pemeriksaan nervus kranial.docx

6
PEMERIKSAAN SARAF KRANIAL Ada 12 saraf kranial yang meninggalkan otak melalui foramina dan fisura di tengkorak. Semua saraf ini didistribusikan ke kepala dan leher – kecuali saraf kranial ke X- yang juga mempersarafi struktur – struktur yang berada di toraks dan abdomen. Nervus olfaktorius, nervus optiku, dan nervus vestibulokoklearis merupakan saraf sensorik murni. Nervus okulomotorius, nervus troklearis, nervus abdusens, nervus asesorius, dan nervus hipoglosus adalah saraf motorik murni. Nervus trigeminus, nervus fasialis, nervus glosofaringeus, dan nervus vagus, merupakan saraf campuran sensorik dan motorik (snell, 2001). Saraf otak I (nervus olfaktorius,N.I) Serabut saraf olfaktorius berasal dari neuron bipolar yang terdapat dalam mukosa hidung. Serabut aferenya bersinaps di bulbus olfaktorius dan dari sini keluar serabut yang menghubungkan bulbus olfaktorius dengan korteks. Alat penangkap rangsang (reseptor) ialah serabut saraf yang terdapat di mukosa hidung. Nervus olfaktorius merupakan saraf sensorik yang fungsinya hanya satu, yaitu mencium bau, menghidu (penciuman, pembauan) Periksa lubang hidung apakah ada sumbatan atau kelainan setempat, misalnya ingus atau polip. Hal ini dapat mengurangi ketajaman penciuman. Zat pengetes yang digunakan sebaiknya zatyang digunakan sehari – hari, misalnya kopi, teh, tembakau, jeruk. Jangan menggunakan zat yang merangsang mukosa hidung seperti mentol, amoniak, alkohol, dan cuka. Zat pengetes didekatkan ke hidung pasien dan disuruh ia menciumnya. Tiap lubang hidung diperiksa satu persatu dengan jalan menutup lubang hidung yang lainnya dengan tangan. Saraf Otak II (nervus optikus, N.II) Nervus optikus menghantarkan impuls dari retina menuju chiasma optikum, kemudian melalui traktus optikus menuju korteks oksipitalis untuk dikenali dan diinterpretasikan. Jika pasien tidak mempunyai keluhan yang berhubungan dengan nervus II dan pemeriksa juga tidak mencurigai adanya ganguan, maka biasanya dilakukan pemeriksaan nervus II (ketajaman penglihatan dan lapangan pandang) secara kasar. Akan tetapi, bila ditemukan kelainan, harus dilakukan pemeriksaan yang lebih teliti. Selain itu, juga dilakukan pemeriksaan oftalmoskopik sebagai pemeriksaan rutin dalam neurologi. Pemeriksaan kasar

description

asasa

Transcript of pemeriksaan nervus kranial.docx

PEMERIKSAAN SARAF KRANIALAda 12 saraf kranial yang meninggalkan otak melalui foramina dan fisura di tengkorak. Semua saraf ini didistribusikan ke kepala dan leher kecuali saraf kranial ke X- yang juga mempersarafi struktur struktur yang berada di toraks dan abdomen.

Nervus olfaktorius, nervus optiku, dan nervus vestibulokoklearis merupakan saraf sensorik murni. Nervus okulomotorius, nervus troklearis, nervus abdusens, nervus asesorius, dan nervus hipoglosus adalah saraf motorik murni. Nervus trigeminus, nervus fasialis, nervus glosofaringeus, dan nervus vagus, merupakan saraf campuran sensorik dan motorik (snell, 2001).

Saraf otak I (nervus olfaktorius,N.I)Serabut saraf olfaktorius berasal dari neuron bipolar yang terdapat dalam mukosa hidung. Serabut aferenya bersinaps di bulbus olfaktorius dan dari sini keluar serabut yang menghubungkan bulbus olfaktorius dengan korteks. Alat penangkap rangsang (reseptor) ialah serabut saraf yang terdapat di mukosa hidung. Nervus olfaktorius merupakan saraf sensorik yang fungsinya hanya satu, yaitu mencium bau, menghidu (penciuman, pembauan)

Periksa lubang hidung apakah ada sumbatan atau kelainan setempat, misalnya ingus atau polip. Hal ini dapat mengurangi ketajaman penciuman. Zat pengetes yang digunakan sebaiknya zatyang digunakan sehari hari, misalnya kopi, teh, tembakau, jeruk.Jangan menggunakan zat yang merangsang mukosa hidung seperti mentol, amoniak, alkohol, dan cuka. Zat pengetes didekatkan ke hidung pasien dan disuruh ia menciumnya. Tiap lubang hidung diperiksa satu persatu dengan jalan menutup lubang hidung yang lainnya dengan tangan.

Saraf Otak II (nervus optikus, N.II)Nervus optikus menghantarkan impuls dari retina menuju chiasma optikum, kemudian melalui traktus optikus menuju korteks oksipitalis untuk dikenali dan diinterpretasikan. Jika pasien tidak mempunyai keluhan yang berhubungan dengan nervus II dan pemeriksa juga tidak mencurigai adanya ganguan, maka biasanya dilakukan pemeriksaan nervus II (ketajaman penglihatan dan lapangan pandang) secara kasar. Akan tetapi, bila ditemukan kelainan, harus dilakukan pemeriksaan yang lebih teliti. Selain itu, juga dilakukan pemeriksaan oftalmoskopik sebagai pemeriksaan rutin dalam neurologi.

Pemeriksaan kasar- Ketajaman penglihatan. Secara kasar diperiksa dengan jalan membandingkan ketajaman penglihatan pasien dengan pemeriksa. Pasien disuruh mengenali benda yang letaknya jauh (misalnya jam dinding , dan diminta menyatakan pukul berapa) dan membaca huruf huruf yang ada di buku atau koran. Bila ketajaman mata pasien sama dengan pemeriksa, maka hal ini dianggap normal.

- Lapangan pandang. Metode konfrontasi dari Donder. Dalam hal ini, penderita disuruh duduk atau berdiri berhadapan dengan pemeriksa dengan jarak kira kira 1 meter. Jika kita hendak memeriksa mata kanan, mata kiri penderita harus ditutup, misalnya dengan tangannya atau kertas, sedangkan pemeriksa harus menutup mata kanannya. Kemudian penderita disuruh melihat terus (memfiksasi matanya) pada mata kiri pemeriksa dan pemeriksa harus selalu melihat ke mata kanan penderita. Setelah itu pemeriksa menggerakkan jari tangannya di bidang pertengahan antara pemeriksa dengan penderita. Gerakkan dilakukan dari arah luar ke dalam.Jika penderita mulai melihat gerakkan jari jari pemeriksa, ia harus memberi tahu, dan hal ini dibandingkan dengan pemeriksa, apakah iapun telah melihatnya.

Pemeriksaan yang teliti- Ketajaman penglihatan. Dilakukan dengan gambar snellen. Penderita disuruh membaca gambar dari jarak 6 meter, kemudian ditentukan sampai barisan mana dapat dibacanya. Bila dapat membaca sampai paling bawah maka ketajaman (6/6). Jika tidak, maka visusnya tidak normal, dan dalam hal ini dinyatakan dengan menggunakan pecahan, misalnya 6/20. Ini berarti bahwa huruf yang seharusnya dapat ia baca dari jarak 20 meter ia hanya dapat membacanya dari jarak 6 meter.

- Lapangan Pandang. Menetukan batas perifer dari penglihatan, yaitu batas sampai mana benda dapat dilihat, jika mata difiksasi dalam satu titik. Sinar yang datang dari tempat asal fiksasi jatuh di makula, yaitu pusat melihat jelas (tajam) sedangakan yang datang dari sekitarnya jatuh dari bagian perifer retina.Pemeriksaan lapang pandang dapat dilakukan dengan kampimeter dan perimeter.

Saraf otak III,IV, dan VI (nervus olfaktorius,troklearis dan abdusens)

Ketiga saraf ini diperiksa bersamaan, karena ketiga tiganya bekerja sama mengatus otot otot ekstraokular.Pupil. Perhatikan besarnya pada mata kiri dan kanan, apakah sama (isokor), atau tidak sama (anisokor). Perhatikan bentuk pupil, apakah budar dan rata tepinya (normal atau tidak

Refleks pupil . pasien disuruh melihat jauh, setelah itu matanya di senter dan dan dilihat apakah ada reaksi pada pupilnya. Normalnya pupil langsung mengecil (reaksi cahatya lengsung positif)

Refleks akomodasi.Penderita disuruh melihat jauh, kemudian ia melihat dekat, misalnya jari jari kita (benda) yang ditempatkan di dekat matanya. Refleks akomodasi dianggap positif jika bila terlihat pupil mengecil. Pada kelumpuhan nervus III refleks ini negatif.

Kedudukan (posisi bola mata).Perhatikan kedudukan bola mata apakah menonjol (eksoftalmus) atau seolah olah masuk ke dalam (enoftalmus)

Gerakkan bola mata.Penderita disuruh mengikuti jari jari pemeriksa yang digerakkan ke arah lateral, medial atas, bawah, dankearah yang miring, yaitu : atas lateral, bawahmedial, atas medial dan bawah lateral. Perhatikan apakah mata pasien dapat mengikutinya dan perhatikan gerakkan bola matanya, apakah lancar dan mulus atau kaku.(Lumban Tobing, 2005)

Saraf otak V (nervus trigeminus, N.V)Nervus trigeminus membawa serabut motorik maupun sensorik dan memberi persarafan ke otot temporalis dan maseter. Bagian motorik saraf ini diperiksa dengan meminta penderita mengatupkan gigi dan menggerakkan rahang ke samping sementara pemeriksa meraba otot dan menilai kekuatan kontraksinya. Serabut serabut sensorik saraf trigeminus dibagi menjadi tiga cabang : nervus oftalmikus, maksilaris, dan mandibularis.untuk menilai daerah sensorik yang hilang, masing masing daerah diperiksa dengan meminta penderita berespon terhadap sentuhan kapas. Refleks kornea diperiksa pada setiap mata (sepotong kapas yang ujungnya dibuat runcing disentuhkan pada kornea, sehingga penderita akan mengedipkan mata.

Saraf Otak VII (nervus fasialis, N.VII)

Saraf ini mempunyai fungsi sensorik maupun motorik. saraf ini membawa serabut sensorik yang menghantar persepsi pengecapan bagian anterior lidah , dan serabut motorik ayng mempersarafi semua otot ekspersi wajah termasuk tersenyum, mengerutkan dahi, dan menyeriingai.Bagian motorik nervus fasialis dapat dinilai dengan menyuruh penderita melakukan berbagai gerakan wajah dan memeperhatikan cara bicara penderita. Kelemahan otot wajah akan tampak karena timbulnya lipatan nasolabial mendatar, salah satu sisi ,mulut turun kebawah dan penurunan kelopak mata bawah. Sensasi pengecapan dapat dinilai dengan meminta penderita membedakan rasa manis,asam dan asin yang dioleskan pada lidahnya. Nervus kranialis IX,saraf glosofaringeus membawa rasa pahit. Rasa pahit hanya dapat diterima oleh bagian posterior lidah saja. Kenyataan ini penting diingat saat memeriksa sensasi rasa pahit.

Saraf otak VIII (nervus vestibulokoklearis, N.VIII)

Saraf vestibulokoklearis berfungsi mempertahankan keseimbangan dan menghantarkan impuls yang memungkinkan seseorang mendengar. Mempertahan kan keseimbangan merupakan fungsi bagian vastibularis, sedangkan bagian koklearis memperantarai pendengaran. Bagian koklearis dapat diperiksa dengan memperhatika kemampuan penderita mendengar bisikan dari jarak sekitar 2 kaki.cara pemeriksaan lain dilakukan dengan menggunakan garpu tala, yang dapat membedakan tuli hantaran dan tuli saraf. Orang dengan pendengaran normal akan mendengar suara garpu tala yang ditempatkan di garis tengah kepala atau garis tengah dahi, sama kerasnya pada kedua telinga. Selain itu, suara garpu tala lebih baik terdengar melalui hantaran udara dibandingakan dengan hantaran tulang. Dalam keadaan normal garpu tala terdengar 2 kali lebih lama melalui hantaran udara. 2 tes pendengaran dengan garpu tala adalah tes Rinne dan Weber. Pada tes Rinne, garpu tala yang bergetar ditempelkan pada prosesus mastoideus; bila penderita memberi syarat bahwa getaran itu sudah tidak terdengar lagi maa garpu tala dipindahkan didekat telinga. Kalau penderita sekarang dapat mendengar lagi suara getaran, hantaran udara lebih baik dari hantaran tulang. Keadaan ini normal dan disebut Rinne (+). Rinne (-) adalah petunjuk bahwa penderita mengalami tuli hantaran karena penyakit telinga tengah. Tes Weber dilakukan dengan menempatkan garpu tala yang bergetar diatas kepala dahi atau pada gigi depan atas. Penderita diminta untuk menyebutkan telinga mana yang mendengar suara yang paling keras. Dalam keadaan normal suara akan terdangar sama keras baik pada telinga kiri maupun kanan bila suara terdengar lebih keras pada satu sisi, mungkin menunjukkan adanya ketulian. Bila penderita mengalami tuli hantaran, suara terdengar lebih jelas pada telinga yang tuli, sedangkan pada tuli saraf suara terdengar lebih jelas pada teling yang sehat.

Saraf otak IX dan X (nervus glosofaringeus dan nervus vagus, n.IX dan n.X)

Nervus glosofaringeus dan nervus vagus berhubungan erat secara anatomi dan fisiologi serta diperiksa secara bersamaan. Nervus glosofaringeus memiliki bagian sensorik yang menghantarkan pengecapan bagian posterior lidah, mempersarafi sinus karotikus dan korpus karotikus, serta memberi sensasi faring. Nervus vagus mempersarafi semua visera toraks dan abdomen dan menghantarkan impuls dari dinding usus, jantung dan paru. Secara klinis tidak mungkin dilakukan pemeriksaan semua fungsi ini; oleh karena itu penilaian nervus vagus dditujukan pada evaluasi fungsi motorik palatum, faring dan laring.Langkah pertama evaluasi nervus glosofaringeus dan nervus vagus adalah pemeriksaan palatum mole. Palatum mole adalah harus simetris dan tidak berdeviasi ke satu sisi. Bila penderita mengucapkan kata ah, palatum mole harus terangkat secara simetris. Jika hendak menimbulkan refleks muntah, sentuh dinding posterior faring sehingga palatum akan terangkat dan otot-otot faring berkontraksi. Refleks menelan penderita diperiksa dengan memperhatikan reaksi penderita waktu minum segelas air. Diperhatikan apakah penderita kesulitan atau apakah terjadi regurgitasi cairan melalui hidung yang merupakan petunjuk adanya kelemahan palatum mole dan ketidakmampuan nasofaring menutup waktu menelan.

Saraf otak XI (nervus asesorius, N.XI)

Nervus asesorius adalah nervus motorik yang mempersarafi otot sternocleidomastoideus dan bagian atas otot trapezius. Otot otot ini berfungsi menlakukan fleksi leher. Otot sternocleidomastoideus berfungsi memutar kepala kesamping dan otot trapezius memutar skapula bila lengan diangkat. Fungsi saraf asesorius dinilai dengan memeperhatikan adanya atrofi otot sternocleidomastoideus dan trapezius dan menilai kekuatan otot otot tersebut. Untuk menguji kekuatan sternocleidomastoideus, penderita diminta untuk memnutar kepala kesalah satu bahu dan berusaha melawan usaha pemeriksa untuk menggerakkan kepala ke arah bahu yang berlawanan. kekuatan sternocleidomastoideus pada sisi yang berlawanan dapat dievaluasi dengan mengulang tes ini pada sisi yang berlawanan. Otot trapezius dinilai dengan meminta penderita mengangkat bahu sementara pemeriksa berusaha menekan kebawah. Kemudian penderita diminta mengangkat kedua lengannya kearah vertikal. Penderita yang memeiliki otot trapezius yang lemah tidak dapat melakukan perintah tersebut.

Saraf otak XII (nervus hipoglosus, N.XII)Nervus hipoglosus mempersarafi otot otot lidah. Fungsi lidah yang normal sangat penting untuk fungsi bicara dan menelan. Kelemahan ringan bilateral menyebabkan penderita mengalami kesulitan mengucapkan konsonan dan menelan. Beberapa kelemaha bilateral yang hebat menyebabkan penderita hampir tidak dapat bicara dan menelan(Price dan Wilson, 2002).

Pemeriksaan dilakukan dengan meinta pasien membuka mulut dan menjulurkan lidahnya. Biasanya lidah menonjol keluar dan terletak di garis tengah. Deviasi lidah ke salah satu sisi adalah abnormal. Karena otot lidah mendorong bukannya menarik, kelamahan pada salah satu sisi akan menyababkan lidah terdorong oleh sisi normal ke sisi lesi (Swartz, 1995).