monaliasis
-
Upload
karina-diana -
Category
Documents
-
view
31 -
download
4
description
Transcript of monaliasis
ILMU KEPERAWATAN KLINIK IIIB (IKK IIIB)
MONILIASIS
MAKALAH
Oleh :
Tri Astutik NIM 132310101017
Rizka Inna Safitri NIM 132310101047
Sintya Ayu P NIM 132310101049
Yeheskiel Febria N NIM 132310101061
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS JEMBER
2015
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis haturkan kepada Allah SWT, atas berkat dan
rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah ini, dengan judul Diare.
Dalam proses penelitian dan penulisan tidak terlepas dari bantuan,
dukungan dan doa dari berbagai pihak. Dalam kesempatan ini penulis
menyampaikan ucapan terimakasih yang tulus kepada:
1. Tuhan Yang Maha Esa
2. Ns. Lantin Sulistyorini M.Kes., selaku Dosen Pengajar dan Ns. Wantiyah
M.Kep., selaku Penanggung Jawab Mata Kuliah Ilmu Keperawatan Klinik IIIB
3. Informan yang telah sangat membantu penulis dengan memberikan informasi
yang sangat dibutuhkan
4. Teman-teman Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Jember
Penulis menyadari bahwa dalam melakukan penulisan makalah ini masih
jauh dari kesempurnaan, untuk itu saran dan kritik yang membangun sangat
diharapkan.Semoga semua bermanfaat bagi kita, Amin.
Jember, Maret 2015
Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iii
BAB 1. PENDAHULUAN......................................................................................1
1.1 Latar Belakang..........................................................................................1
1.2 Tujuan........................................................................................................2
1.3 Implikasi Keperawatan..............................................................................2
BAB 2. TINJAUAN TEORI....................................................................................3
2.1 Pengertian..................................................................................................3
2.2 Epidemiologi.............................................................................................3
2.3 Etiologi......................................................................................................4
2.4 Tanda dan Gejala.......................................................................................6
2.5 Patofisiologi...............................................................................................7
2.6 Komplikasi & Prognosis...........................................................................9
2.7 Pengobatan..............................................................................................10
2.8 Pencegahan..............................................................................................18
BAB 3. PATHWAYS............................................................................................19
BAB 4. ASUHAN KEPERAWATAN..................................................................20
4.1 Pengkajian...............................................................................................20
4.2 Diagnosa..................................................................................................28
4.3 Perencanaan.............................................................................................28
4.4 Pelaksanaan.............................................................................................33
4.5 Evaluasi...................................................................................................34
BAB 5. PENUTUP................................................................................................35
5.1 Kesimpulan..............................................................................................35
5.2 Saran........................................................................................................35
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................36
iii
1
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Moniliasis adalah suatu infeksi oleh jamur Candida, yang sebelumnya
disebut Monilia.Kandidiasis oral atau sering disebut sebagai moniliasis
merupakan suatu infeksi yang paling sering dijumpai dalam rongga mulut
manusia, dengan prevalensi 20%-75% dijumpai pada manusia sehat tanpa
gejala.Kandidiasis pada penyakit sistemik menyebabkan peningkatan angka
kematian sekitar 71%-79%.Terkadang yang diserang adalah bayi dan orang
dewasa yang tubuhnya lemah.Pada bayi bisa didapat dari dot, pakaian,
bantal, dan sebagainya.
Kandidiasis oral merupakan salah satu penyakit pada rongga mulut
berupa lesi merah dan lesi putih yang disebabkan oleh jamur jenis Candida
sp, dimana Candida albican merupakan jenis jamur yang menjadi penyebab
utama.Kandidiasis oral pertama sekali dikenalkan oleh Hipocrates pada
tahun 377 SM, yang melaporkan adanya lesi oral yang kemungkinan
disebabkan oleh genus Kandida. Terdapat 150 jenis jamur dalam famili
Deutromycetes, dan tujuh diantaranya ( C.albicans, C.tropicalis, C.
parapsilosi, C. krusei, C. kefyr, C. glabrata, dan C. guilliermondii ) dapat
menjadi patogen, dan C. albican merupakan jamur terbanyak yang terisolasi
dari tubuh manusia sebagai flora normal dan penyebab infeksi oportunistik.
Terdapat sekitar 30-40% Kandida albikan pada rongga mulut orang dewasa
sehat, 45% pada neonatus, 45-65% pada anak-anak sehat, 50-65% pada
pasien yang memakai gigi palsu lepasan, 65-88% pada orang yang
mengkonsumsi obat-obatan jangka panjang, 90% pada pasien leukemia akut
yang menjalani kemoterapi, dan 95% pada pasien HIV/AIDS
Seorang peneliti (Veron, 1835) melihat jamur itu pada
moniliasis/candidiasis/sariawan pada bayi yang disebutnya oral thrush,
sehingga ia menamakan jamur itu thrush fungus. Veron (1835)
menghubungkan penyakit pada bayi tersebut dengan infeksi pada saat
2
dilahirkan dengan sumber infeksi dari alat kandungan ibunya.Berg (1840)
berkesimpulan bahwa alat minum yang tidak bersih dan tangan perawat
yang tercemar jamur merupakan faktor penting dalam penyebarab infeksi
ini. Berdasarkan bentuknya yang bulat lonjong dan berwarna putih
diberikanlah namaOidium Albicans. Nama oidium kemudian berubah
menjadi monilia. Beberapa nama peneliti mencoba mempelajarinya, antara
lain Wilkinson yang menghubungkannya dengan vaginatis. Akhirnya
Berkhout (1923) menamakan jamur itu dalam genus candida.
1.2 Tujuan
1.2.1 Untuk mengetahui pengertian Moniliasis;
1.2.2 Untuk mengetahui epidemiologi Moniliasis;
1.2.3 Untuk mengetahui penyebab Moniliasis;
1.2.4 Untuk mengetahui tanda dan gejala Moniliasis;
1.2.5 Untuk mengetahui patofisiologi Moniliasis;
1.2.6 Untuk mengetahui komplikasi dan prognosis Moniliasis;
1.2.7 Untuk mengetahui pengobatan Moniliasis;
1.2.8 Untuk mengetahui pengobatan pada pasien Moniliasis;
1.2.9 Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada pasien Moniliasis
1.3 Implikasi Keperawatan
Untuk tenaga kesehatan khususnya perawat , manfaat dari mempelajari
dan memahami konsep dasar keperawatan dengan pasien moniliasis adalah
meningkatkan mutu asuhan keperawatan
1.4
3
BAB 2. TINJAUAN TEORI
2.1 Pengertian
Moniliasis adalah suatu infeksi yang disebabkan oleh jamur Candida,
terutama Candida albicans. Kandidiasis adalah infeksi oportunistik yang
sangat umum pada orang terinfeksi HIV. Infeksi ini disebabkan oleh sejenis
jamur yang umum, yang disebut kandida. Jamur ini, semacam ragi,
ditemukan di tubuh kebanyakan orang. Sistem kekebalan tubuh yang sehat
dapat mengendalikan jamur ini. Jamur ini biasa menyebabkan penyakit pada
mulut, tenggorokan dan vagina. Infeksi Oportunistik ini dapat terjadi
beberapa bulan atau tahun sebelum Infeksi Oportunistik lain yang lebih
berat (yogie, 2008).
Kandidiasi (moniliasis) adalah suatu infeksi jamur Candidia, yang
sebelumnya disebut monilia. Candida biasanya menginfeksi kulit dan
selaput lendir (contohnya mulut dan vagina). Kadang jamur ini menyusup
ke jaringan yang lebih dalam (misalnya darah) dan menyebabkan
kandidiasis sistemik, yang bisa berakibat fatal. Infeksi ini lebih sering
menyerang bayi terutama pada bagian mulut bayi dan orang dewasa
biasanya juga pada daerah mulut dan vagina, biasanya penderita ini karena
tubuhnya mengalami kelemahan (Ngastiyah, 2005, hal 222).
Pada bayi biasanya di dapat dari dot, pakaian bayi, bantal dan
sebagainya. Infeksi yang lebih serius ini paling sering terjadi pada penderita
gangguan sistem kekebalan (misalnya penderita AIDS atau penderita kanker
yang menjalani kemoterapi). Adapun Candida adalah penghuni normal
saluran pencernaan dan vagina yang biasanya tidak menimbulkan penyakit.
Tetapi ada beberapa faktor resiko yang mendorong terjadinya infeksi yang
di sebabkan oleh Candida: 1. Kelembapan Kortikosteroid atau terapi imunosupresan pasca
pencangkokan organ.
2. Kehamilan
3. Obesitas (kegemukan)
4. Diabetes.
2.2 Epidemiologi
Penyakit ini lebih sering terjadi terutama pada anak usia bayi. Pada
anak-anak yang lahir dari ibu dengan moniliasica vaginitis. Dan kemudian
diamati pada orang dewasa dengan imunosupresi dan pada pengguna steroid
4
untuk waktu yang lama. Oral candidiasis merupakan infeksi mulut yang
paling sering terjadi. Penyakit ini biasa menginfeksi pasien yang sangat
lemah, bayi, orang tua, dan pasien yang mengalami penurunan kerja sistem
imun dengan prevalensi persebaran 10% - 15% dan 25% - 75% dari
populasi keseluruhan adalah carrier atau pembawa. Kolonisasi candidiasis
oral telah dilaporkan berkisar dari 40% sampai 70% dari anak yang sehat
dan dewasa, dengan tingkat lebih tinggi antara anak-anak dengan gigi keries
dan orang dewasa yang lebih tua memakai gigi palsu. Adapun tingkat yang
telah terbukti juga menigkatkan dengan terapi radiasi kanker, diabetes, dan
infeksi HIV. Koloniasis Candidia dapat menyebabkan infeksi oportunistik
mukosa dan disebarluaskan dan multisistem keterlibatan organ dalam
immunocompromised organ. Tingkat infeksi ini telah dilaporkan sebgai
50% selama kemoterapi, 70% selama terapi radiasi, dan 90% pada infeksi
HIV.
2.3 Etiologi
Oral trush dan infeksi Moniliasis lainnya terjadi ketika sistem
kekebalan tubuh lemah oleh karena itu penyakit atau obat-obatan seperti
antibiotik mengganggu keseimbangan alami mikroorganisme di dalam
tubuh. Sistem kekebalan tubuh bekerja sebagai pengusir invasi organism
yang berbahaya, seperti virus, jamur, bakteri dengan mempertahankan
keseimbangan antara mikroba didalam tubuh. Hal ini tidak selalu bekerja
maksimal akan tetapi mekanisme perlindungan juga dapat mengalami
kegagalan, sehingga dapat memungkinkan tejadinya infeksi oral trush atau
moniliasis akan terus berlanjut. Beberapa penyakit yang dapat membuat
tubuh rentan terhadap infeksi ini diantaranya adalah:
1. HIV/AIDS
2. Kanker
3. Diabetes milletus
4. Infeksi jamur vagina.
5
1.4 Tanda dan Gejala
Pada bayi, gejala sariawan berupa suhu badan meninggi hingga 40
derajat Celcius, mengeluarkan air liur lebih dari biasa, rewel, tidak mau
makan (apabila makan dimuntahkan), tidak mau minum susu botol dan
ASI, serta anak merasa gelisah. Biasanya disertai dengan bau mulut yang
kurang sedap yang diakibatkan oleh kuman atau jamur. Sedangkan pada
balita, biasanya suhu tidak naik terlalu tinggi dan nafsu makannya
berkurang. Bentuk sariawan akan terlihat seperti vesikel atau bulatan kecil,
berwarna putih atau kekuningan. Mula-mula berdiameter 1-3 mm, kemudian
berkembang membentuk selaput. Jika selaputnya mengikis, maka akan
terlihat seperti lubang/ulkus. Besarnya sariawan tetap, tidak membesar,
melebar, atau menjalar seperti bisul. Biasanya munculnya vesikel bersamaan
dengan timbulnya panas.
Adakalanya vesikel baru muncul 1-2 hari setelah panas. Kadang
malah tanpa disertai panas, jika vesikel yang muncul cuma satu. Yang
membuat panas umumnya sariawan karena jamur candida atau virus herpes.
Sebetulnya sariawan bisa sembuh sendiri seperti sariawan herpetik. Namun
sariawan karena jamur harus diobati dengan obat anti-jamur. Biasanya
memakan waktu penyembuhan sekitar seminggu. Jika sariawan tidak diobati
akan bisa berkelanjutan. Memang tak sampai menyebar ke seluruh tubuh,
paling hanya di sekitar mulut.Tetapi, sangat memungkinkan terjadinya
diare, apabila jamurnya tertelan, mengalir lewat pembuluh darah. Gejala
yang mudah dikenali, adalah lidah yang menjadi agak licin, berwarna
kemerah-merahan, timbul luka dibagian bawah dan pinggir atau pada
belahan bagian tengah lidah. Pada pipi bagian dalam tampak bintik-bintik
putih, terkadang terdapat benjolan kecil yang dapat pecah sehingga mulut
terasa perih
Secara keseluruhan gejala oral trush yaitu :
1. Tampak bercak keputihan pada mulut, seperti bekas susu yang sulit
dihilangkan.
2. Bayi kadang- kadang menolak untuk minum atau menyusu
3. Mukosa mulut mengelupas
6
4. Lesi multiple (luka- luka banyak) pada selaput lendir mulut sampai bibir
memutih menyerupai bekuan susu yang melekat, bila dihilangkan dan
kemudian berdarah.
5. Bila terjadi kronis maka terjadi granu lomatosa (lesi berbenjol kecil)
menyerang sejak bayi sampai anak-anak yang berlangsung lama hingga
beberapa tahun akan menyerang kulit anak.
6. Gejala yang muncul adalah suhu badan meninggi sampai 40 derajat
Celcius.
7. Tidak mau makan atau minum.
8. Bayi banyak mengeluarkan air liur lebih dari biasanya. Secara psikis, dia
akan rewel.
1.5 Patofisiologi
Kandidiasis oral atau Moniliasis/Trush sering disesbabkan oleh
candida albicans, atau kadang oleh candida glabrata dan candida troicalis.
Jamus candida albicans umumnya memang terdapat di dalam rongga
mulut sebagai saprofit sampai terjadi perubahan keseimbangan flora mulut
atau perubahan mekanisme pertahanan local dan sistemik yang
menurunkan daya tahan tubuh. Baru pada keadaan ini jamur akan
berproliferasi dan menyerang jaringan. Hal ini merupakan infeksi jamur
rongga mulut yang paling sering ditemukan. Penyakit yang disebabkan
jamur candida albicans ini pertumbuhannya dipelihara dibawah
pengaturan keseimbangan bakteri yang normal. Tidak terkontrolnya
pertumbuhan candida karena penggunaan kortikosteroid dalam jangka
waktu yang lama dan penggunaan obat-obatan yang menekan system imun
serta penyakit yang menyerang system imun seperti Aquired
Immunodeficiency Sindrome (AIDS). Namun bisa juga karena gangguan
keseimbangan mikroorganisme dalam mulut yang biasanya dihubungkan
dengan penggunaan antibiotic yang tidak terkontrol dan menyerang system
imun manusia itu sendiri yang menimbulkan penyakit disebut candidiasis
oral atau moniliasis.
7
1.6 Komplikasi & Prognosis
Apabila moniliasis atau oral trush tidak segera ditangani atau di obati
akan menyebabkan kesukaran minum (menghisap putting susu atau dot)
sehingga akan berakibat bayi kekurangan makanan. Selain itu komplikasi
yang mungkin terjadi diantaranya:
1. Rekurens atau infeksi berulang pada kulit
2. Infeksi pada kuku yang mungkin berubah menjadi bentuk yang aneh dan
mungkin menginfeksi daerah di sekitar kuku
3. Candidiasis atau moniliasis tersebat pada tubuh yang menyebabkan
kekebalan tubungnya berkurang
4. Candidiasis atau moniliasis yang bermetastase dapat menjalar ke
esophagus, usu halus, usus besar atau dan anus. Infeksi sistemik lainnya
berupa abses hati dan otak.
1.7 Pengobatan
Terdiri dari 2 cara :
1. Medik /pengobatan
Memberikan obat antijamur, misalnya :a. Miconazol : mengandung
miconazole 25 mg per ml, dalam gel bebas gula. Gel miconazole dapat
diberikan ke lesi setelah makan. b.Nystatin : tiap pastille mengandung
100.000 unit nistatin. Satu pastille harus dihisap perlahan-lahan 4 kali
sehari selama 7-14 hari. Pastille lebih enak daripada sediaan nistatin lain.
Nistatin ini mengandung gula.
2. Keperawatan
Masalah dari oral thrush pada bayi adalah bayi akan sukar minum dan
risiko terjadi diare. Upaya agar oral thrush tidak terjadi pada bayi adalah
mencuci bersih botol dan dot susu, setelah itu diseduh dengan air
8
mendidih atau direbus hingga mendidih (jika botol tahan rebus) sebelum
dipakai.
Apabila di bangsal bayi rumah sakit, botol dan dot dapat disterilkan
dengan autoclaff dan hendaknya setiap bayi menggunakan dot satu-satu
atau sendiri-sendiri tetapi apabila tidak memungkinkan atau tidak cukup
tersedia hendaknya setelah dipakai dot dicuci bersih dan disimpan kering,
nanti ketika akan dipakai seduh dengan air mendidih.
Bayi lebih baik jangan diberikan dot kempong karena selain dapat
menyebabkan oral thrush juga dapat mempengaruhi bentuk rahang.Jika
bayi menetek atau menyusu ibunya, untuk menghindari oral thrush
sebelum menyusu sebaiknya puting susu ibu dibersihkan terlebih dahulu
atau ibu hendaknya selalu menjaga kebersihan dirinya.Adanya sisa susu
dalam mulut bayi setelah minum juga dapat menjadi penyebab terjadinya
oral thrush jika kebetulan ada bakteri di dalam mulut.
Untuk menghindari kejadian tersebut, setiap bayi jika selesai minum
susu berikan 1-2 sendok teh air matang untuk membilas sisa susu yang
terdapat pada mulut tersebut.Apabila oral thrush sudah terjadi pada anak
dan sudah diberikan obat, selain menjaga kebersihan mulut berikanlah
makanan yang lunak atau cair sedikit-sedikit tetapi frekuensinya sering
dan setiap habis makan berikan air putih dan usahakan agar sering
minum.Oral thrush dapat dicegah dengan selalu menjaga kebersihan
mulut dan sering-seringlah minum apalagi sehabis makan.
Sariawan dapat sembuh dengan sendirinya, kecuali sariawan akibat
jamur yang harus diobati dengan obat antijamur.Masa penyembuhan
relatif lama, yaitu seminggu.Jika tak segera diobati, dapat berkelanjutan
meski hanya menyebar di sekitar mulut saja.Tapi jamur yang tertelan dan
melewati pembuluh darah, juga bisa menyebabkan diare.
1.8 Pencegahan
Pencegahan yang dapat dilakukan pada klien dengan candidiasis oral antara
lain :
9
1. Oral hygiene yang baik;
2. Utamakan ASI daripada susu formula karena ASI mengandung banyak
immunoglobulin yang berguna bagi kekebalan tubuh bayi. Selain itu,
payudara ibu juga jauh lebih terjamin kebersihannya daripada botol dot
bayi ;
3. Bila menggunakan susu formula sebagai tambahan ASI, pastikan
kebersihan botol dan dotnya, jangan lupa untuk mencucinya dengan air
panas;
4. Beri bayi minum 2-5 sendok air hangat untuk membilas mulut bayi
setelah minum susu;
5. Pastikan bayi beristirahat yang cukup;
6. Berikan bayi makanan yang mengandung nutrisi yang lengkap;
7.
10
BAB 3. PATHWAYS
Penggunaan kortikosteroid dan antibiotik yang tak terkontrol, immunodefisiensi
Sistem imun turun
Pertumbuhan jamur yang tak terkontrol
Menyerang system imun
Gangguan keseimbangan flora normal di mulut (candida albicans)
Proses infeksiTimbul bercak putih di mulut
Kandidiasis oral
Menggumpal menutup
permukaan lidahNafsu makan turun
MK : Perubahan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan
MK : Nyeri Akut
MK: Perubahan persepsi sensori pengecapan
Menghambat implus syaraf pengecap
Tidak dapat mengecap rasa
Gejala semakin berat
Bercak kemerahan dengan eksudat berwarna putih
Candida bermetastase
Proses peradangan
Nyeri pada mulut
Sisa susu pada mulut bayi
Tidak dibersihkan Mulut bayi kotor
Suhu tubuh
MK : Hipertermi
Nyeri pada faring
Peningkatan hormon prostatglandin, bradikinin,
histamin
MK : Gangguan Integritas Kulit (Mukosa Oral)
MK :Ansietas
Kurang informasi
MK: Kurang Pengetahuan
Perubahan pola makan
MK :Risiko Konstipasi Malnutrisi MK :Disfungsi
Motilitas Gastrointestinal
MK :Defisit Perawatan Diri:
Makan
Kelemahan
Ketidakmampuan membuat
penilaian yang tepat
MK: Ketidakefektifan
Pemeliharaan Kesehatan
11
BAB 4. ASUHAN KEPERAWATAN
4.1 Pengkajian
1. Identitas Klien:
1. Nama
Nama klien dibutuhkan sebagai identitas klien.
2. Jenis Kelamin
Tidak ada perbedaan yang dominan antara banyaknya penderita moniliasis
anak laki-laki dan perempuan.
3. Umur
Moniliasis/trush adalah penyakit yang sering terjadi pada anak, terutama
pada masa bayi. Seiring dengan bertambahnya usia maka angka kejadian
semakin jarang.
4. Alamat
Alamat klien dapat mengindikasikan lingkungan klien yang dapat
berpengaruh terhadap sehat sakit klien.Keadaan lingkungan yang
mempengaruhi timbulnya moniliasis/trush pada anak yaitu pola kebersihan
yang cenderung kurang.Selain itu, orang tua jarang mencuci tangan saat
merawat atau menetekkan bayinya, serta kebersihan botol atau putting
ketika menyusui bayi juga kurang diperhatikan.
5. Sumber informasi
Sumber informasi ini dapat diperoleh dari orang tua klien.
6. Tanggal MRS
Tanggal masuk rumah sakit sangat penting sebagai data pada identitas klien
7. Nomor Registrasi
Nomor registrasi sebagai data pada identitas klien sehingga perawat lebih
mudah mengidentifikasi dan melakukan asuhan keperawatan pada klien
2. Keluhan Utama
Anak dengan moniliasis/trush, pada mulutnya tampak bercak keputihan,
terutama pada lidah dan pipi bagian dalam yang sulit dibersihkan dan anak
menolak untuk minum.
12
a. Riwayat Kesehatan
1. Riwayat Penyakit sekarang
Anak dengan moniliasis/trush mengalami sariawan berupa suhu badan
meninggi hingga 40 derajat Celcius, mengeluarkan air liur lebih dari biasa,
rewel, menolak untuk makan atau minum, dan gelisah.Biasanya disertai
dengan bau mulut yang kurang sedap, akibat kuman atau jamur.
2. Riwayat Penyakit Dahulu
Adanya suatu infeksi pada saat bayi sehingga diberikan pengobatan
antibiotik yang lama.Riwayat Imunisasi: imunisasi yang biasa diberikan
yaitu BCG, DPT, Hepatitis, dan Polio.
3. Riwayat Perinatal
1) Antenatal:
Pada anak dengan moniliasis/trush, biasanya ibu sang anak pernah
menderita penyakit, seperti HIV/AIDS, kanker, diabetes mellitus, dan
inveksi jamur vagina.
2) Intra natal:
Pada anak dengan moniliasis/trush biasanya saat proses kelahiran bayi
terinveksi jamur dari vagina ibu.
3) Post natal:
Pada anak dengan moniliasis/trus biasanya orang tua jarang mencuci
tangan saat merawat atau menetekkan bayinya.Selain itu, kebersihan
botol atau putting ketika menyusui bayi juga kurang diperhatikan.
4. Riwayat Kesehatan Keluarga
Anak dengan moniliasis/trush biasanya dalam keluarganya, khususnya pada
ibu pernah menderita penyakit HIV/AIDS, kanker, diabetes mellitus, dan
infeksi jamur vagina.Akibat dari penyakit yang di derita ibu ini, maka tubuh
anak dapat menjadi lebih rentan terhadap infeksi moniliasis.
Moniliasis/trush bukan merupakan penyakit keturunan
5. Riwayat Pemberian Imunisasi
Imunisasi yang biasa diberikan untuk penyakit moniliasis yaitu BCG, DPT,
Hepatitis, dan Polio.
13
6. Riwayat Tingkat Perkembangan
Pemeriksaan tingkat perkembangan terdiri dari adaptasi sosial, motorik
kasar, motorik halus, dan bahasa.Tingkat perkembangan pada pasien
moniliasis/trush dapat dikaji melalui tingkah laku pasien maupun informasi
dari keluarga. Selain itu, pada anak dengan moniliasis/trush, kebutuhan akan
asupan nutrisinya kurang sehingga akan berpengaruh terhadap proses
tumbuh kembangnya.
c. Pola Fungsi Kesehatan
1. Pola persepsi dan tata laksana kesehatan: pola hidup sehat anak yang
menderita moniliasis/trush harus ditingkatkan dalam menjaga kebersihan
diri, perawatan, dan tatalaksana hidup sehat. Ibu juga harus melakukan
perawatan puting susu dan membersihkannya sebelum memberikan ASI.
2. Pola nutrisi dan metabolisme: anak dengan moniliasis/trush tidak mau
minum ASI sehingga mampu menyebabkan gangguan pola nutrisi dan
metabolisme.
3. Pola eliminasi: pola BAB dan BAK pada anak dengan moniliasis/trush
akan mengalami gangguan. Bila bakteri Candida tertelan oleh anak akan
menyebabkan diare.
4. Pola aktivitas/bermain: anak biasanya tidak mengalami keterbatasan
aktivitas, tetapi anak akan sering rewel.
5. Pola istirahat dan tidur: anak akan sering menangis karena merasa nyeri
pada daerah sekitar oral sehingga pola istirahat dan tidurnya juga akan
terganggu.
6. Pola kognitif dan persepsi sensori: pola ini mengenai pengetahuan orang
tua terhadap penyakit yang diderita klien
7. Pola konsep diri: bagaimana persepsi orang tua dan/atau anak
terhadap pengobatan dan perawatan yang akan dilakukan.
8. Pola hubungan-peran: biasanya peran orang tua sangat dibutuhkan dalam
merawat dan mengobati anak dengan moniliasis/trush.
14
9. Pola seksual-seksualitas: apakah selama sakit terdapat gangguan atau
tidak yang berhubungan dengan reproduksi sosial. Pada anak yang
menderita moniliasis/trush biasanya tidak ada gangguan dalam
reproduksi.
10. Pola mekanisme koping: keluarga perlu memeberikan dukungan dan
semangat sembuh bagi anak.
11. Pola nilai dan kepercayaan: orang tua selalu optimis dan berdoa agar
penyakit pada anaknya dapat sembuh dengan cepat.
d. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan umum : lemah.
TTV :
1. Tekanan Darah : dalam batas normal
2. Suhu : suhu tubuh tinggi, lebih dari 37o C (normal 36o C- 37o C)
3. Nadi : takikardi
4. RR : dalam batas normal (normal 20-50 x/mnt)
2) Kepala dan leher
Inspeksi :
Wajah : simetris, dahi mengkerut
Rambut :distribusi merata
Mata:pupil miosis, konjungtiva anemis
Hidung : tidak terdapat pernafasan cuping hidung
Telinga : bersih
Bibir dan mulut : mukosa bibir agak kering, terdapat lesi
pada rongga mulut
Lidah: terdapat bercak – bercak putih pada lidah
Palpasi : tidak ada pembesaran kelenjar thyroid dan limfe pada leher
3) Dada
Inspeksi :simetris, tidak terdapat tarikan otot bantu pernafasan
Palpasi :denyutan jantung teraba cepat, badan terasa panas,tidak ada
nyeri tekan
Perkusi :
15
1. Jantung : dullness
2. Paru : sonor
Auskultasi : tidak terdengar suara ronchi dan wheezing
4) Abdomen
Inspeksi : flat/datar
Palpasi : tidak terdapat nyeri tekan
Perkusi : pekak
Auskultasi : ada bising usus
5) Kulit
Turgor kurang, pucat, kebiruan.
6) Ekstremitas
Tidak terdapat udem pada pada extremitas
e. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan diagnostik yang dapat dilakukan pada anak dengan
moniliasis/trush adalah sebagai berikut:
1) Laboratorium: ditemukan adanya jamur candida albicans pada swab
mukosa.
2) Pemeriksaan endoskopi hanya diindikasikan jika tidak terdapat perbaikan
dengan pemberian flukonazol.
3) Dilakukan pengolesan lesi dengan toluidin biru 1% topikal dengan swab
atau kumur.
4) Diagnosa pasti dengan biopsi
4.2 Diagnosa
1. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi
2. Nyeri akut berhubungan dengan proses infeksi yang menghasilkan
bentukan warna merah dan mengandung eksudat, gejala semakin berat
3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
nyeri pada mulut, penurunan nafsu makan
4. Gangguan integritas kulit (mukosa oral) berhubungan dengan infeksi
pada mukosa oral
16
5. Perubahan persepsi sensori pengecapan berhubungan dengan proses
infeksi
6. Disfungsi motilitas gastrointestinal berhubungan dengan malnutrisi
7. Risiko konstipasi berhubungan dengan perubahan pola makan
8. Defisit perawatan diri: makan berhubungan dengan kelemahan
9. Ketidak efektifan pemeliharaan kesehatan berhubungan dengan
ketidakmampuan membuat penilaian yang tepat
10. Ansietas berhubungan dengan gejala semakin berat
11. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi
1.3 Perencanaan
No Diagnosa
Keperawatan
Tujuan/ kriteria
hasil
Perencanaan
/ Intervensi
Rasional
1 Hipertermi
berhubungan
dengan proses
infeksi
Setelah dilakukan
tindakan asuhan
keperawatan
selama 2 x 24 jam,
suhu tubuh pasien
akan kembali
normal, dengan
kriteria hasil pasien
tidak menangis.
1. Berikan
kompres
hangat di
sekitar
lipatan
misalnya,
ketiak dan
lipatan
paha.
2. Beri pasien
banyak
minum air
putih atau
susu lebih
dari 1000
cc/hari.
3. Ciptakan
suasana
yang
nyaman
1. Di ketiak dan
lipatan paha
terdapat banyak
pembuluh darah
besar.
Mengurangi
panas dengan
memindahkan
panas secara
konduksi. Air
hangat dapat
mengontrol
pemindahan
panas secara
perlahan tanpa
menyebabkan
hipotermi atau
menggigil.
2. Peningkatan
suhu tubuh
17
(atur
ventilasi)
4. Anjurkan
keluarga
untuk tidak
memakaika
n selimut
dan pakaian
yang tebal
pada anak
5. Observasi
tanda vital
6. Kolaborasi
kan dalam
pemberian
obat
antimikroba
, antipiretik,
dan
pemberian
cairan
parenteral
mengakibatkan
penguapan
tubuh
meningkat
sehingga perlu
diimbangi
dengan asupan
cairan yang
cukup.
3. Suhu ruangan
harus diubah
untuk
mempertahanka
n suhu
mendekati
normal.
4. Pakaian tipis
membantu
mengurangi
penguapan
tubuh.
5. Tanda vital
merupakan
acuan untuk
mengetahui
keadaan anak
setelah
dilakukan
tindakan
keperawatan.
6. Digunakan
untuk
18
mengurangi
demam dengan
aksi sentralnya
pada
hipotalamus.
2 Nyeri akut
berhubungan
dengan proses
infeksi yang
menghasilkan
bentukan
warna merah
dan
mengandung
eksudat, gejala
semakin berat
Setelah dilakukan
tindakan asuhan
keperawatan
selama 2 x 24 jam,
nyeri yang
dirasakan pasien
akan berkurang,
dengan kriteria
hasil pasien tidak
menangis dan
tampak rileks.
1. Anjurkan
ibu untuk
menggend
ong dan
menenang
kan si
anak
misalnya
mengelus-
elus
kepalanya
2. Ajarkan
teknik
distraksi
pada
orang tua
misalnya
dengan
memberik
an anak
mainan
3. Evaluasi
status
nyeri,
catat
lokasi,
karakterist
1. Anak akan
merasa nyaman
dalam dekapan
ibunya
2. Mengalihkan
perhatian anak
terhadap nyeri
3. Memastikan
kondisi anak
setelah
dilakukan
tindakan
keperawatan.
4. Menghilangkan/
mengurangi
nyeri
19
ik,
frekuensi,
waktu dan
beratnya
4. Kolaboras
ikan
dalam
pemberian
analgesik
sesuai
indikasi
3 Perubahan
nutrisi kurang
dari kebutuhan
tubuh
berhubungan
dengan nyeri
pada mulut,
penurunan
nafsu makan
Setelah dilakukan
tindakan asuhan
keperawatan
selama 2 x 24 jam,
nafsu makan anak
menjadi normal,
dengan kriteria
hasil anak tidak
menangis dan
nutrisi terpenuhi
(berat badan
bertambah).
1. Beri nutrisi
dalam
keadaan
lunak, porsi
sedikit tapi
sering
2. Hindari
makanan
dan obat-
obatan atau
zat yang
dapat
menimbulk
an reaksi
alergi pada
rongga
mulut
3. Anjurkan
pada ibu
untuk terus
berusaha
1 Memberikan
nutrisi yang
adekuat
2 Mencegah
kerusakan
integritas pada
mukosa mulut
3 ASI merupakan
nutrisi untuk
anak dan dapat
meningkatkan
sistem imun
anak
4 Membantu klien
untuk
memenuhi
nutrisi enteral
20
memberika
n ASI
untuk anak
4. Kolaborasi
pemasanga
n NGT jika
anak tidak
dapat
makan dan
minum
peroral
4 Gangguan
integritas kulit
(nukosa oral)
berhubungan
dengan infeksi
pada mukosa
oral
Setelah dilakukan
tindakan asuhan
keperawatan
selama 3 x 24 jam,
integritas kulit
(mukosa oral)
pasien normal
dengan kriteria
hasil pasien
menunjukkan
integritas rongga
oral.
1. Anjurkan
keluarga
untuk
menjaga
kebersiha
n bayi
2. Bersihkan
mulut
bayi
dengan
jari yang
telah
dibungkus
dengan
kain
bersih/kas
sa yang
telah
dibasahi
dengan
larutan
1. Kebersihan bayi
perlu dijaga
untuk
meghindari bayi
dari terjadinya
infeksi
2. Larutan garam
dapat menjadi
antiseptik untuk
membersihkan
mulut dari
bakteri dan
jamur.
3. Ibu perlu
menjaga
kebersihan
terutama
mencuci tangan
sebelum dan
sesudah
menyusui bayi
21
garam
3. Anjurkan
ibu untuk
mencuci
tangan
sebelum
dan
sesudah
melakuka
n
perawatan
pada bayi
4. Anjurkan
ibu untuk
selalu
menjaga
kebersiha
n puting
susu
5. Gunakan
krim anti
fungal
pada
puting
susu
untuk
menghindari
adanya
transmisi
bakteri atau
jamur pada
bayi.
4. Puting susu ibu
perlu
dibersihkan agar
pada saat bayi
menyusu dapat
terhindar dari
bakteri dan
jamur.
5. Krim antifungal
berguna untuk
mencegah
penyebaran
infeksi antara
ibu dan anak.
5 Perubahan
persepsi
sensori
pengecapan
berhubungan
dengan proses
infeksi
Setelah dilakukan
tindakan asuhan
keperawatan
selama 3 x 24 jam,
perubahan persepsi
sensori pengecapan
pasien teratasi
1. Kaji pola
makan
anak
2. Berikan
makanan
yang
mudah di
1. Mengetahui
keteraturan
pola makan
anak ketika
sakit dan
sebelum sakit
2. Memudahkan
22
dengan kriteria
hasil pasien mampu
telan
(lunak)
3. Berikan
makanan
dalam
porsi yang
sedikit
tapi sering
4. Berikan
makanan
dalam
tampilan
yang
semenarik
mungkin
5. Kolaboras
ikan
dengan
tenaga
kesehatan
lain dalam
pemberian
obat
anak untuk
menelan
3. Mencukupi
kebutuhan
asupan nutrisi
anak
4. Meningkatkan
kemauan anak
untuk makan
5. Mengatasi dan
mengurangi
penumpukan
bercak putih di
lidah
6 Disfungsi
motilitas
gastrointestinal
berhubungan
dengan
malnutrisi
Setelah dilakukan
tindakan asuhan
keperawatan
selama 2 x 24 jam,
6. 6.
7 Risiko
konstipasi
berhubungan
Setelah dilakukan
tindakan asuhan
keperawatan
7. 7.
23
dengan
perubahan pola
makan
selama 2 x 24 jam,
8 Defisit
perawatan diri:
makan
berhubungan
dengan
kelemahan
Setelah dilakukan
tindakan asuhan
keperawatan
selama 2 x 24 jam,
8. 8.
9 Ketidakefektif
an
pemeliharaan
kesehatan
berhubungan
dengan
ketidakmampu
an membuat
penilaian yang
tepat
Setelah dilakukan
tindakan asuhan
keperawatan
selama 2 x 24 jam,
9. 9.
10 Ansietas
berhubungan
dengan gejala
semakin berat
Setelah dilakukan
tindakan asuhan
keperawatan
selama 1 x 24 jam,
kecemasan pasien
teratasi, denga
kriteria hasil pasien
mampu
mengidentifikasi
dan
mengungkapkan
gejala cemas, serta
menunjukkan
10. 10.
24
teknik untuk
mengontrol cemas.
11 Kurang
pengetahuan
berhubungan
dengan
kurangnya
informasi
Setelah dilakukan
tindakan asuhan
keperawatan
selama 1 x 24 jam,
pasien
menunjukkan
pengetahuan
tentang penyakit
dengan kriteria
hasil pasien dan
keluarga
menyatakan
pemahaman
tentang penyakit
dan mampu
melaksanakan
prosedur yang
dijelaskan secara
jelas.
11. 11.
1.4 Pelaksanaan
No Diagnosa
Keperawatan
Pelaksanaan
25
1 Hipertermi
berhubungan dengan
proses infeksi
1. Telah diberikan kompres hangat di sekitar
lipatan misalnya, ketiak dan lipatan paha.
2. Telah diberikan minum air putih atau susu
lebih dari 1000 cc/hari.
3. Telah diciptakan suasana yang nyaman
(atur ventilasi)
4. Telah menganjurkan keluarga untuk tidak
memakaikan selimut dan pakaian yang
tebal pada anak
5. Tela dilakukan observasi tanda vital
6. Telah dilakukan kolaborasikan dalam
pemberian obat antimikroba, antipiretik,
dan pemberian cairan parenteral
2 Nyeri akut berhubungan
dengan proses infeksi
yang menghasilkan
bentukan warna merah
dan mengandung
eksudat, gejala semakin
berat
1. Telah menganjurkan ibu untuk
menggendong dan menenangkan anak
misalnya mengelus-elus kepalanya
2. Telah mengajarkan teknik distraksi pada
orang tua misalnya dengan memberikan
anak mainan
3. Telah dilakukan evaluasi status nyeri, catat
lokasi, karakteristik, frekuensi, waktu dan
beratnya
4. Telah dilakukan kolaborasikan dalam
pemberian analgesik sesuai indikasi
3 Perubahan nutrisi
kurang dari kebutuhan
tubuh berhubungan
dengan nyeri pada
mulut, penurunan nafsu
makan
1. Telah diberikan nutrisi dalam keadaan
lunak, porsi sedikit tapi sering
2. Telah dianjurkan untuk menghindari
makanan dan obat-obatan atau zat yang
dapat menimbulkan reaksi alergi pada
rongga mulut
3. Telah dianjurkan pada ibu untuk terus
berusaha memberikan ASI untuk anak
26
4. Telah dilakukan kolaborasi pemasangan
NGT jika anak tidak dapat makan dan
minum peroral
4 Gangguan integritas
kulit (nukosa oral)
berhubungan dengan
infeksi pada mukosa
oral
1. Telah menganjurkan keluarga untuk
menjaga kebersihan bayi
2. Telah dibersihkan mulut bayi dengan jari
yang telah dibungkus dengan kain
bersih/kassa yang telah dibasahi dengan
larutan garam
3. Telah mengnjurkan ibu untuk mencuci
tangan sebelum dan sesudah melakukan
perawatan pada bayi
4. Telah menganjurkan ibu untuk selalu
menjaga kebersihan puting susu
5. Telah diberikan krim anti fungal pada
puting susu
4.1 Evaluasi
No Diagnosa
Keperawatan
Evaluasi
1 Hipertermi
berhubungan dengan
proses infeksi
S:orang tua pasien mengatakan “anak saya sudah
tidak panas lagi sus.”
O: Suhu : 36,5o C
A: Tujuan tercapai
P: hentikan tindakan keperawatan
2 Nyeri akut
berhubungan dengan
proses infeksi yang
menghasilkan bentukan
warna merah dan
mengandung eksudat,
S: orang tua pasien mengatakan “sus, anak saya
sudah tidak menangis lagi saat menyusu.”
O: bercak kemerahan di dalam mulut berkurang
A: tujuan telah tercapai
P: hentikan tindakan keperawatan
27
gejala semakin berat
3 Perubahan nutrisi
kurang dari kebutuhan
tubuh berhubungan
dengan nyeri pada
mulut, penurunan nafsu
makan
S:orang tua pasien mengatakan “anak saya sudah
mau meminum ASI saya lagi sus .”
O: berat badan meningkat
A: tujuan telah tercapai
P: hentikan tindakan keperawatan.
4 Gangguan integritas
kulit (nukosa oral)
berhubungan dengan
infeksi pada mukosa
oral
S:orang tua pasien mengatakan “sus, anak saya
sudah tidak sering menangis lagi.”
O: bayi terlihat lebih tenang
A: tujuan telah tercapai
P: hentikan tindakan keperawatan.
1.4
28
BAB 5. PENUTUP
1.1 Kesimpulan
Berdasarkan pengertian di atas kelompok dapat menyimpulkan
bahwa kandidiasi (moniliasis) adalah suatu infeksi jamur Candidia, yang
sebelumnya disebut monilia.Candida biasanya menginfeksi kulit dan
selaput lendir (contohnya mulut dan vagina).Kadang jamur ini menyusup
ke jaringan yang lebih dalam (misalnya darah) dan menyebabkan
kandidiasis sistemik, yang bisa berakibat fatal.Infeksi ini lebih sering
menyerang bayi terutama pada bagian mulut bayi dan orang dewasa
biasanya juga pada daerah mulut dan vagina, biasanya penderita ini karena
tubuhnya mengalami kelemahan.
1.2 Saran
Saran dari beberapa kesimpulan diatas dengan melaksanakan
asuhan keperawatan pada anak dengan moniliasis, maka perlu adanya
saran untuk memperbaiki dan meningkatkan mutu asuhan keperawatan,
adapun saran sebagai berikut :
1. Untuk mahasiswa keperawatan diharapkan untuk lebih memahami
tentang asuhan keperawatan anak dengan moniliasis sehingga dalam
melakukan asuhan keperawatan lebih komprehensif.
2. Untuk perawata diharapkan untuk meningkatkan konsep keperawatan
anak dengan cara diskusi, seminar dan pembacaan buku-buku yang
berkaitan dengan masalah-masalah keperawatan anak sehingga dalam
melakukan proses keperawatan di rumah sakit lebih komprehensif.
3. Untuk keluarga diharapkan dapat menjaga pola hidup sehat salah
satunya dengan melakukan cuci tangan sebelum dan sesudah makan.
29
DAFTAR PUSTAKA
Sudarti.2010.Kelainan dan Penyakit pada Bayi dan Anak.Yoyakarta : Nuha
Medika.
Bherman, R.E., Kliegma,R., Arvin, A.M. ( 2001). Ilmu Kesehatan Anak Nelson.
Jakarta : EGC
Budiarto, S. (2002). Biostatisika untuk Kedokteran dan Kesehatan
Masyarakat.Jakarta : EGC
Hurlock, Elizabeth. (2008). Psikologi Perkembangan.Jakarta : Erlangga
Jitowiyono, S & Kriostiyanasari, W. ( 2010). Asuhan Keperawatan Neonatus dan
Anak.Yogyakarta : Mulia Medika
Kurniasih D. ( 2008). Makanan panas Picu Sariawan. http://www.mail-
archieve.com
Mubarak, W.I., Chayatin, N., Rozhikin, K., & Supradi.(2007). Promosi
Kesehatan.Yogyakarta : Graha Ilmu
Ngastiyah.(2005). Perawatan Anak Sakit.Jakarta : Rineka Cipta
Notoadmojo,S. (2007). Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta : Rineka
Cipta
Notoadmojo,S. (2003). Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta : Rineka
Cipta
Notoadmojo,S. (2007). Kesehatan Masyarakat Ilmu & Seni.Jakarta : Rineka
Medika
Riduawan.(2010). Dasar – Dasar Statistik. Bandung: Alfabeta
Rukiyah, A.Y., & Yulianti, S. ( 2010). Asuhan Neonatus, Bayi dan Anak Balita.
Jakarta : CV. Trans Info Media
Sutawijaya, R.B. (2010). Mencegah, Mendeteksi, dan Mengatasi Berbagai
Penyakit Anak. Yogyakarta : Luna Publisher
Suyanto & Ummi.(2009). Riset Kebidanan Metodologi dan Aplikasi.Yogyakarta :
Mitra Media Press Tim Pengajar FK UI. (2000). Ilmu Kesehatan Anak Buku Ajar I. Jakarta : TIM
Internet
https://www.academia.edu/8512132/askep_moniliasis (2Maret 2015 pukul 21:24)