Neni Trilusiana R., M.Kes., Ph.D.

29
Neni Trilusiana R., M.Kes., Ph.D. FOSSIL

description

FOSSIL. Neni Trilusiana R., M.Kes., Ph.D. PALEONTOLOGI Asal kata : Paleo : past Onthos : life Logos : science = Ilmu yang mempelajari kehidupan masa lampau Study of fossil : Paleobotani Paleontologi : Paleozoologi. Paleoantropologi. FOSIL. - PowerPoint PPT Presentation

Transcript of Neni Trilusiana R., M.Kes., Ph.D.

Page 1: Neni Trilusiana R., M.Kes., Ph.D.

Neni Trilusiana R., M.Kes., Ph.D.

FOSSIL

Page 2: Neni Trilusiana R., M.Kes., Ph.D.

PALEONTOLOGI

Asal kata : Paleo : past

Onthos : life

Logos : science

= Ilmu yang mempelajari kehidupan masa lampau

Study of fossil

: Paleobotani

Paleontologi

: Paleozoologi

Paleoantropologi

Page 3: Neni Trilusiana R., M.Kes., Ph.D.

FOSILDilihat dari asal kata fosil :

FOSIL berasal dari bahasa latin, yaitu Fossilis, yang berarti menggali dan/ sesuatu yang diambil dari dalam tanah/batuan

Sisa-sisa makhluk hidup masa lampau, jejak/bekas makhluk hidup atau jejak aktivitas mereka

Page 4: Neni Trilusiana R., M.Kes., Ph.D.

FOSILISASI :

Proses penimbunan sisa-sisa mahluk hidup yang terakumulasi dalam sedimen atau endapan-endapan baik yang mengalami pengawetan secara menyeluruh, sebagian ataupun jejaknya saja.

Proses fosilisasi minimal memakan waktu 7000 th. Bagian yang dapat menjadi fosil berupa tulang, gigi,

tanduk, cangkang remis, karapaks.

Page 5: Neni Trilusiana R., M.Kes., Ph.D.

Fosil dalam “Paleontologi” terbagi menjadi 2 jenis, yaitu :

-. Macrofossil

> dapat dilihat dengan mata biasa (megaskopis)

-. Microfossil

> hanya dapat dilihat dengan bantuan alat

mikroskop (mikroskopis)

Page 6: Neni Trilusiana R., M.Kes., Ph.D.

Syarat menjadi fosil:

1) Organisme/sisa organisme terbebas dari kehancuran.

2) Mempunyai bagian2 yang keras, misal tulang atau gigi.

3) Begitu mati segera masuk medium pengawet: aspal, pasir, abu

vulkanik, laut dalam, resin/damar.

4) Segera terhindar dari proses-proses kimia (oksidasi & reduksi)

5)Tidak menjadi mangsa binatang lain

4) Tertimbun dalam sedimen yang terus bertambah dalam kurun waktu

lama.

5) Terjadi pelarutan dan penggantian mineral asal dengan mineral lain

Page 7: Neni Trilusiana R., M.Kes., Ph.D.

Pertanggalan: -- pada temuan rangka arkeologis

Pertanggalan:1. Radiocarbon (Carbon 14 wp 5750 ± 40 th) –>

pertanggalan arkeologis

2. Argon – teknik geokronologi – fosil dengan kematiannya mencapai ratusan ribu dan jutaan tahun – Homo erectus

3. Uranium 238 (wp 4,51 milyar) – umur fosil yang sangat tua  

Page 8: Neni Trilusiana R., M.Kes., Ph.D.

Identifikasi dalam paleoantropologiApakah temuan berupa rangka hewan atau

manusia?Berapa jumlah individu?Apa jenis kelaminnya?Berapa umur dan tinggi badannya?

Page 9: Neni Trilusiana R., M.Kes., Ph.D.

Tulang manusia atau hewan Bentuk, besar, kepadatan dan umur maturasi pusat penulangan.

Tulang manusia -- banyak memiliki trabecullae, Tulang hewan -- tebal dan padat bagian korteksnya

Jumlah Individu?

Page 10: Neni Trilusiana R., M.Kes., Ph.D.

Apa jenis kelaminnya?

Tl panggul, kranium, mandibula

Page 11: Neni Trilusiana R., M.Kes., Ph.D.

Jenis-jenis fosil:1. Fosil bagian tubuh organisme

Organisme itu sendiriTipe pertama ini adalah binatangnya itu sendiri yang terawetkan/tersimpan. Dapat beruba tulangnya, daun-nya, cangkangnya, dan hampir semua yang tersimpan ini adalah bagian dari tubuhnya yang “keras”

Dapat juga berupa binatangnya yang secara lengkap (utuh) tersipan. misalnya Fosil Mammoth yang terawetkan karena es, ataupun serangga yang terjebak dalam amber (getah tumbuhan).

Petrified wood atau fosil kayu dan juga mammoths yang terbekukan, atau berupa binatang serangga yang tersimpan dalam amber atau getah tumbuhan.

Page 12: Neni Trilusiana R., M.Kes., Ph.D.

Mold ialah cetakan yang terbentuk oleh fosil dimana fosil tersebut terlarutkan seluruhnya,

Cast ialah mold yang terisi oleh mineral sekunder membentuk jiplakan secara kasar mirip dengan fosil asli.

Cuprolite ialah fosil yang berupa kotoran dari hewan. Dari kotoran ini, dapat diketahui makanan, tempat hidup, dan ukuran relatifnya.

Mold/cetakan ( external mold, menunjukkan morfologi/ bentuk luar; internal mold menunjukknan permukaan dlm/inner surface), cetakan negatif.

Cast cetakan positif

2. Fosil jejak organisme (ichnofossil)

Page 13: Neni Trilusiana R., M.Kes., Ph.D.

Mold and cast trilobite fossil in a siltstone concretion. Diacalymene ouzregui. Central Morocco, Ktaoua Formation. Lower Ordovician Period, 505-438 million years old.

Page 14: Neni Trilusiana R., M.Kes., Ph.D.

1. Track: jejak berupa tapak2. Trail: jejak berupa bagian tubuh yg lain, spt badan,

ekor, tungkai3. Burrow (liang) : jejak berupa lubang di tanah, kayu,

batu atau substansi lain yg dibuat oleh organisme sbg tempat berlindung/ untuk cari makan

4. Boring (lubang): dibuat oleh hewan untuk mencari makan, melekat/berlindung, biasanya pada cangkang atau kayu.

5. Coprolite: dpt bulat, tabung, pellet like, komposisi kimia fosfat

6. Gastrolith (Latin gastros: perut, lithos, batu): batu membulat, digunakan untuk membantu menghancurkan makanan pada reptil purba yg tlh punah.

Jejak-jejak organisme:

Page 15: Neni Trilusiana R., M.Kes., Ph.D.
Page 16: Neni Trilusiana R., M.Kes., Ph.D.

Jejak Fosil / Track

Page 17: Neni Trilusiana R., M.Kes., Ph.D.

Ekskavasi

Gambar 2. Suasana ekskavasi

Page 18: Neni Trilusiana R., M.Kes., Ph.D.

Gambar 3. Contoh-contoh fosil

Page 19: Neni Trilusiana R., M.Kes., Ph.D.

Gambar 4. Artefak

Page 20: Neni Trilusiana R., M.Kes., Ph.D.

Gambar 5. Fosil tulang

Page 21: Neni Trilusiana R., M.Kes., Ph.D.
Page 22: Neni Trilusiana R., M.Kes., Ph.D.

1. Pithecanthropusa. Pithecanthropus Erectusb. Pithecanthropus Mojokertensisc. Pithecanthropus Soloensis

2. Meganthropus Palaeojavanicus

Page 23: Neni Trilusiana R., M.Kes., Ph.D.

H. erectus (manusia yang berdiri tegak) hidup selama masa Pleistocene, dan tertua berusia 1,8 juta tahun yang lalu. Pertama kali ditemukan di Trinil, Ngawi, Jawa Timur oleh E. Dubois, pada th 1891, berupa fosil atap tengkorak

dan tibia yang kemudian dikenal dengan nama Pithecanthropus erectus, menyusul kemudian ditemukan di

daratan Cina dan beberapa tempat di Asia Selatan dan Eropa bagian timur, selain Afrika.

Dari sinilah, tonggak penting dalam sejarah paleoantropologi di Indonesia, sehingga menggoncang

dunia hayat pada waktu itu.

Page 24: Neni Trilusiana R., M.Kes., Ph.D.

DUBOIS, 1892

KERAJAAN ANIMALIA

SUBFILUM VERTEBRATA

KELAS MAMALIA

ORDO PRIMATES

FAMILY HOMINIDAE

GENUS Homo

SPECIES Homo erectus

FILUM CHORDATA

KLASIFIKASI: Homo erectus

Page 25: Neni Trilusiana R., M.Kes., Ph.D.

Pithecanthropus

Homo erectus Ditemukan I di Kedungbrubus th 1890, di Trinil

(Pithecanthropus), Ngandong, Mojokerto, Sangiran, Sambungmacan, Sragen, Ngawi.

Populasi makin besar, tersebar lebih luas sd ke Asia, Eropa, Afrika.

Penamaan: H. sapiens soloensis; P. soloensis; H. erectus soloensis; P. robustus, P. soloensis, P. erectus.

Kira-kira 350.000 th yl membuat api vol otak 750-1300 cc, tidak ada dagu tinggi badan 125-160cm, hidup berkelompok sd 60 orang,

berburu, banyak makan hewan, tumbuhan, akar, buah, hewan kecil di hutan-sungai. Umur 20-30 tahun.

berevolusi ke P. Habilis – H. sapiens hidup 2 jt—100 ribu th yl. Sudah memiliki pra-bahasa

Page 26: Neni Trilusiana R., M.Kes., Ph.D.

Penyebaran Homo erectus

Page 27: Neni Trilusiana R., M.Kes., Ph.D.

Morfologi dan variasi Homo erectus

Sisi lateral

Sisi posterior

Torus supraorbital

Tulang kranial

Gigi geraham Punggung

Sagital

Torus nuchalis

Page 28: Neni Trilusiana R., M.Kes., Ph.D.

Simpulan

Fosil Homo erectus diperkirakan ada sekitar 2,0 juta – 200 ribu tahun yang lalu, dan dimulai dari termuan terpurba di Afrika. E. Dubois menemukan pertama di Jawa; dan menyusul kemudian temuan-temuan di daratan Cina, Asia Selatan dan Eropa bagian timur.

Rentang hidup yang lama Homo erectus, ditandai dengan bentuk alat-alat batu yang relatif seragam tipologi dan jenis batuannya; dan bila dibandingkan dengan hominid pendahulunya, Homo erectus lebih sukses dalam beradaptasi terhadap lingkungannya.

Page 29: Neni Trilusiana R., M.Kes., Ph.D.

References:

Fisher, AG., Lalicher, CG., Moor, RC., 1952, Invertebrate Fossils, Mc. Graw Hill Book Co, London.

Jurmain, R., Nelson, H., Kilgore, L. & Trevathan W. 1995 Essentials of Physical Anthropology. New York: West/Wadsworth.

Poesponegoro, M.D. (ed.) 1993 Sejarah Nasional Indonesia I. Jakarta: Balai Pustaka.

Stein, P.L., Rowe, B.M. 1974 Physical Anthropology. New York : McGraw-Hill Book Company.