PENGARUH EKSTRAK TERIPANG (Holothuroidea ...repository.ub.ac.id/4898/1/AYU SYUKRIYAH...

74
PENGARUH EKSTRAK TERIPANG (Holothuroidea) TERHADAP GAMBARAN MIKROSKOPIS ORGAN PARU- PARU DARI MENCIT (Mus musculus) YANG TERKONTAMINASI INSEKTISIDA DIAZINON SKRIPSI OLEH : AYU SYUKRIYAH ZULFITA 135090301111020 JURUSAN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2017

Transcript of PENGARUH EKSTRAK TERIPANG (Holothuroidea ...repository.ub.ac.id/4898/1/AYU SYUKRIYAH...

Page 1: PENGARUH EKSTRAK TERIPANG (Holothuroidea ...repository.ub.ac.id/4898/1/AYU SYUKRIYAH ZULFITA.pdfPENGARUH EKSTRAK TERIPANG (Holothuroidea) TERHADAP GAMBARAN MIKROSKOPIS ORGAN PARU-PARU

PENGARUH EKSTRAK TERIPANG (Holothuroidea)

TERHADAP GAMBARAN MIKROSKOPIS ORGAN PARU-

PARU DARI MENCIT (Mus musculus) YANG

TERKONTAMINASI INSEKTISIDA DIAZINON

SKRIPSI

OLEH :

AYU SYUKRIYAH ZULFITA

135090301111020

JURUSAN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

2017

Page 2: PENGARUH EKSTRAK TERIPANG (Holothuroidea ...repository.ub.ac.id/4898/1/AYU SYUKRIYAH ZULFITA.pdfPENGARUH EKSTRAK TERIPANG (Holothuroidea) TERHADAP GAMBARAN MIKROSKOPIS ORGAN PARU-PARU

PENGARUH EKSTRAK TERIPANG (Holothuroidea)

TERHADAP GAMBARAN MIKROSKOPIS ORGAN PARU-

PARU DARI MENCIT (Mus musculus) YANG

TERKONTAMINASI INSEKTISIDA DIAZINON

SKRIPSI

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Sains

dalam Bidang Fisika

Universitas Brawijaya

OLEH :

AYU SYUKRIYAH ZULFITA

135090301111020

JURUSAN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

2017

Page 3: PENGARUH EKSTRAK TERIPANG (Holothuroidea ...repository.ub.ac.id/4898/1/AYU SYUKRIYAH ZULFITA.pdfPENGARUH EKSTRAK TERIPANG (Holothuroidea) TERHADAP GAMBARAN MIKROSKOPIS ORGAN PARU-PARU

ii

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI

PENGARUH EKSTRAK TERIPANG (Holothuroidea)

TERHADAP GAMBARAN MIKROSKOPIS ORGAN PARU-

PARU DARI MENCIT (Mus musculus) YANG

TERKONTAMINASI INSEKTISIDA DIAZINON

Oleh :

AYU SYUKRIYAH ZULFITA

135090301111020

Setelah Dipertahankan didepan Majelis Penguji

Pada tanggal……….....

dinyatakan memenuhi syarat untuk memperoleh gelar Sarjana

Sains dalam bidang fisika

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

Drs. Unggul P Juswono, M.Sc.

NIP. 196501111990021002

Gancang Saroja, S.Si, M.T

NIP. 19771118200501 1001

Mengetahui

Ketua Jurusan Fisika

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Universitas Brawijaya

Prof. Dr. rer.nat. Muhammad Nurhuda

NIP. 196409101990021001

Page 4: PENGARUH EKSTRAK TERIPANG (Holothuroidea ...repository.ub.ac.id/4898/1/AYU SYUKRIYAH ZULFITA.pdfPENGARUH EKSTRAK TERIPANG (Holothuroidea) TERHADAP GAMBARAN MIKROSKOPIS ORGAN PARU-PARU

iii

LEMBAR PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Ayu Syukriyah Zulfita

NIM : 135090301111020

Jurusan : Fisika

Penulis Skripsi berjudul : Pengaruh Ekstrak Teripang

(Holothuroidea) Terhadap Gambaran Mikroskopis

Organ Paru-Paru Dari Mencit (Mus musculus) Yang

Terkontaminasi Insektisida Diazinon

Dengan ini menyatakan bahwa :

1. Isi dari Skripsi yang saya buat adalah benar-benar karya

sendiri dan tidak menjiplak karya orang lain, selain nama-

nama yang termaktub di isi dan tertulis di daftar pustaka

dalam Skripsi ini.

2. Apabila dikemudian hari ternyata Skripsi yang saya tulis

terbukti hasil jiplakan, maka saya akan bersedia

menanggung segala resiko yang akan saya terima.

Demikian pernyataan ini dibuat dengan segala kesadaran.

Malang, 20 Juli 2017

Yang menyatakan,

Ayu Syukriyah Zulfita

NIM. 135090301111020

Page 5: PENGARUH EKSTRAK TERIPANG (Holothuroidea ...repository.ub.ac.id/4898/1/AYU SYUKRIYAH ZULFITA.pdfPENGARUH EKSTRAK TERIPANG (Holothuroidea) TERHADAP GAMBARAN MIKROSKOPIS ORGAN PARU-PARU

iv

UCAPAN TERIMA KASIH

Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan puji syukur

kepada Allah SWT karena berkat rahmat dan hidayah-Nya dapat

menyelesaikan skripsi ini dengan baik, kedua kepada orang-orang

yang sudah mendoakan dan mendukung dalam penyelesaian skripsi

ini, kepada:

1. Ibu dan ayah atas segala doa, dukungan, pengertian, dan

motivasi, serta kakak dan adik yang selalu memberikan

semangat.

2. Drs. Unggul P. Juswono, M.Sc. selaku dosen pembimbing I

yang sudah membimbing, memberikan ilmu dan motivasi

dalam penyelesaian skripsi ini.

3. Gancang Saroja, S. Si., M.T selaku dosen pembimbing II

yang sudah membimbing, memberikan ilmu dan motivasi

dalam penyelesaian skripsi ini.

4. Tria, Silvia, Wafie dan Aulia teman satu tim penelitian.

5. Teman-teman fisika angkatan 2013.

6. Semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan

skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu per satu.

Malang, Juli 2017

Penulis

Page 6: PENGARUH EKSTRAK TERIPANG (Holothuroidea ...repository.ub.ac.id/4898/1/AYU SYUKRIYAH ZULFITA.pdfPENGARUH EKSTRAK TERIPANG (Holothuroidea) TERHADAP GAMBARAN MIKROSKOPIS ORGAN PARU-PARU

v

KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Allah SWT atas segala rahmat dan

hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan

judul “Pengaruh Ekstrak Teripang (Holothuroidea) Terhadap

Gambaran Mikroskopis Organ Paru-Paru Dari Mencit (Mus

musculus) Yang Terkontaminasi Insektisida Diazinon”. Tujuan

dilakukannya penelitian ini yaitu untuk menganalisa pengaruh

pemberian antioksidan teripang (Sea cucumber) terhadap organ paru-

paru dari mencit (Mus musculus) yang terkontaminasi pestisida

diazinon. Diharapkan dengan diadakannya penelitian ini mampi

memberikan kegunaan kepada masyarakat tentang bahaya

penggunaan pestisida yang tidak sesuai anjuran dan manfaat

antioksidan yang terkandung dalam ekstrak teripang.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih memiliki banyak

kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran

yang membangun dalam penyusunan skripsi ini dan darapan penulis

semoga skripsi ini dapat dijadikan referensi yang bermanfaat bagi

pembaca.

Malang, Juli 2017

Penulis

Page 7: PENGARUH EKSTRAK TERIPANG (Holothuroidea ...repository.ub.ac.id/4898/1/AYU SYUKRIYAH ZULFITA.pdfPENGARUH EKSTRAK TERIPANG (Holothuroidea) TERHADAP GAMBARAN MIKROSKOPIS ORGAN PARU-PARU

vi

PENGARUH EKSTRAK TERIPANG (Holothuroidea)

TERHADAP GAMBARAN MIKROSKOPIS ORGAN PARU-

PARU DARI MENCIT (Mus musculus) YANG

TERKONTAMINASI INSEKTISIDA DIAZINON

ABSTRAK

Diazinon merupakan pestisida golongan organofosfat yang

bersifat neurotoksik, mutagenik, karsinogenik dan teratogenik.

Organofosfat dapat masuk ke dalam tubuh melalui saluran

pernapasan, bersamaan dengan makanan (oral) dan permukaan kulit.

Ekstrak teripang memiliki senyawa aktif saponin triterpenoid sebagai

antioksidan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisa

pengaruh pemberian antioksidan teripang (Sea cucumber) terhadap

organ paru-paru dari mencit (Mus musculus) yang terkontaminasi

pestisida diazinon. Metode yang digunakan dalam penelitian ini

adalah mencit diberikan pestisida dan antioksidan dengan variasi

dosis selama 14 hari. Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa

pestisida dapat merusak organ paru-paru mencit dengan persentasi

kerusakan 40,11% pada dosis 150 mg/L aquades. Penambahan

antioksidan ekstrak teripang mampu mereduksi radikal bebas dengan

persentase kerusakan 21,07% pada dosis 0,09 ml/kg BB mencit.

Kata kunci: pestisida, insektisida diazinon, antioksidan, paru-paru

Page 8: PENGARUH EKSTRAK TERIPANG (Holothuroidea ...repository.ub.ac.id/4898/1/AYU SYUKRIYAH ZULFITA.pdfPENGARUH EKSTRAK TERIPANG (Holothuroidea) TERHADAP GAMBARAN MIKROSKOPIS ORGAN PARU-PARU

vii

THE EFFECT OF SEA CUCUMBER (Holothuroidea)

EXTRACT ON THE MICROSCOPIC IMAGE OF MICE (Mus

musculus) LUNGS CONTAMINATED BY DIAZINON

INSECTICIDE

ABSTRACT

Diazinon is an organophosphate pesticide that is neurotoxic,

mutagenic, carcinogenic, and teratogenic. Organophosphates may

enter the body through the respiratory tract (oral), along with food

and skin surfaces. Sea cucumber extract has the active compound of

saponin triterpenoid as an antioxidant. The aim of this research is to

analyze the effect of sea cucumber antioxidant treatment on the lungs

of mice (Mus musculus) contamined by diazinon pesticide. The

research was done by giving mice treatments of pesticide damaged

the lungs of mice at a percentage of 40,11% with a dose of 150 mg/L

distilled water. The antioxidant treatment with sea cucumber extract

was able to reduce free radicals. Organ damage with the additional

of antioxidant decrease to a percentage of 21,07% with a dose of

0,09 ml/kg body weight of mice.

Keywords: pesticide, diazinon insecticide, antioxidant, lungs

Page 9: PENGARUH EKSTRAK TERIPANG (Holothuroidea ...repository.ub.ac.id/4898/1/AYU SYUKRIYAH ZULFITA.pdfPENGARUH EKSTRAK TERIPANG (Holothuroidea) TERHADAP GAMBARAN MIKROSKOPIS ORGAN PARU-PARU

viii

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ........................................................................... i

HALAMAN PENGESAHAN ........................................................... ii

HALAMAN PERNYATAAN ......................................................... iii

UCAPAN TERIMA KASIH ............................................................. iv

KATA PENGANTAR ........................................................................ v

ABSTRAK ........................................................................................ vi

ABSTRAC ...................................................................................... vii

DAFTAR ISI .................................................................................. viii

DAFTAR GAMBAR ...................................................................... xii

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................... xiv

DAFTAR TABEL ........................................................................... xvi

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang ................................................................... 1

1.2. Rumusan Masalah .............................................................. 3

1.3. Tujuan Penelitian ................................................................ 3

1.4. Batasan Masalah ................................................................. 3

1.5. Manfaat Penelitian .............................................................. 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Umum Pestisida .................................................. 5

2.1.1 Definisi Pestisida ........................................................ 5

2.1.2 Pestisida Golongan Insektisida ................................... 6

2.1.3 Organofosfat ............................................................... 7

2.1.4 Insektisida Diazinon ................................................... 7

Page 10: PENGARUH EKSTRAK TERIPANG (Holothuroidea ...repository.ub.ac.id/4898/1/AYU SYUKRIYAH ZULFITA.pdfPENGARUH EKSTRAK TERIPANG (Holothuroidea) TERHADAP GAMBARAN MIKROSKOPIS ORGAN PARU-PARU

ix

2.1.5 Jalan Masuk Pestisida ke Dalam Tubuh ..................... 8

2.2 Teripang Sebagai Antioksidan ......................................... 10

2.2.1 Antioksidan .............................................................. 10

2.2.2 Deskripsi dan Klasifikasi Teripang .......................... 10

2.2.3 Kandungan Senyawa Bioaktif Teripang ................... 11

2.3 Tinjauan Umum Paru-Paru ............................................... 13

2.3.1 Anatomi Paru ............................................................ 13

2.3.2 Struktur Histologi Paru ............................................. 14

2.3.3 Gejala Kerusakan Saluran Pernapasan ..................... 17

2.4 Tinjauan Umum Mencit ................................................... 20

BAB III METODOLOGI

3.1. Waktu dan Tempat ........................................................... 23

3.2. Alat dan Bahan ................................................................. 23

3.3. Tahapan Penelitian ........................................................... 23

3.3.1 Persiapan Sampel ..................................................... 24

3.3.2 Pengukuran Dosis Pestisida Diazinon ...................... 25

3.3.3 Pengukuran Dosis Ekstrak Teripang ........................ 25

3.3.4 Persiapan Alat dan Perlakuan ................................... 26

3.3.5 Pembuatan Preparat .................................................. 28

3.4 Pengamatan dan Analisis Data ......................................... 29

3.4.1 Cara Membaca Data dari Preparat ............................ 29

3.4.2 Perhitungan Kerusakan dan Perbaikan Sel ............... 29

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian................................................................. 31

4.1.1 Pengamatan Kerusakan Organ Paru-Paru Mencit (Mus

Musculus) .................................................................. 32

Page 11: PENGARUH EKSTRAK TERIPANG (Holothuroidea ...repository.ub.ac.id/4898/1/AYU SYUKRIYAH ZULFITA.pdfPENGARUH EKSTRAK TERIPANG (Holothuroidea) TERHADAP GAMBARAN MIKROSKOPIS ORGAN PARU-PARU

x

4.1.2 Pengaruh Pemberian Pestisida Terhadap Kerusakan

Organ Paru-Paru Pada Mencit ................................... 39

4.1.3 Pengaruh Pemberian Antioksidan Terhadap Kerusakan

Alveolus Organ Paru-Paru Pada Mencit ................... 41

4.2 Pembahasan ...................................................................... 43

4.2.1 Mekanisme Toksisitas .............................................. 44

4.2.2 Interaksi Antioksidan dengan Radikal Bebas ........... 44

BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan ....................................................................... 49

5.2 Saran ................................................................................. 49

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................... 51

LAMPIRAN .................................................................................... 57

Page 12: PENGARUH EKSTRAK TERIPANG (Holothuroidea ...repository.ub.ac.id/4898/1/AYU SYUKRIYAH ZULFITA.pdfPENGARUH EKSTRAK TERIPANG (Holothuroidea) TERHADAP GAMBARAN MIKROSKOPIS ORGAN PARU-PARU

xi

Page 13: PENGARUH EKSTRAK TERIPANG (Holothuroidea ...repository.ub.ac.id/4898/1/AYU SYUKRIYAH ZULFITA.pdfPENGARUH EKSTRAK TERIPANG (Holothuroidea) TERHADAP GAMBARAN MIKROSKOPIS ORGAN PARU-PARU

xii

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Struktur Kimia Pestisida Diazinon ............................... 8

Gambar 2.2 Anatomi Teripang .................................................... 11

Gambar 2.3 Senyawa Saponin Triterpenoid . ................................ 13

Gambar 2.4 Struktur Alveolus Pada Paru-Paru ............................ 16

Gambar 2.5 Gambaran Mikroskopis Alveolus Paru-Paru Yang

Normal .................................................................... 16

Gambar 2.6 Berbagai Penyakit Pada Paru-Paru ........................ 18

Gambar 2.7 Alveolus Paru-Paru Yang Rusak Disebabkan Emfi-

sema ........................................................................ 19

Gambar 2.8 Anatomi Mencit ....................................................... 21

Gambar 3.1 Tahapan Penelitian .................................................. 23

Gambar 3.2 Rangkaian Alat Tahap 1 .......................................... 26

Gambar 3.3 Rangkaian Alat Tahap 2 .......................................... 27

Gambar 4.1 Gambaran Mikroskopis Organ Paru-Paru Mencit

Kelompok Kontrol .................................................. 32

Gambar 4.2 Gambaran Mikroskopis Organ Paru-Paru Mencit

Kelompok D- Dosis Pestisida 50 mg/L Aquades .... 33

Gambar 4.3 Gambaran Mikroskopis Organ Paru-Paru Mencit

Kelompok D- Dosis Pestisida 75 mg/L Aquades .... 34

Gambar 4.4 Gambaran Mikroskopis Organ Paru-Paru Mencit

Kelompok D- Dosis Pestisida 100 mg/L Aquades .. 34

Gambar 4.5 Gambaran Mikroskopis Organ Paru-Paru Mencit

Kelompok D- Dosis Pestisida 125 mg/L Aquades .. 35

Gambar 4.6 Gambaran Mikroskopis Organ Paru-Paru Mencit

Kelompok D- Dosis Pestisida 150 mg/L Aquades .. 35

Gambar 4.7 Gambaran Mikroskopis Organ Paru-Paru Mencit

Kelompok D+ Dosis Antioksidan 0,02 ml/Kg BB

Mencit ..................................................................... 36

Page 14: PENGARUH EKSTRAK TERIPANG (Holothuroidea ...repository.ub.ac.id/4898/1/AYU SYUKRIYAH ZULFITA.pdfPENGARUH EKSTRAK TERIPANG (Holothuroidea) TERHADAP GAMBARAN MIKROSKOPIS ORGAN PARU-PARU

xiii

Gambar 4.8 Gambaran Mikroskopis Organ Paru-Paru Mencit

Kelompok D+ Dosis Antioksidan 0,03 ml/Kg BB

Mencit ..................................................................... 37

Gambar 4.9 Gambaran Mikroskopis Organ Paru-Paru Mencit

Kelompok D+ Dosis Antioksidan 0,05 ml /Kg BB

Mencit ..................................................................... 37

Gambar 4.10 Gambaran Mikroskopis Organ Paru-Paru Mencit

Kelompok D+ Dosis Antioksidan 0,07 ml /Kg BB

Mencit ..................................................................... 38

Gambar 4.11 Gambaran Mikroskopis Organ Paru-Paru Mencit

Kelompok D+ Dosis Antioksidan 0,09 ml /Kg BB

Mencit ..................................................................... 38

Gambar 4.12 Grafik Persentase Kerusakan Emfisema Organ Paru-

Paru Mencit Terhadap Dosis Pestisida Diazinon .... 40

Gambar 4.13 Grafik Persentase Kerusakan Destruksi Septum

Alveolar Organ Paru-Paru Mencit Terhadap Dosis

Pestisida Diazinon .................................................. 40

Gambar 4.14 Grafik Persentase Sel Normal Organ Paru-Paru Mencit

Terhadap Dosis Pestisida Diazinon ........................ 41

Gambar 4.15 Grafik Persentase Kerusakan Emfisema Organ Paru-

Paru Mencit Terhadap Dosis Antioksidan .............. 42

Gambar 4.16 Grafik Persentase Kerusakan Destruksi Septum

Alveolar Organ Paru-Paru Mencit Terhadap Dosis

Antioksidan ............................................................. 42

Gambar 4.17 Grafik Persentase Sel Normal Organ Paru-Paru Mencit

Terhadap Dosis Antioksidan................................... 43

Gambar 4.18 Reaksi Oksidasi Senyawa Diazinon Dengan Enzim

Monooksidase ......................................................... 45

Gambar 4.19 Reaksi Diazoxon Dengan Senyawa Antioksidan

(Saponin Triterpenoid) ........................................... 47

Page 15: PENGARUH EKSTRAK TERIPANG (Holothuroidea ...repository.ub.ac.id/4898/1/AYU SYUKRIYAH ZULFITA.pdfPENGARUH EKSTRAK TERIPANG (Holothuroidea) TERHADAP GAMBARAN MIKROSKOPIS ORGAN PARU-PARU

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 Alat Dan Bahan Penelitian ............................................ 57

Lampiran 2 Data Hasil Pengamatan ................................................. 61

Lampiran 3 Sertifikat Laik Etik Penelitian ....................................... 73

Lampiran 4 Deteksi Plagiasi ............................................................. 75

Page 16: PENGARUH EKSTRAK TERIPANG (Holothuroidea ...repository.ub.ac.id/4898/1/AYU SYUKRIYAH ZULFITA.pdfPENGARUH EKSTRAK TERIPANG (Holothuroidea) TERHADAP GAMBARAN MIKROSKOPIS ORGAN PARU-PARU

xv

Page 17: PENGARUH EKSTRAK TERIPANG (Holothuroidea ...repository.ub.ac.id/4898/1/AYU SYUKRIYAH ZULFITA.pdfPENGARUH EKSTRAK TERIPANG (Holothuroidea) TERHADAP GAMBARAN MIKROSKOPIS ORGAN PARU-PARU

xvi

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.1 Kelompok Perlakuan Hewan Uji Coba ......................... 24

Tabel 3.2 Persiapan Pengelompokan Dosis Pestisida Dan Antioksi-

dan ................................................................................ 24

Tabel 4.1 Energi Ikat .................................................................. 46

Page 18: PENGARUH EKSTRAK TERIPANG (Holothuroidea ...repository.ub.ac.id/4898/1/AYU SYUKRIYAH ZULFITA.pdfPENGARUH EKSTRAK TERIPANG (Holothuroidea) TERHADAP GAMBARAN MIKROSKOPIS ORGAN PARU-PARU

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Sampai saat ini, sumber terbesar kontaminasi pestisida berasal

dari penggunaannya di bidang pertanian. Pada prinsipnya, pestisida

bersifat neurotoksik, mutagenik, karsinogenik dan teratogenik

(Arisman, 2008). Pestisida mungkin secara sengaja disemprotkan ke

tanah untuk mengendalikan serangga atau nematoda. Semprotan

pestisida yang cukup banyak pada hasil pertanian mungkin tidak

mencapai sasaran, hanya mengenai permukaan tanah (Arisman,

2008).

Di beberapa negara, sedikit kontrol atau anjuran mengenai

jadwal atau waktu penggunaan pestisida; tak jarang pestisida

disemprotkan beberapa jam atau hari sebelum hasil pertanian

dipanen. Hasil pertanian seperti itu mungkin mengandung residu

yang dapat menyebabkan paparan tingkat tinggi jika langsung

dikonsumsi setelah panen (Arisman, 2008). Pestisida juga sengaja

disemprotkan pada saat hasil pertanian sedang dipasarkan untuk

mengendalikan serangga. Hasil pertanian yang telah disemprotkan

tersebut langsung dipasarkan tanpa melalui proses pencucian

(Widiastuti & Ester, 2005).

Pestisida yang sering digunakan di Indonesia adalah

diazinon. Diazinon tergolong ke dalam jenis pestisida organofosfat.

Penggunaan pestisida organofosfat di Indonesia lazimnya dilakukan

dengan cara penyemprotan langsung setelah terjadi serangan hama,

dengan kondisi yang tidak memperdulikan bahaya penggunaannya.

Tatacara pemberian dengan cara penyemprotan memungkinkan

masuknya organofosfat ke dalam tubuh petani melalui inhalasi.

Aerosol atau uap organofosfat yang terhirup secara langsung dalam

paparan jangka panjang akan bereaksi dengan saluran pernafasan.

Reaksi yang terjadi dapat menyebabkan iritasi dan penyempitan

saluran nafas. Intensitas paparan tinggi memungkinkan penurunan

fungsi paru sebagai organ vital dalam sistem pernafasan. Penurunan

fungsi paru yang terjadi secara terus-menerus dan semakin

memburuk dari waktu ke waktu (Listiawati, 2014).

Masyarakat yang berada di lingkungan tinggi paparan

dibutuhkan antioksidan tambahan agar keseimbangan sistem pro-

oksidan atau antioksidan tidak terganggu sehingga dapat

Page 19: PENGARUH EKSTRAK TERIPANG (Holothuroidea ...repository.ub.ac.id/4898/1/AYU SYUKRIYAH ZULFITA.pdfPENGARUH EKSTRAK TERIPANG (Holothuroidea) TERHADAP GAMBARAN MIKROSKOPIS ORGAN PARU-PARU

menurunkan kondisi patologis yang disebabkan radikal bebas

(Arisman, 2008). Antioksidan mampu menangkap radikal bebas

tersebut sehingga tidak dapat menginduksi suatu penyakit (Andayani,

L & Maimunah, 2008). Peranan antioksidan sangat penting dalam

menetralkan dan menghancurkan radikal bebas yang dapat

menyebabkan kerusakan sel dan juga merusak biomolekul di dalam

tubuh yang akhirnya dapat memicu terjadinya penyakit degeneratif

(Manimaran & Rajneesh, 2009).

Antioksidan atau antiradikal bebas secara endogenik terdapat

di dalam tubuh dalam jumlah yang sedikit (Praptiwi & Harapini,

2006). Radikal bebas dapat dinetralkan oleh sistem enzimatik tubuh

(Middleton & Kandaswami, 2000) seperti enzim katalase, glutatione

peroksidase, superokside dismutase, dan glutathione-s-transferase.

Bila jumlah radikal bebas dalam tubuh berlebih maka dibutuhkan

antioksidan yang berasal dari luar tubuh (eksogenik) seperti

flavonoid, vitamin A, vitamin C, vitamin E, maupun berbagai jenis

sayuran dan buah-buahan (Reynertson, 2007).

Salah satu sumber antioksidan alami adalah teripang.

Kandungan nutrisi yang lengkap menyebabkan teripang sering

disebut sebagai ginseng dasar laut dan menjadi suplemen yang

mujarab. Pada pengobatan Cina tradisional, teripang diketahui

bermanfaat untuk mempercepat penyembuhan luka, dan antiseptik

tradisional (Ren Dkk., 2003. Teripang mengandung bahan aktif

antibakteri, antifungi (antijamur), antitumor dan antikoagulan

(antipenggumpal) (Farouk Dkk., 2007). Selain penyembuhan luka,

ekstrak Teripang mengandung senyawa antikoagulan dan

antithrombosis (Zancan dan Mourao, 2004). Teripang juga

mengandung senyawa yang dapat mereduksi kolesterol dan lipid,

antikanker dan senyawa antitumor (Hatakeyama Dkk., 2002) serta

senyawa antibakteri (Afiyatullov Dkk., 2002). Senyawa yang biasa

terkandung dalam teripang adalah Triterpeneglycoside. Senyawa

triterpeneglycoside yang terdapat dalam teripang ternyata bermanfaat

sebagai anti tumor, anti jamur, anti bakteri dan anti virus (Han,

2009). Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk mengetahui

efek kontaminasi imsektisida diazinon dan efek samping pemberian

ekstrak teripang khususnya pada organ paru-paru dari mencit, yaitu

sebagai organ vital dalam sistem pernapasan.

Page 20: PENGARUH EKSTRAK TERIPANG (Holothuroidea ...repository.ub.ac.id/4898/1/AYU SYUKRIYAH ZULFITA.pdfPENGARUH EKSTRAK TERIPANG (Holothuroidea) TERHADAP GAMBARAN MIKROSKOPIS ORGAN PARU-PARU

1.2. Rumusan masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana

pengaruh teripang (Sea cucumber) terhadap gambaran mikroskopis

organ paru-paru dari mencit (Mus musculus) yang terkontaminnasi

pestisida diazinon.

1.3. Tujuan penelitian

Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk menganalisa

pengaruh pemberian antioksidan teripang (Sea cucumber) terhadap

organ paru-paru dari mencit (Mus musculus) yang terkontaminasi

pestisida diazinon.

1.4. Batasan masalah

Batasan masalah penelitian ini antara lain objek penelitian

yang digunakan mencit (Mus musculus). Antioksidan yang

digunakan adalah teripang (Sea cucumber) yang telah diekstrak

dalam bentuk cair dan dijual di pasaran dengan merk dagang

tertentu. Pestisida yang digunakan adalah golongan insektisida jenis

organofosfat yaitu diazinon.

1.5. Manfaat penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai kajian ilmiah untuk

masyarakat tentang pengaruh pemberian ekstrak teripang (Sea

cucumber) dalam tubuh sebagai antioksidan dan pengaruh paparan

pestisida diazinon yang masuk ke dalam tubuh, sebagai sumber

informasi tentang pestisida diazinon dan ekstrak teripang (Sea

cucumber) serta sebagai acuan penggunaan pestisida diazinon dalam

kehidupan sehari-hari.

Page 21: PENGARUH EKSTRAK TERIPANG (Holothuroidea ...repository.ub.ac.id/4898/1/AYU SYUKRIYAH ZULFITA.pdfPENGARUH EKSTRAK TERIPANG (Holothuroidea) TERHADAP GAMBARAN MIKROSKOPIS ORGAN PARU-PARU

(Halaman ini sengaja dikosongkan)

Page 22: PENGARUH EKSTRAK TERIPANG (Holothuroidea ...repository.ub.ac.id/4898/1/AYU SYUKRIYAH ZULFITA.pdfPENGARUH EKSTRAK TERIPANG (Holothuroidea) TERHADAP GAMBARAN MIKROSKOPIS ORGAN PARU-PARU

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Umum Pestisida

2.1.1 Definisi Pestisida

Berdasarkan asal katanya, pestisida atau pesticide

berasal dari kata pest yang berarti hama dan cide yang berarti

mematikan atau racun. Jadi, pestisida adalah racun hama.

Secara umum, pestisida dapat didefinisikan sebagai bahan

yang digunakan untuk mengendalikan populasi jasad yang

dianggap sebagai pest yang secara langsung maupun tidak

langsung merugikan kepentingan manusia (Munaf, 1997).

Menurut peraturan Pemerintah No. 7 tahun 1973

(Djojosumarto, 2008) pestisida adalah semua zat kimia atau

bahan lain serta jasad renik dan virus yang dipergunakan untuk

:

1. Memberantas atau mencegah hama-hama dan penyakit-

penyakit yang merusak tanaman atau hasil-hasil

pertanian.

2. Memberantas rerumputan.

3. Mematikan daun dan mencegah pertumbuhan tanaman

atau bagian-bagian tanaman, tidak termasuk pupuk.

4. Memberantas atau mencegah hama-hama luar pada

hewan-hewan peliharaan dan ternak.

5. Memberantas dan mencegah hama-hama air.

6. Memberikan atau mencegah binatang-binatang dan

jasad-jasad renik dalam rumah tangga, bangunan dan

alat-alat pengangkutan, memberantas atau mencegah

binatang-binatang yang dapat menyebabkan penyakit

pada manusia atau binatang yang perlu dilindungi

dengan penggunaan pada tanaman, tanah dan air.

Secara harfiah, pestisida berarti pest-killing agent atau

bahan pembunuh hama. Akan tetapi, batasan operasional

pestisida kemudian berkembang menjadi “semua bahan yang

digunakan untuk membunuh, mencegah, mengusir, mengubah

hama, dan/atau bahan yang digunakan untuk merangsang,

mengatur, dan mengendalikan tumbuhan” (Hayes, 1975).

Page 23: PENGARUH EKSTRAK TERIPANG (Holothuroidea ...repository.ub.ac.id/4898/1/AYU SYUKRIYAH ZULFITA.pdfPENGARUH EKSTRAK TERIPANG (Holothuroidea) TERHADAP GAMBARAN MIKROSKOPIS ORGAN PARU-PARU

2.1.2 Pestisida Golongan Insektisida

Pestisida khususnya insektisida merupakan kelompok

pestisida yang terbesar dan terdiri atas beberapa sub kelompok

kimia yang berbeda yaitu:

2.1.2.1 Organoklorin

Merupakan insektisida chlorinated hydrocarbon

secara kimiawi tergolong insektisida yang relatif stabil

dan kurang reaktif, ditandai dengan dampak residunya

yang lama terurai di lingkungan. Salah satu insektisida

organoklorin yang terkenal adalah DDT. Kelompok

organoklorin merupakan racun terhadap susunan syaraf

baik pada serangga maupun mamalia. Keracunan dapat

bersifat akut atau kronis. Keracunan kronis bersifat

karsinogenik (kanker).

2.1.2.2 Organofosfat.

Insektisida ini merupakan ester asam fosfat atau

asam tiofosfat. Pestisida ini umumnya merupakan racun

pembasmi serangga yang paling toksik secara akut

terhadap binatang bertulang belakang seperti ikan,

burung, cicak dan mamalia. Pestisida ini mempunyai

efek, memblokade penyaluran impuls syaraf dengan

cara mengikat enzim asetilkolinesterase. Keracunan

kronis pestisida golongan organofosfat berpotensi

karsinogenik.

2.1.2.3 Karbamat

Kelompok ini merupakan ester asam N-

metilkarbamat. Bekerja menghambat asetilkolinesterase

tetapi pengaruhnya terhadap enzim tersebut tidak

berlangsung lama, karena prosesnya cepat reversibel

(Darmansyah, 1987). Pengaruh yang ditimbulkan tidak

bertahan lama dan cepat kembali normal. Pada

umumnya, pestisida kelompok ini dapat bertahan dalam

tubuh ahanya dalam waktu sehari sehingga cepat

diekskresikan.

Page 24: PENGARUH EKSTRAK TERIPANG (Holothuroidea ...repository.ub.ac.id/4898/1/AYU SYUKRIYAH ZULFITA.pdfPENGARUH EKSTRAK TERIPANG (Holothuroidea) TERHADAP GAMBARAN MIKROSKOPIS ORGAN PARU-PARU

2.1.2.4 Piretroid dan yang berasal dari tanaman

lainnya

Piretroid berasal dari piretrum diperoleh dari

bunga Chrysanthemum cinerariaefolium. Piretrum

mempunyai toksisitas rendah pada manusia tetapi dapat

menimbulkan alergi pada orang yang peka. Insektisida

tanaman lain adalah nikotin yang sangat toksik secara

akut dan bekerja pada susunan saraf.

(Hayes Dkk., 1991).

2.1.3 Organofosfat

Pestisida Organofosfat (OPs) merupakan sekelompok

zat kimia dengan struktur dan aktifitas kimia yang beragam.

Organofosfat paling banyak dihubungkan dengan kejadian

toksisitas pada manusia. Hal ini ditandai dengan efek

pesitisida organofosfat pada sistem syaraf melalui

penghambatan enzim acethylcholinesterase (Kamanyire &

Karalliedde, 2004). Pestisida dari golongan organofosfat ini

mem-phosphorilisasi hampir semua jumlah enzim

acetylcholinesterase dari jaringan-jaringan yang tidak dapat

bereaksi kembali (irreversible). Pestisida ini dapat diserap

melalui inhalasi (pernafasan), ingesti atau makanan, dan

penetrasi kulit. Beberapa diantaranya diubah menjadi

intermediat yang lebih toksik (Departemen Kesehatan RI,

1984). Pestisida organofosfat mengakibatkan gangguan

kesehatan baik akut maupun kronis. Efek pajanan akut

pestisida organofosfat antara lain somnolence atau insomnia,

berkeringat, muntah-muntah, lemas, dan kematian akibat

kegagalan pernapasan (Hallenbeck & Cunningham, 1985).

2.1.4 Insektisida Diazinon

Diazinon (CAS 333-41-5; NCI C08673) adalah nama

yang direkomendasikan oleh British Standards Institution, the

International Standardization Organization, dan Entomological

Society of America untuk insektisida organofosfat, 0,0-diethyl

0-(2-isopropyl-6-methyl-4pyrimidinyl) phosphorothioate.

Diazinon pertama kali dipasarkan pada tahun 1954 sebagai

insektisida dan akarisida dan sudah digunakan sejak itu dalam

bentuk pestisida bubuk maupun pestisida semprot di pertanian,

Page 25: PENGARUH EKSTRAK TERIPANG (Holothuroidea ...repository.ub.ac.id/4898/1/AYU SYUKRIYAH ZULFITA.pdfPENGARUH EKSTRAK TERIPANG (Holothuroidea) TERHADAP GAMBARAN MIKROSKOPIS ORGAN PARU-PARU

dalam industri dan rumah (National Cancer Institute, 1979).

Rumus kimia diazinon terlihat pada Gambar 2.1.

Gambar 2.1 Struktur kimia pestisida diazinon (Djojosumarto,

2008)

Diazinon merupakan salah satu insektisida golongan

organofosfat yang umum digunakan dalam pertanian (Public

Health Service Agancy for Toxic Substances and Disease

Registry, 2008). Diazinon pada lingkungan dan makhluk hidup

dapat dijumpai sebagai senyawa metabolitnya. Metabolisme

pada tanaman dan hewan menyebabkan diazinon terdegradasi

menjadi oksi-pirimidinil, diazoxon, dialkilfosfat, dan

dialkiltiofosfat. Senyawa metabolit diazinon, ada yang

memiliki sifat toksisitas yang lebih tinggi, lebih rendah, dan

sama dengan diazinon .

Diazinon mempunyai sifat pestisida dengan spektrum

yang luas, hasilnya cepat diketahui dan sifat persistensinya

rendah. Bila hal ini tidak mendapatkan perhatian cepat maka

akan menimbulkan dampak yang semakin buruk, merusak

lingkungan, dan kesehatan manusia. Diazinon yang sering

digunakan oleh para petani ini memiliki batas maksimum

dalam air minum sebesar 0,0104 ppm.

2.1.5 Jalan Masuk Pestisida ke dalam Tubuh

Pestisida dapat masuk ke dalam tubuh manusia melalui

berbagai rute, yakni (Djojosumarto, 2008):

2.1.5.1 Penetrasi lewat kulit (dermal contamination)

Pestisida yang menempel di permukaan kulit

dapat meresap ke dalam tubuh dan menimbulkan

keracunan. Kejadian kontaminasi pestisida lewat kulit

merupakan kontaminasi yang paling sering terjadi.

Pekerjaan yang menimbulkan resiko tinggi kontaminasi

lewat kulit adalah:

Page 26: PENGARUH EKSTRAK TERIPANG (Holothuroidea ...repository.ub.ac.id/4898/1/AYU SYUKRIYAH ZULFITA.pdfPENGARUH EKSTRAK TERIPANG (Holothuroidea) TERHADAP GAMBARAN MIKROSKOPIS ORGAN PARU-PARU

a. Penyemprotan dan aplikasi lainnya, termasuk

pemaparan langsung oleh droplet atau drift

pestisida dan menyeka wajah dengan tangan,

lengan baju, atau sarung tangan yang

terkontaminsai pestisida.

b. Pencampuran pestisida.

c. Mencuci alat-alat aplikasi.

2.1.5.2 Terhisap lewat saluran pernafasan (inhalation)

Keracunan pestisida karena partikel pestisida

terhisap lewat hidung merupakan terbanyak kedua

setelah kulit. Gas dan partikel semprotan yang sangat

halus (kurang dari 10 mikron) dapat masuk ke paru-

paru, sedangkan partikel yang lebih besar (lebih dari 50

mikron) akan menempel di selaput lendir atau

kerongkongan. Pekerjaan-pekerjaan yang menyebabkan

terjadinya kontaminasi lewat saluran pernafasan adalah :

a. Bekerja dengan pestisida (menimbang,

mencampur, dsb) di ruang tertutup atau yang

ventilasinya buruk.

b. Aplikasi pestisida berbentuk gas atau yang akan

membentuk gas, aerosol, terutama aplikasi di

dalam ruangan, aplikasi berbentuk tepung

mempunyai resiko tinggi.

c. Mencampur pestisida berbentuk tepung (debu

terhisap pernafasan).

2.1.5.3 Masuk ke dalam saluran pencernaan makanan

lewat mulut (oral)

Pestisida keracunan lewat mulut sebenarnya

tidak sering terjadi dibandingkan dengan kontaminasi

lewat kulit. Keracunan lewat mulut dapat terjadi karena

:

a. Kasus bunuh diri.

b. Makan, minum, dan merokok ketika bekerja

dengan pestisida.

c. Menyeka keringat di wajah dengan tangan,

lengan baju, atau sarung tangan yang

terkontaminasi pestisida.

Page 27: PENGARUH EKSTRAK TERIPANG (Holothuroidea ...repository.ub.ac.id/4898/1/AYU SYUKRIYAH ZULFITA.pdfPENGARUH EKSTRAK TERIPANG (Holothuroidea) TERHADAP GAMBARAN MIKROSKOPIS ORGAN PARU-PARU

d. Drift pestisida terbawa angin masuk ke mulut.

e. Makanan dan minuman terkontaminasi

pestisida.

2.2 Teripang sebagai Antioksidan

2.2.1 Antioksidan

Antioksidan adalah senyawa kimia yang mendonorkan

satu elektron atau lebih kepada radikal bebas sehingga terjadi

peredaman pada radikal bebas. Berdasarkan sumber

perolehannya ada dua macam antioksidan, yaitu antioksidan

alami dan antioksodan buatan (Dalimartha, 2007).

Antioksidan alami mampu melindungi tubuh dari

kerusakan yang disebabkan spesies oksigen reaktif, mampu

menghambat terjadinya penyakit degeneratif serta

menghambat peroksidase lipid pada makanan. Meningkatnya

minat terhadap penggunaan antioksidan alami terjadi beberapa

tahun terakhir ini. Antioksidan alami umumnya mempunyai

gugus hidroksi dalam struktur molekulnya (Sunarni, 2007).

2.2.2 Deskripsi dan Klasifikasi Teripang

Klasifikasi Teripang Pasir secara umum menurut

Hickman Dkk. (1974) dalam Rusyani Dkk. (2011) adalah

sebagai berikut :

Filum : Echinodermata

Sub filum : Echinozoa

Kelas : Holothuridae

Sub Kelas : Aspidochirotacea

Ordo : Aspidochirotida

Famili : Holothuriidae

Genus : Holothuria

Spesies : Holothuria scabra Jaeger

Anatomi teripang secara umum terdiri dari tentakel

berfungsi sebagai alat gerak, merasa, memeriksa dan alat

penagkap mangsa. Stomach atau perut berfungsi sebagai alat

pencernaan. Gonad kelenjar kelamin yang berfungsi sebagai

penghasil hormon kelamin. Saluran kelamin Berfungsi sebagai

saluran menuju gonad. Madreporit Lempeng tali lapisan pada

ujung saluran air. Esofagus saluran di belakang rongga mulut

berfungsi menghubungkan rongga mulut dan lambung.

Page 28: PENGARUH EKSTRAK TERIPANG (Holothuroidea ...repository.ub.ac.id/4898/1/AYU SYUKRIYAH ZULFITA.pdfPENGARUH EKSTRAK TERIPANG (Holothuroidea) TERHADAP GAMBARAN MIKROSKOPIS ORGAN PARU-PARU

Gambar 2.2 Anatomi Teripang (Apriyani, 2009).

Dorsal mesentery berfungsi sebagai pembungkus usus

dan menggantungnya ke dinding tubuh pinggang. Anus

mengeluarkan sisa metabolisme pada teripang. Cloaca sebagai

alat pencernaan. Intestin sebagai alat pencernaan yang

letaknya di antara pilorus hingga usus (Rusyani Dkk., 2011)

2.2.3 Kandungan Senyawa Bioaktif Teripang

Di Indonesia, teripang yang telah banyak dimanfaatkan

sebagai bahan pangan adalah dari jenis teripang pasir

(Holothuria scabra). Teripang ini selanjutnya dipasarkan

dalam bentuk kering. Produk olahan teripang diantaranya

adalah teripang kering (beche-de-mer), gonad kering

(konoko), usus kering (konowata) dan kerupuk. Daging

teripang pasir kering mengandung protein sebesar 34,13 %;

lemak 2,17 %, dan air 3,07 % (Kustiariyah, 2006).

Komponen-komponen lain yang dikandung teripang

adalah asam amino esensial, kolagen, vitamin E, zat-zat

mineral seperti khromium, ferum, kadmium, mangan, nikel,

kobalt dan seng. Kandungan asam lemak penting seperti EPA

dan DHA turut memainkan peranan penting sebagai agen

penyembuh luka dan antithrombotik yaitu untuk mengurangi

pembekuan darah di dalam saluran darah. Hal ini dapat

mengurangi risiko penyakit stroke dan jantung. Kedua asam di

Gambar 2.2 Anatomi Teripang (Rusyana Dkk, 2011)

Page 29: PENGARUH EKSTRAK TERIPANG (Holothuroidea ...repository.ub.ac.id/4898/1/AYU SYUKRIYAH ZULFITA.pdfPENGARUH EKSTRAK TERIPANG (Holothuroidea) TERHADAP GAMBARAN MIKROSKOPIS ORGAN PARU-PARU

atas juga dapat membantu memperlambat proses degenerasi

sel disamping juga memperlambat proses penuaan

(Anonymous, 2004).

Bahan bioaktif teripang juga dikenal sebagai

antioksidan yang membantu mengurangi kerusakan sel dan

jaringan tubuh. Kandungan antibakteri dan antifungi teripang

dapat meningkatkan kemampuannya untuk tujuan perawatan

kulit. Teripang juga diketahui mempunyai efek antinosiseptif

(penahan sakit) dan anti-inflamasi (melawan radang dan

mengurangi pembengkakan) (Wibowo Dkk.,1997). Penelitian

yang telah dilakukan di beberapa daerah terutama di Malaysia

terhadap penduduk di Kudat, Semporna, Setiu, Kuantan,

Pekan dan Pulau Pangkor membuktikan khasiat teripang

sebagai agen anti-hipertensi (Anonymous, 2004).

Kaswandi Dkk. (2000) dan Lian Dkk. (2000)

melaporkan bahan aktif yang dihasilkan oleh Holothuria sp.

sebagai antibakteri dan antifungi. Berdasarkan hasil penelitian

tersebut disimpulkan bahwa bahan aktif dari teripang

Holothuria tubolosa tersebut dapat menghambat pertumbuhan

Saccharomyces cerevisiae. Kustiariyah Dkk. (2006)

melaporkan bahwa bioaktif dari teripang pasir (Holothuria

scabra) dapat menghambat pertumbuhan kapang Candida

maltosa. Disamping mengandung antibakteri dan antikapang,

teripang juga dilaporkan mengandung berbagai asam lemak

tak jenuh seperti linoleat, oleat, eikosa pentaenoat (EPA), dan

dokosaheksaenoat (DHA) (Fredalina Dkk., 1999). Beberapa

kajian juga menunjukkan potensi teripang sebagai anti-tumor

dan memberi khasiat positif terhadap penyakit AIDS (Scheuer,

1995).

Polisakarida sulfat dengan rantai panjang, seperti

chondroitin dapat menghambat pertumbuhan virus. Jepang

telah memiliki paten tentang aktivitas chondroitin sulfat dari

teripang untuk terapi bagi penderita HIV. Disamping itu,

teripang juga kaya akan saponin, terutama triterpen glikosida.

Senyawa ini mempunyai aktivitas sebagaimana tonik yang

berasal dari ginseng, ganoderma dan tumbuhan. Secara

farmakologis, saponin juga menunjukkan aktivitas sebagai

anti-inflamasi dan antikanker (Dharmananda, 2003).

Page 30: PENGARUH EKSTRAK TERIPANG (Holothuroidea ...repository.ub.ac.id/4898/1/AYU SYUKRIYAH ZULFITA.pdfPENGARUH EKSTRAK TERIPANG (Holothuroidea) TERHADAP GAMBARAN MIKROSKOPIS ORGAN PARU-PARU

Gambar 2.3 Senyawa saponin triterpenoid (Hassan, 2008)

2.3 Tinjauan Umum Paru-Paru

2.3.1 Anatomi Paru

Paru adalah organ berbentuk piramid seperti spons dan

berisi udara yang terletak di rongga toraks. Paru merupakan

jalinan atau susunan bronkus bronkiolus, bronkiolus

respiratori, alveoli, sirkulasi paru, saraf, dan sistem limfatik.

Paru adalah alat pernapasan utama yang merupakan organ

berbentuk kerucut apeks di atas dan sedikit lebih tinggi dari

klavikula di dalam dasar leher (Sloane, 2003).

Paru dibagi menjadi beberapa lobus oleh fisura. Paru

kanan dibagi menjadi 3 lobus oleh 2 fisura, sedangkan paru

kiri terbagi 2 lobus oleh 1 fisura. Paru memiliki hilus paru

yang dibentuk oleh arteri pulmonalis, vena pulmonalis,

bronkus, arteri bronkialis, vena bronkialis, pembuluh limfe,

persarafan, dan kelenjar limfe (Moore Dkk., 2009).

Paru dibungkus oleh membran serosa yang disebut

pleura. Pleura yang melapisi rongga dada disebut pleura

parietalis. Pleura yang menyelubungi paru disebut pleura

visceralis. Di antara pleura parietalis dan pleura visceralis

terdapat suatu lapisan tipis cairan pleura yang berfungsi untuk

memudahkan permukaan bergerak selama pernapasan dan

untuk mencegah pemisahan thoraks dan paru (Price dan

Wilson, 1995).

Page 31: PENGARUH EKSTRAK TERIPANG (Holothuroidea ...repository.ub.ac.id/4898/1/AYU SYUKRIYAH ZULFITA.pdfPENGARUH EKSTRAK TERIPANG (Holothuroidea) TERHADAP GAMBARAN MIKROSKOPIS ORGAN PARU-PARU

2.3.2 Struktur Histologi Paru

2.3.2.1 Bronkiolus Intrapulmonal

Bronkus intrapulmonal biasanya dikenali dari

adanya beberapa lempeng tulang rawan yang letaknya

berdekatan. Epitelnya adalah epitel bertingkat semu

silindris bersilia dengan sel goblet. Sel goblet adalah sel

penghasil lendir, berbentuk mirip piala. Dinding sel

terdiri dari lamina propria tipis, selapis tipis otot polos,

submukosa dengan kelenjar bronkial, lempeng tulang

rawan hialin, dan adventisia (Eroschenko, 2003).

2.3.2.2 Bronkiolus

Bronkiolus merupakan segmen saluran

konduksi yang terdapat di dalam lobulus paru.

Bronkiolus tidak mempunyai tulang rawan maupun

kelenjar dalam mukosanya tetapi rongganya masih

mempunyai silia dan di bagian ujung mempunyai

epitelium berbentuk kubus bersilia. Selain silia,

bronkiolus juga menghasilkan mukus yang berfungsi

sebagai pembersih udara. Struktur mukosa berlipat dan

otot polos yang mengelilingi lumennya relatif banyak

(Eroschenko, 2003).

2.3.2.3 Bronkiolus Terminalis

Bronkiolus terminalis merupakan bagian

konduksi saluran napas terkecil yang menampakkan

mukosa berombak dengan epitel silindris bersilia dan

sudah tidak dijumpai lagi sel goblet. Lamina propria

tipis, selapis otot polos yang berkembang baik, dan

masih ada adventisia. Pada bronkiolus terminalis

terdapat sel kuboid tanpa silia, yang disebut sel clara.

Fungsi sel ini adalah mensekresi surfaktan (Eroschenko,

2003).

2.3.2.4 Bronkiolus Respiratorius

Setiap bronkiolus terminalis bercabang menjadi

dua atau lebih bronkiolus respiratorius yang berfungsi

sebagai peralihan antara bagian konduksi dan bagian

respirasi dari sistem pernapasan. Bronkiolus

Page 32: PENGARUH EKSTRAK TERIPANG (Holothuroidea ...repository.ub.ac.id/4898/1/AYU SYUKRIYAH ZULFITA.pdfPENGARUH EKSTRAK TERIPANG (Holothuroidea) TERHADAP GAMBARAN MIKROSKOPIS ORGAN PARU-PARU

respiratorius langsung berhubungan dengan duktus

alveolaris dan alveoli. Epitel pada bronkiolus ini adalah

selapis silindris rendah atau kuboid dan dapat bersilia di

bagian proksimal. Jaringan ikat dalam otot polos

terdapat dalam jumlah sedikit disertai dengan serat

elastin lamina propria dan pembuluh darah. Setiap

alveolusterdapat pada dinding bronkus respiratorius

berupa kantung-kantung kecil. Jumlah alveoli makin

bertambah ke arah distal. Epitel dan otot polos pada

bronkiolus respiratorius distal tampak sebagai daerah

terputus-putus dan kecil di muara alveoli (Eroschenko,

2003).

2.3.2.5 Duktus Alveolaris

Bagian terminal setiap bronkiolus respiratorius

bercabang menjadi beberapa duktus alveolaris. Dinding

duktus alveolaris biasanya dibentuk oleh sederetan

alveoli yang saling bersebelahan (Eroschenko, 2003).

2.3.2.6 Alveolus

Jumlah alveolus (Gambar 1) mencapai 300 juta

buah. Dengan adanya alveolus, luas permukaan seluruh

Sel alveolus diperkirakan mencapai 100 kali lebih luas

daripada luas permukaan tubuh. Dinding alveolus

mengandung kapiler darah yang memungkinkan

terjadinya difusi gas. Alveoli dilapisi selapis sel alveolar

gepeng dan sangat tipis (sel alveolar tipe I). Sel

iniletaknya rapat pada endotel pelapis kapiler dan

membentuk sawar udara- darah untuk respirasi. Sel

alveolar tipe I merupakan lapisan tipis yangmenyebar

menutupi lebih dari 90 % daerah permukaan paru

(Eroschenko, 2003).

Page 33: PENGARUH EKSTRAK TERIPANG (Holothuroidea ...repository.ub.ac.id/4898/1/AYU SYUKRIYAH ZULFITA.pdfPENGARUH EKSTRAK TERIPANG (Holothuroidea) TERHADAP GAMBARAN MIKROSKOPIS ORGAN PARU-PARU

Gambar 2.4 Struktur alveolus paru-paru (Campbell Dkk,

1999)

Gambar 2.5 Gambaran mikroskopis Alveolus paru-

paru yang normal (Toole, 1999)

Selain itu, alveoli juga mengandung sel alveolar

besar (sel alveolar tipe II). Sel tersebut menghasilkan

produk kaya fosfolipid, yang disebut surfaktan.

Surfaktan menutupi permukaan sel alveolar,

membasahinya, dan menurunkan tegangan permukaan

alveolar. Makrofag alveolar terdapat di dalam jaringan

ikat septa interalveolar dan di dalam alveoli. Di dalam

septa interalveolar juga terdapat banyak kapiler darah,

Page 34: PENGARUH EKSTRAK TERIPANG (Holothuroidea ...repository.ub.ac.id/4898/1/AYU SYUKRIYAH ZULFITA.pdfPENGARUH EKSTRAK TERIPANG (Holothuroidea) TERHADAP GAMBARAN MIKROSKOPIS ORGAN PARU-PARU

arteri dan vena pulmonalis, duktus limfatik, dan saraf

(Eroschenko, 2003).

2.3.3 Gejala Kerusakan Saluran Pernapasan

Gangguan pada pernapasan biasanya disebabkan oleh

kelainan dan penyakit yang menyerang alat-alat pernapasan.

Beberapa jenis kelainan dan penyakit pada pernapasan sebagai

berikut.

1. Asfiksi, yaitu kelainan atau gangguan dalam pengangkutan

oksigen ke jaringan atau gangguan penggunaan oksigen

oleh jaringan. Penyebabnya dapat terletak di paru-paru, di

pembuluh darah, atau dalam jaringan tubuh. Misalnya:

seseorang yang tenggelam, alveolus-nya terisi air; orang

yang menderita pneumonia, alveolus-nya terisi cairan

limfa; serta orang yang keracunan karbon monoksida dan

asam sianida, Hb-nya tercemar oleh zat racun tersebut.

Keracunan karbon monoksida dan asam sianida terjadi

karena kedua zat ini memiliki afinitas terhadap hemoglobin

lebih besar daripada oksigen.

2. Penyempitan atau penyumbatan saluran napas. Dapat

disebabkan oleh pembengkakan kelenjar limfa, misalnya

polip (di hidung) dan amandel (di tekak), yang

menyebabkan penyempitan saluran pernapasan sehingga

menimbulkan kesan wajah bodoh dan sering disebut wajah

adenoid. Penyempitan ini dapat pula terjadi karena saluran

pernapasannya yang menyempit akibat alergi, misalnya

pada asma bronkiale.

Page 35: PENGARUH EKSTRAK TERIPANG (Holothuroidea ...repository.ub.ac.id/4898/1/AYU SYUKRIYAH ZULFITA.pdfPENGARUH EKSTRAK TERIPANG (Holothuroidea) TERHADAP GAMBARAN MIKROSKOPIS ORGAN PARU-PARU

Gambar 2.6 Berbagai penyakit pada paru-paru (Mader, 1997)

3. Anthrakosis, yaitu kelainan pada alat pernapasan yang

disebabkan oleh masuknya debu tambang. Jika yang masuk

debu silikat, disebut silicosis.

4. Bronkitis, terjadi karena peradangan bronkus.

5. Pleuritis, yaitu peradangan selaput (pleura) karena pleura

mengalami penambahan cairan intrapleura, akibatnya

timbul rasa nyeri saat bernapas.

6. Tuberkulosis (TBC), yaitu penyakit paru-paru karena

Mycobacterium tuberculosis, tandanya terbentuk bintik-

bintik kecil pada dinding alveolus.

7. Pneumonia atau logensteking, yaitu penyakit radang

paruparu yang disebabkan Diplococcus pneumonia.

8. Penyakit diphteri, misalnya diphteri tekak, tenggorokan,

dan diphteri hidung. Penyakit ini biasa menyerang saluran

pernapasan anak bagian atas. Kuman penyebabnya

Corynebacterium diphteriae. Kuman diphteri tersebut

mengeluarkan racun dan bila racun ini beredar bersama

darah, akan merusak selaput jantung.

9. Faringitis, yaitu infeksi pada faring oleh bakteri dan virus.

Gejalanya adalah kerongkongan terasa nyeri saat menelan.

Page 36: PENGARUH EKSTRAK TERIPANG (Holothuroidea ...repository.ub.ac.id/4898/1/AYU SYUKRIYAH ZULFITA.pdfPENGARUH EKSTRAK TERIPANG (Holothuroidea) TERHADAP GAMBARAN MIKROSKOPIS ORGAN PARU-PARU

10. Tonsilitis, yaitu radang karena infeksi oleh bakteri tertentu

pada tonsil. Gejalanya yaitu tenggorokan sakit, sulit

menelan, suhu tubuh naik, demam, dan otot-otot terasa

sakit.

11. Kanker paru-paru, biasa diderita oleh perokok. Kanker ini

disebabkan oleh adanya tumor ganas yang terbentuk di

dalam epitel bronkiolus.

12. Asma, yaitu gangguan pada rongga saluran pernapasan

yang diakibatkan oleh berkontraksinya otot polos pada

trakea. Hal ini akan mengakibatkan penderita sukar

bernapas.

13. Influenza, disebabkan oleh virus yang menimbulkan radang

pada selaput mukosa di saluran pernapasan.

14. Emfisema, yaitu suatu penyakit yang terjadi karena

ketidaknormalan (abnormalitas) susunan dan fungsi

alveolus. Akibatnya, terjadi inefisiensi pengikatan O2

sehingga pernapasan menjadi sulit.

(Darmawan, 2013).

Gambar 2.7 Alveolus paru-paru yang rusak disebabkan

emfisema (Toole, 1999)

2.4 Tinjauan Umum Mencit Mencit merupakan salah satu hewan yang sering dipakai untuk

percobaan. Hewan ini paling kecil diantara jenisnya dan memiliki

galur mencit yang berwarna putih. Mencit termasuk hewan pengerat

(rodentia) yang dapat dengan cepat berkembang biak. Pemeliharan

hewan ini relative muda, walaupun dalam jumlah yang banyak.

Pemeliharaannya ekonomis dan efisien dalam hal tempat dan biaya.

Page 37: PENGARUH EKSTRAK TERIPANG (Holothuroidea ...repository.ub.ac.id/4898/1/AYU SYUKRIYAH ZULFITA.pdfPENGARUH EKSTRAK TERIPANG (Holothuroidea) TERHADAP GAMBARAN MIKROSKOPIS ORGAN PARU-PARU

Mencit memiliki variasi genetic cukup besar serta sifat anatomis dan

fisiologinya terkarakterisasi dengan baik (Malole & Pramono, 1989).

Adapun klasifikasi dari mencit (Mus musculus) :

Kingdom : Animalia

Filum : Chordata

Sub filum : Vertebrata

Class : Mamalia

Ordo : Rodentia

Famili : Muridae

Genus : Mus

Spesies : Mus Musculus. SW

(Pribadi, 2008).

Mus musculus rumah merupakan hewan yang satu spesies

dengan Mus musculus yang sering digunakan sebagai hewan uji di

laboratorium (Smith & Mangkoewidjojo, 1988).

Mencit merupakan hewan percobaan yang sering digunakan

dalam penelitian in vivo. Tetapi karena hewan ini paling kecil

diantara berbagai jenis hewan percobaan dan memliki banyak galur,

maka hewan ini disebut mencit. Mencit liar atau mencit rumah

adalah hewan semarga dengan mencit laboratorium. Hewan tersebut

tersebar di seluruh dunia dan sering ditemukan di dekat atau di dalam

gedung dan rumah yang dihuni manusia. Mencit juga banyak

ditemukan di daerah lain yang tidak dekat dengan manusia, jika ada

makanan dan tempat berlindung. Semua galur mencit laboratorium

yang ada pada waktu ini merupakan turunan dari mencit liar sesudah

melalui peternakan selektif (Yuwono, 2009).

Mus musculus jantan dan betina muda sukar untuk dibedakan.

Mus musculus betina dapat dikenali karena jarak yang berdekatan

antar lubang anus dan lubang genitalnya. Testis pada Mus musculus

jantan pada saat matang seksual terlihat sangat jelas, berukuran

relatif besar dan biasanya tidak tertutup oleh rambut. Testis dapat

ditarik masuk ke dalam tubuh. Mus musculus betina memiliki lima

pasang kelenjar susu dan putting susu sedang pada Mus musculus

jantan tidak dijumpai (Suckow Dkk., 2006).

Mencit laboratorium mempunyai berat badan yang hampir

sama dengan mencit liar, yaitu 18-20 gram pada umur 4 minggu dan

30-40 gram pada umur 6 minggu atau lebih. Setelah diternakkan

secara selektif sejak tahun 1920, sekarang ada berbagai warna dan

timbul banyak galur dengan berat badan berbeda-beda. Mencit

laboratorium dapat di kandang dalam kotak sebesar kotak sepatu.

Page 38: PENGARUH EKSTRAK TERIPANG (Holothuroidea ...repository.ub.ac.id/4898/1/AYU SYUKRIYAH ZULFITA.pdfPENGARUH EKSTRAK TERIPANG (Holothuroidea) TERHADAP GAMBARAN MIKROSKOPIS ORGAN PARU-PARU

Kotak dapat dibuat dari berbagai macam bahan, misalnya plastik

(polipropilen atau polikarbonat), aluminium, atau baja tahan karat

(stainless steel). Kadang-kadang mencit dapat ditempatkan di

kandang yang mempunyai dinding dan lantai dari kawat (Yuwono,

2009).

Kualitas makanan berpengaruh pada kondisi mencit,

diantaranya pada bagian mata, hidung, gerak, dan rambut yang dapat

mempengaruhi kemampuan mencit mencapai potensi genetik untuk

tumbuh, berbiak, umur, atau reaksi terhadap pengobatan dan lain-

lain. Oleh karena itu status makanan hewan yang diberikan dalam

percobaan biomedis mempunyai pengaruh nyata pada kualitas hasil

percobaan. Persiapan dalam menyediakan makan mencit yang

lengkap termasuk memperhatikan kira-kira 50 komponen penting

(Suckow Dkk., 2006).

Persiapan ini meliputi membuat resep dan membuat makanan

sehingga mengandung komponen-komponen dengan kadar yang

diperlukan dengan mempertimbangkan faktor-faktor lain yang

mempunyai pengaruh terhadap kualitas makanan termasuk apakah

bahan makanan mudah dicerna, lezat, dan mencit berselera untuk

makan, cara menyiapkan dan menyimpan makanan serta konsentrasi

zat kimia atau bahkan bahan pencemar (Suckow Dkk., 2006).

Gambar 2.8 Anatomi mencit (Saragih, 2012).

Page 39: PENGARUH EKSTRAK TERIPANG (Holothuroidea ...repository.ub.ac.id/4898/1/AYU SYUKRIYAH ZULFITA.pdfPENGARUH EKSTRAK TERIPANG (Holothuroidea) TERHADAP GAMBARAN MIKROSKOPIS ORGAN PARU-PARU

(Halaman ini sengaja dikosongkan)

Page 40: PENGARUH EKSTRAK TERIPANG (Holothuroidea ...repository.ub.ac.id/4898/1/AYU SYUKRIYAH ZULFITA.pdfPENGARUH EKSTRAK TERIPANG (Holothuroidea) TERHADAP GAMBARAN MIKROSKOPIS ORGAN PARU-PARU

BAB III

METODOLOGI

3.1. Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilaksanakan selama ± 5 bulan pada bulan

Oktober 2016 sampai dengan Februari 2017 yang dilaksanakan di

laboratorium fisiologi hewan Fakultas Sains Universitas Islam

Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang dan laboratorium biofisika

Universitas Brawijaya.

3.2. Alat dan Bahan

Adapun alat yang digunakan pada penelitian ini antara lain

mikroskop, box plastic kandang mencit, alat bedah, sonde lambung,

pipet tetes, masker dan sarung tangan. Sedangkan bahan yang

digunakan untuk penelitian ini antara lain pestisida diazinon, ekstrak

teripang, mencit, pelet, air mineral, aquades, klorofoam, formalin,

alkohol, xilol, ethanol, sekam, paraffin, dan hemaktosilin-eosin.

3.3. Tahapan Penelitian

Tahapan penelitian ini dapat dilihat pada bagan dibawah ini:

Gambar 3.1 Tahapan Penelitian

Persiapan Sampel

Pengukuran dosis pestisida dan antioksidan

Perlakuan terhadap hewan Uji (K+, D-, dan D+)

Pembuatan preparat organ paru-paru

Pengamatan gambaran mikroskopis

Analisa dan hasil

Mulai Selesai

Mulai

Page 41: PENGARUH EKSTRAK TERIPANG (Holothuroidea ...repository.ub.ac.id/4898/1/AYU SYUKRIYAH ZULFITA.pdfPENGARUH EKSTRAK TERIPANG (Holothuroidea) TERHADAP GAMBARAN MIKROSKOPIS ORGAN PARU-PARU

3.3.1 Persiapan sampel

Pada penelitian ini sampel yang digunakan berupa

mencit dengan jumlah 55 ekor dengan kondisi seluruh hewan

uji dalam keadaan sehat. Hewan uji diletakkan dalam box

plastic kandang dengan diberi sekam, pellet dan air mineral.

Masing-masing kandang berisi 5 mencit dengan jumlah

kandang sebanyak 11 buah. Hewan uji dari penelitian ini dapat

dikelompokan menjadi 3, antara lain:

Tabel 3. 1 Kelompok perlakuan hewan uji coba

Terdapat lima variasi dosis pestisida diazinon pada

kelompok perlakuan D- dan lima variasi dosis antioksidan

pada kelompok perlakuan D+ yang disajikan dalam bentuk

tabel 3.2

Tabel 3.2 Persiapan pengelompokan dosis pestisida dan

antioksidan

Kontrol

Positif

Tanpa pemberian pestisida diazinon dan

tanpa diberi ekstrak tripang

Diazinon

Negatif

1 Pemberian pestisida dengan dosis 50 mg/1

liter aquades

2 Pemberian pestisida dengan dosis 75 mg/1

liter aquades

3 Pemberian pestisida dengan dosis 100 mg/1

liter aquades

4 Pemberian pestisida dengan dosis 125 mg/1

liter aquades

5 Pemberian pestisida dengan dosis 150 mg/1

Kelompok

Perlakuan

Pestisida diazinon Ekstrak teripang

K+ - -

D- + -

D+ + +

Page 42: PENGARUH EKSTRAK TERIPANG (Holothuroidea ...repository.ub.ac.id/4898/1/AYU SYUKRIYAH ZULFITA.pdfPENGARUH EKSTRAK TERIPANG (Holothuroidea) TERHADAP GAMBARAN MIKROSKOPIS ORGAN PARU-PARU

liter aquades

Diazinon

Positif

1 Pemberian pestisida dengan dosis maksimal

(D(m)) dan pemberian ekstrak tripang

0,01714 ml

2 Pemberian pestisida dengan dosis maksimal

(D(m)) dan pemberian ekstrak tripang

0,03428 ml

3 Pemberian pestisida dengan dosis maksimal

(D(m)) dan pemberian ekstrak tripang

0,051428 ml

4 Pemberian pestisida dengan dosis maksimal

(D(m)) dan pemberian ekstrak tripang

0,068571 ml

5 Pemberian pestisida dengan dosis maksimal

(D(m)) dan pemberian ekstrak tripang

0,08571 ml

3.3.2 Pengukuran dosis pestisida diazinon

Dosis pestisida diazinon yang dianjurkan untuk sekali

penyemprotan pada tanaman yang terdapat hama tanaman

adalah 50 mg/L dimana dosis tersebut untuk semua jenis

paparan baik manusia, hewan, maupun tumbuhan maka

didapatkan dosis bertingkat pestisida diazinonuntuk mencit:

Dosis 1 = 50 mg/L diberikan selama 14 hari

Dosis 2 = 75 mg/L diberikan selama 14 hari

Dosis 3 = 100 mg/L diberikan selama 14 hari

Dosis 4 = 125 mg/L diberikan selama 14 hari

Dosis 5 = 150 mg/L diberikan selama 14 hari

3.3.3 Pengukuran dosis ekstrak teripang

Dosis ekstrak teripang untuk manusia adalah 20

ml dengan anjuran minum 3 kali sehari. Sehingga dalam satu

hari manusia mengkonsumsi 60 ml ekstrak teripang. konversi

dosis dari manusia ke mencit adalah:

0,01714 ml

Page 43: PENGARUH EKSTRAK TERIPANG (Holothuroidea ...repository.ub.ac.id/4898/1/AYU SYUKRIYAH ZULFITA.pdfPENGARUH EKSTRAK TERIPANG (Holothuroidea) TERHADAP GAMBARAN MIKROSKOPIS ORGAN PARU-PARU

Jumlah dosis yang diberikan ke mencit dalam

satu hari adalah 0,01714 ml ekstrak teripang. Maka didapatkan

dosis bertingkat ekstrak teripang untuk mencit :

Dosis 1 = 0,01714 ml

Dosis 2 = 0,03428 ml

Dosis 3 = 0,051428 ml

Dosis 4 = 0,068571 ml

Dosis 5 = 0,08571 ml

3.3.4 Persiapan Alat dan Perlakuan

Rangkaian alat pada penelitian dimulai dari persiapan

sonde lambung. Percobaan ini dibagi menjadi dua tahap yaitu,

tahap pertama (1) pemberian pestidisa diazinon dan tahap

kedua (2) pemberian diazimon dengan dosis efektif dan

antioksidan ekstrak teripang.

1. Tahap 1

Gambar 3.2 Rangkaian Alat Tahap 1

Keterangan:

1. Sonde lambung

2. Pestisida diazinon

3. Mencit

1

2 3

Page 44: PENGARUH EKSTRAK TERIPANG (Holothuroidea ...repository.ub.ac.id/4898/1/AYU SYUKRIYAH ZULFITA.pdfPENGARUH EKSTRAK TERIPANG (Holothuroidea) TERHADAP GAMBARAN MIKROSKOPIS ORGAN PARU-PARU

2. Tahap 2

Gambar 3.3 Rangkaian Alat Tahap 2

Keterangan:

1. Petisida diazinon

2. Ektrak teripang

3. Sonde lambung

4. Mencit

3.3.4.1 Pestisida yang Digunakan

Pestisida yang digunakan dalam penelitian ini

adalah pestisida dengan jenis insektisida golongan

organofosfat mengandung senyawa aktif diazinon.

Pestisida ini merupakan pestisida yang banyak

digunakan dalam bidang pertanian.

1 2

3

4

Page 45: PENGARUH EKSTRAK TERIPANG (Holothuroidea ...repository.ub.ac.id/4898/1/AYU SYUKRIYAH ZULFITA.pdfPENGARUH EKSTRAK TERIPANG (Holothuroidea) TERHADAP GAMBARAN MIKROSKOPIS ORGAN PARU-PARU

3.3.4.2 Persiapan Ekstrak Teripang

Ekstrak teripang yang diberikan kepada mencit

berupa cairan yang sudah dijual dipasaran. Ekstrak

teripang diberikan pada mencit dengan cara oral

menggunakan sonde lambung. Dosis ekstrak teripang

yang diberikan pada mencit disesuaikan dengan berat

badan mencit.

3.3.5 Pembuatan preparat

Pengukuran sampel pada penelitian ini dapat diuraikan

sebagai berikut:

1. Mencit dibius menggunakan klorofoam kemudian

mencit dimasukkan dalam kotak sampai terlihat lemas

2. Mencit yang telah dibedah, diambil sampel organ paru-

paru

3. Kemudian difiksasi dengan cara direndam dalam

formalin 10% selama lebih dari 24 jam

4. Dimasukkan kedalam larutan etanol secara bertingkat

etanol 70%, 80%, 90%, 95% dan 96% selama 30 menit.

Khusus untuk etanol 95% dan 96% dilakukan 2 kali

perendaman.

5. Preparat kemudian dimasukkan kedalam xilol selama 3

x 30 menit

6. Preparat dipindahkan kedalam paraffin cair dalam blok

preparat

7. Dicetak preparat dipotong dan ditempelkan pada objek

gelas yang telah diberi entelan dan dipanaskan dengan

suhu 2-5 C dibawah titik lebur paraffin (sekitar 40 C)

sampai kering

8. Dimasukkan kedalam xylol murni selama 5-10 menit

9. Ambil preparat dan masukkan kedalam larutan etanol

berturut-turut 96%, 95%, 90%, 80% dan 70% selama 5-

10 menit

10. Dicuci dengan air kemudian diwarnai menggunakan

hemaktosilin-eosin selama 1-2 menit

11. Bilas dengan air, kemudian dikeringkan pada suhu

kamar dan ditutup dengan obyek gelas

12. Diamati di mikroskop dengan pembesaran 100 kali.

Page 46: PENGARUH EKSTRAK TERIPANG (Holothuroidea ...repository.ub.ac.id/4898/1/AYU SYUKRIYAH ZULFITA.pdfPENGARUH EKSTRAK TERIPANG (Holothuroidea) TERHADAP GAMBARAN MIKROSKOPIS ORGAN PARU-PARU

3.4 Pengamatan dan Analisis data

3.4.1 Cara membaca data dari preparat

Cara membaca data dari preparat dari penelitian ini

dengan meletakkan preparat yang telah disiapkan di bawah

mikroskop. Kemudian preparat diatur sampai objek yang akan

teramati dapat terlihat jelas dengan perbesaran mikroskop 400

kali. Setelah objek terlihat dilakukan pengambilan gambar

serta mengamati bagian-bagian dalam sampel antara lain:

1. Luas sampel

2. Kerusakan sel dengan menghitung jumlah sel rusak

dalam satu sampel

3. Sel sehat

Kemudian lakukan pengulangan pembacaan data untuk sampel

dengan sisi yang berbeda dalam satu preparat. Pembacaan data

dilakukan minimal 5 sampel.

3.4.2 Perhitungan kerusakan dan perbaikan sel

Setelah proses pembacaan data dari penelitian ini selesai

selanjutnya akan dilakukan pengolahan data dengan

menggunakan Microsoft Excel 2010 untuk mengetahui

persentase kerusakan dan perbaikan sel darah dengan rumus

perhitungan persentase kerusakan sebagai berikut:

Page 47: PENGARUH EKSTRAK TERIPANG (Holothuroidea ...repository.ub.ac.id/4898/1/AYU SYUKRIYAH ZULFITA.pdfPENGARUH EKSTRAK TERIPANG (Holothuroidea) TERHADAP GAMBARAN MIKROSKOPIS ORGAN PARU-PARU

(Halaman ini sengaja dikosongkan)

Page 48: PENGARUH EKSTRAK TERIPANG (Holothuroidea ...repository.ub.ac.id/4898/1/AYU SYUKRIYAH ZULFITA.pdfPENGARUH EKSTRAK TERIPANG (Holothuroidea) TERHADAP GAMBARAN MIKROSKOPIS ORGAN PARU-PARU

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

Pada persiapan hewan coba, mencit terbagi atas tiga kelompok

perlakuan. Kelompok pertama tanpa pemberian pestisida dan

antioksidan disebut sebagai kelompok perlakuan kontrol. Kelompok

kedua yaitu dengan pemberian pestida dan tanpa pemberian

antioksidan disebut sebagai kelompok perlakuan D-. Kelompok

ketiga yaitu dengan pemberian pestisida dan antioksidan disebut

sebagai kelompok perlakuan D+.

Penelitian dilakukan dengan dua tahapan. Tahap pertama di

lakukan pada kelompok kontrol dan kelompok D- dengan variasi

dosis pestisida pada kelompok perlakuan D- sebesar 50 mg/L

aquades, 75 mg/L aquades, 100 mg/L aquades, 125 mg/L aquades,

150 mg/L aquades. Tahap kedua dilakukan pada kelompok D+

dengan variasi dosis antioksidan ekstrak teripang 0,02 ml/kg BB

mencit; 0,03 ml/kg BB mencit; 0,05 ml/ kg BB mencit; 0,07 ml/ kg

BB mencit; 0,09 ml/ kg BB mencit. Terdapat mencit sebanyak lima

ekor pada masing-masing variasi dosis, baik tahap pertama maupun

tahap kedua.

Sebelum dilakukan perlakuan, mencit terlebih dahulu

diaklimatisasi selama tujuh hari, hal ini dilakukan untuk penyesuaian

lingkungan agar mencit tidak mengalami stress yang dapat

mengganggu berlangsungnya penelitian. Perlakuan dilakukan selama

14 hari kemudian dilakukan pembadahan dan pembuatan preparat

organ paru-paru. Pembuatan preparat dilakukan untuk semua

kelompok perlakuan, maka didapat sebanyak 55 preparat organ paru-

paru, kemudian dilakukan pengamatan.

Pengamatan dilakukan dengan menggunakan mikroskop

binokuler untuk melihat gambaran mikroskopis dari organ paru-paru

mencit. Pengamatan dilakukan dengan mengambil lima lapang

pandang pada masing-masing preparat sehingga didapat gambar

mikroskopis sebanyak 275 gambar. Pada gambaran mikroskopis

dilakukan perhitungan kerusakan dengan menggunakan software

Image Raster. Data yang diperoleh diolah dengan menggunakan MS.

Excel maka akan didapat persentase kerusakan organ paru-paru.

Persentase kerusakan didapat dari perhitungan melalui rumus jumlah

sel organ paru-paru rusak dibagi dengan jumlah sel total dikalikan

Page 49: PENGARUH EKSTRAK TERIPANG (Holothuroidea ...repository.ub.ac.id/4898/1/AYU SYUKRIYAH ZULFITA.pdfPENGARUH EKSTRAK TERIPANG (Holothuroidea) TERHADAP GAMBARAN MIKROSKOPIS ORGAN PARU-PARU

100 persen. Dilakukan analisa terhadap data persentase kerusakan

organ dengan tujuan memperoleh hasil dan informasi yang berkaitan

dengan penelitian ini.

4.1.1 Pengamatan Kerusakan Organ Paru-paru Mencit

(Mus musculus)

Hasil pengamatan menunjukan bahwa pemberian

pestisida dapat menyebabkan perubahan dan kerusakan

struktur organ paru-paru mencit. Perubahan struktur organ

paru-paru mencit dapat dilihat pada gambaran

mikroskopisnya. Terdapat dua jenis kerusakan yang

diakibatkan dari pemberian pestisida yaitu destruksi septum

alveolar (DSA) dan emfisema. Dekstruksi septum alveolar

ditandai dengan menipisnya dindingalveolus yang berdekatan.

Emfisema merupakan suatu kelainan anatomis paru yang

ditandai oleh pelebaran rongga udara distal bronkiolus

terminal (PDPI, 2003).

Gambar 4.1 Gambaran mikroskopis organ paru-paru mencit

kelompok kontrol perbesaran 100x

: Normal

: Dekstruksi septum alveolar

: emfisema

Dapat dilihat pada Gambar 4.1 bahwa terdapat alveolus

normal dalam jumlah banyak, sedikit penipisan pada dinding

Page 50: PENGARUH EKSTRAK TERIPANG (Holothuroidea ...repository.ub.ac.id/4898/1/AYU SYUKRIYAH ZULFITA.pdfPENGARUH EKSTRAK TERIPANG (Holothuroidea) TERHADAP GAMBARAN MIKROSKOPIS ORGAN PARU-PARU

sel dan nekrosis pada sel. Penipisan yang terjadi pada dinding

sel dan nekrosis menunjukan adanya suatu kerusakan.

Terdapat kerusakan pada kelompok kontrol meskipun tidak

diberi pestisida maupun antioksidan disebabkan oleh adanya

variabel luar yang tidak bisa dikendalikan seperti kondisi

psikologik mencit, imunitas mencit, dan daya regenerasi

masing-masing mencit.

Gambar 4.2 Gambaran mikroskopis organ paru-paru mencit

kelompok D- dosis pestisida 50 mg/L aquades dengan

perbesaran 100x

: Normal

: Dekstruksi septum alveolar

: emfisema

Page 51: PENGARUH EKSTRAK TERIPANG (Holothuroidea ...repository.ub.ac.id/4898/1/AYU SYUKRIYAH ZULFITA.pdfPENGARUH EKSTRAK TERIPANG (Holothuroidea) TERHADAP GAMBARAN MIKROSKOPIS ORGAN PARU-PARU

Gambar 4.3 Gambaran mikroskopis organ paru-paru mencit

kelompok D- dosis pestisida 75 mg/L aquades dengan

perbesaran 100x

: Normal

: Dekstruksi septum alveolar

: emfisema

Gambar 4.4 Gambaran mikroskopis organ paru-paru mencit

kelompok D- dosis pestisida 100 mg/L aquades dengan

perbesaran 100x

: Normal

: Dekstruksi septum alveolar

: emfisema

Page 52: PENGARUH EKSTRAK TERIPANG (Holothuroidea ...repository.ub.ac.id/4898/1/AYU SYUKRIYAH ZULFITA.pdfPENGARUH EKSTRAK TERIPANG (Holothuroidea) TERHADAP GAMBARAN MIKROSKOPIS ORGAN PARU-PARU

Gambar 4.5 Gambaran mikroskopis organ paru-paru

mencitkelompok D- dosis pestisida 125 mg/L aquades dengan

perbesaran 100x

: Normal

: Dekstruksi septum alveolar

: emfisema

Gambar 4.6 Gambaran mikroskopis organ paru-paru

mencitkelompok D- dosis pestisida 150 mg/L aquades dengan

perbesaran 100x

: Normal

: Dekstruksi septum alveolar

: emfisema

Pada Gambar 4.2 – Gambar 4.6 kerusakan organ

mengalami peningkatan. Ditemukan banyak membran

alveolus tidak utuh, mengalami pelebaran lumen dan

hubungan antar alveolus tidak rapat. Dapat dilihat bahwa

variasi dosis pestisida menunjukan perbedaan terhadap

struktur histologi organ paru-paru. Kerusakan meningkat

seiring dengan bertambahnya dosis pestisida. Pengamatan

gambaran mikroskopis organ paru-paru pada kelompok ini

menghasilkan data persentase kerusakan. Data didapatkan

melalui proses perhitungan jumlah sel yang mengalami

dekstruksi septum alveolar dan emfisema sel sel normal. Dari

data persentase kerusakan tersebut, dapat diperoleh grafik

persentase kerusakan organ paru-paru mencit terhadap

pemberian pestisida dengan variasi dosis.

Page 53: PENGARUH EKSTRAK TERIPANG (Holothuroidea ...repository.ub.ac.id/4898/1/AYU SYUKRIYAH ZULFITA.pdfPENGARUH EKSTRAK TERIPANG (Holothuroidea) TERHADAP GAMBARAN MIKROSKOPIS ORGAN PARU-PARU

Gambar 4.7 Gambaran mikroskopis organ paru-paru mencit

kelompok D+ dosis antioksidan 0,02 ml/kg BB mencit dengan

perbesaran 100x

: Normal

: Dekstruksi septum alveolar

: Emfisema

Gambar 4.8 Gambaran mikroskopis organ paru-paru mencit

kelompok D+ dosis antioksidan 0,03 ml/kg BB mencit dengan

perbesaran 100x

: Normal

: Dekstruksi septum alveolar

: emfisema

D+(2)

Page 54: PENGARUH EKSTRAK TERIPANG (Holothuroidea ...repository.ub.ac.id/4898/1/AYU SYUKRIYAH ZULFITA.pdfPENGARUH EKSTRAK TERIPANG (Holothuroidea) TERHADAP GAMBARAN MIKROSKOPIS ORGAN PARU-PARU

Gambar 4.9 Gambaran mikroskopis organ paru-paru mencit

kelompok D+ dosis antioksidan 0,05 ml/kg BB mencit dengan

perbesaran 100x

: Normal

: Dekstruksi septum alveolar

: emfisema

Gambar 4.10 Gambaran mikroskopis organ paru-paru mencit

kelompok D+ dosis antioksidan 0,07 ml/kg BB mencit dengan

perbesaran 100x

: Normal

: Dekstruksi septum alveolar

: emfisema

D+(3)

D+(4)

D+(5

)

Page 55: PENGARUH EKSTRAK TERIPANG (Holothuroidea ...repository.ub.ac.id/4898/1/AYU SYUKRIYAH ZULFITA.pdfPENGARUH EKSTRAK TERIPANG (Holothuroidea) TERHADAP GAMBARAN MIKROSKOPIS ORGAN PARU-PARU

Gambar 4.11 Gambaran mikroskopis organ paru-paru mencit

kelompok D+ dosis antioksidan 0,03 ml/kg BB mencit dengan

perbesaran 100x

: Normal

: Dekstruksi septum alveolar

: emfisema

Pada Gambar 4.7 – Gambar 4.11 dapat dilihat bahwa

kerusakan organ mengalami penurunan jika dibandingkan

dengan gambaran mikroskopis kelompok perlakuan D- pada

dosis efektif. Dari data pengamatan tersebut dapat diperoleh

grafik persentase kerusakan organ paru-paru mencit terhadap

pemberian antioksidan ekstrak teripang dengan variasi dosis

0,02 ml/kg BB mencit, 0,02 ml/kg BB mencit, 0,02 ml/kg BB

mencit, 0,02 ml/kg BB mencit dan 0,02 ml/kg BB mencit.

Persentasi kerusakan organ paru-paru mencit di dapat dari

perhitungan sel yang mengalami desktruksi septum alveolar,

emfisema serta banyaknya sel normal.

4.1.2 Pengaruh Pemberian Pestisida terhadap Kerusakan

Organ Paru-paru pada Mencit

Pada pengamatan gambaran mikroskopis organ paru-

paru dihasilkan data persentase kerusakan dari proses

perhitungan. Data tersebut digambarkan dalam sebuah grafik

polinomial orde dua yang menyatakan hubungan antara

Page 56: PENGARUH EKSTRAK TERIPANG (Holothuroidea ...repository.ub.ac.id/4898/1/AYU SYUKRIYAH ZULFITA.pdfPENGARUH EKSTRAK TERIPANG (Holothuroidea) TERHADAP GAMBARAN MIKROSKOPIS ORGAN PARU-PARU

persentase kerusakan dengan pemberian pestisida pada mencit.

Grafik hubungan antara persentase kerusakan dengan

pemberian pestisida pada mencit dapat dilihat pada Gambar

4.12 – Gambar 4.14.

Pada Gambar 4.12 dan Gambar 4.13 dapat dilihat bahwa

persentasi kerusakan mengalami kenaikan. Pada grafik

kerusakan emfisema (Gambar 4.12) nilai kerusakan di titik

kontrol sebesar 11,59% dan mengalami kenaikan hingga

22,52% pada dosis 150 mg/L aquades, didapatkan persamaan

y = 0.0003x2 + 0.0268x+11.223 dan nilai R² = 0.9675. Pada

grafik kerusakan destruksi septum alveolar (Gambar 4.13)

nilai kerusakan di titik kontrol sebesar 2,03% dan mengalami

kenaikan hingga 17,59% pada dosis 150 mg/L aquades,

didapatkan persamaan y = 0.0002x2+0.0721x+2.2938 dan nilai

R² = 0.9776.

Gambar 4. 12 Grafik persentase kerusakan emfisema organ

paru-paru mencit terhadap dosis pestisida diazinon mg/L

0

5

10

15

20

25

30

0 50 100 150

Per

senta

se K

erusa

kan

(%

)

Dosis Pestisida Diazinon (mg/L)

Grafik Kerusakan Emfisema Organ Paru-Paru

Akibat Pemberian Diazinon

Page 57: PENGARUH EKSTRAK TERIPANG (Holothuroidea ...repository.ub.ac.id/4898/1/AYU SYUKRIYAH ZULFITA.pdfPENGARUH EKSTRAK TERIPANG (Holothuroidea) TERHADAP GAMBARAN MIKROSKOPIS ORGAN PARU-PARU

Gambar 4.13 Grafik persentase kerusakan dekstruksi septum

alveolar organ paru-paru mencit terhadap dosis pestisida diazinon

mg/L

Gambar 4.14 Grafik persentase sel normal organ paru-paru

mencit terhadap dosis pestisida diazinon mg/L

Gambar 4.14 merupakan grafik sel normal. Grafik

tersebut (Gambar 4.14) menunjukan trendline berbeda dari

Gambar 4.12 dan Gambar 4.13. Grafik mengalami penurunan

dari nilai 86,38% di titik kontrol hingga 59,88% pada dosis

150 mg/L aquades. Dari ketiga gambaran grafik tersebut dapat

dibuktikan bahwa semakin banyak dosis pestisida yang

0

5

10

15

20

0 50 100 150

Per

sen

tase

Ker

usa

kan

(%

)

Dosis Pestisida Diazinon (mg/L)

Grafik Kerusakan Dekstruksi Septum Alveolar

Organ Paru-Paru Akibat Pemberian Diazinon

0

20

40

60

80

100

0 50 100 150

Per

sen

tase

Ker

usa

kan

(%

)

Dosis Pestisida Diazinon (mg/L)

Grafik Sel Normal Organ Paru-Paru Akibat

Pemberian Diazinon

Page 58: PENGARUH EKSTRAK TERIPANG (Holothuroidea ...repository.ub.ac.id/4898/1/AYU SYUKRIYAH ZULFITA.pdfPENGARUH EKSTRAK TERIPANG (Holothuroidea) TERHADAP GAMBARAN MIKROSKOPIS ORGAN PARU-PARU

diberikan maka nilai persentasi kerusakan organ semakin

tinggi.

4.1.3 Pengaruh Pemberian Antioksidan terhadap

Kerusakan Alveolus Organ Paru-paru pada Mencit Pada Gambar 4.15 dan Gambar 4.16 dapat dilihat bahwa

persentasi kerusakan mengalami penurunan. Pada grafik

kerusakan emfisema (Gambar 4.15) nilai kerusakan di titik

kontrol sebesar 19,46% dan mengalami penurunan hingga

12,76% pada dosis 0,09 ml/kg BB mencit, didapatkan

persamaan y = 567.42x2-122.58x+19.595 dan nilai R² =

0.9303. Pada grafik kerusakan destruksi septum alveolar

(Gambar 4.16) nilai kerusakan di titik kontrol sebesar

15,38% dan mengalami penurunan hingga 8,30% pada dosis

0,09 ml/kg BB mencit, didapatkan persamaan y = 597.7x2 -

131.42x + 15.401 dan nilai R² = 0.9811.

Gambar 4.15 Grafik persentase kerusakan emfisema organ

paru-paru mencit terhadap dosis antioksidan ml/kg BB mencit

0

5

10

15

20

25

0 0.02 0.04 0.06 0.08 0.1

Per

senta

se K

erusa

kan

(%

)

Dosis Antioksidan (ml/kg BB mencit)

Grafik Kerusakan Emfisema Organ Paru-Paru Setelah

Mendapat Antioksidan

Page 59: PENGARUH EKSTRAK TERIPANG (Holothuroidea ...repository.ub.ac.id/4898/1/AYU SYUKRIYAH ZULFITA.pdfPENGARUH EKSTRAK TERIPANG (Holothuroidea) TERHADAP GAMBARAN MIKROSKOPIS ORGAN PARU-PARU

Gambar 4.16 Grafik persentase kerusakan dekstruksi septum

alveolus organ paru-paru pada mencit terhadap dosis

antioksidan ml/kg BB mencit

Gambar 4.17 Grafik persentase sel normal organ paru-paru

pada mencit terhadap dosis antioksidan ml/kg BB mencit

Gambar 4.17 merupakan grafik sel normal. Grafik

tersebut (Gambar 4.17) menunjukan trendline berbeda dari

Gambar 4.15 dan Gambar 4.16. Grafik mengalami kenaikan

0

5

10

15

20

0 0.02 0.04 0.06 0.08 0.1

Per

senta

se K

erusa

kan

(%

)

Dosis Antioksidan (ml/kg BB mencit)

Grafik Kerusakan Dekstruksi Septum AlveolarOrgan

Paru-Paru Setelah Mendapat Antioksidan

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

0 0.02 0.04 0.06 0.08 0.1

Per

senta

se K

erusa

kan

(%

)

Dosis Antioksidan (ml/kg BB mencit)

Grafik Sel Normal Organ Paru-Paru Setelah Mendapat

Antioksidan

Page 60: PENGARUH EKSTRAK TERIPANG (Holothuroidea ...repository.ub.ac.id/4898/1/AYU SYUKRIYAH ZULFITA.pdfPENGARUH EKSTRAK TERIPANG (Holothuroidea) TERHADAP GAMBARAN MIKROSKOPIS ORGAN PARU-PARU

dari nilai 64,98% di titik kontrol hingga 78,93% pada dosis

150 mg/L aquades. Hasil statistik dari penelitian ini

menunjukan bahwa pemberian antioksidan teripang mampu

memperbaiki kerusakan sel yang diakibatkan oleh kontaminasi

pestisida diazinon.

4.2 Pembahasan

Pada penelitian ini, kerusakan organ paru-paru mencit dinilai

berdasarkan adanya destruksi septum alveolar dan emfisema. Hasil

menunjukkan perbedaan yang bermakna antara kelompok kontrol

dan kelompok perlakuan D-

serta kelompok perlakuan D-

dan

kelompok perlakuan D+. Terdapat kerusakan sel pada kelompok

kontrol. Hal tersebut disebabkan oleh adanya variabel luar yang tidak

bisa dikendalikan seperti kondisi psikologik mencit, imunitas mencit,

dan daya regenerasi masing-masing mencit.

Hasil dari persentasi kerusakan organ paru-paru pada

kelompok perlakuan D-

lebih tinggi dari kelompok Kontrol. Nilai

tersebut menunjukan bahwa pestisida diazinon memiliki efek toksik

dan merupakan zat yang dapat merusak struktur organ.

Pada kelompok perlakuan D+ efek toksik pestisida diazinon

direduksi dan dicegah pembentukannya oleh antioksidan yang

terdapat pada ekstrak teripang. Antioksidan terbanyak yang

terkandung dalam ekstrak teripang yaitu saponin triterpenoid.

Senyawa ini tergolong radical scavenging antioxidants yang

berfungsi mencegah terbentuknya radikal bebas dan menghancurkan

radikal bebas yang telah terbentuk.

4.2.1 Mekanisme Toksisitas

Insektisida Diazinon termasuk ke dalam golongan

pestisida organofosfat. Insektisida yang tergolong kedalam

pestisida organofosfat memiliki toksisitas lebih tinggi di

antara jenis pestisida lainnya dan sering menyebabkan

keracunan pada manusia. Bila tertelan, meskipun hanya dalam

jumlah sedikit, dapat menyebabkan kematian.

Pestisida masuk ke dalam tubuh melalui tiga cara yakni

bersama dengan makanan, saluran pernapasan dan permukaan

kulit. Mekanisme kerja insektisida di dalam tubuh yaitu

dengan menghambat aksi pseudokholinesterase dalam plasma

dan kholinesterase dalam sel darah merah dan pada

sinapsisnya. Enzim tersebut secara normal

Page 61: PENGARUH EKSTRAK TERIPANG (Holothuroidea ...repository.ub.ac.id/4898/1/AYU SYUKRIYAH ZULFITA.pdfPENGARUH EKSTRAK TERIPANG (Holothuroidea) TERHADAP GAMBARAN MIKROSKOPIS ORGAN PARU-PARU

menghidrolisis acetylcholine menjadi asetat dan kholin. Pada

saat enzim dihambat, mengakibatkan jumlah

acetylcholine meningkat dan berikatan dengan reseptor

muskarinik dan nikotinik pada system saraf pusat dan perifer.

Hal tersebut menyebabkan timbulnya gejala keracunan yang

berpengaruh pada seluruh bagian tubuh (Raini, 2007).

4.2.2 Interaksi Antioksidan dengan Radikal Bebas

Diazinon yang masuk ke dalam tubuh mencit akan

mengalam biodegradasi melalui enzim yang berperan sebagai

biokatalis (Liu Dkk., 2007). Biodegradasi merupakan proses

yang melibatkan perubahan struktur suatu senyawa oleh

pengaruh biologis (Fauzi, 1996). Pembiodegradasi pada

penelitian ini adalah enzim monooksidase. Enzim

monooksidase merupakan enzim intraseluler yang dihasilkan

di dalam sel. komponen heterosiklik pada diazinon diaktivasi

oleh enzim monooksidase yang membentuk derivative P = O

menghasilkan diazoxon dapat dilihat pada Gambar 4.18

(Jumbriah, 2006).

Diazoxon memiliki sifat lebih toksik dari pada diazinon

karena adanya aktivitas anti asetilkkholinerase (Zhang, 1999).

Aktivitas anti asetilkkholinerase menyebabkan diazoxon lebih

berpotensi dalam penghambatan cholinesterase dibandingkan

dengan diazinon (Ahokas Dkk, 1987).

Gambar 4.18. Reaksi oksidasi senyawa diazinon dengan

enzim monooksidase berubah menjadi senyawa diazoxon

Reaksi diazinon dengan enzim monooksidase dalam

tubuh menyebabkan diazinon berpotensi sebagai radikal bebas.

Radikal bebas bersifat reaktif dan dapat menimbulkan

kerusakan pada komponen sel seperti DNA, lipid, protein dan

karbohidrat. Kerusakan tersebut dapat menimbulkan berbagai

+ monooksidase O

Page 62: PENGARUH EKSTRAK TERIPANG (Holothuroidea ...repository.ub.ac.id/4898/1/AYU SYUKRIYAH ZULFITA.pdfPENGARUH EKSTRAK TERIPANG (Holothuroidea) TERHADAP GAMBARAN MIKROSKOPIS ORGAN PARU-PARU

kelainan biologis seperti kanker dan penyakit degeneratif

lainnya (Soeksmanto Dkk., 2007).

Penyakit degeneratif ini disebabkan karena antioksidan

yang ada di dalam tubuh tidak mampu menetralisir

peningkatan konsentrasi radikal bebas. Tubuh memerlukan

suatu substansi penting yaitu antioksidan yang mampu

menangkap radikal bebas berlebih yang masuk sehingga

radikal bebas tersebut tidak dapat menginduksi suatu penyakit

(Andayani Dkk, 2008). Peranan antioksidan sangat penting

dalam menetralkan dan menghancurkan radikal bebas

(Manimaran & Rajneesh, 2009).

Antioksidan atau antiradikal bebas secara endogenik

terdapat di dalam tubuh dalam jumlah yang sedikit (Praptiwi

Dkk, 2006). Bila jumlah radikal bebas dalam tubuh berlebih

maka dibutuhkan antioksidan yang berasal dari luar tubuh

(eksogenik) (Praptiwi Dkk, 2006). Dalam penelitian ini yang

berperan sebagai antioksidan eksogenik adalah teripang.

Teripang kaya akan saponin, terutama triterpen glikosida.

Senyawa ini mempunyai aktivitas sebagaimana tonik yang

berasal dari ginseng, ganoderma dan tumbuhan

(Dharmananda, 2003).

Senyawa radikal bebas cenderung mengambil elektron

dari senyawa aktif. Salah satu jenis senyawa aktif yang dapat

berpotensi menstabilkan radikal bebas adalah antioksidan.

Antioksidan merupakan senyawa yang berfungsi untuk

menghambat reaksi berantai dari radikal bebas. Antioksidan

adalah senyawa kimia yang mendonorkan satu elektron atau

lebih kepada radikal bebas schingga terjadi porcdaman pada

radikal bcbas Berdasarkan sumber perolehannya ada dua

macam antioksidan, yaitu antioksidan alami dan antioksidan

buatan (Dalimartha, 2007).

Page 63: PENGARUH EKSTRAK TERIPANG (Holothuroidea ...repository.ub.ac.id/4898/1/AYU SYUKRIYAH ZULFITA.pdfPENGARUH EKSTRAK TERIPANG (Holothuroidea) TERHADAP GAMBARAN MIKROSKOPIS ORGAN PARU-PARU

Tabel 4.1 Energi ikat

(Margaretha, 2015)

Prinsip kerja dari antioksidan adalah memberikan atau

mentransfer satu electron dengan ditandai hilangnya atom H

kepada senyawa radikal. Pada antioksidan, elektron yang

diberikan untuk radikal bebas adalah atom H yang berikatan

dengan atom O. Atom H yang berikatan dengan atom O

memiliki energi kecil untuk saling berikatan sehingga atom H

cenderung lebih mudah untuk melepaskan diri.

Semakin banyak jumlah senyawa aktif yang terdapat

pada antioksidan maka semakin dapat mempertahankan

kadar proteinnya. Saponin triterpenoid memilik struktur

benzene dan beberapa gugus OH. Gugus OH inilah yang

menyebabkan saponin triterpenoid dapat menyumbangkan

atom H untuk senyawa radikal sehingga senyawa radikal

menjadi normal dan saponin triterpenoid menjadi radikal

namun, sifatnya tidak reaktif dan tidak membahayakan

molekul lain (Anggra, 2016). Gambar 4.19 menunjukan

reaksi yang terjadi antara diazoxon dengan gugus hidroksil

dari antioksidan saponin triterpenoid.

+OH

Page 64: PENGARUH EKSTRAK TERIPANG (Holothuroidea ...repository.ub.ac.id/4898/1/AYU SYUKRIYAH ZULFITA.pdfPENGARUH EKSTRAK TERIPANG (Holothuroidea) TERHADAP GAMBARAN MIKROSKOPIS ORGAN PARU-PARU

Gambar 4.19 Reaksi diazoxon dengan senyawa antioksidan

(saponin triterpenoid)

Antioksidan merupakan substansi nutrisi maupun

non-nutrisi yang terkandung dalam bahan pangan, yang

mampu mencegah atau memperlambat terjadinya kerusakan

oksidatif dalam tubuh. Antioksidan merupakan senyawa

pemberi elektron (elektron donor) atau reduktan/reduktor.

Antioksidan mampu menghambat reaksi oksidasi dengan cara

mengikat radikal bebas dan molekul yang sangat reaktif

sehingga kerusakan sel dapat dicegah. Senyawa ini

mempunyai berat molekul kecil tapi mampu

menginaktivasi reaksi oksidasi dengan mencegah

terbentuknya radikal (Winarsi, 2007). Tamat Dkk. (2007)

menyatakan bahwa antioksidan merupakan zat yang dapat

menunda, memperlambat dan mencegah terjadinya proses

oksidasi.

Antioksidan alam mampu melindungi tubuh terhadap

kerusakan yang disebabkan spesies oksigen reaktif, mampu

menghambat terjadinya penyakit degeneratif serta

menghambat peroksidase lipid pada makanan. Antioksidan

alami umumnya mempunyai gugus hidroksi dalam struktur

molekulnya (Sunarni, 2007) Fungsi utama antioksidan

digunakan sebagai upaya untuk memperkecil terjadinya proses

oksidasi dari lemak dan minyak, memperkecil terjadinya

proses kerusakan dalam makanan, memperpanjang masa

pemakaian dalam industri makanan, meningkatkan stabilitas

lemak yang terkandung dalam makanan serta mencegah

hilangnya kualitas sensori dan nutrisi (Hernani, 2005).

Page 65: PENGARUH EKSTRAK TERIPANG (Holothuroidea ...repository.ub.ac.id/4898/1/AYU SYUKRIYAH ZULFITA.pdfPENGARUH EKSTRAK TERIPANG (Holothuroidea) TERHADAP GAMBARAN MIKROSKOPIS ORGAN PARU-PARU
Page 66: PENGARUH EKSTRAK TERIPANG (Holothuroidea ...repository.ub.ac.id/4898/1/AYU SYUKRIYAH ZULFITA.pdfPENGARUH EKSTRAK TERIPANG (Holothuroidea) TERHADAP GAMBARAN MIKROSKOPIS ORGAN PARU-PARU

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil yang diperoleh, maka dapat disimpulkan

bahwa insektisida diazinon termasuk ke dalam golongan pestisida

organofosfat yang bersifat toksik bagi organ paru-paru (racun

inhalasi) ditandai dengan adanya kerusakan sel. Ekstrak teripang

mengandung senyawa saponin triterpenoid yang bersifat antioksidan.

Mampu menjadi anti radikal untuk senyawa diazixon. Hasil dari

penelitian ini menunjukan bahwa pestisida dapat merusak organ

paru-paru mencit dengan persentasi kerusakan 40,11% pada dosis

150 mg/L aquades. Penambahan antioksidan ekstrak teripang mampu

mereduksi radikal bebas sehingga persentase kerusakan menurun

21,07% pada dosis antioksidan ekstrak teripang 0,09 ml/kg BB

mencit.

5.2 Saran

Dilakukan penelitian lebih lanjut dengan menggunakan

software otomatis untuk penandaan dan perhutunga sel normal dan

abnormal.

Page 67: PENGARUH EKSTRAK TERIPANG (Holothuroidea ...repository.ub.ac.id/4898/1/AYU SYUKRIYAH ZULFITA.pdfPENGARUH EKSTRAK TERIPANG (Holothuroidea) TERHADAP GAMBARAN MIKROSKOPIS ORGAN PARU-PARU
Page 68: PENGARUH EKSTRAK TERIPANG (Holothuroidea ...repository.ub.ac.id/4898/1/AYU SYUKRIYAH ZULFITA.pdfPENGARUH EKSTRAK TERIPANG (Holothuroidea) TERHADAP GAMBARAN MIKROSKOPIS ORGAN PARU-PARU

DAFTAR PUSTAKA

Afiyatullov, S. S., A. I. Kalinovsky, T. A. Kuznetsova, V. V. Isakov,

M. V. Pivkin, P. S. Dmitrenok and G. B. Elyakov, 2002. New

Diterpene Glycosides Of The Fungus Acremonium

Striatisporum Isolated From A Seacucumber. J Nat. Prod., 65:

641-4.

Ahokas J.T. 1995. Sub lethal effect of esfenvalerate pulse exposure

on spawningand non-spawning Australian Crimson-Spotted

rainbow fish(Melanotaenia fluviatulis). Arch. Environ. Con.

Tox. 28: 459-463.

Andayani, R., L, Y., & Maimunah. 2008. Penentuan Aktivitas

Antioksidan, Kadar Fenolat Total Dan Likopen Pada Buah

Tomat (Solanum Lycopersycum I). Jurusan Sains dan

Tegnologi Farmasi 13 (1), 31-37.

Anggra, 2016. physics.studentjournal.ub.ac.id/index.php/psj/article/

download/262/155. [30 Juli 2017].

Anonymous. 2004. http://gamatemas.dumei.com/gamat.htm. [26

Februari 2017].

Anonymous. 2003. http://cybermed.cbn.net.id. [14 Maret 2017].

Arisman. 2008. Buku Ajar Ilmu Gizi Keracunan Makanan. Jakarta:

Penerbit: Buku Kedokteran EGC.

Campbell. 1999. Biologi Edisi Kelima Jilid 1. Erlangga, Jakarta.

Dalimartha, S., Felix, A. 2011. Khasiat Buah dan Sayur. Cetakan ke

2. Jakarta: Penebar Swadaya. Hal. 139-141.

Darmansyah I., Gan Sulistia. 1987. Kolinergik, dalam Farmakologi

dan Terapi ed3. Jakarta : Farmakologi FKUI.

Darmawan, Armaidi. 2013. Penyakit Sistem Respirasi Akibat Kerja.

JMJ, Vol 1, Nomor 1, Hal: 68-83.

Departemen Pertanian RI. 1984. Pestisida dan Penggunaanya.

Gresik. PT. Petrokimia,Badan Pendidikan Latihan dan

Penyuluhan.

Dharmananda S. 2003. Sea cucumber: food and medicine. Institute

for Traditional Medicine. Oregon: Portland.

Djojosumarto, P. 2008. Pestisida dan Aplikasinya. AgroMedia

Pustaka : Jakarta. 22-24 hlm.

Dwidjoseputro, O. 1978. Pengantar Mikologi. Penerbit Alumni.

Bandung.

Page 69: PENGARUH EKSTRAK TERIPANG (Holothuroidea ...repository.ub.ac.id/4898/1/AYU SYUKRIYAH ZULFITA.pdfPENGARUH EKSTRAK TERIPANG (Holothuroidea) TERHADAP GAMBARAN MIKROSKOPIS ORGAN PARU-PARU

Eroschenko, VP. 2003. Atlas Histologi di Fiore dengan Korelasi

Fungsional. Edisi 9. Jakarta: EGC. Hlm.202-204

Farouk, A., Ghouse, F., & Ridzwan, B. 2007. New Bacterial Species

Isolated from Malaysian Sea Cucumbers with Optimized

Secreted Antibacterial Activity. American Journal of

Biochemistry and Biotechnology 3 (2), 60-65.

Fauzi, M. 2006. Analisa Pangan dan Bahan Pertanian. Handout.

Jember: FTP UNEJ.

Fredalina BD, Ridzwan BH, Abidin AAZ, Kaswandi MA, Zaiton H,

Zali I, Kittakoop P, Mat Jais AM. 1999. Fatty acid

composition in local sea cucumber, Stichopus chloronatus, for

wound healing. General Pharmacology 3:337-340.

Hallenbeck WH and KM Cunningham-Burns. 1985. Pecticides and

Human Health. Berlin. Springer-Verlag.

Hassan SM, Haq AU, Byrd JA, Berhow MA, Cartwright A, Bailey

CA. 2010. Haemolytic and antimicrobial activities of saponin-

rich extracts from guar meal. Food Chem. 119:600605.

Hayes, Jr.. Wayland J., "Dosage and Other Factors Influencing

Toxicity" dalam Handbook of Pesticide Toxicology, 1991, vol.

I, 39-96.

Hernani. 2005. Tanaman Antioksidan. Jakarta: Penebar Swadaya.

Halaman 8-19

Hickman et al., 2006. Integrated Principles of Zoology. The Mc

Grew Hill Companies Inc. New York.

Jumbriah. 2006. Bioremediasi Tanah Tercemar Diazinon secara Ex

Situ dengan Menggunakan Kompos Limbah Media Jamur

(Spen Mushroom Compost).Thesis. Pascasarjana IPB. Bogor.

Kamanyire R, Karalliedde L. 2004. Organophosphate toxicity and

occupational exposure. Occupational Medicine. 54:69-75.

Kaswandi MA, Lian HH, Nurzakiah S, Ridzwan BH, Ujang S,

Samsudin MW, Jasnizat S, Ali AM. 2000. Crystal saponin

from three sea cucumber genus and their potential as

antibacterial agents. 9th Scientific Conference Electron

Microscopic Society, 12-14 Nov 2000, Kota Bharu, Kelantan.

273-276.

Kuncahyo, I. dan Sunardi. 2007. Uji aktivitas antioksidan ekstrak

belimbing wuluh (Averrhoa blimbi, L.) terhadap 1,1-

Diphenyl-2-Picrylhidrazyl (DPPH). Seminar Nasional

Teknologi, Yogyakarta.

Page 70: PENGARUH EKSTRAK TERIPANG (Holothuroidea ...repository.ub.ac.id/4898/1/AYU SYUKRIYAH ZULFITA.pdfPENGARUH EKSTRAK TERIPANG (Holothuroidea) TERHADAP GAMBARAN MIKROSKOPIS ORGAN PARU-PARU

Kustiariyah. 2006. Isolasi, karakterisasi dan uji aktivitas biologis

senyawa steroid dari teripang sebagai aprodisiaka alami

[tesis]. Bogor: Sekolah Pascasarjana, IPB

Listiawati, A. E. (2014). HUBUNGAN ANTARA KADAR

ASETILKOLINESTERASE DENGAN FUNGSI PARU PETANI

YANG TERPAPAR KRONIK ORGANOFOSFAT. Semarang:

Universitas Diponegoro.

Liu Yc, Chang YC, Tzang BS, Chen CC. 2007. Antibiotic Amoxillin

induced DNA lesions in mamalian cells possibly via the

reactive oxygen species. Mutation Researh. 629 (2007): 133-

139

Margaretha, Yuliana. 2015. Energi Ikatan.

https://yulianamargareta.files.wordpress.com/2015/03/7-

energi-ikatan.pdf

Mader, S.S. 2004. Understanding Human Anatomy & Physiologi

(5th ed.). The McGrawHill Company.

Malole, M.B.M. and Pramono, C.S.U. 1989. Pengantar Hewan-

Hewan Percobaan di Laboratorium. Bogor. Pusat Antara

Universitas Biotegnologi IPB.

Manimaran, A., & Rajneesh, C. P. (2009). Activities of Antioxidant

Enzyme and Lipid. 2(2), 68-72.

Middleton, E., & Kandaswami, C. (2000). The effects of plant

flavonoids on mammalian cells:implications for inflammation,

heart disease, and cancer. Pharmacology Review 52, 673–751.

Metha Arsilita Hulma, Masrul Basyar, Henny Mulyani. Hubungan

Karakteristik Penderita Dengan Gambaran Sitopatologi pada

Kasus Karsinoma Paru yang Dirawat di RSUP Dr.M. Djamil

Padang. Jurnal Kesehatan Andalas , 2014 ;3(2).

Moore, A.E., Greenhough, A., Smartt, H.J.M., Robert, H.R.,

Williams, A.C., Paraskeva, C., et al. 2009. The COX-2/PGE2

pathway: key roles in the hallmarks of cancer and adaptation

to the tumour microenvironment. Carcinogenesis. 3 (3): 377-

86.

Munaf, S. 1997. Keracunan Akut Pestisida Teknik Diagnosa

Pertolongan Pertama Pengobatan dan Pencegahannya. Jakarta.

Widya Medika.

NCI. 1979. National Cancer Institute, Bioassay of diazinon for

possible carcinogenicity. Carcinogenicity Testing Program.

NCI-NIH, Bethesda, MD. DHEW Publication No. NIH 79-

1392. MEID 00073372.

Page 71: PENGARUH EKSTRAK TERIPANG (Holothuroidea ...repository.ub.ac.id/4898/1/AYU SYUKRIYAH ZULFITA.pdfPENGARUH EKSTRAK TERIPANG (Holothuroidea) TERHADAP GAMBARAN MIKROSKOPIS ORGAN PARU-PARU

Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI). 2003. Pedoman

Diagnosis Dan Penatalaksanaan Kanker Paru Di Indonesia.

Jakarta: Indonesia.

Praptiwi, D., & Harapini, M. (2006). 2006. 17(1), 32-36.

Pribadi, G.A. 2008. Penggunaan Mencit Dan Tikut Sebagai Hewan

Model Penelitian Nikotin. Skripsi. Bogor. IPB

Raini M. 2007. Sikap Dan Perilaku Buruh Penyemprotan Yang

Keracunan Pestisida Organofosfat Di Kecamatan Pacet - Jawa

Barat. Media Penelitian Dan Pengembangan Kesehatan. Vol.

XI No. 2, 21-25.

Price, A. dan Wilson, L. (1995). Patofisiologi. Buku 2. Edisi 4.

Penebit Buku Kedokteran EGC. Jakarta, hal :1117-1119

Ren, W., Qlao, Z., Wang, H., Zhu, L., & Zhang. (2003). Flavonoid:

Promising Anticancer Agents. Medicinal Research Reviews,

23, 519-534.

Reynertson. (2007). Uji Efek Anti Inflamasi Ekstrak Etil Asetat

Buah Semu Jambu Mete (Anacardium occidentale L.)

Terhadap Edema Pada Telapak Kaki Tikus Putih (Rattus

norvegicus) Jantan Galur Wistar yang Diindusi Karagenin.

Biomedika 2 (1), 33-37.

Rusyana, Adun. 2011. Zoologi Invertebrata. Bandung. Alfabeta

Saragih A. 2012. Efek Hipourikemia Ekstrak Daun Sidaguri (Sida

rhombifolia L) pada mencit jantan. Journal of pharmaceutics

and pharmachology, 1 (1): 21-28.

Scheuer PJ. 1995. Marine Natural Products. Penerjemah:

Koensoemardiyah. Semarang: IKIP Semarang Press.

Sloane, E., 2004. Anatomi dan Fisiologi Untuk Pemula. Penerbit

Buku Kedokteran (EGC). Jakarta.

Smith, J.B., Mangkoewidjojo S. 1988. Pemeliharaan, Pembiakan dan

Penggunaan Hewan Percobaan di Daerah Tropis. Tikus

Laboratorium (Rattus Norvegicus): 37-57. Penerbit

Universitas Indonesia.

Suckow, M. A. (2006). he laboratory Rat,2 ed. San Diego: Elsevier

Academic Press.

Sunarni, T. 2005. Aktivitas antioksidan penangkap radikal bebas

beberapa kecambah dari biji tanaman familia Papilionaceae.

Jurnal Farmasi Indonesia 2(2):53-61

Soeksmanto. 2007 Kandungan Antioksidan pada Beberapa Bagian

Tanaman Mahkota Dewa, Phaleria macrocarpa (Scheff) Boerl.

Page 72: PENGARUH EKSTRAK TERIPANG (Holothuroidea ...repository.ub.ac.id/4898/1/AYU SYUKRIYAH ZULFITA.pdfPENGARUH EKSTRAK TERIPANG (Holothuroidea) TERHADAP GAMBARAN MIKROSKOPIS ORGAN PARU-PARU

(Thymelaceae). B I O D I V E R S I T A S Volume 8, Nomor

2.Halaman: 92-95

Tamat, S. R., T. Wikanta dan L. S. Maulina. 2007. Aktivitas

Antioksidan dan Toksisitas Senyawa Bioaktif dari Ekstrak

Rumput Laut Hijau Ulva reticulata Forsskal. Jurnal Ilmu

Kefarmasian Indonesia, 5 (1) : 31-36.

Toole, G., Susan, 1999, Understanding Biology for Advanced Level

Stanley Tornes: Cheintenham.

Wibowo S, Yunizal, Setiabudi E, Erlina MD, Tazwir. 1997.

Tegnologi Penanganan dan Pengolahan Teripang

(Holothuroidea). Jakarta: IPPL Slipi.

Widiastuti , P., & Ester, M. (2005). Bahan Kimia pada Kesehatan

Manusia dan Lingkungan. Jakarta: EGC.

Winarsi, H, 2007. Antioksidan Alami dan Radikal Bebas. Kanisius,

Yogyakarta.

Yuwono. 2009. Mencit Strain CBR Swiss Derived. Pusat Penelitian

Penyakit Menular Badan Penelitian Dan Pengembangan

Kesehatan, Departemen Kesehatan RI. Jakarta.

Zhang Q, Pehkonen SO. 1999. Oxidant od diazinon by aqueous

chlorine: kinetics,mechanism, and product studies. Agric food.

Chem. 47: 1760-1766.

Page 73: PENGARUH EKSTRAK TERIPANG (Holothuroidea ...repository.ub.ac.id/4898/1/AYU SYUKRIYAH ZULFITA.pdfPENGARUH EKSTRAK TERIPANG (Holothuroidea) TERHADAP GAMBARAN MIKROSKOPIS ORGAN PARU-PARU

(Halaman ini sengaja dikosongkan)

Page 74: PENGARUH EKSTRAK TERIPANG (Holothuroidea ...repository.ub.ac.id/4898/1/AYU SYUKRIYAH ZULFITA.pdfPENGARUH EKSTRAK TERIPANG (Holothuroidea) TERHADAP GAMBARAN MIKROSKOPIS ORGAN PARU-PARU