pendekatan dakwah dalam negara yang Islam menoriti 4 wilayah (Patani)
Transcript of pendekatan dakwah dalam negara yang Islam menoriti 4 wilayah (Patani)
1. PENGENALAN
Thailand merupakan sebuah negara penganut agama Buddha yang mempunyai jumlah penduduk
Islam yang agak ramai. Ini dapat dilihat daripada sebahagian wilayah di Thailand yang telah
menerima Islam sebagai agama anutan masyarakatnya iaitu wilayah selatan Thailand yang
terdiri daripada Patani, Yala, Narathiwat dan Satun. Wilayah-wilayah ini memainkan peranan
yang penting di dalam usaha penerimaan Islam di rantau ini. Walaupun penduduk di sini terdiri
daripada kalangan orang Melayu dari segi budaya dan etnik, disini akan menjelaskan kedatangan
Islam di Patani yang majoriti orang Islam dan juga meninjau sejarah perkembangan dakwah
yang telah diusahakan oleh beberapa institusi-institusi tradisional dahulu. Seterusnya, akan
memperincikan kebangkitan gerakan dakwah di Patani.
2. Sejarah Patani (Langkasuka)
Negeri Patani memiliki sejarah yang cukup lama, jauh lebih lama daripada sejarah negeri-negeri
di Semenanjung Melayu seperti Malaka, Johor dan Selangor. Sejarah lama Patani merujuk
kepada kerajaan Melayu tua pengaruh Hindu-India bernama Langkasuka sebagaimana dikatakan
oleh seorang ahli antropologi sosial di Prince of Songkla University di Patani, Seni Madakakul
bahwa Langkasuka itu terletak di Patani. Pendapat beliau ini didukung oleh ahli sejarawan
lainnya seperti Prof. Zainal Abidin Wahid, Mubin Shepard, Prof. Hall dan Prof. Paul Wheatly.
Lebih jauh bahkan Sir John Braddle menegaskan bahwa kawasan timur Langkasuka
meliputi daerah pantai timur Semenanjung, mulai dari Senggora, Patani, Kelantan sampai ke
Trengganu, termasuk juga kawasan sebelah utara negeri Kedah (M. Dahlan Mansoer, 1979).
Dalam buku sejarah negeri Kedah, Hikayat Merong Mahawangsa, ada menyebutkan
bahwa negeri Langkasuka terbagi dua: Sebagian terletak di negeri Kedah yaitu terletak di
kawasan tebing sungai Merbok. Sebagian lainnya terletak di sebelah timur Kedah, yaitu di
pantai Laut China Selatan. Dalam hal ini Prof. Paul Wheatly tanpa ragu mengatakan bahwa
Langkasuka terletak di Patani sekarang. Pendapat beliau dikuatkan dengan temuan kepingan
batu-batu purba peninggalan kerajaan Langkasuka di daerah Jerang dan Pujud (nama-nama kota
pada masa itu). Konon, menurut buku Negarakertagama, Jerang atau Djere merupakan ibukota
Langkasuka.
1
2
Sedangkan asal muasal orang Patani menurut para antropolog berasal dari suku
Javanese-Malay. Sebab ketika itu suku inilah yang mula-mula mendiami Tanah Melayu.
Kemudian berdatangan pedagang Arab dan India yang melakukan persemendaan sehingga
menurunkan keturunan Melayu Patani di selatan Thai sekarang.
Tanah Melayu telah didatangi pedagang dari Arab, India dan China sejak sebelum
masehi. Seorang pengembara China menyebutkan bahwa ketika kedatangannya ke Langkasuka
pada tahun 200 masehi, ia mendapati negeri itu telah lama dibuka.
2.1. Pengaruh Sriwijaya
Sebelum menjadi negeri Islam, Patani (baca: Langkasuka) dikenal sebagai kerajaan Hindu
Brahma. Rajanya yang terkenal adalah Bhaga Datta (515 M) yang berarti "pembawa kuasa".
Ketika kerajaan Sriwijaya di nusantara berhasil menaklukkan Ligor (sekarang Nakorn Sri
Thamarat di Thailand) pada 775 M dan kemudian mengembangkan kekuasaannya ke selatan
(Patani), mulailah penduduk Patani meninggalkan agama Hindu dan memeluk Budha. Sebuah
berhala Budha zaman Sriwijaya yang ditemui dalam gua Wad Tham di daerah Yala
membuktikan pertukaran agama di atas.
Di bawah pemerintahan Sriwijaya inilah Patani mulai menapaki kemajuan, ramai dan
terkenal. Hasil negeri Patani pada waktu itu banyak berupa pertanian dan perniagaan. Beberapa
pengetahuan bernilai seperti teknik membajak dan berdagang diterima oleh orang Patani dari
orang Jawa. Diyakini juga bahwa kerajaan Sriwijaya inilah yang membawa dan
mengembangkan bahasa Melayu ke Patani.
Besarnya upeti yang diberikan setiap tahun ke kerajaan Sriwijaya menunjukkan bahwa
Patani ketika itu kaya dan makmur.
3. Model dan Metode Dakwah di Patani
Patani sebelumnya dikenal dengan sebuah negara yang beragama Budha yang di bawa oleh Raja
Sriwijaya, akhirnya Patani menjadi negara Islam yang sangat maju pada zaman itu. Kedatangan
Islam ke Patani secara tepat adalah sukar untuk diperjelaskan. Ini disebabkan terdapat banyak
pendapat dari kalangan sejarawan yang memberikan alasan mereka tersendiri. Namun begitu,
3
apa yang pasti, apabila kita membincangkan kedatangan Islam ke Patani terdapat beberapa
tahapan dakwah yang di kembangkan dalam negara Patani ini, dapat dibagi dakwah di Patani
kepada tiga model. Pertama model dakwah Islamisasi Patani, kedua model mengembangkan
dakwah Islam di Patani dan ketiga model dakwah membangkitkan Islam di Patani.
3.1. Model Dakwah Islamisasi Patani
Tidak diketahui pasti bila Islam bertapak di Patani, namun kalau dilihat kebanyakan. karya
sastra sejarah dan merujuk kepada Teeuw dan Wyatt, juga W.K Che Man maka dapat
diperkirakan bahwa Patani menjadi negeri Islam pada 1457 M. (Martinus Nijhoff, 1970).
3.1.1 Sejarah Islamisasi Patani
Masuknya Patani kedalam Islam ibarat sebuah "dongeng", namun itulah adanya, seperti
tertulis dalam buku-buku sejarah. Kedatangan Islam ke Patani tidak diketahui secara tepat.
Dalam sejarah negeri Kelantan, dikatakan bahawa kira-kira pada tahun 1156M, seorang dari
Patani datang menyebarkan Islam ke Kelantan. Ini menunjukkan bahawa Islam telah
mempengaruhi Patani terlebih dahulu. Setelah Islam bertapak lebih dari 300 tahun di Patani oleh
rakyat jelata barulah Raja Patani memeluk Islam. Dikisahkan pada waktu itu Patani
(Langkasuka) diperintah oleh raja Phya Tu Nakpa. Raja dikabarkan menderita sakit yang tak
kunjung sembuh. Beliau mendengar ada seorang tabib, syeikh Said, seorang Muslim, yang
mampu menyembuhkan sakitnya. Tabib tersebut sanggup berobat penyakit sang Raja asal
dengan syarat jika sembuh dari sakitnya maka Raja harus memeluk Islam. Namun Raja Phya Tu
Nakpa ingkar janji setelah sembuh. Akhirnya Raja sakit kembali. Kejadian ini terulang sampai
tiga kali. Pada kali ketiga inilah Raja bertaubat, ia tidak akan memungkiri janjinya lagi.
Setelah Raja sembuh dari sakitnya, beliau bersama keluarga dan pembesar istana
memeluk Islam. Raja Phya Tu Nakpa berganti nama menjadi Sultan Ismail Shah. Sejak saat itu
mulailah Islam berkembang dan pengaruh Hindu-Budha mulai berkurang, lemah dan akhirnya
hilang dari Patani.
Sultan Ismail Shah (Raja Phya Tu Nakpa) diketahui juga sebagai pengasas negeri Patani.
Beliaulah yang mengganti nama kerajaan lama menjadi Patani yang berarti "Pantai Ini". Karena
beliau secara kebetulan menemukan suatu tempat yang indah dan ideal untuk dijadikan negeri di
4
tepi pantai. Riwayat lain mengatakan Patani berasal dari kata "Pak Tani". Yaitu pemilik pondok
(seorang petani garam) ditepi pantai yang ditemui oleh Raja ketika beliau bepergian mencari
lokasi negeri baru. (Ibrahim Shukri, tanpa tahun)
Setelah berpindah ke Patani, Patani menjadi lebih ramai dan oleh karena lokasinya yang
baik, tempat baru ini menjadi makmur dan mewah. Patani menjadi pusat daya tarik pedagang-
pedagang dari timur seperti Jepang, China, Siam dan Eropah. Tercatat pada 1516 kapal dagang
Portugis singgah pertama kalinya di pelabuhan Patani. Pinto, seorang saudagar dan penjelajah
asal Portugis menyatakan: "Pada masa saya datang ke Patani dalam tahun itu saya telah
berjumpa hampir-hampir 300 orang Portugis yang tinggal di dalam pelabuhan Patani. Selain dari
Portugis didapati juga bangsa-bangsa timur seperti Siam, China dan Jepang. Orang-orang Jepang
besar juga perniagaannya di pelabuhan ini."
Metode yang di pakai dapa model ini adalah pertama seraca sembunyi, yaitu cara
berdakwah seperti dengan dakwah Rasulullah s.a.w. pada awal beliau menerima wahyu.
Demikian juga dengan di Patani para di’i berdakwah kepada rakyat Patani dan mengislamkan
rakyat selama kurang lebih 300 tahun dan ibadah mereka pada ketika itu bersembunyi-
sembunyi. Kedua secara terangan, yaitu setelah Raja berjaya masuk Islam barulah semua di
Patani memeluk Islam dan akhirnya Raja istiharkan Islam sebagai agama rasmi di Patani.
3.1.2. Kejayaan dan Keruntuhan
Patani mencapai zaman keemasannya ketika diperintah oleh empat orang Ratu yaitu Ratu Hijau
(1584-1616), Ratu Biru (1616-1624), Ratu Ungu (1624-1635) dan Ratu Kuning (1635-1651).
Patani pada zaman Ratu-ratu sangat makmur dan kaya. Kekuasaannya meluas hingga ke
Kelantan dan Trengganu sehingga terkenal dengan sebutan Negeri Patani Besar. Kecuali Johor,
tidak ada negeri lain di belahan timur Semenanjung Melayu yang memiliki kemakmuran dan
kekuatan sehebat Patani kala itu.
Kekuatan negeri Patani tergambar dari kemampuannya mematahkan empat kali serangan
kerajaan Siam pada 1603, 1632, 1634 dan 1638. Patani memiliki 3 buah meriam besar yang
sangat masyhur yaitu Seri Negara, Seri Patani dan Mahalela. Mampu mengerahkan 180.000
5
pasukan siap tempur dan diperkuat oleh sebuah benteng yang tidak kalah terkenalnya yakni
Benteng Raja Biru.
Sayang, masa kejayaan ini hanya bertahan 67 tahun. Ketika Ratu Kuning meninggal
pada 1651, Patani mengalami proses kemerosotan secara politik, militer dan ekonomi. Patani
hanya mencatat kemajuan ketika dipimpin oleh Raja Sakti I dan Raja Bahar yang mampu
menyatukan Senggora (Songkla) dan Pethalung.
Pada akhir abad ke-17 ini, Patani mulai kehilangan era keemasannya. Tidak adanya
peperangan dengan Siam, yang merupakan musuh tradisi bersama, sampai menjelang
kejatuhannya (hampir satu abad) menyebabkan negeri Patani Besar yang tadinya bersatu
(meliputi Kelantan, Trengganu, Patani Awal, Senggora dan Pethalung), perlahan-lahan mulai
memisahkan diri. Perang yang terakhir yang melibatkan Patani - Siam terjadi pada 1638. Sejak
tahun itu tidak ada lagi peperangan di antara kedua negara.
Malang bagi Patani, kerana hampir bersamaan dengan kemerosotan ini, Siam, di bawah
pimpinan Panglima Chakri bangkit kembali dan berhasil mengusir Burma dari seluruh negeri.
Sehingga ketika Patani lengah dan lemah, Siam berhasil menaklukkannya pada 1785. Maka
mulai tahun inilah, Patani berada dalam cengkeraman Siam. Bahkan pada 1909, lewat Perjanjian
Bangkok antara Inggeris-Siam, Patani akhirnya terserap menjadi wilayah "rasmi" Siam yang
kemudian merubah namanya menjadi Thailand sampai sekarang ini. Maka terlekatlah pada
rakyat Patani sampai saat ini dengan kata "Orang Sakit di Semenanjung Melayu".
3.2. Model Mengembangkan Dakwah Islam di Patani
Apa yang perlu kita lihat disini ialah kejayaan para ulama ini dalam menyampaikan dan
mengembangkan dakwahnya sehingga seluruh Alam Melayu atau Nusantara dapat diIslamkan.
Dakwah yang mereka bawa bukannya dengan pedang tetapi dengan kebijaksanaan. Mereka
begitu dihormati sehingga orang Melayu yang kuat berpegang pada agama Hindu dan Buddha
telah berjaya diIslamkan. Bukan sekadar rakyat jelata tetapi juga di kalangan raja-raja.
Islam dapat mengembangkan di Patani oleh sebab banyaknya para ulama-ulama dan
kitab-kitab karangan mereka adalah sejajar dengan peranan Patani sebagai pusat tamadun
kesusasteraan Islam menjelang akhir abad ke 18 dan awal abad ke-19. Penerimaan Islam dan
peningkatan tamadun telah menjadikan Patani lebih sedar akan kepentingan nilai
6
keintelektualan. Konsep belajar terutamanya tentang fardhu ain dan kifayah telah wujud melalui
institusi seperti pondok, surau, madrasah dan masjid. Secara khususnya, institusi pondok lebih
mendapat sambutan dan perhatian daripada umat Islam untuk mendalami dan mempelajari ilmu-
ilmu Islam. Para ulama Patani telah mengambil langkah mempergiatkan lagi perkembangan
Islam dan menyampaikannya ke seluruh Asia Tenggara.
Hasil dari dakwah mereka, maka lahirlah ulama-ulama yang berwibawa sehingga orang
Melayu amat cinta kepada Islam dan menjadi bangsa yang dihormati. Ulama-ulama seperti:
Syeikh Daud Abdullah al-Fatani (di lahirkan di kampung Bendang Gucil, Parit Marhum,
Gerisik, Patani pada 1131H/ 1721M), Syeikh Wan Ahmad bin Mohamad Zain al-
Fatani(dilahirkan pada tahun 1272 H/ 1856 di kampung Jambu, Patani), Syeikh Zainal Abidin
al-Fatani, Hj. Wan Ahmad Wan Idris (di lahirkan pada 1874 dikampung Binjai dan
meninggal dunia pada 1957), Tuan Guru Hj. Sulong Abdul Kadir (dilahirkan pada tahun 1895
di Kampung Anak Ru iaitu sebuah kampung yang terletak di Patani), Tuan Guru Hj. Embong
dan sebagainya telah berjaya menyuburkan ruh Islam dalam masyarakat Melayu(Mohd Zamberi
Abd. Malek, 1994: 113). Amalan kerohanian dan keagamaan bukan sahaja hidup di kalangan
rakyat, malah pemerintah dan ulama bergandingan memerintah negeri.
3.2.1. Institusi Pondok
Pondok sebagai institusi pendidikan Islam yang penting di tengah-tengah masyarakat. Ianya
bertindak sebagai pembina dan pembimbing masyarakat ke arah kemajuan, baik melalui
kegiatan pengajaran mahupun kegiatan sosial. Dengan itu, institusi pondok banyak sekali
membawa pengaruh dalam kehidupan masyarakat baik dalam pola berfikir mahupun perilaku
dalam berbagai-bagai aspek kehidupan masyarakat. Pengaruh pondok sangat besar dalam
kehidupan masyarakat Islam ketika itu sehingga dapat membentuk nilai-nilai yang dianuti
masyarakat. Pendapat pimpinan pondok iaitu tok guru didengar dan dihormati oleh masyarakat.
Pengaruh tok guru tidak hanya terbatas kepada para pelajarnya sahaja tetapi juga kepada
masyarakat kerana pada hari-hari tertentu tok guru akan mengadakan kegiatan pengajiannya
untuk masyarakat umum baik di pondoknya atau di luar kawasan (Abdul Latif Hamidong, 1989:
787). Selaras dengan perubahan zaman, institusi pengajian pondok di Patani juga telah berubah.
Secara umumnya sistem pengajian pondok telah dibahagikan kepada dua sistem pondok iaitu
dalam bentuk tradisional dan sistem pondok dalam bentuk moden.
7
3.2.1.1. Sistem Pondok Bentuk Tradisional
Pondok tradisional biasanya terletak di kawasan pedalaman, di mana tanah untuk mendirikan
pondok itu sebahagiannya adalah milik tok guru dan ada juga yang dibeli oleh masyarakat dan
kemudian menyerahkan kepada tok guru untuk dibangunkan. Sistem pendidikan pondok di
dalam bentuk tradisional pada asasnya tidak mempunyai kurikulum yang jelas. Ianya tidak ada
jangka masa tertentu dan tidak ada sistem ujian secara bertulis. Tok guru sebagai pemimpin
tertinggi. Beliau akan mengadakan penilaian secara keseluruhan terhadap anak muridnya iaitu
dari segi pelajaran, akhlak, tingkahlaku sehari-hari dan amal ibadah harian. Murid yang
mendapat penilaian yang baik akan disuruh mengajar kelompok kecil sebagai kepala untuk
mentelaah. Sistem pengajarannya pula tidak berkelas. Biasanya Tok guru sendiri akan mengajar
kitab yang berbahasa Arab yang dikarang oleh ulama-ulama Islam (Ibid: 778). Contoh pondok
bentuk ini adalah seperti pondok Tok Raja Haji, Bandar, Jakar, Bendang Ghucil, Dala, Mak
Unggul, Pusan, Bendang Kebun, Tok Bermij dan sebagainya lagi.
3.2.1.2. Sistem Pondok Bentuk Moden
Pondok dalam bentuk moden bermaksud institusi pondok yang sistem pengajarannya diatur
secara berkelas dan mempunyai tahap pendidikan yang sesuai dengan tingkat kecerdasan para
pelajar. Umumnya, pelaksanaan sistem ini mempunyai kesamaan dengan sistem pengajaran di
sekolah formal iaitu mempunyai kurikulum dan jadual pengajaran yang jelas. Institusi pondok
yang menerapkan sistem jenis ini sering disebut madrasah. Sistem madrasah yang pertama
dilaksanakan di pondok Kerisik dan mendapat sambutan hangat dari kalangan penduduk.
Seterusnya ia mulai diterapkan di Patani sekitar tahun 1945. Sistem pentadbiran di institusi
pondok dalam bentuk madrasah ini diatur dengan begitu rapi. Ianya memerlukan tenaga
pengajar yang lebih besar sesuai dengan kelas yang ada pada pondok berkenaan. Pembahagian
kerja dilaksanakan dan tanggungjawab diberi secara teratur. Oleh itu, tok guru di pondok dalam
bentuk madrasah tidak lagi berfungsi sebagai penguasa tunggal. Polisi dan ketentuan pondok
pada umumnya diputuskan dalam bentuk musyawarah.
Terdapat beberapa tingkat pendidikan yang diterapkan di pondok moden (madrasah) di
Patani. Peringkat pertama dikenali sebagai Ibtidaiah. Peringkat ini merupakan tingkat yang
pertama. Lama masa belajarnya tidak sama di antara satu kelas dengan kelas yang lain. Ada
yang menentukan sampai enam tahun dan ada yang menentukan hampir empat tahun sahaja.
8
Peringkat kedua ialah Mutawassitoh. Tingkat ini merupakan tingkat kedua. Masa belajar di
tingkat ini ialah tiga tahun. Peringkat ketiga ialah Tsanawiyah. Tingkat ini merupakan tingkat
tertinggi dan terakhir di institusi pendidikan pondok. Jangka masa belajarnya ialah tiga tahun
(Mohd Zamberi Malik, 1994: 99). Contoh pondok yang pernah wujud dalam bentuk ini ialah
Madrasah al-Wataniah, Madrasah al-Thanawiah al-Khairiah al-Islamiyyin, Madrasah Bicthat
al-Diniah, Maahad Dar- al-Maacrif dan sebagainya.
3.2.2. Institusi Masjid
Sesuatu hal yang tidak dinafikan bahawa, wujudnya masyarakat Islam di sesuatu kawasan
serentak dengan wujudnya masjid untuk mengembangkan Islam kepada masyarakat. Begitulah
halnya di Patani. Masjid yang terawal ialah masjid Wadil Hussain Teluk Mana’ yang terletak di
kampung Teluk Mana’ wilayah Narathiwat yang didirikan sekitar tahun 1401 H. Menurut Hj.
Tohming Ahmad (2000), di wilayah Patani, terdapat lebih daripada 100 buah masjid yang boleh
didapati di empat wilayah yang majoritinya umat Islam ini.
Masjid juga memainkan peranan penting dalam pendidikan. Ini dapat dilihat di mana dalam
sistem pendidikan Islam di Patani boleh dipecahkan kepada dua bentuk iaitu sistem
persekolahan dengan menekankan aspek pendidikan agama di sekolah yang dipelajari di masjid.
Bagi pendidikan kanak-kanak Muslim pula ianya sama seperti sekolah biasa cuma mengambil
masa dua hari saja iatu hari Sabtu dan Ahad, kanak-kanak perlu menghadiri kelas agama di
masjid. Walaupun begitu masa yang diperlukan untuk mengajar pendidikan agama seperti
Bahasa Arab, pengajian al-Quran, dan teknik sembahyang yang betul (fardhu ain) diperuntukkan
masa yang begitu singkat dalam seminggu.
3.3. Model Dakwah Membangkitkan Islam di Patani
Negara yang sudah berdaulat dan menjalankan hukum Islam kini sudah tidak ada lagi nama itu,
malangnya hukum Islam yang sudah menjadikan hukum tata negara sekarang hilang dan lenyap
yang ada sekarang ini hanya hukum buatan manusia. Oleh itu, munculah gerakan kemerdekaan
dan dakwah sebagaimana yang diketahui dakwah dalam konteks sebuah negara yang inginkan
kebebasan perjuangan rakyat ditumpukan kepada gerakan menuntut kemerdekaan dari penjajah.
Umat Islam khususnya di Patani terlibat secara langsung dalam gerakan berkenaan di samping
kemudiannya turut memainkan peranan dalam gerakan dakwah semasa yang menumpukan
9
aspek dakwah secara harmoni dan aman. Antara gerakan kemerdekaan yang sudah ada di Patani
sebagai berikut.;
3.3.1. Gerakan Rakyat Patani
Gerakan ini diasaskan oleh golongan elit agama yang dipelopori oleh Haji Sulong Abdul Kadir
(Presiden Majlis Ehwal Islam Wilayah Patani dan seorang guru agama yang terkenal). Gerakan
kali ini menandakan satu perubahan yang penting kerana dipimpin oleh bekas aristokrat.
Pada 3 April 1947, Gerakan Rakyat Patani (GRP) di bawah pimpinan Haji Sulong
mengemukakan beberapa tuntutan kepada kerajaan Luang Thamrong. Matlamat yang paling
utama adalah untuk menentukan dasar bagi negeri melayu Patani otonomi yang mengandungi
empat wilayah antara penuntukan yang di oleh Haji Sulung tujuh perkara adalah;
1. Perlantikan seorang individu sebagai wakil kerajaan Siam yang berkuasa penuh untuk
mentadbir keempat-empat buah wilayah tersebut, iaitu Patani, Yala, Narathiwat dan
Setul dan mempunyai kuasa memecat, menggantung atau mengganti pegawai-pegawai
kerajaan. Individu ini hendaklah dilahirkan di salah satu daripada keempat-empat buah
wilayah tersebut dan perlantikannya hendaklah dengan persetujuan para penduduk di
wilayah-wilayah tersebut.
2. Lapan puluh peratus daripada pegawai kerajaan yang akan berkhidmat di wilayah-
wilayah tersebut mestilah beragama Islam.
3. Bahasa Melayu dan bahasa Siam hendaklah dijadikan sebagai bahasa rasmi.
4. Bahasa Melayu hendaklah dijadikan bahasa pengantar di sekolah-sekolah rendah.
5. Undang-undang Islam hendaklah diiktiraf dan dikuatkuasakan di mahkamah Syariah.
6. Kesemua hasil dan pendapatan yang diperoleh daripada keempat-empat buah wilayah
itu hendaklah digunakan di wilayah yang berkenaan.
7. Pembentukan sebuah badan yang mempunyai kuasa penuh untuk mengurus kesemua
hal-ehwal orang Islam yang berada di bawah tanggungjawab Ketua Negeri
(Muhammad Kamal K. Zaman 1996, 17).
Pada 9 September telah berlaku satu pergolakan di mana beberapa anggota polis telah
bertindak membakar beberapa buah rumah yang menyebabkan seramai 40 orang keluarga
kehilangan tempat tinggal.
10
Pemberontakan kian panas ekoran daripada penangkapan Haji Sulong dan beberapa
orang pengikutnya dengan membunuh seramai lapan orang anggota polis oleh masyarakat
Melayu Muslim pada bulan Februari. Keadaan semakin bertambah buruk apabila
pemberontakan kali ini berlaku di Kampung Dusung Nyior Narathiwat. Dalam pada ini ratusan
terkorban dan ada yang lari ke Malaya.
Lantaran daripada ini seramai lebih kurang 2000 orang Melayu Muslim telah
menandatangani satu rayuan meminta Bangsa-bangsa bersatu mempengerusikan penyerahan
Patani dan penyatuannya dengan Malaya. Bangkok akhirnya telah mengisytiharkan darurat dan
menghantar askarnya ke Narathiwat dengan alasan untuk membanteras komunis. (Farid Mat
Zain et. al., 1998: 14-15).
3.3.2. Gabungan Melayu Patani Raya (GEMPAR)
Ditubuhkan pada 5 Mac 1948 di Kota Bharu, Kelantan. Istiadat penubuhan GEMPAR telah
disempurnakan pada hari Jumaat bertempat di Madrasah Muhammadiah, Majlis Ugama dan
Istiadat Melayu Kelantan. Ia dihadiri oleh tidak kurang dari 200 orang Melayu anak bumi dan
keturunan Patani serta orang-orang Kelantan. Yg. Mulia Tengku Ismail bin Tg. Nik telah dipilih
menjadi Yang Dipertua GEMPAR yang pertama. Beliau dibantu oleh dua orang Naib Yang
Dipertua iaitu YM Tengku Abdul Jalal bin Tengku Abdul Muttalib dan Nik Mahmud bin Hj,
Abdul Majid (Ahmad Fathy al-Fatani 1994: 101-103). Antara tujuan utama GEMPAR
ditubuhkan berdasarkan manifestonya ialah:
1. Hendaklah menyatukan empat wilayah iaitu Patani, Yala, Narathiwat dan Setun
sebagai satu negara Melayu dan Islam serta melepaskan kaum Melayu yang ada di
dalam empat wilayah itu daripada kehinaan, kepicitan, ketindihan, keperahan dan
keaniayaan atas diri masing-masing bangsa dan ugama.
2. Mengadakan pemerintahan di dalam negeri yang bersesuaian dengan kemahuan dan
pendirian kebangsaan Melayu dan adat resam Melayu dan ugama Islam.
3. Meninggikan taraf bangsa Melayu dan mutu kehidupan anak-anak negeri supaya tiap-
tiap seorang dan sekalian dapat setinggi-tinggi sifat kemanusiaan, keadilan, kebebasan
dan ilmu pelajaran yang bersesuaian dengan masa dan tamadun sekarang.
11
3.3.3. Barisan Revolusi National (BRN)
Gerakan ini ditubuhkan pada tahun 1960 yang kini genap 48 tahun penubuhan gerakan itu.
Gerakan ini dipimpin oleh Ustaz Abdul Karim Hassan, beliau adalah bekas seorang guru agama
yang meninggalkan pekerjaan kerana menyahut seruan perjuangan Islam. Pertubuhan parti BRN
ini atau dipanggil; puak B mendapat sokongan dari penduduk luar Bandar. Puak ini dikatakan
berjuang berasaskan ideologi Nationalisme-Islamisme-Sosiolisme yang dikatakan konsepnya
sama dengan Parti Rakyat Malaysia. Tuntutan kemerdekaan pertubuhan yang agresif ini
meliputi wilayah-wilayah Patani, Yala, Narathiwat, Setun dan sebahagian dari Songkhla yang
didiami oleh penduduk keturunan Melayu. Lokasi perjuangan pertubuhan Melayu Patani ini
rata-rata bertempat di daerah Bendang Setar, Sebayui dan di kawasan pendalaman wilayah
Narathiwat. BRN merupakan sebuah organisasi yang mempunyai susunan pentadbiran yang
cukup teratur.
Bagi mencapai hasrat memerdekakan Patani, wakil BRN pernah mencabar kerajaan Thai
supaya mengadakan perundingan secara diplomasi ke arah penyelesaian. Perundingan ini dibuat
sama ada bertempat di Libya atau Australia yang akan membawa suasana cerah bagi kedua
belah pihak. Maka peluang keemasan yang ditawarkan ini ditolak begitu sahaja oleh pihak
berkuasa Bangkok, maka kekacauan akan terus berlaku di Selatan Thai. Bagi membendung
gerakan revolusi tersebut, kerajaan Thai telah melakukan penangkapan dan pembunuhan ke atas
orang-orang Melayu Patani dengan menggunakan alasan mereka sebagai anggota komunis. Di
samping itu, tentera-tentera Thai bertindak memberkas guru-guru agama, alim ulama dan
menutup sekolah-sekolah agama yang disyaki mengajar tentang pemisahan wilayah Patani. BRN
menafikan bahawa mangsa-mangsa tersebut sebagai anggota komunis tetapi mereka adalah
orang-orang Melayu Patani yang sedang memikul senjata membebaskan tanah air dari
penjajahan Thai.
3.3.4. Patani United Liberation Organization (PULO)
PULO merupakan pertubuhan induk yang terbesar dan paling popular. Ditubuhkan di India pada
22 Jan 1968 oleh Tengku Bira Kotanila (Kabir Abd. Rahman), seorang siswazah Aligar
University India (Ahmad Fathy al-Fatani, 1994: 128). Antara matlamat penubuhan PULO ialah
memperjuangkan kemerdekaan mutlak demi mewujudkan sebuah negara-Melayu Islam yang
berdaulat.
12
Ibu pejabat kumpulan ini adalah berpusat di Mekah. Pertubuhan ini bertanggungjawab
membawa masalah minoriti Islam Patani ke Persidangan Islam Antarabangsa (OIC). Bagi
memperkemaskan gerakan tersebut organisasi turut menyediakan tempat bahan bacaan dalam
program pendidikan para anggotanya. Beberapa orang tenaga pengajar menjadi jurulatih
bahagian politik di markas bagi membincangkan muslihat dan taktik perjuangan perang gerila
mengikut perkembangan di Vietnam, Algeria dan lain-lain (Mohd Zamberi A. Malek, 1993:
325). Apa yang pasti perjuangan PULO adalah berbentuk militer. Menurut Surin Pitsuwan
(1984: 180), PULO memiliki pasukan militernya yang paling terlatih dan paling baik
kelengkapannya berbanding pemisah Patani yang lain.
PULO juga sering mendapat bantuan dan pengiktirafan dari luar. Mereka mendakwa
telah banyak menerima bantuan politik dan ketenteraan dari negara Arab Syiria dan Libya.
Sebagai contohnya, pertubuhan tersebut pernah menerima USD18 juta sekitar tahun 1978-1979.
3.3.5. Barisan Nasional Pembebasan Patani (BNPP)
Sebuah pertubuhan yang sering dikaitkan dengan nama Bukit Budor, iaitu salah sebuah banjaran
besar dalam wilayah Narathiwat, kerana dipercayai tempat tersebut menjadi markas pertubuhan
ini. BNPP didirikan di Malaysia pada 20 Mei 1972. Antara pemimpin mereka yang terkemuka
ialah Bapak Idris @ Pak Yeh, Che Gu Umar, Tg. Jalal, YM Tg. Sulaiman bin Tg. Mahmud
Mahyiddin, Izzudin bin Abd. Rahman dan lain-lain tokoh lagi.
Matlamat utama BNPP ialah untuk memulihkan kedudukan lama Patani di bawah kesultanan
Melayu dengan status sebuah ‘negeri ekonomi’ di dalam Persekutuan Malaysia. Pada tahun
1986, sesuai dengan perkembangan mutakhir dunia Islam, BNPP merasa perlu berubah nama
kepada Barisan Islam Pembebasan Patani (BIPP) melalui satu persetujuan yang dicapai dalam
satu perhimpunan agong tahunannya (Ahmad Fathy al-Fatani, 1994: 130).
Piagam BNPP terkandung dalam 5 resolusi yang penting dan ianya mewakili suara umat
Islam Patani iaitu:
1. Angkatan tentera Nasional adalah sebagai angkatan tentera rakyat Patani yang berjuang
kemerdekaan dan tidak melakukan perkara-perkara yang tidak adil atau menghina
kaum wanita dan kanak-kanak.
13
2. Tidak akan melakukan rompakan harta benda, membuat kebinasaan atau mengganggu
mata pencarian rakyat yang sah mengikut undang-undang sejajar dengan prinsip ajaran
Islam
3. Menghormati adat resam ataupun cara hidup rakyat serta memberi kerjasama terhadap
mereka.
4. Berjuang dengan gagah berani di samping menghormati lunas-lunas perjuangan
5. Segala keputusan mesyuarat hendaklah mengikut suara terbanyak.
3.3.6. Pergerakan Mahasiswa Selatan
Terdapat segelintir mahasiswa khususnya universiti di Bangkok yang terasa bertanggungjawab
untuk menegakkan keadilan khususnya di Patani. Ekoran daripada ini mereka cuba untuk
bergerak berdasarkan lunas-lunas demokrasi kerana kerajaan ketika ini mengamalkan
pemerintahan bercorak sedemikian dengan membentuk wadah perjuangan yang dinamakan
sebagai kumpulan Klum Naksuksa Muslim Pak Thai (Kumpulan Mahasiswa Selatan) atau
panggilan popularnya ialah Klum Selatan (Kumpulan Selatan). Penubuhan kumpulan adalah
bertujuan:
1. Berusaha menegakkan keadilan bagi rakyat di 4 wilayah Selatan.
2. Menjadi pusat pertemuan bagi para mahasiswa Islam Selatan di Bangkok.
3. Memberi bimbingan dan petunjuk kepada para mahasiswa daripada selatan yang baru
datang ke Bangkok.
4. Menegak cita-cita Islam di kalangan mahasiswa baru di Bangkok.
5. Menyebarkan ideologi demokrasi dan menangani permasalahan masyarakat Islam di
Selatan.
Disebabkan mereka ini bergerak mengikut landasan undang-undang demokrasi
pergerakan ini mampu membuat satu pertemuan penting antara wakil-wakil masyarakat Islam
dari Selatan dengan Sanya Tammasak, Perdana Menteri Thailand pada 19 ogos 1974. Pertemuan
ini memberi satu kesan yang positif dalam mewujudkan persefahaman antara masyrakat Islam
dan kerajaan pusat serta memberi kesempatan kepada masyarakat Islam untuk membuat aduan
secara langsung kepada Perdana Menteri khususnya mengenai kezaliman, keganasan, dan
ketidakadilan pegawai kerajaan tempatan (Ahmad Omar Chapakia, 2000 : 158-160).
14
3.3.7. Majlis Agama Islam
Majlis Agama Islam wilayah Patani ditubuhkan pada tahun 1940, yang mana pada waktu itu
alim ulama di dalam wilayah Patani merasa bertanggungjawab di atas apa-apa perkara yang
timbul dan berlaku di dalam wilayah Patani. Oleh kerana tidak ada sesuatu badan pun yang
bertanggungjawab berkenaan dengan urusan hal ehwal agama Islam seperti Wali al-Amr dan
Qadi. Dengan demikian alim ulama di dalam wilayah Patani dengan sebulat suara bersetuju
menubuhkan pejabat agama Islam dan sekaligus berfungsi sebagai pejabat Qadi al-Syarci di
dalam hal mengurus dan mengawal orang-orang Islam di dalam wilayah Patani. Maka pada
tahun 1940, tertubuhlah pejabat Majlis Agama Islam Patani dan dilantik al-Marhum Tuan Guru
Hj. Muhammad Sulong b. Hj. Abdul Qadir Tukmina salah seorang ulama terkemuka pada waktu
itu menjadi Yang Dipertua Majlis Agama Islam dan merangkap sebagai Qadi al-Syarci al-
Dharuri wilayah Patani. Di dalam majlis tersebut terdapat berbagai badan yang berfungsi untuk
menggerakkan fungsi majlis tersebut seperti (Risalah Pengenalan Ringkas Majlis Agama Islam
Patani T.th:1-6):
1. Lajnah al-Ulama
Adalah sebuah badan yang berdikari, dipilih oleh Majlis Agama Islam wilayah Patani
sebagai penasihat memfatwa hukum-hakam agama Islam kepada masyarakat Islam di
dalam wilayah Patani yang terdiri daripada para ulama yang berjumlah seramai 23 orang.
2. Badan Kewangan
Adalah sebagai badan yang mengatur hal ehwal kewangan majlis dan bertanggungjawab di
dalam harta benda majlis dan Baitulmal di dalam wilayah patani.
3. Badan Ekonomi
Sebuah badan yang menjalankan hal ekonomi majlis dengan mengatur dan menyusun hal
ekonomi, membuat perhubungan dengan setiap lapisan baik di dalam mahupun diluar
negeri untuk mendapat bantuan kewangan, mengadakan koperasi (bank Islam) di dalam
wilayah Patani, menyiasat harta-harta anak-anak yatim dan harta-harta yang tidak
berwaris.
15
4. Badan Pelajaran
Adalah sebuah badan yang mengatur di dalam hal mata pelajaran kepada sekolah-sekolah
taman fardu ain dan sekolah-sekolah orang dewasa yang mengajar di masjid-masjid dan
sekolah-sekolah agama yang ada di dalam wilayah Patani, termasuk juga pondok-pondok
dengan memberi layanan dan membuat perhubungan kepada pelajar-pelajar yang akan
menyambung pelajaran di luar negara dan memberi pengakuan dan jaminan kepada guru-
guru yang akan mengajar pelajaran agama Islam di dalam wilayah Patani, dan mengawal
mata pelajaran agama Islam yang diajarkan di dalam sekolah rendah kerajaan di dalam
setiap buah kampung.
5. Badan Dakwah
Adalah sebuah badan yang mengatur di dalam hal ehwal dakwah seperti mengeluarkan
khutbah-khutbah Jumaat dan majalah bulanan untuk disebarkan kepada setiap buah masjid,
mengadakan siaran syarahan agama melalui radio tempatan di dalam bulan puasa,
menyusun pelajaran agama melalui radio, menyediakan pendakwah-pendawah yang
berkebolehan untuk keluar berdakwah di masjid-masjid pada setiap hari Jumaat dan
mengadakan kertas sebaran mengikut keputusan Lajnah al-Ulama di dalam hal memfatwa
hukum syarak.
6. Badan Zakat
Adalah sebuah badan yang mengatur urusan zakat. Iaitu dengan cara memberi pengertian
berkenaan dengan hal zakat padi, zakat perniagaan dan zakat fitrah, serta mengutip dan
mengumpul zakat tersebut dan dibahagikan kepada mereka-mereka yang berhak
menerima.
7. Badan Pemerintah
Badan pemerintah terbahagi kepada dua cawangan iaitu bahagian syariah dan bahagian
pentadbiran masjid.
Seterusnya, selang dalam beberapa tahun selepas itu kerajaan Thai di bawah pimpinan Khuang
Apaiwong, selaku Perdana Menteri telah meluluskan Akta Undang-Undang Pentadbiran Hal
Ehwal Islam iaitu Prarach Karisdika Wa Doi Kan Sasanupatham Fai Islam pada 8 Mei 1945
yang ketika itu mengamalkan sistem pentadbiran demokrasi. Di bawah akta itu, dibentuk
jawatan Chularachamonteri dan badan-badan Islam di peringkat pusat dan wilayah. Badan-
16
badan itu ialah Kammakan Islam Haeng Pratet Thai (Jawatankuasa Islam Pusat Thailand) dan
Kammakan Islam Pracham Changwad (Jawatankuasa Islam Wilayah).
4. Kesimpulan
Berdasarkan huraian di atas nyata sekali bahawa umat Islam Thailand telah melalui suatu
perjalanan dakwah yang panjang dan berliku. Walaupun mempunyai jumlah penduduk majoriti
Islam di Selatan Thai, kedudukan ini tidak memberikan sebarang posisi yang positif kepada
perkembangan Islam yang hormoni justeru berada di bawah penguasaan pusat di Bangkok.
Umat Islam terpaksa berkorban jiwa raga bagi memperjuangkan dakwah Islamiah menerusi
peranan para ulama silam dan gerakan menuntut kemerdekaan. Ramai para ulama dan gerakan
kemerdekaan terlibat dalam konfrontasi dengan kerajaan Thailand. Justeru gagal mencapai
objektif berkerajaan sendiri, umat Islam Thailand menumpukan usaha dakwah menerusi
pertubuhan dan organisasi yang dibenarkan beroperasi di seluruh negara. Perkembangan dakwah
Islamiah seterusnya dilaksanakan menerusi institusi masjid yang mengambilberat mengenai
masalah yang berlaku di kalangan minoriti umat Islam di negara itu. Ringkasnya, badan dakwah
semasa yang beroperasi di Thailand kini menerima hakikat pelaksanaan dakwah yang
seharusnya berlandaskan hikmah dan beransur-ansur khususnya dalam konteks sebuah negara
minoriti umat Islam Thailand.
17
RUJUKAN
A. Bangnara. 1976. Patani Dahulu dan Sekarang. Ter. A. Patani dan A. Yala. Bangkok: Panel
Penyelidikan al-Fatani.
A. Bangnara. 1977. Patani Dahulu dan Sekarang. Patani: Markas Daulah Islamiyyah.
A. Teeuw & D.K Wyatt. 1970. Hikayat Patani. Alor Setar: Pustaka Darussalam.
Ahmad Fathy al-Fatani. 1994. Pengantar Sejarah Patani. Alor Setar: Pustaka Darussalam.
Abdul Latif Hamidong. 1989. Tamadun Melayu. Jil 2. Kuala Lumpur: Dewan Bahasa dan
Pustaka.
Mahmud Shakir. 1995. Al-Tarikh al-Islami: al-Tarikh al-Mucsir al-Aqaliyyat al-Islamiyyah.
Beirut: al-Maktabah al-Islami.
Hj. Tohming Ahmad. 2000. Majlis Agama Islam, Patani. Temu bual. 28 Mei.
Mohd Zamberi A. Malik. 1993. Umat Islam Patani, Sejarah dan Politik. Shah Alam: Hizbi.
Ramlah Hassan. 1994. Kegiatan Dakwah Islamiah Di Selatan Thai: Satu Kajian Di Wilayah
Narathiwat. Bangi : UKM
Risalah Pengenalan Ringkasan Majlis Agama Islam. T.Th.
Wan Faridah Wan Idris. 1995. Tokoh Ulama Tuan Guru Hj. Sulong. Latihan Ilmiah. Bangi:
Universiti Kebangsaan Malaysia.
W.K. Che Man. 1998. Melayu Muslim Selatan Thailand. Dlm. Farid Mat Zain, Zulkarnain
Mohamed dan Samsu Adabi (pnyt). Minoriti Muslim di Thailand. Selangor: Penerbit L.
Minda.
Yasin Shamsuddin. 1977. Perjuangan Melayu Pattani Yang Sebenar. Santajiwa. Bil 3. Feb/Mac.
Zakaria Abdul Rahman. 2000. Markas Jamaah Tabligh, Narathiwat. Temu bual. 29 Mei.
Dr. Ahmad Omar Chapakia,2003. Pergerakan Dakwah di Thailand, al-Islam, Kuala Lumpur,
Utusan Melayu.