PENGARUH PEMBERIAN SALEP EKSTRAK ETANOL BUAH …mahasiswa.mipastkipllg.com/repository/artikel indah...
Transcript of PENGARUH PEMBERIAN SALEP EKSTRAK ETANOL BUAH …mahasiswa.mipastkipllg.com/repository/artikel indah...
PENGARUH PEMBERIAN SALEP EKSTRAK ETANOL BUAH
MAKASAR NG (BRUCEA JAVANICA) TERHADAP LUKA SAYAT
MENCIT (MUS MUSCULUS) JANTAN
Oleh :
Indah widya Lestari, Eka Lokaria, M.Pd.Si., Mareta Widiya, M.Pd.Si.
Email :
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian salep ekstrak
buah makasar (Brucea javanica) terhadap jumlah trombosit Mus musculus. Jenis
penelitian ini adalah eksperimen laboratorium, dengan desain yang digunakan
adalah Rancangan Acak lengkap (RAL) yang terdiri dari lima perlakuan dan lima
pengulangan. Perlakuannya adalah P0 sebagai kontrol negatif, P1 betadine sebagai
kontrol positif, P2 dengan dosis5% salep ekstrak buah makasar, P3dengan dosis
10% salep ekstrak buah makasar dan P4 dengan dosis15% salep ekstrak buah
makasar. Teknik analisis data dengan langkah-langkah: uji normalitas, uji
homogenitas dan uji Anava satu jalur. Berdasarkan hasil perhitungan Anava satu
jalur didapatkan hasil Fhitung = 29,41 dengan Ftabel= 2,87, maka dapat dinyatakan
bahwa nilai Fhitung>Ftabel maka Ha ditolak dan H0 diterima. Hasil penelitian
menunjukan bahwa Salep ekstrak etanol buah makasar (Brucea javanica)
berpengaruh dalam proses mempercepat penyembuhan luka sayat mencit (Mus
musculus) jantan.
Kata Kunci: Salep Ekstrak Etanol Buah Makasar, Luka sayat, Mus musculus
A. Pendahuluan
Indonesia merupakan negara tropis yang memiliki beragam jenis
tanaman obat yang tumbuh subur dan berkembangbiak di beberapa daerah.
Lebih dari 20.000 jenis tumbuhan obat yang tumbuh dan berkembang di
Indonesia. Namun, hanya sekitar 200 jenis yang sudah dimanfaatkan untuk
pengobatan tradisional (Hariana, 2013:3). Pada umumnya, masyarakat di
Indonesia mulai memilih menggunakan pengobatan tradisional daripada obat
yang mengandung zat kimia. Keuntungan adanya penggunaan obat tradisional
antara lain, yaitu karena bahan bakunya mudah diperoleh dan biaya yang harus
dikeluarkan relatif murah dibandingkan dengan pengobatan medis berbahan
baku sintesis. Selain itu, obat tradisional tidak memiliki efek samping yang
tinggi seperti obat - obatan dari bahan kimia (Handayani, 2005: 36).
Salah satu tanaman yang dapat dijadikan obat tradisional adalah buah
makasar (Brucea javanica). Buah makasar (Brucea javanica) merupakan jenis
tanaman yang termasuk ke dalam famili Simaroubaceae yang banyak ditanam
di pekarangan dan tumbuh liar di hutan. Tanaman ini memiliki tinggi pohon
berkisar 1-2,5 meter. Tanaman buah makasar ini memiliki kandungan senyawa
seperti alkaloid, terpenoid, kuasinoid, dan steroid. Buah makasar (Brucea
javanica) mempunyai aktivitas anti mikroba, anti inflamasi, antioksidan, anti
malaria, anti tumor, anti kanker, dan anti TBC (Widiantoro, 2010:2-3).
Dalam kehidupan sehari-hari, kulit sangat rentan mengalami luka, baik
disengaja maupun tidak sengaja. Luka adalah hilang atau rusaknya sebagian
jaringan tubuh atau rusaknya kesatuan atau komponen jaringan, dimana secara
spesifik terdapat substansi jaringan yang rusak atau hilang yang akan
mengakibatkan timbulnya kerusakan pada kulit, yang disebabkan oleh benda
tajam atau tumpul, perubahan suhu, zat kimia, ledakan, sengatan listrik atau
gigitan hewan. Setiap luka yang terjadi selalu diikuti dengan proses
penyembuhan luka. Penyembuhan luka adalah proses yang kompleks dengan
melibatkan banyak sel dalam proses penyembuhannya. Poses penyembuhan
luka dapat berlangsung secara alami maupun bantuan kimiawi (Ruswanti,
2014: 163).
Ada berbagai jenis luka, salah satunya yaitu luka sayat (Vulnus
scissum). Luka sayat merupakan luka yang ditandai dengan tepi luka berupa
garis lurus maupun tak beraturan (Ramadhan, dkk. 2017:17). Luka sayat
adalah luka yang terjadi karena teriris oleh instrumen yang tajam, misalnya
terjadi akibat pembedahan. Ciri-cirinya yaitu luka terbuka, nyeri, dan hampir
terasa sakit (Berman, 2009:795). Untuk mempercepat proses penyembuhan
luka dapat memanfaatkan buah makasar (Brucea javanica). Menurut
(Hariana, 2008:51) Buah makasar mengandung senyawa alkaloid,
brucamarine, yatanine, phenol, brucena dan bruceolid acid, dimana senyawa
tersebut dapat menyembuhkan luka.
Berdasarkan uraian di atas, maka perlu dilakukan penelitian tentang
“Pengaruh pemberian salep ekstrak etanol buah makasar (Brucea javanica)
terhadap luka sayat pada mencit (Mus musculus) jantan”. Dalam upaya
mengembangkan ilmu pengetahuan serta sebagai sumber informasi ilmiah
tentang manfaat ekstrak salep buah makasar, maka penelitian ini perlu
dilakukan.
B. Landasan Teori
1. Tinjauan Umum Buah makasar
Buah Makasar (Brucea javanica) merupakan tanaman yang
tergolong famili Simaroubaceae. Buah Makasar tumbuh liar dihutan,
kadang-kadang ditanaman sebagai tanaman pagar. Tanaman ini tumbuh
pada ketinggian 1-500 mpdl. Termasuk tanaman perdu tegak, menahun,
tinggi 1-2,5 m. Berambut halus bewarna kuning, daunnya berupa daun
majemuk menyirip ganjil, jumlah anak daun 5-13, bertangkai, letak
berhadapan. Helaian anak daun berbentuk lanset memanjang, ujung
meruncing, pangkal berbentuk baji, tepi bergerigi kasar, permukaan atas
bewarna hijau muda, memiliki panjang 5-10 cm, dan lebar 2-4 cm
(Dalimartha, 2000: 29).
2. Manfaat dan Kandungan Pisang Kepok (Musa paradisiaca Linn)
Buah makasar memiliki rasa pahit, dingin dan beracun. Beberapa
bahan kimia yang terkandung dalam buah makasar diantaranya alkaloid,
seperti brucamarine dan Yatanine, buah makasar juga mengandung
phenol seperti Brucena dan bruceolid acid. Biji buah makasar
mengandung brusatol dan bruceine seperti A, B, C, D, E, F, G serta H.
Sementara itu daging buah makasar mengandung minyak lemak, oleic
acid, linoleic acid, stearic acid serta palmitoleid acid (Hariana, 2013:
66).
3. Luka
Luka adalah gangguan atau kerusakan dari kondisi normal yang
terjadi pada kulit yang menyebabkan berkurang atau hilangnya fungsi-
fungsi dari bagian yang mengalami luka.
4. Penyembuhan Luka
Penyembuhan luka adalah suatu proses yang kompleks dengan
melibatkan banyak sel. Proses yang dimaksudkan disini karena
penyembuhan luka melalui beberapa fase. Fase tersebut meliputi:
koagulasi, inflamasi, proliferasi, dan fase remodeling.
5. Mencit
Mencit (Mus musculus) adalah hewan terestial yang lebih aktif di
senja atau malam hari, mencit tidak terlalu menyukai terang. Mencit juga
suka hidup di tempat tersembunyi yang dekat dengan sumber makanan
dan membangun sarangnya dari berbagai macam material lunak. Satu
jantan yang dominan biasanya hidup dengan beberapa betina dan mencit
muda. Jika terdapat lebih mencit jantan dalam satu kandang mereka akan
menjadi agresif jika tidak dibesarkan bersama dari lahir.
Mencit memiliki ciri-ciri berupa bentuk tubuh kecil, berwarna
putih, memiliki siklus esterus teratur yaitu 4-5 hari. Kondisi ruang untuk
pemeliharaan mencit (Mus musculus) harus senantiasa bersih, kering dan
jauh dari kebisingan. Suhu ruang pemeliharaan juga harus dijaga kisaran
antara 18 - 19°C serta kelembapan udara antara 30 - 70% (Akbar,
2010:6). Mencit betina dewasa dengan umur 35 - 60 hari memiliki berat
badan 18 - 35 gram. Lama hidupnya 1 - 2 tahun, dapat juga mencapai 3
tahun. Masa reproduksi mencit betina berlangsung 1,5 tahun. Mencit
betina ataupun jantan dapat dikawinkan pada umur 8 minggu (Akbar,
2010:6).
C. Metode Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimen
laboratorium. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh
pemberian salep ekstrak buah makasar (Brucea javanica) terhadap luka
sayat mencit (Mus musculus) jantan. Penelitian eksperimen adalah
penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu
terhadap yang lain dalam kondisi yang terkendalikan. Penelitian
dilakukan dengan mengggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang
terdiri atas 5 perlakuan dan 5 pengulangan.
D. Prosedur Penelitian
1. Penanganan sampel
Sampel tanaman buah makasar (Brucea javanica) didapatkan
dari kota Lubuklinggau. Buah makasar (Brucea javanica) yang telah
dipetik dari tangkainya dicuci bersih dan dikeringkan dengan cara
diangin-anginkan di udara terbuka tanpa terkena sinar matahari secara
langsung. Hal ini dilakukan untuk mengurangi resiko rusaknya
komponen kimia dalam buah makasar (Brucea javanica) akibat terkena
suhu tinggi dari sinar matahari. Buah makasar (Brucea javanica) yang
sudah kering kemudian diblender tanpa air hingga berbentuk serbuk.
Serbuk buah makasar (Brucea javanica) kemudian dimasukkan
kedalam toples dan dimaserasi dengan etanol 96% sampai terendam
sempurna selama 7-10 hari. Larutan diaduk setiap 3 kali sehari. Setelah
dimaserasi, lalu larutan disaring dilanjutkan dengan pemekatan hasil
ekstrak dengan rotary evaporator. basis yang digunakan adalah basis
berlemak vaseline album. Sebelum dibuat basis salep, dipanaskan
lumpang dan alu didalam oven dengan suhu 50°C hingga panas agar
steril, kemudian lumpang dan alu yang telah panas dikeluarkan dari
oven dan masukkan vaseline album dan diaduk dengan kecepatan
konstan hingga homogen dengan membentuk basis salep.
b. Penyediaan Mencit
Hewan uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah mencit
(Mus musculus) jenis kelamin jantan dalam keadaan sehat dengan berat
badan 20-30 gram dan umur 7-10 minggu. Mencit (Mus musculus)
didatangkan dari peternak mencit yang terdapat di Kota Palembang.
Mencit diadaptasi selama 8 hari untuk proses penyesuaian diri terhadap
perubahan kondisi lingkungan yang berbeda dari tempat asalnya.
Kandang mencit yang telah disediakan berisi sekam padi yang telah
diberi ram kawat sebagai penutup nampan plastik.
c. Konversi Konsentrasi
Dosis penggunaan salep ekstrak etanol buah makasar untuk
penelitian ini digunakan konsentrasi berbeda yaitu 5% 10 %, dan 15 %.
Konversi Dosis
Adapun konversi dosis pada salep ekstrak buah makasar adalah
sebagai berikut:
Konversi dosis salep ekstrak buah makasar, yaitu:
1. Dosis efektif untuk konsentrasi 5 %
5
100x banyaknya salep ekstrak.........(x) Gram
2. Dosis efektif untuk konsentrasi 10%
10
100x banyaknya salep ekstrak ....... .(x) Gram
3. Dosis efektif untuk konsentrasi 15%
15
100x banyaknya salep ekstrak ..........(x) Gram
Konversi dosis yang akan diberikan pada mencit yang diberi perlakuan,
dengan rumus yaitu :
𝐵𝐵 𝑀𝑒𝑛𝑐𝑖𝑡 (𝑔)
100 𝑔 x konsentrasi X, Y, Z = Gram
Dalam penelitian ini digunakan juga betadine sebagai pembanding.
Betadine yang digunakan pada orang dewasa dan anak- anak sesuai
dengan konsentrasi, sehingga pada penelitian ini sesuai berat badan pada
mencit, untuk 1 g berat badan untuk mencit dapat dihitung sebagai berikut:
𝐵𝐵 𝑀𝑒𝑛𝑐𝑖𝑡 (𝑔)
1000 𝑔x banyaknya betadine dalam 1 botol x 5= ....... mL.
b. Pemberian perlakuan
Pemberian perlakuan dengan menggunakan Rancangan Acak
Lengkap (RAL) yaitu 5 (lima) perlakuan dan masing- masing perlakuan
dan diulangi sebanyak 5 kali, penentuan jumlah subjek (pengulangan)
ditentukan berdasarkan rumus Federer yaitu (t-1) (n-1) ≥ 15, bahwa t
merupakan jumlah perlakuan, sedangkan n adalah banyaknya
pengulangan pada tiap perlakuan (Wahyuningrum, 2012: 193). Dengan
demikian jumlah mencit jantan (Mus musculus) yang digunakan yaitu
sebanyak 5 perlakuan x 5 ulangan = 25 ekor mencit.
Adapun perlakuan luka sayat pada hewan uji berdasarkan
penelitian Eriadi, dkk (2015:164). Sebelum dilakukan penyayatan, tandai
bagian punggung mencit yang akan dibuat luka, lalu cukur bulu mencit
pada bagian yang akan disayat dan dilukai. Kemudian bagian yang akan
dilukai tersebut dibersihkan dengan menggunakan kapas yang telah
diberi alkohol 70%, buat dengan menyayat kulit mencit menggunkan
pisau kater yang sudah steril (yadaf,et al, 2012). Buat luka dengan
panjang 1 cm dengan kedalaman sampai epidermis bagian atas. Setelah
dilakukan penyayatan pada punggung mencit, Luka langsung diberi
Salep ekstrak etanol buah makasar hari dengan menggunakan cottunbad
tanpa ada kapasnya. Pemberian Salep ini dilakukan hanya 1 kali diawal
perlkuan saja.
Perlakuan dan pengamatan atau pengumpulan data pada penelitian
adalah sebagai berikut:
a. Sebelum perlakuan, ditentukan mencit dengan cara pengacakan.
b. Setelah mencit dilukai, kemudian diukur panjang luka awal sebelum
dilakukan perlakuan.
c. Masing- masing mencit diberi perlakuan sebagai berikut:
Perlakuan A : Luka tanpa perlakuan (Aquades)
Perlakuan B : Luka diberi betadine
Perlakuan C : Luka diberi salep Ekstrak buah makasar dengan
konsentrasi 5%.
Perlakuan D : Luka diberi salep Ekstrak buah makasar dengan
konsentrasi 10%.
Perlakuan E : Luka diberi salep Ekstrak buah makasar dengan
konsentrasi 15 %
d. Kemudian dilakukan pengamatan selama 8 hari untuk melihat
panjang penutup luka. Karena pada dugaan sementara dihari ke 8
telah menunjukan tanda-tanda kesembuhan, penutupan luka dan
telah ditumbuhi rambut pada bagian punggung mencit jantan (Mus
musculus) yang diberi perlakuan (dilukai).
e. Pengamatan pada luka dilakukan sebelum pemberian dan sesudah
perlakuan sampai menunjukkan adanya tanda - tanda kesembuhan
dengan cara mengukur panjang luka. Pengukuran rata- rata panjang
luka terbuka dilakukan dengan dx (1,2,3 dst) yaitu panjang luka
terbuka setiap ulangan perlakuan. Dihitung dengan rumus:
dx = 𝑑𝑥 1 + 𝑑𝑥 2 + 𝑑𝑥 (3)
3
untuk rata- rata panjang luka terbuka (cm) (Grace, 2015:10).
E. Teknik Analisis Data
Data yang diperoleh dari hasil uji kuantitatif pada penelitian
kemudian di uji secara statistika dengan, uji pengujian statistik
inferensial dengan teknik statistik parametrik. Pengujian dengan statistik
mensyaratkan bahwa data yang akan dianalisis harus berdistribusi normal
dan homogen. Setelah dilakukan uji normalitas dan homogenitas
dilanjutkan dengan uji hipotesis dengan menggunakan Anava. Kemudian
dilanjutkan dengan uji lanjutan BNJ (Beda Nyata Jujur) (Hanafiah,
2003:41).
F. Hasil Penelitian dan Pembahasan
1. Hasil Penelitian
Hasil pengujian uji normalitas dan homogenitas bahwa data
berdistribusi normal dan variannya homogen. Berdasarkan ketentuan
perhitungan statistika mengenai uji normalitas data bahwa nilai terbesar
𝐿0= 0,0686 dengan taraf kepercayaan a = 5% dan n = 25 di dapat nilai
𝐿𝑇𝑎𝑏𝑒𝑙 = 0,173. Karena Lo ≤ Ltabel maka data berdistribusi normal.. Jika
data berdistribusi normal dan variannya homogen dilanjutkan dengan uji
hipotesis dengan menggunakan Anava.
Hasil pengukuran dan pengamatan rata-rata panjang luka terhadap
waktu proses penyembuhan luka pada mencit jantan selama 8 hari untuk
masing-masing kelompok perlakuan dapat dilihat dari tabel 4.1 dibawah
ini:
Tabel 4.1
Rata-Rata Hasil Pengukuran Panjang Luka
Ulangan
(Panjang
Luka)
Perlakuan
P0(Aquades) P1(Betadine) P2 (5%) P3(10%) P4 (15%)
X1 0,65 0,57 0,65 0,57 0,51
X2 0,68 0,53 0,6 0,56 0,51
X3 0,66 0,58 0,58 0,62 0, 55
X4 0,62 0,6 0,56 0,51 0,53
X5 0,67 0,45 0,53 0,57 0,51
Jumlah ( 𝑦) 3,28 2,73 2,92 2,83 2,06
Rata-rata (𝑦−) 0,65 0,54 0,58 0,56 0,51
Dapat dilihat dari tabel 4.1 diatas bahwa untuk semua kelompok
perlakuan pada hari ke-0 sampai hari ke-8 mengalami penyembuhan luka
dan ada perbedaan yang signifikan dan terbukti secara sistematik. Dimana
pada hari ke-8 panjang luka tertutup dan paling signifikan waktu yang
diperlukan untuk proses penyembuhan luka paling cepat sembuh diperoleh
pada salep ekstrak etanol buah makasar dengan konsentrasi `15% (P4),
dibandingkan dengan kelompok perlakuan lainnya, tetapi berbeda dengan
luka tanpa perlakuan. Untuk melihat apakah ada efek dari setiap perlakuan
terhadap penyembuhan luka dilakukan uji statistik Anova terhadap
panjang luka, dapat dilihat pada tabel 4.2 dibawah ini:
Tabel 4.2
Hasil Data Anova One Way
Sumber
varians
db JK RJK 𝐹ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 𝐹𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙
Kelompok (A) 4 0,05 0,0125 29,41 2,87
Dalam (D) 20 0,0335 0,0017
Total (TR) 24 0,0835 -
Hasil uji Anava menggunakan uji F menunjukan bahwa terdapat
pengaruh pemberian Salep ekstrak buah makasar terhadap kecepatan waktu
penyembuhan luka pada mencit, hal ini dapat dilihat dari hasil perhitungan
diketahui bahwa adalah 𝐹ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 sebesar 29,41. Bila dibandingkan dengan
nilai pada 𝐹𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 untuk Vl= 4 dan V2= 20 dengan taraf alfa 0,05 diperoleh
2,87. Sehingga 𝐹ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 > 𝐹𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 (29,41 > 2,87. Hal ini disimpulkan bahwa
𝐻0 ditolak 𝐻𝑎 diterima dan ada perbedaan yang sangat nyata atau signifikan.
Oleh karena 𝐹ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 sangat nyata uji selanjutnya yang uji lanjutan
dengan menggunakan BNJ (Beda Nyata Jujur) karena KK (Koefisien
keberagaman) yang didapat tergolong kecil yaitu 2,4% hasil maksimal 5%
pada kondisi homogen. Hasil perhitungan uji BNJ dapat dilihat pada Tabel
4.3 dibawah ini:
Tabel 4.3
No Perlakuan Rata-rata RAL
1 A P4 (15% Salep) 0,522 a a (berbeda tidak nyata)
2 B P1 (Betadine) 0,546 ab b (berbeda nyata)
3 C P3 (10% Salep) 0,566 abc b (berbeda nyata)
4 D P2 (5% Salep) 0,585 abcd b (berbeda nyata)
5 E P0 (Aquades) 0,656 abcde c (berbeda sangat nyata)
BNJ 5%
G. Pembahasan
Pada penelitian ini salep ekstrak etanol buah makasar yang terkumpul
sebanyak 90 gram, di buat dengan konsentrasi getah yang berbeda dengan
konsentrasi 5%, 10% dan 25%. Sebelum pembuatan luka mencit,
pembagian kelompok perlakuan dengan cara pengacakan setelah mencit
dilukai kemudian mencit diberi perlakuan 5 kali dan 5 ulangan yaitu: P0
(tanpa perlakuan), P1 (dengan betadine), P2 (konsentrasi 5%), P3
(konsentrasi 10%), P4 (konsentrasi 15%). Kemudian dilukai, setelah diberi
perlakuan dilakukan pengamatan selama 8 hari untuk melihat diameter
luka (Grace, 2015:10).
Tahap berikutnya melakukan penyayatan pada mencit yang telah
dikelompokkan, dimana pada setiap kelompok dengan masing-masing
dosis P0 (Aquades), P1 (10 mL Betadine), P2 (5% Salep ekstrak buah
makasar), P3 (10% Salep Ekstrak buah makasar), P4 (15% Salep Ekstrak
buah makasar). Pemberian dosis ini dilakukan pada saat setelah dilakukan
penyayatan pada bagian punggung.
Pada penelitian ini salep ekstrak buah makasar yang terkumpul
sebnyak 30 gram, dibuat dengan konsentrasi salep yang berbeda-beda
dengan konsentrasi 5%, 10% dan 15%. Sebelum pembuatan luka mencit,
pembagian kelompok perlakuan dengan cara pengacakan setelah mencit
dilukai kemudian mencit diberi perlakuan 5 kali dan 5 pengulangan , pada
setiap kelompok perlakuan sebelum pemberian dosis betadin ataupun
ekstrak, maka dosis tersebut harus dikonversikan terlebih dahulu pada
berat badan mencit pada kontrol negatif P0 (tanpa perlakuan) yaitu dengan
memberikan aquades pada luka, sehingga setelah perhitungan berat badan
mencit maka langsung ke proses pemberian perlakuan. Pada kelompok
kontrol positif P1(10 mL betadine), dan kelompok ekstrak P2(konsentrasi
5%), P3 (Konsentrasi 10%), P4 (konsentrasi 15%) proses pemberian
perlakuan dengan memberikan dosis yang sesuai dengan berat mencit.
Mencit dicukur terlebih dahulu dibagian punggung agar memudahkan
pada saat proses melukai punggung mencit, kemudian dioleskan dosis
betadine ataupun ekstrak dengan menggunakan cottun bad. Dimana pada
bagian kapas cottun bad dihilangkan dan dipipihkan pada bagian
ujungnya sehingga pemberian betadine dan ekstrak pada luka tidak
menempel pada kapas-kapas sehingga tidak mengurangi dosis yang sudah
ditentukan, (Grace, 2015: 10) setelah diberi perlakuan dilakukan
pengamatan selama 8 hari untuk melihat diameter luka.
Setelah pengamatan yang telah diamati dari hari ke 0 sampai hari
ke 8 mengalami perubahan panjang luka. Pada perlakuan P1 setelah
diberikan betadine terjadi penyembuhan luka tetapi belum mengalami
kesembuhan total. Pada hari k-3 luka sayat belum tertutup, sedangkan
pada P2,P3 , P4 diberikan salep ekstrak buah makasar dengan konsentrasi
yang berbeda terjadi penyembuhan luka, waktu yang diperlukan untuk
proses penyembuhan luka relatif sama tetapi, pada hari ke 8 meskipun
masih ada bekas luka pada mencit. Sedangkan luka berkurang paling
signifikan diperoleh pada P4 (Konsentrasi 15%) dibandingkan dengan
kelompok perlakuan lainnya, karena terbukti secara sistematik pada hari
ke- 7 luka telah tertutup, tidak terlihat bekas luka dan mulai ditumbuhi
rambut pada mencit pada hari ke-8.
Hal ini disebabkan karena dipengaruhi oleh bahan aktif yang
terkandung pada salep ekstrak buah makasar yaitu flavonoid dan
berdasarkan penelitian penggunaan salep ekstrak buah makasar sebagai
obat penyembuhan luka memiliki prospek yang sangat baik (Febram,
2010: 122).
Dimana flavonoid mempunyai komposisi 90% diosi dan 10%
hesperidin, dimana mempunyai efek meningkatkan vaskularisasi dan
proteksi pada endotelium vaskular. Flavonoid merupakan salah-satu
kelompok senyawa metabolit sekunser yang paling banyak ditemukan
didalam jaringan tanaman. Flavonoid termasuk dalam golongan senyawa
phenolik dengan struktur kimia C6-C3-C6 (Redha, 2010: 197). Kandungan
flavonoid pada tumbuhan telah banyak dibuktikan dapat mempercepat
proses penyembuhan luka dengan meningkatkan proses epitelisai.
Epitelisasi yang merupakan proses pembaruan epitel setelah terjadinya
luka, dengan melibatkan proliferasi dan migrasi sel epitel menuju pusat
luka (Palumpun, 2017:5)
H. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang sudah dilakukan dapat
disimpulkan bahwa pemberian salep ekstrak etanol buah makasar
berpengaruh terhadap proses penyembuhan luka dengan hasil data
statistika 𝐹ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 > 𝐹𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 (29,41 > 2,87) pada taraf 5% atau 0,05 dan n =
25, karena 𝐹ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 lebih besar dari 𝐹𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 , maka 𝐻0 ditolak 𝐻𝑎 diterima
dan ada perbedaan yang sangat nyata atau signifikan. Maka dapat
disimpulkan bahwa pemberian salep ekstrak etanol buah makasar (Brucea
javanica) berpengaruh dalam mempercepat proses penyembuhan luka
sayat mencit jantan.
DAFTAR PUSTAKA
Akmal, M.. (2016). Ensiklopedia Kesehatan untuk Umum. Yogyakarta: Ar- Ruzz
Media.
Berman, A. (2009). Buku Ajar Praktik Keperawatan Klinis Edisi Kelima. Jakarta:
EGC Buku Kedokteran.
Damayanti, I.P. (2015). Keterampilan Kebidanan ll. Yogyakarta: Deepublish.
Darimartha, S. (2000). Atlas Tumbuhan Obat Indonesia Jilid 2. Jakarta : Trubus
Agriwidya
Eriadi, A. (2015). Pengaruh Ekstrak Daun Binahong (Anredera cordifolia
(Tenore) steen) terhadap Penyembuhan Luka Sayat pada tikus Putih
Jantan. Jurnal Farmasi Higea, Vol. 7, No. 2.
Fannani, Z.M., & Nugroho, T. (2014). Pengaruh Salep Ekstrak Etanol Daun Sirih
(Piper betle) terhadap Penyembuhan Luka Iris pada Tikus Putih Jantan.
Jurnal JKKI. Vol.6, No 1.
Febram, B.,Wientarsih, I., & Pontjo, B. (2010). Aktivitas sediaan Salep Ekstrak
Batang Pisang Ambon (Musa paradisiaca var sapientum) Dalam Proses
Persembuhan Luka Pada Mencit (Mus muscullus albinus). Jurnal
Majalah obat tradisional, 15 (3).
Handayani. (2005). Ramuan Tradisional Untuk Keadaan Darurat Dirumah. Edisi
l. Jakarta: Agromedia pustaka
Hariana, A. (2013). 262 Tumbuhan Obat dan Khasiatnya. Jakarta: Penebar
Swadaya
Lanny, L. (2012). The Healing Power Of Antioxsidant. Jakarta: PT Elex Media
Komputindo.
Maharani, A. (2015). Penyakit Kulit. Yogyakarta: Pustaka Baru Press.
Mawarti, H., & Ghofar, A. (2014). Aktivitas Antioksidan Flavonoid Terhadap
Perubahan Istologi Proses Penyembuhan Luka Bakar Grade II. Jurnal
Edu Health, (4) 1, 34.
Pandiangan, C. (2015). Aktivitas Buah Makasar (Brucea javanica L Merr)
sebagai Antikanker. Jurnal Agromed Unila, 2 (2), 116.
Palumpun, E.F., Wiraguna. A. P & Pangkahila. W. (2017). Pemberian Ekstrak
Daun Sirih (Piper betle) Secara Topikal Meningkatkan Ketebalan
Epidermis, Jumlah Fibroblas, Dan Jumlah Kolagen Dalam Proses
Penyembuhan Luka Sayat Pada Tikus Jantan Galur Wistar (Rattus
norvegicus). Jurnal E-Biomedik, (5) 1, 5.
Pudjiadi, A. (2012). Dasar- Dasar Biokimia. Jakarta: Universitas Indonesia.
Ramadhian. (2017). Pengaruh Ekstrak Metanol Daun Ketapang (Terminalia
catappa L.) terhadap Kepadatan Serabut Kolagen pada Penyembuhan
Luka Sayat pada Mencit (Mus musculus). Junal Agromedunila, Vol.4,
No.3.
Redha, A. (2010). Flavonoid: Struktur, Sifat Antioksidatif dan Peranannya dalam
Sistem Biologis. Jurnal Berlian, (9) 2, 197.
Riani, (2015). Formulasi dan Pengujian Salep Ekstrak Bonggol Pisang Ambon
(Musa paradisiaca Var. Sapietum (L)) terhadap Luka Terbuka pada Kulit
Tikus Putih Jantan Galur Wistar (Rattus norvegicus). Jurnal Farmasi.
Supardi. (2013). Aplikasi Statistika dalam Penelitian. Jakarta: Change
Publication.
Syaifudin. (2011). Fisiologi Tubuh Manusia untuk Mahasiswa Keperawatan Edisi
2. Jakarta: Salemba Medika.
Tammi, A. (2015). Aktifitas Antibakteri Buah Makasar (Brucea javanica)
terhadap Pertumbuhan Staphylococcus aures. Jurnal Agromed Unila 2
(2), 100.
Qaromah, S. (2014). Efektivitas Salep Ekstrak Batang Patah Tulang (Euphorbia
tirucalli) Pada Penyembuhan Luka Sayat Tikus Putih (Ratuus
norvegicus). Skripsi UNNES.