MUHAMAD 25213683 -...
Transcript of MUHAMAD 25213683 -...
ANALISIS PENILAIAN PERSEDIAAN BARANG
SECARA PERPETUAL DENGAN METODE
FIFO, LIFO, DAN MOVING AVERAGE
PADA UD HILDA JAYA
MUHAMAD
25213683
PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Persediaan Barang merupakan aktita terpenting yang dimiliki oleh perusahaan dagang. Persediaan juga memiliki resiko yang cukup tinggi dari segi penyimpanan barang, pencatatan, serta dalam menentukan metode yang digunakan sebagai penilaian atas persediaan barang dagang.
Rumusan Masalah
1. Bagaimana penilaian atas persediaan barang pada UD Hilda Jaya dengan metode FIFO, LIFO, dan Moving Average?
2. Bagaimana Perbandingan metode FIFO, LIFO, dan Moving Average pada UD Hilda Jaya ?
Batasan Masalah
Karena begitu luas masalah yang mungkin timbul, maka
penulis berusaha untuk mempersempit ruang lingkup
permasalahan agar penelitian ini tidak menyimpang dari
pokok bahasan yang telah ditentukan, maka penulis
membatasi mengenai penilaian persediaan Kayu Balok
Meranti ukuran 6cm x 12cm dengan metode FIFO, LIFO,
dan Moving Average pada bulan Januari tahun 2016.
Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui penilaian persediaan pada UD Hilda Jaya dengan metode FIFO, LIFO dan Moving Average.
2. Untuk mengetahui perbandingan antara penilaian persediaan metode FIFO, LIFO dan Moving Average pada UD Hilda Jaya.
METODE PENELITIAN
Objek Penelitian
Dalam penelitian ilmiah ini, yang menjadi objek adalah UD Hilda Jaya yang beralamat di Jl. Raya TB. Simatupang, RT. 07/011 No. 3A Kel. Gedong Jakarta Timur.
Jenis Data
Jenis data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah data Primer yang diperoleh dari UD Hilda Jaya yaitu data yang berhubungan dengan Komponen-Komponen penilaian persediaan periode Januari 2016. Data primer adalah data
yang diperoleh dengan pengamatan secara langsung pada
perusahaan, serta melakukan wawancara langsung baik
dengan pimpinan maupun dengan para pekerja.
Teknik Pengumpulan Data
Cara pengumpulan data yang digunakan antara lain :
1. Studi Pustaka
Yang dimaksud studi pustaka adalah dengan mendalami materi yang diperoleh dari buku-buku dan referensi lainnya yang berhubungan dengan topik penulisan ilmiah ini.
2. Metode Riset Lapangan
Melakukan penelitiaan dengan mendatangi UD Hilda Jaya Untuk mendapatkan data yang berhubungan dengan penelitian. Adapun kegiatan yang dilakukan penulis dalam riset lapangan ini adalah:
• Observasi
Yang dimaksud dengan Observasi adalah peneliti terjun langsung ke objek yang diteliti unuk mendapatkan data yang dibutuhkan.
• Wawancara
Yang dimaksud dengan wawancara adalah cara yang digunakan untuk mendapatkan informasi langsung dari sumbernya dengan bertanya tentang informasi yang penulis butuhkan.
Data Persediaan UD Hilda Jaya
Kayu Meranti Ukuran 6cm x 12cm
Bulan Januari 2016
Tanggal Keterangan Unit Harga / Unit
(Rupiah)
Jumlah
(Rupiah)
01/01/16 Persediaan Awal 54 80.000 4.320.000
03/01/16 Penjualan 8 100.000 800.000
04/01/16 Penjualan 12 100.000 1.200.000
05/01/16 Penjualan 20 100.000 2.000.000
06/01/16 Pembelian 25 90.000 2.250.000
08/01/16 Penjualan 6 100.000 600.000
09/01/16 Penjualan 6 100.000 600.000
10/01/16 Penjualan 4 100.000 400.000
12/01/16 Pembelian 35 80.000 2.800.000
13/01/16 Penjualan 4 100.000 400.000
15/01/16 Penjualan 5 100.000 500.000
16/01/16 Penjualan 8 100.000 800.000
20/01/16 Penjualan 10 100.000 1.000.000
23/01/16 Pembelian 20 90.000 1.800.000
24/01/16 Penjualan 8 100.000 800.000
26/01/16 Penjualan 10 100.000 1.000.000
27/01/16 Penjualan 8 100.000 800.000
30/01/16 Pembelian 25 90.000 2.250.000
31/01/16 Penjualan 8 100.000 800.000
PEMBAHASAN
FIFO
Lanjutan FIFO
LIFO
Lanjutan LIFO
Lanjutan LIFO
Moving Average
Perbandingan Ketiga Metode
Selama bulan Januari 2016 terjadi kenaikan harga pembelian maka akan menyebabkan:
• Harga pokok penjualan dengan metode FIFO lebih rendah daripada metode LIFO. Hal ini disebabkan karena pada metode FIFO barang yang dikeluarkan (dijual) merupakan barang yang pertama masuk atau barang yang harga perolehannya rendah sehingga menghasilkan harga pokok penjualan yang rendah juga. Sedangkan pada metode LIFO barang yang dikeluarkan (dijual) merupakan barang yang terakhir dibeli atau barang yang harga perolehannya tinggi sehingga menghasilkan harga pokok penjualan yang tinggi juga.
• Persediaan akhir dengan metode FIFO lebih tinggi daripada metode LIFO. Hal ini disebabkan karena pada metode FIFO barang yang ada di gudang merupakan barang yang terakhir masuk (dibeli) atau barang yang harga perolehannya tinggi sehingga menghasilkan nilai persediaan akhir yang tinggi juga. Sedangkan pada metode LIFO barang yang digudang merupakan barang yang pertama masuk (dibeli) atau barang yang memiliki harga perolehan yang rendah sehingga menghasilkan nilai persediaan akhir yang rendah juga.
• Laba kotor dengan metode FIFO lebih tinggi daripada metode LIFO. Hal ini disebabkan karena nilai HPP dengan metode FIFO lebih rendah daripada Metode LIFO. Dimana nilai HPP ini digunakan sebagai pengurang dari penjualan bersih untuk mentukan laba kotor.
• Untuk metode Moving Average akan Memperoleh hasil diantara FIFO dan LIFO untuk ketiga konsep tersebut. Hal ini disebabkan karena metode rata- rata tidak mengeluarkan barang berdasarkan urutan masuk tetapi mencari harga perolehan yang baru. Sehingga hasilnya berada diantara FIFO dan LIFO.
Kesimpulan
• Penilaian persediaan dengan ketiga metode, pada metode FIFO memiliki nilai harga pokok penjualan yang lebih rendah daripada metode LIFO hal ini disebabkan karena harga pembelian pada periode Januari yang meningkat. Dengan harga pokok penjualan yang lebih rendah maka metode FIFO menghasilkan laba yang tinggi daripada metode LIFO hal ini disebabkan karena nilai HPP digunakan sebagai pengurang dari penjualan bersih untuk mentukan laba kotor. Sedangkan pada metode moving average memperoleh hasil diantara FIFO dan LIFO baik harga pokok penjualan maupun laba kotor. Hal ini disebabkan karena pada metode Moving Average barang yang dikeluarkan tidak berdasarkan urutan masuk tetapi mencari harga perolehan yang baru setiap terjadi transaksi pembelian.
• Perbandingan ketiga metode, Dengan metode FIFO persediaan awal UD Hilda Jaya sebesar Rp. 4.320.000, Pembelian Sebesar Rp. 9.100.000 , Persediaan Akhir sebesar sebesar Rp 3.780.000, HPP sebesar Rp 9.640.000, dan laba kotor sebesar Rp 2.060.000. Dengan Metode LIFO persediaan awal UD Hilda Jaya sebesar Rp. 4.320.000, Pembelian Sebesar Rp. 9.100.000 , Persediaan Akhir sebesar sebesar Rp 3.620.000 , HPP sebesar Rp 9.800.000 , dan laba kotor sebesar Rp 1.900.000. Dengan Metode Moving Average persediaan awal UD Hilda Jaya sebesar Rp. 4.320.000 , Pembelian Sebesar Rp. 9.100.000 , Persediaan Akhir sebesar sebesar Rp 3.684.801 , HPP sebesar Rp 9.735.199 , dan laba kotor sebesar Rp 1.964.801
Saran
• Penulis menyarankan sebaiknya UD Hilda Jaya menerapkan sistem pencatatan persediaan secara perpetual. Hal tersebut perlu dilakukan agar jumlah biaya maupun nilai persediaan dapat diketahui setiap saat tanpa harus melakukan stok opname terlebih dahulu, sehingga tidak mengalami kesulitan ketika ingin mengetahui berapa nilai persedian sekarang. Tetapi setiap akhir periode tetap harus melakukan stok opname untuk mencocokan saldo pencatatan dengan saldo sebenarnya.
• Penulis juga menyarankan menggunakan metode First In First Out (FIFO) untuk penilaian persediaannya. selain laba yang dihasilkan lebih besar, untuk penilaian persediaan akhirnya dinilai berdasarkan harga baru sehingga disaat harga barang berubah, nilai persediaan akhir menunjukan nilai yang sekarang.