Penda Hulu An

33
PENDAHULUAN I. 1. LATAR BELAKANG Bakteri, dari kata bacterium (jamak, bacteria), adalah kelompok raksasa dari organisme hidup. Mereka sangatlah kecil (mikroskopik) dan kebanyakan uniseluler (bersel tunggal), dengan struktur sel yang relatif sederhana tanpa nukleus/inti sel, cytoskeleton, dan organel lain seperti mitokondria dan kloroplas. Penyakit yang disebabkan oleh bakteri merupakan suatu penyakit yang paling banyak diderita oleh masyarakat dunia. Penyebab infeksi ini bisa bermacam-macam dan salah satunya adalah bakteri. Ada berbagai macam bakteri yang bisa menyebabkan infeksi pada mata dan kulit, diantaranya,Staphylococcus aureus,vibrio cholera. I. 2. RUMUSAN MASALAH

Transcript of Penda Hulu An

Page 1: Penda Hulu An

PENDAHULUAN 

I.      1.       LATAR BELAKANG

Bakteri, dari kata  bacterium (jamak, bacteria), adalah kelompok raksasa

dari organisme  hidup. Mereka sangatlah kecil (mikroskopik) dan

kebanyakan uniseluler (bersel tunggal), dengan struktur sel yang relatif

sederhana tanpa nukleus/inti sel, cytoskeleton, dan organel lain seperti

mitokondria dan kloroplas. Penyakit yang disebabkan oleh bakteri

merupakan suatu penyakit yang paling banyak diderita oleh masyarakat

dunia.

Penyebab infeksi ini bisa bermacam-macam dan salah satunya adalah

bakteri. Ada berbagai macam bakteri yang bisa menyebabkan infeksi

pada mata dan kulit, diantaranya,Staphylococcus aureus,vibrio cholera.

I.      2.      RUMUSAN MASALAH

         Jenis bakteri apa saja yang dapat menimbulkan patogen pada mata dan

kulit.

Page 2: Penda Hulu An

         Morfologi dan fisiologi bakteri yang menimbulkan patogen pada mata

dan kulit.

         Cara pencegahan dan pengobatan penyakit yang disebabkan bakteri

patogen pada mata dan kulit.

I.      3.     TUJUAN PENULISAN

Penulisan makalah ini bertujuan untuk memberikaninformasi ilmiah

kepada sesama mahasiswa farmasi khususnya dan masyarakat secara

umum tentang jenis-jenis bakteri penyebab infeksi pada mata kulit.

Selain itu juga diharapkan adanya pengembangan untuk pengobatan

penyakit berdasarkan informasi yang terdapat dalam makalah.

BAB II

PEMBAHASAN

II. 1. Staphylococcus aureus

Page 3: Penda Hulu An

A.  Gambaran Umum

Staphylococcus aureus merupakan bakteri berbentuk bulat (coccus), yang bila

diamati di bawah mikroskop tampak berpasangan, membentuk rantai

pendek, atau membentuk kelompok yang tampak seperti tandan buah

anggur. Organisme ini Gram-positif. Beberapa strain dapat menghasilkan

racun protein yang sangat tahan panas, yang dapat menyebabkan

penyakit pada manusia.

B.  Klasifikasi Ilmiah

 Kingdom    : Monera

 Divisio        : Firmicutes

 Class          : Bacilli

 Order         : Bacillales

 Family        : Staphylococcaceae

Page 4: Penda Hulu An

 Genus        : Staphylococcus

 Species      : Staphylococcus aureus

C.  Struktur

Staphylococcus aureus merupakan bakteri Gram-positif, tidak bergerak,

tidak berspora dan mampu membentuk kapsul, berbentuk kokus dan

tersusun seperti buah anggur. Ukuran Staphylococcus berbeda-beda

tergantung pada media pertumbuhannya. Apabila ditumbuhkan pada

media agar, Staphylococcus memiliki diameter 0,5-1,0 m dengan koloni

berwarna kuning. S. aureusmempunyai dinding sel yang terdiri dari

peptidoglikan, asam teikoik, fibronectin binding protein, clumping

factors dan collagen binding protein.

Komponen utama dinding sel adalah peptidoglikan yang menyusun

hampir 50% dari berat dinding sel. Peptidoglikan tersusun dari polimer

polisakarida (asam N-asetilglukosamin dan asam N-asetilmuramik),

Page 5: Penda Hulu An

polipeptida (L-Ala, D-Glu, L-Lys, D-Ala, D-ala) dan sebuah jembatan

pentaglisin. Melalui katalisis transpeptidase oleh Penicillin-Binding

Protein (PBP), setiap peptidoglikan akan saling berikatan dengan

peptidoglikan lainnya dengan cara merubah rantai alanin agar berikatan

dengan jembatan pentaglisin dari peptidoglikan lainnya. Proses

menghasilkan suatu struktur dinding sel yang padat. Beberapa enzim

juga dihasilkan olehS.aureus, diantaranya koagulase, clumping factor,

hialuronidase dan -laktamase.

Dinding sel S. Aureus juga mengandung asam teikoat, yaitu sekitar 40%

dari berat kering dinding selnya. Asam teikoat adalah beberapa

kelompok antigen dari Staphylococcus. Asam teikoat mengandung

aglutinogen dan N-asetilglukosamin.

Staphylococcus aureus adalah bakteri aerob dan anaerob fakultatif yang

mampu menfermentasikan manitol dan menghasilkan enzim koagulase,

hyalurodinase, fosfatase, protease dan lipase.Staphylococcus

aureus mengandung lysostaphin yang dapat menyebabkan lisisnya sel

darah merah. Toksin yang dibentuk oleh Staphylococcus aureusadalah

Page 6: Penda Hulu An

haemolysin alfa, beta, gamma, delta danepsilon. Toksin lain ialah

leukosidin, enterotoksin dan eksfoliatin. Enterotosin dan eksoenzim

dapat menyebabkan keracunan makanan terutama yang mempengaruhi

saluran pencernaan. Leukosidin menyerang leukosit sehingga daya tahan

tubuh akan menurun. Eksofoliatin merupakan toksin yang menyerang

kulit dengan tanda-tanda kulit terkena luka bakar.

Suhu optimum untuk pertumbuhan Staphylococcus aureus adalah 35o –

37o C dengan suhu minimum 6,7o C dan suhu maksimum 45,4o C. Bakteri

ini dapat tumbuh pada pH 4,0 – 9,8 dengan pH optimum 7,0 – 7,5.

Pertumbuhan pada pH mendekati 9,8 hanya mungkin bila substratnya

mempunyai komposisi yang baik untuk pertumbuhannya. Bakteri ini

membutuhkan asam nikotinat untuk tumbuh dan akan distimulir

pertumbuhannya dengan adanya thiamin. Pada keadaan anaerobik,

bakteri ini juga membutuhkan urasil. Untuk pertumbuhan optimum

diperlukan sebelas asam amino, yaitu valin, leusin, threonin,

phenilalanin, tirosin, sistein, metionin, lisin, prolin, histidin dan arginin.

Page 7: Penda Hulu An

Bakteri ini tidak dapat tumbuh pada media sintetik yang tidak

mengandung asam amino atau protein.

Selain memproduksi koagulase, S. aureus juga dapat memproduksi

berbagai toksin, diantaranya :

         Eksotoksin-a yang sangat beracun.

         Eksotoksin-b yang terdiri dari hemosilin, yaitu suatu komponen yang

dapat menyebabkan lisis pada sel darah merah.

         Toksin F dan S, yang merupakan protein eksoseluler dan bersifat

leukistik.

         Hialuronidase, yaitu suatu enzim yang dapat memecah asam hyaluronat

di dalam tenunan sehingga mempermudah penyebaran bakteri ke

seluruh tubuh.

         Grup enterotoksin yang terdiri dari protein sederhana.

Staphylococcus aureus hidup sebagai saprofit di dalam saluran-saluran

pengeluaran lendir dari tubuh manusia dan hewan-hewan seperti hidung,

mulut dan tenggorokan dan dapat dikeluarkan pada waktu batuk atau

bersin. Bakteri ini juga sering terdapat pada pori-pori dan permukaan

Page 8: Penda Hulu An

kulit, kelenjar keringat dan saluran usus. Selain dapat menyebabkan

intoksikasi, S. aureus juga dapat menyebabkan bermacam-macam infeksi

seperti jerawat, bisul, meningitis, osteomielitis, pneumonia dan mastitis

pada manusia dan hewan.

Foto dari mikroskop elektron (Scanning electron microscope)

dari Staphylococcus aureus.

S.aureus sudah dikenal sebagai penyebab infeksi sejak tahun 1882 oleh

Ogston. Mikroorganisme ini merupakan flora yang juga ditemukan pada

area perianal, inguinal, aksila dan hidung (nares anterior). Sekitar 11-

32% individu sehat mempunyai mikroorganisme ini dan 25% ditemukan

pada tenaga kesehatan rumah sakit. Persentase tersebut lebih tinggi lagi

pada pengguna obat suntik, pasien dengan masalah kulit dan pengguna

infus. Individu-individu karier yang terpapar ini mempunyai makna klinis

karena berresiko lebih tinggi terjadi infeksi dibandingkan bukan karier.

Page 9: Penda Hulu An

D. Daur Hidup

ket : MRSA : Methicillin-resistant Staphylococcus aureus            PVL      : Panton-Valentine Leukocidin

            PMN    : Polymorphonuclear leukocytes, or granulocyte;

Polymorphonuclear neutrophil

MRSA terdiri dari 2 bagian, yaitu lukS-PV dan lukF-PV yang keduanya

mengandung PVL. PVL dimediasi oleh nekrosis sel epitel.

Pada sel bakteri terdapat lapisan yang mengandung PMN. Kemudian PVL

menempel pada lapisan terluar bakteri yang bisa mengakibatkan 2

kejadian, yaitu : jika kandungan PVL kecil, sel tersebut akan mengalami

apositosis ; sedangkan bila kandungan PVL besar, sel akan mengalami

sitolisis. Jika mengalami sitolisis, mediator inflamasi atau ROS dirilis

untuk membuat PVL menjadi lisis yang mengarah ke jaringan nekrosis

E.   Epidemiologi

Page 10: Penda Hulu An

Staphylococcus aureus dapat menyebabkan penyakit dengan produksi

toksin preformed maupun oleh menginfeksi baik jaringan lokal dan

sirkulasi sistemik. Penularan penyakit dapat terjadi pada bagian-bagian

di bawah ini.

         Gastrointestinal: Staphylococcus aureus dapat menyebabkan infeksi akut

keracunan makanan melalui preformed enterotoxins. Bahan makanan

mungkin terinfeksi oleh bakteriStaphylococcus aureus yang terdapat

pada produk daging, unggas, produk telur, salad seperti telur, tuna,

ayam, kentang, dan makaroni, krim pengisi roti, kue pai, kue sus coklat,

dan produk susu.

         Infeksi kulit dan rambut: Staphylococcus aureus umumnya hidup berkoloni

pada permukaan kulit nasofaring, dan perineum. Infeksi di permukaan ini

dapat terjadi terutama bila penghalang kulit mengalami gangguan fungsi

atau kerusakan.

         Infeksi sistemik: Staphylococcus aureus pada umumnya menyebabkan

infeksi endokarditis pada penderita osteomyelitis, penderita infeksi sinus,

dan penderita epiglotitis (biasanya anak-anak).

Page 11: Penda Hulu An

         Infeksi nosokomial: resisten methicillin Staphylococcus staphylococcal

(MRSA) adalah strain bakteri yang umumnya terlibat dalam infeksi

nosokomial . Faktor risiko untuk kolonisasi MRSA atau infeksi yang

terjadi di rumah sakit antara lain sebelum paparan antibiotik, saat masuk

ke unit perawatan intensif, insisi bedah, maupun paparan pasien yang

terinfeksi.

F.   Patologi

Stafilokokus, khususnya S. epidermidis adalah anggota flora normal pada

kulit manusia, saluran pernapasan, dan saluran pencernaan. 40-50%

manusia merupakan pembawa S. aureus  dalam hidungnya. Stafilokokus

juga biasa ditemukan di pakaian, kasur, dan benda lainnya yang biasa

dipakai manusia. Kemampuan patogenik strain S. aureus tertentu

merupakan gabungan faktor-faktor ekstraseluler, toksin-toksin, serta

sifat-sifat invasif strain itu. Pada satu akhir spektrum penyakit adalah

keracunan makanan oleh stafilokokus, akibat termakannya enterotoksin

yang sudah terbentuk, sedangkan benuk akhir lainnya adalah bakteremia

Page 12: Penda Hulu An

stafilokokus dan abses yang tersebar di seluruh organ. Peran serta

potensial berbagai zat ekstraseluler pada patogenesis ternyata dari sifat

kerja masing-masing faktor.

Staphylococcus aureus yang patogen dan invasif cenderung

menghasilkan koagulase dan pigmen kuning, dan bersifat hemolitik.

Stafilokokus yang non patogen dan tidak invasif sepertiStaphylococcus

epidermidis, cenderung bersifat koagulase negatif dan tidak hemolitik.

Organisme ini jarang menyebabkan pus tetapi dapat menginfeksi

prostesis ortopedik atau kardiovaskuler.

Prototipe lesi stafilokokus adalah furunkel atau abses setempat lainnya.

Kelompok S. aureus  yang tinggal dalam folikel rambut menimbulkan

nekrosis jaringan (faktor demonekrotik). Koagulase dihasilkan dan

mengkoagulase fibrin di sekitar lesi dan di dalam pembuluh limfe,

mengakibatkan pembentukan dinding yang membatasi proses dan

diperkuat oleh penumpukan sel radang dan kemudian jaringan fibrosis.

Di tengah-tengah lesi, terjadi pencairan jaringan nekrotik (dibantu oleh

hipersensitivitas tipe lambat) dan abses “mengarah” pada daerah yang

Page 13: Penda Hulu An

daya tahannya paling kecil. Setelah cairan di tengah jaringan nekrotik

mengalir keluar, rongga secara pelan-pelan diisi dengan jaringan

granulasi dan akhirnya sembuh.

Penanahan foka (abses) adalah sifat khas infeksi stafilokokus. Dari setiap

fokus, organisme menyebar melalui saluran limfe dan aliran darah ke

bagian tubuh lainnya. Penanahan dalam vena, yang disertai trombosis,

sering terjadi pada penyebaran tersebut. Pada osteomyelitis, fokus

primer pertumbuhan S. aureus  secara khas terjadi di pembuluh-

pembuluh darah terminal pada metafisis tulang panjang, mengakibatkan

nekrosis tulang dan pernanahan menahun. S. aureus dapat menyebabkan

pneumonia, meningitis, empiema, endokarditis atau sepsis dengan

pernanahan pada bagian tubuh mana saja. Stafilokokus yang daya

invasinya rendah berperan pada banyak infeksi kulit (misalnya acne,

epiderma, atau impitigo). Kokus anaerob (peptostreptococcus) berperan

dalam infeksi anaerobik campuran.  Stafilokokusjuga menyebabkan

penyakit melalui kerja toksin, tanpa memperlihatkan infeksi invasif. Bula

eksoliatif-sindroma lepuh kulit-disebabkan oleh pembentukan toksin

Page 14: Penda Hulu An

eksoliatif. Sindroma syok toksin berhubungan dengan toksin sindroma

syok toksik-I (TSST-I).

G.   Gejala Klinis

Staphylococcus aureus terutama CA-MRSA(Community associated-

Methicillin-resistant Staphylococcus aureus) biasanya menyebabkan

infeksi kulit dan jaringan lunak (jerawat, bisul, dan bengkak). Gejalanya

tampak sebagai kemerahan, panas, bengkak, nyeri bila ditekan, dan

bernanah. Kadang-kadang cukup serius dengan timbulnya luka infeksi

yang bernanah, radang paru yang memerlukan perawatan di rumah sakit

dengan terapi antibiotik khusus.

H.   Diagnosis

a.    Bahan pemeriksaan

Bahan untuk pemeriksaan dapat diperoleh dengan cara swabbing, atau

langsung dari darah, pus sputum, atau liquor serebrospinalis.

b.    Pemeriksaan Langsung

Page 15: Penda Hulu An

Biasanya kuman dapat terlihat jelas, terutama jika bahan pemeriksaan

berasal dari pus sputum. Dari sediaan langsung kita tidak dapat

membedakan apakah yang kita lihat tersebut Staphylococcus

aureus atau Staphylococcus epidermidis. Pada sediaan langsung dari

nanah, kuman terlihat tersusun tersendiri, berpasangan, bergerombol

dan bahkan dapat tersusun seperti rantai pendek.

c.    Perbenihan

Bahan yang ditanam pada lempeng agar darah akan menghasilkan koloni

yang khas setelah pengeraman selama 18 jam pada suhu 37C, tetapi

hemolisis dan pembentukan pigmen baru terlihat setelah beberapa hari

dibiarkan pada suhu kamar. Jika bahan pemeriksaan mengandung

bermacam-macam kuman, dapat dipakai suatu perbenihan yang

mengandung NaCl 10%. Pada umumnya Stafilokokus yang berasal dari

manusia idak patogen terhadap hewan. Pada suatu perbenihan yang

mengandung telurit, Stafilokokus koagulasi positif membentuk koloni

yang berwarna hitam karena dapat mereduksi telurit.

         Tes Koagulasi :

Page 16: Penda Hulu An

Ada 2 cara tes koagulasi yaitu cara slide testdan cara tube

test. Pada slide test yang dicari ialah bound coagulase atau clumping

factor.Cara ini tidak dianjurkan untuk pemeriksaan rutin, karena banyak

faktor yang dapat mempengaruhinya, antara lain diperlukan plasma

manusia yang masih segar. Pemakaiannya terutama untuk pemeriksaan

Stafilokokus dalam jumlah yang besar, misalnya untuk screening test.

Pada tube testyang dicari ialah adanya koagulasi bebas dan cukup

dipergunakan plasma kelinci. Hasilnya positif kuat jika tabung tes

dibalik, gumpalan plasma tidak terlepas dan tetap melekat pada dinding

tabung.

         Penentuan Tipe Bakteriofaga (lisotopi) :

Cara ini penting untuk menentukan tipe Stafilokokus yang diasingkan

dari lingkungan rumah sakit. Perlu diketahui bahwa 70-80% flora

Stafilokokus di rumah sakit tahan terhadap penisilin. Selain itu, dengan

lisotopi dapat pula ditentukan apakah suatu jenis berasal dari hewan

atau dari manusia (Arif et al, 2000).

         Tes Kepekaan :

Page 17: Penda Hulu An

Tes pengenceran mikro kaldu atau tes kepekaan lempeng difusi

sebaliknya dilakukam secara rutin pada isolat stafilokokus dari infeksi

yang berwakna secara klinik. Resistensi terhadap penisilin G dapat

diperkirakan melalui tes positif untuk-laktamase; kurang lebih 90% S.

aureusmenghasilkan -laktamase. Resistensi terhadap nafsilin (dan

oksasilin san metisilin) terjadi pada 10-20% S. aureus dan kurang lebih

75% isolat S. epidermidis. Resistensi nafsilin berkorelasi dengan

adanya mecA,suatu gen yang menyandi protein terikat penisilin yang

tidak dipengaruhi obat ini. Gen dapat dideteksi dengan menggunakan

reaksi rantai polimerase, tetapi hal ini tidak berguna karena stafilokokus

yang tumbuh pada agar Mueller-Hinton mengandung 4% NaCl dan

6g/mL oksasilin yang secara khas merupakan mecA positif dan resisten

oksasilin.

I.    Pengobatan dan Pencegahan

Sebagian besar orang memiliki stafilokokus pada kulit dan hidung atau

tenggorokan. Biarpun kulit dapat dibersihkan dari stafilokokus (misalnya

Page 18: Penda Hulu An

pada eksema), dengan cepat akan terjadi reinfeksi melalui droplet.

Organisme patogen sering menyebar dari satu lesi (seperti furunkel) dan

menyebar ke daerah kulit lainnya melalui jari dan pakaian. Oleh karena

itu, antisepsis lokal yang cermat sangat penting untuk mengendalikan

furunkulosis yang berulang.

Infeksi ganda yang berat pada kulit (jerawat, furunkulosis) paling sering

terjadi pada para remaja. Infeksi kulit yang serupa terjadi pada penderita

yang memperoleh kortikosteroid dalam jangka waktu yang lama,

menunjukkan peranan hormon dalam patogenesis infeksi kulit oleh

stafilokokus. Pada jerawat, enzim lipase dari stafilokokus dan

korinobakteria melepaskan asam-asam lemak dan menyebabkan iritasi

jaringan. Tetrasiklin dipergunakan untuk pengobatan jangka panjang.

Abses dan lesi bernanah diobati dengan drainase, yaitu tindakan yang

sangat penting, dan antimikroba. Banyak obat antimikroba memiliki efek

terhadap stafilokokus in vitro. Namun, sangat sukar membasmi

stafilokokus patogen pada orang- orang yang terinfeksi bakteri ini,

karena organisme ini cepat menjadi resisten terhadap kebanyakan obat

Page 19: Penda Hulu An

antimikroba, dan obat-obat itu tidak dapat bekerja pada bagian sentral

lesi nekrotik yang bernanah.

Baktertemia, endokarditis, pneumonia, dan infeksi hebat lain yang

disebabkan oleh S. aureusmemerlukan terapi intravena yang lama

dengan penisilin yang resisten terhadap -laktamase. Vankosimin sering

dicadangkan untuk stafilokokus yang resisten terhadap nafsilin. Jika

infeksi disebabkan oleh S. aureus yang tidak menghasilkan-laktamase,

penisilin G merupakan obat pilihan, tetapi hanya sedikit S. aureus  yang

peka terhadap penisilin G.

Pada infeksi klinis, strain S. aureus  yang resisten terhadap penisilin G

selalu menghasilkan penisilinase. Sekarang bakteri ini merupakan 70-

90% isolat S. aureus dalam masyarakat USA. Bakteri ini biasanya peka

terhadap penisilin yang resisten terhadap -laktamase, sefalosporoin,

atau vankomisin. Resistensi terhadap nafsilin tidak bergantung pada

pembentukan -laktamase, dan isidensi klinisnya sangat bervariasi di

berbagai negara dan pada waktu yang berbeda. Pengaruh seleksi obat

antimikroba yang resisten terhadap -laktamase mungkin bukan

Page 20: Penda Hulu An

merupakan satu-satunya faktor yang menentukan timbulnya resistensi

terhadap obat ini.

Karena sering timbul strain yang resisten terhadap obat, isolat

stafilokokus yang penting sebaiknya diperiksa kepekaannya terhadap

obat antimikroba untuk membantu pemilihan obat sistemik. Resistensi

terhadap obat golongan eritromisin cenderung timbul demikian cepat

sehingga obat ini sebaiknya tidak digunakan sebagai obat tunggal dalam

infeksi menahun. Resistensi obat (terhadap penisilin, tetrasiklin,

aminoglikosida, eritromisin, dan sebagainya) yang ditentukan oleh

plasmid, dapat dipindah-pindahkan di antara Staphylococcus sp. dengan

transduksi atau mungkin dengan konjugasi.

Di antara kokus gram positif, enterokokus yang terendah sensitifitasnya.

Hampir semua infeksi olehStaphylococcus sp. disebabkan oleh kuman

penghasil penisilinase dan karena itu harus diobati dengan penisilin yang

tahan penisilinase.Staphylococcus yang resisten terhadap metisilin

(methicilin-resistant S. aureus = MRSA) harus diobati dengan vankomisin

atau siprofloksasin. Gonokokus yang dahulu sensitif terhadap penisilin G,

Page 21: Penda Hulu An

juga sudah banyak yang resisten , obat terpilih sekarang adalah

seftriakson. Meningokokus cukup sensitif terhadap penisilin G.

Hal-hal yang dapat kita lakukan agar tidak terinfeksi bakteri ini antara

lain.

Memelihara kesehatan diri dengan baik dan benar

Mencuci tangan dengan benar menggunakan sabun cair dan air

atau membalur tangan dengan alkohol.

Memakai sarung tangan setiap memegang barang yang sangat

kotor, misalnya ludah, nanah alat rumah tangga yag kotor, kotoran

binatang kesayangan, dan selanjutnya mencuci tangan dengan

benar/bersih. Ini sangat penting bagi orang yang sistem

imunitasnya menurun.

Hindari pemakaian bersama barang pribadi seperti handuk,

pakaian/pakaian seragam yang belum dicuci, pisau cukur.

Hindari sentuhan langsung sentuhan dengan luka atau segala

barang yang kotor oleh rembesan luka

Page 22: Penda Hulu An

Segera bersihkan kulit yang luka/lecet, luka irirsan dan kemudian

menutup dengan perban lekat yang tahan air. Cucilah tangan

sebelum dan sesudah menyentuh luka tersebut. Bila gejala infeksi

timbul, segera minta nasehat pada dokter.

Bila kita mempunyai luka terbuka, hindari olahraga dengan kontak

langsung, dan hindari mandi di tempat umum.

Jagalah kebersihan lingkungan dan selalu mensterilkan

perlengkapan yang telah dipakai di tempat umum seperti pusat

olah raga dan kamar mandi umum.

Jangan sembarangan memakai antibiotik. Pemakaian antibiotik

harus sesuai dengan anjuran dan petunjuk dokter yang harus

ditaati sesuai dengan dosis yang ditentukan secara teratur.

Perhatikan kebersihan tangan dan gunakan masker (bagi yang

memiliki gangguan pernapasan) jika menggunakan antibiotik.

Page 23: Penda Hulu An

ii.2. Vibrio choleraeKlasifikasi ilmiah

Kerajaan: Bacteria

Filum: Proteobacteria

Kelas: Gamma Proteobacteria

Ordo: Vibrionales

Famili: Vibrionaceae

Genus: Vibrio

Spesies: V. cholerae

Nama binomialVibrio cholerae

Pacini 1854Vibrio cholerae merupakan bakteri gram negatif, berbentuk basil (batang) dan bersifat motil (dapat bergerak), memiliki struktur antogenik dari antigenflagelar H dan antigen somatik O, gamma-proteobacteria, mesofilik dan kemoorganotrof,berhabitat alami di lingkungan akuatik dan umumnya berasosiasi dengan eukariot. Spesies Vibrio kerap dikaitkan dengan sifat patogenisitasnya pada manusia, terutama V. cholerae penyebab penyakit kolera di negara berkembang yang memiliki keterbatasan akan air bersih dan memiliki sanitasi yang buruk. V.choleraeditemukan pertama kali oleh ahli anatomi dari Italia bernama Filippo Pacini pada tahun 1854. [3]. Namun, penemuan awal ini baru dikenal luas setelah Robert Koch, yang mempelajari penyakit kolera di Mesir, pada tahun 1883 berhasil membuktikan bahwa bakteri tersebut adalah penyebab kolera.a. Ciri-Ciri:

         Bakteri gram negatif

         Batang lurus dan agak lengkung

         Terdapat tunggal dan dalam rantai berpilin

         Tidak berkapsul

         Tidak membentuk spora

         Bergerak flagella tunggal polar

         Aerobik, anaerobik fakultatif

Page 24: Penda Hulu An

         Patogenik, menyebabkan kolera

      Vibrio cholera terdapat dalam dua biotipe atau galur: biotipe klasik

dan biotipe El Tor. Dinamakan El Tor karena organism tersebut diisolasi

di pos karantina El Tor di Teluk Suez pada thun 1905.

Uji Klasik El Tor

Uji Voges-Proskauer untuk

asetilmetilkarbinol -

Produksi Indol +

Pencairan gelatin +

Produksi H2S -

Fermentasi glukosa +

Fermentasi laktosa Lambat Lambat

Hemolisis butir darah merah

domba atau kambing -

Page 25: Penda Hulu An

Hemaglutinasi butir darah merah ayam -

Tabel 3. Reaksi biokimiawi biotipe Vibrio cholerae

                                                      

       

Gambar 11. Vibrio cholerae

b. Habitat bakteri

Bakteri yang dapat hidup pada salinitas yang relatif tinggi seperti

di air laut dan perairan payau.Tumbuh dan berkembang biak di dalam

usus manusia.

c. Infeksi dan vilurensi

            Menyebabakan penyakit kolera (cholera) yang penyakit infeksi

saluran usus bersifat akut yang disebabkan oleh bakteri Vibrio cholerae,

bakteri ini masuk kedalam tubuh seseorang melalui makanan atau

minuman yang terkontaminasi. Bakteri tersebut mengeluarkan

enterotoksin (racunnya) pada saluran usus sehingga terjadilah diare

Page 26: Penda Hulu An

(diarrhoea) disertai muntah yang akut dan hebat, akibatnya seseorang

dalam waktu hanya beberapa hari kehilangan banyak cairan tubuh dan

masuk pada kondisi dehidrasi.

      Apabila dehidrasi tidak segera ditangani, maka akan berlanjut

kearah hipovolemik dan asidosis metabolik dalam waktu yang relatif

singkat dan dapat menyebabkan kematian bila penanganan tidak

adekuat. Pemberian air minum biasa tidak akan banyak membantu,

Penderita (pasien) kolera membutuhkan infus cairan gula (Dextrose) dan

garam (Normal saline) atau bentuk cairan infus yang di mix keduanya

(Dextrose Saline).

d. Patogenesis

            Pada penderita penyakit kolera ada beberapa hal tanda dan gejala yang ditampakkan, antaralainialah :

  Diare yang encer dan berlimpah tanpa didahului oleh rasa mulas atau      tenesmus.

  Feaces atau kotoran (tinja) yang semula berwarna dan berbau berubah menjadi cairan putih keruh (seperti air cucian beras) tanpa bau busuk ataupun amis, tetapi seperti manis yang menusuk.

  Feaces (cairan) yang menyerupai air cucian beras ini bila diendapkan akan mengeluarkan gumpalan-gumpalan putih.

  Diare terjadi berkali-kali dan dalam jumlah yang cukup banyak.  Terjadinya muntah setelah didahului dengan diare yang terjadi, penderita

tidaklah merasakan mual sebelumnya.  Kejang otot perut bisa juga dirasakan dengan disertai nyeri yang hebat.

Page 27: Penda Hulu An

  Banyaknya cairan yang keluar akan menyebabkan terjadinya dehidrasi

dengan tanda-     tandanya seperti;detak jantung cepat, mulut kering,

lemah fisik,mata cekung, hypotensi dan lain-lain yang bila tidak segera

mendapatkan penangan pengganti    cairan tubuh yang hilang dapat

mengakibatkan kematian.

e.         Penularan            Kolera dapat menyebar sebagai penyakit yang endemik, epidemik, atau pandemik. Bakteri vibrio cholerae berkembang biak dan menybar melalui feces (kotoran) manusia, bila kotoran yang mengandung bakteri ini mengkontaminasi air sungai dan sebagainya maka orang lain yang terjadi kontak dengan air tersebut beresiko terkena penyakit kolera itu juga

f.IsolasiUntuk melakukan isolasi dan pemeliharaan vibrio, dapat

menggunakan media Thiosulfate-citrate-bile salts agar (TCBS) yang merupakan media selektif untuk isolasi dan pemurnian Vibrio. Vibrio mampu menggunakan sukrosa sebagai sumber karbon akan berwarna kuning, sedangkan yang lainnya berwarna hijau. Akan tetapi terdapat beberapa mikrob yang juga dapat tumbuh pada media ini, seperti Staphylococcus,Flavobacterium, Pseudoalteromonas, and Shewanella Sedangkan untuk perbanyakan Vibrio, dapat digunakan media Alkaline Peptone Water (APW) yang memiliki pHrelatif tinggi, yaitu berkisar 8.4 dan mengandung NaCl sebesar 1-2%.Adapun pertumbuhan optimum vibrio adalah pada suhu berkisar antara 20- 35oC.

Page 28: Penda Hulu An

g.Uji BiokimiaTeknik yang digunakan dalam identifikasifenotipe V.

cholerae adalah uji lisin dekarboksilase danornitin (arginin) dekarboksilase, oksidase, Kliger Iron Agar (KIA), dan uji indol. cholerae akan menunjukkan hasil positif pada keempat uji biokimia tersebut. Hasil positif untuk uji oksidase dan uji lisin dan arginin dekarboksilase adalah terbentuknya warna ungu tua. Pada uji KIA, tidak terbentuk gas, dengan slant (bagian permukaan media) berwarna merah (bersifat basa) danbutt (bagian dasar media) berwarna kuning (bersifat asam). Untuk uji indol, akan terbentuk warna merah keunguan pada permukaan.

Salah satu hasil pewarnaan gramVibrio (Vibrio cholerae)Vibrio adalah salah satu jenis bakteri yang tergolong dalam kelompok marine bacteria. Bakteri ini umumnya memiliki habitat alami di laut.h.Karakteristik

Secara umum, bakteri vibrio bersifat aerob, tetapi ada pula yang bersifat anaerob fakultatif. Selain itu, vibrio juga bersifat motil karena pergerakannya dikendalikan oleh flagela polar, tergolong bakteri gram negatif dan berbentuk batang yang melengkung (seperti tanda koma).i.Metabolisme

Hasil uji biokimia dari bakteri Vibrio antara lain adalah hasil positif pada uji oksidase dan katalase. Pada uji indol Vibrio menunjukan hasil positif dan bersifatmotil. Selain itu, pada uji fermentasi sukrosa dan manitolbakteri Vibrio juga memberi hasil positif yaitu dapat melakukan fermentasi sukrosa dan manitol, namun pada uji laktosa didapat hasil negatif yaitu tidak dapat memfermentasikan laktosa. Sementara itu, bila diujikan pada media Triple Sugar Iron Agar(TSIA), hasil yang muncul adalah bagian atas (slant) menunjukan warna merah yang berarti bersifat basa, dan bagian bawah (butt) berwarna kuning yang berarti bersifat asam, dan tidak terbentuk H2S. Uji lisin dekarboksilasi terhadap Vibrio juga menunjukkan hasil positif berupa warna ungu, uji NaCl 0% memberi hasil positif berupakekeruhan yang tinggi, NaCl 6% dengan hasil bervariasi, dan NaCl 8 % dengan hasil negatif (kekeruhan rendah). Pada uji arginin dihidrolase dan esculin hidrolisis Vibrio akan memberikan hasil negatif, sedangkan pada uji ornitin dekarboksilase Vibrio akan memberi hasil positif.j.Jenis-jenis

Beberapa jenis spesies vibrio yang ditemukan pada lingkungan perairan yaitu Vibrio alginolyticus, V. damsela, V. charchariae, V.anguilarum, V. ordalli, V. cholerae, V. salmonicida, V. vulnificus, V. parahaemolyticus, V. pelagia, V. splendida, V. fischeridan V. harveyi. Beberapa dari jenis vibrio tersebut umumnya dapat menginfeksi hewan-hewan laut sepertikerang dan ikan sehingga menyebabkan penyakit yang disebut vibriosis.

Page 29: Penda Hulu An

BAB III

PENUTUP

III. 1. Kesimpulan

Staphylococcus aureus,vibrio cholera merupakan jenis bakteri yang patogen pada mata dan

kulit. Dengan adanya makalah ini, penyusun mengharapkan agar pembaca

dapat memahami tentang bakteri yang menjadi patogen pada mata dan

kulit serta dapat juga mengetahui cara pencegahan dan mengobatan jika

terjadi infeksi.

   

DAFTAR PUSTAKA

Jawetz. 1996. Mikrobiologi Kedokteran. EGC: Jakarta.

Page 30: Penda Hulu An

Pelczar, M. 1988. Dasar-Dasar Mikrobiologi. UI Press:Jakarta.

Staf pengajar FK UI. 1994. Mikrobiologi Kedokteran ed. revisi. Penerbit

Binarupa Aksara: Jakarta.

www.wikipedia.org

http://wiki.medpedia.com/Staphylococcus_aureus

http://wiki.medpedia.com/vibrio cholera