Pengertian Tayamum

31
Pengertian Tayamum, Cara, Syarat, Rukun, Sebab & Sunat Tayammum Wudhu Dengan Debu / Tanah Submitted by godam64 on Wed, 30/01/2008 - 00:57 A. Arti Definisi / Pengertian Tayamum Tayamum adalah pengganti wudhu atau mandi wajib yang tadinya seharusnya menggunakan air bersih digantikan dengan menggunakan tanah atau debu yang bersih. Yang boleh dijadikan alat tayamum adalah tanah suci yang ada debunya. Dilarang bertayamum dengan tanah berlumpur, bernajis atau berbingkah. Pasir halus, pecahan batu halus boleh dijadikan alat melakukan tayamum. Orang yang melakukan tayamum lalu shalat, apabila air sudah tersedia maka ia tidak wajib mengulang sholatnya. Namun untuk menghilangkan hadas, harus tetap mengutamakan air daripada tayamum yang wajib hukumnya bila sudah tersedia. Tayamum untuk hadas hanya bersifat sementara dan darurat hingga air sudah ada. Tayamum yang telah dilakukan bisa batal apabila ada air dengan alasan tidak ada air atau bisa menggunakan air dengan alasan tidak dapat menggunakan air tetapi tetap melakukan tayamum serta sebab musabab lain seperti yang membatalkan wudu dengan air. B. Sebab / Alasan Melakukan Tayamum : - Dalam perjalanan jauh - Jumlah air tidak mencukupi karena jumlahnya sedikit - Telah berusaha mencari air tapi tidak diketemukan - Air yang ada suhu atau kondisinya mengundang kemudharatan - Air yang ada hanya untuk minum - Air berada di tempat yang jauh yang dapat membuat telat shalat

description

maulidenil

Transcript of Pengertian Tayamum

Page 1: Pengertian Tayamum

Pengertian Tayamum, Cara, Syarat, Rukun, Sebab & Sunat Tayammum Wudhu Dengan Debu / TanahSubmitted by godam64 on Wed, 30/01/2008 - 00:57

A. Arti Definisi / Pengertian Tayamum

Tayamum adalah pengganti wudhu atau mandi wajib yang tadinya seharusnya menggunakan air bersih digantikan dengan menggunakan tanah atau debu yang bersih. Yang boleh dijadikan alat tayamum adalah tanah suci yang ada debunya. Dilarang bertayamum dengan tanah berlumpur, bernajis atau berbingkah. Pasir halus, pecahan batu halus boleh dijadikan alat melakukan tayamum.

Orang yang melakukan tayamum lalu shalat, apabila air sudah tersedia maka ia tidak wajib mengulang sholatnya. Namun untuk menghilangkan hadas, harus tetap mengutamakan air daripada tayamum yang wajib hukumnya bila sudah tersedia. Tayamum untuk hadas hanya bersifat sementara dan darurat hingga air sudah ada.

Tayamum yang telah dilakukan bisa batal apabila ada air dengan alasan tidak ada air atau bisa menggunakan air dengan alasan tidak dapat menggunakan air tetapi tetap melakukan tayamum serta sebab musabab lain seperti yang membatalkan wudu dengan air.

B. Sebab / Alasan Melakukan Tayamum :- Dalam perjalanan jauh- Jumlah air tidak mencukupi karena jumlahnya sedikit- Telah berusaha mencari air tapi tidak diketemukan- Air yang ada suhu atau kondisinya mengundang kemudharatan- Air yang ada hanya untuk minum- Air berada di tempat yang jauh yang dapat membuat telat shalat- Pada sumber air yang ada memiliki bahaya- Sakit dan tidak boleh terkena air

C. Syarat Sah Tayamum :- Telah masuk waktu salat- Memakai tanah berdebu yang bersih dari najis dan kotoran- Memenuhi alasan atau sebab melakukan tayamum- Sudah berupaya / berusaha mencari air namun tidak ketemu- Tidak haid maupun nifas bagi wanita / perempuan- Menghilangkan najis yang yang melekat pada tubuh

D. Sunah / Sunat Ketika Melaksanakan Tayamum :- Membaca basmalah- Menghadap ke arah kiblat- Membaca doa ketika selesai tayamum- Medulukan kanan dari pada kiri

Page 2: Pengertian Tayamum

- Meniup debu yang ada di telapak tangan- Menggodok sela jari setelah menyapu tangan hingga siku

E. Rukun Tayamum :- Niat Tayamum.- Menyapu muka dengan debu atau tanah.- Menyapu kedua tangan dengan debu atau tanah hingga ke siku.

Cara Bertayammum 1. Menepuk dua tapak tangan pada debu kali pertama untuk menyapu muka.2. Berniat : Sahaja aku bertayammum kerana mengharuskan fardu sembahyang kerana Allah Ta’ala . Masa niat : Ketika mula memindahkan debu dan sehingga menyentuh sebahagianmuka.3. Menyapu muka.4. Selesai menyapu muka.5. Menepuk dua tangan ke debu pada kali kedua untuk menyapu tangan .(Sebelum menepukkedua tapak tangan kali kedua, hendaklah dibersihkan kedua tapak tangan terlebih dahuludari debu tanah yang telah digunakan).4. Menyapu tangan kanan dari belakang tapak tangan kanan dengan empat perut jaritangan kiridari hujung jari (selain ibu jari) hingga naik ke siku.5. Menyapu tangan kanan dari siku hingga ke hujung ibu jari.6. Menyapu tangan kiri dari belakang tapak tangan dengan empat perut jari tangan kanan(selain ibu jari) dari hujung jari hingga ke siku.7. Menyapu tangan kiri dari siku hingga ke hujung ibu jari.

Catatan:

Untuk menyapu tangan , wajib ditanggalkan cincin , jam tangan dan gelang sekiranya debu tidak sampai di bawahnya. Jika sampai debu, maka sunat sahaja menanggalkannya.

Sunat menipiskan debu tanah pada tapak tangan sebelum disapukan ke anggota tayammum.

Bahan Untuk Bertayammum Debu tanah yang bersih iaitu:

Tanah dalam pelbagai warna seperti merah atau hitam. Sekiranya bercampur pasir mesti mengandungi kandungan debu.

Tidak dikategorikan sebagai abu. Suci dan tidak bernajis. Tidak musta’mal. Tidak bercampur tepung atau kapur atau pasir yang tidak berdebu.

Tidak boleh bertayammum dengan menepuk meja atau dindingkerana tidak mengandungi debu tanah.

Page 3: Pengertian Tayamum

Hikmah Bertayammum

Memberi kemudahan dalam mengerjakan ibadah ketika tidak dapat menggunakan air atau ketiadaan air.

Page 5: Pengertian Tayamum

BAB IPENDAHULUAN

Segala puji bagi ilahy rabbi, semoga kita senantiasa ada dalam ridla dan maghfirahnya. Selawat serta salam semoga terpancar curah kepada manusia junjungan alam, Nabi Muhammad Saw, para sahabatnya, serta orang-orang sholeh yang senantiasa mengikuti jejak langkahnya.

Sebelum kita hendak memasuki sebuah rumah maka terlebih dahulu kita akan melewati pintu, akan tetapi bila pintu itu tertutup maka terlebih dahulu kita hendak memiliki kuncinya, lalu bagaimana bila kuncinya hilang atau ruksak maka kita harus mencari ganytinya.Begitu juga dalam pelaksanaan sholat segala sesuatunya harus bermula, dan permulaan itu bisa menjadi syarat sebagaimana pintu menjadi syarat bagi seseorang yang hendak memasuki sebuah ruangan. Lalu apa yang menjadi syarat dalam pelaksanaan salat? syaratnya adalah niat dan kaypiat yang benar dan lurus. Lalu apa yang menjadi kuncinya? Kuncinya adalah wudhu, sebagaimana di jelaskan dalam sebuah hadits wudhu itu adlah kunci dalam melaksanakan sholat, dan ia merupakan keruteria syah tidaknya seseorang dalam melaksanakan sholat. Lalu bagaimana ketika suatu keadaan memberatkan kita untuk melaksanakan wudlu, maka dalam kondisi itu sama seperti yang kehilangan kunci, la harus terlebih dahulu mencari kuncinya atau menggantinya. Dengan hal itu Allah Saw, menjadikan sebuah kunci pengganti agar shalat kita tetap syah, dan kita mafhum hal tersebut diistilahkan tayamum.

BAB IIPEMBAHASAN

A. Defenisi TayamumSecara bahasa adalah Al-Qasdu (maksud) sebagaimana dalam surat Albaqarah ayat 267 Allah Ta’ala berfirman”Janganlah kamu bermaksud untuk mencampurkan kejelekan dari apa-apa yang kamu infakakan ”Dan menurut syara’: para fuqaha memberikan defenisi,:“Tayamum adalah gerakan menyapukan tanah yang berdebu dengan tapak tangan ke seluruh muka dan kepada kedua tangan. Ia adalah sebagai pengganti wudhu ataupun mandi junub, hanya semata-mata untuk mengerjakan solat sahaja dengan sebab waktu

Page 6: Pengertian Tayamum

solat telah tiba sedangkan air tidak dijumpai. Kalau air sudah dijumpai, maka kita tidak boleh lagi bertayamum. Orang yang bertayamum untuk mengganti mandi junub, hendaklah mandi semula apabila sudah mendapat air, sebagaimana mestinya sebelum bersolat.

B. PensyariatannyaTayamum adalah syariat khusus kepada umat islam, yang disyariatkan pada perang bani mustaliq pada tahun ke 6 hijah. Sebagaimana di jelaskan pada hadits di bawah ini(point dalil bertayamum)

C. Dalil bertayamumSurah al-Maidah ayat 6 yang bermaksud:Dan jika kamu sakit (tidak boleh kena air) atau dalam perjalanan atau selepas buang air atau kamu sentuh perempuan, sedangkan kamu tidak mendapat air (untuk berwuduk atau mandi )maka hendaklah kamu bertayamum dengan tanah iaitu sapulah muka kamu dan kedua belah tangan dengan tanah (debu).Aisyah istri Nabi Muhammad saw berkata, “Kami keluar bersama Rasulullah saw dalam sebagian perjalanan-perjalanan beliau, sehingga ketika kami di Baida’ atau di Dzatul Jaisy [ketika kami memasuki Madinah, 5/ 187], terputuslah kalungku [lalu Rasulullah saw menderumkan untanya dan turun]. Rasulullah saw berkenan mencarinya dan orang-orang menyertai (mengikuti) beliau. Mereka tidak di tempat yang ada air [dan mereka tidak membawa air, 4/ 195], [lalu beliau meletakkan kepala beliau di pangkuanku untuk tidur]. Orang-orang lalu datang kepada Abu Bakar ash-Shiddiq r.a. dengan berkata, ‘Tidaklah engkau lihat apa yang diperbuat oleh Aisyah kepada Rasulullah saw dan orang banyak? Mereka tidak di (tempat yang ada) air dan mereka tidak mempunyai air.’ Abu Bakar lalu datang kepada Rasulullah saw. yang sedang tidur dengan meletakkan kepalanya atas pahaku. Abu Bakar berkata, ‘Kamu menahan Rasulullah saw. dan orang-orang, sedangkan mereka tidak di (tempat yang ada) air dan mereka tidak memiliki air.’ Abu Bakar memarahiku dan ia mengatakan apa yang dikehendaki Allah untuk diucapkan olehnya. Ia mulai memukulku dengan tangannya pada lambung aku. (Dalam satu riwayat: dan dia meninjuku dengan keras seraya berkata, ‘Engkau telah menahan orang banyak gara-gara seuntai kalung?!’ Mati aku, karena keberadaan Rasulullah saw yang demikian itu menyakitkanku) dan aku terhalang untuk bergerak karena Rasulullah masih tidur di pahaku. Rasulullah saw bangun ketika (dan dalam satu riwayat: lalu Rasulullah saw tidur hingga) masuk waktu subuh tanpa ada air. Selanjutnya, Allah Azza wa Jalla menurunkan ayat tayamum dan mereka pun bertayamum. Usaid bin Hudhair berkata, ‘Apakah permulaan berkahmu, wahai keluarga Abu Bakar?’ Aku (Aisyah) berkata, ‘Kami mencari unta yang dahulu kami di atasnya. Kami menemukan kalung itu di bawahnya.’ (Dan dari jalan lain dari Aisyah bahwa dia meminjam kalung kepada Asma’, lalu kalung itu hilang, lalu Rasulullah saw menyuruh seseorang [untuk mencarinya, 7/54], kemudian orang itu menemukannya, kemudian datang waktu shalat, sedangkan mereka tidak membawa air. Shalatlah mereka [dengan tanpa berwudhu, 4/220]. Mereka lalu melaporkan hal itu kepada Rasulullah saw., lalu turun ayat tentang tayamum. Usaid bin Hudhair berkata kepadaku (Aisyah), ‘Mudah-mudahan Allah memberi balasan yang baik kepadamu. Demi Allah, tidaklah terjadi padamu sesuatu yang sama sekali tidak engkau sukai, melainkan Allah menjadikan untukmu [jalan keluar darinya], dan [menjadikan] padanya kebaikan bagi kaum muslimin (dalam satu riwayat:

Page 7: Pengertian Tayamum

berkah).’”

D. Hukum bertayamumMengenai Hukumnya para ulama berbeda pendapat namun kebanyakan mereka berpendapat tayamum adalah pengganti wudlu jika ada sebab :1.Sakit2.Bepergian3.Tidak ada airMaka dengan hal ini hukum tayamum adalah menjadi wajib walaupun harus menyuruh orang lain untuk mentayamuminyaDikatakan juga tayamum adalah rukhsoh atau keringanan, dapat dipahami jikalau ini sebuah keringanan maka dalam kondisi yang tidak memungkimkan sekali tidak apa-apa tidak bertayamum juga.

E. Sebab sebab bertayamumSebagaimana di sebutka dalam surah al maidah ayat 6 yang bermaksud:Dan jika kamu sakit (tidak boleh kena air) atau dalam perjalanan atau selepas buang air atau kamu sentuh perempuan, sedangkan kamu tidak mendapat air (untuk berwuduk atau mandi )maka hendaklah kamu bertayamum dengan tanah iaitu sapulah muka kamu dan kedua belah tangan dengan tanah (debu).Maka dapat di perinci hal-hal yang menyebabkan seseorang boleh bertyamum:1.Keadaan sakit2.Apabila bepergian3.Tidak terdapat airBertayamum hendaklah dengan tanak suci yang berdebu. Boleh juga bertayamum dengan pasir halus atau batu yang telah dihancurkan menjadi tepung (seperti tepung atau debu yang kita yakin tidak kotor)

F. Syarat Syarat Tayamum1.Masuk waktu shalat2.Debu yang kering dan suci3.Menghilangkan najis sebelum tayamum4.Mencari air

G. Rukun-rukun Tayamum1.Niat ketika mengusap wajah2.Mengusap wajah dan tangan3.Menepukan tangan ke debuTayammum Khusus Bagi Umat Muhammad Sholallahu ‘Alaihi WasallamSyariat tayammum merupakan kekhususan bagi umat Muhammad n, di mana syariat ini tidak diberikan kepada umat-umat sebelumnya sebagaimana dinyatakan Rasulullah Subhanahu Wata’ala dalam sabda beliau (yang artinya): “Diberikan kepadaku lima perkara yang tidak diberikan kepada seorang nabi pun sebelumku; (pertama) aku ditolong dengan ditanamkannya rasa takut pada musuh-musuhku terhadapku walaupun jarak (aku dan mereka) masih sebulan perjalanan, (kedua) bumi dijadikan untukku sebagai masjid (tempat mengerjakan shalat), dan sebagai sarana bersuci….” (HR. Al-Bukhari no. 335, 438 dan Muslim no. 521)

Page 8: Pengertian Tayamum

Al-Imam An-Nawawi Rahimahullah menerangkan bahwasanya tayammum merupakan rukhshah (keringanan) dan keutamaan yang Allah Subhanahu Wata’ala berikan secara khusus kepada umat ini yang tidak diberikan kepada umat-umat sebelumnya. (Al-Majmu’ 2/239)

H. Tata Cara TayamumPenjelasan tentang wudhu dan perkara-perkara yang bersangkutan dengannya telah kita ketahui dan telah lewat pembahasannya. Permasalahan berikutnya adalah masalah tayammum dan beberapa perkara yang berhubungan dengannya. Adapun syariat tayammum ini Allah Subhanahu Wata’ala yang Maha Sempurna kasih sayang-Nya pada hamba-hamba-Nya berfirman dalam kitab-Nya yang mulia (yang artinya): “Apabila kalian sakit atau sedang dalam bepergian (safar) atau salah seorang dari kalian datang dari tempat buang air besar (selesai buang hajat) atau kalian menyentuh wanita (jima’) sedangkan kalian tidak mendapatkan air, maka bertayammumlah dengan tanah/ debu yang baik (suci), (dengan cara) usapkanlah debu itu ke wajah dan tangan kalian. Allah tidak menginginkan untuk menjadikan keberatan atas kalian di dalam menjalankan syariat Agama ini, akan tetapi Allah ingin mensucikan kalian dan menyempurnakan nikmat-Nya atas kalian. Semoga dengan begitu kalian mau bersyukur.” (Al-Maidah: 6)‘Ammar bin Yasir Radhiyallahu ‘Anhu berkata: “Nabi Sholallahu ‘Alaihi Wasallam mengutusku untuk suatu kepentingan. Lalu di tengah perjalanan aku junub sedangkan aku tidak mendapatkan air untuk bersuci. Maka aku pun berguling-guling di tanah sebagaimana hewan berguling-guling. Kemudian aku mendatangi Nabi Sholallahu ‘Alaihi Wasallam dan kuceritakan hal tersebut kepada beliau, beliau pun bersabda (yang artinya): “Sebenarnya cukup bagimu untuk bersuci dari junub itu dengan melakukan hal ini”. Kemudian beliau memukulkan kedua tangan beliau pada tanah dengan sekali pukulan lalu mengibaskannya, kemudian mengusap punggung telapak tangannya dengan tangan kirinya atau mengusap punggung tangan kirinya dengan telapak tangannya [1], kemudian beliau mengusap wajahnya dengan kedua tangannya.” (HR. Al-Bukhari no. 347 dan Muslim no. 368)Dalam riwayat lain, disebutkan bahwa setelah Rasulullah Sholallahu ‘Alaihi Wasallam memukulkan kedua telapak tangan beliau ke bumi: “Beliau meniupnya, kemudian dengan keduanya beliau mengusap wajah dan (mengusap) dua telapak tangannya.” (HR. Al-Bukhari no. 338 dan Muslim no. 368) Dari hadits Ammar Radhiyallahu ‘Anhu di atas dapat kita simpulkan bahwa tata cara tayammum itu adalah:1.Memukulkan dua telapak tangan ke tanah/ debu dengan sekali pukulan2.Meniup atau mengibaskan tanah/debu yang menempel pada dua telapak tangan tersebut3.Mengusap wajah terlebih dahulu, lalu mengusap kedua telapak tangan, bagian dalam maupun luarnya. Ataupun mengusap telapak tangan dahulu baru setelahnya mengusap wajah.a. BerniatSetiap perbuatan baik (yang mubah) dapat bernilai ibadah apabila disertai niat, demikian pula setiap amalan yang disyariatkan dalam agama ini tentunya harus disertai niat karena Rasulullah Sholallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda (yang artinya): “Hanyalah amalan-amalan itu tergantung dengan niatnya.” (HR. Al-Bukhari no. 1 dan Muslim no. 1907)Dan niat tempatnya di dalam hati tidak dilafadzkan.

Page 9: Pengertian Tayamum

Dalam masalah tayammum, niat merupakan syarat, hal ini merupakan pendapat jumhur ulama. (Bidayatul Mujtahid, hal. 60)Al-Imam An-Nawawi Rahimahullah berkata: “Niat dalam tayammum adalah wajib menurut kami tanpa adanya perselisihan.” (Al Majmu’, 2/254) Al-Imam Ibnu Qudamah Rahimahullah berkata: “Tidak diketahui adanya perselisihan pendapat di kalangan ahlul ilmi tentang tidak sahnya tayammum kecuali dengan niat. Seluruh ahli ilmu berpendapat wajibnya niat dalam tayammum terkecuali apa yang diriwayatkan dari Al-Auza’i[2] dan Al-Hasan bin Shalih yang keduanya berpendapat bahwa tayammum itu sah adanya tanpa niat.” (Al-Mughni, 1/158)b. Memukulkan dua telapak tangan ke tanah/debu dengan sekali pukulanUlama berbeda pendapat dalam masalah cukup tidaknya bertayammum dengan sekali pukulan ke permukaan bumi. Di antara mereka ada yang berpendapat cukup sekali, tidak lebih, sebagaimana disebutkan dalam hadits ‘Ammar di atas. Demikian pendapat Al-Imam Ahmad, ‘Atha’, Makhul, Al-Auza’i, Ishaq, Ibnul Mundzir dan mayoritas ahlul hadits. Demikian juga pendapat ini adalah pendapat jumhur ahli ‘ilmi. (Tharhut Tatsrib 1/269-270, Adhwa’ul Bayan, tafsir Surat Al-Maidah ayat 6, masalah ke-2). Dan ini merupakan pendapat yang rajih menurut penulis, wallahu a’lam.Hal ini menyelisihi pendapat yang mengatakan dua kali pukulan ke tanah seperti pendapat kebanyakan fuqaha dengan bersandar hadits Ibnu ‘Umar Rahiyallahu ‘Anhu dari Rasulullah Sholallahu ‘Alaihi Wasallam: “Tayammum itu dua kali pukulan, sekali untuk wajah dan sekali untuk kedua tangan sampai siku.” (HR. Ad-Daraquthni dalam Sunan-nya 1/180,181, 183)Namun para imam menghukumi hadits ini mauquf terhadap Ibnu ‘Umar Radhiyallahu ‘Anhu. Demikian pernyataan Ibnul Qaththan, Husyaim, Ad-Daraquthni, dan yang lainnya. Juga dalam sanad hadits ini ada ‘Ali bin Dhabyan, seorang perawi yang lemah, dilemahkan oleh Ibnul Qaththan, Ibnu Ma’in, dan selainnya (At-Talkhis 1/237, Adhwa’ ul Bayan, tafsir Surat Al-Maidah ayat 6, masalah ke-3). Al-Hafidz Ibnu Hajar berkata tentangnya dalam At-Taqrib (hal. 341): “Dha’if.” Al-Hafidz Ibnu Hajar Al-’Asqalani Rahimahullah berkata: “Hadits-hadits menyebutkan tentang sifat/ tata cara tayammum tidak ada yang shahih kecuali hadits Abul Juhaim ibnul Harits Al-Anshari[3] dan hadits ‘Ammar. Adapun selain keduanya maka haditsnya dha’if atau diperselisihkan marfu’ dan mauqufnya, namun yang rajih tidak ada yang marfu’.” (Fathul Bari, 1/554). Beliau memaparkan keterangan tentang dhaif dan mauqufnya jalan-jalan sanad hadits dalam At-Talkhis 1/236-240 no.206-208.Al-Imam Ash-Shan’ani Rahimahullah berkata: “Ada beberapa riwayat yang semakna dengan hadits ini namun semuanya tidak shahih. Riwayat yang ada hanya mauquf atau dha’if (lemah).” (Subulus Salam, 1/149)Dalam hadits Abul Juhaim dan hadits ‘Ammar tidak ada keterangan yang menunjukkan bahwa tayammum itu dengan dua kali pukulan ke bumi. Bahkan dalam hadits ‘Ammar ditunjukkan bahwa pukulan ke bumi itu hanya sekali. (Adhwaul Bayan, tafsir Surat Al-Maidah, ayat 6, masalah ke-2)Selain itu, ada pula yang berpendapat tayammum dilakukan dengan tiga kali pukulan seperti pendapat Ibnul Musayyab, Az-Zuhri dan Ibnu Sirin, dengan perincian: sekali untuk wajah, sekali untuk kedua telapak tangan dan sekali untuk kedua lengan. Namun sebagaimana penjelasan di atas, pendapat seperti ini marjuh (lemah). Kata Al-Imam Asy-Syaukani Rahimahullah: “Aku tidak mendapatkan dalil dari pendapat ini.” (Nailul Authar, 1/368)

Page 10: Pengertian Tayamum

c. Meniup atau mengibaskan debu dari dua telapak tanganDibolehkan meniup tanah atau debu yang menempel pada dua telapak tangan yang telah dipukulkan ke permukaan bumi atau mengibaskannya bila memang diperlukan, berdasarkan hadits dalam Ash-Shahihain yang telah lewat penyebutannya.Al-Imam An-Nawawi Rahimahullah menyatakan yang dimaukan dengan mengibaskannya di sini adalah meringankan debu yang banyak menempel pada telapak tangan. Juga hal ini disenangi pengamalannya sehingga nantinya hanya tersisa debu yang sekedarnya untuk diusapkan merata ke anggota tubuh (tangan dan wajah, pent). (Syarah Shahih Muslim, 4/62) Al-Hafidz Ibnu Hajar Al-’Asqalani Rahimahullah setelah membawakan hadits tentang meniup ini, beliau berkata: “(Dari hadits yang menyebutkan) Nabi Sholallahu ‘Alaihi Wasallam meniup tanah/debu sebelum diusapkan ke anggota tayammum, diambil dalil tentang sunnahnya meringankan tanah/debu (yang akan diusapkan ke wajah dan tangan).” (Fathul Bari, 1/554)Kata Ibnu Qudamah Rahimahullah: “Apabila pada kedua tangan seseorang yang sedang tayammum itu tanah/debu yang banyak menempel maka tidak masalah baginya untuk meniup tanah/debu tersebut karena dalam hadits ‘Ammar Radhiyallahu ‘Anhu disebutkan bahwa setelah Nabi Sholallahu ‘Alaihi Wasallam memukulkan kedua telapak tangannya ke bumi, beliau meniupnya. Al-Imam Ahmad Rahimahullah menyatakan: “Tidak masalah baginya melakukan hal tersebut ataupun tidak.” (Al-Mughni, 1/155)d. Mengusap wajah terlebih dahulu kemudian mengusap dua telapak tanganAl-Imam Asy-Syafi’i Rahimahullah dan pengikut-pengikut beliau berpandangan mendahulukan mengusap wajah daripada tangan adalah rukun dari rukun-rukun tayammum. (Adhwaul Bayan, tafsir Surat Al-Maidah, ayat 6, masalah ke-4).Al-’Allamah Asy-Syinqithi Rahimahullah berkata: “Al-Imam An-Nawawi Rahimahullah menghikayatkan kesepakatan pengikut madzhab Asy-Syafi’iyyah dalam masalah ini. Sekelompok ulama yang lain di antaranya Al-Imam Malik Rahimahullah dan mayoritas pengikut beliau berpandangan mendahulukan wajah daripada kedua tangan hukumnya sunnah.”Sementara Al-Imam Ahmad Rahimahullah dan yang sependapat dengannya berpandangan mengusap tangan didahulukan (daripada mengusap wajah). (Adhwaul Bayan, tafsir Surat Al-Maidah, ayat 6, masalah ke-4)Al-Hafidz Ibnu Hajar Al-’Asqalani Rahimahullah berkata: “Mayoritas ulama mendahulukan mengusap wajah sebelum tangan, tapi mereka berselisih apakah hal itu wajib atau sunnah saja hukumnya.” (Fathul Bari, 1/440)Namun yang kuat dalam permasalahan ini dalam pandangan penulis, wallahu a’lam, sunnahnya dan lebih utamanya mendahulukan wajah daripada pengusapan tangan, karena adanya dua alasan berikut ini:Pertama: Riwayat mendahulukan wajah atas kedua tangan lebih kuat dari riwayat yang sebaliknya (mendahulukan tangan). Sampai-sampai Al-Imam Ahmad Rahimahullah berkata bahwa riwayat Abu Mu’awiyah dari Al-A’masy tentang mendahulukan tangan adalah salah (Fathul Bari, karya Ibnu Rajab Al-Hambali, 2/90).Kedua: Mendahulukan wajah merupakan dzahir Al Qur’an karena Allah Subhanahu Wata’ala berfirman (yang artinya): “Maka usaplah wajah-wajah dan tangan-tangan kalian.” (Al-Maidah: 6)Dalam ayat di atas, Allah Subhanahu Wata’ala mendahulukan wajah dari tangan sementara kita tahu bahwa Rasulullah Sholallahu ‘Alaihi Wasallam telah bersabda (yang artinya): “Aku memulai dengan apa yang Allah mulai.” (HR. Muslim no. 1218)Dalam riwayat An-Nasa’i disebutkan dengan lafadz perintah: “Mulailah kalian dengan

Page 11: Pengertian Tayamum

apa yang Allah mulai.” (HR. An-Nasa’i no. 2913)Ketika Rasulullah Sholallahu ‘Alaihi Wasallam menyampaikan hadits di atas beliau kemudian membaca ayat Allah (yang artinya): “Sesungguhnya Shafa dan Marwah termasuk syiar-syiar Allah.” (Al-Baqarah: 158)Dalam ayat ini Allah Subhanahu Wata’ala memulai penyebutan Shafa sebelum Marwah sehingga dalam ibadah sa’i (dalam amalan haji) pelaksanaannya dimulai dari Shafa terlebih dahulu lalu menuju ke Marwah. Hal ini dilakukan dalam rangka mengamalkan hadits Nabi Sholallahu ‘Alaihi Wasallam di atas. Al-Hafidz Ibnu Hajar Al-’Asqalani Rahimahullah berkata setelah menyebutkan hadits ‘Ammar Radhiyallahu ‘Anhu dalam riwayat Al-Bukhari no. 347[4]: “Dalam hadits ini menunjukkan tidak disyaratkannya berurutan dalam tayammum.” (Fathul Bari, 1/569)Dengan adanya dua riwayat yang menyatakan pengusapan wajah terlebih dahulu baru tangan[5] -dan ini sesuai dengan penyebutan ayat tayammum- dengan penyebutan tangan terlebih dahulu baru wajah yang keduanya berada dalam Ash-Shahihain, maka dengan demikian menunjukkan bolehnya mendahulukan wajah dan boleh pula mendahulukan telapak tangan (Al-Muhalla, 1/379). Namun yang sunnah dan utama mendahulukan pengusapan wajah dengan alasan yang telah disebutkan, wallahu a’lamBatasan tangan yang harus diusapDalam hal ini ulama berselisih pendapat. Namun pendapat yang rajih menurut penulis adalah yang diusap hanya dua telapak tangan (luar maupun dalam), sebagaimana pendapat Al-Imam Ahmad, Ishaq, Ibnul Mundzir, Ibnu Khuzaimah dan dinukilkan pula pendapat ini dari Malik. Al-Imam Al-Khaththabi menukilkan pendapat demikian dari ashhabul hadits dan Al-Imam Asy-Syafi’i berpendapat seperti ini dalam Al-Qadim (pendapat yang lama). Al-Imam At-Tirmidzi menukilkan pendapat ini dari sekumpulan shahabat di antaranya ‘Ali bin Abi Thalib, ‘Ammar bin Yasir dan Ibnu ‘Abbas serta sekumpulan tabi’in seperti Asy-Sya’bi, ‘Atha’ dan Makhul. (Sunan At-Tirmidzi, 1/97)Adapun pendapat yang mengatakan bahwa batasan tangan yang diusap harus sampai ke siku[6]. Mereka berdalil antara lain dengan hadits Ibnu ‘Umar yang diriwayatkan oleh Ad-Daruquthni dan Al-Baihaqi[7], dan pembicaraan tentang hukum hadits ini sudah kita singgung pada permasalahan memukulkan dua telapak tangan ke permukaan bumi dengan sekali pukulan di mana haditsnya dha’if atau mauquf.Ibnul Qayyim Rahimahullah berkata: “Nabi Sholallahu ‘Alaihi Wasallam bertayammum dengan satu kali pukulan untuk wajah dan kedua telapak tangan, dan tidak ada hadits yang shahih dari beliau bahwasanya beliau tayammum dengan dua kali pukulan dan tidak pula mengusap tangan sampai ke siku. Al-Imam Ahmad Rahimahullah menyatakan: ‘Siapa yang berpendapat tayammum itu sampai ke siku maka hal itu adalah sesuatu yang dia tambahkan sendiri dari dirinya’.” (Zadul Ma’ad, 1/50)Ada pula yang berpendapat pengusapan dilakukan sampai ke pundak dan ketiak sebagaimana diriwayatkan hal ini dari Az-Zuhri dan Muhammad bin Maslamah. Namun dalil yang mereka jadikan sandaran goncang sekali (mudhtharib) seperti keterangan Abu Dawud dalam Sunan-nya (setelah membawakan hadits no. 273). Ibnu Hazm membicarakan hadits ini di dalam Al-Muhalla (1/373-374), kemudian beliau berkata: “Yang wajib bagi kita adalah kembali kepada Al Qur’an dan As Sunnah, sebagaimana Allah perintahkan kepada kita untuk kembali kepada keduanya ketika terjadi perselisihan. Sehingga kalau kita mau melakukannya kita akan mendapatkan Allah Subhanahu Wata’ala berfirman (yang artinya): “Maka bertayammumlah dengan debu yang baik (suci), (dengan cara) usapkanlah dari debu itu wajah-wajah dan tangan-tangan

Page 12: Pengertian Tayamum

kalian.” Dalam ayat ini Allah Subhanahu Wata’ala tidak memberikan batasan kecuali sekadar menyatakan (mengusap) tangan. Demikian juga kita yakin apabila Allah Subhanahu Wata’ala menginginkan pengusapan itu sampai ke siku, kepala dan kedua kaki, niscaya Allah akan menerangkannya dan menyebutkannya sebagaimana Allah lakukan hal ini ketika menyebutkan tentang wudhu. Bila Allah menginginkan pengusapan tayammum itu mencakup seluruh tubuh, niscaya Allah akan menerangkannya sebagaimana hal ini dilakukan-Nya ketika menyebut tentang mandi. Apabila Allah Subhanahu Wata’ala tidak menyebutkan dalam ayatnya kecuali hanya wajah dan kedua tangan maka tidak boleh seorang pun menambah dari apa yang telah Allah Subhanahu Wata’ala sebutkan, baik itu kedua siku, kepala ataupun kedua kaki dan seluruh tubuh. Sehingga tidak wajib dalam tayammum kecuali hanya mengusap wajah dan kedua tangan.”Al-Hafidz Ibnu Rajab Al-Hambali Rahimahullah dalam Fathul Bari (2/56) berkata: “Hadits ini sangat mungkar dan terus menerus ahlul ilmi mengingkarinya.”Guru kami Al-Muhaddits Asy-Syaikh Muqbil Al-Wadi’i Rahimahullah juga mendha’ifkannya.Al-Imam Az-Zuhri Rahimahullah sendiri mengingkari hadits yang diriwayatkannya ini, seperti dikatakan Al-Hafidz Ibnu Rajab Rahimahullah: “Hadits ini telah diingkari oleh Az-Zuhri (sebagai salah seorang perawi hadits tersebut), ia berkata: ‘Hadits ini tidak dianggap oleh manusia’. Dan setelah itu Az-Zuhri menahan diri untuk menyampaikan hadits ini, beliaupun berkata: “Hadits ini tidak boleh diamalkan.” (Fathul Bari, Al-Hafidz Ibnu Rajab Al-Hambali, 2/57)Al-Imam Asy-Syafi’i Rahimahullah dan selainnya mengatakan: “Apabila riwayat tentang tata cara tayammum yang demikian (mengusap tangan sampai ketiak) datang dengan perintah Nabi Sholallahu ‘Alaihi Wasallam maka riwayat tersebut terhapus dengan tata cara tayammum yang shahih yang datang belakangan dari Nabi Sholallahu ‘Alaihi Wasallam. Dan jika riwayat itu datang bukan dengan perintah Nabi Sholallahu ‘Alaihi Wasallam maka yang jadi hujjah adalah apa yang beliau perintahkan. Juga yang menguatkan riwayat Ash-Shahihain tentang pembatasan pengusapan hanya pada wajah dan dua telapak tangan adalah keberadaan ‘Ammar bin Yasir Radhiyallahu ‘Anhu (shahabat yang meriwayatkan hadits tentang tata cara tayammum, pen.) memfatwakan hal tersebut setelah meninggalnya Nabi n. Dan tentunya perawi hadits lebih mengetahui apa yang dimaukan dengan hadits itu daripada selainnya, terlebih lagi beliau adalah seorang mujtahid.” (Fathul Bari 1/55, Subulus Salam 1/150, Adhwa’ul Bayan, tafsir Surat Al-Maidah ayat 6, masalah ke-3)Perselisihan tentang pengusapan wajahAl-Imam Malik, Al-Imam Asy-Syafi’i, Al-Imam Ahmad dan jumhur ulama berpendapat wajib mengusap seluruh wajah dengan debu dan mengusap rambut bagian luar yang ada di atas wajah, sama saja baik rambut itu wajib terkena air sampai ke bawahnya seperti rambut yang tipis yang menampakkan kulit ataupun tidak.Sedangkan pendapat kalangan ahlul ilmi yang lain tidak harus mengusap secara keseluruhan. Pendapat demikian adalah pendapat Sulaiman bin Dawud, Yahya bin Yahya An-Naisaburi dan Al-Jauzajani. Hal ini karena mereka berpandangan mengusap wajah dalam tayammum sama dengan mengusap kepala dalam wudhu, di mana mengusap sebagian kepala sudah mencukupi dalam wudhu. (Fathul Bari, Al-Hafidz Ibnu Rajab, 2/50, Al-Muhalla, 1/368)Asy-Syaikh Ibnu Utsaimin Rahimahullah berkata: “Thaharah tayammum ditetapkan oleh

Page 13: Pengertian Tayamum

Allah Subhanahu Wata’ala untuk memberikan keringanan dan kemudahan kepada hamba-hamba-Nya. Hal ini tentunya berbeda dengan thaharah ketika menggunakan air. Maka dalam tayammum tidak wajib menyampaikan debu ke seluruh wajah dan kedua tangan menurut pendapat yang rajih. Bahkan dimaafkan bila ada bagian yang tidak sampai pengusapan padanya dikarenakan harus menempuh kesulitan untuk mengusapnya seperti pangkal rambut. Tidak wajib menyampaikan debu ke pangkalnya walaupun rambut itu tipis. Dengan demikian yang diusap hanyalah yang dzahir (bagian luar permukaan wajah saja, pent.). Adapun dalam wudhu, bila rambut itu tipis maka wajib menyampaikan air ke pangkal rambut tersebut.” (Asy-Syarhul Mumti’ ‘ala Zadil Mustaqni’, 1/349)Dan penulis dalam permasalahan ini lebih condong kepada apa yang dikatakan oleh Asy-Syaikh Ibnu Utsaimin Rahimahullah, karena dzahir nash yang datang dari Nabi Subhanahu Wata’ala mencukupi bagi kita kecuali bila ada dalil yang memalingkannya dari dzahirnya. Sehingga dalam tata cara tayammum cukup seseorang itu mengusapkan ke wajahnya, tanpa harus menyela-nyela jenggotnya dan mengusapkan ke tangannya tanpa harus menyela-nyela jari-jemarinya.

Seputar permasalahan Tayamum1.Apakah taymum ini rukhsah atau pengganti dari wudlu dan mandi2.Niat dalam bertayamum3.Sebab bolehnya tayamum itu karena tidak ada air saja atau karena sakit dan bepergian4.Batasan tangan yang di harus di usap5.Dalam kayfiatnya apakah didahulukan tangan atau wajah

BAB IIIPENUTUP

Ibnu Hajar Rahimahullah berkata: “Demikian seluruh riwayat menyebut dengan keraguan. Tapi dalam riwayat Abu Dawud ada pelurusan melalui jalan Mu’awiyah juga dan lafadznya: Lalu menepuk tangan kanan dengan tangan kirinya dan tangan kiri dengan tangan kanannya pada (bagian) dua telapaknya, lalu mengusap wajahnya. (Fathul Bari 1/456 dan Shahih Sunan Abu Dawud no. 321 Tharhut Tatsrib, Al-Imam Al-’Iraqi, 1/268, Abul Juhaim Radhiyallahu ‘Anhu berkata: “Nabi Sholallahu ‘Alaihi Wasallam datang dari arah sumur Jamal ketika seorang lelaki berpapasan dengan beliau. Lelaki itu pun mengucapkan salam namun Nabi Sholallahu ‘Alaihi Wasallam tidak membalasnya sampai beliau menghadap ke tembok (memukulkan tangannya ke tembok, pen.) lalu mengusap wajah dan kedua tangan beliau, barulah setelah itu beliau menjawab salam tersebut.” (HR. Al-Bukhari no. 337 dan Muslim no. 369) Sabda Rasulullah Sholallahu ‘Alaihi Wasallam kepada ‘Ammar Radhiyallahu ‘Anhu (yang artinya): “Sebenarnya cukup bagimu untuk bersuci dari junub itu dengan melakukan hal ini”. Kemudian beliau memukulkan kedua tangan beliau pada tanah dengan sekali pukulan lalu mengibaskannya, kemudian mengusap punggung kedua telapak tangannya dengan tangan kirinya atau mengusap punggung tangan kirinya dengan telapak tangannya, kemudian beliau mengusap wajahnya dengan kedua tangannya.” (HR. Al-Bukhari no. 347 dan Muslim no. 368)

Page 14: Pengertian Tayamum

Disebutkan dalam riwayat: “Beliau meniupnya kemudian dengan keduanya beliau mengusap wajah dan (mengusap) dua telapak tangannya.” (HR. Al-Bukhari no. 338 dan Muslim no. 368)Seperti pendapat Abu Hanifah, Asy-Syafi’i, dan pengikut keduanya, Ats-Tsauri, Ibnu Abi Salamah, dan Al-Laits. Demikian pula pendapat Muhammad bin Abdillah bin Abdil Hakam, Ibnu Nafi’, dan Isma’il Al-Qadhi. (Adhwaul Bayan, tafsir Surat Al-Maidah ayat 6, masalah ke-3)Dengan lafadz: “Tayammum itu dua kali pukulan, sekali untuk wajah dan sekali untuk kedua tangan sampai siku.”

DAFTAR PUSTAKA

Musthafa Bisri, Tarjamah Bulughul Maram, Juz awal. Rembang : Offset MENARA Kudus.1975

Az-Zuhaya Wahbah, Al-Fiqhu Al-Islamiyyah wa Adillatuhu, Juz awal. Damaskus : Darul Fikri. 1997 Pengertian Tayamum dan Dalilnya / Kategori: Fiqih

Tayamum adalah tata cara alternatif mensucikan diri dari hadas, ketika wudhu atau mandi besar tidak bisa dilakukan. Secara etimologis (bahasa), tayamum berarti kehendak (al-qasdu), atau kehendak melakukan hal tertenu. Dalam istilah fiqih, tayamum diartikan sebagai proses mengusapkan debu atau tanah yang suci pada muka dan kedua tangan sebagai pengganti wudhu dan mandi besar, untuk dapat melaksanakan ibadah, seperti sholat. Tayamum wajib dilakukan pada saat air tidak ada, atau kondisi ketika seseorang tidak bisa menggunakan air.

Landasan dari tayamum adalah firman Allah swt. dalam surah al-Maidah ayat 6:

�ن� م� و�ا �ت ن ض�ى ك �و� م�ر� ف�ر� ع�ل�ى ا �و� س� آء� ا م� ج� �ك �ح�د�م�ن �ط� م�ن� ا �غ�آئ �و� ال ا

م ت �م�س� آء� ل �س� �م� الن �ج�دو�ا ف�ل �م�مو�ا مآء( ت �ي �د(ا ف�ت (ا ص�ع�ي �ب ف�ام�س�حوا ط�ي

م� �وجو�ه�ك م� و� ب �ك �د�ي �ي �ه ا م�ن

Artinya: "... Dan jika kamu sakit atau dalam perjalanan atau kembali dari tempat buang air (kakus) atau menyentuh perempuan maka jika kamu tidak memperoleh air maka bertayamumlah dengan debu yang baik (suci); usaplah wajahmu dan tanganmu dengan (debu) itu...."

Illustration from image google

Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad, Rasulullah saw. bersabda:

Page 15: Pengertian Tayamum

ع�ل�ت� �ر�ض ج ;ه�ا اال ل �ي� ك �ي� و� ل م�ت ج�د(ا ال� ا م�س� و�ط�هو�ر(

Artinya: "Semua bumi atau tanah dijadikan untukku dan umatku sebagai masjid dan suci dan menyucikan."

Hadits ini menjadi dasar legalitas tayamum sebagai tata cara alternatif mensucikan diri dari hadats.

Tentu saja, jika direnungi lebih dalam keberadaan tayamum sebagai tata cara alternatif dalam bersuci, kita akan mendapatkan satu hikmah bahwa Allah swt. tidak ingin memberatkan manusia dalam segala hal. Allah swt. tidak akan memaksa manusia untuk melakukan sesuatu di luar kemampuannya. Jika memang tidak bisa berwudhu maka bertayamumlah. Yassiruu wa laa tu'assiruu, kata Nabi, Permudahlah dan jangan dipersulit.

BAB I

PENDAHULUAN

A.    LATAR BELAKANG

Dalam Islam diajarkan untuk pemeluknya bahwa sebelum beribadah kita diharuskan untuk bersuci. Oleh karena itu disyariatkan adanya bersuci (thaharah). Cara bersuci yang dikenal dalam Islam meliputi mandi, wudhu dan tayamum.

Tayammum tentu bukanlah amalan yang asing lagi bagi masyarakat kita meski barangkali kita jarang melakukannya karena kita hidup di lingkungan yang memiliki persediaan air yang melimpah. Namun akan lebih baik jika kita mengetahui tata cara tayammum yang dituntunkan Rasulullah, karena suatu saat mungkin kita harus melakukannya.

Penjelasan tentang wudhu dan perkara-perkara yang bersangkutan dengannya telah kita ketahui dan telah lewat pembahasannya dalam makalah sebelumnya. Permasalahan berikutnya adalah masalah tayammum dan beberapa perkara yang berhubungan dengannya. Adapun syariat tayammum ini Allah yang Maha Sempurna kasih sayang-Nya pada hamba-hamba-Nya berfirman dalam kitab-Nya yang mulia:

Artinya:“Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan shalat, Maka basuhlah mukamu dan tanganmu sampai dengan siku, dan sapulah kepalamu dan (basuh) kakimu sampai dengan kedua mata kaki, dan jika kamu junub Maka mandilah, dan jika kamu

Page 16: Pengertian Tayamum

sakit1[1] atau dalam perjalanan atau kembali dari tempat buang air (kakus) atau menyentuh2[2][404] perempuan, lalu kamu tidak memperoleh air, Maka bertayammumlah dengan tanah yang baik (bersih); sapulah mukamu dan tanganmu dengan tanah itu. Allah tidak hendak menyulitkan kamu, tetapi Dia hendak membersihkan kamu dan menyempurnakan nikmat-Nya bagimu, supaya kamu bersyukur.”3[3]

Dewasa ini banyak orang-orang islam yang berstatus islam saja tanpa mengikuti aturan-aturan yang ada di dalamnya. Banyak sekali yang mengaku dirinya beragama islam akan tetapi tidak mengetahui hukum-hukum syara’ secara baik dan benar.

Maka dari itu dalam makalah ini penulis merasa penting untuk memaparkan seperti apa cara bersuci jika tanpa air? Bagaimana hukumnya? Untuk lebih jelasnya akan kami uraikan dalam makalah ini.

B.     RUMUSAN MASALAH

Dari uraian di atas dapat kami simpulkan beberapa rumusan masalah sebagai berikut:

1.      Apa definisi dari tayammum?

2.      Bagaimana hukumnya?

3.      Apa saja sebab-sebab yang membolehkan tayammum?

4.      Bagaimana cara tayamum itu?

5.      Apa yang dapat membatalkan tayammum?

BAB II

PEMBAHASAN

A.    Hadits Tentang Tayammum

ف�ق�ال� �خ�ط�اب� ال �ن� ب عم�ر� �ل�ى إ جل� ر� ج�اء� ق�ال� ى �ز� �ب أ �ن� ب ح�م�ن� الر� �د� ع�ب ع�ن�م�ا

� أ �خ�ط�اب� ال �ن� ب �عم�ر� ل ر� �اس� ي �ن ب ع�م�ار �ل� ف�قا �م�اء� ال ص�ب� أ �م� ف�ل �ت �ب ن �ج� أ �ي� �ن إ�ت �م�ع�ك ف�ت � �نا أ م�ا

� و�أ ص�ل� ت �م� ف�ل �ت� �ن أ م�ا� ف�أ �ت� �ن و�أ �ا �ن أ ف�ر� س� ف�ي� �ا ن ك �ا �ن أ ر �ذ�ك ت

ب� ف�ض�ر� �ذ�ا ه�ك �ك� �ف�ي �ك ي �ان� ك �م�ا �ن إ �ي; �ب الن ف�ق�ال� �ي� �ب �لن ل �ك� ذ�ل ت �ر� ف�ذ�ك �ت �ي ف�ص�ل�ه� �ف�ي و�ك و�ج�ه�ه �ه�م�ا ب ح� م�س� م� ث �ه�م�ا ف�ي �ف�خ� و�ن ر�ض�

� األ �ه� �ف�ي �ك ب �ي; �ب الن

1[1] Maksudnya: sakit yang tidak boleh kena air.

2[2] Artinya: menyentuh. menurut jumhur Ialah: menyentuh sedang sebagian mufassirin Ialah: menyetubuhi.

3[3] Qs. Almaidah:6.

Page 17: Pengertian Tayamum

Dari Abdurrohman bin Abza berkata: Telah datang seorang laki-laki kepada Umar bin Khottob seraya berkata: “Saya junub sedangkan aku tidak mendapati air”, Amar (bin Yasir) berkata kepada Umar bin Khottob: “Ingatkah engkau ketika kita dahulu pernah dalam suatu safar, engkau tidak sholat sedangkan aku mengguling-guling badanku dengan tanah lalu aku sholat. Setelah itu kuceritakan kepada Nabi kemudian beliau bersabda: “Cukuplah bagimu seperti ini.” Nabi menepukkan kedua telapak tangannya ke tanah lalu meniupnya dan mengusapkan ke wajah dan telapak tangannya”.(HR. Bukhori dan Muslim).4[4] Dalam riwayat lain disebutkan dengan lafadz:

�ن� �ف�ي �ك �و�ج�ه� و�ال �ل �ة� ل ب �م;م ض�ر� �ي الت

Tayammum itu satu tepukan untuk wajah dan kedua telapak tangan. (HR. Abu Daud).

B.     Biografi Perawi

Ammar bin Yasir adalah Sahabat Nabi Muhammad beliau adalah anak dari Sumayyah binti Khabbab dan Yasir bin Amir yang merupakan salah satu dari orang yang terawal dalam memeluk agama Islam atau disebut dengan Assabiqunal Awwalun. Keluarganya berasal dari Tihanah, suatu daerah di Yaman yag kemudian datang ke Mekkah untuk mencari saudaranya yang hilang dan kemudian menetap di sana. setelah Ammar bin Yasir dan keluarga memeluk Islam, kemudian mereka disiksa oleh Abu Jahal untuk melepaskan Islam. Dalam siksaan itu orang tua Ammar bin Yasir tewas oleh kekejaman kaum Quraisy. Sementara Ammar selamat setelah diperlihatkan mukjizat oleh Rasulullah yang mengubah api menjadi dingin. Ia ikut dalam hijrah ke Habasyah (saat ini Ethiopia) dan kemudian hijrah ke Madinah. Beliau mengikuti Pertempuran Shiffin dan tewas terbunuh dalam pertempuran itu.5[5]

C.     Makna Global

Dalam hadits tersebut penulis menyimpulkan beberapa hal yang terkandung di dalamnya, di antaranya di bolehkannya tayammum bagi orang yang sedang junub apabila tidak menemukan air. Demikian juga untuk wanita yang haid dan nifas apabila telah suci (yang sebenarnya harus mandi) tetapi tidak menjumpai air, hendaknya bertayammum. Anggota tayammum adalah wajah dan tangan, dan menggunakan satu kali tepukan.

D.    Penjelasan

a)      Pengertian Tayammum

4[4] Salim Bahreisy, Terjemah Bulughul Maram Min Adillatil Ahkam, (surabaya: balai pustaka, Tt), 59.

5[5] http://id.wikipedia.org/wiki/Ammar_bin_Yasir

Page 18: Pengertian Tayamum

Tayamum secara etimologi (bahasa) bermakna .(menuju) القصد Adapun secara terminologi (tinjauan syariat) tayamum adalah menyengaja menggunakan permukaan tanah untuk bersuci agar menjadi boleh segala yang dibolehkan dengan wudhu dan mandi.6[6]

b)      Dalil pensyariatan tayammum

Mengenai tayamum, ada beberapa dalil yang membenarkan. Allah Ta’ala berfirman:

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu shalat, sedang kamu dalam Keadaan mabuk, sehingga kamu mengerti apa yang kamu ucapkan, (jangan pula hampiri mesjid) sedang kamu dalam Keadaan junub7[7], terkecuali sekedar berlalu saja, hingga kamu mandi. dan jika kamu sakit atau sedang dalam musafir atau datang dari tempat buang air atau kamu telah menyentuh perempuan, kemudian kamu tidak mendapat air, Maka bertayamumlah kamu dengan tanah yang baik (suci); sapulah mukamu dan tanganmu. Sesungguhnya Allah Maha Pema'af lagi Maha Pengampun”.8[8]

Sedangkan dasar as-sunnah kita dapati hadits yang diriwayatkan oleh imam bukhari dan muslim dari imran bin hushani. Ia berkata:

� مع رسول الله صلى الله عليه وسلم في سفر� فص��لى� باالن��اس� ف��إذ�ا كنا هو برجل� معتزل� فقال: ما منعك� أن� تصلي قال: اص��ابني جناب��ة� وال م��اء,

قال عليك بالص�عيد� فإنه يكفيك. رواه الشيحان

Artinya: kami beserta rasulullah dalam suatu kepergian, maka nabi bersembahyang beserta orang banyak, maka tiba-tiba ada orang seseorang yang menyendiri. Maka nabi bersabda: “apa yang menghalangimu untuk bersembahyang?” berkata orang tersebut: “kami mengalami jenabat dan tidak mendapat air.” Sabda nabi:”pakailah debu (untuk bertayammum), karena tayammum itu cukup untukmu.” (HR.Asy Syaikhani).9[9]

c)      Sebab-sebab dibolehkannya tayamum

Dalam kitab safinatunnajah disebutkan, perkara yang menyebabkan di perbolehkannya tayammum ada 3, yaitu:10[10]

6[6] Zakiah Daradjat, Ilmu Fiqh, (yogyakarta: PT. Dana Bhakti Wakaf, 1995), 63.

7[7]Menurut sebahagian ahli tafsir dalam ayat ini termuat juga larangan untuk bersembahyang bagi orang junub yang belum mandi.

8[8] QS. Annisa’:43

9[9] Ibid, Zakiah Daradjat, Ilmu Fiqh, 64.

Page 19: Pengertian Tayamum

1)      Tidak ada air. baik pada waktu bepergian maupun bermukim.

2)      Jika orang sakit khawatir bila menggunakan air sakitnya semakin parah atau memperlambat kesembuhannya, atau anggota badannya terluka, atau dalam keadaan dingin yang berlebihan sehinngga hawatir menambah parah situasi yang dialaminya apabila menggunakan air. Hal ini diperbolehkan berdasarkan firman Allah:

“Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan shalat, Maka basuhlah mukamu dan tanganmu sampai dengan siku, dan sapulah kepalamu dan (basuh) kakimu sampai dengan kedua mata kaki, dan jika kamu junub Maka mandilah, dan jika kamu sakit11[11] atau dalam perjalanan atau kembali dari tempat buang air (kakus) atau menyentuh12[12] perempuan, lalu kamu tidak memperoleh air, Maka bertayammumlah dengan tanah yang baik (bersih); sapulah mukamu dan tanganmu dengan tanah itu. Allah tidak hendak menyulitkan kamu, tetapi Dia hendak membersihkan kamu dan menyempurnakan nikmat-Nya bagimu, supaya kamu bersyukur.”13[13]

  Sedangkan dasar yang membolehkan bertayammum karena takut kedinginan

Berdasarkan hadits yang diriwayatkan oleh Imam bukhari dan muslim dari abdurrahman bin jubair yang artinya: ”sewaktu ‘Amr bin ‘Ash diutus berperang Dzatus salasil, berkata: “saya bermimpi bersetubuh pada suatu malam yang sangat dingin, saya takut tertimpa madharat kalau saya mandi. Karenanya bertayammumlah saya beserta kawan-kawan untuk sembahyang shubuh. Setelah kami datang kembali kepada Rasulullah pun bersabda:”hai ‘Amr, engkau telah sembahyang dengan teman-temanmu sedang engkau junub”? aku berkata:aku ingat firman Allah Azza wajalla,”dan jangan engkau membunuh dirimu, sesungguhnya Allah sangat menyayangi akan kamu”, karenanya saya bertayammum dan sembahyang. Maka tertawalah rasulullah dan tidak mengatakan apa-apa lagi. (HR. Ahmad dan Abu Daud).

  Sedangkan dasar yang membolehkan bertayammum karena luka-luka diriwayatkan oleh imam Daruquthni dan Ibnu Abbas yang artinya:”Bersabda Nabi SAW:”apabila seseorang mendapat luka dalam peperangan dijalan Allah atau mendapat luka-luka bisul kemudian junub,

10[10] Salim Bin Smeer Al-Hadhrami, Terjemah Safinatun Najah, (T.kt, T.pn, T.t), 12.

11[11] Maksudnya: sakit yang tidak boleh kena air.

12[12] Artinya: menyentuh. menurut jumhur Ialah: menyentuh sedang sebagian mufassirin Ialah: menyetubuhi.

13[13] QS. Al-maidah:6.

Page 20: Pengertian Tayamum

maka ia takut mati bila mandi hendaknya ia bertayammum”. (HR. Ad Daruquthni).14[14]

3)      Orang yang memiliki air, tetapi ia menghawatirkan dirinya, teman seperjalanannya atau hewan15[15] tunggangannya kehausan jika ia menggunakannya.

d)     Tata cara tayamum yang benar

Dari hadits yang kami paparkan di atas dapat kita simpulkan bahwa tata cara tayammum itu adalah:

1.      Memukulkan dua telapak tangan ke tanah/ debu dengan sekali pukulan

Dalam hal ini Ulama berbeda pendapat dalam masalah cukup tidaknya bertayammum dengan sekali pukulan ke permukaan bumi. Di antara mereka ada yang berpendapat cukup sekali, tidak lebih, sebagaimana disebutkan dalam hadits ‘Ammar di atas. Demikian pendapat Al-Imam Ahmad, ‘Atha`, Makhul, Al-Auza’i, Ishaq, Ibnul Mundzir dan mayoritas ahlul hadits. Demikian juga pendapat ini adalah pendapat jumhur ahli ‘ilmi. Sedangkan pendapat yang mengatakan dua kali pukulan ke tanah seperti pendapat kebanyakan fuqaha dengan bersandar hadits Ibnu ‘Umar dari Rasulullah:“Tayammum itu dua kali pukulan, sekali untuk wajah dan sekali untuk kedua tangan sampai siku.” (HR. Ad-Daraquthni). Namun para imam menghukumi hadits ini mauquf terhadap Ibnu ‘Umar. Demikian pernyataan Ibnul Qaththan, Husyaim, Ad-Daraquthni, dan yang lainnya.

2.      Meniup atau mengibaskan tanah/debu yang menempel pada dua telapak tangan tersebut

3.      Mengusap wajah terlebih dahulu, lalu mengusap kedua telapak tangan, bagian dalam maupun luarnya. Ataupun mengusap telapak tangan dahulu baru setelahnya mengusap wajah. Dalam ihya’ulumuddin disebutkan dalam mengusap wajah tidak diwajibkan menyampaikan debu itu pada tempat-tempat tumbuhnya rambut cukup meratakan debu itu pada kulit wajah yang dapat dicakup kedua telapak tangan.16[16]

Ulama’berbeda pendapat mengenai batas tangan yang wajib di usap ketika tayammum. Hal tersebut di karenakan batasan-batasan mengusap tangan itu tidak di perintahkan secara eksplisit untuk

14[14] Ibid, Zakiah Daradjat, Ilmu Fiqh, 65.

15[15] Adapun binatang yang tidak di muliakan menurut syara’ ada 6. Yaitu: orang yang meninggalkan salat, orang zina muhshon, orang murtad, orang kafir yang memerangi, anjing galak, dan babi.

16[16] Irwan kurniawan, Mutiara Ihya’ Ulumuddin, (Bandung: Mizan Media Utama (MMU), 2003), 56.

Page 21: Pengertian Tayamum

mengusap tangan hingga dengan kedua sikunya. Pertama; ulama’hanafiyah berpendapat bahwa tangan yang wajib diusap dalam tayammum adalah hingga kedua sikunya. Alasannya adalah bahwa tayammum pengganti dari wudhu’, sehingga mengusap tangan dalam tayammum adalah hingga kedua sikunya. Kaidah yang digunakan adalah Artinya:”pengganti الب��دل ال يخ��الف االص��ل اال ب��د لي��ل tidak akan menyalahi pokok kecuali ada dalil lain.” Disamping itu, hadits riwayat dari jabir Ibn Abdullah dijadikan alasan yang menyatakan bahwa:

التيمم ضر بتان ضر بة للوجه وضربة للذراعين الى المرفقين

“tayammum terbagi atas dua usapan: usapan pertama untuk wajah; dan usapan kedua untuk dua tangan hingga sikunya.”

Sedangkan ulama’ malikiyah dan hanabilah berpendapat bahwa tangan yang wajib di usap dalam tayammum hanyalah sampai pergelangan tangan (tidak perlu sampai kedua sikunya), karena kata al-yadd dimutlakan artinya untuk al-kaff (tangan hingga pergelangannya),17

[17] sebagaimana Allah memerintahkan kita untuk memotong tangan pencuri.18[18]

Pada dasarnya perbedaan tentang bagian tangan yang wajib di usap ketika tayamum disebabkan oleh interpretasi terhadap kata aydiyakun dalam al-qur’an dalam surat an-nisa’:43. Dalam qawl qadim, Imam syafi’i berpendapat bahwa bagian tangan yang wajib di usap ketika tayammum hanyalah dua telapak tangan dan punggungnya. Alasan yang digunakan adalah:

قال عمار لعمر رضي الله عنهما تمعكت فأتيت النبي صلى الل��ه علي��هوسلم فقال ويكفيك الوجه والكفان

“Amr berkata kepada ‘Umar ra:”aku menunda (tayammum) dan aku dating kepada nabi Muhammad SAW. Beliau bersabda:kamu cukup mengusap wajah dan dua telapak tangan.”

Sedangkan dalam qawl jadidnya, imam syafi’I berpendapat seperti yang di paparkan oleh imam hambali di atas.alasan yang digunakan imam syafi’i adalah:

“nabi Muhammad SAW, bersabda:”dalam tayammum(terdapat dua usapan), satu kali mengusap wajah dan satu kali mengusap tangan dengan dua sikunya.”

17[17] Lihat QS.al-Maidah:38.

18[18] Muhammad Alial-Sawbuni, Rawa’I al-Bayan: Tafsir Ayat al-ahkam jilid II, (Makkah:T.pn,T.t), 542.

Page 22: Pengertian Tayamum

Alasan yang kedua adalah mengqiyaskan mengusap tangan dalam tayammum kepada membasuh tangan ketika berwudhuk.dalam kitab mukhtashar al-murzani, imam al-syafi’I berkata:”menurut logika, apabila tayammum merupakan pengganti wudhuk, (ukuran)mengusap wajah dan dua tangan adalah sama, baik dalam wudhu’maupun tayammum.”19[19]

  Cara tayammum untuk bagian yang luka

Apabila terdapat luka yang di balut, maka melakukan tayammum dan menyapu balut luka tersebut dengan sisa badan yang tidak terbalut dan mestinya terkena air, dikenai air. Cara ini didasarkan pada hadits riwayat abu daud dari jabir bin Abdullah, ia berkata:

Artinya:”bahwasanya seorang laki-laki pecah kepalanya, ia mandi, ia pun mati untuk itu nabi pun bersabda:”sesungguhnya cukup baginya bertayammum dan membalut lukanya, kemudian menyapu atas balutannya itu dan membasuh semua anggota yang lain.” (HR. Abu Daud).20[20]

  Cara mandi tayammum

Apabila junub dan tidak menemukan air untuk bersuci maka diperbolehkan tayammum. Caranya Dijelaskan oleh syaikh Muhammad bin Shalih Al ‘Utsaimin bahwa tata cara tayamum karena junub tidak berbeda dengan tayamum karena hadats kecil, yakni dengan cara menepuk kedua telapak tangan ke tanah sekali dan membasuh wajah, telapak tangan kanan dan kirinya.21[21]

e)      Satu tayammum untuk satu sembahyang

Satu tayammum hanya untuk satu sembahyang, sehingga tiap-tiap melakukan sembahyang melakukan tayammum lebih dahulu. Hal ini berdasarkan hadits nabi yang diriwayatkan oleh ad daruquthni dari ibnu abbas. Ibnu abbas berkata:

Artinya:”menurut sunnah, tidaklah boleh seseorang sembahyang dengan tayammum, selain dari satu sembahyang saja, kemudian ia bertayammum lagi untuk sembahyang yang lain,” (HR. Ad Daruquthni).22

[22]

19[19] Jaih Mubarok, Modifikasi Hukum Islam Studi tentang Qawl Qadim dan Qawl Jadid, (Jakarta:PT.Raja Grafindo Persada, 2002), 81.

20[20] Ibid, Zakiah Daradjat, Ilmu Fiqh, 68.

21[21] H.E. Hassan Saleh, Kajian Fiqh Nabawi dan Fiqh Kontemporer, (Jakarta: Rajawali Pers, 2008), 51.

22[22] Ibid, H.E. Hassan Saleh, Kajian Fiqh Nabawi dan Fiqh Kontemporer, 50.

Page 23: Pengertian Tayamum

Dalam kitab mutiara ihya’ulumuddin dijelaskan, tayammum hanya boleh untuk satu shalat fardhu dan boleh melakukan shalat sunnah berapapun yang di kehendaki.23[23]

f)       Hal Yang Membatalkan Tayamum

Dalam kitab safinatun najah, Perkara yang membatalkan tayammum ada 3:24[24]

1.      Semua perkara yang membatalkan wudu, (juga membatalkan tayammum)

2.      Murtad (keluar dari islam)

3.      Menduga ada air, jika tayammumnya karena tidak ada air.

Apabila orang yang bertayammum dan mendapatkan air sebelum ia mengerjakan sembahyang maka ia harus berwudhu baru sembahyang. Dalam hal ini timbul perbedaan pendapat fuqaha, bila didapati air selesai sembahyang. Perbedaan pendapat timbul dalam memahami hadits yang diriwayatkan oleh imam ahmad dan at-tirmidzi dari abu dzar berkata abu dzar:

Artinya:”nabi SAW bersabda:”bahwasanya tanah itu alat bersuci bagi orang islam, walaupun sepuluh tahun lamanya ia tidak mendapatkan air. Maka apabila ia mendapatkan air hendaknya ia kenakan badannya dengan air itu, karena yang demikian itu lebih baik”. (HR.Ahmad dan At-tirmidzi).

Menurut abu hanifah, al-auza’iy, al muzanni, al-hadly dan an-nashr, orang yang tayammum dan melaksanakan sembahyang, ditengah sembahyang mendapat air. Ia wajib keluar dari sembahyang dan mengulang sembahyangnya itu dengan sempurna sesudah wudhu. “pendapat imam malik dan abu daud, orang tersebut tidak wajib keluar, bahkan haram dan sembahyangnya sah.25[25] Hal ini berdasarkan pada firman Allah dalam surat muhammdad:33:

“Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul dan janganlah kamu merusakkan (pahala) amal-amalmu.”

BAB III

PENUTUP

23[23] Ibid, Irwan kurniawan, Mutiara Ihya’ Ulumuddin, 57.

24[24] Ibid, Salim Bin Smeer Al-Hadhrami, Terjemah Safinatun Najah, 14.

25[25] Ibid, Zakiah Daradjat, Ilmu Fiqh, 66.

Page 24: Pengertian Tayamum

A.    KESIMPULAN

Dari semua uraian di atas penulis menyimpulkan beberapa kesimpulan sebagai berikut:

1.      Tayamum secara etimologi (bahasa) bermakna Adapun .(menuju) القصد secara terminologi (tinjauan syariat) tayamum adalah menyengaja menggunakan permukaan tanah untuk bersuci agar menjadi boleh segala yang dibolehkan dengan wudhu dan mandi.

2.      Tayammum di perbolehkan dengan beberapa sebab serta di dasari dengan firman Allah serta hadits Nabi. Dalam kitab safinatunnajah disebutkan, perkara yang menyebabkan di perbolehkannya tayammum ada 3, yaitu:

a.       Tidak ada air. baik pada waktu bepergian maupun bermukim.

b.      Jika orang sakit khawatir bila menggunakan air sakitnya semakin parah atau memperlambat kesembuhannya, atau anggota badannya terluka, atau dalam keadaan dingin yang berlebihan sehinngga hawatir menambah parah situasi yang dialaminya apabila menggunakan air.

c.       Orang yang memiliki air, tetapi ia menghawatirkan dirinya, teman seperjalanannya atau hewan tunggangannya kehausan jika ia menggunakannya.

3.      Dari hadits yang kami paparkan di atas dapat kita simpulkan bahwa tata cara tayammum itu adalah:

1.         Memukulkan dua telapak tangan ke tanah/ debu dengan sekali pukulan

2.         Meniup atau mengibaskan tanah/debu yang menempel pada dua telapak tangan tersebut

3.         Mengusap wajah terlebih dahulu, lalu mengusap kedua telapak tangan, bagian dalam maupun luarnya. Ataupun mengusap telapak tangan dahulu baru setelahnya mengusap wajah.

4.      Dalam kitab safinatun najah, Perkara yang membatalkan tayammum ada 3:

1.      Semua perkara yang membatalkan wudu, (juga membatalkan tayammum)

2.      Murtad (keluar dari islam)

3.      Menduga ada air, jika tayammumnya karena tidak ada air.

Page 25: Pengertian Tayamum