Pengembangan Modul Untuk Mata Pelajaran Produktif Kelas X Kompetensi Keahlian Multimedia Semester 2...

13
PENGEMBANGAN MODUL UNTUK MATA PELAJARAN PRODUKTIF KELAS X KOMPETENSI KEAHLIAN MULTIMEDIA SEMESTER 2 SMK NEGERI 1 MAGETAN Aulia Kurniawati 1 , Lamijan Hadi Susarno 2 Teknologi Pendidikan, Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Surabaya Kampus Lidah Wetan 1 [email protected] Abstrak: Pembelajaran di SMKN 1 Magetan yang monoton khususnya kompetensi keahlian multimedia mata pelajaran produktif multimedia hanya akan berdampak pada kejenuhan siswa dalam menerima pelajaran. Model pembelajaran yang masih mengandalkan guru sebagai narasumber tunggal hanya membuat siswa menjadi jenuh bosan dalam mempelajari materi pelajaran. Dalam mengatasi hal ini diperlukan suatu perubahan dalam kegiatan pembelajaran salah satunya adalah mengembangkan bahan ajar dalam membantu siswa dan guru dalam mempelajari materi pembelajaran. Rumusan masalah untuk judul diatas adalah diperlukan pengembangan modul untuk mata pelajaran produktif pada siswa kelas X kompetensi keahlian multimedia SMK Negeri 1 Magetan. Subjek uji coba dalam pengembangan media ini adalah ahli materi, ahli media, dan siswa kelas X kompetensi keahlian multimedia SMK Negeri 1 Magetan. Teknik pengumpulan data menggunakan instrumen berbentuk angket dan tes yang nantinya hasil angket digunakan sebagai acuan dalam merivisi modul. Analisis data yang digunakan untuk mengolah data hasil validasi dari ahli materi, dan ahli media, dan siswa yaitu menggunakan skala penilaian. Hasil pengembangan modul ini berdasarkan hasil review ahli materi adalah 3,6 (sangat setuju), hasil review ahli media adalah 3,3 (setuju), hasil uji coba perorangan 3,4 (setuju), hasil uji coba kelompok kecil 3,3 (setuju), dan uji coba kelompok besar 3,3 (setuju). Berdasarkan data hasil tes dapat disimpulkan bahwa hasil belajar siswa mengalami peningkatan jika dibandingkan sebelum menggunakan modul. Hal ini dibuktikan oleh nilai posttest yang mengalami peningkatan dari nilai pretest. Jumlah skor pretest sebesar 2170 dengan rata-rata 55,64 sedangkan skor posttest sebesar 3375 dengan rata-rata 86,54. Sehingga modul dapat

description

Jurnal Online Universitas Negeri Surabaya, author : AULIA KURNIAWATI, http://ejournal.unesa.ac.id

Transcript of Pengembangan Modul Untuk Mata Pelajaran Produktif Kelas X Kompetensi Keahlian Multimedia Semester 2...

Page 1: Pengembangan Modul Untuk Mata Pelajaran Produktif Kelas X Kompetensi Keahlian Multimedia Semester 2 Smk Negeri 1 Magetan

PENGEMBANGAN MODUL UNTUK MATA PELAJARAN PRODUKTIF KELAS X KOMPETENSI KEAHLIAN MULTIMEDIA

SEMESTER 2 SMK NEGERI 1 MAGETAN

Aulia Kurniawati1 , Lamijan Hadi Susarno2

Teknologi Pendidikan, Fakultas Ilmu PendidikanUniversitas Negeri Surabaya

Kampus Lidah [email protected]

Abstrak: Pembelajaran di SMKN 1 Magetan yang monoton khususnya kompetensi keahlian multimedia mata pelajaran produktif multimedia hanya akan berdampak pada kejenuhan siswa dalam menerima pelajaran. Model pembelajaran yang masih mengandalkan guru sebagai narasumber tunggal hanya membuat siswa menjadi jenuh bosan dalam mempelajari materi pelajaran. Dalam mengatasi hal ini diperlukan suatu perubahan dalam kegiatan pembelajaran salah satunya adalah mengembangkan bahan ajar dalam membantu siswa dan guru dalam mempelajari materi pembelajaran. Rumusan masalah untuk judul diatas adalah diperlukan pengembangan modul untuk mata pelajaran produktif pada siswa kelas X kompetensi keahlian multimedia SMK Negeri 1 Magetan. Subjek uji coba dalam pengembangan media ini adalah ahli materi, ahli media, dan siswa kelas X kompetensi keahlian multimedia SMK Negeri 1 Magetan. Teknik pengumpulan data menggunakan instrumen berbentuk angket dan tes yang nantinya hasil angket digunakan sebagai acuan dalam merivisi modul. Analisis data yang digunakan untuk mengolah data hasil validasi dari ahli materi, dan ahli media, dan siswa yaitu menggunakan skala penilaian. Hasil pengembangan modul ini berdasarkan hasil review ahli materi adalah 3,6 (sangat setuju), hasil review ahli media adalah 3,3 (setuju), hasil uji coba perorangan 3,4 (setuju), hasil uji coba kelompok kecil 3,3 (setuju), dan uji coba kelompok besar 3,3 (setuju). Berdasarkan data hasil tes dapat disimpulkan bahwa hasil belajar siswa mengalami peningkatan jika dibandingkan sebelum menggunakan modul. Hal ini dibuktikan oleh nilai posttest yang mengalami peningkatan dari nilai pretest. Jumlah skor pretest sebesar 2170 dengan rata-rata 55,64 sedangkan skor posttest sebesar 3375 dengan rata-rata 86,54. Sehingga modul dapat digunakan sebagai alternatif bahan ajar yang dapat membantu guru dan siswa dalam proses pembelajaran di SMK Negeri 1 Magetan.

Kata kunci:pengembangan, modul, mata pelajaran produktif

1. PENDAHULUAN

Pada bab ini, akan diuraikan latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan pengembangan, manfaat pengembangan, spesifikasi produk, definisi asumsi dan keterbatasan.

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan

dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Masa Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggungjawab. Sedangkan dalam Dictionary of Education,

Page 2: Pengembangan Modul Untuk Mata Pelajaran Produktif Kelas X Kompetensi Keahlian Multimedia Semester 2 Smk Negeri 1 Magetan

pendidikan merupakan: (a) proses dimana seseorang mengembangkan kemampuan, sikap dan bentuk-bentuk tingkah laku lainnya dalam masyarakat dimana dia hidup, (b) proses sosial dimana orang dihadapkan pada lingkungan yang terpilih dan terkontrol (khususnya yang datang dari sekolah), sehingga mereka dapat memperoleh dan mengalami perkembangan kemampuan sosial dan individual yang optimum (Sa’ud, 2006:6). Dikaitkan dengan meningkatnya kualitas pembelajaran, penggunaan bahan ajar dalam proses pembelajaran perlu dikaji dan dikembangkan lebih jauh untuk membantu proses pembelajaran, untuk meningkatkan kualitas proses belajar mengajar, serta pencapaian tujuan pendidikan, maka perlu dilakukan suatu upaya pengembangan yang lebih maksimal dari bahan ajar yang akan digunakan.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (SNP), dikemukakan bahwa: Standar kompetensi lulusan adalah kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup, sikap, pengetahuan, dan keterampilan (Mulyasa, 2006:29-30). Dengan landasan tersebut, pendidikan yang dilaksanankan di sekolah-sekolah harus dapat membantu siswa dalam proses pembelajaran. Hal ini dapat dilakukan dengan cara merubah cara mengajar guru atau dengan menambah bahan belajar yang telah ada.

Muhaimin (2008:2) mengungkapkan KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan), yakni kurikulum operasional yang disusun oleh dan dilaksanakan di masing-masing satuan pendidikan (sekolah/madrasah). Pendekatan KTSP berpusat pada perkembangan peserta didik, hal ini dimaksudkan untuk membantu perkembangan potensi peserta didik secara utuh dan optimal. Kurikulum merupakan rencana tertulis yang terdiri dari berbagai komponen-komponen yang

saling berkaitan dan mempengaruhi satu dengan yang lain untuk mencapai satu tujuan. Setiap sekolah memiliki kebebasan untuk menyusun silabus berdasarkan kondisi di sekolah tersebut. Pembelajaran berbasis KTSP memposisikan guru tidak lagi sebagai narasumber tunggal. Disini siswa juga dituntut untuk menjadi lebih aktif dan kreatif serta bertanggung jawab dalam mengembangkan pengetahuannya. Agar pembelajaran dapat dilakukan dengan maksimal, maka dalam pembelajaran guru dianjurkan untuk menggunakan bahan belajar yang bertujuan untuk mempermudah peserta didik memahami dan mengerti materi pelajaran serta meminimalkan kesulitan belajar.

AECT 1977 dalam Soeharto (2003:73) mengungkapkan Learning resources (for Educational Technology) all of the resources (data, people, and things) which may be used by learner in isolation or in combination, usually in an formal manner, to facilitate learning, they include message, people, materials, devices, technique, and settings. Disini jelas sekali dikemukakan bahwa sumber belajar adalah meliputi: pesan, manusia, material (media-software), peralatan (hardware), teknik (metode), dan lingkungan yang dipergunakan secara sendiri-sendiri maupun dikombinasikan untuk memfasilitasi terjadinya tindak belajar. Teknologi pendidikan merupakan proses yang sangat kompleks dan terpadu yang melibatkan orang, prosedur, ide, peralatan, dan organisasi untuk menganalisis masalah, mencari jalan pemecahan, melaksanakan, mengevaluasi, dan mengelola pemecahan masalah yang menyangkut semua aspek belajar manusia. Dalam teknologi pendidikan, pemecahan masalah itu terjelma dalam bentuk semua sumber belajar yang didesain dan dipilih serta digunakan untuk keperluan belajar.

Berdasarkan kondisi yang ada di SMK Negeri 1 Magetan, siswa

Page 3: Pengembangan Modul Untuk Mata Pelajaran Produktif Kelas X Kompetensi Keahlian Multimedia Semester 2 Smk Negeri 1 Magetan

kompetensi keahlian multimedia khususnya kelas X belum memiliki bahan ajar yang digunakan dalam pembelajaran. Sedangkan kelas X multimedia merupakan tingkat awal untuk mempelajari mata pelajaran yang ada di kompetensi keahlian multimedia. Berdasarkan kondisi riil siswa yang bersekolah di SMK Negeri 1 Magetan, kebanyakan siswa berasal dari desa yang jauh dari keberadaan warung internet (warnet). Padahal, sekolah menyediakan fasilitas web yang dapat digunakan untuk menunjang materi pelajaran di sekolah. Sehingga, siswa dapat belajar atau mengakses materi pelajaran kapan pun mereka mau, tidak harus menunggu guru memberikan materi pada saat jam pelajaran di sekolah. Fasilitas web yang telah disediakan sekolah tidak dapat di maksimalkan penggunaannya. Hal ini dikarenakan web sekolah hanya berfungsi untuk mengenalkan sekolah kepada masyarakat melalui internet. Sedangkan kondisi ideal yang diharapkan adalah siswa mampu menguasai materi pelajaran yang berupa teori sehingga dapat mengaplikasikannya dengan praktik di sekolah dengan menggunakan peralatan yang sebenarnya.

Siswa Sekolah Menengah Kejuruan dituntut dapat bersaing di dunia kerja. Oleh sebab itu, di SMK pembelajarannya dibagi atas teori 25%, sisanya 75% adalah praktik. Sehingga bahan ajar ini berfungsi agar siswa mempelajari teori dirumah, dan di sekolah hanya tinggal praktiknya saja. Salah satu alternatif pembelajaran adalah dengan mengembangkan bahan ajar yang bisa meningkatkan kualitas belajar siswa dalam menguasai materi pelajaran, yaitu modul. Sistem pembelajaran modul adalah siswa belajar secara mandiri (individualized learning) hal ini memungkinkan siswa belajar di rumah atau secara berkelompok dengan temannya tanpa harus menunggu guru menerangkan atau mengajarkan materi tersebut di kelas.

Modul merupakan suatu unit program pengajaran yang disusun dalam bentuk tertentu untuk keperluan belajar. Menurut makna istilah asalnya modul adalah alat ukur yang lengkap, merupakan unit yang dapat berfungsi secara mandiri, terpisah, tetapi juga dapat berfungsi sebagai kesatuan dari seluruh unit lainnya (Sudjana, 2007:132). Pada kenyataannya modul merupakan jenis kesatuan kegiatan belajar yang terencana, dirancang untuk membantu para siswa secara individual dalam mencapai tujuan-tujuan belajarnya.

2. KAJIAN PUSTAKA

Pada bab ini, akan diuraikan kajian pustaka tentang pengembangan modul dalam kawsan teknologi pembelajaran, pengembangan yang meliputi pengertian pengembangan dan model pengembangan, modul yang meliputi pengertian modul, karakteristik modul, dan unsur-unsur modul, pengembangan modul, modul sebagai media berbasis cetakan yang meliputi kelebihan kelemahan pembelajaran modul dan unsur-unsur visual media cetak, struktur kurikulum SMK, dan karakteristik siswa.

Terdapat lima domain atau kawasan dalam Teknologi Pembelajaran, yaitu desain, pemanfaatan, pengembangan, pengelolaan, dan penilaian. Tiap kawasan teknologi pembelajaran mengandung kerangka pengetahuan yang didasarkan pada hasil penelitian dan pengalaman. Sesuai dengan judul yang diangkat, maka judul tersebut masuk dalam kategori pengembangan. Pengembangan adalah proses penerjemahan spesifikasi desain ke dalam bentuk fisiknya (Seels dan Richey, 1994:38). Kawasan pengembangan ini berakar pada produksi modul pembelajaran. Kawasan pengembangan ini dapat diorganisasikan dalam empat kategori, yaitu: kategori cetak (yang menyediakan landasan untuk kategori yang lain), teknologi audio visual, teknologi berazaskan komputer, dan teknologi terpadu.

Pengembangan modul pembelajaran ini, termasuk pada teknologi cetak. Teknologi cetak adalah cara untuk memproduksi atau

Page 4: Pengembangan Modul Untuk Mata Pelajaran Produktif Kelas X Kompetensi Keahlian Multimedia Semester 2 Smk Negeri 1 Magetan

Strategy

Analysis

Learning contexts

Learners

Learning task

Write test item

DetermineOrganization strategiesDelivery strategiesManagement strategies

Write and produce instruction

EvaluationConduct formative evalution

Reviseinstruction

menyampaikan bahan, seperti buku-buku dan bahan-bahan visual yang statis, terutama melalui proses pencetakan mekanis atau fotografis (Seels dan Richey, 1994:40). Teknologi ini menjadi dasar untuk pengembangan dan pemanfaatan dari kebanyakan bahan pembelajaran lain. Hasil teknologi ini berupa cetakan dan dua komponen teknologi ini adalah bahan teks visual dan verbal.

Model pengembangan yang digunakan adalah model Smith dan Ragan. Tahapan pengembangan Smith dan Ragan meliputi: analisis lingkungan belajar, analisis karakteristik siswa, analisis tugas pembelajaran, menulis butir tes, menentukan strategi pembelajaran, memproduksi program pembelajaran, melaksanakan evaluasi formatif, dan merevisi program pembelajaran. Berikut ini adalah bagan model Smith dan Ragan:

Gambar 1. Bagan An Instructional Design Process Model (Smith and Ragan, 1999:7)

Pada tahap produksi, bahan ajar yang diproduksi adalah modul dengan menggunakan unsur-unsur modul Depdiknas (2008). Unsur-Unsur modul yang dikembangkan sebagai berikut: Halaman sampul, kata pengantar, daftar isi, peta kedudukan modul, glosarium, standar kompetensi dan kompetensi dasar, deskripsi modul, waktu penyelesaian modul, prasyarat, petunjuk penggunaan modul, tujuan akhir, tujuan cek kemampuan awal, cek kemampuan awal, tujuan pembelajaran, uraian maeri, rangkuman, evaluasi, tugas, tes kognitif, dan daftar pustaka.

Modul merupakan bahan ajar yang disusun secara sistematis, dirancang untuk membantu para siswa secara individual dalam mencapai tujuan belajarnya. Modul merupakan media yang bebasis cetakan, yang memiliki kelebihan dan kelemahan. Dalam merancang modul, perlu memperhatikan sasaran, kurikulum yang berlaku, dan tujuan belajar yang akan dicapai.

3. METODE DAN PROSEDUR PENGEMBANGAN

Paba bab ini, akan dijelaskan tentang metode dan prosedur pengembangan yang meliputi model pengembangan, prosedur pengembangan, uji coba produk, dan analisis data.

Model Pengembangan yang digunakan untuk pengembangan modul adalah model pengembangan Smith and Ragan (1997:7). Langkah-langkah model pengembangan Smith dan Ragan (Pribadi, 2009:120) meliputi analisis lingkungan belajar, analisis karakteristik siswa, analisis tugas pembelajaran, menulis butir tes, menentukan strategi pembelajaran, memproduksi program pembelajaran, melaksanakan evaluasi formatif, dan merevisi program pembelajaran. Pada tahap produksi, bahan ajar yang diproduksi adalah modul dengan menggunakan unsur-unsur modul Depdiknas (2008). Unsur-unsur modul meliputi: kata pengantar, daftar isi, peta kedudukan modul, glosarium, standar kompetensi dan kompetensi dasar, deskripsi, waktu, prasyarat, petunjuk penggunaan modul, tujuan akhir,

Page 5: Pengembangan Modul Untuk Mata Pelajaran Produktif Kelas X Kompetensi Keahlian Multimedia Semester 2 Smk Negeri 1 Magetan

cek penguasaan standar kopetensi, tujuan pe,belajaran, uraian materi, rangkuman, tugas, tes, tes kognitif, kunci jawaban, dan daftar pustaka.

Pelaksanaan uji coba dilakukan dengan empat tahapan yaitu: 1) kegiatan awal pengembangan, 2) tahap pertama, 3) tahap kedua, 4) tahap ketiga. Subjek uji coba ada tiga yaitu ahli media, ahli materi, dan siswa.

Jenis data dalam pengembangan ini adalah kualitatif dan kuantitatif. Jenis data kualitatif berupa masukkan, tanggapan, serta saran perbaikan yang diperoleh melalui konsultasi. Jenis data kuantitatif diperoleh dari hasil uji coba.

Metode pengumpulan data yang digunakan yaitu menggunakan angket dan tes. Data angket digunakan untuk menganalisis media, sedangkan data hasil tes, digunkan untuk menilai hasil pretest dan posttest. Penyusunan butir soal, berdasarkan silabus untuk kelas X kompetensi keahlian multimedia semester 2.

Jenis angket yang digunakan dalam penelitian ini adalah rating scale, yaitu sebuah pertanyaan diikuti oleh kolom-kolom yang menunjukkan tingkatan-tingkatan, mulai dari sangat setuju sampai ke tidak setuju.

Jenis soal yang digunakan untuk tes yaitu soal pilihan ganda yang berjumlah 20 butir. Siswa dikatakan berhasil, jika nilainya dapat memenuhi KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal). Selain menggunakann KKM, juga digunakan analisis soal untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa.

4. HASIL PENGEMBANGAN

Pada bab ini akan diuraikan hasil dari pengembangan produk modul, yaitu penerapan dari model pengembangan Smith dan Ragan dan pada tahapan produksi, akan menerapkan usur-unsur modul dari Depdiknas (2008). Hasil pengembangan modul sebagai berikut:a. Analisis lingkungan belajar

Melalui metode observasi tidak tersruktur dapat diketahui lingkungan sekolah berada di tengah kota di kawasan komplek sekolah. Pola penataan ruang kelas menetap sesuai dengan karakteristik siswa kelas X SMK.

b. Analisis Karakteristik SiswaMelalui metode wawancara yang dilakukan dengan siswa yang dipilih secara acak, dapat diketahui sebagian besar siswa kelas X kompetensi keahlian Multimedia SMK Negeri 1 Magetan berasal dari daerah pedesaan dengan kondisi sosial ekonomi menengah kebawah. Sedangkan tingkat penguasaan materi siswa diperoleh dari data dokumentasi yaitu rekapitulasi nilai yang dimiliki oleh guru. Serta dari hasil nilai pretest sebagian besar siswa belum mencapai KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) yaitu 70. Gaya belajar sebagian besar siswa yaitu visual. Sehingga siswa akan lebih mudah menyerap pengetahuan dan keterampilan melalui indera penglihatan atau dengan belajar melalui kegiatan membaca atau melihat sendiri.

c. Analisis tugas pembelajaran Melalui data dokumentasi, diperoleh silabus yang berisi tugas pembelajaran yang harus dikuasai oleh siswa yang berupa standar kompetensi, kompetensi dasar, dan indikator.Standar Kompetensi memahami etimologi multimedia dan Kompetensi dasar mendefinisikan dan mengakategorikan tentang multimedia, engidentifikasi multimedia content production, dan mengidentifikasi multimedia communication

d. Menulis butir tes Butir tes berdasarkan data dokumentasi yang diperoleh dari silabus. Butir tes disusun untuk mengetahui kemampuan awal siswa sebelum mengikuti pembelajaran dan kemampuan akhir setelah mengikuti pembelajaran dengan menggunakan modul. Butir tes berupa soal pilihan ganda berjumlah 20 soal.

e. Menentukan strategi pembelajaran Modul digunakan pada inti pembelajaran, dan pada akhir pembelajaran siswa mengerjakan soal evaluasi yang ada pada modul.

f. Memproduksi modulModul yang dikembangkan dapat digunakan untuk mempermudah siswa dalam belajar. Modul yang dikembangkan

Page 6: Pengembangan Modul Untuk Mata Pelajaran Produktif Kelas X Kompetensi Keahlian Multimedia Semester 2 Smk Negeri 1 Magetan

disusun secara sistematis dan disesuaikan dengan kurikulum sekolah. Unsur-Unsur modul yang dikembangkan sebagai berikut: Halaman sampul, kata pengantar, daftar isi, peta kedudukan modul, glosarium, standar kompetensi dan kompetensi dasar, deskripsi modul, waktu penyelesaian modul, prasyarat, petunjuk penggunaan modul, tujuan akhir, tujuan cek kemampuan awal, cek kemampuan awal, tujuan pembelajaran, uraian maeri, rangkuman, evaluasi, tugas, tes kognitif, dan daftar pustaka.

Selanjutnya yaitu uji coba produk pembelajaran yaitu modul dengan tujuan mendapatkan informasi dan penilaian tentang tingkat efektifitas modul dalam pembelajaran. Berdasarkan review ahli materi, dapat ditarik kesimpulan bahwa materi yang digunakan untuk modul sudah sesuai. Hal ini dapat dibuktikan dengan nilai yang diperoleh dari angket rata-ratanya yaitu 3,6 (sangat setuju). Ahli media yaitu ketua kompetensi keahlian multimedia dan guru mata pelajaran produktif.

Berdasarkan review ahli media,dapat ditarik kesimpulan bahwa media modul sudah layak digunakan untuk pembelajaran yang diperoleh dari angket rata-ratanya yaitu 3,3 (setuju). Ahli media I yaitu dosen media Teknologi Pendidikan, dan ahli media II yaitu ketua jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia juga sekaligus sebagai dosen media.

Berdasarkan uji coba perorangan (uji coba satu-satu), dapat ditarik kesimpulan modul sesuai dengan sasaran dan dapat digunakan untuk pembelajaran. Rata-rata dari angket yaitu 3,4 (setuju). Responden untuk uji coba perorangan (satu-satu) yaitu tiga siswa kelas X kompetensi keahlian multimedia dengan kriteria nilai pretest rendah, sedang, dan tinggi.

Sedangkan uji coba kelompok kecil, responden yang dimabil yaitu 9 siswa, dengan kriteria nilai pretest rendah, sedang, dan tinggi. Dari hasil uji coba kelompok kecil, diperoleh data angket 3,3 (setuju).

Berdasrakan uji coba kelompok besar, dengan responden 27 siswa, dengan kriteria nilai pretest rendah, sedang, dan tinggi. Dari hasil uji coba kelompok besar, diperoleh data angket 3,3 (setuju).

Revisi produk merupakan kegiatan yang dilakukan untuk memperbaiki dan menyempurnakan produk modul pembelajaran agar lebih baik dan benar-benar layak digunakan untuk pembelajaran. Tahap selanjutnya adalah analisis data hasil tes. Analisis data hasil tes ini dimaksudkan untuk mengukur tingkat perbandingan hasil belajar siswa sebelum menggunakan media dan sesudah menggunakan media.

Berdasarkan data nilai pretest dan posttest tersebut dapat disimpulkan bahwa hasil belajar siswa mengalami peningkatan jika dibandingkan sebelum menggunakan modul. Hal ini dibuktikan oleh nilai posttes yang mengalami peningkatan dari nilai pretes. Jumlah skor pretes sebesar 2170 dengan rata-rata 55,64 sedangkan skor posttes sebesar 3375 dengan rata-rata 86,54. Rata-rata hasil posttest diatas KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) yaitu 70.

Peningkatan pemahaman materi oleh siswa juga dapat dilihat dari analisis soal pretest dan posttest. Berdasarkan data analisis soal pretest dan posttest, dapat disimpulkan bahwa siswa dapat mengerjakan soal posttest dengan baik. Hal ini dapat dilihat dari peningkatan jawaban benar hampir pada setiap nomor soal.

5. KESIMPULAN DAN SARAN

Pada bab ini, akan diuraikan tentang kesimpulan dan saran dari hasil kegiatan penelitian pengembangan yang telah dilaksanakan.

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengembangan yang telah dilakukan mulai dari melakukan observasi untuk mengidentifikasi masalah pembelajaran di SMK Negeri 1 Magetan, hingga kegiatan uji coba dan revisi terhadap produk yang telah dikembangkan berupa modul tentang etimologi multimedia untuk siswa kelas X kompetensi keahlian multimedia, maka dapat disimpulkan bahwa:

Page 7: Pengembangan Modul Untuk Mata Pelajaran Produktif Kelas X Kompetensi Keahlian Multimedia Semester 2 Smk Negeri 1 Magetan

a. Proses pembelajaran yang ada di SMK Negeri 1 Magetan, kelas X kompetensi keahlian multimedia belum menggunakan media. Selain itu guru merupakan narasumber tunggal dalam kegiatan pembelajaran. Berdasarkan hal ini, maka diperlukan pengembangan modul sebagai media pembelajaran.

b. Proses pengembangan modul ini melalui beberapa tahap, yaitu analisis lingkungan belajar, analisis karakteristik siswa, analisis tugas pembelajaran, menulis butir tes, menentukan strategi pembelajaran, dan memproduksi modul.

c. Pada kegiatan uji coba modul, terdapat tiga tahapan. Tahap yang pertama yaitu kegiatan yang terdiri dari review ahli materi, review ahli media, dan uji coba perorangan. Kemudian pada tahap kedua, kegiatan yang dilakukan adalah melakukan uji coba kelompok kecil dan tahap terakhir adalah melakukan uji coba kelompok besar.

d. Berdasarkan data pretest dan posttest dapat disimpulkan bahwa hasil belajar siswa mengalami peningkatan jika dibandingkan sebelum menggunakan modul. Hal ini dibuktikan oleh nilai posttes yang mengalami peningkatan dari nilai pretes. Jumlah skor pretes sebesar 2170 dengan rata-rata 55,64 sedangkan skor postes sebesar 3375 dengan rata-rata 86,54.

e. Melalui tahap-tahap yang telah dilakukan, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa dalam penelitian pengembangan ini telah menghasilkan modul yang dirancang sesuai dengan kurikulum SMK Negeri 1 Magetan yang dapat dimanfaatkan sebagai media pembelajaran

5.2 Saran

Berdasarkan hasil simpulan diatas maka peneliti ingin memberikan masukan berupa saran-saran yang bersifat konstruktif demi peningkatan kualitas pembelajaran dan peningkatan kreativitas siswa. Saran-saran tersebut antara lain :a. Saran pemanfaatan

Bagi guru, modul ini di desain dengan mengkombinasikan antara teks dan gambar. Pembelajaran dengan

menggunakan modul ini, guru tidak lagi menjadi sumber informasi tunggal di dalam kelas, melainkan guru hanya berperan sebagai fasilitator.

Bagi siswa, modul ini di desain sesuai dengan karakteristik siswa, sehingga siswa dapat memanfaatkan modul sebagai media pembelajaran. Siswa dapat mempelajari modul secara mandiri, karena di dalam modul dilengkapi dengan pendalaman materi, rangkuman dan soal latihan.

b. Saran desiminasiPada pengembangan produk ini,

menghasilkan modul etimologi multimedia untuk siswa kelas X kompetensi keahlian multimedia SMK Negeri 1 Magetan. Apabila akan digunakan untuk sekolah lain tentunya harus dikaji kembali terutama dari analisis kebutuhan, kondisi lingkyngan sekolah, karakteristik siswa, waktu belajar dan dana yang dibutuhkan agar nantinya media yang dikembangkan benar-benar dapat dimanfaatkan dalam kegiatan pembelajaran.

c. Saran pengembangan produk lebih lanjutProduk pengembangan ini tidak

hanya terfokus pada mata pelajaran produktif multimedia saja, tetapi dapat dikembangkan pada mata pelajaran lainnya.

Sedangkan untuk pengembangan lebih lanjut, hendaknya dalam pengembangan modul, ketepatan materi dengan rumusan tujuan harus diperhatikan. Sebelum media ini disebarluaskan harus diadakan analisis kembali untuk melihat kualitas media.

DAFTAR PUSTAKA

AECT (diterjemahkan oleh Yusufhadi Miarso,dkk). 1986. Definisi Teknologi Pendidikan Satuan Tugas dan Terminologi AECT. Jakarta: CV. Rajawali.

Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

72

Page 8: Pengembangan Modul Untuk Mata Pelajaran Produktif Kelas X Kompetensi Keahlian Multimedia Semester 2 Smk Negeri 1 Magetan

Arsyad, Azhar. 2009. Media Pembelajaran. Jakarta: Rajawali Press.

Depdiknas. 2008. Penulisan Modul. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional (online http://lpmpjogja.diknas.go.id/materi/fsp/2009-Pembekalan-Pengawas/26%20--%20KODE%20--%2005%20-%20A2%20-%20B%20Penulisan%20Modul.pdf, diakses pada 21 Maret 2011 pukul 22:36)

Depdiknas. 2008. Teknik Penyusunan Modul. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

Muhaimin, dkk. 2008. Pengembangan Model KTSP pada Sekolah dan Madrasah. Jakarta: PT. Raja Grafindo Press.

Mulyasa, E. 2008. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya

Mulyasa, E. 2006. Kurikulum yang Disempurnakan Pengembangan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Pribadi, Benny A. 2010. Model Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta: Dian Rakyat.

Purwanto, dkk. 2007. Pengembangan Modul. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

Sa’ud, Udin Syaefudin, dkk.2006. Perencanaan Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Sadiman, Arief, dkk. 2007. Media Pendidikan Pengertian, Pengembangan, dan Pemanfaatannya. Jakarta : Raja Grafindo Persada.

Seels, Barbara dan Rita C. Richey. 1994. Teknologi Pembelajaran Definisi dan Kawasannya. Jakarta: Unit Percetakan Universitas Negeri Jakarta.

Smith, Patricia L, & Tillman J. Ragan. 1999. Instructional Design (2nd ed.). New York: John Wiley & Sons, Inc.

Smaldino, S & James D. Russel. 2005. Instructional Technology and Media for Learning (8th ed.). New Jeresy: Pearson Prentice Hall.

Sudjana, Nana dan Ahmad Rivai. 2005. Media Pengajaran. Bandung: Sinar Baru Algensindo

Yusuf, Syamsu. 2004. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Vembriarto, ST. 1985. Pengantar Pengajaran Modul. Yogyakarta: Pramita.

Warsita, Bambang. 2008. Teknologi Pembelajaran Landasan dan Aplikasinya. Jakarta: Rineka Cipta

Winkel, WS. 1991. Psikologi Pengajaran. Jakarta: PT. Grasindo.