oki68797609

16
HIFEMA 1. Definisi Hifema merupakan keadaan dimana terdapat darah di bilik mata depan / camera oculi anterior (BMD/COA) ) yang dapat terjadi akibat trauma tumpul yang merobek pembuluh darah iris atau badan siliar dan bercampur dengan humor aqueous (cairan mata) yang jernih. Hifema atau darah di dalam BMD dapat terjadi akibat trauma tumpul yang merobek pembuluh darah iris atau badan siliar. Bila pasien duduk, hifema akan terlihat terkumpul dibawah BMD dan hifema dapat memenuhi seluruh ruang BMD. 2. Klasifikasi Berdasarkan penyebabnya hifema dibagi menjadi: - Hifema traumatika adalah perdarahan pada BMD yang disebabkan pecahnya pembuluh darah iris dan badan silier akibat trauma pada segmen anterior bola mata. -Hifema akibat tindakan medis (misalnya kesalahan prosedur operasi mata). -Hifema akibat inflamasi pada iris dan badan silier -Hifema akibat kelainan sel darah atau pembuluh darah (contohnya juvenile xanthogranuloma). -Hifema akibat neoplasma (contohnya retinoblastoma). Berdasarkan waktu terjadinya, hifema dibagi atas 2 yaitu: 1

description

9wsdead

Transcript of oki68797609

Page 1: oki68797609

HIFEMA

1. Definisi

Hifema merupakan keadaan dimana terdapat darah di bilik mata depan /

camera oculi anterior (BMD/COA) ) yang dapat terjadi akibat trauma tumpul yang

merobek pembuluh darah iris atau badan siliar dan bercampur dengan humor

aqueous (cairan mata) yang jernih.

Hifema atau darah di dalam BMD dapat terjadi akibat trauma tumpul yang

merobek pembuluh darah iris atau badan siliar. Bila pasien duduk, hifema akan

terlihat terkumpul dibawah BMD dan hifema dapat memenuhi seluruh ruang BMD.

2. Klasifikasi

Berdasarkan penyebabnya hifema dibagi menjadi:

- Hifema traumatika adalah perdarahan pada BMD yang disebabkan pecahnya

pembuluh darah iris dan badan silier akibat trauma pada segmen anterior

bola mata.

- Hifema akibat tindakan medis (misalnya kesalahan prosedur operasi mata).

- Hifema akibat inflamasi pada iris dan badan silier

- Hifema akibat kelainan sel darah atau pembuluh darah (contohnya juvenile

xanthogranuloma).

- Hifema akibat neoplasma (contohnya retinoblastoma).

Berdasarkan waktu terjadinya, hifema dibagi atas 2 yaitu:

- Hifema primer yang timbul segera setelah trauma hingga hari ke 2.

- Hifema sekunder yang timbul pada hari ke 2-5 setelah terjadi trauma.

Hifema dibagi menjadi empat grade menurut Sheppard berdasarkan tampilan

klinisnya :

- Grade I : darah mengisi kurang dari sepertiga COA (58%)

- Grade II : darah mengisi sepertiga hingga setengah COA (20%)

- Grade III : darah mengisi hampir total COA (14%)

- Grade IV : darah memenuhi seluruh COA (8%)

1

Page 2: oki68797609

3. Penyebab

Hifema biasanya disebabkan oleh trauma tumpul pada mata seperti

terkena bola, batu, peluru senapan angin, dll. Selain itu, hifema juga dapat

terjadi karena kesalahan prosedur operasi mata. Keadaan lain yang dapat

menyebabkan hifema namun jarang terjadi adalah adanya tumor mata

(contohnya retinoblastoma), dan kelainan pembuluh darah (contohnya juvenile

xanthogranuloma).

Hifema yang terjadi karena trauma tumpul pada mata dapat diakibatkan

oleh kerusakan jaringan bagian dalam bola mata, misalnya terjadi robekan-

robekan jaringan iris, korpus siliaris dan koroid. Jaringan tersebut mengandung

banyak pembuluh darah, sehingga akan menimbulkan perdarahan. Perdarahan

yang berada di BMD akan tampak dari luar dan posisi penimbunan darah ini

terjadi karena gaya gravitasi akan berada di bagian terendah.

Gambar 1. Ilustrasi Hifema

4. Patofisiologi

Segera setelah trauma, akan terjadi miosis dan akan kembali normal bila

trauma ringan. Bila trauma cukup kuat, maka miosis akan segera diikuti dengan

iridoplegi dan spasme akomodasi sementara. Dilatasi pupil biasanya diikuti dengan

paralisis otot akomodasi, yang dapat menetap bila kerusakannya cukup hebat.

Penderita umumnya mengeluh kesulitan melihat dekat dan harus dibantu dengan

kacamata.

Kontusio dapat pula menyebabkan perubahan vaskular berupa vasokonstriksi

yang segera diikuti dengan vasodilatasi, eksudasi, dan hiperemia. Eksudasi kadang-

kadang hebat sehingga timbul iritis.

2

Page 3: oki68797609

Trauma tumpul dapat merobek pembuluh darah iris atau badan siliar. Gaya-

gaya kontusif akan merobek pembuluh darah iris dan merusak sudut kamar okuli

anterior. Trauma terhadap iris dapat menyebabkan ruptura pembuluh darah, sehingga

darah akan keluar dan mengisi rongga BMD, sedangkan pada neovaskularisasi pada

bekas luka operasi atau pada robeosis iridis, ruptura bisa terjadi secara spontan

karena rapuhnya dinding pembuluh darah. Perdarahan di BMD tersebut akan

tampak dari luar. Posisi penimbunan darah ini terjadi karena gaya gravitasi akan

berada di bagian terendah.

Adanya darah dalam BMD dapat menghambat aliran humor akuos oleh

karena darah menutupi COA dan trabekula, sehingga dapat menyebabkan gangguan

visus dan kenaikan tekanan intraokular (TIO) , sehingga mata terasa sakit oleh

karena glaukoma. Glaukoma akut terjadi bila anyaman trabekular tersumbat oleh

fibrin dan sel atau bila pembentukan bekuan darah menimbulkan blokade pupil.

Penyerapan melalui permukaan depan iris ini dipercepat dengan adanya

kegiatan enzim fibrinolitik yang berlebihan didaerah ini. Sebagian hifema

dikeluarkan dalam bentuk hemosiderin. Bila terdapat penumpukan hemosiderin pada

COA, hemosiderin dapat masuk kedalam lapisan kornea, menyebabkan kornea

menjadi berwarna kuning, dan disebut hemosiderosis atau imbibisi kornea. Imbibisi

kornea dapat dipercepat terjadinya, disebabkan oleh hifema yang penuh disertai

glaukoma. Jadi penyulit yang harus diperhatikan adalah glaucoma sekunder, uveitis,

dan imbibisio kornea.

5. Gejala dan tanda Klinis

Pasien akan mengeluh sakit disertai dengan epifora dan blefarospasme.

Penglihatan pasien akan sangat menurun, Bila ditemukan kasus hifema sebaiknya

dilakukan pemeriksaan secara teliti pula pada keadaan mata bagian luar

Pada pemeriksaan klinis mata ditemukan adanya penurunan visus, konjungtiva

bulbi hiperemis ( injeksi siliar ),edema kornea, darah yang mengisi BMD, dan

kadang dapat disertai iridoplegia atau iridodialisis. Iridoplegia ditandai dengan pupil

midriasis serta terkadang disertai TIO dapat meningkat bila sudah terjadi penyulit

glaucoma sekunder. Bila pasien duduk, hifema akan terlihat terkumpul dibagian

bawah BMD. Perdarahan yang mengisi setengah BMD tersebut dapat menyebabkan

penurunan visus dan kenaikan TIO menyebabkan rasa sakit oleh karena glaukoma.

3

Page 4: oki68797609

Jika hifema mengisi seluruh bilik mata depan, rasa sakit bertambah dan penglihatan

akan lebih menurun lagi.

Pada hifema karena trauma, jika ditemukan penurunan tajam penglihatan

segera, maka harus dipikirkan kemungkinan kerusakan lainnya seperti luksasi lensa,

ablasi retina, udem makula.

Gambar 2. Hifema pada 1/3 bilik mata depan

Gambar 3 Hifema pada 1/2

bilik mata depan

Pemeriksaan yang diperlukan untuk membantu menegakan diagnosis hifema

adalah:

- Pemeriksaan tajam penglihatan : menggunakan Snellen chart; (visus

menurun)

- Slit Lamp Biomicroscopy: untuk mengevaluasi hifema,

- Pemeriksaan oftalmoskopi: untuk mengevaluasi segmen posterior (bila

hifema belum menutupi pupil).

- Pengukuran TIO: digunakan untuk menentukan adanya kemungkinan

glaukoma

4

Page 5: oki68797609

6. Penatalaksanaan

Prinsip pengobatan pada pasien hifema adalah :

1. Menghentikan perdarahan atau mencegah perdarahan berulang

2. Mengeluarkan darah dari bilik mata depan

3. Merawat dan mengobati jaringan sekitarnya

4. Meminimalisasikan kerusakan lebih lanjut lagi

Prinsip pengobatan hifema tersebut dilakukan antara lain dengan cara – cara sebagai

berikut :

A. Suporatif

Pasien sebaiknya dirawat dengan istirahat di tempat tidur (bedrest) dengan

elevasi kepala 30 – 45 derajat (sekitar 3 bantal dibawah kepala). Posisi ini harus

dipertahankan selama 5 hari untuk mencegah terjadinya perdarahan sekunder dan

mata yang ditutup. Pada anak yang gelisah, dapat diberikan obat penenang.

Perdarahan sekunder akan lebih hebat dari perdarahan primer, yang biasanya timbul

pada hari kelima setelah trauma. Perdarahan sekunder ini terjadi karena bekuan darah

terlalu cepat diserap, sehingga pembuluh darah tidak mendapat waktu cukup untuk

regenerasi kembali, dan menimbulkan perdarahan lagi

Selama perawatan perlu diperhatikan keadaan hifema (adanya kemungkinan

perdarahan sekunder ), peningkatan TIO, evaluasi fundus dan tajam penglihatan.

B. Medikamentosa

Obat tetes mata steroid dapat diberikan jangka pendek bersama dengan

siklopegik topikal. Obat tetes mata steroid diberikan untuk mengobati peradangan

yang ditimbulkan oleh hifema tesebut, mencegah sinekia dan uveitis Steroid dapat

menurunkan risiko perdarahan ulang. Steroid juga dapat diberikan secara sistemik.

Antifibrinolitik berupa asam traneksamat 4 x 250 mg diberikan untuk mengurangi

resiko perdarahan sekunder dengan menghambat lisis bekuan darah.

Jika hifema disertai dengan glaukoma, maka penatalaksanan mencakup

pemberian obat – obat anti glaukoma seperti : timolol 0,25% atau 0,5% dua kali

5

Page 6: oki68797609

sehari; asetazolamid, 250 mg empat kali sehari, dan obat lainnya seperti

hiperosmotik (manitol ; gliserol).

C. Tindakan bedah (parasentesis)

Hifema harus dievakuasi secara bedah dengan teknik parasentesis apabila

TIO tetap tinggi (>35 mmHg selama 7 hari atau 50 mmHg selama 5 hari) untuk

menghindari kerusakan saraf optikus dan pewarnaan kornea. Pasien pengidap

hemoglobinopati, besar kemungkinan cepat terjadi atrofi optikus glaucoma dan

pengeluaran bekuan darah secara bedah harus dipertimbangkan lebih awal. 1

Kriteria yang digunakan untuk melakukan tindakan parasentesis adalah :

- Elevasi TIO > 50 mmHg selama 5 hari.

- Elevasi TIO > 35 mmHg selama 7 hari

- Elevasi TIO > 25 mmHg selama 5 hari dalam kasus hipema total atau

dekat

- Bila setelah 5 hari tidak terlihat tanda – tanda hifema akan berkurang

untuk mencegah terjadinya imbibisi kornea

- Jika terjadi hifema total, untuk mencegah imbibisi kornea.

Parasentesis dilakukan dengan cara mengeluarkan darah di BMD melalui

insisi di kornea dengan tekhnik sebagai berikut: dibuat insisi kornea 2 mm dari

limbus kearah kornea yang sejajar dengan permukaan iris ; biasanya bila dilakukan

penekanan pada bibir luka maka koagulum dari BMD dapat keluar. Bila darah tidak

keluar seluruhnya maka BMD dibilas dengan garam fisiologis. Biasanya luka insisi

kornea pada parasentesis tidak perlu dijahit.

7. Pencegahan

Gunakan kacamata pelindung saat bekerja di tempat terbuka atau saat

berolahraga untuk melindungi mata dari trauma mata yag dapat menyebabkan hifema

8. Komplikasi

Komplikasi yang mungkin dapat terjadi pada kasus hifema adalah :

1. Perdarahan Berulang (rebleeding)

6

Page 7: oki68797609

Kadang – kadang sesudah hifema hilang atau 7 hari setelah trauma dapat

terjadi perdarahan atau hifema baru yang disebut hifema sekunder yang lebih hebat.

Istirahat sangat penting untuk mencegah terjadinya perdarahan sekunder ini.

2. Imbibisi kornea

Darah yang terdapat pada hifema dikeluarkan dari BMD melalui bilik mata

(kanal schlem) dan permukaan depan iris. Penyerapan melalui permukaan depan iris

ini dipercepat dengan adanya kegiatan enzim fibrinolitik yang berlebihan didaerah

ini. Sebagian hifema dikeluarkan dalam bentuk hemosiderin. Bila terdapat

hemosiderin yang berlebihan dalam BMD maka dapat terjadi penimbunan pigmen ini

didalam lapisan-lapisan kornea yang berwarna kecoklat-coklatan yang disebut

imbibisi kornea. Jika sudah terjadi seperti ini hanya dapat diperbaiki dengan

keratoplasti.

3. Glaukoma sekunder

Glaukoma dapat menjadi komplikasi yang timbul pada awal atau beberapa

lama setelah terjadinya hifema . Sekitar 25% dari kelainan ini TIO meningkat > 25

mm Hg dan 10% nya > 35mm. Glaukoma akut terjadi apabila jaringan trabekular

tersumbat oleh fibrin dan sel atau apabila pembentukan bekuan darah menyebabkan

penyumbatan pupil.

Penatalaksanaan hyphema glaukoma berikut tergantung pada tingkat elevasi

TIO dan ada tidaknya pasien menderita penyakit kelainan darah (sickle cell).

3. Uveitis

4. Kebutaan

7

Page 8: oki68797609

2.12 12 Prognosis

Prognosis pada kasus hifema tergantung pada jumlah darah dalam BMD,

prognosis akan membaik, jika penanganan dilakukan secara tepat dan cepat.1, 2, 8

Hifema yang penuh di dalam BMD akan memberikan prognosis yang lebih

buruk, dibandingkan hifema dengan sedikit di dalam BMD maka akan hilang dan

kembali jernih dan pada hifema setengah dari BMD maka prognosisnya akan buruk

dan di sertai dengan penyulit. 6, 8

Hifema sekunder yang terjadi 5-7 hari sesudah trauma biasanya dapat

memberikan rasa yang sakit. Pada hifema sekunder terjadi akibat gangguan

mekanisme pembekuan atau penyembuhan luka sehingga mempunyai prognosis

buruk. 6, 8

BAB III

KESIMPULAN

8

Page 9: oki68797609

Meskipun mata telah mendapat perlindungan dari tulang orbita, bantalan

lemak retrobulber, kelopak mata dengan bulu matanya, namun frekuensi kecelakaan

mata tetap tinggi. Terlebih dengan bertambah banyaknya kawasan industri,

kecelakaan akibat pekerjaan bertambah banyak pula.

Hifema adalah suatu keadaan dimana didalam bilik mata depan ditemukan

darah. Darah didalam bilik mata depan yaitu daerah di antara kornea dan iris, yang

dapat terjadi akibat trauma tumpul yang merobek pembuluh darah iris atau badan

siliar dan bercampur dengan humor aqueus (cairan mata) yang jernih. Darah akan

terlihat di dalam bilik mata bila pasien duduk, hifema akan terlihat terkumpul

dibagian bawah bilik mata depan, perdarahan yang mengisi setengah bilik mata

depan dapat menyebabkan gangguan visus dan kenaikan tekanan intraokuler,

sehingga mata terasa sakit oleh karena glaukoma.

Hifema harus dievakuasi secara bedah apabila tekanan intraocular tetap tinggi

(>35 mmHg selama 7 hari atau 50 mmHg selama 5 hari) untuk menghindari

kerusakan saraf optikus dan pewarnaan kornea. Bila tekanan intraokuler tetap tinggi

dapat dilakukan parasintesis yaitu mengeluarkan darah melalui sayatan di kornea

Prognosis pada kasus hifema tergantung pada jumlah darah dalam bilik mata

depan, prognosis akan membaik, jika penanganan dilakukan secara tepat dan cepat.

DAFTAR PUSTAKA

1. Paul R, 2000. Anatomi dan Embriologi Mata, dalam Ofthalmologi Umum

edisi 14. Widya Medika. Jakarta. Hal. 1-29.

9

Page 10: oki68797609

2. Ilyas, Sidarta., Trauma Mata : Ilmu Penyakit Mata edisi ketiga. FK-UI,

Jakarta, 2006. Hal : 8, 259, 264-5.

3. Hauven Van, zwaan johan. Hyphema In: Decision Making In

Ophthalmology. St, Louis.2000.Mosby

4. Ilyas, Sidharta; Tanzil, Muzakir; Salamun; Azhar,Zainal. Sari Ilmu Penyakit

Mata. Cetakan keempat. Balai Penerbitan FKUI . Jakarta. 2008.

5. Sheppard J, Crouch E. Hyphema. Last update: Dec 2008.

http://emedicine.medscape.com/article/1190165-overview

6. Asbury T, Sanitato JJ. Trauma dalam Oftalmologi Umum edisi 14. Editor

Vaughan DG, Asbury T, Riordan-Eva P. Alih Bahasa: Tambajong J, Pendit

BU. Jakarta: Widyamedika, 2000.

7. Ilyas S. Kedaruratan Dalam Ilmu Penyakit Mata. Jakarta : FKUI Jakarta,

2000.

8. Ilyas, Sidarta dkk. Ilmu Penyakit Mata unutk dokter umum dan mahasiswa

kedokteran. Edisi kedua. Sagung seto. Jakarta. 2002

9. Hilman H. Setyowati EE, Hamdanah. Ilmu Penyakit Mata I. SMC press,

1998.

10. Webb, Lennox.A., Trauma : Manual of Eye Emergencies. Butterworth

Heinemann, London, 2004. Hal : 114-6, 123-4.

11. James, Bruce., Trauma : Oftamologi edisi kesembilan. Erlangga, Jakarta,

2006. Hal : 177,181,182,184.

12. Nana wijaya, trauma mata: ilmu penyakit mata, 1993. ed rev cet 6, hal 133 -

135 jakarta abadi tegal.

13. Irak-Dersu I. Glaukoma, Hyphema. Last update: Dec 2007.

http://emedicine.medscape.com/article/1206635-overview

14. http://commons.wikimedia.org/wiki/File:Hyphema_-

_occupying_half_of_anterior_chamber_of_eye.jpg

15. http://www.stlukeseye.com/Conditions/hyphema.htm

10

Page 11: oki68797609

11