Pengambilan keputusan Organisasi

11
BAHRUR ROSYIDI DURAISY | DECISION MAKING PROCESS 1 PROSES PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM BUDAYA ORGANISASI (Decision Making Process in Organizational Culture) https://bahrurrosyididuraisy.wordpress.com/ PENDAHULUAN Pengambilan keputusan merupakan pekerjaan sehari-hari dari manajemen sehingga perlu diketahui apa definisi pengambilan keputusan, bagaimana tiba pada keputusan, tingkat-tingkat keputusan, klasifikasi dan jenis-jenis pengam-bilan keputusan. Didalam setiap organisasi, baik organisasi besar maupun kecil, dapat saja terjadi perubahan kondisi, pergeseran personalia, timbul pertentangan-pertentangan, terjadi kesalahan-kesalahan yang perlu dibetulkan, dan muncul hal-hal yang tidak terduga sama sekali sebelumnya. Menghadapi perkembangan atau masalah semacam itu memerlukan pengambilan keputusan yang cepat dan tepat. Di samping itu, keputusan-keputusan harus diambil dengan tepat agar roda organisasi beserta administrasinya dapat berjalan terus dengan lancar. Setiap keputusan haruslah diikuti dengan pelaksanaan, dan orang yang membuat keputusan harus bertanggung jawab terhadap keputusan yang telah ia buat. Setiap keputusan yang dilaksanakan diusahakan agar jangan sampai menggunakan kekerasan(fisik),kalau tidak sangat terpaksa. Setiap keputusan yang diambil harus dapat dipertanggung jawabkan,dan pelaksanaan keputusan lebih ditekankan pada sifat kepemimpinan dari orang yang mengambil keputusan. Dalam suatu organisasi pengambilan keputusan menjadi hal yang sangat penting untuk mempertahankan keberlangsungan kehidupan organisasi, maka dapat dikatakan bahwa pengambilan keputusan menjadi landasan dasar, kemana akan dibawa organisasi dalam menghadapi setiap tantangan, baik dari dalam maupun luar lingkungan organisasi. pentingnya pengambilan keputusan akan keberlangsungan kehidupan suatu organisasi juga dipengaruhi budaya organisasi. budaya organisasi dalam hal ini memegang pengaruh dalam penyesuaian model pengambilan keputusan yang akan diambil oleh suatu organisasi. Sehingga memungkinkan untuk terciptanya model pengambilan keputusan yang berbeda dari keadaan yang sekarang terjadi sangat dimungkinkan. Budaya dalam suatu organisasi tercipta pada saat terjadinya organisasi itu sendiri pertama kali berdiri. Budaya organisasi menjadi suatu hal yang penting untuk dimiliki oleh setiap organisasi karena budaya menjadi kepribadian bagi organisasi sama dengan individu. Jika kita hubungkan pengambilan keputusan dengan budaya organisasi, kedua hal tersebut saling berkesinambungan. Dalam pengambilan keputusan terlebih dahulu mengkaji apakan keputusan yang telah diambil bertentangan tidak dengan budaya organisasi yang bersangkutan. Jika keputusan yang diambil bertentangan, maka manajer wajib untuk mencari alternatif lain. Manajer yang berfungsi menjadi pengambil keputusan dalam organisasi , diharapkan menjadi orang yang tahu benar mengenai organisasi dan masalah yang menghinggapi organisasi yang dikelolanya. Terkadang dalam mengambil keputusan manajer berhadapan dengan berbagai hal seperti tidak sempurna dan ketidaklengkapan informasi, masalah yang terlalu kompleks, waktu yang terbatas dalam proses pengambiln keputusan, preferensi yang bertentangan dengan pengambilan keputusan untuk tujuan organisasi.

Transcript of Pengambilan keputusan Organisasi

Page 1: Pengambilan keputusan Organisasi

BAHRUR ROSYIDI DURAISY | DECISION MAKING PROCESS 1

PROSES PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM BUDAYA ORGANISASI (Decision Making Process in Organizational Culture)

https://bahrurrosyididuraisy.wordpress.com/

PENDAHULUAN

Pengambilan keputusan merupakan pekerjaan sehari-hari dari manajemen sehingga perlu diketahui apa definisi pengambilan keputusan, bagaimana tiba pada keputusan, tingkat-tingkat keputusan, klasifikasi dan jenis-jenis pengam-bilan keputusan. Didalam setiap organisasi, baik organisasi besar maupun kecil, dapat saja terjadi perubahan kondisi, pergeseran personalia, timbul pertentangan-pertentangan, terjadi kesalahan-kesalahan yang perlu dibetulkan, dan muncul hal-hal yang tidak terduga sama sekali sebelumnya. Menghadapi perkembangan atau masalah semacam itu memerlukan pengambilan keputusan yang cepat dan tepat. Di samping itu, keputusan-keputusan harus diambil dengan tepat agar roda organisasi beserta administrasinya dapat berjalan terus dengan lancar.

Setiap keputusan haruslah diikuti dengan pelaksanaan, dan orang yang membuat keputusan harus bertanggung jawab terhadap keputusan yang telah ia buat. Setiap keputusan yang dilaksanakan diusahakan agar jangan sampai menggunakan kekerasan(fisik),kalau tidak sangat terpaksa. Setiap keputusan yang diambil harus dapat dipertanggung jawabkan,dan pelaksanaan keputusan lebih ditekankan pada sifat kepemimpinan dari orang yang mengambil keputusan.

Dalam suatu organisasi pengambilan keputusan menjadi hal yang sangat penting untuk mempertahankan keberlangsungan kehidupan organisasi, maka dapat dikatakan bahwa pengambilan keputusan menjadi landasan dasar, kemana akan dibawa organisasi dalam menghadapi setiap tantangan, baik dari dalam maupun luar lingkungan organisasi. pentingnya pengambilan keputusan akan keberlangsungan kehidupan suatu organisasi juga dipengaruhi budaya organisasi. budaya organisasi dalam hal ini memegang pengaruh dalam penyesuaian model pengambilan keputusan yang akan diambil oleh suatu organisasi. Sehingga memungkinkan untuk terciptanya model pengambilan keputusan yang berbeda dari keadaan yang sekarang terjadi sangat dimungkinkan.

Budaya dalam suatu organisasi tercipta pada saat terjadinya organisasi itu sendiri pertama kali berdiri. Budaya organisasi menjadi suatu hal yang penting untuk dimiliki oleh setiap organisasi karena budaya menjadi kepribadian bagi organisasi sama dengan individu.

Jika kita hubungkan pengambilan keputusan dengan budaya organisasi, kedua hal tersebut saling berkesinambungan. Dalam pengambilan keputusan terlebih dahulu mengkaji apakan keputusan yang telah diambil bertentangan tidak dengan budaya organisasi yang bersangkutan. Jika keputusan yang diambil bertentangan, maka manajer wajib untuk mencari alternatif lain. Manajer yang berfungsi menjadi pengambil keputusan dalam organisasi , diharapkan menjadi orang yang tahu benar mengenai organisasi dan masalah yang menghinggapi organisasi yang dikelolanya. Terkadang dalam mengambil keputusan manajer berhadapan dengan berbagai hal seperti tidak sempurna dan ketidaklengkapan informasi, masalah yang terlalu kompleks, waktu yang terbatas dalam proses pengambiln keputusan, preferensi yang bertentangan dengan pengambilan keputusan untuk tujuan organisasi.

Page 2: Pengambilan keputusan Organisasi

BAHRUR ROSYIDI DURAISY | DECISION MAKING PROCESS 2

PENGERTIAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN

Ada beberapa definisi tentang pengambilan keputusan, misalnya saja Terry, ia memberikan definisi pengambilan keputusan adalah pemi-lihan alternatif perilaku dari dua alternatif atau lebih. Decision making can be definied as the selection of one behavior alternative from two or more possible alternative.

Pada hakekatnya, pengambilan keputusan adalah suatu pendekatan yang sistematis terhadap hakekat suatu masalah,pengum-pulan fakta-fakta dan data, penentuan yang matang dari alternatif yang dihadapi dan me-ngambil tindakan yang menurut perhitungan merupakan tindakan yang pa-ling tepat. Dari pengertian di atas menunjukkan lima hal yang jelas, yaitu :

1. Dalam proses pengambilan keputusan tidak ada hal yang terjadi secara kebetulan.

2. Pengambilan keputusan tidak dapat dilakukan secara sembarangan. 3. Bahwa sebelum sesuatu masalah dapat dipecahkan dengan baik,hake-kat

daripada masalah itu harus diketahui dengan jelas. 4. Bahwa pemecahan masalah tidak dapat dilakukan melalui mengarang, akan

tetapi harus didasarkan pada fakta-fakta yang terkumpul dengan sistematis, terolah dengan baik dan tersimpan secara teratur sehingga fakta/data itu sungguh dapat dipercayai.

5. Bahwa keputusan yang baik adalah keputusan yang telah dipilih dari berbagai alternatif yang ada setelah alternatif itu dianalisa dengan matang.

Tetapi juga dapat dikatakan bahwa pengambilan keputusan adalah tindakan

pimpinan untuk memecahkan masalah yang dihadapi dalam orga-nisasi yang dipimpinnya dengan melalui pemilihan satu diantara alternatif-alternatif yang dimungkinkan.

PENGERTIAN BUDAYA ORGANISASI

Konteks lingkungan organisasi harus selalu diingat sebagai analisis budaya

organisasi yang dikejar. Budaya melibatkan anggota sebuah organisasi dalam realitas yang dibangun secara sosial. Anggota organisasi berbagi realitas ini dalam indera ganda persamaan dan perbedaan. Unsur-unsur di atas dimana berbagi budaya didasarkan pada termasuk artefak, simbol, norma, nilai, keyakinan, dan asumsi, dan fisik, perilaku, dan simbol-simbol linguistik. Unsur-unsur budaya ini saling terkait dalam makna jaringan yang terjalin, seperangkat inti anggapan dan sebuah pandangan, dapat diakses oleh semua anggota budaya.

Pandangan membantu anggota dalam mengelola kegiatan dan dalam memaknai pengalaman organisasi. Hubungan konstruksi sosial ini, yang anggota budayanya secara rutin mengarahkan pengalaman dan aktivitas, adalah apa yang disebut sebagai budaya organisasi.

Page 3: Pengambilan keputusan Organisasi

BAHRUR ROSYIDI DURAISY | DECISION MAKING PROCESS 3

TEORI PENGAMBILAN KEPUTUSAN ORGANISASI (Organizational Decision Making Theories)

Pengambilan keputusan dalam organisasi terkait mengenai proses

pengambilan keputusan yang terjadi pada semua tingkatan dan dalam semua unit dalam organisasi. ada dua macam proses pengambilan keputusan dalam pengertian ini, dapat kita lihat bahwa sebuah organsasi menjadi suatu fokus kegiatan dalam proses pengambilan keputusan.

1. Pengambilan keputusan pada Organisasi Hierarki. Di dalam struktur hierarki, manajer tertinggi berfungsi menjadi pusat dari pengambilan keputusan strategis yang menyangkut dengan keputusan pelembagaan, manajer tingkat tengah mengepalai pengambilan keputusan.

2. Pengambilan keputusan pada Organisasi Fungsional.

Pengambilan keputusan dalam struktur fungsional dikelola oleh tiap-tiap bidang dengan departemen yang memimpinnya. Sementara itu, model struktur per divisi masing-masing memegang dan menjalankan kepentingannya.

Berikut ini akan dibahas mengenai analisis proses pengambilan keputusan yang didominasi oleh teori Mary Jo Hatch.

a. Bounded Rationality (Pembatasan Rasionalitas) Herbert Simon mengidentifikasi dan mempertanyakan asumsi model rasional. Model rasional memiliki asumsi bahwa para pengambil keputusan memiliki pengetahuan alternatif dan konsekuensi pelaksanaan alternatif dan juga hal ini mengasumsikan bahwa ada preferensi yang konsisten diantara para pengambil keputusan dan aturan-aturan keputusan yang dapat dikenal dan diterima oleh semua orang yang memiliki kaitan.

b. Proses Pengambilan Keputusan Rasional Ketika terdapat kesepakatan mengenai tujuan dan kesepakatan bagaimana cara pencapaian tujuan atau mengenai penanganan masalah, kemudian ketidakpastian dan keambiguan berada pada kondisi minimum dan benar untuk menggunakan model rasional. Hal ini tidak berarti seorang manajer akan berhenti menggunakan proses pengambilan keputusan ini. Bahkan ketika adanya peningkatan ketidakpastian dan ambiguitas, manajer dimungkinkan untuk menemukan bahwa penggunaan metode model rasional mempunyai insentif yang lebuh besar untuk dapat memberikan rasa aman secara simbolis dari proses keputusan yang kurang.

c. Proses Pengambilan Keputusan Trial-and-Error Pada proses pengambilan keputusan trial-and-error, keputusan yang besarnya cukup berpengaruh biasanya berhati-hati dalam mengatur kondisi yang kerap kali tidak statis. Pembuat keputusan yang tidak setuju dengan tujuan kegiatan seringkali menemukan informasi untuk membandingkan diantara sedikitnya alternatif, dan kebanyakan hanya tambahan untuk keputusan terakhir.

d. Model Koalisi Biasanya pembentukan suatu koalisi didasarkan pada perundingan yang berlangsung dibalik layar yang berusaha untuk memberikan pertimbangan

Page 4: Pengambilan keputusan Organisasi

BAHRUR ROSYIDI DURAISY | DECISION MAKING PROCESS 4

kepada semua kepentingan dalam posisi bersama di dalam koalisi. Dengan kondisi tersebut, para pembuat keputusan menjadi tidak fokus pada pencarian informasi pemecahan masalah, akan tetapi lebih menekankan menampung minat alternatif.

e. Model Tong Sampah Dalam kondisi kesepakatan mengenai pencapaian tujuan dan pen-sarana-an untuk mencapai hal tersebut menemui jalan buntu, model tong sampah dapat menjadi gambaran terbaik bagi organisasi dalam proses pengambilan keputusan yang terjadi seperti dalam organisasi. Model ini sesuai untuk situasi yang hanya mempunyai lingkungan atau teknologi yang kurang mencukupi, atau saat dimana aktor utama bergerak keluar masuk dari proses keputusan karena kegiatan lain bersaing dalam waktu dan perhatian yang sama. Model ini diberi nama “tong sampah” untuk menekan ketidakteraturan dalam pengambilan keputusan. Meskipun tidak terdapat organisasi yang beroperasi dalam modus ini sepanjang waktu, namun setiap organisai akan menemui situasi seperti ini dari waktu-kewaktu.

f. Irasionalitas dalam Pembuatan Keputusan Organisasi Nils Brunsson berpendapat bahwa keputusan rasional tidak selalu memberikan dasar yang baik untuk tindakan yang tepat dan sukses, dan bukannya panggilan untuk bertindak rasionalis. Brunsson berpendapat bahwa tindakan organisasi yang efektif tergantung pada pelaksanaan keputusan. Pelaksanaan mensyaratkan bahwa tindakan harus memiliki harapan positif agar dapat mengalami motivasi untuk mengambil tindakan dan komitmen untuk melibatkan diri dalam melihat melalui kesimpulan yang sukses.

TUJUAN DAN DASAR PENGAMBILAN KEPUTUSAN.

Tujuan pengambilan keputusan itu bersifat tunggal, dalam arti bahwa sekali diputuskan, tidak akan ada kaitannya dengan masalah lain. Tujuan pengambilan keputusan dapat juga bersifat ganda dalam arti bahwa satu keputusan yang diambilnya itu sekaligus memecahkan dua masalah atau lebih. Dalam masyarakat yang masih sederhana, secara relatif proses pengambilan keputusan juga akan bersifat sederhana pula.Tetapi dalam masyarakat modern dimana pengembangan ilmu pengetahuan dan tekno-logi telah maju pesat, keadaan masyarakatnya pun juga menjadi rumit. Oleh karena itu, pengambilan keputusan dalam masyarakat modern perlu diperhitungkan akibatnya dari berbagai segi, sedemikian rupa sehingga diusahakan sejauh mungkin tidak ada pihak-pihak yang dirugikan. Apabila terpaksa ada yang dirugikan, maka kerugiannya diusahakan seminimum mungkin.

Dasar pengambilan keputusan itu bermacam-macam tergantung dari permasalahannya. Keputusan dapat diambil berdasarkan persaan se- mata-mata dapat pula keputusan dibuat berdasarkan rasio.Tetapi tidak mustahil keputusan yang diambil berdasarkan wewenang yang dimilikinya

1. Pengambilan keputusan berdasarkan perasaan (intuisi). Keputusan yang diambil berdasarkan perasaan itu jelas lebih ber-sifat

subjektif. Perasaan dalam yang bersifat subjektif ini mudah terkena sugesti, pengaruh luar, rasa lebih suka yang satu daripada yang lain. Dan faktor kejiwaan yang lainnya. Pengambilan keputusan yang berdasarkan pertimbangan perasaan yang bersangkutan itu membutuhkan waktu yang relatif

Page 5: Pengambilan keputusan Organisasi

BAHRUR ROSYIDI DURAISY | DECISION MAKING PROCESS 5

singkat. Memang sulit untuk dikatakan bahwa pembuatan keputusan berdasarkan perasaan itu tentu baik atau tentu jelek, atau banyak jeleknya sehingga hal itu jangan dilakukan. Bagaimanapun kurang objektifnya keputusan berdasarkan perasaan ini, namun kadang-kadang pengambilan keputusan yang intuitif ini sangat diperlukan apabila menghadapi masalah yang sangat peka perasaan. Jadi kembali pada persoalan semula yakni macam dari dasar pembuatan keputusan itu tergantung dari permasalahan yang dihadapi untuk kemudian dipecahkan.

2. Pengambilan keputusan rasional. Keputusan yang bersifat rasional banyak berkaitan dengan pertim-

bangan dari segi daya guna. Masalah yang dihadapi juga merupakan masalah yang memerlukan pemecahan rasional. Keputusan yang dibuat berdasarkan pertimbangan yang rasional itu lebih besifat objektf. Dalam masyarakat, keputusan yang rasional itu dapat terasa apabila kepuasan optimal masyarakat dapat terlaksana dalam batas-batas nilai-nilai kema-syarakatan yang diakui saat itu.

3. Pengambilan keputusan berdasarkan fakta. Keputusan yang berdasarkan sejumlah fakta, data atau informasi yang

cukup itu memang merupakan keputusan yang dapat dikatakan sehat, solid dan baik, namun untuk mendapatkan informasi yang cukup itu pun seringkali sulit. Bahkan dengan bantuan komputer pun kadang kala masih mengalami kesulitan juga. Informasi yang terpercaya datanya lebih dulu harus diolah dengan cermat. Pengolahan dengan cermat melalui: diagnosis, pengelompokan, dan interpretasi.Untuk keperluan ini dibutuh-kan tenaga yang terampil yang mampu mengolah data menjadi informasi ang canggih. Mereka perlu dididik, dilatih dengan sebaik-baiknya.

4. Pengambilan keputusan berdasarkan pengalaman. Pengalaman dapat dijadikan pedoman dalam penyelesaian masalah.

Keputusan yang berdasarkan pengalaman sangat bermanfaat bagi pengeta-huan praktis. Pengalaman dan kemampuan memperkirakan apa yang men-jadi latar belakang masalah dan bagaimana arah penyelesaiannya sangat membantu dalam memudahkan pemecahan masalah. Apalagi jika pimpi-nan yang harus mengambil keputusan itu telah mempunyai banyak penga-laman dalam menyelesaikan masalah yang timbul dalam organisasinya. Karena pengalaman dan kemampuan untuk memperkirakan juga seseorang dapat memperkirakan kira-kira kapan suatu mode itu dapat bertahan. Karena berpengalaman, maka seseorang sudah dapat menduga permasala-hannya walaupun hanya melihat sepintas lalu, dan mungkin ia sudah dapat menduga macam apa penyelesaian yang dianggap paling baik diantara ber- macam-macam alternatif pemecahan masalah.

5. Pengambilan keputusan berdasarkan wewenang. Setiap orang yang menjadi pimpinan organisasi mempunyai tugas dan

wewenang untuk mengambil keputusan dalam rangka menjalankan kegiatan demi tercapainya tujuan organisasi dengan berhasil guna dan ber- daya guna. Keputusan yang berdasarkan wewenang mempunyai beberapa keuntungan, diantaranya: banyak diterima oleh bawahan, meskipun kepu-tusan itu dilaksanakan dengan senang hati atau terpaksa, karena pengambi-lan keputusan ini berdasarkan wewenang yang resmi maka akan lebih per-manen sifatnya. Disamping mempunyai keuntungan, keputusan yang diambil

Page 6: Pengambilan keputusan Organisasi

BAHRUR ROSYIDI DURAISY | DECISION MAKING PROCESS 6

berdasarkan wewenang ini juga mempunyai kelemahan, diantara-nya:keputusan yang berdasarkan pada wewenang belaka akan menimbul-kan sifat rutin dan mengasosiasikan dengan praktik diktatorial, keputusan, inipun kadang oleh pembuat keputusan sering melewati permasalahan yang seharusnya dipecahkan sehingga malah mengaburkan.

METODE-METODE DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN.

Ada empat metode pengambilan keputusan yang dianggap lazim dipergunakan dalam pengambilan keputusan organisasional, yaitu :

1. Metode rasional(model rasional). Ini adalah model klasik yang mencakup model birokratik dari pe-ngambilan keputusan, bahkan juga merupakan model klasik dalam pengambilan keputusan ekonomi dan bisnis. Model ini banyak mendapat kritik karena dianggap kurang realistik, tetapi akhir-akhir ini telah mulai dikaitkan dengan analisis kebijaksanaan sehingga menjadi penting.

2. Metode tawar-menawar inkremental yang justru dipandang sebagai model paling mendasar dalam aktivitas politik, yaitu penyelesaian konflik melalui negosiasi. Karakteristik dari inkrementalisme adalah bahwa kepu-tusan tentang suatu kebijaksanaan terjadi dalam bentuk langkah-langkah kecil dan karenanya tidak jauh dari status quo. Hasil keputusannya diperoleh sebagai jerih payah dari tawar-menawar yang melelahkan dan persuasif melalui perdebatan dan negosiasi. Variasi dari metode inkremen-tal antara lain, metode satisficing dan mixed scanning. Metode mixed scanning menawarka suatu kompromi antar keputusan rasionaldan inkrementalisme. Maksud kompromi disini adalah bahwa para pengambil keputusan dimungkinkan membuat keputusan-keputusan besar yang mempunyai dampak jangka panjang, dan juga keputusan-keputusan dengan ruang lingkup terbatas.

3. Metode agregatif mencakup antara lain teknik Dephi dan teknik-teknik pengambilan keputusan yang berkaitan . Seringkali metode ini memanfaat-kan konsultan dan tim-tim staf yang bekerja keras dalam merumuskan kebijaksanaan-kebijaksanaan politik. Konsensus dan peran serta meru-pakan karakteristik utama dari metode agregatif.

4. Metode keranjang sampah yang dikembangkan oeh March dan Olsen. Model keranjang sampah menolak model rasional, bahkan rasional-inkre-mental yang sederhana sekalipun.Ia lebih tertarik pada karakter yang ditampilkan dalam pengambilan keputusan, pada isu yang bermacam-macam dari peserta pengambil keputusan, pada masalah-masalah yang timbul pada saat itu. Serigkali keputusan yang diambil tidak direncanakan sebagai akibat dari perdebatan dalam kelompok. Dalam membahas alternatif-alternatif justru yang paling banyak diungkapkan ialah tujuan dan sasaran, tetapi tidak mengevaluasi cara terbaik untuk mencapai tujuan dan sasaran itu. Pembahasan tentang pengambilan keputusan diwarnai oeh kepentingan pribadi, klik, persekutuan, mitos, konflik, pujian dan tuduhan, menggalang persahabatan baru, melepas ikatan lama, mencari kebenaran, dan menampilkan kekuasaan.

Page 7: Pengambilan keputusan Organisasi

BAHRUR ROSYIDI DURAISY | DECISION MAKING PROCESS 7

Dalam dataran teoritis, terdapat empat metode pengambilan keputusan, yaitu kewenangan tanpa diskusi (authority rule without discussion), pendapat ahli (expert opinion), kewenangan setelah diskusi (authority rule after discussion), dan kesepakatan (consensus).

1. Kewenangan Tanpa Diskusi Metode pengambilan keputusan ini seringkali digunakan oleh para

pemimpin otokratik atau dalam kepemimpinan militer. Metode ini memiliki beberapa keuntungan, yaitu cepat, dalam arti ketika kelompok tidak mempunyai waktu yang cukup untuk memutuskan apa yang harus dilakukan. Selain itu, metode ini cukup sempurna dapat diterima kalau pengambilan keputusan yang dilaksanakan berkaitan dengan persoalan-persoalan rutin yang tidak mempersyaratkan diskusi untuk mendapatkan persetujuan para anggotanya.

Namun demikian, jika metode pengambilan keputusan ini terlalu sering digunakan, ia akan menimbulkan persoalan-persoalan, seperti munculnya ketidak percayaan para anggota kelompok terhadap keputusan yang ditentukan pimpinannya, karena mereka kurang bahkan tidak dilibatkan dalam proses pengambilan keputusan. Pengambilan keputusan akan memiliki kualitas yang lebih bermakna, apabila dibuat secara bersama-sama dengan melibatkan seluruh anggota kelompok,daripada keputusan yang diambil secara individual.

2. Pendapat Ahli

Kadang-kadang seorang anggota kelompok oleh anggota lainnya diberi predikat sebagai ahli (expert), sehingga memungkinkannya memiliki kekuatan dan kekuasaan untuk membuat keputusan. Metode pengambilan keputusan ini akan bekerja dengan baik, apabila seorang anggota kelompok yang dianggap ahli tersebut memang benar-benar tidak diragukan lagi kemampuannya dalam hal tertentu oleh anggota kelompok lainnya.

Dalam banyak kasus, persoalan orang yang dianggap ahli tersebut bukanlah masalah yang sederhana, karenasangat sulit menentukan indikator yang dapat mengukur orang yang dianggap ahli (superior). Ada yang berpendapat bahwa orang yang ahli adalah orang yang memiliki kualitas terbaik; untuk membuat keputusan, namun sebaliknya tidak sedikit pula orang yang tidak setuju dengan ukuran tersebut. Karenanya, menentukan apakah seseorang dalam kelompok benar-benar ahli adalah persoalan yang rumit.

3. Kewenangan Setelah Diskusi

Sifat otokratik dalam pengambilan keputusan ini lebih sedikit apabila dibandingkan dengan metode yang pertama. Karena metode authority rule after discussion ini pertimbangkan pendapat atau opini lebih dari satu anggota kelompok dalam proses pengambilan keputusan. Dengan demikian, keputusan yang diambil melalui metode ini akan mengingkatkan kualitas dan tanggung jawab para anggotanya disamping juga munculnya aspek kecepatan (quickness) dalam pengambilan keputusan sebagai hasil dari usaha menghindari proses diskusi yang terlalu meluas. Dengan perkataan lain, pendapat anggota kelompok sangat diperhatikan dalam proses pembuatan keputusan, namun perilaku otokratik dari pimpinan, kelompok masih berpengaruh.

Metode pengambilan keputusan ini juga mempunyai kelemahan, yaitu pada anggota kelompok akan bersaing untukmempengaruhi pengambil atau

Page 8: Pengambilan keputusan Organisasi

BAHRUR ROSYIDI DURAISY | DECISION MAKING PROCESS 8

pembuat keputusan. Artinya bagaimana para anggota kelompok yang mengemukakan pendapatnya dalam proses pengambilan keputusan, berusaha mempengaruhi pimpinan kelompok bahwa pendapatnya yang perlu diperhatikan dan dipertimbangkan.

4. Kesepakatan

Kesepakatan atau konsensusakan terjadi kalau semua anggota dari suatu kelompok mendukung keputusan yang diambil. Metode pengambilan keputusan ini memiliki keuntungan, yakni partisipasi penuh dari seluruh anggota kelompok akan dapat meningkatkan kualitas keputusan yang diambil, sebaik seperti tanggung jawab para anggota dalam mendukung keputusan tersebut. Selain itu metode konsensus sangat penting khususnya yang berhubungan dengan persoalan-persoalan yang kritis dan kompleks.

Namun demikian, metodepengambilan keputusan yang dilakukan melalui kesepakatn ini, tidak lepas juga dari kekurangan-kekurangan. Yang paling menonjol adalah dibutuhkannya waktu yang relatif lebih banyak dan lebih lama, sehingga metode ini tidak cocok untuk digunakan dalam keadaan mendesak atau darurat.

Keempat metode pengambilan keputusan di atas, menurut Adler dan

Rodman, dikutip dari Riend’s blog, tidak ada yang terbaik dalam arti tidak ada ukuran-ukuran yang menjelaskan bahwa satu metode lebih unggul dibandingkan metode pengambilan keputusan lainnya. Metode yang paling efektif yang dapat digunakan dalam situasi tertentu, bergantung pada faktor-faktor:

jumlah waktu yang ada dan dapat dimanfaatkan,

tingkat pentingnya keputusan yang akan diambil oleh kelompok, dan

kemampuan-kemampuan yang dimiliki oleh pemimpin kelompok dalam mengelola kegiatan pengambilan keputusan tersebut. Dalam hal genting atau terdesak seorang pimpinan dapat saja mengambil

keputusan dengan metode kewenangan didasarkan oleh keadaan yang terdesak dan telah memikirkan dan mempertimbangkan keputusannya tersebut sehingga memperkecil kekacauan yang disebabkannya.

Namun apabila dalam pengambilan keputusan suatu permasalahan yang rumit dan besar seperti perancangan rencana kerja dsb. Sebaiknya di gunakan metode kesepakan dengan koordinasi yang tepat agar hasilnya tepat, cepat, dan akurat sehingga pekerjaan atau yang lainnya dapat diselesaikan dengan baik dan tanpa masalah dan tidak mengundang kesalahpahaman di dalam organisasi.

LANGKAH-LANGKAH PENGAMBILAN KEPUTUSAN.

Banyak para pakar politik yang mengemukakan pendapatnya mengenai proses pengambilan keputusan,diantaranya Dunn yang menyata-kan bahwa komponen-komponen proses kebijakan juga merupakan komponen proses pengambilan keputusan dimana antara komponen yang satu dengan komponen berikutnya terdapat metode yang dapat digunakan, komponen ini meliputi :

1. Masalah kebijakan. 2. Alternatif kebijakan.

Page 9: Pengambilan keputusan Organisasi

BAHRUR ROSYIDI DURAISY | DECISION MAKING PROCESS 9

3. Tindakan kebijakan. 4. Hasil kebijakan. 5. Pola pelaksanaan kebijakan.

Kiranya tidak jauh berbeda dengan Dunn, Siagian mengemukakan urutan

proses pengambilan keputusan sebagai berikut : 1. Definisi masalah. 2. Pengumpulan data. 3. Analisis data. 4. Penentuan alternatif-alternatif. 5. Pemilihan alternatif yang terbaik. 6. Memutuskan. 7. implementasi dan monitoring hasil. 8. Evaluasi. Dari hasil evaluasi ini ada kemungkinan untuk mengubah tujuan dan

sasaran dalam menghadapi masalah sama berikutnya.

Tahapan proses pembuatan keputusan menurut Simon meliputi 4 hal: 1. kegiatan intelijen yang oleh Simon diartikan dalam bentuk mengamati

lingkungan yang memungkinkan untuk pembuatan keputusan. 2. Kegiatan perancangan, dalam arti menemukan, mengembangkan, dan

mengadakan analisis serangkaian kemungkinan tindakan dalam rangka pembuatan keputusan.

3. Kegiatan pemilihan, yakni memilih tindakan tertentu dari bermacam-macam kemungkinan tindakan yang dapat ditempuh.

4. Kegiatan peninjauan, dalam arti apa yang telah dipilih tersebut kemudian dilaksanakan, dan diadakan evaluasi.

Sementara itu Prajudi mengemukakan pola proses pengambilan keputusan

meliputi : 1. Seseorang mula-mula harus menyadari dan menempatkan diri sebagai

pimpinan dalam suatu organisasi yangahrus bertanggung jawab. Sebagai pimpinan itu harus memutuskan sesuatu jika dalam organisasinya itu terdapat masalah.

2. Masalah yang dihadapi lebih dulu harus ditelaah, mengingat bahwa masalah itu mempunyai bermacam-macam sifat, bentuk, dam kompleksitasnya.

3. selain menelaah masalahnya, juga harus dianalisis situasi yang mempengaruhi baik organisasinya maupun masalahnya.

4. Memilih satu diantara alternatif tersebut yang dianggap paling tepat. 5. Setelah keputusan diambil,maka keputusan itu kemudian dilaksanakan.

Keberhasilan pelaksanaan keputusan itu akan saling terpengaruh dari jiwa kepemimpinan dan manajemen dari pimpinan yang bersangkutan.

Ada pendapat lain yang ada kemiripan pendapat dengan Dunn, yaitu dalam

rangka untuk mengambil keputusan diperlukan beberapa langkah secara beturu-turut, yaitu :

1. Mengidentifikasi masalahnya. Suatu organisasi apabila menghadapi permasalahan, maka lebih dulu harus dibuat jelas apakah itu memang masalah atau sekedar isu belaka. Dalam mengadakan identifikasi itu sendiri perlu dilakukan :segala data atau hal yang

Page 10: Pengambilan keputusan Organisasi

BAHRUR ROSYIDI DURAISY | DECISION MAKING PROCESS 10

nampaknya merupakan komponen permasalahannya dicatat untuk nantinya dianalisis lebih lanjut.

2. Menganalisis masalah. Disini data-data permasalahan mulai dipilah-pilah, mana yang nampaknya relavan dan mana yang nampaknya kurang relevan untuk masalah yang dihadapinya. Kemudian juga harus diteliti dan dianalisis apa yang menjadi penyebab timbulnya masalah.

3. Membuat beberapa alternatif pemecahan masalah.

Setelah mengetahui penyebab timbulnya masalah, maka dibuat beberapa alternatif pemecahannya(tidak hanya satu alternatif). Dengan berprinsip pada efisiensi, perlunya beberapa alternatif dibuat sekaligus, kalau alternatif yang dipilihnya ternyata tidak dapat menyelesaikan masalah dengan baik, maka digunakan alternatif lainnya yang tersedia.

Dalam membuat beberapa alternatif, maka masing-masing alternatif harus ditunjukkan kelebihan dan kelemahannya. Ini sangat penting dalam mempertimbangkan alternatif mana yang akan dipilihnya, mengingat tidak ada alternatif yang sempurna.

4. Memperbandingkan alternatif-alternatif. 5. Pemilihan dan penentuan alternatif mana yang akan dipakai ini dapat

dilakukan oleh pimpinan itu sendiri, namun tidak tertutup kemung-kinan disarankan oleh Unit Pengolah Data. Keputusan akhir alternatif mana yang akan dipilih itu tetap pada pimpinan.

6. Memilih alternatif yang dianggap terbaik. 7. Mengambil keputusan dengan pasti. 8. Melaksanakan keputusan dan memantaunya.

PENUTUP

Pengambilan keputusan akan keberlangsungan kehidupan suatu organisasi dipengaruhi oleh budaya organisasi. Budaya organisasi dalam hal ini memegang pengaruh dalam penyesuaian model pengambilan keputusan yang akan diambil oleh suatu organisasi. Budaya Sosial adalah suatu hubungan konstruksi sosial yang anggota budayanya secara rutin mengarahkan pengalaman dan aktivitasnya ke dalam organisasi.

Mary Jo Hatch mengemukakan teori mengenai proses pengambilan keputusan organisasi, yaitu: Bounded Rationality (Pembatasan Rasionalitas) Proses Pengambilan Keputusan Rasional Proses Pengambilan Keputusan Trial-and-Error Model Koalisi Model Tong Sampah Irasionalitas dalam Pembuatan Keputusan Organisasi

Sementara itu, ada beberapa metode yang secara umum dilakukan dalam pengambilan keputusan: Kewenangan tanpa diskusi, Pendapat ahli, Kewenangan setelah diskusi, dan Kesepakatan

Page 11: Pengambilan keputusan Organisasi

BAHRUR ROSYIDI DURAISY | DECISION MAKING PROCESS 11

DAFTAR PUSTAKA

Robbins, Stephen P and Barnwell, Neil. 2002. “Organisational Theory: Concept and Cases 4th Ed”, Australia : Pearson education Australia.

Robbins, Stephen P. 2004 Organisation Theory: Structure,Design and It’s Application Englewood Cliffs,N.J: Prentice Hall,Inc.

Hatch, Mary Jo. 1997. “Organisation Theory : Modern, Symbolic, Design and Post Modern Perspective” New York : Oxford University Press.

Robbins, Stephen P and Sanghi, Seema 2005. “Organisational Behavior 11th Ed” NJ : Prentice Hall Inc