Pengalaman Rohani Sejati - Momentum Christian Literature · yang Meyakinkan bagi Hati Nurani Orang...

35
Pengalaman Rohani Sejati , Sebuah ikhtisar yang ditulis ulang bagi pembaca masa kini, berdasarkan karya klasik “Sebuah Risalah Mengenai Afeksi Religius” (“A Treatise Concerning Religious Affections”) oleh Jonathan Edwards, A.M. (1703-1758) , Karya lengkap ada pada The Banner of Truth Trust, Edinburgh, EH 12 6El. Disusun oleh Dr. N.R. Needham, B.D., Ph.D. Grace Publications Trust Editor Bersama J.P. Arthur, M.A. H.J. Appleby Penerbit Momentum 2003 Copyright © momentum.or.id

Transcript of Pengalaman Rohani Sejati - Momentum Christian Literature · yang Meyakinkan bagi Hati Nurani Orang...

Page 1: Pengalaman Rohani Sejati - Momentum Christian Literature · yang Meyakinkan bagi Hati Nurani Orang Tersebut 133 ... dapat menuliskannya secara objektif. ... maikan benih kecurangan

Pengalaman Rohani Sejati

,

Sebuah ikhtisar yang ditulis ulang bagi pembaca masa kini, berdasarkan karya klasik

“Sebuah Risalah Mengenai Afeksi Religius” (“A Treatise Concerning Religious Affections”)

oleh Jonathan Edwards, A.M. (1703-1758)

,

Karya lengkap ada pada The Banner of Truth Trust, Edinburgh, EH 12 6El.

Disusun oleh Dr. N.R. Needham, B.D., Ph.D. Grace Publications Trust

Editor Bersama J.P. Arthur, M.A. H.J. Appleby

Penerbit Momentum 2003

Copyright © momentum.or.id

Page 2: Pengalaman Rohani Sejati - Momentum Christian Literature · yang Meyakinkan bagi Hati Nurani Orang Tersebut 133 ... dapat menuliskannya secara objektif. ... maikan benih kecurangan

Pengalaman Rohani Sejati (The Experience that Counts) Oleh: Jonathan Edwards Penerjemah: The Boen Giok dan Stephen CT. Soemampouw Editor: Solomon Yo Tata Letak: Djeffry Desain Sampul: Ricky Setiawan Editor Umum: Solomon Yo

Copyright © 1991 by Grace Publications Originally published in English under the title,

The Experience that Counts Grace Publications Trust 175 Tower Bridge Road LONDON SE1 2AH England

All rights reserved

The Original work of this simplified version (A Treatise Concerning Religious Affections) is available from:

The Banner Of Truth Trust, The Grey House, 3 Murrayfield Road, Edinburgh, EH12 6EL, Scotland.

All rights reserved

Hak cipta terbitan bahasa Indonesia pada Penerbit Momentum (Momentum Christian Literature) Andhika Plaza C/5-7, Jl. Simpang Dukuh 38-40, Surabaya 60275, Indonesia. Copyright © 2000 Telp.: +62-31-5472422; Faks.: +62-31-5459275 e-mail: [email protected]

Perpustakaan LRII: Katalog dalam Terbitan (KDT)

Edwards, Jonathan, Pengalaman Rohani Sejati/Jonathan Edwards, terj. The Boen Giok dan Stephen Soemampouw – cet. 1 – Surabaya: Momentum, 2003. xviii + 144 hlm.; 14 cm. ISBN 979-8131-20-7 1. Pengalaman Agama – Kristen 2. Teologi (Kekristenan) 3. Kebangunan Rohani – Kristen 4. Soteriologi (Kekristenan) 2003 230 (dc20)

Cetakan pertama: November 2003

Hak cipta dilindungi oleh Undang-Undang. Dilarang mengutip, menerbitkan kembali, atau memperbanyak se-bagian atau seluruh isi buku ini dalam bentuk apa pun dan dengan cara apa pun untuk tujuan komersial tanpa izin tertulis dari penerbit, kecuali kutipan untuk keperluan akademis, resensi, publikasi, atau kebutuhan nonkomersial dengan jumlah tidak sampai satu bab.

Copyright © momentum.or.id

Page 3: Pengalaman Rohani Sejati - Momentum Christian Literature · yang Meyakinkan bagi Hati Nurani Orang Tersebut 133 ... dapat menuliskannya secara objektif. ... maikan benih kecurangan

• Daftar Isi •

Prakata Penerbit ix Pendahuluan xi Kata Pengantar xv

Bagian Pertama Natur Emosi dan Signifikansinya dalam Kekristenan 1

1. Kata Pembuka mengenai Emosi 3 2. Apakah Emosi Itu? 5 3. Iman yang Sejati Terutama Bersangkut Paut dengan Emosi 7 4. Berbagai Macam Emosi 10 5. Kerohanian yang Sejati Terangkum di dalam Kasih 13 6. Daud, Paulus, Yohanes, dan Kristus Selaku Teladan

dalam Hal Emosi yang Kudus 14 7. Emosi di dalam Sorga 18 8. Emosi dan Kewajiban Rohani Kita 19 9. Emosi dan Kekerasan Hati 20 10. Pelajaran Apakah yang Dapat Kita Petik dari Semua Ini? 21

Bagian Kedua Hal-hal yang BUKAN Merupakan Bukti Bahwa Emosi Kita Timbul dari Suatu Pengalaman Keselamatan Sejati 25

1. Rohani Tidaknya Emosi Kita Bukan Ditentukan oleh Intensitas dan Dinamikanya 27

Copyright © momentum.or.id

Page 4: Pengalaman Rohani Sejati - Momentum Christian Literature · yang Meyakinkan bagi Hati Nurani Orang Tersebut 133 ... dapat menuliskannya secara objektif. ... maikan benih kecurangan

Pengalaman Rohani Sejati vi 2. Rohani Tidaknya Emosi Kita Bukan Ditentukan oleh

Dampak Fisik yang Ditimbulkan 30 3. Rohani Tidaknya Emosi Kita Bukan Ditentukan oleh

Kesiapan dan Kesigapan untuk Berbicara tentang Kekristenan 32

4. Rohani Tidaknya Emosi Kita Bukan Ditentukan oleh Kenyataan Bahwa Itu Muncul Tanpa Usaha Kita 34

5. Rohani Tidaknya Emosi Kita Bukan Ditentukan oleh Adanya Ayat Alkitab yang Mendasari Kemunculannya 37

6. Rohani Tidaknya Emosi Kita Bukan Ditentukan oleh Adanya Kasih yang Terdapat di dalamnya 39

7. Rohani Tidaknya Emosi Kita Bukan ditentukan oleh Beragam Emosi yang Kita Alami 41

8. Rohani Tidaknya Emosi Kita Bukan Ditentukan oleh Adanya Penghiburan dan Sukacita yang Tampak Menyertainya 44

9. Rohani Tidaknya Emosi Kita Bukan Ditentukan oleh Banyaknya Waktu yang Kita Pakai dalam Ibadah Kristen 49

10. Rohani Tidaknya Emosi Kita Bukan Ditentukan oleh Kemampuannya Menggerakkan Mulut Kita untuk Memuji Allah 51

11. Rohani Tidaknya Emosi Kita Bukan Ditentukan oleh Kepastian akan Keselamatan yang Ditimbulkannya 53

12. Rohani Tidaknya Emosi Seseorang Bukan Ditentukan oleh Perubahan Besar yang Terjadi dalam Dirinya 61

Bagian Ketiga Tanda-tanda dari Emosi Rohani Sejati 65

Kata Pembuka 67 1. Emosi Rohani Sejati Timbul dari Pengaruh Spiritual,

Supranatural, dan Ilahi di dalam Hati 68 2. Objek Emosi Rohani Adalah Kecintaan pada Hal-hal Spiritual,

Bukan pada Kepentingan Diri Sendiri 79 3. Emosi Rohani Itu Didasarkan pada Kualitas Moral dari

Hal-hal Rohani 86

Copyright © momentum.or.id

Page 5: Pengalaman Rohani Sejati - Momentum Christian Literature · yang Meyakinkan bagi Hati Nurani Orang Tersebut 133 ... dapat menuliskannya secara objektif. ... maikan benih kecurangan

Daftar Isi vii

4. Emosi Rohani Timbul dari Pemahaman Rohani 90 5. Emosi Rohani Menghasilkan Keyakinan tentang Realitas

Hal-hal Ilahi 94 6. Emosi Rohani Selalu Hadir Bersamaan dengan

Kerendahan Hati yang Rohani 100 7. Emosi Rohani Selalu Hadir Bersamaan dengan

Suatu Perubahan Natur 105 8. Emosi Rohani Sejati Berbeda dengan yang Palsu dalam

Hal Menumbuhkan Keserupaan dengan Kristus dalam Kasih, Kerendahan Hati, Damai Sejahtera, Pengampunan dan Kemurahan Hati 107

9. Emosi Rohani Sejati Melembutkan Hati dan Tumbuh Bersamaan dengan Roh Lemah Lembut Kristen 113

10. Emosi Rohani Sejati, Tidak Seperti yang Palsu, Memiliki Keselarasan dan Keseimbangan yang Indah 115

11. Emosi Rohani Sejati Menumbuhkan Kerinduan untuk Hidup Lebih Kudus, Sebaliknya Emosi yang Palsu Merasa Puas dengan Dirinya Sendiri 118

12. Buah Emosi Rohani Sejati Adalah Praktik Hidup Kristen 121 13. Praktik Kehidupan Kristen Merupakan Tanda Utama dari

Kesungguhan Suatu Pertobatan yang Dapat Dilihat oleh Orang Lain 129

14. Praktik Kehidupan Kristen Merupakan Tanda Pertobatan yang Meyakinkan bagi Hati Nurani Orang Tersebut 133

15. Konklusi 144

Copyright © momentum.or.id

Page 6: Pengalaman Rohani Sejati - Momentum Christian Literature · yang Meyakinkan bagi Hati Nurani Orang Tersebut 133 ... dapat menuliskannya secara objektif. ... maikan benih kecurangan

• Kata Pengantar •

ERTANYAAN PALING KRUSIAL BAGI MANUSIA, – dan bagi setiap individu personal adalah: Apakah yang menjadi ciri-ciri orang-orang yang diperkenan Allah – orang-

orang yang sedang menuju ke sorga itu? Ini adalah cara lain untuk bertanya: Apakah natur agama yang sejati itu? Iman seperti apa-kah yang diterima oleh Allah?

PSulit untuk dapat memberikan jawaban yang objektif bagi

pertanyaan yang sedemikian kontroversial. Dan lebih sulit untuk dapat menuliskannya secara objektif. Tetapi yang paling sulit ada-lah untuk dapat membacanya dengan objektif! Mungkin banyak pembaca akan tersinggung melihat saya mengkritik berbagai emo-si dan pengalaman religius dalam buku ini. Sementara itu, sebagi-an pembaca lainnya mungkin akan marah terhadap sejumlah per-nyataan dan argumentasi saya. Saya telah berusaha untuk bersikap adil. Adalah tidak mudah untuk mendukung apa yang baik dalam suatu kebangunan rohani, sekaligus mengenali dan menolak apa yang buruk di dalamnya. Meskipun demikian, kita harus melaku-kan keduanya jika kita ingin menegakkan kerajaan Kristus.

Saya harus mengakui bahwa ada sesuatu yang sangat miste-rius tentang hal ini. Hal terbaik dan terburuk bercampur menjadi satu di dalam Gereja! Sama misteriusnya dengan bercampurnya hal-hal terbaik dan terburuk dalam diri seorang Kristen. Sekalipun

Copyright © momentum.or.id

Page 7: Pengalaman Rohani Sejati - Momentum Christian Literature · yang Meyakinkan bagi Hati Nurani Orang Tersebut 133 ... dapat menuliskannya secara objektif. ... maikan benih kecurangan

Pengalaman Rohani Sejati xvi

demikian, tak satu misteri pun yang baru. Bukan hal yang baru bila terdapat iman yang palsu di tengah suatu kebangunan, atau terdapat orang-orang munafik di antara orang-orang beriman se-jati. Ini terjadi dalam kebangunan besar pada masa Yosia, seperti yang tercatat dalam Yeremia 3:10 dan 4:3-4. Demikian pula pada masa Yohanes Pembaptis. Yohanes membangunkan segenap umat Israel lewat khotbahnya, namun mayoritas segera terhilang sesu-dahnya. Yohanes 5:35 menyatakan, “Ia adalah pelita yang menya-la dan yang bercahaya dan kamu hanya mau menikmati seketika saja cahayanya itu.” Hal serupa terjadi ketika Kristus sendiri ber-khotbah. Banyak yang percaya kepada Kristus untuk sesaat lama-nya, tetapi hanya sedikit yang setia sampai akhir. Demikian pula halnya ketika para rasul berkhotbah; seperti yang tersirat dalam masalah perpecahan dan ajaran sesat yang timbul dalam gereja pada masa para rasul.

Percampuran antara yang sejati dan yang sesat merupakan senjata utama Iblis untuk menyerang kepentingan Kristus. Itulah sebabnya kita harus belajar membedakan antara iman yang sejati dan yang palsu – antara emosi dan pengalaman yang berasal dari keselamatan, dengan tiruannya yang tampak atraktif dan logis, na-mun menyesatkan.

Kegagalan untuk membedakan antara yang sejati dan yang se-sat menghasilkan berbagai konsekuensi yang fatal. Sebagai con-toh:

(i) Banyak orang mempersembahkan ibadah yang penuh ke-palsuan ke hadirat Allah dan menganggap itu berkenan kepada-Nya, padahal itu justru dibenci-Nya.

(ii) Iblis menyebarkan kebohongan kepada banyak orang ten-tang keberadaan jiwa mereka. Dengan cara demikian, ia menghan-curkan mereka selamanya. Dalam sejumlah kasus, Iblis menyesat-

Copyright © momentum.or.id

Page 8: Pengalaman Rohani Sejati - Momentum Christian Literature · yang Meyakinkan bagi Hati Nurani Orang Tersebut 133 ... dapat menuliskannya secara objektif. ... maikan benih kecurangan

Kata Pengantar xvii

kan orang dengan membuat mereka menganggap diri mereka kudus, padahal mereka justru paling munafik.

(iii) Iblis merusak iman orang-orang percaya sejati. Ia menye-maikan benih kecurangan dan penyimpangan ke dalam hati mere-ka, sehingga menjadi tawar hati. Ia juga menyesatkan mereka de-ngan berbagai pencobaan dan kesulitan besar.

(iv) Para musuh kekristenan akan makin bersemangat melihat maraknya kecurangan dan kesesatan yang terjadi di dalam Gereja.

(v) Orang berbuat dosa sambil membayangkan bahwa mereka sedang melayani Allah. Maka mereka pun mengumbar perbuatan dosa mereka.

(vi) Ajaran sesat bahkan menipu para penganut kekristenan dengan secara tidak sengaja melakukan perbuatan para penentang kekristenan. Mereka menghancurkan kekristenan secara jauh lebih efektif dibandingkan para penentang kekristenan, dan menganggap mereka sedang memajukan kekristenan.

(vii) Iblis memecah belah umat Kristen dan menebar benih permusuhan di antara mereka. Umat Kristen bertengkar dengan hebatnya, seakan-akan ini sesuai dengan semangat Kristen. Ke-kristenan terjebak dalam pertengkaran yang sia-sia. Pihak-pihak yang bertikai telah menjadi sedemikian apatis, sehingga jalan te-ngah hampir-hampir mustahil untuk diupayakan.

Tatkala umat Kristen melihat konsekuensi buruk dari penya-maran iman yang palsu sebagai iman yang sejati, mereka menjadi resah. Mereka tidak tahu kemana harus berpihak atau apa yang ha-rus dipikirkan. Orang bahkan mulai mempertanyakan adanya ke-sejatian dalam kekristenan. Ajaran sesat, kemurtadan, dan ateisme mulai merajalela.

Mengingat sejumlah alasan ini, penting bagi kita untuk ber-upaya keras memahami natur iman yang sejati. Jika tidak, kita ti-

Copyright © momentum.or.id

Page 9: Pengalaman Rohani Sejati - Momentum Christian Literature · yang Meyakinkan bagi Hati Nurani Orang Tersebut 133 ... dapat menuliskannya secara objektif. ... maikan benih kecurangan

Pengalaman Rohani Sejati xviii

dak dapat mengharapkan kebangunan dapat terus berlangsung, dan hanya ada sedikit berkat dari debat dan diskusi rohani yang dapat kita harapkan, karena kita bahkan tidak memahami apa yang kita perdebatkan.

Melalui buku ini, saya rindu untuk berkontribusi dalam pe-mahaman mengenai iman yang sejati. Saya ingin menunjukkan natur dan ciri karya Roh Kudus dalam mempertobatkan orang ber-dosa. Saya juga akan berusaha menunjukkan bagaimana kita dapat membedakan karya Roh Kudus dari semua hal lain yang bukan merupakan pengalaman keselamatan sejati. Jika saya berhasil, saya berharap buku ini dapat menolong dalam mempertumbuhkan kesadaran mengenai kekristenan yang sejati.

Kiranya Allah berkenan atas ketulusan usaha saya ini, dan kiranya para pengikut yang setia dari Sang Domba Allah yang lemah lembut dan rendah hati itu menerima persembahan saya dengan pikiran yang terbuka dan doa!

Jonathan Edwards

Copyright © momentum.or.id

Page 10: Pengalaman Rohani Sejati - Momentum Christian Literature · yang Meyakinkan bagi Hati Nurani Orang Tersebut 133 ... dapat menuliskannya secara objektif. ... maikan benih kecurangan

• Pendahuluan •

ONATHAN EDWARDS (1703-1758) – teolog terbesar Amerika – menuliskan Risalah mengenai Afeksi Religi-us-nya dilatarbelakangi oleh peristiwa Kebangunan

Besar Pertama (First Great Awakening) sebutan orang Amerika bagi peristiwa yang oleh orang Inggris disebut sebagai Kebangun-an Injili (Evangelical Revival). Edwards sendiri memainkan peranan penting dalam peristiwa Kebangunan tersebut selaku pendeta dari sebuah gereja Congregational di Northampton, Massachusetts.

J

Hasrat Edwards untuk membedakan pengalaman religius yang sejati dari yang palsu bersumber dari kepedulian pastoralnya ter-hadap masalah kebangunan. Ia menyampaikan serial khotbah ber-dasarkan 1 Petrus 1:8 yang bertemakan hal ini pada tahun 1742-1743. Risalah ini mulanya merupakan naskah dari serangkaian khotbah itu, yang kemudian direvisi untuk dipublikasikan pada tahun 1746.

Edwards menyerang dua kubu. Pertama, ia menyampaikan bantahannya terhadap asumsi bahwa seluruh kebangunan tersebut merupakan sebuah histeria belaka. Kedua, ia memberikan sang-gahan terhadap asumsi bahwa seluruh kebangunan tersebut adalah “dari Allah,” betapapun aneh, liar atau tidak proporsionalnya hal itu. Apakah dua reaksi yang bertentangan ini lazim terjadi?

Copyright © momentum.or.id

Page 11: Pengalaman Rohani Sejati - Momentum Christian Literature · yang Meyakinkan bagi Hati Nurani Orang Tersebut 133 ... dapat menuliskannya secara objektif. ... maikan benih kecurangan

Pengalaman Rohani Sejati xii

Dalam upaya membuat jalan tengah di antara dua ekstrem yang setara namun berlawanan ini, Edwards menyodorkan sejum-lah pertanyaan mendasar: Apa makna menjadi orang Kristen itu? Apakah kekristenan merupakan masalah intelektualitas belaka? Bagaimana halnya dengan kehendak, perasaan, dan pengalaman? Apakah pertobatan itu? Bagaimana kita mengetahui bahwa sese-orang sudah bertobat? Bagaimana kita dapat menguji sejati tidak-nya sebuah pertobatan? Di manakah peranan kepastian keselamat-an dalam pengalaman hidup kekristenan? Pengalaman religius ma-nakah yang layak kita terima dan manakah yang harus kita tolak? Bagaimana kita dapat menguji ketulusan dan realitas iman kita sendiri? Apakah ciri-ciri kemunafikan dan kesesatan religius itu?

Kita mungkin tidak hidup pada masa terjadinya kebangunan, namun pertanyaan di atas dan jawaban yang diberikan Edwards atas pertanyaan itu sangat relevan bagi kita saat ini. Perasaan dan pengalaman tampaknya telah terlalu banyak diburu dan didewakan oleh orang Kristen generasi kita ini, seperti belum pernah terjadi sebelumnya. Akibatnya, kerap terjadi bahaya rohani yang tidak proporsional dan tidak rasional. Sebagai respons terhadap hal ini, sebagian orang memilih kembali pada sikap ortodoks yang keras, kaku, dan monoton, mencurigai segala hal yang berbau “emosi-onal.”

Di dalam karya Edwards ini kita akan menemukan “sebuah penuntun bagi yang tersesat,” sebuah ekspresi logika spiritual dan alkitabiah yang menuntun kita untuk dengan selamat melewati jerat kesesatan kontemporer dalam hal yang krusial ini.

Copyright © momentum.or.id

Page 12: Pengalaman Rohani Sejati - Momentum Christian Literature · yang Meyakinkan bagi Hati Nurani Orang Tersebut 133 ... dapat menuliskannya secara objektif. ... maikan benih kecurangan

Pendahuluan xiii

Suatu Catatan mengenai “Afeksi” dan “Emosi”

Kata “afeksi” terdapat dalam judul asli maupun isi buku Edwards. Pada zaman kita sekarang, “afeksi” lebih merujuk pada sejenis kasih. Sementara itu, pada zaman Edwards, istilah ini bermakna lebih luas. Jadi, saya memutuskan untuk menggantinya dengan istilah “emosi,” sebagai sebuah kata modern yang bermakna pa-ling dekat dengan istilah “afeksi.”

The Oxford English Dictionary memberikan tiga belas defi-nisi bagi istilah “afeksi.” Definisi ke-2 dan ke-5 menunjukkan bahwa asumsi Edwards ketika menggunakan kata “afeksi” adalah: suatu “emosi” atau “perasaan;” “keadaan pikiran terhadap sesuatu; ‘disposisi’ terhadap suatu hal.”

Bagi Edwards, “emosi” lebih menunjuk pada dorongan ke-hendak. Pada Bagian Pertama, bab 2, Edwards dengan jelas men-definisikan emosi sebagai dorongan kehendak yang lebih intens, kuat dan aktif. Dengan intelek atau rasio, kita “melihat” sesuatu; sedangkan dengan kehendak, kita menyukai atau tidak menyukai apa yang kita lihat itu. Jadi, “emosi” selalu melibatkan baik intelek maupun kehendak kita. Bagi Edwards, “emosi” semata-mata ber-arti sebuah respons kuat dari hati terhadap apa yang dilihat oleh intelek kita – baik yang berupa hasrat, harapan, sukacita, kasih, antusiasme, belas kasihan, dukacita, ketakutan, kemarahan, atau-pun kebencian.

Edwards menyebut respons kuat dari hati ini sebagai “afeksi.” Saya menyebutnya sebagai “emosi.” Sepanjang kita mengingat asumsi yang melatarbelakangi pembicaraan Edwards, perbedaan sebutan ini tidak akan banyak berpengaruh. Tetapi mengingat ke-cenderungan menyempitnya makna kata “afeksi” dewasa ini, penggunaan kata “emosi” untuk menggantikannya diharapkan da-pat mengurangi kemungkinan terjadinya salah penafsiran. Semen-

Copyright © momentum.or.id

Page 13: Pengalaman Rohani Sejati - Momentum Christian Literature · yang Meyakinkan bagi Hati Nurani Orang Tersebut 133 ... dapat menuliskannya secara objektif. ... maikan benih kecurangan

Pengalaman Rohani Sejati xiv

tara itu, kata “afeksi” dalam ikhtisar ini lebih mengacu pada pe-ngertian modernnya, yaitu “kasih.”

N.R.N. Edinburgh 1991

Copyright © momentum.or.id

Page 14: Pengalaman Rohani Sejati - Momentum Christian Literature · yang Meyakinkan bagi Hati Nurani Orang Tersebut 133 ... dapat menuliskannya secara objektif. ... maikan benih kecurangan

Natur Emosi dan Signifikansinya dalam Kekristenan 3

, 1. Kata Pembuka mengenai Emosi

EHUBUNGAN DENGAN RELASI antara orang-orang Kris-ten dan Kristus, Rasul Petrus menyatakan: “Sekalipun kamu belum pernah melihat Dia, namun kamu mengasi-

hi-Nya. Kamu percaya kepada Dia, sekalipun kamu sekarang tidak melihat-Nya. Kamu bergembira karena sukacita yang mulia dan yang tidak terkatakan” (1 Petrus 1:8).

S Seperti dijelaskan dalam ayat-ayat sebelumnya, orang-orang

percaya yang menerima surat kiriman Rasul Petrus ini sedang menderita aniaya. Di sini, Petrus menjelaskan bagaimana kekris-tenan mempengaruhi mereka selama mereka menderita aniaya. Ia menyebutkan dua ciri utama kesejatian mereka sebagai orang Kristen:

(i) Kasih terhadap Kristus. “Sekalipun kamu belum pernah melihat Dia, namun kamu mengasihi-Nya.” Orang-orang non-Kristen takjub melihat kesiapan orang-orang Kristen dalam menghadapi penderitaan dan mengabaikan kesenangan serta ke-nikmatan dunia ini. Dalam pandangan orang-orang yang belum percaya, orang Kristen tampak seperti tidak waras. Mereka seper-ti membenci diri mereka sendiri. Orang-orang yang belum per-caya tidak melihat alasan yang dapat memotivasi mereka untuk menanggung penderitaan. Sesungguhnya, orang-orang Kristen bukan melihat dengan mata jasmaniah mereka. Mereka menga-sihi pribadi yang tidak mereka lihat! Mereka mengasihi Yesus Kristus, karena mereka melihat-Nya secara rohaniah, dan bukan secara jasmaniah.

Copyright © momentum.or.id

Page 15: Pengalaman Rohani Sejati - Momentum Christian Literature · yang Meyakinkan bagi Hati Nurani Orang Tersebut 133 ... dapat menuliskannya secara objektif. ... maikan benih kecurangan

Pengalaman Rohani Sejati 4

(ii) Sukacita dalam Kristus. Meskipun penderitaan jasma-niah mereka luar biasa berat, sukacita rohaniah mereka lebih be-sar daripada penderitaan mereka. Sukacita ini meneguhkan me-reka dan memampukan mereka untuk menanggung derita dengan penuh sukacita.

Petrus mencatat dua hal berkenaan dengan sukacita ini. Per-tama, ia memberitahukan sumbernya kepada kita, yakni: dari iman. “Kamu percaya kepada Dia, sekalipun kamu sekarang tidak melihat-Nya. Kamu bergembira karena sukacita yang mulia dan yang tidak terkatakan.”

Kedua, ia mengungkapkan natur dari sukacita ini: “yang mu-lia dan yang tidak terkatakan.” Ini adalah sukacita yang tidak da-pat diungkapkan dengan kata-kata, karena begitu berbeda dengan sukacita dari dunia ini. Sukacita ini murni dan sorgawi. Tidak ada kata-kata yang dapat mengungkapkan kesempurnaan dan ke-indahannya. Sukacita ini juga tidak terkatakan limpahnya, karena Allah dengan penuh kemurahan melimpahkannya kepada umat-Nya yang sedang menderita.

Kemudian Petrus menyatakan sukacita ini sebagai sesuatu “yang mulia.” Sukacita ini memenuhi pikiran orang-orang Kris-ten, bagaikan cahaya kemuliaan. Sukacita ini bukanlah sukacita yang merusak akal budi – seperti kebanyakan sukacita duniawi – tetapi sukacita yang memberikan pada akal budi kita kemuliaan dan kehormatan. Orang-orang Kristen yang mengalami pende-ritaan saling berbagi dalam sukacita sorgawi. Sukacita ini meme-nuhi pikiran mereka dengan cahaya kemuliaan Allah dan men-jadikan mereka bercahaya oleh kemuliaan itu.

Doktrin yang sedang diajarkan Petrus kepada kita itu berbu-nyi: iman yang sejati itu terutama terdapat dalam emosi yang kudus (lihat catatan khusus mengenai emosi dalam bagian Pen-dahuluan – N.R.N.)

Copyright © momentum.or.id

Page 16: Pengalaman Rohani Sejati - Momentum Christian Literature · yang Meyakinkan bagi Hati Nurani Orang Tersebut 133 ... dapat menuliskannya secara objektif. ... maikan benih kecurangan

Natur Emosi dan Signifikansinya dalam Kekristenan 5

Petrus menyebutkan emosi rohani kasih dan sukacita, ketika ia mendeskripsikan pengalaman orang-orang Kristen ini. Ingat-lah, ia berbicara tentang orang-orang percaya yang menderita aniaya. Penderitaan mereka memurnikan iman mereka, sehingga “memperoleh puji-pujian dan kemuliaan dan kehormatan pada hari Yesus Kristus menyatakan diri-Nya” (1 Petrus 1:7). Jadi, mereka berada dalam kondisi rohani yang sehat dan Petrus mene-kankan kasih dan sukacita mereka sebagai bukti dari kesehatan rohani mereka.

, 2. Apakah Emosi Itu?

Sehubungan dengan hal ini, mungkin akan ditanyakan: “Apa se-benarnya yang Anda maksud dengan emosi?”

Saya akan menjawabnya demikian: “Emosi adalah suatu ge-rakan yang lebih hidup dan intens dari kecenderungan hati dan kehendak.”

Allah telah memberikan dua kekuatan utama dalam jiwa manusia. Kekuatan yang pertama adalah pengertian (under-standing), yang dengannya kita menguji dan menilai sesuatu. Se-mentara itu, kekuatan yang kedua memampukan kita untuk meli-hat sesuatu, bukan dengan mengamatinya secara apatis, melain-kan dengan menyukai atau tidak menyukainya, puas atau tidak puas terhadapnya, menerima atau menolaknya. Kita kadangkala menyebut kekuatan kedua ini sebagai kecenderungan (inclina-tion) hati. Terkait dengan pengambilan keputusan, kita lazim me-nyebutnya sebagai kehendak (will). Ketika kemudian, pikiran

Copyright © momentum.or.id

Page 17: Pengalaman Rohani Sejati - Momentum Christian Literature · yang Meyakinkan bagi Hati Nurani Orang Tersebut 133 ... dapat menuliskannya secara objektif. ... maikan benih kecurangan

Pengalaman Rohani Sejati 6

menjalankan kehendak atau kecenderungan hatinya, kita biasa menyebutnya hati.

Manusia bertindak berdasarkan kehendaknya dalam dua cara: (i) Kita dapat bergerak mendekati hal-hal yang kita lihat, dengan cara menyukai dan menyetujuinya. (ii) Kita dapat men-jauhi hal-hal yang kita lihat dan menolaknya. Manifestasi kehen-dak ini, tentu bervariasi tingkatannya. Ada beberapa kecende-rungan menyukai ataupun tidak menyukai yang menggerakkan kita hanya sedikit melampaui batas apatis total. Ada beberapa tingkatan lain dimana kecenderungan menyukai atau tidak me-nyukai terasa lebih kuat, sedemikian kuat hingga membuat kita bergerak secara energik dan efektif.

Gerakan yang lebih energik dan intens dari kehendak inilah yang kita sebut sebagai emosi.

Kehendak dan emosi kita bukanlah dua hal yang berbeda. Perbedaan antara emosi pengambilan keputusan secara spontan itu hanyalah dalam hal energi dan intensitasnya. Meskipun demi-kian, saya akui bahwa bahasa tidak mampu mengungkapkan per-bedaan kedua hal ini dengan sempurna. Di satu pihak, emosi hati itu sama dengan kehendak hati, dan kehendak tidak akan pernah berubah dari apatis menjadi bersemangat, kecuali perasaannya tergugah. Meskipun demikian ada banyak manifestasi kehendak yang tidak kita sebut sebagai emosi. Perbedaannya bukan terletak pada hakikatnya, tetapi pada intensitas dan cara kehendak itu dimanifestasikan.

Dalam setiap manifestasi kehendak, kita dapat menyukai atau tidak menyukai apa yang kita lihat. Kesukaan kita pada se-suatu, jika bersifat energik dan intens adalah identik dengan emosi kasih, sedangkan ketidaksukaan kita pada sesuatu adalah identik dengan benci. Dalam setiap manifestasi kehendak terha-dap sesuatu, dalam derajat tertentu, kita memiliki kecenderungan

Copyright © momentum.or.id

Page 18: Pengalaman Rohani Sejati - Momentum Christian Literature · yang Meyakinkan bagi Hati Nurani Orang Tersebut 133 ... dapat menuliskannya secara objektif. ... maikan benih kecurangan

Natur Emosi dan Signifikansinya dalam Kekristenan 7

(inclination) terhadap hal itu; dan jika kecenderungan tersebut kuat, kita menyebutnya sebagai hasrat (desire). Dalam setiap manifestasi kehendak dimana kita menyetujui sesuatu, berlaku suatu tingkatan kesukaan; jika kesukaan ini besar, kita menyebut-nya sukacita (joy) atau kesukaan (delight). Dan ketika kehendak kita tidak menyukai sesuatu, kita akan mengalami ketidaksukaan; jika ketidaksukaan ini besar, kita menyebutnya kesedihan (grief) atau dukacita (sorrow).

Setiap manifestasi kehendak berkaitan dengan menyetujui dan menyukai, atau tidak menyetujui dan menolak. Jadi, emosi kita itu ada dua macam. Ada emosi yang membawa kita mende-kati apa yang kita lihat, berpaut padanya atau mencarinya. Emosi ini meliputi kasih, hasrat, pengharapan, sukacita, ucapan syukur, dan kesenangan. Selain itu, ada emosi yang membuat kita menjauhi apa yang kita lihat dan melawannya; ini meliputi kebencian, ketakutan, kemarahan, dan dukacita.

,

3. Iman yang Sejati Terutama Bersangkut Paut dengan Emosi

Siapa dapat menyangkal bahwa iman yang sejati itu terutama ter-dapat di dalam emosi – suatu dorongan hati yang lebih bersema-ngat dan energik? Kerohanian yang dituntut Allah bukanlah seje-nis kerohanian yang terdiri dari kehendak yang lemah, mandul, dan pasif, yang membawa kita hanya sedikit melampaui batas apatis total. Dalam firman-Nya, Allah terus-menerus mengingat-kan agar kita memiliki kerajinan serta kesungguhan rohani, dan hati yang berkobar bagi Kristus. Hendaklah “rohmu menyala-

Copyright © momentum.or.id

Page 19: Pengalaman Rohani Sejati - Momentum Christian Literature · yang Meyakinkan bagi Hati Nurani Orang Tersebut 133 ... dapat menuliskannya secara objektif. ... maikan benih kecurangan

Pengalaman Rohani Sejati 8

nyala dan layanilah Tuhan” (Roma 12:11). “Maka sekarang, hai orang Israel, apakah yang dimintakan daripadamu oleh Tuhan, Allahmu, selain dari takut akan Tuhan, Allahmu, hidup menurut segala jalan yang ditunjukkan-Nya, mengasihi Dia, beribadah ke-pada Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan sege-nap jiwamu” (Ulangan 10:12). “Dengarlah, hai orang Israel: Tuhan itu Allah kita, Tuhan itu esa! Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu, dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu” (Ulangan 6:4-5).

Kerohanian sejati yang memiliki hati yang sungguh dan ber-semangat merupakan hasil dari sunat rohani, atau kelahiran baru, yang bersamanya tersedia janji-janji kehidupan. “Dan Tuhan Allahmu akan menyunat hatimu dan hati keturunanmu, sehingga engkau mengasihi Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu, supaya engkau hidup” (Ulangan 30:6).

Jika kita tidak bersungguh-sungguh dengan kekristenan kita, dan kehendak kita tidak aktif ataupun energik, maka kita ini bu-kanlah apa-apa. Realitas rohani adalah sedemikian besar, hingga hanya respons yang energik dan kuat dari hati kita saja yang layak baginya. Sedemikian pentingnya manifestasi kehendak da-lam hal-hal rohani, hingga melebihi hal-hal yang lain. Kerohani-an yang sejati itu kekuatannya sangat besar, dan kekuatannya pertama-tama muncul dalam hati. Itulah sebabnya Kitab Suci menyebut kerohanian yang sejati sebagai “kekuatan ibadah,” yang sama sekali berbeda dengan penampakan yang hanyalah bentuk luarnya – “secara lahiriah mereka menjalankan ibadah mereka, tetapi pada hakikatnya mereka memungkiri kekuatan-nya” (2 Timotius 3:5). Roh Kudus adalah Roh yang penuh kuasa dari emosi kudus yang terdapat dalam diri orang-orang Kristen sejati. Itulah sebabnya Kitab Suci menyatakan bahwa Allah telah memberikan kepada kita roh “yang membangkitkan kekuatan,

Copyright © momentum.or.id

Page 20: Pengalaman Rohani Sejati - Momentum Christian Literature · yang Meyakinkan bagi Hati Nurani Orang Tersebut 133 ... dapat menuliskannya secara objektif. ... maikan benih kecurangan

Natur Emosi dan Signifikansinya dalam Kekristenan 9

kasih, dan ketertiban” (2 Timotius 1:7). Tatkala kita menerima Roh Kudus, Kitab Suci menyatakan bahwa kita dibaptis “dengan Roh Kudus dan dengan api” (Matius 3:11). “Api” ini melam-bangkan emosi kudus yang dikaruniakan Roh di dalam diri kita, sehingga hati kita “berkobar-kobar” (Lukas 24:32).

Kitab Suci beberapa kali membandingkan relasi kita dalam hal-hal rohani dengan aktivitas-aktivitas sekuler yang dilakukan orang dengan giat. Misalnya berlari (1 Korintus 9:24), bergulat (Efesus 6:12), bertekun untuk meraih hadiah (Wahyu 2:10), me-lawan musuh yang kuat (1 Petrus 5:8-9) dan berjuang dalam pe-perangan total (1 Timotius 1:18). Anugerah, tentu saja, mempu-nyai tingkatannya sendiri, dan ada orang-orang Kristen yang le-mah, yang manifestasi kehendaknya terhadap hal-hal rohani pun cenderung lemah. Walaupun demikian, setiap emosi Kristen yang sejati terhadap Allah akan lebih kuat dibandingkan emosi berdosa atau alamiahnya. Setiap murid Kristus yang sejati akan mengasihi-Nya lebih dari “bapanya, ibunya, isterinya, anak-anaknya, saudara-saudaranya laki-laki atau perempuan, bahkan nyawanya sendiri” (Lukas 14:26).

Allah Sang Pencipta bukan hanya memberikan emosi kepada kita, tetapi juga telah menjadikan emosi kita sebagai pendorong utama berbagai tindakan kita. Kita tidak membuat suatu keputus-an atau melakukan suatu tindakan, kecuali dipengaruhi oleh ka-sih, kebencian, hasrat, pengharapan, ketakutan, ataupun emosi lainnya. Ini berlaku untuk hal-hal sekuler maupun rohani. Itulah sebabnya banyak orang yang mendengar firman Allah mengajar-kan hal-hal yang mutlak penting kepada mereka – mengenai Allah dan Kristus, dosa dan keselamatan, sorga dan neraka – na-mun tetap tidak berubah dalam sikap dan perilaku mereka. Alasannya sederhana: apa yang mereka dengar tidak mempenga-ruhi mereka. Itu tidak menyentuh emosi mereka. Sungguh, saya

Copyright © momentum.or.id

Page 21: Pengalaman Rohani Sejati - Momentum Christian Literature · yang Meyakinkan bagi Hati Nurani Orang Tersebut 133 ... dapat menuliskannya secara objektif. ... maikan benih kecurangan

Pengalaman Rohani Sejati 10

berani menyatakan bahwa tidak akan ada kebenaran rohani yang dapat mengubah sikap atau perilaku seseorang, kecuali hal terse-but menyentuh emosinya. Tidak seorang pendosa pun yang akan merindukan keselamatan, tidak seorang Kristen pun akan bangun dari kebekuan spiritual, kecuali kebenaran mempengaruhi hati-nya. Demikianlah signifikansi emosi!

, 4. Berbagai Macam Emosi

Seluruh Kitab Suci menempatkan kerohanian yang sejati teruta-ma di dalam emosi kita – dalam rasa takut, pengharapan, kasih, kebencian, hasrat, sukacita, dukacita, ucapan syukur, belas kasih-an, dan kerajinan. Mari kita memperhatikan hal-hal ini sejenak.

Takut. Kitab Suci menyatakan bahwa takut akan Allah me-rupakan intisari kerohanian yang sejati. Sebutan yang kerap di-berikan Kitab Suci kepada orang percaya ialah “orang yang takut akan Allah”, atau kaum “yang takut akan Tuhan.” Itulah sebab-nya, kesalehan sejati lazim disebut sebagai “takut akan Allah.”

Pengharapan. Berharap kepada Allah dan janji-Nya, menu-rut Kitab Suci, adalah bagian yang penting dari kerohanian yang sejati. Rasul Paulus menyebut pengharapan sebagai salah satu dari ketiga unsur pembentuk kerohanian yang sejati (1 Korintus 13:13). Pengharapan merupakan ketopong prajurit Kristus: “Dan berketopongkan pengharapan keselamatan” (1 Tesalonika 5:8). Pengharapan juga adalah sauh bagi jiwa: “Pengharapan ini ada-lah sauh yang kuat dan aman bagi jiwa” (Ibrani 6:19). Dan ada-kalanya perpaduan dari takut dan pengharapan kepada Allah mengindikasikan karakter orang percaya sejati: “Sesungguhnya,

Copyright © momentum.or.id

Page 22: Pengalaman Rohani Sejati - Momentum Christian Literature · yang Meyakinkan bagi Hati Nurani Orang Tersebut 133 ... dapat menuliskannya secara objektif. ... maikan benih kecurangan

Natur Emosi dan Signifikansinya dalam Kekristenan 11

mata Tuhan tertuju kepada mereka yang takut akan Dia, kepada mereka yang berharap akan kasih setia-Nya” (Mazmur 33:18).

Kasih. Kitab Suci menempatkan kerohanian yang sejati ter-utama di dalam emosi kasih: mengasihi Allah, mengasihi Yesus Kristus, mengasihi umat Allah, dan mengasihi seluruh umat ma-nusia. Ayat-ayat yang mengajarkan hal ini tak terhitung jumlah-nya dan saya akan membahas hal ini dalam bagian selanjutnya. Sekalipun demikian, kita juga harus memperhatikan bahwa Kitab Suci berbicara mengenai emosi kebencian yang menjadi lawan dari emosi kasih – membenci dosa – sebagai bagian penting dari kerohanian yang sejati. “Takut akan Tuhan ialah membenci keja-hatan” (Amsal 8:13). Sesuai dengan itu Kitab Suci mengajak orang-orang percaya untuk membuktikan ketulusan mereka me-lalui ini: “Hai orang-orang yang mengasihi Tuhan, bencilah keja-hatan!” (Mazmur 97:10).

Hasrat (desire). Kitab Suci sering menyebut hasrat yang ku-dus sebagai bagian penting dari kerohanian yang sejati. Hasrat ini dimanifestasikan dalam kerinduan, rasa lapar dan haus akan Allah dan kekudusan. “Kesukaan kami ialah menyebut nama-Mu” (Yesaya 26:8). “Jiwaku haus kepada-Mu, tubuhku rindu ke-pada-Mu, seperti tanah yang kering dan tandus, tiada berair” (Mazmur 63:2). “Berbahagialah orang yang lapar dan haus akan kebenaran, karena mereka akan dipuaskan” (Matius 5:6).

Sukacita. Kitab Suci berbicara tentang sukacita sebagai bagi-an penting dari kerohanian yang sejati. “Bersukacitalah karena Tuhan, hai orang-orang benar” (Mazmur 97:12). “Bersukacitalah senantiasa dalam Tuhan. Sekali lagi kukatakan: Bersukacitalah!” (Filipi 4:4). “Tetapi buah Roh ialah: kasih, sukacita, ....” (Galatia 5:22).

Dukacita. Kitab Suci menyatakan bahwa dukacita rohani, penyesalan dosa, dan kehancuran hati, merupakan bagian penting

Copyright © momentum.or.id

Page 23: Pengalaman Rohani Sejati - Momentum Christian Literature · yang Meyakinkan bagi Hati Nurani Orang Tersebut 133 ... dapat menuliskannya secara objektif. ... maikan benih kecurangan

Pengalaman Rohani Sejati 12

dari kerohanian yang sejati. “Berbahagialah orang yang berduka-cita, karena mereka akan dihibur” (Matius 5:4). “Korban sembe-lihan kepada Allah ialah jiwa yang hancur; hati yang patah dan remuk tidak akan Kaupandang hina, ya Allah” (Mazmur 51:19). “Sebab beginilah firman Yang Mahatinggi dan Yang Mahamulia, yang bersemayam untuk selamanya dan Mahakudus nama-Nya: ‘Aku bersemayam di tempat tinggi dan di tempat kudus tetapi juga bersama-sama orang yang remuk dan rendah hati, untuk menghidupkan semangat orang-orang yang rendah hati dan untuk menghidupkan hati orang-orang yang remuk’” (Yesaya 57:15).

Ucapan syukur (gratitude). Emosi rohani lain yang sering disebutkan dalam Kitab Suci adalah ucapan syukur, khususnya yang dinyatakan melalui pujian kepada Allah. Emosi ini sedemi-kian sering muncul – terutama di dalam Mazmur – hingga saya tidak perlu lagi memberikan kutipan teksnya.

Belas kasihan (mercy). Kitab Suci sering kali menyatakan bahwa belas kasihan atau kemurahan hati merupakan bagian pen-ting dari kerohanian yang sejati. Tuhan Yesus mengajarkan bah-wa pengampunan adalah salah satu tuntutan terpenting dalam pe-rintah Allah: “Berbahagialah orang yang murah hatinya, karena mereka sakan beroleh kemurahan” (Matius 5:7). “Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, hai kamu orang-orang munafik, sebab persepuluhan dari selasih, adas ma-nis, dan jintan kamu bayar, tetapi yang terpenting dalam hukum Taurat kamu abaikan, yaitu: keadilan dan belas kasihan dan kese-tiaan. Yang satu harus dilakukan dan yang lain jangan diabaikan” (Matius 23:23). Meneladani Yesus Kristus, Rasul Paulus juga menekankan pentingnya hal ini: “Karena itu, sebagai orang-orang pilihan Allah yang dikuduskan dan dikasihi-Nya, kenakan-lah belas kasihan ...” (Kolose 3:12).

Copyright © momentum.or.id

Page 24: Pengalaman Rohani Sejati - Momentum Christian Literature · yang Meyakinkan bagi Hati Nurani Orang Tersebut 133 ... dapat menuliskannya secara objektif. ... maikan benih kecurangan

Natur Emosi dan Signifikansinya dalam Kekristenan 13

Kerajinan (zeal). Kitab Suci menyatakan bahwa kerajinan rohani merupakan bagian penting dari kerohanian yang sejati. Melalui kematian-Nya di atas kayu salib, Kristus telah mengisya-ratkan hal ini: “yang telah menyerahkan diri-Nya bagi kita untuk membebaskan kita dari segala kejahatan dan untuk menguduskan bagi diri-Nya suatu umat, kepunyaan-Nya sendiri, yang rajin ber-buat baik” (Titus 2:14).

Saya hanya mengutip sedikit dari begitu banyak teks yang mengaitkan kerohanian yang sejati dengan emosi kita. Jika ingin menyangkali kenyataan ini, orang harus membuang Kitab Suci dan mencari standar lain yang dapat digunakan untuk menilai na-tur kerohanian yang sejati.

, 5. Kerohanian yang Sejati Terangkum

di dalam Kasih

Kasih adalah yang terutama dari semua emosi. Inilah yang diajar-kan Tuhan Yesus ketika Ia ditanya mengenai hukum yang teruta-ma: “Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan de-ngan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu. Itulah hukum yang terutama dan yang pertama. Dan hukum yang ke-dua, yang sama dengan itu, ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. Pada kedua hukum inilah tergantung selu-ruh hukum Taurat dan kitab para nabi” (Matius 22:37-40).

Rasul Paulus mengajarkan hal yang sama: “kasih adalah ke-genapan hukum Taurat” (Roma 13:10). “Tujuan nasihat itu ialah kasih yang timbul dari hati yang suci” (1 Timotius 1:5). Dalam 1 Korintus 13, Paulus berbicara mengenai kasih sebagai hal yang

Copyright © momentum.or.id

Page 25: Pengalaman Rohani Sejati - Momentum Christian Literature · yang Meyakinkan bagi Hati Nurani Orang Tersebut 133 ... dapat menuliskannya secara objektif. ... maikan benih kecurangan

Pengalaman Rohani Sejati 14

terutama dalam kekristenan – jiwa dan roh dari kekristenan – yang tanpanya, segala pengetahuan dan karunia dan mujizat menjadi tidak berguna.

Ini membuktikan bahwa kerohanian yang sejati terutama ter-letak di dalam emosi kita. Sebab kasih bukanlah sekadar salah satu emosi, melainkan emosi yang terutama dari semuanya dan (bisa dikatakan) sumber dari emosi-emosi lainnya. Dari kasihlah timbulnya kebencian – kebencian terhadap hal-hal yang berten-tangan dengan hal-hal yang kita kasihi. Dari kasih yang aktif, ha-ngat, dan berkobar-kobar kepada Allah, akan timbul emosi roha-ni lainnya: kebencian terhadap dosa; takut tidak diperkenan Allah; syukur kepada Allah atas kebaikan-Nya; sukacita di dalam Allah ketika kita merasakan kehadiran-Nya; dukacita ketika kita merasakan ketidakhadiran-Nya; pengharapan akan kesukaan di dalam Allah di masa yang akan datang; kerajinan demi kemu-liaan Allah. Demikian pula, kasih kepada sesama manusia akan memunculkannya perasaan-perasaan positif lainnya terhadap mereka.

, 6. Daud, Paulus, Yohanes, dan Kristus

Selaku Teladan dalam Hal Emosi yang Kudus

Kerohanian dari orang-orang kudus yang paling terkemuka da-lam Kitab Suci adalah kerohanian yang ditandai dengan emosi yang kudus. Secara khusus saya akan menyoroti tiga orang ku-dus, dan juga Tuhan mereka, untuk menunjukkan kebenaran ini.

Pertama, kita akan memperhatikan Raja Daud – orang yang diperkenan Allah – yang telah memberikan kepada kita gambar-

Copyright © momentum.or.id

Page 26: Pengalaman Rohani Sejati - Momentum Christian Literature · yang Meyakinkan bagi Hati Nurani Orang Tersebut 133 ... dapat menuliskannya secara objektif. ... maikan benih kecurangan

Natur Emosi dan Signifikansinya dalam Kekristenan 15

an yang hidup tentang kerohaniannya dalam kitab Mazmur. Nya-nyian-nyanyian kudus di dalam kitab tersebut semata-mata me-rupakan ungkapan emosi yang kudus dan tulus. Di dalamnya kita melihat kasih akan Allah yang tulus dan setia, penghargaan ter-hadap kesempurnaan-Nya mulia dan karya-Nya yang ajaib, serta hasrat dan haus akan Allah. Kita melihat kesukaan dan kebaha-giaan di dalam Allah, ucapan syukur yang tulus dan sungguh-sungguh atas kebaikan-Nya, sukacita yang kudus atas pertolong-an, kesempurnaan, dan kesetiaan-Nya. Kita melihat kasih dan sukacita umat Allah, kesukaan di dalam firman dan ketetapan Allah, dukacita atas dosa Daud mau pun dosa orang-orang lain, serta kesungguhan bagi Allah dan melawan musuh Allah.

Ekspresi emosi yang kudus dalam kitab Mazmur ini sangat relevan bagi kita. Mazmur bukan sekadar mengungkapkan kero-hanian seorang yang saleh yang bernama Daud, tetapi Roh Kudus juga menginspirasikannya bagi setiap orang percaya un-tuk menyanyikannya dalam ibadah, baik pada zaman Raja Daud maupun sesudahnya.

Selanjutnya, mari kita memperhatikan Rasul Paulus. Kitab Suci menggambarkannya sebagai seorang pria dengan kehidupan emosi yang telah sangat bertumbuh terutama berkenaan dengan emosi kasih. Ini dengan jelas tercermin dalam surat-surat yang ditulisnya. Sejenis kasih yang tulus kepada Kristus seakan-akan membakar, bahkan menghanguskannya. Ia menggambarkan diri-nya sendiri sebagai orang yang telah dikuasai oleh emosi yang kudus ini, didorong olehnya untuk terus melayani tanpa meme-dulikan segala kesulitan dan penderitaan (2 Korintus 5:14-15). Dan surat-suratnya pun penuh dengan curahan kasih kepada je-maat Tuhan. Ia menyebut mereka “saudara-saudaraku yang keka-sih” (2 Korintus 12:19, Filipi 4:1, 2 Timotius 1:2), dan menya-takan kasih sayang serta kepeduliannya terhadap mereka (1

Copyright © momentum.or.id

Page 27: Pengalaman Rohani Sejati - Momentum Christian Literature · yang Meyakinkan bagi Hati Nurani Orang Tersebut 133 ... dapat menuliskannya secara objektif. ... maikan benih kecurangan

Pengalaman Rohani Sejati 16

Tesalonika 2:7-8). Ia berulang kali mengungkapkan hasrat kasih dan kerinduannya kepada mereka. (Roma 1:11, Filipi 1:8, 1 Tesalonika 2:8, 2 Timotius 1:4).

Rasul Paulus sering kali mengungkapkan emosi sukacita. Ia menyatakan kegembiraannya dengan sangat bersukacita (Filipi 4:10, Filemon 7), menyatakan perasaan terhiburnya dengan lebih bersukacita (2 Korintus 7:13), dan senantiasa bersukacita (2 Korintus 6:10). Bacalah juga 2 Korintus 1:12; 7:7,9,16, Filipi 1:4; 2:1-2; 3:3, Kolose 1:24, 1 Tesalonika 3:9. Ia juga berbicara tentang harapannya (Filipi 1:20), cemburu ilahinya (2 Korintus 11:2-3), dan air mata kesedihannya (Kisah Para Rasul 20:19,31 dan 2 Korintus 2:4). Ia menuliskan dukacitanya yang mendalam dan kesedihan hatinya yang terus-menerus atas ketidakpercayaan orang Yahudi (Roma 9:2). Dan saya tidak perlu menyebut komit-men spiritualnya, yang telah dengan jelas terlihat dalam seluruh kehidupannya sebagai rasul dari Kristus.

Jika orang mampu memahami penjelasan mengenai Rasul Paulus ini, namun tidak melihat bahwa kerohanian Paulus adalah kerohanian yang terdiri dari emosi, maka ia pasti memiliki ke-mampuan aneh untuk memejamkan matanya rapat-rapat mela-wan cahaya menyilaukan yang disorotkan ke wajahnya!

Rasul Yohanes juga serupa dengan Rasul Paulus. Dalam ber-bagai surat yang ditulisnya, jelas terlihat bahwa ia memiliki kehi-dupan emosi yang sangat istimewa. Melalui suratnya, ia menya-pa jemaat Tuhan dengan cara yang sangat lembut dan mesra. Surat-suratnya memancarkan kasih yang begitu hangat, seolah-olah menegaskan keberadaan sang penulis sebagai pribadi yang penuh dengan kasih yang manis dan kudus. Saya tidak dapat membuktikan hal ini, kecuali saya mengutip seluruh isi suratnya!

Dan Pribadi yang lebih besar dari semuanya adalah Yesus Kristus sendiri, yang benar-benar lembut dan pengasih itu. Ia

Copyright © momentum.or.id

Page 28: Pengalaman Rohani Sejati - Momentum Christian Literature · yang Meyakinkan bagi Hati Nurani Orang Tersebut 133 ... dapat menuliskannya secara objektif. ... maikan benih kecurangan

Natur Emosi dan Signifikansinya dalam Kekristenan 17

mengekspresikan “kebenaran – keadilan-Nya” di dalam emosi yang kudus. Ia memiliki kasih yang paling sungguh, dinamis, dan intens – seperti yang belum pernah ada sebelumnya – baik ke-pada Allah maupun manusia. Kasih yang kudus inilah yang me-nang di Getsemani, tatkala Ia bergumul dalam kegentaran dan penderitaan, dan tatkala hati-Nya “sangat sedih, seperti mau mati rasanya” (Matius 26:38).

Kita melihat bahwa Yesus memiliki kehidupan emosi yang kuat dan mendalam semasa hidup-Nya di bumi. Kita membaca tentang komitmen-Nya terhadap Allah: “Cinta untuk rumah-Mu menghanguskan Aku” (Yohanes 2:17). Kita membaca tentang kepedihan hati-Nya melihat dosa manusia: “Ia berdukacita ka-rena kedegilan mereka” (Markus 3:5). Ia bahkan menangis tat-kala memikirkan dosa dan penderitaan orang-orang kafir di Yerusalem, “Dan ketika Yesus telah dekat dan melihat kota itu, Ia menangisinya, kata-Nya: ‘Wahai betapa baiknya jika pada hari ini juga engkau mengerti apa yang perlu untuk damai sejahtera-mu!’” (Lukas 19:41-2). Kita sering kali membaca mengenai rasa iba dan belas kasihan yang dirasakan Tuhan Yesus; lihat Matius 9:36; 14:14; 15:32, Markus 6:34, Lukas 7:13. Betapa tersentuh-nya hati Yesus tatkala Lazarus meninggal! Betapa penuh kasih kata-kata perpisahan yang Ia ucapkan kepada murid-murid-Nya pada malam sebelum Ia disalibkan! Di antara seluruh perkataan manusia, perkataan Kristus yang diucapkan-Nya dalam Injil Yohanes 13-16 adalah yang paling menyentuh dan penuh kasih.

Copyright © momentum.or.id

Page 29: Pengalaman Rohani Sejati - Momentum Christian Literature · yang Meyakinkan bagi Hati Nurani Orang Tersebut 133 ... dapat menuliskannya secara objektif. ... maikan benih kecurangan

Pengalaman Rohani Sejati 18

, 7. Emosi di dalam Sorga

Tidak diragukan lagi, ada kerohanian yang sejati di dalam sorga. Kerohanian sorgawi itu benar-benar murni dan mutlak sempurna. Menurut gambaran mengenai sorga yang diberikan Kitab Suci kepada kita, kerohanian sorgawi terutama bersangkut paut de-ngan kasih dan sukacita, yang diungkapkan dalam pujian yang paling tulus dan mulia. Jadi, kerohanian orang-orang kudus di sorga pada dasarnya merupakan penyempurnaan kerohanian orang-orang kudus di dunia. Anugerah masa kini merupakan fa-jar kemuliaan masa yang akan datang. Firman dalam 1 Korintus 13 menyatakan hal ini. Jadi jika kerohanian sorgawi adalah se-buah kerohanian emosi, maka setiap kerohanian yang sejati juga harus merupakan sebuah kerohanian emosi.

Cara memahami hakikat dari suatu hal adalah dengan men-cari tahu hal itu di dalam keadaannya yang paling murni/sempur-na. Ini berarti, kita harus mengarahkan pikiran kita ke sorga, jika bermaksud memahami hakikat dari kerohanian yang sejati. Ini dikarenakan semua orang yang benar-benar rohani itu bukan ber-asal dari dunia ini. Mereka adalah kaum pendatang di dunia ini, yang berasal dari sorga. Mereka datang dari atas dan sorga ada-lah tempat mereka berasal. Natur yang mereka peroleh dari kela-hiran sorgawi mereka adalah sebuah natur sorgawi. Kehidupan rohani yang sejati di dalam hati orang percaya merupakan sebuah bibit kerohanian sorgawi, dan Allah mempersiapkan kita menuju sorga melalui suatu bentuk penyesuaian diri dengan hal tersebut. Jadi jika kerohanian sorgawi adalah sebuah kerohanian emosi, maka kerohanian kita di dunia ini pun haruslah demikian.

Copyright © momentum.or.id

Page 30: Pengalaman Rohani Sejati - Momentum Christian Literature · yang Meyakinkan bagi Hati Nurani Orang Tersebut 133 ... dapat menuliskannya secara objektif. ... maikan benih kecurangan

Natur Emosi dan Signifikansinya dalam Kekristenan 19

, 8. Emosi dan Kewajiban Rohani Kita

Kita dapat melihat signifikansi emosi rohani dari sejumlah ke-wajiban yang telah ditetapkan Allah sebagai ungkapan-ungkapan ibadah.

Doa. Melalui doa, kita menyatakan kesempurnaan, kemulia-an, kekudusan, kebaikan, dan kecukupan-diri (all-sufficiency) Allah, sekaligus juga kehampaan dan ketidaklayakan kita, serta keinginan dan kebutuhan kita. Tetapi untuk apa kita berdoa? Bu-kan untuk memberitahukan semua hal ini kepada Allah, karena Ia sudah mengetahuinya, dan pasti bukan untuk mengubah rencana-Nya dan membujuk-Nya agar memberkati kita. Kita menyatakan hal-hal tersebut demi menggerakkan dan mempengaruhi hati kita sendiri dengan apa yang kita nyatakan, dan dengan cara demi-kian, mempersiapkan diri kita sendiri untuk menerima berkat-berkat yang kita mintakan kepada-Nya.

Pujian. Kewajiban untuk menyanyikan puji-pujian kepada Allah tampaknya tidak ada tujuan lain kecuali untuk membang-kitkan dan mengungkapkan emosi rohani. Satu-satunya alasan Allah memerintahkan kita untuk mengungkapkan diri kita ke-pada-Nya melalui puisi dan prosa ataupun lagu dan kata-kata adalah karena ketika kebenaran ilahi diungkapkan melalui puisi dan lagu, ada suatu kecenderungan yang dimaksudkan untuk mempengaruhi kita dan menggerakkan emosi kita.

Baptisan dan Perjamuan Kudus. Hal yang sama berlaku un-tuk baptisan dan Perjamuan Kudus. Secara alamiah, hal-hal yang bersifat fisik dan visibel itu sangat mempengaruhi kita. Oleh ka-rena itu, Allah bukan sekadar menetapkan agar kita mendengar

Copyright © momentum.or.id

Page 31: Pengalaman Rohani Sejati - Momentum Christian Literature · yang Meyakinkan bagi Hati Nurani Orang Tersebut 133 ... dapat menuliskannya secara objektif. ... maikan benih kecurangan

Pengalaman Rohani Sejati 20

Injil melalui firman-Nya, tetapi juga memerintahkan kita untuk melihat Injil yang dimanifestasikan di depan mata kita melalui berbagai simbol yang kelihatan, agar hal tersebut dapat lebih mempengaruhi kita. Manifestasi visibel dari Injil ini adalah bap-tisan dan Perjamuan Kudus.

Khotbah. Alasan utama Allah menetapkan adanya khotbah di Gereja adalah untuk menanamkan kebenaran ilahi ke dalam hati dan emosi kita. Tidaklah cukup bagi kita untuk sekadar me-miliki berbagai buku teologi dan tafsiran yang baik. Semua itu memang membawa pencerahan bagi pemahaman kita, namun mereka tidak memiliki kuasa yang sama seperti halnya khotbah dalam menggerakkan kehendak kita. Allah memakai kekuatan bahasa lisan untuk menanamkan kebenaran-Nya ke dalam hati kita dengan cara yang lebih spesifik dan hidup.

, 9. Emosi dan Kekerasan Hati

Hal lain yang membuktikan bahwa kerohanian yang sejati itu terutama terletak di dalam emosi adalah bahwa Kitab Suci sering menyebut dosa sebagai “kekerasan hati.” Mari kita memperhati-kan kutipan-kutipan di bawah ini:

“Ia berdukacita karena kedegilan mereka, dan dengan marah Ia memandang sekeliling-Nya kepada mereka” (Markus 3:5).

“Pada hari ini, sekiranya kamu mendengar suara-Nya! Ja-nganlah keraskan hatimu seperti di Meriba, seperti pada hari di Masa di padang gurun, pada waktu nenek moyangmu mencobai Aku, menguji Aku, padahal mereka melihat perbuatan-Ku.

Copyright © momentum.or.id

Page 32: Pengalaman Rohani Sejati - Momentum Christian Literature · yang Meyakinkan bagi Hati Nurani Orang Tersebut 133 ... dapat menuliskannya secara objektif. ... maikan benih kecurangan

Natur Emosi dan Signifikansinya dalam Kekristenan 21

Empat puluh tahun Aku jemu kepada angkatan itu, maka kata-Ku: ‘Mereka suatu bangsa yang sesat hati’” (Mazmur 95:7-10).

“Ya TUHAN, mengapa Engkau biarkan kami sesat dari jalan-Mu, dan mengapa Engkau tegarkan hati kami, sehingga tidak takut kepada-Mu?” (Yesaya 63:17a).

“Ia menegarkan tengkuknya dan mengeraskan hatinya dan tidak berbalik kepada TUHAN, Allah Israel” (2 Tawarikh 36:13b).

Selain kutipan-kutipan tersebut, perhatikan pula bahwa Kitab Suci mendefinisikan pertobatan sebagai “menjauhkan dari tubuh mereka hati yang keras dan memberikan mereka hati yang taat” (Yehezkiel 11:19; 36:26).

Jadi, hati yang keras ialah hati yang tidak mudah disentuh atau digerakkan oleh emosi rohani. Hati itu telah membatu – dingin, tidak peka, tidak memedulikan Allah maupun kekudusan. Ini berbeda dengan hati yang lembut, yang memiliki perasaan dan mudah tersentuh atau tergerak. Kesimpulannya adalah, keku-dusan hati itu terutama terdiri dari emosi rohani.

, 10. Pelajaran Apakah yang Dapat Kita Petik

dari Semua Ini?

(i) Dari hal ini, kita belajar betapa besar kekeliruan meng-abaikan semua emosi rohani dengan asumsi bahwa itu hal yang remeh. Kekeliruan ini dapat timbul setelah terjadinya suatu keba-ngunan rohani. Karena berbagai emosi dinamis yang dialami ba-nyak orang itu begitu cepat hilang, orang mulai mengecilkan arti segala bentuk emosi rohani, seolah-olah kekristenan sama sekali tidak ada sangkut pautnya dengan semua itu.

Copyright © momentum.or.id

Page 33: Pengalaman Rohani Sejati - Momentum Christian Literature · yang Meyakinkan bagi Hati Nurani Orang Tersebut 133 ... dapat menuliskannya secara objektif. ... maikan benih kecurangan

Pengalaman Rohani Sejati 22

Ekstrem yang lain adalah menganggap semua emosi religius yang dinamis sebagai tanda dari suatu pertobatan sejati, tanpa memeriksa natur dan asal-usul emosi-emosi tersebut. Jika sese-orang terlihat antusias dan fasih dalam membicarakan hal-hal rohani, orang akan menyimpulkan dia sebagai seorang Kristen sejati.

Iblis berupaya keras mendorong kita dari satu ekstrem ke ekstrem lainnya. Ketika melihat emosi sedang menggejala, Iblis pun segera menaburkan benih lalang di antara gandum. Ia men-campuradukkan emosi palsu dengan karya sejati Roh Allah. De-ngan cara ini, Iblis menipu dan terus-menerus menghancurkan banyak orang, membingungkan orang percaya sejati, dan meru-sak kekristenan. Dan ketika efek berdosa dari emosi palsu itu ter-ungkap, Iblis pun mengubah srateginya. Sekarang, ia mencoba membujuk banyak orang agar meyakini bahwa semua emosi ro-hani itu sama sekali tidak berarti. Dengan cara demikian, ia men-coba menyingkirkan segala hal yang berbau spiritual dari hati kita, dan menjadikan kekristenan sebuah formalitas yang mati.

Sikap yang benar adalah tidak menolak semua emosi, demi-kian juga tidak menerima semuanya, melainkan memilah-milah-nya. Kita hendaknya menerima yang baik, dan menolak yang bu-ruk. Kita harus memisahkan gandum dari lalang, sanga dari emas, yang berharga dari yang tidak berharga.

(ii) Jika kerohanian yang sejati terletak di dalam emosi kita, maka kita harus menghargai hal-hal yang memunculkan emosi di dalam diri kita. Kita selayaknya menginginkan buku dan khotbah dan doa dan lagu pujian yang dapat mengubahkan hati kita.

Jangan salah mengerti. Maksud saya, hal-hal seperti ini ada-kalanya dapat menggerakkan emosi orang-orang yang tidak ber-iman dan tidak berhikmat, tanpa membawa kebaikan apa pun bagi jiwa mereka. Ini disebabkan karena hal-hal seperti ini sangat

Copyright © momentum.or.id

Page 34: Pengalaman Rohani Sejati - Momentum Christian Literature · yang Meyakinkan bagi Hati Nurani Orang Tersebut 133 ... dapat menuliskannya secara objektif. ... maikan benih kecurangan

Natur Emosi dan Signifikansinya dalam Kekristenan 23

mungkin untuk membangkitkan emosi-emosi yang tidak spiritual ataupun kudus. Dengan demikian, harus ada penjelasan yang tun-tas dan pemahaman yang akurat mengenai kebenaran spiritual di dalam buku rohani, khotbah, doa, maupun lagu pujian kita. Setelah itu, kita baru dapat meyakini bahwa semakin baik hal-hal tersebut menggerakkan emosi kita, semakin baik pula semua hal tersebut.

(iii) Jika kerohanian yang sejati terletak di dalam emosi kita, maka kita mempunyai alasan kuat untuk merasa malu bila reali-tas spiritual ternyata tidak mempengaruhi kita dengan lebih baik.

Allah telah memberi kita emosi, untuk maksud yang serupa dengan potensi kita yang lain – untuk menggenapi tujuan utama manusia, dan relasinya dengan Allah. Tetapi betapa mudah emosi manusia dipengaruhi oleh hal-hal yang lain, kecuali oleh realitas spiritual! Berkenaan dengan hal-hal lahiriah, kesenangan dunia-wi, reputasi, dan relasi alamiah mereka – dalam hal-hal ini, ha-srat mereka berkobar-kobar, kasih mereka hangat, dan kerajinan mereka bergelora.

Namun betapa tidak peka dan tidak antusiasnya kebanyakan orang terhadap hal-hal spiritual! Dalam hal demikian, kasih me-reka dingin, hasrat mereka padam, dan ucapan syukur mereka sedikit sekali. Mereka dapat duduk dan mendengar tentang kasih Allah yang tak terbatas di dalam Yesus Kristus, tentang penderi-taan dan kematian Kristus bagi orang-orang berdosa, dan kesela-matan oleh darah-Nya dari hukuman kekal di neraka menuju sukacita kekal di sorga – dengan tetap dingin dan apatis! Tetapi apalagi yang dapat menggerakkan emosi kita, kalau bukan kebe-naran-kebenaran ini? Mungkinkah ada hal lain yang lebih pen-ting, lebih ajaib, atau lebih relevan? Bolehkah orang Kristen ber-pikir bahwa Injil Yesus Kristus yang mulia tidak lagi menggerak-kan dan membangkitkan emosi manusia?

Copyright © momentum.or.id

Page 35: Pengalaman Rohani Sejati - Momentum Christian Literature · yang Meyakinkan bagi Hati Nurani Orang Tersebut 133 ... dapat menuliskannya secara objektif. ... maikan benih kecurangan

Pengalaman Rohani Sejati 24

Allah telah merencanakan penebusan kita sedemikian rupa sehingga peristiwa itu mampu menyingkapkan semua kebenaran paling agung dengan penuh kuasa dan keajaiban. Kepribadian dan kehidupan manusia Yesus Kristus menyingkapkan kemulia-an dan keindahan Allah dalam cara yang paling menyentuh, me-lampaui yang dapat dipikirkan manusia. Sebagaimana halnya salib menunjukkan kasih Yesus bagi orang berdosa dengan cara yang paling menggetarkan, demikian pula salib membukakan ke-busukan natur dosa kita dengan cara yang paling menggentarkan. Sebab, kita melihat efek mematikan dari dosa-dosa kita yang di-tanggungkan atas Yesus, melalui pengorbanan-Nya di atas kayu salib. Di salib jugalah, kita melihat penyataan paling menggen-tarkan dari kebencian Allah terhadap dosa, serta keadilan dan murka-Nya dalam penghukuman-Nya. Meski Putra Tunggal-Nya yang sangat dikasihi-Nya itu sendiri yang menanggung dosa gan-ti kita, Allah tetap membinasakan-Nya. Betapa hebatnya keadilan Allah, dan betapa dahsyatnya murka kudus-Nya!

Dan betapa dalam rasa malu kita seharusnya, bila ternyata hal-hal semacam itu tidak banyak mempengaruhi kita!

Copyright © momentum.or.id