Melalukan pemeriksaan urin dengan melihat parameter – parameter berupa warna urin, bau urin, bobot jenis urin, PH urin, glukosa urin, dan komponen – komponen yang terdapat dalam urin misalnya leukosit, eritrosit, dan kristal asam dengan nilai rujukan dari masing – masing pengukuran.

Transcript of mk.docx

C.Prinsip PercobaanMelalukan pemeriksaan urin dengan melihat parameter parameter berupa warna urin, bau urin, bobot jenis urin, PH urin, glukosa urin, dan komponen komponen yang terdapat dalam urin misalnya leukosit, eritrosit, dan kristal asam urat dengan nilai rujukan dari masing masing pengukuran.

D.Deskripsi Data Klinis1.Pemeriksaan bobot jenis urinBobot jenis urin berhubungan erat dengan dieresis . makin kecil atau rendah bobot jenis makin besar dieresis dan sebaliknya . bobot jenis urin adalah 1,005 1,026 pada suhu kamar . Bj rendah biasanya dijumpai pada penyakit ginjal seperti glomerunofritis , defisiensi ADH , gangguan metabolik pada DM , hidrasi berat berkepanjangan , sebaliknya BJ urin tinggi di jumpai pada keadaan puasa dan glukosuria ( anonim , 2012 ) .2.Pemeriksaan warna urinPada umumnya warna urin ditentukan oleh besarnya dieresis , makin besar dieresis makin muda warna urin . biasanya warna normal urin berkisar antara kuning muda dan kuning tua . warna urin disebabkan oleh beberapa macam zat warna , terutama urochrom dan urobilin ( anonim , 2012 ) .3.Pemeriksaan bau urinBau urin yang normal disebabkan untuk sebagian oleh macam macam asam organic yang mudah menguap . bau yang berlainan dari yang normal dapat disebabkan oleh makanan , obat obatan , bau aromatis , bau ketonuria , dan bau busuk ( anonim , 2012 ) .

4.Pemeriksaan pH urinTerjadinya kelainan pada pH urin dapat diakibatkan oleh infeksi saluran kencing . Contoh : urin asam disebabkan oleh bakteriE.coli. urin basa karena perombakan ureum menjadi amoniak oleh bakteri Proteus ( anonim , 2012 )5.Pemeriksaan sedimen urin ( Mikroskopik )Pada urin normal , tidak ditemukan eritrosit , sedangkan leukosit ditemukan dalam jumlah kecil yaitu 0-5/LPK . adanya eritrosit dalam urin disebut hematuria sedangkan leukosit yang melebihi batas normal disebut piuria ( anonim , 2012 ) .6.Pemeriksaan Glukosa urinUrinalisis berguna untuk mendiagnosa penyakit ginjal dan infeksi saluran kemih dan untuk mendeteksi penyakit gangguan metabolism yang tidak berhubungan dengan ginjal. Banyak pemeriksaan rutin urinalisis dilakukan ditempat praktik dokter ( Joyce,1997 ) .

A.Nilai rujukan data klinis-Pemeriksaan bobot jenis urinDewasa: 1,005 1,030 gr/mlBayi baru lahir: 1,001 1,020 gr/mlAnak anak: 1,005 1,030 gr/ml-Pemeriksaan pH urinDewasa: 4,5 8,0Bayi: 5,0 7,0Anak anak: 4,5 8,0-Pemeriksaan glukosa urinGlukosa: negatif:B.Interpretasi Data Klinis-Pemeriksaan bobot jenis urinBerat jenis < 1,005 gram/mL : diabetes insipidus, banyak minum, penyakit ginjal, kekurangan dan kelebihan kalium.Berat jenis > 1,026 gram/mL : kurang minum, demam, diabetes melitus, muntah, diare, dehidrasi.-Pemeriksaan pH urinpH < 4,5 : Asidosis , metabolit , diare berat , diet tinggi protein hewani .pH > 8,0: Mengandung bakteri , ISK .-Pemeriksaan sedimen Urin ( Mikroskop )Penurunan kadarPenyakit-penyakit ginjal (glomerulonefritis, obstruksi perkemihan, uremia), ekslampsia.Peningkatan kadarGout, leukimia dengan diet tinggi purin, gangguan neurologi, penyakit manik depresif, ulseratif kolitis.-Pemeriksaan glukosa urinGlukosa: > 15mg atau +4 : Diabetes mellitus, gangguan system sarafn pusat (stroke), sindrom Cushing, anesthesia, infuse glukosa, stress berat, infeksi, Obat ; asam askorbat, aspirin, sefalosporin, epinefrin.C.Obat obat dan makanan yang berpengaruhD.FisiologiE.PatofisiologiF.Pengambilan spesimen1.Mencuci tangan terlebih dahulu danmembersihkan daerah genital sebelum berkemih2.Urin yang diambil urin sewaktu yaituurinsewaktu , ialah urin yang dikeluarkan padawaktu yangtidak ditentukan dengan khusus.3.Urin yang diambil probandus yang berpuasa dan tidak berpuasa4.Aliran pertama urin dibuang dan aliran urine selanjutnya ditampung dalam wadah(pot plastic)yang telah disediakan.5.Pengumpulan urine selesai sebelum aliran urine habis.6.Sesudah pengumpulan urine,mencuci tangankembali hingga besih.-Pemeriksaan Fisika Urin1.Pemeriksaan Bobot Jenis Urina.Disiapkan alat dan bahanb.Ditimbang piknometer kosongc.Dipipet urin kedalam piknometer hingga mencapai mulut piknometerd.Ditimbang berat piknometer + urin (urin sewaktu puasa) pada suhu kamar.e.Dicatat masing masing bobotnyaf.Dilakukan hal yang sama pada urin sewaktu tidak puasaNormal urin Bj normal 1,005gr/ml 1,026 gr/mlPerhitunganBj Urin = Berat piknometer dan urin berat piknometer kosongVolume urin

2.Pemeriksaan Warna Urina. Disiapkan alat dan bahan yang digunakan.b.Urin (urin sewaktu puasa) ditampung dalam pot plastic.c.Ditinjaulah dalam sikap serong pada cahaya tembus.d.Catatlah hasil pengamatan.e.Dilakukan hal yang sama pada urin (urin sewaktu tidak puasa)Normal bila warna kuning atau kuning tua.1.Pemeriksaan Bau urina.Disiapkan alat dan bahan yang digunakan.b.Urin (urin sewaktu puasa) ditampung dalam pot plastic.c.Dicium bau yang ditimbulkan oleh urin tersebut.d.Dicatat hasil pengamatane.Dilakukan hal yang sama pada urin (urin sewaktu tidak puasa)Normal bila bau asam-asam organic yang mudah menguap.2.Pemeriksaan PH Urina.Disiapkan alat dan bahanb.Urin (Urin sewaktu puasa) ditampung pada pot plastic.c.Dilakukan pengujian dengan menggunakan PH universald.Diamati PHnya dan dicatat.e.Di lakukan hal yang sama pada urin (urin sewaktu tidak puasa)Normal PH urin yaitu 4,5 8,03.Pemeriksaan Sedimen Urina.Disiapkan alat dan bahanb.Urin (urin sewaktu puasa) dipipet kedalam tabung sentrifugec.Urin (urin sewaktu puasa) disentrifuge selama 10 menit dengan kecepatan 3000 rpmd.Supernatannya dibuang, diambil endapannyae.Diteteskan diatas objek gelasf.Diamati di bawah mikroskop dengan pembesaran 40 xg.Digambar (eritrosit, leukosit dan Kristal asam urat)h.Di lakukan hal yang sama pada urin (urin sewaktu tidak puasa)Pemeriksaan Zat Organik1.Pemeriksaan Glukosa Urina.Disiapkan alat dan bahan.b.Dmasukkan 5ml reagen benedict ke dalam tabung reraksic.Diteteskan 8 tetes urin.d.Dipanaskan diatas api selama kurang lebih 2 menite.Diangkat dan kocok perlahan lahan setelah itu amati warnanyaNilai normal adalah negatif.-Hasil negatif (-): larutan tetap biru jernih atau sedikit ke hijau hijauan agak kereuh tanpa endapan-Positif + (1+):hijau kekuning kuningan keruh-Positif ++ (2+):kuning keruh-Positif +++ (3+):jingga atau warna lumpur-Positif ++++ (4+):merah keruhG.Metode pengujianH.Perhitungan nilai data klinisI.PembahasanUrin atau air seni atau air kencing adalah cairan sisa yang diekskresikan oleh ginjal yang kemudian akan dikeluarkan dari dalam tubuh melalui proses urinasi. Urin disaring di dalam ginjal, dibawa melalui ureter menuju kandung kemih,akhirnyadibuangkeluartubuhmelaluiuretra.Cairandanmateri pembentuk urin berasal dari darah.Pembentukan urin terjadi dalam empat proses, yaitu Penyaringan (Filtrasi), Penyerapan (Absorbsi), Penyerapan Kembali (Reabsorbsi), dan Augmentasi.Urin segar yakni urin yang baru dikeluarkan, jernih sampai sedikit sekali keruh dan berwarna kuning. Intensitas warna sejajar dengan konsentrasi. Urin yang sangat encer hampir tidak berwarna, sedangkan urin yang sangat pekat berwarna kuning tua.Ph urin berkisar antara 4,5 8,0 dan volume urin berkisa 1 2 liter sedangkan berat jenis berkisar 1,005 g/ml 1,030g/ml .Pengambilan spesimen urine dilakukan oleh penderita sendiri (kecuali dalam keadaan yang tidak memungkinkan). Sebelum pengambilan spesimen, penderita harus diberi penjelasan tentang tata cara pengambilan yang benar.Spesimen urine yang ideal adalah urine pancaran tengah (midstream), di mana aliran pertama urin dibuang dan aliran urine selanjutnya ditampung dalam wadah yang telah disediakan. Pengumpulan urine selesai sebelum aliran urine habis. Aliran pertama urine berfungsi untuk menyiram sel-sel dan mikroba dari luar uretra agar tidak mencemari spesimen urine.Sebelum dan sesudah pengumpulan urine, pasien harus mencuci tangan dengan sabun sampai bersih dan mengeringkannya dengan handuk, kain yang bersih atau tissue. Pasien juga perlu membersihkan daerah genital sebelum berkemih. Wanita yang sedang haid harus memasukkan tampon yang bersih sebelum menampung spesimen.Tujuan dari praktikum ini yaitu menentukan bobot jenis, PH urin, mengetahui dan mendiagnosa adanya gangguan fisiologis (penyakit ginjal dan infeksi saluran kemih) dengan menggunakan beberapa parameter baik pemeriksaan secara fisika (warna, bau, sedimen atau mikroskopik, PH, Bj) dan pemeriksaan zat organic (pemeriksaan glukosa).

Sebagai nilai rujukan dari beberapa literature yang diperoleh bahwa :1.Bonot jenis (Bj) normal urin adalah 1,005 1,026 g/ml pada suhu kamar.2.Normal bila warna urin yaitu kuning atau kuning tua.3.Normal bila bau urin yaitu bau asam asam organic yang mudah menguap.4.PH urin normal 4,5 8,05.Pada sedimen urin (mikroskopik) dilakukan beberapa pemeriksaan yaitu :a.Eritrosit dimana normal bila tidak terdapat eritrosit (sel darah merah) dalam urinb.Leukosit dimana pada urin normal biasanya tidak ada tetapi kadang ditemukan 0 5/LPK.6.Untuk urin normal tidak terdapat glukosa dalam urin.Dalam pemeriksaan urin ini dilakukan dengan dua cara yaitu pemeriksaan fisika urin yang meliputi pemeriksaan berat jenis, warna, bau, PH dan sedimen (mikroskopik) urin dan pemeriksaan zat organic meliputi pemeriksaan glukosa urin.Pemeriksaan Bobot Jenis Urin yang dilakukan pertama kali yaitu menimbang piknometer kosong setelah itu pipet urin kedalam piknometer hingga mencapai mulut piknometer dan ditimbang berat piknometer + urin (urin sewaktu puasa) pada suhu kamar setelah itu dicatat masing masing bobotnya dan dilakukan hal yang sama pada urin sewaktu tidak puasa. Dimana perhitungan bobot jenis urin yaitu sebagai berikut :Bj Urin = Berat piknometer dan urin berat piknometer kosongVolume urinDalam pemeriksaan warna dan bau urin, pertama kali urin (urin sewaktu puasa) ditampung dalam pot plastic dan ditinjau dalam sikap serong pada cahaya tembus serta dicium bau yang ditimbulkan oleh urin tersebut setelah itu catatlah hasil pengamatan kemudian dilakukan hal ang sama pada urin (urin sewaktu tidak puasa)Dalam pemeriksaan PH urin, pertama kali urin (urin sewaktu puasa) ditampung dalam pot plastic kemudian dilakukan pengujian dengan menggunakan PH universal dan diamati PHnya dan dicatat setelah itu dlakukan hal yang sama pada urin (urin sewaktu tidak puasa)Dalam pemeriksaan sedimen urin, pertama kali urin (urin sewaktu puasa) dipipet kedalam tabung sentrifuge kemudian disentrifuge selama 10 menit dengan kecepatan 3000 rpm dan hasil supernatannya dibuang sedanhkan yang diambil endapannya yang diteteskan diatas objek gelas setelah itu diamati di bawah mikroskop dengan pembesaran 40 x dan digambar (eritrosit, leukosit dan Kristal asam urat) serta dilakukan hal yang sama pada urin (urin sewaktu tidak puasa)Pemeriksaan glukosa urin, pertama kali dimasukkan 5ml reagen benedict ke dalam tabung reraksi dan diteteskan 8 tetes urin setelah itu dipanaskan diatas api selama kurang lebih 2 menit dan diangkat dan kocok perlahan lahan setelah itu amati warnanya. Jika hasilnyanegatif (-) maka akan menunjukkan larutan tetap biru jernih atau sedikit ke hijau hijauan agak kereuh tanpa endapan, positif + (1+) menunjkkan hijau kekuning kuningan keruh, positif ++ (2+) menunjukkan kuning keruh, positif +++ (3+) menunjukkan jingga atau warna lumpur. positif ++++ (4+) menunjukkan merah keruh.Prinsip pemeriksaan glukosa urin adalah berdasarkan reaksi reduksi dari urin yang mengindikasikan adanya glukosa (gula) dan ditandai dengan terjadinya perubahan warna urin. Glukosa mereduksi ion kupri dalam larutan alkalis menjadi ion kupro dan mengendap dalam bentuk CuO dan Cu2O berwarna kuning hingga merah bata (reagen benedict dan fehling). Reagen benedict lebih dipilih karena tidak direduksi oleh kreatinin dan asam urat.Urin yang digunakan adalah urinsewaktu dimana urin sewaktu ialah urin yang dikeluarkan padawaktu yangtidak ditentukan dengan khususHasil yang diperoleh dalam praktikum sebagai berikut :-urin sewaktu puasa memiliki hasil yaitu dari warna menghasilkan warna kuning jernih, bau menghasilkan bau amoniak, PH yang dimiliki yaitu 7. Bj yang dimiliki 0,99212 g/ml, eritrosit, leukosit dan glukosa menghasilkan hasil negatif sedangkan terdapat kristal urat dalam pemeriksaan urinnya.-urin sewaktu tidak puasa memiliki hasil yaitu dari warna menghasilkan warna kuning, bau menghasilkan bau amoniak, PH yang dimiliki yaitu 6, Bj yang dimiliki 0,99946 g/ml, eritrosit, leukosit dan glukosa menghasilkan hasil negatif sedangkan terdapat kristal urat dalam pemeriksaan urinnya.Dari hasil yang diperoleh maka dapat diketahui interpretasi data adalah sebagai berikut :-urin sewaktu puasa dari hasil pengamatan interpretasi data yang dapat diketahui bahwa dilihat dari hasil warna, bau, PH,eritrosit dan leukosit merupakan hasil dari urin yang normal. Sedangkan dilihat dari hasil Bj yang dimiliki 0,99212 g/ml maka dapat diketahui pasien menandakan diabetes insipidus, banyak minum, penyakit ginjal, kekurangan dan kelebihan kalium karena kurang dari berat jenis urin normal yaitu 3,5% glukosa ).

Tes glukosa urine adalah pemeriksaan pada sampel urine untuk mengetahui ada tidaknya glukosa pada urine. Pemeriksaan ini termasuk penyaringan dalam urinalisis.Glukosa mempunyai sifat mereduksi. Ion cupri direduksi menjadi cupro dan mengendap dalam bentuk merah bata. Semua larutan sakar yang mempunyai gugusan aldehid atau keton bebas akan memberikan reaksi positif. Na sitrat dan Na karbonat (basa yang tidak begitu kuat) berguna untuk mencegah pengendapan Cu++ . Sukrosa memberikan reaksi negative karena tidak mempunyai gugusan aktif (aldehid/ke ton bebas).Glukosa dalam urin ditentukan dengan reaksi reduksi menggunakan reagen Benedict (terbaik), Fehling dan Nylander. Cara lainnya adalah menggunakan carik celup.Reaksi benedict sensitive karena larutan sakar dalam jumlah sedikit menyebabkan perubahan warna dari seluruh larutan, sedikit menyebabkan perubahan warna dari seluruh larutan, hingga praktis lebih mudah mengenalnya. Hanya terlihat sedikit endapan pada dasar tabung. Uji benedict lebih peka karena benedict dapat dipakai untuk menafsir kadar glukosa secara kasar, karena dengan berbagai kadar glukosa memberikan warna yang berlainan.

B.TujuanPemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya glukosa dalam urine dan untuk mengetahui penyakit Diabetes Melitus pada ibu hamil.

C.Jumlah Urine dan pemeriksaan fisis Bayi : 30 - 500 ml Anak ( 1-14 th ) : 500 1400 ml Dewasa : 600 1600 ml Anuria : 100 ml Oliguria : 100 600 ml Poliuria : > 1600 mlPemeriksaan Fisis :a. Jumlahb. Bauc. Buihd. Warnae. Kejernihanf. Berat jenis.

D.Cara pemeriksaanCara benedictAlat dan BahanAlat :1. Tabung reaksi2. Penjepit tabung reaksi3. Rak tabung4. Pipet tetes5. Corong6. Pipet volume7. Lampu spiritus/ Bunsen8. Beker glassBahan :1. 5 cc larutan benedict2. Urine patologis

Cara KerjaSiapkan alat dan bahan.Masukkan larutan benedict ke dalam tabung reaksi sebanyak 5 cc.Campurkan urin patologis 5 8 tetes ke dalam tabung yang telah berisi benedict.Panaskan tabung di atas spritus/Bunsen dan sambil dikocok perlahan sampai mendidih.Dinginkan dan amati terjadi perubahan warna atau tidak.Cara menilai hasil : Negatif (-) : Tetap biru atau sedikit kehijau-hijauan Positif (+) : Hijau kekuning-kuningan dan keruh (0,5-1% glukosa) Positif (++) : Kuning keruh (1-1,5% glukosa) Positif (+++) : Jingga atau warna lumpur keruh (2-3,5% glukosa) Positif (++++) : Merah keruh ( > dari 3,5 % glukosa)Perhatian : membaca hasil harus segera setelah diangkat dan dikocok bila dibiarkan lebih lama hasilnya akan lebih positif.

Contoh hasil pengujian :Keterangan : glukosa dan fruktosa memiliki sifat pereduksi sehingga warna benedict berubah. Sedangkan sukrosa tidak memperlihatkan perubahan berarti, karena tidak mempunyai pereduksi. Pada gambar diatas sudah menunjukkan +4 karena berwarna merah bata.

BAB IIIPENUTUPA.KesimpulanPemeriksaan pada sampel urine untuk mengetahui ada tidaknya glukosa pada urine. Pada pemeriksaan sangat dibutuhkan pada ibu hamil, karena pada pemeriksaan ini kita dapat mengetahui resti pada ibu hamil, yaitu DM. Pada hasil pemeriksaan yang mengandung Glukosa dan fruktosa maka memiliki sifat pereduksi sehingga warna benedict berubah. Sedangkan sukrosa tidak memperlihatkan perubahan berarti, karena tidak mempunyai pereduksi.B.SaranDari hasilpemeriksaan sampel urine untuk mengetahui ada tidaknya glukosa pada urine,kami selaku penulis menyarankan bahwa kita sebagai manusia harus selalu menjaga kesehatan dan menjaga pola hidup kurangi makan yang manis-manis.

DAFTAR PUSTAKAPusdiknakes, 2001. Buku 2 Asuhan Antenatalhttp://mahasiswakedokteranonline.wordpress.com/tag/uji-glukosa/http://princeskalem.blogspot.com/2012/01/prosedur-klinik-pemeriksaan-urine-ibu.htmhttp://materiuas.wordpress.com/2010/01/26/pemeriksaan-laboratorium-glukosa-urine-dan-protein-urine-2/http://catatanmahasiswafk.blogspot.com/2012/03/tes-glukosa-urine-tes-reduksi-benedict.html

Cara KerjaDipipet 1 ml fehling A dan Fehling B, dan dicampurkan dalam tabung reaksi hingga homogen (untuk pemeriksaan tiga sampel)Dipipet masing-masing 1 ml larutan tersebut ke dalam tiga tabung reaksiDitambahkan masing-masing 0,5 ml sampel urine ke dalam tiga tabung reaksi tersebutKetiga tabung dipanaskan di atas api bunsen hingga mendidihSetelah dingin, diamati perubahan warna yang terjadi pada ketiga tabung.

Interpretasi :(-): warna biru / hijau keruh(+): larutan keruh dan hijau agak kuning(++): kuning kehijauan dengan endapan kuning(+++): kuning kemerahan dengan endapan kuning merah(++++):merah jingga sampai merah bata

8.6Hasil Pemeriksaan & Interpretasi HasilNoTabung ke-Komposisi BahanPengamatan WarnaInterpretasi

Sebelum pemanasanSetelah Pemanasan

1.AFehling A + Fehling B + Sampel urine 1Biru tuaKuning kehijauan++

2.BFehling A + Fehling B + Sampel urine 2Biru tuaKuning kemerahan+++

3.CFehling A + Fehling B + Sampel urine 3 (urine normal)Biru tuaBiru tua-

Apabila hasil +, maka di dalam sampel urine mengandung glukosa dengan kadar yang berbeda-beda. Semakin banyak nilai + yang dihasilkan maka semakin besar pula kandungan glukosa yang terdapat dalam sampel urine.

8.7PembahasanUrin atau air seni adalah cairan yng diekskresikan oleh ginjal yang kemudian akan dikeluarkan dari dalam tubuh melalui proses urinasi. Fungsi utama urin adalah untuk membuang zat sisa seperti racun atau obat-obatan dari dalam tubuh. Eksreksi urin diperlukan untuk membuang molekul-molekul sisa dalam darah yang disaring oleh ginjal dan untuk menjaga homeostasis cairan tubuh. Urin disaring di dalam ginjal, dibawa melalui ureter menuju kandung kemih, dan akhirnya dibuang keluar tubuh melalui uretra. Urin terdiri dari air dengan bahan terlarut berupa sisa metabolisme (seperti urea), garam terlarut, dan materi organik. Cairan dan materi pembentuk urin berasal dari darah atau cairan interstisial (Chernecky and Berger, 2008).Komposisi urin berubah sepanjang proses reabsorpsi ketika molekul yang penting bagi tubuh, misal glukosa, diserap kembali ke dalam tubuh melalui molekul pembawa. Cairan yang tersisa mengandung urea dalam kadar yang tinggi dan berbagai senyawa yang berlebih atau berpotensi racun yang akan dibuang keluar tubuh. Materi yang terkandung di dalam urin dapat diketahui melalui urinalisis. Urea yang dikandung oleh urin dapat menjadi sumber nitrogen yang baik untuk tumbuhan dan dapat digunakan untuk mempercepat pembentukan kompos Dari urin kita bisa memantau penyakit melalui perubahan warnanya. (Chernecky and Berger, 2008).Diabetes adalah suatu penyakit yang dapat dideteksi melalui urin. Urin seorang penderita diabetes akan mengandung gula yang tidak akan ditemukan dalam urin orang yang sehat.Pemeriksaan terhadap adanya glukosa dalam urine termasuk pemeriksaan penyaring. Untuk menyatakan keberadaan suatu glukosa, dapat dilakukan dengan cara yang berbeda- beda. Cara yang tidak spesifik dapat dilakukan dengan menggunakan suatu zat dalam reagen yang berubah sifat dan warnanya jika direduksi oleh glukosa. Diantaranya adalah penggunaan reagen fehling yang dapat dipakai untuk menyatakan adanya reduksi yang mengandung garam cupri. Sedangkan pembuktian glukosuria secara spesifik dapat dilakukan dengan menggunakan enzim glukosa oxidase (Prasetya, 2011).Tes glukosa urin dapat dilakukan dengan menggunakan reaksi reduksi, dikerjakan dengan menggunakan fehling,benedict, danclinitest. Ketiga jenis tes ini dapat digolongkan dalam jenis pemeriksaan semi-kuantitatif. Sedangkan tes glukosa dengan reaksi enzimatik dilakukan dengan metode carik celup yang tergolong dalam pemeriksaan semi-kuantitatif dankuantitatif (Subawa.2010). Pereaksi fehling terdiri dari dua bagian, yaitu fehling A dan fehling B. Fehling A adalah larutan CuSO4, sedangkan fehling B merupakan campuran larutan NaOH dan kalium natrium tartrat. Pereaksi fehling dibuat dengan mencampurkan kedua larutan tersebut, sehingga diperoleh suatu larutan yang berwarna biru tua. Dalam pereaksi fehling, ion Cu2+terdapat sebagai ion kompleks. Pereaksi fehling dapat dianggap sebagai larutanCuO (Anonim, 2010).Pada praktikum ini diketahui bahwatabung A dan B menunjukkan hasil positif terkandungnya glukosa dalam sampel urine. Dalam suasana alkali, glukosa mereduksi kupri menjadi kupro kemudian membentukCu2Oyang mengendap dan berwarna merah. Perbedaan intensitas warna merah dari tiap tabung tersebut secara kasar menunjukkan kadar glukosa dalam urine yang diperiksa. Berdasarkan hasil pengamatan diketahui bahwa tabung B mengandung glukosa dengan kadar tertinggi yang ditunjukkan dengan terjadinya perubahan warna dari biru tua (warna fehling A dan B) menjadi kuning kemerahan dean terdapat endapan kuning merah. Dilanjutkan dengan tabung A dengan warna kuning kehijauan dengan endapan kuning. Sedangkan tabung C tidak menunjukkan terjadinya perubahan warna, yakni tetap berwarna biru tua seperti warna larutan fehling A dan B sebelum dipanaskan.Hal ini telah sesuai secara teoritis, dimana sampel yang digunakan pada tabung ketiga merupakan sampel urine normal, sehingga tidak terjadi perubahan warna pada uji fehling yang menunjukkan tidak adanya glukosa dalam sampel tersebut. Berikut ini adalah reaksi antara aldehid dengan fehling yang menghasilkan endapan merah bata :

Pada orang normal tidak ditemukan adanya glukosa dalam urin. Glukosuria dapat terjadi karena peningkatan kadar glukosa dalam darah yang melebihi kapasitas maksimum tubulus untuk mereabsorpsi glukosa. Hal ini dapat ditemukan pada kondisi diabetes mellitus, tirotoksikosis, sindroma Cushing, phaeochromocytoma, peningkatan tekanan intrakranial atau karena ambang rangsang ginjal yang menurun seperti pada renal glukosuria, kehamilan dan sindroma Fanconi (Wirawan dkk, tt).Namun reduksi positif tidak selalu berarti pasien menderita Diabetes Melitus. Hal ini dikarenakanpada penggunaan cara reduksi dapat terjadi hasil positif palsu pada urin yang disebabkan karena adanya kandungan bahan reduktor selain glukosa. Bahan reduktor yang dapat menimbulkan reaksi positif palsu tersebut antara lain : galaktosa, fruktosa, laktosa, pentosa, formalin, glukuronat dan obat-obatan seperti streptomycin, salisilat, dan vitamin C. Oleh karena itu perlu dilakukan uji lebih lanjut untuk memastikan jenis gula pereduksi yang terkandung dalam sampel urine. Hal ini dikarenakan hanya kandungan glukosa yang mengindikasikan keberadaan penyakit diabetes. Penggunaan cara enzimatik lebih sensitif dibandingkan dengan cara reduksi. Cara enzimatik dapat mendeteksi kadar glukosa urin sampai 100 mg/dl, sedangkan pada cara reduksi hanya sampai 250 mg/dl.Nilai ambang ginjal untuk glukosa dalam keadaan normal adalah 160-180 mg %(Wirawan dkk, tt).http://smart-fresh.blogspot.com/2012/06/tes-glukosa-urine-fehling-benedict.html