Pendekatan Tradisional Kontemporer pada Perancangan Arena ...

5
ISSN:2655-1586 31 JURNAL ILMIAH MAHASISWA ARSITEKTUR DAN PERENCANAAN VOLUME 5, No.1, Februari 2021, hal 31-35 Pendekatan Tradisional Kontemporer pada Perancangan Arena Pacuan Kuda di Aceh Tengah Krisdayanti¹, Nizarli², Sofyan 2 1 Mahasiswa Jurusan Arsitektur dan Perencanaan, Fakultas Teknik, Universitas Syiah Kuala 2 Dosen Jurusan Arsitektur dan Perencanaan, Fakultas Teknik Universitas Syiah Kuala Email: [email protected] Abstract Tradition in the community is one thing that is very important to be taken and preserved. In Indonesia, many community traditions from various regions attract tourists, both local and foreign tourists. One such tradition, specifically in Aceh is “Pacuan Kuda”. Pacuan Kuda is one of the traditional hereditary traditions that is carried out every year, especially in the areas of Central Aceh, Bener Meriah and Gayo Lues. With this increasingly modern era, it is necessary to preserve it so that the tradition of Pacuan Kuda does not disappear from society. One effort to build a racetrack that is friendly to the traditions of the local community. Traditional Contemporary applied can be used to maintain and preserving traditions that have been carried out with this hereditary. Related to contemporary traditional that is applied to the main building carrying the traditional concept but still looks modern keep abreast of the times. Keywords: Tradition, Pacuan Kuda, Traditional Contemporary, Preserve Abstraks Tradisi di dalam masyarakat adalah salah satu hal yang sangat penting untuk dipertahankan dan dilestarikan. Di Indonesia, banyak tradisi masyarakat dari berbagai daerah yang menarik perhatian wisatawan, baik wisatawan lokal maupun wisatawan yang berasal dari luar daerah. Salah satu tradisi tersebut, khususnya di Aceh adalah Pacuan Kuda. Pacuan kuda merupakan salah satu tradisi turun temurun masyarakat yang rutin dilakukan setiap tahunnya, khususnya di daerah Aceh Tengah, Bener Meriah dan Gayo Lues. Dengan era yang semakin modern ini, perlu dilakukan upaya pelestarian agar tradisi pacuan kuda tidak hilang dari masyarakat. Salah satu upaya adalah dengan membangun arena pacuan kuda yang ramah terhadap tradisi masyarakat setempat. Pendekatan Tradisional Kontemporer yang diterapkan dapat digunakan sebagai wadah untuk mempertahankan dan melestraikan tradisi yang sudah dilakukan secara turun temurun ini. Pendekatan tradisional kontemporer diterapkan pada bangunan utama yang mengusung konsep tradisional namun tetap terlihat modern mengikuti perkembangan zaman. Kata kunci : Tradisi, Pacuan Kuda, Tradisional Kontemporer, Melestarikan 1. Pendahuluan Aceh Tengah merupakan salah satu kabupaten yang berada di Provinsi Aceh, berada di ketinggian 1800 mdpl. Tekengon sebagai ibukota aceh Tengah menyimpan berbagai ragam budaya, salah satu di antaranya adalah atraksi budaya, yaitu pacuan kuda tradisional Gayo yang sudah menjadi tradisi secara turun-temurun di kalangan masyarakat Gayo. [1] Tradisi pacuan kuda ini sudah dilakukan sejak zaman pendudukan Belanda yang digelar sebagai bentuk rasa syukur masyarakat atas hasil panen. [2] Selain sebagai ajang kejuaraan, pacuan kuda juga menjadi sarana hiburan bagi masyarakat yang juga menarik banyak perhatian wisatawan, baik wisatawal local maupun wisatawan asing. Pacuan kuda tradisional Gayo digelar sebanyak 2 kali dalam setiap tahunnya, yaitu pada bulan Februari untuk memperingati hari Ulang Tahun Kota Takengon dan pada bulan Agustus untuk memperingati hari kemerdekaan RI. Peserta pacuan kuda di Aceh Tengah setiap tahunnya mencapai ratusan peserta dan terdapat pula peserta-peserta yang berasal dari luar daerah. [3] Selain itu jumlah kunjungan wisatawan ke lapangan pacuan kuda meningkat drastis setiap digelarnya even pacuan kuda yaitu pada bulan Februari dan Agustus. [4] Hal ini membuktikan bahwa kegiatan pacuan kuda di aceh Tengah semakin dilirik oleh daerah-daerah luar dan semakin menarik perhatian para peminat olahraga berkuda.Namun, fasilitas arena pacuan kuda di Aceh Tengah yang sudah ada saat ini masih belum memenuhi standar yang telah ditetapkan. Mengingat jumlah peserta yang samakin banyak setiap tahunnya, maka diperlukan pembangunan arena pacuan kuda yang berstandar nasional dengan mempertahankan budaya lokal. Maka dari itu, beberapa hal tersebut menjadi latar belakang perlunya perancangan arena pacuan kuda di Aceh Tengah yang sesuai dengan standar yang telah ditentukan tanpa menghilangkan sisi tradisional yang telah dipertahankan turun-temurun. Kadispora Aceh Tengah, Jumadil Enka, mengatakan bahwa meskipun ada kemajuan pada system pelaksanaan pacuan kuda, tapi mereka tetap mempertahankan sisi tradisional dari pelaksanaan tersebut, seperti pelepasan kuda lokal dengan system tradisional (tanpa menggunakan box start) dan para joki mengenakan kerrawang yang merupakan pakaian tradisional Gayo. [5] Selain pelaksanaannya, fasilitas arena pacuan kuda di Aceh Tengah ini juga perlu menerapkan konsep tradisional dengan tetap tampil modern mengikuti perkembangan zaman. Pendekatan

Transcript of Pendekatan Tradisional Kontemporer pada Perancangan Arena ...

Page 1: Pendekatan Tradisional Kontemporer pada Perancangan Arena ...

ISSN:2655-1586

31 JURNAL ILMIAH MAHASISWA ARSITEKTUR DAN PERENCANAAN VOLUME 5, No.1, Februari 2021, hal 31-35

Pendekatan Tradisional Kontemporer

pada Perancangan Arena Pacuan Kuda di Aceh Tengah

Krisdayanti¹, Nizarli², Sofyan2 1Mahasiswa Jurusan Arsitektur dan Perencanaan, Fakultas Teknik, Universitas Syiah Kuala

2Dosen Jurusan Arsitektur dan Perencanaan, Fakultas Teknik Universitas Syiah Kuala

Email: [email protected]

Abstract Tradition in the community is one thing that is very important to be taken and preserved. In Indonesia, many

community traditions from various regions attract tourists, both local and foreign tourists. One such tradition,

specifically in Aceh is “Pacuan Kuda”. Pacuan Kuda is one of the traditional hereditary traditions that is carried out

every year, especially in the areas of Central Aceh, Bener Meriah and Gayo Lues. With this increasingly modern era, it

is necessary to preserve it so that the tradition of Pacuan Kuda does not disappear from society. One effort to build a

racetrack that is friendly to the traditions of the local community. Traditional Contemporary applied can be used to

maintain and preserving traditions that have been carried out with this hereditary. Related to contemporary traditional

that is applied to the main building carrying the traditional concept but still looks modern keep abreast of the times.

Keywords: Tradition, Pacuan Kuda, Traditional Contemporary, Preserve

Abstraks Tradisi di dalam masyarakat adalah salah satu hal yang sangat penting untuk dipertahankan dan

dilestarikan. Di Indonesia, banyak tradisi masyarakat dari berbagai daerah yang menarik perhatian wisatawan, baik

wisatawan lokal maupun wisatawan yang berasal dari luar daerah. Salah satu tradisi tersebut, khususnya di Aceh

adalah “Pacuan Kuda”. Pacuan kuda merupakan salah satu tradisi turun temurun masyarakat yang rutin dilakukan

setiap tahunnya, khususnya di daerah Aceh Tengah, Bener Meriah dan Gayo Lues. Dengan era yang semakin modern

ini, perlu dilakukan upaya pelestarian agar tradisi pacuan kuda tidak hilang dari masyarakat. Salah satu upaya adalah

dengan membangun arena pacuan kuda yang ramah terhadap tradisi masyarakat setempat. Pendekatan Tradisional

Kontemporer yang diterapkan dapat digunakan sebagai wadah untuk mempertahankan dan melestraikan tradisi yang

sudah dilakukan secara turun temurun ini. Pendekatan tradisional kontemporer diterapkan pada bangunan utama yang

mengusung konsep tradisional namun tetap terlihat modern mengikuti perkembangan zaman.

Kata kunci : Tradisi, Pacuan Kuda, Tradisional Kontemporer, Melestarikan

1. Pendahuluan Aceh Tengah merupakan salah satu kabupaten

yang berada di Provinsi Aceh, berada di ketinggian

1800 mdpl. Tekengon sebagai ibukota aceh Tengah

menyimpan berbagai ragam budaya, salah satu di

antaranya adalah atraksi budaya, yaitu pacuan kuda

tradisional Gayo yang sudah menjadi tradisi secara

turun-temurun di kalangan masyarakat Gayo. [1]

Tradisi pacuan kuda ini sudah dilakukan sejak zaman

pendudukan Belanda yang digelar sebagai bentuk rasa

syukur masyarakat atas hasil panen. [2] Selain sebagai

ajang kejuaraan, pacuan kuda juga menjadi sarana

hiburan bagi masyarakat yang juga menarik banyak

perhatian wisatawan, baik wisatawal local maupun

wisatawan asing.

Pacuan kuda tradisional Gayo digelar sebanyak 2

kali dalam setiap tahunnya, yaitu pada bulan Februari

untuk memperingati hari Ulang Tahun Kota Takengon

dan pada bulan Agustus untuk memperingati hari

kemerdekaan RI. Peserta pacuan kuda di Aceh Tengah

setiap tahunnya mencapai ratusan peserta dan terdapat

pula peserta-peserta yang berasal dari luar daerah. [3]

Selain itu jumlah kunjungan wisatawan ke lapangan

pacuan kuda meningkat drastis setiap digelarnya even

pacuan kuda yaitu pada bulan Februari dan Agustus. [4]

Hal ini membuktikan bahwa kegiatan pacuan kuda di

aceh Tengah semakin dilirik oleh daerah-daerah luar dan

semakin menarik perhatian para peminat olahraga

berkuda.Namun, fasilitas arena pacuan kuda di Aceh

Tengah yang sudah ada saat ini masih belum memenuhi

standar yang telah ditetapkan. Mengingat jumlah peserta

yang samakin banyak setiap tahunnya, maka diperlukan

pembangunan arena pacuan kuda yang berstandar

nasional dengan mempertahankan budaya lokal. Maka

dari itu, beberapa hal tersebut menjadi latar belakang

perlunya perancangan arena pacuan kuda di Aceh

Tengah yang sesuai dengan standar yang telah

ditentukan tanpa menghilangkan sisi tradisional yang

telah dipertahankan turun-temurun.

Kadispora Aceh Tengah, Jumadil Enka,

mengatakan bahwa meskipun ada kemajuan pada system

pelaksanaan pacuan kuda, tapi mereka tetap

mempertahankan sisi tradisional dari pelaksanaan

tersebut, seperti pelepasan kuda lokal dengan system

tradisional (tanpa menggunakan box start) dan para joki

mengenakan kerrawang yang merupakan pakaian

tradisional Gayo. [5] Selain pelaksanaannya, fasilitas

arena pacuan kuda di Aceh Tengah ini juga perlu

menerapkan konsep tradisional dengan tetap tampil

modern mengikuti perkembangan zaman. Pendekatan

Page 2: Pendekatan Tradisional Kontemporer pada Perancangan Arena ...

ISSN:2655-1586

32 JURNAL ILMIAH MAHASISWA ARSITEKTUR DAN PERENCANAAN VOLUME 5, No.1, Februari 2021, hal 31-35

tradisional kontemporer dapat mewadahi kegiatan

pacuan kuda ini dengan tetap mempertahankan dan

melestarikan tradisi budaya setempat. Pendekatan

Tradisional Kontemporer sendiri merupakan perpaduan

antara konsep yang sedang tren saat ini dengan konsep

tradisional yang sudah ada sejak lama. Oleh karena itu,

penerapan pendekatan tradisional kontemporer adalah

salah satu wadah yang dapat dijadikan sebagai salah satu

cara untuk mempertahankan dan melestarikan tradisi

pacuan kuda saat ini.

2. Tinjauan Pustaka

2.1 Pendekatan tradisional kontemporer Arsitektur tradisional merupakan suatu desain

arsitektur yang sudah ada secara turun-temurun dari satu

generasi ke generasi berikutnya. [6] Sedangkan

kontemporer dapat diartikan sebagai masa kini, jadi

arsitektur kontemporer adalah arsitektur yang sedang

berkembang pada saat ini. [6]

Pendekatan arsitektur tradisional kontemporer

dapat berupa penggabungan antara tradisional dengan

aksen kontemporer, kontemporer dengan aksen

tradisional juga memiliki keseimbangan yang sama antar

keduanya. [7] Mengkombinasikan arsitektur tradisional

dengan arsitektur kontempor merupakan salah satu

upaya untuk menyeimbangkan antara arsitektur yang

sedang tren pada saat ini dengan arsitektur yang sudah

ada sejak dulu, sehingga hal ini dapat menjadi wadah

untuk mempertahankan dan melestarikan budaya serta

tradisi suatau daerah di dalam era yang sudah semakin

berkembang. Pada perancangan arena pacuan kuda ini

akan diterapkan pendekatan yang berfokus pada desain

kontemporer namun masih memiliki nilai tradisional

yang tinggi.

Menurut Schirmbeck, terdapat beberapa

karakteristik arsitektur kontemporer, diantaranya : [8]

a. Arsitektur kontemporer memiliki fasad dalam

bentuk nyang transparan/ tembus pandang.

b. Menggunakan material dan system teknologi yang

baru.

c. Menggunakan konsep ruang yang terkesan terbuka

d. Menampilkan bentuk-bentuk dan gubahan massa

yang ekspresif.

e. Memiliki ruang luar dan ruang dalam yang serasi

f. Menerapkan konsep kenyamanan

g. Memaksimalkan penggunaan elemen landskap.

Banyak desain kontemporer yang telah

memusatkan perhatian pada teknologi. Namun teknologi

bukanlah pelancong yang baik kecuali jika

dikolaborasikan dengan budaya. [9] Dalam sebuah

penelitian di China, dihasilkan beberapa pendapat

peserta tentang hal-hal yang digunakan untuk

menerapkan elemen desai n kontemporer dengan

mengekspresikan budaya Tionghoa kepada masyarakat

Tiongkok, yaitu : [9]

a. Bentuk : Simetris, statis, realistis

b. Material : kayu, batu giok, perunggu, keramik

c. Motif

d. Konteks

e. Kegunaan

Untuk lebih memperkenalkan budaya lokal ke

daerah luar, maka perlu adanya penekanan pada sejarah

dari tradisi atau budaya suatu daerah kepada orang-orang

yang berasal dari luar daerah. Seperti elemen-elemen

kuno, diantaranya bentuk tradisional, warna, dan

material-material alami. Elemen-elemen tradisional ini

dikombinasikan dengan desain kontemporer sebagai

ekspresi fitur kuno untuk mengekspresikan sejarah

budaya dan tradisi setempat. Penggabungan antara

material tradisional yang menciptakan rasa kagum

dengan material kontemporer yang sudah menggunakan

teknologi membuat desain menjadi lebih menarik.

Adapun ciri-ciri arsitektur tradisional kontemporer

antara lain sebagai berikut : [5]

a. Lebih menekankan aspek estetika, sejarah serta

menggunakan teknologi yang sederhana.

b. Menggunakan struktur modern

c. Meggunakan material yang sesuai dengan bentuk.

d. Menampilkan fungsi ruang-ruang yang modern.

e. Hasil perancangan memiliki kesan dan nuansa

tradisional meskipun menggunakan teknologi yang

sedang tren saat ini.

3. Studi Banding Tema Tradisional

Kontemporer

3.1 Casablanka residence

Studi banding yang terkait dengan tema pendekatan

tradisional kontemporer adalah Casablanka Residence

yang dirancang oleh arsitek Budi Pradono, dengan luas

bangunan 809 m².

Gambar 1 Bangunan Casablanka Residence

Sumber : Archdaily

Casablanka Residence berlokasi di Kabupaten Tabanan,

Bali, Indonesia. Rancangan ini menerapkan metode ‘Tri

Mandala”.

Gambar 2 Diagram Programming Casablanka Residence

Sumber : Archdaily

Denahnya dibagi menjadi empat massa bangunan, pada

bagian ruang utama terdiri atas dua tingkat, pada lantai

atas terdiri atas tiga kamar tidur, dua kamar mandi dan

Page 3: Pendekatan Tradisional Kontemporer pada Perancangan Arena ...

ISSN:2655-1586

33 JURNAL ILMIAH MAHASISWA ARSITEKTUR DAN PERENCANAAN VOLUME 5, No.1, Februari 2021, hal 31-35

ruang keluarga, sedangkan pada lantai dasar memiliki

ruang makan dan dapur.

Gambar 3 Denah Lantai Dasar Casablanka Residence

Sumber : Archdaily

Gambar 4 Denah Lantai Dasar Casablanka Residence

Sumber : Archdaily

Atap dan kolom penyangga pada bangunan ini

menggunakan batang bambu, material bambu ini dipilih

oleh sang arsitek karena struktur rangkanya semakin

kuat seiring bertambahnya usia. Selain itu penggunaan

material bambu juga sebagi salah satu konsep

kenyamanan estetika agar konteks bangunanya menyatu

dengan alam.

Gambar 5 Atap dan Penyangga Bangunan dari bambu

Sumber : Archdaily

Selain menggunakan konseo tradisional yang

ramah lingkungan, pada Casablanka Residence juga

menerapkan aksen modern yang diimplementasikan

material bata terakota dan kusen besi baja yang

diaplikasikan pada bagian dinding.

Gambar 6 Aksen modern pada dinding material baja

Sumber : Archdaily

3.2 Residence Omah Kawung Studi banding kedua yang terkait dengan tema

adalah Residence Omah Kawung yang dirancang oleh

arsitek Imron Yusuf. Dibangun di lahan seluas 1000 m²

di Jagakarsa, Jakarta Selatan dengan luas bangunan 650

m².

Gambar 7 Eksterior Omah Kawung

Konsep arsitektur tradisional kontemporer pada

bangunan ini terlihat pada bagian interior dan

eksterior bangunan, terutama pada bagian fasad

bangunan yang didominasi oleh material kayu dan

batu alam. Sisi modern pada bangunan ini juga

terlihat melalui kombinasi unsur alam dengan

material logam seperti baja dan tembaga , sehingga

membuat tampilan fasadnya lebih eksotik. Selain

pemilihan material, aksen tradisional juga diterapkan

pada bangunan ini melalui motif batik kawung

dengan pola seperti buah kawung, kolang-kaling. Ada

juga sebagian masyakat daerah setempat tersebut

mengartikan motif kawung menyerupai motif bunga

teratai dengan empat helai daun bunga yang mekar

dan disusun berjajar, melambangkan umur panjang

dan kesucian.

Gambar 8 Motif kawung pada dinding dan plafon

Aksen tradisional utama yang diterapkan pada

bangunan ini adalah penggunaan motif kawung terdapat

hamper seluruh sisi bangunan diantaranya, dinding,

fasad, plafon, dinding pembatas tangga, dan juga kamar

mandi.

Page 4: Pendekatan Tradisional Kontemporer pada Perancangan Arena ...

ISSN:2655-1586

34 JURNAL ILMIAH MAHASISWA ARSITEKTUR DAN PERENCANAAN VOLUME 5, No.1, Februari 2021, hal 31-35

Gambar 9 Pantulan Cahaya Motif kawung pada dinding

pembatas tangga dan koridor

Pada dinding pembatas tangga dan koridor sengaja

dibuat motif kawung yang terukir tembus di kedua sisi,

sehingga memantulkan cahaya yang memberikan efek

bayangan sebagai salah satu konsep estetika pada

interior.

4. Implementasi Tradisional Kontemporer

pada Arena Pacuan Kuda di Aceh Tengah Selain tradisi budaya atraksi pacuan kuda, Aceh

Tengah juga dikenal memiliki motif hias yang sangat

beragam, salah satu diantaranya adalah motif kerawang.

Kerawang tersebut juga memiliki ragam motif dan

makna tersendiri. Motif-motif tersebut diantaranya

adalah motif emun beriring, emun metumpuk, emun

berkune, emun berangkat, emun mupesir, puter tali,

pucuk rebung, cucuk penggong, sarak opat, dan

sebagainya. Motif-motif tersebut mengceritakan tentang

pesan budaya dan sistem pola pikir masyarakat di Aceh

Tengah.

Salah satu aksen tradisional yang diterapkan pada

rancangan arena pacuan kuda di Aceh Tengah adalah

karawangan dengan motif emun beriring. Motif ini

memiliki makna ‘kebersamaan, persatuan, dan kesatuan”

(paribahasa : beluh sara loloten mewen sara tamunen).

Gambar 10 Karawangan motif emun beriring

Dimana kegiatan pacuan kuda disini merupakan salah

satu kegiatan yang diadakan sejak zaman dahulu yang

menggambarkan kekeluargaan, kebersamaan dan

kerukunan masyarakat Gayo dengan tujuan untuk

mempersatukan rakyat. Dengan adanya kegiatan pacuan

kuda, semua masyarakat dimulai dari anak-anak hingga

orang dewasa berkumpul dalam satu tempat membentuk

kesatuan dari masyarakat itu sendiri. Motif emun

beriring ini dibuat dengan pola pengulangan garis

lengkung stilisasi. Dalam pengaplikasiannya terhadap

desain, motif ini dapat dibuat dengan bentuk pola

geometris, yaitu garis bergelombang yang kemudian

disambung dan disusun secara interval.

Gambar 11 Penerapan motif emun beriring pada

bagian depan tribun

Pada bangunan tribun, motif emun beriring ini

diaplikasikan pada atap dan bagian fasad bangunan.

Dimana pada bagian atapnya, motif ini diaplikasikan

pada bagian belakang. Akses masuk menuju tribun

adalah dari bagian belakang tribun, sehingga pada saat

pengunjung memasuki area pacuan kuda, mereka

langsung disuguhi dengan nuansa tradisional yang

tercipta dari penerapan motif pada bagian belakang atap

tribun.

Gambar12 Implementasi motif emun beriring pada bagian

belakang tribun

Sedangkan untuk penerapan gaya kontemporer pada

rancangan ini adalah dengan menggunakan struktur yang

lebih modern dan lebih menekankan bentuk estetika

pada bentuk atapnya (bentuk yang lebih modern).

Struktur yang lebih modern pada rancangan ini

adalah penggunaan struktur bentang lebar dengan

material baja pada rangka atap tribunnya.

Page 5: Pendekatan Tradisional Kontemporer pada Perancangan Arena ...

ISSN:2655-1586

35 JURNAL ILMIAH MAHASISWA ARSITEKTUR DAN PERENCANAAN VOLUME 5, No.1, Februari 2021, hal 31-35

Gambar13 Atap menggunakan struktur yang lebih modern

dan memiliki estetika bentuk

Material baja yang digunakan pada struktur rangka

tribun memiliki elastisitas yang bagus sehingga dapat

dengan mudah dibentuk mengikuti bentuk atap bangunan

secara arsitektural. Dengan bentuk arsitektural yang

lebih modern, nuansa kontemporernya akan lebih terasa.

5. Kesimpulan Penekanan dalm peracangan arena pacuan kuda di

Aceh Tengah ini adalah pendekatan arsitektur tradisional

kontemporer, yaitu penggabungan antara tradisional

dengan aksen kontemporer, kontemporer dengan aksen

tradisional juga memiliki keseimbangan yang sama antar

keduanya. Mengkombinasikan arsitektur tradisional

dengan arsitektur kontempor merupakan salah satu

upaya untuk menyeimbangkan antara arsitektur yang

sedang tren pada saat ini dengan arsitektur yang sudah

ada sejak dulu, sehingga hal ini dapat menjadi wadah

untuk mempertahankan dan melestarikan budaya serta

tradisi suatau daerah di dalam era yang sudah semakin

berkembang. Aksen tradisional yang diterapkan pada

rancangan arena pacuan kuda di Aceh Tengah adalah

karawangan dengan motif emun beriring yang memiliki

makna kebersamaan, persatuan, dan kesatuan.

Motif tersebut diterapkan pada bagian fasad depan

tribun, bagian atap, dan bagian fasad belakang tribun

Dengan adanya kegiatan pacuan kuda, semua

masyarakat dimulai dari anak-anak hingga orang dewasa

berkumpul dalam satu tempat membentuk kesatuan dari

masyarakat itu sendiri.

Daftar Pustaka [1] Purnama, W. H. (2017). Sambut HUT RI 72,

Dataran Tinggi Gayo Suguhkan Lomba Pacuan

Kuda. Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Aceh.

Web Akses. 28 November 2019. Retrieved from

http://disbudpar.acehprov.go.id

[2] Putra, Y. M. P. (2017). Pacuan Kuda Tradisional

Digelar Untuk Promosikan Gayo. Republika. Web

akses. 28 November 2019. https://republika.co.id

[3] Dinas Pariwisata Pemuda dan Olahraga Kabupaten

Aceh Tengah. (2019). Jumlah Peserta Pacuan

Kuda Tahun 2015-2019.

[4] Dinas Pariwisata dan Olahraga Kabupaten Aceh

Tengah. (2019). Data Kunjungan Wisatawan

Tahun 2019.

[5] Rachman, D., Ashadi, Hakim, L. (2018).

Pencampuran Arsitektur Tradisional dan Modern

Pada Perencanaan Taman Walisongo di Cirebon.

Jurnal Arsitektur PURWARUPA, 2.1.

[5] Mahyadi. (2019). Pacuan Kuda Tradisional Aceh

Tengah, Peserta Bertambah Dari Tiga Daerah.

Tribunnews. Web akses. 29 November 2019.

Retrieved from https://aceh.tribunnews.com

[6] Gunawan, D. E. K., Prijadi, R. (2011). Reaktualisasi

Ragam Art Deco dalam Arsitektur Kontemporer.

Media Matrasain, 8.1.

[7] Urdesign. (2018). How to Blend Traditional and

Contemporary Design in Your Home. Web akses.

29 November 2019. https://www.urdesignmag.com

[8] Febrianti, I. N., Yuliarso, H., & Pramesti, L. (2018).

Penerapan Arsitektur Kontemporer Dalam

Perancangan Pusat Jasa Perikahan Di Bekasi.

senThong, 1.1.

[9] Ren, L. (2013). Traditional Chinese Visual Design

Elements: Their Applicability in Contemporary

Chinese Design. Arizona State University