PAPER Mata Masitoh

download PAPER Mata Masitoh

of 17

Transcript of PAPER Mata Masitoh

PAPER

Diajukan untuk melengkapi persyaratan Kepaniteraan Klinik Senior Ilmu Penyakit Mata di Rumah Sakit Haji Medan

Disusun oleh :

MASITOH SAHARA NASUTION 071001127

Dosen Pembimbing : dr. Hj. Adelina Hasibuan, Sp. M

SMF ILMU PENYAKIT MATARUMAH SAKIT HAJI MEDAN

2011

DAFTAR ISI

Halaman KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR BAB I BAB II PENDAHULUAN TRAKOMA 2.1. Defenisi Trakoma 2.2. Etiologi Trakoma i iii iv v 1 4 4 4 5 5 7 8 9 10 10 10 11 12

2.3. Patogenesis Trakoma 2.4. Gambaran Klinis Trakoma 2.5. Diagnosis Banding Trakoma 2.6. Diagnosis Trakoma 2.7. Penatalaksanaan Trakoma 2.8. Pencegahan Trakoma 2.9. Komplikasi Trakoma 2.10. Prognosa Trakoma[

BAB III KESIMPULAN

DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR TABEL

Nomor Tabel 2.1 Tabel 2.2

Judul Klasifikasi dan Stratifikasi Trakoma menurut Mc Callen Diagnosis Banding Trakoma

Halaman 6 8

DAFTAR GAMBAR

Nomor

Judul

Halaman 2 4 6

Gambar 2.1 Struktur Anatomi Konjungtiva Gambar 2.2 Chlamydia trachomatis Gambar 2.3 Folikel-folikel di Konjungtiva Tarsalis Superior Gambar 2.4 Infiltrat Difuse dan Hipertropi Papiler di Konjungtiva Tarsalis Superior Gambar 2.5 Sikatrik pada Konjungtiva Tarsalis Superior Gambar 2.6 Trikiasis Gambar 2.7 Kekeruhan pada Kornea

6 7 7 7

BAB I PENDAHULUAN

Trakoma

merupakan

salah

satu

penyakit

menahun

yang

dapat

mengakibatkan kebutaan. Penyakit ini umumnya bilateral yang dapat mengenai semua umur tapi paling banyak ditemukan pada anak-anak dan populasi seksual aktif muda (usia 15-35 tahun). Penyakit ini menyebar melalui kontak langsung atau bahan kontak, sehingga anggota keluarga lain juga harus diperiksa. Vektor serangga, khususnya lalat dan sejenis agas dapat berperan sebagai penular. Bentuk akut penyakit ini lebih infeksius daripada bentuk sikatriks dan makin besar bahan penularnya maka makin berat penyakit ini. Daerah yang paling banyak terkena adalah daerah dengan hygiene yang kurang. Penyebarannya sering disertai epidemi konjungtivitis bakteri dan musim kemarau di negara tropik dan subtropik.1,2,3,4 Trakoma merupakan suatu bentuk peradangan pada konjungtiva

(konjungtivitis) folikularis. Konjungtiva merupakan membran mukosa transparan yang menutupi permukaan sklera dan permukaan kelopak mata bagian belakang. Konjungtiva mengandung sel Goblet yang menghasilkan kelenjar musin yang bersifat membasahi bola mata terutama kornea. Konjungitva merupakan barier pertahanan dari adanya infeksi. Aliran limfatik berasal dari nodus preaurikuler dan submandibula yang berkoresponden dengan aliran di kelopak mata. Konjungtiva terdiri atas tiga bagian, yaitu : Konjungtiva tarsal menutupi tarsus yang sukar digerakkan dari tarsus. Konjungtiva bulbi menutupi sklera anterior dan bersambung dengan epitel kornea pada limbus yang mudah digerakkan dari sklera. Konjungtiva forniks merupakan tempat peralihan konjungtiva tarsal dengan konjungtiva bulbi. Konjungtiva bulbi dan forniks berhubungan dengan sangat longgar dengan jaringan di bawahnya sehingga bola mata mudah bergerak.

Gambar 2.1. Struktur Anatomi Konjungtiva

Sumber : K Lang, Gerhard. Ophthalmology A Short Textbook. New York : Thieme Stuttgart. 2000. Arteriarteri konjungtiva berasal dari arteri siliaris anterior dan arteri palpebralis. Kedua arteri ini beranastomosis bebas dan bersama dengan banyak vena konjungtiva yang umumnya mengikuti pola arterinya membentuk jaringjaring vaskuler konjungtiva yang banyak sekali. Pembuluh limfe konjungtiva terusun dalam lapisan superfisial dan lapisan profundus dan bersambung dengan pembuluh limfe kelopak mata hingga membentuk pleksus limfatikus. Konjungtiva menerima persarafan dari percabangan (oftalmik) pertama nervus V. Saraf ini relatif sedikit mempunyai serat nyeri.5 Histologi konjungtiva4,5 : Epitel konjungtiva non-keratinisasi dan tebalnya sekitar 5 sel. Sel basal kuboid menyusun sel polihedral yang mendatar sebelum sel tersebut terlepas dari permukaan. Sel goblet terdapat di dalam sel epitelnya yang kebanyakan terdapat di inferoir dari nasal dan di konjungtiva forniks, dimana jumlahnya sekitar 510% dari jumlah sel basal. Lapisan epitel konjungtiva terdiri dari 2-5 lapisan sel epitel silinder bertingkat, superficial, dan basal. Lapisan epitel konjungtiva di dekat limbus, di atas karunkula, dan di dekat persambungan

mukokutan pada tepi kelopak mata terdiri dari selsel epitel skuamosa. Selsel epitel basal berwarna lebih pekat daripada selsel superfisial dan di dekat limbus dapat mengandung pigmen. Stroma (substansia propria) terdiri atas jaringan ikat yang banyak kehilangan pembuluh darah . Stroma konjungtiva dibagi menjadi satu lapisan adenoid (superfisial) dan satu lapisan fibrosa (profundus). Lapisan adenoid mengandung jaringan limfoid dan di beberapa tempat dapat mengandung struktur semacam folikel tanpa sentrum germinativum. Lapisan adenoid tidak berkembang sampai setelah bayi berumur 2 atau 3 bulan.

BAB II TRAKOMA

2.1. Definisi Trakoma Trakoma adalah suatu bentuk konjungtivitis folikularis kronik yang terjadi akibat adanya reaksi konjungtiva terhadap bakteri gram negative Chlamydia trachomatis.42.2. Etiologi Trakoma

Trakoma disebabkan oleh infeksi berulang Chlamydia trachomatis yang patogen pada manusia. Cara penularan penyakit ini adalah melalui kontak langsung dengan sekret penderita atau melalui alat-alat kebutuhan sehari-hari seperti handuk, alat-alat kecantikan, dan lain-lain dengan masa inkubasi ratarata 7 hari. Risiko tertinggi terjadi pada satu anggota keluarga yang terkena kemudian didukung oleh higiene, sanitasi dalam suatu komunitas yang sangat buruk. Chlamydia trachomatis adalah bakteri gram negative yang terdiri dari beberapa serotipe A, B, B and C. Masing-masing serotipe berbeda dalam menyebabkan trakoma pada suatu komunitas.1,2,4,7,8 Gambar 2.1. Chlamydia trachomatis

Sumber :

Anonymous. MicrobeWiki, the student-edited microbiology resource. 2007. Access on: December 12, 2011. Available at: http://microbewiki.kenyon.edu/index.php/File:Wiki3.jpg

2.3. Patogenesis Trakoma Chlamydia trachomatis memiliki kecenderungan untuk menginfeksi kedua mata. Pada stadium dini, penyakit ini mirip dengan konjungtivitis kronik pada umumnya, yaitu mata merah dan terdapat folikel maupun hipertropi papiler pada tarsus superior. Hipertropi papiler dan inflamasi konjungtiva mengakibatkan timbulnya sikatriks konjungtiva yang dapat mengakibatkan komplikasi yang ringan maupun berat. Kelainan di kornea dapat berupa epithelial keratitis, subepithelial keratitis, infiltrate disertai neovaskularisasi (pannus), ulkus kornea, sikatriks folikel-folikel di limbus yang disebut Herberts Pits. Entropion dan trikiasis, terjadi akibat sikatrik konjungtiva yang hebat, dimana bulu-bulu mata menggores kornea dan mengakibatkan ulkus kornea, kadang-kadang perforasi kornea. 1,2,6,7 2.4. Gambaran Klinis Trakoma Trakoma mulanya adalah konjungtivitis folikuler menahun pada masa kanakkanak yang berkembang sampai pembentukan parut konjungtiva. Pada kasus berat, pembalikan bulu mata ke dalam terjadi pada masa dewasa muda sebagai akibat parut konjungtiva yang berat. Abrasi terus-menerus oleh bulu mata yang membalik itu dan gangguan pada film air mata berakibat parut pada kornea, umumnya setelah usia 50 tahun.

Masa inkubasi trachoma rata-rata 7 hari, namun bervariasi 5 sampai 14 hari. Pada saat timbulnya, trachoma sering mirip konjungtivitis bacterial, tanda dan gejala biasanya adalah berair mata (epifora), fotofobia, sakit atau gatal, eksudasi, edema palpebra, kemosis konjungtiva bulbi, hiperemi, hipertrofi papiler, folikel tarsal dan limbal, keratitis superior, pembentukan pannus dan nodus preaurikuler kecil dan nyeri tekan.1,2,6,9,10

Gambaran klinik pada

trachoma oleh Mc Callan digambarkan sebagai berikut :

Tabel 2.1. Klasifikasi dan Stratifikasi Trakoma menurut Mc Callen

Untuk pengendalian, WHO telah mengembangkan cara sederhana untuk memeriksa penyakit tersebut yaitu dengan melihat tanda-tanda berikut : 1,2,10,111. TF (Trakoma dengan Folikuler)

Terdapat lima atau lebih folkel pada konjungtiva tarsal superior yang menunjukkan trakoma infeksiosa aktif diobati. yang harus

Gambar 2.3. Folikel-folikel di Konjungtiva Tarsal Superior

2. TI (Trakoma dengan Infiltrat)

Infiltrat difuse

dan

hipertropi

papiler konjungtiva superior yang menutupi minimal 50% pembuluh profunda normal sebagai tanda trakoma infeksiosa aktif yang harus diobati.

Gambar 2.4. Infiltrat Difuse dan Hipertropi Papiler di Konjungtiva Tarsalis Superior

3. TS (Trakoma dengan Sikatrik)

Parut konjungtiva trakomatosa sebagai bukti cedera akibat penyakit ini.

Gambar 2.5. Sikatrik pada Konjungtiva Tarsalis Superior

4. TT (Trakoma dengan Trikiasis)

Entropion Trikiasis ( bulu mata terbalik ke dalam ) yang berpotensi membutakan mata dan merupakan indikasi untuk tindakan operasi koreksi palpebra.Gambar 2.6. Trikiasis

5. CO (Kekeruhan Cornea)

Kekeruhan cornea merupakan lesi terakhir yang membutakan pada trakoma.

Gambar 2.7. Kekeruhan pada Kornea

2.5. Diagnosis Banding Trakoma Diagnosa banding trakoma adalah konjungtivitis folikularis yang lainnya dan vernal kataralis. Gambaran klinik yang perlu dipertimbangkan dalam membedakan trakoma dari bentuk konjungtivitis folikularis yang lainnya dan vernal kataralis dapat dilihat pada tabel 2.2.1,2

Tabel 2.2. Diagnosis Banding Trakoma

2.6. Diagnosis Trakoma Diagnosis trakoma ditegakkan berdasarkan pemeriksaan klinik dan

laboratorium :2,6,7 Pemeriksaan klinik

Pada pemeriksaan klinik ditemukan folikel-folikel dan hipertropi papiler pada tarsus superior, pannus, Herberts Pits, entropion-trikiasis, atau sikatriks pada tarsus superior. Pemeriksaan laboratorium

Pada pemeriksaan laboratorium yang dilakukan dengan pengecatan Giemsa pada kerokan konjungtiva didapatkan sel-sel polimorfonuklear, sel plasma, sel-sel polimorfonuklear, sel plasma, sel leber (makrofag yang besar dan berisi debris), sel folikel (limfoblas), dan juga inklusion bodi pada sitoplasma sel-sel konjungtiva yang disebut Halberstaedler Prowasek Inklusion Bodies yang bersifat basofil berupa granul. Adanya sel limfoblas merupakan tanda diagnostik trakoma yang didukung oleh adanya sel leber.1,2,4,7,8 Untuk memastikan trakoma endemik di keluarga atau masyarakat, sejumlah anak harus menunjukkan sekurang-kurangnya dua tanda berikut :11.

Lima atau lebih folikel pada konjungtiva tarsalis superior. Parut konjungtiva khas di konjungtiva tarsal superior. Folikel limbus atau sekuelenya (Herberts Pits) Perluasan pembuluh darah ke atas kornea, paling jelas di limbus atas.

2.3.

4.

2.7.

Penatalaksanaan Trakoma Pengobatan bisa secara lokal maupun sistemik :1,2,6,8,11

Lokal

Pengobatan secara lokal dengan pemberian tetrasiklin 1% salep mata 2-4 kali sehari minimal 3 bulan. Sulfonamide 15% tetes mata ataupun salep mata diberikan bila ada penyulit. Sistemik

Pengobatan secara sistemik dengan tetrasiklin 4 x 250 mg sehari selama 34 minggu atau Erithromisin 4 x 250 mg sehari selama 3-4 minggu. Azithromycin dosis tunggal untuk dewasa 1 gram per kali sedangkan anakanak 20 mg/kgbb/kali.

Sejak saat mulai terapi, efek maksimum biasanya belum dicapai selama 10-12 minggu. Karena itu tetap adanya folikel pada tarsus superior selama beberapa minggu setelah terapi berjalan jangan dipakai sebagai bukti kegagalan terapi. Koreksi bulu mata yang membalik ke dalam melalui bedah untuk mencegah parut trakoma lanjut. 1,2,6,8,112.8. Pencegahan Trakoma

Pencegahan trakoma dapat dilakukan dengan vaksinasi. Pemberian makanan yang bergizi dan hygiene yang baik dapat mencegah penyebaran penyakit ini.12 2.9. Komplikasi Trakoma Trakoma merupakan salah satu penyakit yang dapat mengakibatkan kebutaan. Kebutaan karena trakoma dapat disebabkan oleh pannus totalis, ulkus panusum yang mengalami perforasi, dan ulkus kornea akibat entropion-trikiasis.1,2,7,9,10 Parut (sikatrik) di konjungtiva adalah komplikasi yang sering terjadi pada trakoma dan dapat merusak duktuli kalenjar lakrimal tambahan dan menutupi muara kelenjar lakrimal. Hal ini secara drastis mengurangi komponen air dalam film air mata pre kornea dan komponen mukus film mungkin berkurang karena hilangnya sebagian sel goblet. Luka parut itu juga mengubah

bentuk palpebra superior sehingga membalik bulu mata ke dalam (trikiasis) atau seluruh tepian palpebra (entropion), sehingga bulu mata terus-menerus menggesek kornea. Ini berakibat ulserasi pada kornea, infeksi bakterial kornea dan perut pada kornea. Ptosis, obstruksi duktus nasolakrimalis dan dakriosistitis adalah komplikasi umum lainnya. 1,2,6,10,112.10. Prognosa Trakoma

Trakoma adalah suatu penyakit mata yang kronik dan diderita dalam waktu yang lama. Pada kasus-kasus yang ringan dapat sembuh tanpa meninggalkan cacat atau sembuh tanpa bekas. Pada kasus yang berat dapat terjadi sikatrik ataupun penyulit-penyulit yang dapat mengakibatkan kebutaan. 1,2,6,9,10

BAB III KESIMPULAN

Trakoma adalah suatu bentuk konjungtivitis folikularis kronik yang terjadi akibat adanya reaksi konjungtiva terhadap bakteri gram negative Chlamydia trachomatis.. Penyakit ini merupakan salah satu penyakit menahun yang dapat mengakibatkan kebutaan yang umumnya terjadi bilateral dan dapat mengenai semua umur. Penyebaran terjadi melalui kontak langsung atau bahan kontak di daerah dengan hygiene yang kurang. Klasifikasi dan Stratifikasi Trakoma menurut Mc Callen ada lima stadium dengan gambaran klinis yang berbeda pada masing-masing stadium. Diagnosis trakoma ditegakkan berdasarkan pemeriksaan klinik dan laboratorium. Pengobatan dapat dilakukan secara lokal maupun sistemik. Pencegahan dapat dilakukan dengan vaksinasi, pemberian makanan yang bergizi, dan hygiene yang baik. Pada kasuskasus yang ringan, trakoma dapat sembuh tanpa meninggalkan cacat atau sembuh tanpa bekas. Pada kasus yang berat dapat terjadi sikatrik ataupun penyulit-penyulit yang dapat mengakibatkan kebutaan.

DAFTAR PUSTAKA1. Schwab IR, Dawson CR. Konjungtiva. In Suyono YJ, editor. Oftalmologi

Umum. 14th ed. Jakarta : Widya Medika. 2000. 2. Solomon Anthony W. Trachoma. 2007. Access on: December 10, 2011. Available at: http://www.emedicine.com . 3. Barclay Laurie. Current Tratment of Trachoma May Increase Reinfections. 2006. Access on: December 10, 2011. Available at: http://www.emedicine.com .4. Ilyas S. Ilmu Penyakit Mata. 3th ed. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. 2008. p.

136-40.5. Vaughan, Daniel G. Oftalmologi Umum. 7th ed. Jakarta: Widia Meka.. 2000.

p. 103-1056. Aminoe et al. Pedoman Diagnosis dan Terapi Lab/UPF Ilmu Penyakit Mata.

Surabaya : Rumah Sakit Umum Daerah Dokter Soetomo. 19947. Wijaya Nana. Ilmu Penyakit Mata. Jakarta: Binarupa Aksara. 1996 8. Solomon Anthony W, Martin J Holland, Neal d E Alexander et al. Mass

Treatment With Single-Dose Azithromycin for Trachoma. N Engl J Med 2004;351. p. 1962-71.9. Ilyas S, Mailangkay, hilaman Taim dkk. Ilmu Penyakit Mata. 2nd ed. Jakarta:

Sangung Seto. 2002.

10. Ilyas S. Penuntun Ilmu Penyakit Mata. Edisi Kedua. Jakarta : Balai Penerbit

FKUI. 200311. Lietman Thomas M. Single Mass Antibiotic Distribution Doesnt Eradicate

Trachoma. JAMA 2006; 295. p. 1142-612. Ilyas S, Tanzil M, Salamun, Azhar Z. Sari Ilmu Penyakit Mata. 3th ed.

Jakarta : Balai Penerbit FKUI. 2003