Peningkatan Proses Pembelajaran Dan - Kemdikbud

156

Transcript of Peningkatan Proses Pembelajaran Dan - Kemdikbud

Page 1: Peningkatan Proses Pembelajaran Dan - Kemdikbud
Page 2: Peningkatan Proses Pembelajaran Dan - Kemdikbud

Pengarah:Dr. Ir. M Bakrun, MMDirektur Pembinaan SMK

Arie Wibowo Khurniawan, S.Si. M.Ak.Kasubdit Program dan Evaluasi, Direktorat Pembinaan SMK

Chrismi Widjajanti, S.E, MBAKepala Seksi Program, Direktorat Pembinaan SMK

Penanggung Jawab

Ketua Tim

Tim Penyusun

Editor

Desain dan Tata Letak

Penerbit

Peningkatan Proses Pembelajaran Dan Penilaian Pembelajaran Abad 21 Dalam Meningkatkan Kualitas Pembelajaran SMK

Prof. Dr. rer.nat. Sajidan, M.SProf. Dr. Baedhowi, M.Si

Universitas Sebelas MaretUniversitas Sebelas MaretUniversitas Sebelas MaretUniversitas Sebelas Maret

Universitas Sebelas Maret

Dr. Triyanto, S.Si., M.SiSalman Alfarisy Totalia, M.SiDr. Mohammad Masykuri, M.Si

Mohamad HerdykaMuhammad Abdul MajidAri

Rayi Citha DwisendyKarin Faizah Tauristy

Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah KejuruanDirektorat Jenderal Pendidikan Dasar dan MenengahKementerian Pendidikan dan Kebudayaan

ISBN :

Page 3: Peningkatan Proses Pembelajaran Dan - Kemdikbud

Kata Pengantar

Kebijakan yang relevan dan baik selalu ditopang oleh suatu kajian yang baik pula. Artinya selalu ada korelasi positif antara suatu kajian yang berbasis penelitian akademik dengan kebijakan apa yang diambil. Tentu dalam konteks ini adalah yang ada kaitannya dengan pengembangan SMK ke depannya. Kajian NSPK ini bertujuan tidak lain untuk menjawab hal tersebut. Tuntutan pembaharuan kebijakvan ditengah arus dan gelombang modernisasi yang semakin dinamis sangat diperlukan terlebih perkembangan revolusi Industri sudah mencapai 4.0 yang berbasis cyber physical system ini. Revolusi industri sangat memiliki keterkaitan dengan Sekolah Menengah Kejuruan salah satunya pada aspek penggunaan peralatan praktik sebagai penunjang kompetensi siswa. Inti dari praktik siswa adalah memberikan kemam-puan practical dalam penguasaan penggunaan peralatan praktik, semakin alat yang dimiliki relevan dengan perkembangan zaman semakin membantu pula peserta didik dalam upgrading skill-nya. Tidak hanya pada aspek tersebut, hal lain yang sangat urgent untuk dilakukan penelitian lebih lanjut untuk dijadikan basis pengambi-lan kebijakan adalah salah satunya terepresentasi dari tema kajian NSPK 2018 ini. Bisa dibilang dari beberapa kajian yang disajikan sudah cukup komperhensif. Pada aspek pengembangan karakter peserta didik SMK sudah dikaji, desain pengembangan bengkel, kompetensi dan kurikulum berdasarkan kompetensi abad 21, ditambah lagi dengan kajian potensi kewirausahaan berbasis cyberzone. Penelitian yang mengkorelasikan pengembangan SMK dengan kawasan ekonomi khusus memberikan warna terhadap khazanah yang ke depannya akan memberikan kontribusi penting pengambilan kebijakan oleh Direktorat. Selain itu riset tentang employability skill dan pengembangan SMK Pertanian di Indonesia melalui LARETA membantu untuk memetakan dan berkontribusi terhadap dinamika yang ada di SMK.

Pada akhirnya peyusunan buku ini tidak lain adalah sebagai upaya untuk memberikan jalan keluar sekaligus penyelesaian terhadap permasalahan dan tuntutan pengembangan SMK di tengah arus deras perkembangan zaman yang selalu menuntut akan pembaharuan dari berbagai macam aspek. Kajian yang mewujud dalam buku ini memberi-kan angin segar untuk dijadikan basis penentuan kebijakan Direktorat ke depan. Kami dari direktorat memberikan apresiasi sebesar-besarnya kepada para mitra dalam penelitian ini UNY, UGM, UNS, UPI, UMJ dan UMY. Semoga dengan diterbitkannya buku ini bisa membangkitkan semangat kepada berbagai macam elemen Direktorat, Sekolah, Peser-ta didik, Kampus untuk terus berkontribusi dalam memperbaiki kualitas pendidikan kita khususnya pada pendidikan kejuruan.

Jakarta, 26 November 2018

Dr. Ir. M. Bakrun, MM

Page 4: Peningkatan Proses Pembelajaran Dan - Kemdikbud

iv

KATA PENGANTAR

Dalam rangka mensukseskan penerapan UU No. 23

Tahun 2014 dan Inpres No. 9 Tahun 2016, kecakapan abad 21

yang diperlukan lulusan SMK dalam menghadapai tantangan era

revolusi industri 4.0 sangat perlu untuk dirumuskan.

Buku ini ditulis dengan tujuan menambah literatur mengenai

pentingnya Pembelajaran abad 21 di SMK yang penuh dengan

persaingan dan kompleksitas. Sasaran utama dari penulisan

buku ini adalah para guru maupun calon guru, peneliti, maupun

akademisi yang berkecimpung dalam kajian pendidikan abad 21

dan pembelajaran berpikir tingkat tinggi.

Lahirnya buku ini berawal dari hasil kajian penulis tentang

sejumlah informasi hasil kajian inovasi pembelajaran dari

berbagai SMK rujukan sebagai implementasi dari pembelajaran

abad 21 dan analisis profil faktor pendukung yang spesifik untuk

penyelarasan kompetensi yang diperlukan dalam pembelajaran

abad 21 yang terkait dengan kurikulum, kompetensi guru,

sarana prasarana, dan tata kelola kelembagaan.

Hasil kajian inilah yang kemudian menjadi bahan renungan

bagi penulis untuk merumuskan kembali tentang bagaimana

mengaplikasikan temuan dari sejumlah dokumen tersebut ke

Page 5: Peningkatan Proses Pembelajaran Dan - Kemdikbud

v

dalam satu rancangan pendidikan abad 21 di Indonesia dan

pengimplementasiannya dalam bentuk pengembangan strategi

optimalisasi pembelajaran abad 21 di SMK .

Bab I buku ini dibahas tentang Pendahuluan, Bab II dibahas

tentang Paradigma Pembelajaran Abad 21, kecakapan Abad 21,

dan karakteristik pembelajaran SMK. Bab III memuat Hasil kajian

Pembelajaran Abad 21 di SMK yang mencakup Kajian tentang

profil pembelajaran berdasarkan kelompok standard nasional

pendidikan: standari Isi dan standard kelulusan, standar proses

dan penilaian, standard pendidik dan tenaga kependidikan,

standard sarana prasarana, dan standard pengelolaan. Pada Bab

III juga dikupas strategi pembelajaran abd 21 di SMK dan model

pembelajaran abad 21 SMK. Bab IV memuat penutup.

Semoga dapat memberikan sumbangan nyata dalam

meningkatkan generasi bangsa yang terampil dan terdidik.

Surakarta, Oktober 2018

Penulis

Page 6: Peningkatan Proses Pembelajaran Dan - Kemdikbud

vi

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ............................................................ i

IDENTITAS BUKU ................................................................ ii

KATA PENGANTAR DIREKTUR.......................................... iii

KATA PENGANTAR ............................................................. iv

DAFTAR ISI .......................................................................... vi

DAFTAR GAMBAR .............................................................. vii

DAFTAR TABEL ................................................................... viii

BAB I PENDAHULUAN........................................................ 1

A. Kualitas Sumber Daya Manusia Indonesia ..................... 6

B. Struktur Kebijakan Pendidikan Menengah Di Indonesia 10

BAB II KAJIAN TEORI PEMBELAJARAN ABAD 21 ........... 17

A. Paradigma Pembelajaran Abad 21 ................................. 17

B. Kecakapan Abad 21 ........................................................ 42

C. Karakteristik Pembelajaran SMK .................................... 66

D. Tuntutan Perkembangan Pendidikan Kejuruan .............. 70

BAB III PEMBELAJARAN ABAD 21 DI SMK ................ 83

A. Profil Pembelajaran abad 21 di SMK ............................ 86

B. Strategi Optimalisasi Pembelajaran Abad 21 di SMK ..... 104

C. Model Pembelajaran Sekolah Menengah Kejuruan-

dengan kecakapan abad 21 ............................................ 126

BAB IV PENUTUP ............................................................... 141

Page 7: Peningkatan Proses Pembelajaran Dan - Kemdikbud

vii

DAFTAR PUSTAKA ............................................................. 144

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1. Human Development Index Indonesia tahun

2017 ................................................................ 7

Gambar 3.1. Profil Inovasi Pembelajaran di SMK ............... 85

Gambar 3.2 Muatan Isi Kurikulum SMK ............................. 87

Gambar 3.3 Perencanaan Pembelajaran di SMK .............. 90

Gambar 3.4 Pelaksanaan Pembelajaran di SMK ............... 92

Gambar 3.5 Penilaian Pembelajaran di SMK ..................... 94

Gambar 3.6 Profil Pendidik SMK ........................................ 96

Gambar 3.7 Kondisi Sarana dan Prasarana di SMK ........ 98

Gambar 3.8 Pengelolaan sekolah di SMK ....................... 102

Gambar 3.9 Model pengembangan kecakapan Abad 21 –

siswa SMK melalui peningkatan pembelajaran

dan penilaian SMK .......................................... 130

Page 8: Peningkatan Proses Pembelajaran Dan - Kemdikbud

viii

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Pergeseran Paradigma Belajar Abad 21 ............ 30

Tabel 2.2. Belajar Abad Pengetahuan versus Abad Indus-

trial menurut Trilling & Hood ................................ 40

Tabel 3.1. Kategori Proses Kognitif dan Dimensi Penge-

tahuan .................................................................. 106

Tabel 3.2. Dimensi belajar Marzano .................................... 136

Page 9: Peningkatan Proses Pembelajaran Dan - Kemdikbud

1

BAB I

PENDAHULUAN

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem

Pendidikan Nasional mengamanatkan bahwa Sekolah Menengah

Kejuruan (SMK) merupakan lembaga pendidikan yang bertujuan

mencetak lulusan yang memiliki keterampilan untuk menangani

suatu pekerjaan tertentu. Berdasarkan program prioritas dari

Page 10: Peningkatan Proses Pembelajaran Dan - Kemdikbud

2

Direktorat Pembinaan SMK yang mencanangkan tema

pembangunan pendidikan jangka panjang 2005-2024,

pembangunan SMK diarahkan pada peningkatan daya saing

internasional sebagai pondasi dalam membangun kemandirian

dan daya saing bangsa dalam menghadapai persaingan global.

Dalam upaya mewujudkan program ini, berbagai kebijakan telah

dicanangkan, antara lain ditetapkannya Peraturan Presiden

Nomor 8 Tahun 2012 tentang Kerangka Kualifikasi Nasional

Indonesia dan Inpres Nomor 9 Tahun 2016 tentang Revitalisasi

Sekolah Menengah Kejuruan dalam rangka Peningkatan Kualitas

dan Daya Saing Sumber Daya Manusia Indonesia, makin

menegaskan bahwa SMK harus semakin lebih mendekatkan diri

dengan kebutuhan dunia kerja. Seiring dengan pertumbuhan

dunia usaha dan industri di Indonesia, tuntutan akan tenaga

terampil lulusan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) semakin

meningkat. Oleh karena itu, SMK perlu membekali peserta

didiknya dengan pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan

dunia usaha dan industri.

Dalam konteks membekali lulusan SMK agar siap masuk

dalam bursa kerja, beberapa indikator kompetensi dalam

pembelajaran abad 21 yang perlu dimunculkan antara lain: 1)

literasi era digital (digital age literacy), 2) komunikasi efektif

(effective communication), 3) berpikir inventif (inventive thinking),

Page 11: Peningkatan Proses Pembelajaran Dan - Kemdikbud

3

dan 4) produktifitas tinggi (high productivity) (Afandi dan Sajidan,

2017: 29-32). SMK sebagai lembaga pendidikan yang berpotensi

untuk mempersiapkan SDM yang dapat terserap oleh dunia kerja,

karena materi teori dan praktik yang bersifat aplikatif sesuai

dengan kebutuhan dunia kerja (Jatmoko, 2013), diharapkan

mengelaborasi indikator pembelajaran abad 21 tersebut dalam

proses pembelajaran dan penilaian di kelas. Hal ini sejalan

dengan Finlay (2007) yang menyebutkan kepentingan global

terhadap SMK yang mampu memenuhi tuntutan dunia kerja yang

terampil, serta Agrawal (2013) yang menyatakan bahwa SMK

tidak hanya penting dalam memberikan kesempatan kerja kepada

individu tetapi juga membantu dalam meningkatkan produktivitas.

Bertitik tolak dari orientasi pendidikan nasional yang

berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak

serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka

mencerdaskan kehidupan bangsa, maka marwah pendidikan

senantiasa ditujukan untuk mengembangkan potensi peserta didik

agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan

Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu cakap, kreatif,

mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta

bertanggung jawab (Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003

tentang Sistem Pendidikan Nasional). Apabila mengacu pada

rumusan pendidikan sebagaimana undang-undang di atas

Page 12: Peningkatan Proses Pembelajaran Dan - Kemdikbud

4

tercapai, maka peserta didik diharapkan mampu menghadapi dan

memecahkan masalah/problem yang dihadapinya dengan

menggunakan potensi yang dimilikinya. Dengan demikian, peran

dan tugas guru untuk menyediakan lingkungan belajar yang

memungkinkan berkembangnya potensi peserta didik guna

memperoleh pengetahuan dan atribut berpikir tingkat tinggi

seyogyanya menjadi inti dalam pembelajaran di kelas (Afandi dan

Sajidan, 2017: 3). Kualitas proses dan penilaian pembelajaran

yang bermutu sejalan dengan tuntutan kompetensi guru abad 21,

yaitu karakter religius (character religius), karekter nasionalisme

(character nasionalism), kreatif dan inovatif, kemampuan berpikir

kritis dan pemecahan masalah, kemampuan komunikasi dan

kolaborasi, dan keterampilan menggunakan media, teknologi dan

informasi (information, media & technology skills)(Afandi

&Sajidan, 2017: 58-59).

Ide-ide dasar penguatan pembelajaran abad 21 dalam

pelaksanaan di sekolah sebagaimana disebutkan di atas menemui

banyak tantangan. Beberapa hasil kajian dari berbagai lembaga

internasional seringkali bertolak belakang dengan tuntutan Sistem

Pendidikan Nasional Indonesia, sehingga potensi peserta didik

tersebut ternyata belum berkembang dengan maksimal. Kajian

yang dilakukan oleh PISA-OECD (Programme for International

Student Assesment-Organization for Economic Cooperation and

Page 13: Peningkatan Proses Pembelajaran Dan - Kemdikbud

5

Development) Tahun 2009 di mana anak Indonesia dalam bidang

sains memperoleh rata-rata skor 383 dengan skor tertinggi adalah

575 yang diperoleh di Shanghai-Cina dan menempati rangking 61

dari 66 negara yang mengikutinya. The Learning Curve (2014)

menjelaskan bahwa “Global index of cognitive skills and

educational attainment”, Indonesia berada pada posisi z = - 1.84.

Hasil ini menempatkan Indonesia pada rangking terbawah dari 40

negara yang berpartisipasi.

Aspek lain yang perlu diperhatikan dalam upaya

meningkatkan kualitas proses dan penilaian pembelajaran di SMK

adalah faktor pendukung yang spesifik untuk penyelarasan

kompetensi yang diperlukan dalam pembelajaran abad 21, yaitu:

kurikulum, kompetensi guru, sarana prasarana, dan tata kelola

kelembagaan, termasuk kerjasama dengan dunia industri. Sinergi

kerjasama tersebut memiliki peran strategis untuk melahirkan

generasi millenial Indonesia yang produktif dan berdaya saing

global. Langkah penyesuaian kurikulum, proses dan penilaian

pembelajaran SMK dapat dilakukan melaluipenyempurnaan dan

pemantapan dengan model demand-driven, mengubah model

supply-driven yang berlangsung selama ini dengan standarisasi

mutu. Ciri utama pendidikan dan pelatihan vokasi ini

mengedepankan pendekatan job-based learning. Desain sekolah

dikembangkan berangkat dari kebutuhan dan pengakuan dunia

Page 14: Peningkatan Proses Pembelajaran Dan - Kemdikbud

6

usaha dan industri. Analisis kebutuhan itu kemudian dirumuskan

ke dalam standar-standar kompetensi disertai dengan jenis

sertifikasi dan teknik pengujiannya. Dari standarisasi ini, sekolah

mengembangkan kurikulum dan sistem pembelajarannya.Proses

standarisasi dan sertifikasi serta penyusunan kurikulum

melibatkan pihak-pihak terkait, terutama sinergi sekolah dan

industri. Dengan demikian, siswa dididik sesuai dengan kebutuhan

dunia usaha dan industri. Menilik prospek dunia usaha dan industri

sektor formal di Indonesia yang relatif bersifat turbulen, dan

persaingan tenaga kerja luar negeri yang makin ketat, hal ini

diharapkan menjadi lorong yang bisa menyalurkan tenaga kerja ke

industri dan dunia usaha yang menjadi mitra sekolah dan mengisi

pasar tenaga kerja terampil di luar negeri yang relevan. Alternatif

lain adalah pengembangan SMK dengan model life-based

learning sebagai pendidikan alternatif. Pembelajaran di SMK

mengedepankan pendekatan berbasis potensi alam kehidupan

nyata. Model ini memungkinkan tumbuhnya sekolah-sekolah

kreatif sesuai dengan keunggulan potensi wilayah.

A. Kualitas Sumber Daya Manusia Indonesia

Kualitas Sumber Daya Manusia Indonesia masih belum

mencapai posisi yang baik dibandingkan negara-negara di

lingkup Asia, posisi Human Development Index Indonesia

Page 15: Peningkatan Proses Pembelajaran Dan - Kemdikbud

7

tahun 2017 berada pada peringkat 116, sedangkan untuk

wilayah ASEAN, Indonesia berada pada posisi 6. Indonesia

menduduki ranking pada indeks 0,694 setara dengan

Vietnam dan Singapura masih menduduki rangking tertinggi

dengan indeks 0,932 disusul Brunei Darussalam dengan

indeks 0,853.

Gambar 1.1 Human Development Index Indonesia tahun

2017, Sumber: http://hdr.undp.org/en/composite/HDI 2017, diolah.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Deutze

Gesselschaft Fur Internationale (2016) menjelaskan mutu

lulusan SMK di Indonesia secara ideal dijelaskan berdasar

lebih kepada penguasaan Standar Kompetensi Kerja

Page 16: Peningkatan Proses Pembelajaran Dan - Kemdikbud

8

Nasional Indonesia (SKKNI), selaNjutnya berdasar standar

kompetensi tersebut dibentuk sebuah sistem pengujian dan

sertifikasi. Fakta yang diperoleh lapangan, bahwa tidak

semua program keahlian di SMK telah tersedia SKKNI-nya,

beberapa SKKNI yang telah ada saat inipun, belum

terefleksikan ke dalam kurikulum SMK sevcara proporsional.

Berbagai upaya telah dilakukan untuk meminimalisir

kesenjangan kompetensi kerja lulusan SMK dengan

kebutuhan dunia usaha/dunia industry (DUDI) antara lain

melalui penyusunan skema sertifikasi bagi lulusan SMK

dengan melibatkan asosiasi profesi dan DU/DI maupun

pelaksanaan uji kompetensi, namun masih menemukan

hasil optimal sebagaimana yang diharapakan.

Fakta tersebut di atas didukung dengan kurangnya

keterlibatan Dunia Usaha dan Dunia Industri (DUDI) dalam

penyusunan kurikulum SMK, hal ini sebagaimana hasil

penelitian yang dilakukan Trisno Martono, dkk (2017) yang

menjelaskan bahwa rendahnya keterserapan tenaga kerja

lulusan SMK disebabkan berbagai komponen, diantaranya

yaitu kurikulum, tenaga pengajar, infrastruktur dari

pendidikan kejuruan yang diselenggarakan.

Page 17: Peningkatan Proses Pembelajaran Dan - Kemdikbud

9

Kelompok Dunia Usaha dan Dunia Industri (DU/DI)

menjelaskan mayoritas kualifikasi lulusan SMK masih belum

sesuai dengan tuntutan kebutuhan Dunia Usaha dan Dunia

Industri (DU/DI), link and match belum tercapai. Selain itu,

Dunia Usaha dan Dunia Industri (DU/DI) juga menjelaskan

terjadinya overbalance dan scarcity pada lulusan bidang

keahlian tertentu. Sebagai contoh populasi SMK bidang

keahlian bisnis dan manajemen di Indonesia sebanyak 45,37

% tidak sebanding dengan populasi SMK bidang keahlian

kesehatan sebesar 11,63 % dan SMK bidang keahlian

perikanan dan kelautan yang hanya sebesar 4,01%. Untuk

itu perlu adanya penataan atau restrukturisasi pendidikan

kejuruan baik dari kurikulum, tenaga pengajar, populasi julah

dan juga infrastrukturnya agar dapat menghasilkan tenaga

kerja yang sesuai dengan permintaan DU/DI, dengan kata

lain penyelenggaraan pendidikan kejuruan yang semula

menggunakan pendekatan supply-driven menjadi demand-

driven.

Instruksi Presiden Nomor 9 Tahun 2016 menetapkan

empat poin yang menjadi fokus revitalisasi Sekolah

Menengah Kejuruan (SMK) sebagai upaya meningkatkan

Page 18: Peningkatan Proses Pembelajaran Dan - Kemdikbud

10

mutu sumber daya manusia, khususnya untuk penyediaan

tenaga kerja trampil. Keempat poin tersebut melingkupi

revitalisasi kurikulum, pendidik & tenaga kependidikan, kerja

sama, dan lulusan. Kurikulum untuk jenjang SMK sering

dianggap kaku oleh berbagai kalangan. Akibatnya, sulit

untuk memenuhi kebutuhan tenaga kerja yang siap pakai

oleh dunia usaha dan industri. Dengan revitalisasi ini, dari

tiga kurikulum di SMK ada satu kurikulum yang dirancang

lebih fleksibel. Artinya, kurikulum disesuaikan dengan

kebutuhan industri. Melalui kurikulum ini diharapkan konsep

link and match akan membumi di industri kita. (Imam Sujadi,

2017:2)

B. Struktur Kebijakan Pendidikan Menengah Di Indonesia

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem

Pendidikan Nasional mengamanatkan bahwa Sekolah

Menengah Kejuruan (SMK) merupakan lembaga pendidikan

yang bertujuan mencetak lulusan yang memiliki

keterampilan untuk menangani suatu pekerjaan tertentu.

Berdasarkan program prioritas dari Direktorat Pembinaan

SMK yang mencanangkan tema pembangunan pendidikan

jangka panjang 2005-2024, pembangunan SMK diarahkan

Page 19: Peningkatan Proses Pembelajaran Dan - Kemdikbud

11

pada peningkatan daya saing internasional sebagai pondasi

dalam membangun kemandirian dan daya saing bangsa

dalam menghadapai persaingan global. Dalam upaya

mewujudkan program ini, berbagai kebijakan telah

dicanangkan, antara lain ditetapkannya Peraturan Presiden

Nomor 8 Tahun 2012 tentang Kerangka Kualifikasi Nasional

Indonesia dan Inpres Nomor 9 Tahun 2016 tentang

Revitalisasi Sekolah Menengah Kejuruan dalam rangka

Peningkatan Kualitas dan Daya Saing Sumber Daya

Manusia Indonesia, makin menegaskan bahwa SMK harus

semakin lebih mendekatkan diri dengan kebutuhan dunia

kerja. Seiring dengan pertumbuhan dunia usaha dan industri

di Indonesia, tuntutan akan tenaga terampil lulusan Sekolah

Menengah Kejuruan (SMK) semakin meningkat. Oleh

karena itu, SMK perlu membekali peserta didiknya dengan

pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan dunia

usaha dan industri.

Dalam konteks membekali lulusan SMK agar siap

masuk dalam bursa kerja, beberapa indikator kompetensi

dalam pembelajaran abad 21 yang perlu dimunculkan antara

lain: 1) literasi era digital (digital age literacy), 2) komunikasi

Page 20: Peningkatan Proses Pembelajaran Dan - Kemdikbud

12

efektif (effective communication), 3) berpikir inventif

(inventive thinking), dan 4) produktifitas tinggi (high

productivity) (Afandi dan Sajidan, 2017: 29-32). SMK

sebagai lembaga pendidikan yang berpotensi untuk

mempersiapkan SDM yang dapat terserap oleh dunia kerja,

karena materi teori dan praktik yang bersifat aplikatif sesuai

dengan kebutuhan dunia kerja (Jatmoko, 2013), diharapkan

mengelaborasi indikator pembelajaran abad 21 tersebut

dalam proses pembelajaran dan penilaian di kelas. Hal ini

sejalan dengan Finlay (2007) yang menyebutkan

kepentingan global terhadap SMK yang mampu memenuhi

tuntutan dunia kerja yang terampil, serta Agrawal (2013)

yang menyatakan bahwa SMK tidak hanya penting dalam

memberikan kesempatan kerja kepada individu tetapi juga

membantu dalam meningkatkan produktivitas.

Bertitik tolak dari orientasi pendidikan nasional yang

berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk

watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam

rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, maka marwah

pendidikan senantiasa ditujukan untuk mengembangkan

potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman

Page 21: Peningkatan Proses Pembelajaran Dan - Kemdikbud

13

dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak

mulia, sehat, berilmu cakap, kreatif, mandiri dan menjadi

warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab

(Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem

Pendidikan Nasional). Apabila mengacu pada rumusan

pendidikan sebagaimana undang-undang di atas tercapai,

maka peserta didik diharapkan mampu menghadapi dan

memecahkan masalah/problem yang dihadapinya dengan

menggunakan potensi yang dimilikinya. Dengan demikian,

peran dan tugas guru untuk menyediakan lingkungan belajar

yang memungkinkan berkembangnya potensi peserta didik

guna memperoleh pengetahuan dan atribut berpikir tingkat

tinggi seyogyanya menjadi inti dalam pembelajaran di kelas

(Afandi dan Sajidan, 2017: 3). Kualitas proses dan penilaian

pembelajaran yang bermutu sejalan dengan tuntutan

kompetensi guru abad 21, yaitu karakter religius (character

religius), karekter nasionalisme (character nasionalism),

kreatif dan inovatif, kemampuan berpikir kritis dan

pemecahan masalah, kemampuan komunikasi dan

kolaborasi, dan keterampilan menggunakan media,

teknologi dan informasi (information, media & technology

skills) (Afandi & Sajidan, 2017: 58-59).

Page 22: Peningkatan Proses Pembelajaran Dan - Kemdikbud

14

Ide-ide dasar penguatan pembelajaran abad 21 dalam

pelaksanaan di sekolah sebagaimana disebutkan di atas

menemui banyak tantangan. Beberapa hasil kajian dari

berbagai lembaga internasional seringkali bertolak belakang

dengan tuntutan Sistem Pendidikan Nasional Indonesia,

sehingga potensi peserta didik tersebut ternyata belum

berkembang dengan maksimal. Kajian yang dilakukan oleh

PISA-OECD (Programme for International Student

Assesment-Organization for Economic Cooperation and

Development) Tahun 2009 di mana anak Indonesia dalam

bidang sains memperoleh rata-rata skor 383 dengan skor

tertinggi adalah 575 yang diperoleh di Shanghai-Cina dan

menempati rangking 61 dari 66 negara yang mengikutinya.

The Learning Curve (2014) menjelaskan bahwa “Global

index of cognitive skills and educational attainment”,

Indonesia berada pada posisi z = - 1.84. Hasil ini

menempatkan Indonesia pada rangking terbawah dari 40

negara yang berpartisipasi.

Aspek lain yang perlu diperhatikan dalam upaya

meningkatkan kualitas proses dan penilaian pembelajaran di

SMK adalah faktor pendukung yang spesifik untuk

Page 23: Peningkatan Proses Pembelajaran Dan - Kemdikbud

15

penyelarasan kompetensi yang diperlukan dalam

pembelajaran abad 21, yaitu: kurikulum, kompetensi guru,

sarana prasarana, dan tata kelola kelembagaan, termasuk

kerjasama dengan dunia industri. Sinergi kerjasama tersebut

memiliki peran strategis untuk melahirkan generasi millenial

Indonesia yang produktif dan berdaya saing global. Langkah

penyesuaian kurikulum, proses dan penilaian pembelajaran

SMK dapat dilakukan melalui penyempurnaan dan

pemantapan dengan model demand-driven, mengubah

model supply-driven yang berlangsung selama ini dengan

standarisasi mutu. Ciri utama pendidikan dan pelatihan

vokasi ini mengedepankan pendekatan job-based learning.

Desain sekolah dikembangkan berangkat dari kebutuhan

dan pengakuan dunia usaha dan industri. Analisis kebutuhan

itu kemudian dirumuskan ke dalam standar-standar

kompetensi disertai dengan jenis sertifikasi dan teknik

pengujiannya. Dari standarisasi ini, sekolah

mengembangkan kurikulum dan sistem pembelajarannya.

Proses standarisasi dan sertifikasi serta penyusunan

kurikulum melibatkan pihak-pihak terkait, terutama sinergi

sekolah dan industri. Dengan demikian, siswa dididik sesuai

dengan kebutuhan dunia usaha dan industri. Menilik prospek

Page 24: Peningkatan Proses Pembelajaran Dan - Kemdikbud

16

dunia usaha dan industri sektor formal di Indonesia yang

relatif bersifat turbulen, dan persaingan tenaga kerja luar

negeri yang makin ketat, hal ini diharapkan menjadi lorong

yang bisa menyalurkan tenaga kerja ke industri dan dunia

usaha yang menjadi mitra sekolah dan mengisi pasar tenaga

kerja terampil di luar negeri yang relevan. Alternatif lain

adalah pengembangan SMK dengan model life-based

learning sebagai pendidikan alternatif. Pembelajaran di SMK

mengedepankan pendekatan berbasis potensi alam

kehidupan nyata. Model ini memungkinkan tumbuhnya

sekolah-sekolah kreatif sesuai dengan keunggulan potensi

wilayah.

Page 25: Peningkatan Proses Pembelajaran Dan - Kemdikbud

17

BAB II

KAJIAN TEORI PEMBELAJARAN ABAD 21

A. Paradigma Pembelajaran Abad 21

Ciri abad 21 menurut Kemendikbud adalah tersedianya

informasi dimana saja dan kapan saja (informasi), adanya

implementasi penggunaan mesin (komputasi), mampu

menjangkau segala pekerjaan rutin (otomatisasi) dan bisa

Page 26: Peningkatan Proses Pembelajaran Dan - Kemdikbud

18

dilakukan dari mana saja dan kemana saja (komunikasi).

Ditemukan bahwa dalam kurun waktu 20 tahun terakhir telah

terjadi pergeseran pembangunan pendidikan ke arah ICT

sebagai salah satu strategi manajemen pendidikan abad 21

yang di dalamnya meliputi tata keloladan sumber daya manusia

(Soderstrom, From, Lovqvist, & Tornquist, 2011). Abad ini

memerlukan transformasi pendidikan secara menyeluruh

sehingga terbangun kualitas guru yang mampu memajukan

pengetahuan, pelatihan, ekuitas siswa dan prestasi siswa.

Ciri abad 21 menurut Hernawan (2006) adalah

meningkatnya interaksi antar warga dunia baik secara langsung

maupun tidak langsung, semakin banyaknya informasi yang

tersedia dan dapat diperoleh, meluasnya cakrawala intelektual,

munculnya arus keterbukaan dan demokkratisasi baik dalam

politik maupun ekonomi, memanjangnya jarak budaya antara

generasi tua dan generasi muda, meningkatnya kepedulian

akan perlunya dijaga keseimbangan dunia, meningkatnya

kesadaran akan saling ketergantungan ekonomis, dan

mengaburnya batas kedaulatan budaya tertentu karena tidak

terbendungnya informasi.

Dalam konteks pendidikan yang mengimplementasikan

visi pembelajaran abad 21, UNESCO telah membuat 4 (empat)

pilar pendidikan, yaitu: 1) Learning to how(belajar untuk

mengetahui), 2) Learning to do(belajar untuk melakukan), 3)

Page 27: Peningkatan Proses Pembelajaran Dan - Kemdikbud

19

Learning to be(belajar untuk mengaktualisasikan diri sebagai

individu mandiri yang berkepribadian), 4) Learning to live

together(belajar untuk hidup bersama). Pendidikan yang

membangun kompetensi “partnership 21st Century Learning”

yaitu framework pembelajaran abad 21 yang menuntut peserta

didik memiliki keterampilan, pengetahuan, dan kemampuan

dibidang teknologi, media dan informasi, keterampilan

pembelajaran, inovasi, dan keterampilan hidup.

Delors Report (1996) dari International Commission on

Education for the Twenty-first Century, mengajukan empat visi

pembelajaran yaitu pengetahuan, pemahaman, kompetensi

untuk hidup, dan kompetensi untuk bertindak. Selain visi

tersebut juga dirumuskan empat prinsip yang dikenal sebagai

empat pilar pendidikan yaitu learning to know, lerning to do,

learning to be dan learning to live together. Kerangka

pemikiran ini dirasa masih relevan dengan kepentingan

pendidikan saat ini dan dapat dikembangkan sesuai dengan

keperluan di abad ke-21 (Scott, 2015). Pada bagian berikut

dijelaskan sekilas tentang kompetensi dan keterampilan

sesuai empat pilar pendidikan yang terdapat pada Delors

Report.

Learning to Know

Belajar mengetahui merupakan kegiatan untuk

memperoleh, memperdalam dan memanfaatkan materi

Page 28: Peningkatan Proses Pembelajaran Dan - Kemdikbud

20

pengetahuan. Penguasaan materi merupakan salah satu hal

penting bagi siswa di abad ke-21. Siswa juga harus memiliki

kemauan untuk belajar sepanjang hayat.

Hal ini berarti siswa harus secara berkesinambungan

menilai kemampuan diri tentang apa yang telah diketahui dan

terus merasa perlu memperkuat pemahaman untuk

kesuksesan kehidupannya kelak. Siswa harus siap untuk

selalu belajar ketika menghadapi situasi baru yang

memerlukan keterampilan baru. Pembelajaran di abad ke-21

hendaknya lebih menekankan pada tema pembelajaran

interdisipliner. Empat tema khusus yang relevan dengan

kehidupan modern adalah: 1) kesadaran global; 2) literasi

finansial, ekonomi, bisnis, dan kewirausahaan; 3) literasi

kewarganegaraan; dan 4) literasi kesehatan. Tema-tema ini

perlu dibelajarkan di sekolah untuk mempersiapkan siswa

menghadapi kehidupan dan dunia kerja di masa mendatang

dengan lebih baik.

Learning to Do

Agar mampu menyesuaikan diri dan beradaptasi dalam

masyarakat yang berkembang sangat cepat, maka individu

perlu belajar berkarya. Siswa maupun orang dewasa sama-

sama memerlukan pengetahuan akademik dan terapan, dapat

menghubungkan pengetahuan dan keterampilan, kreatif dan

Page 29: Peningkatan Proses Pembelajaran Dan - Kemdikbud

21

adaptif, serta mampu mentrasformasikan semua aspek

tersebut ke dalam keterampilan yang berharga.

Keterampilan berpikir kritis

Keterampilan ini merupakan keterampilan fndamental

pada pembelajaran di abad ke-21. Keterampilan berpikir kritis

mencakup kemampuan mengakses, menganalisis, mensintesis

informasi yang dapat dibelajarkan, dilatihkan dan dikuasai (P21,

2007a; Redecker et al 2011). Keterampilan berpikir kritis juga

menggambarkan keterampilan lainnya seperti keterampilan

komunikasi dan informasi, serta kemampuan untuk memeriksa,

menganalisis, menafsirkan, dan mengevaluasi bukti. Pada era

literasi digital dimana arus informasi sangat berlimpah, siswa

perlu memiliki kemampuan untuk memilih sumber dan

informasi yang relevan, menemukan sumber yang

berkualitas dan melakukan penilaian terhadap sumber dari

aspek objektivitas, reliabilitas, dan kemutahiran.

Kemampuan menyelesaikan masalah

Keterampilan memecahkan masalah mencakup

keterampilan lain seperti identifikasi dan kemampuan untuk

mencari, memilih, mengevaluasi, mengorganisir, dan

mempertimbangkan berbagai alternatif dan menafsirkan

informasi. Seseorang harus mampu mencari berbagai solusi

Page 30: Peningkatan Proses Pembelajaran Dan - Kemdikbud

22

dari sudut pandang yang berbeda-beda, dalam memecahkan

masalah yang kompleks.

Pemecahan masalah memerlukan kerjasama tim,

kolaborasi efektif dan kreatif dari guru dan siswa untuk

dapat melibatkan teknologi, dan menangani berbagai

informasi yang sangat besar jumlahnya, dapat

mendefinisikan dan memahami elemen yang terdapat pada

pokok permasalahan, mengidentifikasi sumber informasi dan

strategi yang diperlukan dalam mengatasi masalah.

Pemecahan masalah tidak dapat dilepaskan dari keterampilan

berpikir kritis karena keterampilan berpikir kritis merupakan

keterampilan fundamental dalam memecahkan masalah. Siswa

juga harus mampu menerapkan alat dan teknik yang tepat

secara efektif dan efisien untuk menyelesaikan permasalahan.

Komunikasi dan kolaborasi

Kemampuan komunikasi yang baik merupakan

keterampilan yang sangat berharga di dunia kerja dan

kehidupan sehari-hari. Kemampuan komunikasi mencakup

keterampilan dalam menyampaikan pemikiran dengan jelas

dan persuasif secara oral maupun tertulis, kemampuan

menyampaikan opini dengan kalimat yang jelas,

menyampaikan perintah dengan jelas, dan dapat memotivasi

orang lain melalui kemampuan berbicara. Kolaborasi dan

Page 31: Peningkatan Proses Pembelajaran Dan - Kemdikbud

23

kerjasama tim dapat dikembangkan melalui pengalaman yang

ada di dalam sekolah, antar sekolah, dan di luar sekolah (P21,

2007a).

Siswa dapat bekerja bersama-sama secara kolaboratif

pada tugas berbasis proyek yang autentik dan

mengembangkan keterampilannya melalui pembelajaran tutor

sebaya dalam kelompok. Pada dunia kerja di masa depan,

keterampilan berkolaborasi juga harus diterapkan ketika

menghadapi rekan kerja yang berada pada lokasi yang saling

berjauhan. Keterampilan komunikasi dan kolaborasi yang

efektif disertai dengan keterampilan menggunakan teknologi

dan sosial media akan memungkinkan terjadinya kolaborasi

dengan kelompok-kelompok internasional.

Kreativitas dan inovasi

Pencapaian kesuksesan profesional dan personal,

memerlukan keterampilan berinovasi dan semangat berkreasi.

Kreativitas dan inovasi akan semakin berkembang jika siswa

memiliki kesempatan untuk berpikir divergen. Siswa harus

dipicu untuk berpikir di luar kebiasaan yang ada, melibatkan

cara berpikir yang baru, memperoleh kesempatan untuk

menyampaikan ide-ide dan solusi-solusi baru, mengajukan

pertanyaan yang tidak lazim, dan mencoba mengajukan

dugaan jawaban. Kesuksesan individu akan didapatkan oleh

Page 32: Peningkatan Proses Pembelajaran Dan - Kemdikbud

24

siswa yang memiliki keterampilan kreatif. Individu-individu

yang sukses akan membuat dunia ini menjadi tempat yang

lebih baik bagi semuanya.

Literasi informasi, media, dan teknologi

Literasi informasi yang mencakup kemampuan

mengakses, mengevaluasi dan menggunakan informasi sangat

penting dikuasai pada saat ini. Literasi informasi memiliki

pengaruh yang besar dalam perolehan keterampilan lain yang

diperlukan pada kehidupan abad ke-21. Seseorang yang

berkemampuan literasi media adalah seseorang yang

mampu menggunakan keterampilan proses seperti

kesadaran, analisis, refleksi dan aksi untuk memahami pesan

alami yang terdapat pada media.

Kerangka literasi media terdiri atas kemampuan untuk

mengakses, menganalisis, mengevaluasi, dan menciptakan

pesan dalam berbagai bentuk media, menciptakan suatu

pemahaman dari peranan media pada masyarakat, dan

membangun keterampilan penting dari informasi hasil

penyelidikan dan ekspresi diri. Literasi media juga mencakup

kemampuan untuk menyampaikan pesan dari diri dan untuk

memberikan pengaruh dan informasi kepada orang lain.

Page 33: Peningkatan Proses Pembelajaran Dan - Kemdikbud

25

Literasi informasi, komunikasi, dan teknologi (ICT)

Kemampuan literasi ICT mencakup kemampuan

mengakses, mengatur, mengintegrasi, mengevaluasi, dan

menciptakan informasi melalui penggunaan teknologi

komunikasi digital. Literasi ICT berpusat pada keterampilan

berpikir tingkat tinggi dalam mempertimbangkan informasi,

media, dan teknologi di lingkungan sekitar. Setiap negara

hendaknya menumbuhkan secara luas keterampilan ICT

pada masyarakatnya karena jika tidak, negara tersebut

dapat tertinggal dari perkembangan dan kemajuan

pengetahuan ekonomi berbasis teknologi. Terdapat

beberapa keterkaitan antara tiga bentuk literasi yang meliputi

literasi komunikasi informasi, media dan teknologi.

Penguasaan terhadap keterampilan tersebut memungkinkan

penguasaan terhadap keterampilan dan kompetensi lain

yang diperlukan untuk keberhasilan kehidupan di abad ke-

21 (Trilling & Fadel, 2009).

Learning to Be

Keterampilan akademik dan kognitif memang

keterampilan yang penting bagi seorang siswa, namun bukan

merupakan satu-satunya keterampilan yang diperlukan siswa

untuk menjadi sukses. Siswa yang memiliki kompetensi kognitif

yang fundamental merupakan pribadi yang berkualitas dan

Page 34: Peningkatan Proses Pembelajaran Dan - Kemdikbud

26

beridentitas. Siswa seperti ini mampu menanggapi kegagalan

serta konflik dan krisis, serta siap menghadapi dan mengatasi

masalah sulit di abad ke-21. Secara khusus, generasi muda

harus mampu bekerja dan belajar bersama dengan beragam

kelompok dalam berbagai jenis pekerjaan dan lingkungan

sosial, dan mampu beradaptasi dengan perubahan zaman.

Keterampilan sosial dan lintas budaya

Keterampilan sosial dan lintas budaya yang baik

sangat penting dalam mewujudkan kesuksesan di sekolah

maupun kehidupan. Keterampilan ini memungkinkan individu

untuk berinteraksi secara efektif dengan orang lain (misalnya

mengetahui saat yang tepat untuk mendengarkan dan

berbicara, dan bagaimana memperlakukan diri secara hormat,

secara profesional), bekerja secara efektif dalam sebuah tim

yang memiliki anggota beragam (misalnya menghormati

perbedaan budaya dan berkolaborasi dengan orang-orang

yang berasal dari berbagai kondisi sosial dan latar belakang

budaya), berpikiran terbuka terhadap ide-ide dan nilai-nilai

yang berbeda, dan menggunakan perbedaan sosial dan

budaya untuk menghasilkan ide-ide, inovasi dan kualitas kerja

yang lebih baik.

Memiliki keterampilan sosial yang baik dapat

membantu siswa untuk membuat sebuah keputusan dengan

Page 35: Peningkatan Proses Pembelajaran Dan - Kemdikbud

27

baik. Keterampilan sosial yang baik pada anak-anak dan

remaja dapat mempengaruhi kinerja akademis mereka,

sikap, hubungan sosial dan keluarga, dan keterlibatan dalam

kegiatan ekstrakurikuler. Kemampuan berempati juga

termasuk keterampilan sosial yang diharapkan tumbuh di

kehidupan abad ke-21 (National Research Council, 2012;

P21, 2007a).

Kesempatan untuk mengembangkan ketahanan

emosional dan empati harus dirancang secara eksplisit

(Leadbeater, 2008). Steedly et al. (2008) menyatakan adanya

keyakinan bahwa anak-anak pada umumnya memperoleh

keterampilan sosial yang positif melalui interaksi sehari-hari

dengan orang dewasa dan teman sebaya mereka. Namun,

guru dan orang tua harus memperkuat pembelajaran ini

dengan teladan secara langsung.

Tanggung jawab pribadi, pengaturan diri, dan inisiatif

Tingginya tingkat interaksi dan kerja sama tim dalam

lingkungan kerja di abad ke-21 diharapkan dapat diantisipasi

dengan meningkatkan kualitas pribadi siswa. Kemampuan

pengaturan diri adalah jantung dari pembelajaran abad ke-21.

Siswa yang mandiri bertanggung jawab terhadap proses

belajarnya sendiri dan bersedia meningkatkan kemampuan

sepanjang kariernya. Herring (2012) berpendapat bahwa

Page 36: Peningkatan Proses Pembelajaran Dan - Kemdikbud

28

siswa yang mandiri mendapatkan motivasi dari dalam dirinya

sendiri. Siswa mandiri paham bahwa semangat belajar adalah

kemampuan dasar yang akan membuat mereka berhasil di

tempat kerja.

Kemampuan beradaptasi adalah kemampuan untuk

menanggapi perubahan kondisi ekonomi dan pasar serta

menguasai keterampilan baru dengan cepat. Kemampuan ini

merupakan salah satu dari tiga kompetensi yang paling

dibutuhkan di dunia kerja abad ke-21. Hal penting lainnya

adalah fleksibilitas dalam berbagai pengaturan kerja dan

sosial dan menunjukkan inisiatif, ketangkasan mental dan

rasa ingin tahu, yang dapat diwujudkan dengan beragam

teknologi berbasis web yang tersedia.

Dengan menggunakan sumber daya teknologi sebagai

sumber belajar informal memungkinkan siswa untuk memiliki

kemampuan berkolaborasi tinggi, mudah berbagi dan bertukar

pengetahuan, dan mengarahkan diri sendiri untuk terus

belajar (Herring, 2012). Kemampuan lain yang bermanfaat

adalah kemampuan untuk merefleksikan kelebihan dan

kekuatan yang ada dalam diri siswa dan meningkatkan

manajemen waktu. Pelatihan untuk meningkatkan keterampilan

tersebut dapat diadakan oleh pihak sekolah untuk membantu

siswa mempersiapkan diri terjun di dunia kerja dan kehidupan

di abad ke-21 (P21, 2011).

Page 37: Peningkatan Proses Pembelajaran Dan - Kemdikbud

29

Keterampilan berpikir logis

Generasi muda saat ini hidup di dunia yang lebih

menantang, sehingga mereka perlu mengembangkan

kemampuan berpikir logis terhadap isu-isu global yang

kompleks dan penting. Mereka harus siap untuk mengatasi

berbagai masalah, termasuk konflik manusia, perubahan iklim,

kemiskinan, penyebaran penyakit dan krisis energi. Sekolah

harus menyediakan berbagai peluang, bimbingan dan

dukungan agar siswa memahami peran dan tanggung

jawabnya di dunia nyata, serta mengembangkan kompetensi

yang memungkinkan mereka untuk memahami situasi dan

lingkungan baru.

Keterampilan metakognitif

P21 telah mengidentifikasi pembelajaran mandiri

sebagai salah satu keterampilan dasar dalam kehidupan dan

karir yang diperlukan untuk mempersiapkan pendidikan dan

pekerjaan di abad ke-21 (P21, 2007a). Metakognisi

didefinisikan sebagai 'thinking about thinking'. Seseorang

yang memiliki pengetahuan metakognitif berarti menyadari

berapa banyak mereka memahami topik pembelajaran dan

faktor-faktor yang mempengaruhi pemahaman mereka.

Keterampilan metakognitif dapat meningkatkan pembelajaran

dan pemahaman siswa. Beberapa langkah penting untuk

Page 38: Peningkatan Proses Pembelajaran Dan - Kemdikbud

30

mengajarkan keterampilan metakognitif sebagai berikut: (a)

ajarkan kepada siswa bahwa belajar itu tidak terbatas

jumlahnya dan kemampuan seseorang untuk belajar dapat

diubah, (b) ajarkan bagaimana menetapkan tujuan belajar

dan merencanakan pencapaiannya, dan (c) berikan siswa

banyak kesempatan untuk berlatih memantau kegiatan

belajarnya secara akurat. Tanamkan pada siswa bahwa hal-

hal tersebut penting dan merupakan kebutuhan bagi siswa itu

sendiri.

Kemampuan berpikir berwirausaha

Kreativitas dan berpikir kewirausahaan juga merupakan

keterampilan esensial di abad ke-21. Pertumbuhan lapangan

pekerjaan yang cepat dan industri yang sedang berkembang

membutuhkan kreativitas pekerja, termasuk kemampuan

untuk berpikir yang tidak biasa (out of the box), memikirkan

kebijakan konvensional, membayangkan skenario baru dan

menghasilkan karya yang menakjubkan. Memiliki pola pikir

kewirausahaan (kemampuan untuk mengenali dan

memanfaatkan peluang dan kesanggupan untuk bertanggung

jawab dan menanggung resiko), memungkinkan seseorang

untuk menciptakan lapangan kerja bagi diri mereka sendiri dan

orang lain.

Page 39: Peningkatan Proses Pembelajaran Dan - Kemdikbud

31

Oleh karena itu, siswa harus dilatih menjawab pertanyaan

dan membuat keputusan dengan cepat. Mereka juga harus

dilatih untuk berpikir inventif, mengamati dan mengevaluasi

peluang dan ide-ide baru. Namun demikian, penting untuk

diperhatikan bahwa ide-ide tersebut harus bermanfaat atau

berdampak positif bagi organisasi dan komunitas tempat tinggal

atau kerja. Kegiatan kewirausahaan di sekolah harus

dirancang sedemikian rupa sehingga memungkinkan siswa

untuk memimpin dan menumbuhkan otonomi yang lebih besar

(P21, 2008).

Belajar untuk belajar dan kebiasaan belajar sepanjang hayat

Sepanjang hidupnya, seseorang akan selalu

menemukan informasi baru yang mengubah pengetahuan

yang dimilikinya. Bolstad (2011) berpendapat bahwa sekolah

yang berorientasi masa depan harus memperluas kapasitas

intelektual siswa dan memperkuat kemauan dan kemampuan

mereka untuk terus belajar sepanjang hidup. Keterampilan

belajar untuk belajar, memiliki keterbukaan dan komitmen

untuk belajar seumur hidup dan mempelajari kehidupan secara

lebih luas sangat penting bagi siswa untuk beradaptasi.

Kemampuan siswa untuk belajar lebih diutamakan

dibandingkan akumulasi pengetahuan.

Page 40: Peningkatan Proses Pembelajaran Dan - Kemdikbud

32

Learning to Live Together

Berbagai bukti menunjukkan bahwa siswa yang bekerja

secara kooperatif dapat mencapai level kemampuan yang

lebih tinggi jika ditinjau dari hasil pemikiran dan kemampuan

untuk menyimpan informasi dalam jangka waktu yang

panjang dari pada siswa yang bekerja secara individu.

Belajar bersama akan memberikan kesempatan bagi siswa

untuk terlibat aktif dalam diskusi, senantiasa memantau

strategi dan pencapaian belajar mereka dan menjadi pemikir

kritis.

Menghargai keanekaragaman

Pada abad ke-21, siswa harus turut berperan dalam

kegiatan pendidikan. Peran aktif siswa membantu mereka

mengembangkan kompetensi dalam kehidupan dan bekerja

bersama dalam masyarakat yang memiliki keanekaragaman

budaya dan organisasi. Mereka harus belajar bahwa mereka

tidak akan selalu dihargai, tetapi mereka harus mencari dan

menggunakan bakat dan ide-ide mereka di antara beragam

siswa lainnya. Ini merupakan keterampilan penting yang harus

dilatih dan sering digunakan oleh siswa. Keterampilan ini

melibatkan rasa hormat dan menghargai permasalahan

orang lain dan budaya yang berbeda dari budaya mereka,

Page 41: Peningkatan Proses Pembelajaran Dan - Kemdikbud

33

sehingga mereka akan memperoleh keterampilan sosial dan

lintas budaya (Barrett et al., 2014).

Hal ini juga akan membangun kesadaran dan

pengetahuan tentang perbedaan yang ada di antara individu

dan masyarakat. Lingkungan sekolah harus menawarkan

kemungkinan untuk merancang kegiatan pembelajaran yang

dapat memberikan kesempatan bagi anak muda untuk

menghargai, bergaul dengan baik dan hidup berdampingan

secara damai di lingkungan dengan kebudayaan yang sangat

beragam (ini merupakan keterampilan hidup abad ke-21 yang

sangat dihargai). Oleh karena itu, ada kebutuhan mendesak

bagi guru untuk merancang kegiatan belajar kolaboratif dan

sesuai dengan kehidupan nyata yang dapat

mengembangkan pemahaman, keterampilan dan nilai-nilai

siswa.

Teamwork dan interconnectedness

Keterampilan teamwork dan interconnectedness harus

menjadi perhatian utama dunia pendidikan. Keterampilan ini

sangat penting baik dalam kehidupan masyarakat ataupun di

tempat kerja. Hasil survei Conference Board (2006, dikutip

Scott, 2015b) menemukan bahwa profesionalisme, etika kerja

yang baik, komunikasi secara lisan dan tertulis, kerja tim,

kolaborasi, berpikir kritis dan kemampuan memecahkan

Page 42: Peningkatan Proses Pembelajaran Dan - Kemdikbud

34

masalah merupakan keterampilan paling penting.

Keterampilan-keterampilan ini memungkinkan seseorang

mendapatkan nilai lebih di mata kolega sekaligus berkembang

di lingkungan kerja yang kolaboratif (Redecker et al., 2011).

Di antara kompetensi penting di abad ke-21 adalah

kemampuan untuk membantu perkembangan kerjasama

interdisipliner dan pertukaran ide-ide global untuk melawan

potensi diskriminasi karena suku, jenis kelamin atau usia (Leis,

2010).

Civic dan digital citizenship

Civic literacy (literasi bermasyarakat) merupakan

keterampilan penting, karena siswa perlu mengetahui hak dan

kewajiban warganegara di lingkup lokal, regional, dan

nasional; mengembangkan motivasi, watak dan keterampilan

untuk berpartisipasi dalam masyarakat; dan memahami

dampak dari masalah kemasyarakatan secara lokal dan global

(P21, 2013). Selain hal tersebut, keterampilan abad ke-21

yang lain adalah digital citizenship (masyarakat yang melek

digital) – memahami bagaimana cara untuk berpartisipasi

secara produktif dan bertanggung jawab secara online (P21,

2013). Hal ini penting untuk membantu siswa dalam

memahami bagaimana untuk berpartisipasi dengan cerdas dan

Page 43: Peningkatan Proses Pembelajaran Dan - Kemdikbud

35

etis sebagai warga negara yang bertanggung jawab dalam

komunitas virtual.

Hal ini melibatkan pembelajaran tentang bagaimana

mengakses reliabilitas dan kualitas dari informasi yang

ditemukan dari internet dan menggunakan informasi yang

diperoleh secara bertanggung jawab (Davies, Fidler dan

Gorbis, 2011). Sekolah perlu mengatur bagaimana siswa

belajar dan berlatih menggunakan teknologi secara

bertanggung jawab (misalnya cara mengaskes data,

perlindungan terhadap hal-hal yang bersifat privasi, cara

mendeteksi penipuan, plagiarisme, kekayaan intelektual hak

dan anonimitas) dan bagaimana menjadi digital citizens yang

baik.

Kompetensi global

Siswa yang memiliki kompetensi global akan mampu

mengambil tindakan melalui banyak cara dan cenderung

menganggap diri mereka sebagai warga dunia, bukan dari

warga bangsa tertentu. Mereka mampu menggunakan

keterampilan berpikir kritis untuk mensurvei dan memikirkan

masalah yang perlu diprioritaskan, mengidentifikasi solusi yang

dapat dilakukan, menilai solusi yang dipilih dan rencana

tindakan yang akan dilakukan berdasarkan bukti, dan

mempertimbangkan dampak potensial dan konsekuensi yang

Page 44: Peningkatan Proses Pembelajaran Dan - Kemdikbud

36

mungkin muncul dari tindakan yang akan dilakukan. Siswa yang

memiliki kompetensi global akan berhati-hati dalam

mempertimbangkan beberapa pendekatan sebelumnya dan

perspektif orang lain.

Mereka bertindak secara etis dan kolaboratif (dengan

cara yang kreatif) untuk memberikan kontribusi bagi

pembangunan lokal, regional ataupun global. Siswa yang

memiliki kompetensi global tidak beranggapan bahwa mereka

mampu menangani tantangan yang kompleks sendirian,

namun mampu merefleksi seberapa besar kapasitas mereka

untuk menyelesaikan tugas yang diberikan dan mencari

kesempatan berkolaborasi untuk bergabung dengan orang lain

yang akan melengkapi kekuatannya (Mansilla and Jaskson,

2011).

Kompetensi antar budaya

Kemampuan untuk memahami dan berkomunikasi

dengan masyarakat lintas budaya atau yang memiliki

kebudayaan yang berbeda adalah prasyarat mendasar di

dunia kerja. Semua siswa perlu mendapatkan kompetensi

antarbudaya. Untuk alasan ini, pendidikan antarbudaya, yang

bertujuan untuk mengembangkan dan meningkatkan

kemampuan ini, dapat memberikan kontribusi untuk menjaga

kedamaian dan pembelajaran inklusif (Barrett et al., 2014).

Page 45: Peningkatan Proses Pembelajaran Dan - Kemdikbud

37

Kompetensi antarbudaya tidak diperoleh secara otomatis,

melainkan harus dipelajari, dipraktikkan dan dipelihara

sepanjang hidup. Guru memiliki peran yang sangat penting

dalam memfasilitasi pengembangan kompetensi antarbudaya

di antara siswa (Barrett et al., 2014).

Sikap saling menghormati dan toleransi sangat penting

untuk memastikan bahwa pandangan individu dari semua

latar belakang budaya diakui dan dihormati dalam

masyarakat yang multikultural. Hal yang sangat penting adalah

siswa dapat belajar untuk mendengarkan orang lain,

menunjukkan fleksibilitas, dan bekerja sama dengan

kontributor dalam tim yang berasal dari berbagai budaya dan

berbagai rumpun ilmu pengetahuan. Ini adalah kompetensi

yang sangat penting dan tidak boleh dilewatkan oleh

masyarakat abad ke-21 (Barrett et al, 2014).

Berdasarkan hal tersebut maka jelas bahwa pendidikan

memiliki peran yang signifikan bahkan fundamental dalam

menawarkan kesempatan kepada pelajar abad ke-21 untuk

mengembangkan kompetensi yang memungkinkan mereka

dapat hidup damai dengan kondisi budaya yang beragam

(Carneiro dan Draxler, 2008).

Perkembangan teknologi informasi yang sangat pesat

pada abad ini membawa dampak yang sangat signifikan

terhadap dunia pendidikan.

Page 46: Peningkatan Proses Pembelajaran Dan - Kemdikbud

38

Tabel 2.1. Pergeseran Paradigma Belajar Abad 21

Ciri Abad 21 Model Pembelajaran

INFORMASI

Tersedia di mana

saja, kapan saja

Pembelajaran diarahkan untuk

mendorong peserta didik mencari

tahu dan berbagi dan berbagi

sumber observasi bukan diberi tahu

KOMPUTASI

Lebih cepat

memakai mesin

Pembelajaran diarahkan untuk

mampu merumuskan masalah

(bertanya), bukan

hanya menyelesaikan masalah

(menjawab)

OTOMASI

Menjangkau semua

pekerjaan rutin

Pembelajaran diarahkan untuk

melatih berfikir analitis

(pengambilan

keputusan) bukan berfikir

mekanistis (rutin)

KOMUNIKASI

Dari mana saja,

kemana saja

Pembelajaran menekankan

pentingnya kerjasama /kolaborasi

dalam

menyelesaikan masalah.

(Litbang Kemdikbud: 2013)

Proses peralihan dari abad industrialisasi ke abad

pengetahuan menuntut setiap bidang dalam kehidupan

Page 47: Peningkatan Proses Pembelajaran Dan - Kemdikbud

39

berubah sangat cepat dan harus dapat beradaptasi dengan

cepat,begitu pula dengan pendidikan,karakteristik umum model

pembelajaran abad pengetahuan berbeda dengan karakteristik

pembelajaran abad industrialisasi. Banyak praktik pendidikan

yang dianggap menguntungkan pada abad industrial, seperti

belajar fakta, drill dan praktik, kaidah dan prosedur digantikan

belajar dalam konteks dunia nyata, otentik melalui problem dan

proyek, inkuiri, discovery, dan invensi dalam praktik abad

pengetahuan.

Pola belajar yang diterapkan pada masa industrialisasi

sudah dianggap tidak cocok lagi di abad pengetahuan, dimana

perkembangan teknologi informasi dan komunikasi

berkembang begitu pesat,dan teknologi tersebut merupakan

katalis penting untuk gerakan menuju metode belajar di abad

pengetahuan.

Diakui dalam perkembangan kehidupan dan ilmu

pengetahuan abad 21, kini memang telah terjadi pergeseran

baik ciri maupun model pembelajaran.Inilah yang diantisipasi

pada kurikulum 2013. Tabel 2.2 menunjukkan pergeseran

paradigma belajar abad21 yang berdasarkan ciri abad 21 dan

model pembelajaran yang harus dilakukan. Pergeseran

paradigma pendidikan abad 21. Informasi, komputasi, otomasi,

dan komunikasi merupakan empat komponen yang

Page 48: Peningkatan Proses Pembelajaran Dan - Kemdikbud

40

disampaikan Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan sebagai

ciri dari pendidikan abad 21 yang menyebabkan terjadinya

pergeseran paradigma dalam pembelajaran. Alih literasi

informasi, keterampilan komputer, pemanfaatan teknologi

informasi dan komunikasi dalam proses komunikasi serta

keterampilan komunikasi menjadi sejumlah keterampilan yang

harus dikuasaioleh seorang guru saat ini. Tema pengembangan

kurikulum 2013 dapat menghasilkan insan Indonesia yang

produktif, kreatif, inovatif, dan efektif melalui penguatan sikap

(tahu mengapa), keterampilan (tahu bagaimana), dan

pengetahuan (tahu apa) yang terintegrasi.

Tabel 2.2. Belajar Abad Pengetahuan versus Abad Industrial

menurut Trilling & Hood

Industrial Age Knowledge Age

Teacher-as-Director Teacher-as-Facilitator,

Guide, Consultant

Teacher-as-Knowledge

Source

Teacher-as-Co-learner

Curriculum-directed

Learning

Student-directed Learning

Time-slotted, Rigidly

Scheduled Learning

Open, Flexible, On-demand

Learning

Page 49: Peningkatan Proses Pembelajaran Dan - Kemdikbud

41

Primarily Fact-based Primarily Project-& Problem-

based

Theoretical, Abstract Real-world, concrete

Principles & Survey Actions & Reflections

Drill & Practice Inquiry & Design

Rules & Procedures Discovery & Invention

Competitive Collaborative

Classroom-focused Community-focused

Prescribed Results Open-ended Results

Conform to Norm Creative Diversity

Computers-as-Subject of

Study

Computers-as-Tool for all

Learning

Static Media Presentations Dynamic Multimedia

Interactions Classroom-

bounded

Communication Worldwide-

unbounded

Communication

Test-assessed by Norms Performance-assessed by

Expert, Mentors, Peers &

Self

(Trilling & Hood, 1999).

Perubahan paradigma dari Teacher-as-Director menjadi

Teacher-as-Facilitator, Guide, dan Consultant, merupakan hal

yang wajar, karena sumber belajar dan bahan ajar tidak hanya

Page 50: Peningkatan Proses Pembelajaran Dan - Kemdikbud

42

mengadalkan dari satu sumber saja. Perkembangan teknologi

informasi, telah mengalami perkembangan yang sangat pesat,

dimana prinsip kolaborasi, antar komponen; manusia, proses

dan teknologi menjadi lebih fleksibel, dengan teknologi ini

batasan untuk mendapatkan informasi yang sesuai dengan

kebutuhan hampir tidak ada batasan. Perubahan paling

mendasar dari teknologi ini ada pada interface yang ramah

terhadap pengguna (userfriendly) tidak jauh dari tampilan

komputer yang dipakai sehari-hari. Dampak positif dari

teknologi ini dapat juga diterapkan dalam proses pembelajaran,

namun harus menggunakan desain formula atau model

pembelajaran yang tepat, agar hasil yang ingin dicapai dapat

sesuai dengan tujuan dari proses pembelajaran di abad

pengetahuan ini.

B. Kecakapan Abad 21

1. Ketrampilan Berpikir Kritis (Critical Thinking Skills)

a. Definisi Ketrampilan Berpikir Kritis (Critical Thinking

Skills)

Berpikir kritis merupakan salah satu

keterampilan berpikir tingkat tinggi atau Higher Order

thinking Skills/HOTS selain berpikir kreatif (creative

thinking), pemecahan masalah (creative thinking),

pemecahan masalah (problem solving), dan berpikir

Page 51: Peningkatan Proses Pembelajaran Dan - Kemdikbud

43

reflektif (reflective thinking). John Dewey dalam Fisher

(2009) menyebutkan “berpikir kritis” ini sebagai

“berpikir reflektif” dan mendefinisikannya sebagai

pertimbangan yang aktif, terus-menerus, dan teliti

mengenai sebuah keyakinan atau bentuk

pengetahuan yang diterima begitu saja dipandang dari

sudut alasan-alasan yang mendukungnya dan

kesimpulan-kesimpulan lanjutan yang menjadi

kecenderungannya. Glaser (dalam Fisher, 2009:3),

mendefinisikan critical thinking skill sebagai suatu

sikap mau berpikir secara mendalam tentang masalah-

masalah dan hal- hal yang berada dalam jangkauan

pengalaman seseorang, pengetahuan tentang

metodemetode pemeriksaan dan penalaran yang

logis, dan semacam suatu keterampilan untuk

menerapkan metode- metode tersebut.

Critical thinking skill dapat dikatakan

kemampuan sesorang dalam menganalisis suatu

gagasan dengan menggunakan penalaran yang logis.

Hal ini sejalan dengan yang diungkapkan Yasushi

Gotoh (2016), bahwa ketrampilan berpikir kritis

merupakan seperangkat keterampilan dan

kecenderungan yang memungkinkan seseorang untuk

memecahkan masalah secara logis. ketrampilan

Page 52: Peningkatan Proses Pembelajaran Dan - Kemdikbud

44

berpikir kritisjuga dapat diartikan kemampuan berpikir

seseorang dalam mengambil keputusan. Seperti yang

diungkapkan Patricia C. Seifert (2010: 197), “Less

formal and more skepticaldefinition of critical thinking:

deciding what to do and when, where, why, and how to

do it.” Hal senada juga diungkapkan Facione, Facione,

and Sanchez (2010), “Critical thinking is a process of

making reasoned judgments based on the

consideration of available evidence, contextual

aspects of a situation, and pertinent concepts”.

Berdasarkan pemaparan ahli tersebut, maka

dapat disimpulkan bahwa critical thinking skill adalah

kemampuan untuk berpikir secara logis, reflektif,

sistematis, dan produktif yang diaplikasikan dalam

membuat pertimbangan dan mengambil keputusan

yang baik.

b. Pentingnya Ketrampilan Berpikir Kritis (Critical

Thinking Skills)

Keterampilan berpikir merupakan salah satu

kecakapan hidup (life skill) yang perlu dikembangkan

melalui proses pendidikan. Kemampuan seseorang

dalam berfikir akan berpengaruh terhdap keberhasilan

hidup seseorang karena kemampuan berpikir

Page 53: Peningkatan Proses Pembelajaran Dan - Kemdikbud

45

berkaitan dengan apa yang akan dikerjakan. Sanjaya

(2008: 219) menyatakan bahwa belajar berpikir

menekankan kepada proses mencari dan menemukan

pengetahuan melalui interaksi antara individu dengan

lingkungan. Hal tersebut mengandung pengertian

bahwa pembelajaran berpikirdalam proses pendidikan

di sekolah tidak hanya menekankan kepada akumulasi

pengetahuan materi pelajaran, akan tetapi yang

diutamakan adalah kemampuan siswa untuk

memperoleh pengetahuannya sendiri (self-regulated).

Seseorang yang memiliki critical thinking skill

cenderung lebih cepat mengidentifikasi informasi yang

relevan, memisahkan informasi yang tidak relevan

serta memanfaatkan informasi tersebut untuk mencari

solusi masalah atau mengambil keputusan, dan jika

perlu mencari informasi pendukung yang relevan.

Sejalan dengan hasil studi yang dilakukan Johnson

(2006), siswa yang memiliki kemampuan berpikir kritis

yang memadai memiliki kemungkinan besar untuk

dapat mempelajari masalah secara sistematis,

menghadapi berjuta tantangan dengan cara

terorganisasi, merumuskan pertanyaaninovatif, dan

merancang penyelesaian yang dipandang relatif baru.

Seseorang perlu memiliki critical thinking skill dan

Page 54: Peningkatan Proses Pembelajaran Dan - Kemdikbud

46

perlu mempelajarinya, karena keterampilan tersebut

sangat berguna dan sebagai bekal dalam menghadapi

kehidupan sekarang dan di masa yang akan datang.

Dengan critical thinking skill, seseorang mampu

berpikir secara rasional dan logis dalam menerima

informasi dan sistematis dalam memecahkan

permasalahan. Artinya berpikir kritis mampu

meningkatkan keterampilan analistik. Selain itu critical

thinking skill juga meningkatkan kemampuan

seseorang cenderung kreatif. Seseorang yang

memiliki critical thinking skill dapat memanfaatkan ide

ataupun informasi, dan mencari informasi tambahan

yang relevan sehingga dapat mengevaluasi lalu

memodifikasi untuk menghasilkan ide yang terbaik.

Critical thinking skill juga berfungsi untuk merefleksi

atau evaluasi diri terhadap keputusan yang sudah

diambil.

c. Tantangan Mengembangkan Ketrampilan Berpikir

Kritis

Critical thinking skills merupakan salah satu hal

yang penting untuk dikembangkan. Berikut beberapa

pertimbangan dalam mengembangkan critical thinking

skill menurut Tilaar (2011: 19) yaitu (1)

Page 55: Peningkatan Proses Pembelajaran Dan - Kemdikbud

47

Mengembangkan berpikir kritis di dalam pendidikan

berarti kita memberikan penghargaan kepada peserta

didik sebagai pribadi (respect a person). Hal ini akan

memberikan kesempatan kepada perkembangan

pribadi peserta didik sepenuhnya karena mereka

merasa diberikan kesempatan dan dihormati akan

hak- haknya dalam perkembangan pribadinya. (2)

Berpikir kritis merupakan tujuan yang ideal di dalam

pendidikan karena mempersiapkan peserta didik untuk

kehidupan kedewasaannya. (3) Perkembangan

berpikir kritis dalam proses pendidikan merupakan

suatu cita- cita tradisional seperti apa yang ingin

dicapai melalui pelajaran ilmu -ilmu eksata dan

kealaman serta mata pelajaran lainnya yang secara

tradisional dianggap dapat mengembangkan berpikir

kritis. (4) Berpikir kritis merupakan suatu hal yang

sangat dibutuhkan di dalam kehidupan demokratis.

Demokrasi hanya dapat berkembang apabila warga

negaranya dapat berpikir kritis di dalam masalah-

masalah politik, sosial, dan ekonomi. Adapun Ryan

(2015), mengajarkan critical thinking skill dengan

memberikan kesempatan siswa untuk berperan aktif

dengan memberikan pertanyaan dan tantang sehingga

siswa termotivasi untuk aktif mengejar rasa ingin

Page 56: Peningkatan Proses Pembelajaran Dan - Kemdikbud

48

tahunya. Senada dengan hal di atas, Bonnie dan Potts

(2003),mengemukakan ada tiga buah strategi untuk

mengajarkan kemampuan-kemampuan critical

thinking skill, yaitu: (1) Building categories (membuat

klasifikasi), (2) finding problem (menemukan masalah),

dan (3) enhancing the environment (mengkondusifkan

lingkungan). Ciri dari mengajar untuk berpikir kritis

meliputi: (1) Meningkatkan interaksi di antara para

siswa sebagai pembelajar, (2) dengan mengajukan

pertanyaan open-ended, (3) memberikan waktu yang

memadai kepada para siswa untuk memberikan

refleksi terhadap pertanyaan yang diajukan atau

masalahmasalah yang diberikan, dan (4) teaching for

transfer (mengajar untuk dapat menggunakan

kemampuan yang baru saja diperoleh terhadap

situasi-situasi lain dan terhadap pengalaman sendiri

yang para siswa miliki). Dari pemaparan tersebut

dapat disimpulkan bahwa pembelajaran yang dapat

mengembangkan critical thinking skill adalah

pembelajaran yang menggunakan pendekatan student

center dan menerapkan model pembelajaran dimana

sintaksnya memberikan kesempatan kepada peserta

didik untuk aktif dan enam kamampuan dalam critical

thinking skill dapat muncul dalam diri peserta didik. 4.

Page 57: Peningkatan Proses Pembelajaran Dan - Kemdikbud

49

Indikator Penilaian Critical Thinking Skill Beberapa ahli

mengungkapkan terkait indicator dalam critical thinking

skill. Menurut Ennis (1995: 4-8), terdapat enam unsur

dasar dalam critical thinking skill meliputi (1) Fokus

(focus), merupakan hal pertama yang harus dilakukan

untuk mengetahui informasi. Untuk fokus terhadap

permasalahan,diperlukan pengetahuan. Semakin

banyak pengetahuan dimiliki oleh seseorang akan

semakin mudah mengenali informasi. (2) Alasan

(reason), yaitu mencari kebenaran dari pernyataan

yang akan dikemukakan. Dalam mengemukakan

suatu pernyataan harus disertai dengan alasan-alasan

yang mendukung pernyataan tersebut. (3) Kesimpulan

(Inference), yaitu membuat pernyataan yang disertai

dengan alasan yang tepat. Garnison, Anderson, dan

Archer (2001) membagi empat keterampilan berpikir

kritis, yaitu: (1) trigger event /cepat tanggap terhadap

peristiwa, yaitu mengidentifikasi atau mengenali

masalah, dilema dari pengalaman seseorang dengan

cepat, (2) exploration/eksplorasi, memikirkan ide

personal dan sosial dalam rangka membuat persiapan

keputusan, (3) integration/ integrasi, yaitu

mengkonstruksi maksud dari gagasan, dan

mengintegrasikan informasi relevan yang telah

Page 58: Peningkatan Proses Pembelajaran Dan - Kemdikbud

50

ditetapkan pada tahap sebelumnya, dan (4) resolution/

mengusulkan, yaitu mengusulkan solusi secara

hipotetis, atau menerapkan solusi secara langsung

kepada isu, dilema, atau masalah serta menguji

gagasan dan hipotesis. Facione (2013:8) membagi

critical thinking skill terdiri enam kemampuan yaitu

interpretation, analysis, inference, evaluation,

explanation, dan self-regulation. Interpretasi

merupakan kemampuan seseorang dalam memahami

dan menggambarkan kembali makna kondisi,

informasi atau pesan yang diterimanya. (2) Analisis

merupakan mengamati dan menguraikan suatu

informasi yang diterima secara detail untuk dikaji lebih

lanjut. (3) Inferensi merupakan kemampuan membuat

kesimpulan berdasarkan unsurunsur. (4) Evaluasi

merupakan melakukan penilaian dengan cara

mengukur atau membandingkan. (5)

Eksplanasi/penjelasan, merupakan kemampuan

menerangkan/menjelasakan suatu proses/

informasi/fenomena. (6) Regulasi diri artinya memiliki

kemampuan mengelola diri misal mengamati apa yang

ada disekitar kognitif seseorang, komponen yang

digunakan dalam memperoleh hasil, terutama dengan

Page 59: Peningkatan Proses Pembelajaran Dan - Kemdikbud

51

menerapkan kecakapan di dalam analisis dan evaluasi

untuk penilaiannya sendiri.

Tidak hanya dalam menghadapi permasalahan

umum di kehidupan, dalam membaca dan menulis pun

critical thinking skill juga dibutuhkan. Indikator critical

thinking skill dalam membaca menurut Richard dan

Linda (2012:30) meliputi (1) Merefleksikan apa yang

dibaca. (2) Membedakan antara apa yang mereka

lakukan dan tidak mengerti dalam teks. (3) Meringkas

secara akurat dan menguraiakan teks yang dibaca

dengan katakata sendiri. (4) Memberikan contoh, dari

pengalaman mereka dan ide-ide yang ada di dalam

teks. (5) Menghubungkan ide-ide inti dalam teks

dengan ide-ide lain yang mereka mengerti. (6)

Mengambil menginternalisasi ide tekas yang dibaca

dan menerapkan di kehidupan. (7) Memparafrase apa

yang mereka baca (misalnya, kalimat demi kalimat).

(8) Menjelaskan kalimat secara jelas, akurat dan logis.

Siswa yang memiliki kemampuan critical thinking

skill dalam menulis digunakan sebagai alat penting

baik untuk mengkomunikasikan ide-ide penting.

Mereka menggunakan keterampilan menulis untuk

memperdalam pemahaman mereka tentang konsep-

konsep penting dan untuk memperjelas antar

Page 60: Peningkatan Proses Pembelajaran Dan - Kemdikbud

52

hubungan antara konsepkonsep. Dalam menulis,

mereka mampu harus jelas dan akurat menganalisis

dan mengevaluasi ide-ide dalam teks dan pemikiran

mereka sendiri. Dengan kata lain, mereka

menggunakan menulis sebagai alat penting untuk

belajar ide-ide mendalam dan permanen Richard dan

Linda (2012:30). Indikatornya meliputi: (1)

Merefleksikan apa yang mereka tulis. (2) Memantau

apa yang mereka tulis menulis dan membedakan

antara apa yang mereka lakukan dan tidak mengerti

dalam teks. (3) Meringkas secara akurat apa yang

mereka membaca teks atau yang didengar. (4)

Memberikan contoh daripengalaman mereka ketika

mereka menulis contoh ide-ide penting. (5)

Menghubungkan ide-ide inti ide-ide inti lain secara

eksplisit saat mereka menulis. (6) Menuliskan tentang

ide-ide yang berlaku untuk kehidupan mereka. (7)

Menunjukkan kemampuan untuk eksplikasi menulis

suatu pengembangan atau membenarkan teori.

Menunjukkan kemampuan untuk jelas dan akurat

menganalisis secara jelas dan akurat, dalammenulis,

logika dari konsep-konsep dalam teks, bab atau studi

akademis.Menggunakan standar intelektual yang

universal dalam tulisan mereka,secara rutin

Page 61: Peningkatan Proses Pembelajaran Dan - Kemdikbud

53

memeriksa tulisan mereka untuk kejelasan, akurasi,

presisi, relevansi,kedalaman, luasnya, logika, makna,

dan keadilan.

2. Ketrampilan Komunikasi

Memasuki era digital, komunikasi yang kerap

dilakukan melalui media sosial dengan memanfaatkan gawai

dan internet. Kemajuan teknologi berdampak cukup besar

bagi pola komunikasi saat ini. Kemajuan teknologi di bidang

komunikasi memiliki sisi positif dan sisi negatif. Sisi

positifnya,masyarakat lebih efisien untuk mengirim pesan,

lebih mudah menemukan sumber informasi terkini, dan lebih

praktis untuk membentuk suatu komunitas (Ferguson, 2015

hlm. 1). Namun, sisi negatif dari kemajuan teknologi juga

tidak dapat dihindari oleh masyarakat. Teknologi

memudahkan masyarakat berkomunikasi dengan orang

terjauh akan tetapi menjauhkan komunikasi dengan orang

terdekat. Sisi negatif tersebut marak dijumpai dalam situasi

saat ini. Orang tua yang tidak menyadari kehadiran anak

ketika di rumah, anak yang lebih senang memainkan gawai

daripada bermain dengan teman sebaya, atau perkumpulan

individu yang sibuk dengan urusan masing-masing (Wu,

Fowler, Lam, Wong, Wong, & Loke, 2014). Makna

komunikasi sudah berganti sejalan dengan perubahan

teknologi yang semakin pesat. Melihat perubahan pola

Page 62: Peningkatan Proses Pembelajaran Dan - Kemdikbud

54

komunikasi yang demikian maka penulis dapat

mengindikasikan jika teknologi memegang kendali penuh

dalam kehidupan individu. Padahal seyogyanya individu

yang mengendalikan teknologi.

Keterampilan komunikasi yang rendah akan memicu

permasalahan baru yang cukup kompleks atau

memunculkan banyak miskomunikasi (Ahmetoglu & Acar,

2016 hlm. 190). Weaver & Pier (2011) menerangkan bahwa

memasuki abad 21yang sarat teknologi tidak menjadikan

siswa lebih kreatif dan berdayasaing akan tetapi

melemahkan keterampilan komunikasi siswa. Penelitian

Weaver & Pier diperkuat oleh survey yang dilakukan NACE

(National Association of Colleges and Employeers) pada

tahun 2017 mengindikasikan bahwa sebanyak 67,5% siswa

memiliki keterampilan komunikasi yang rendah. Rendahnya

keterampilan komunikasi dapat berpengaruhpada

kemampuan memproses informasi, kesulitan

mengintegrasikan pikiran dan ucapan, dan kesulitan

beradaptasi dengan lingkungan (Wood & Hartshorne, 2017

hlm. 1). Keterampilan komunikasi menjadi salah satu

keterampilan yang perlu dikuasai oleh siswa. Keterampilan

komunikasi berperan sebagai kunci untuk menghadapi

perubahan paradigma kehidupan di abad 21 selain

keterampilan berkolaborasi, berpikir kritis, dan kreativitas.

Page 63: Peningkatan Proses Pembelajaran Dan - Kemdikbud

55

Keterampilan komunikasi bermanfaat bagi siswa untuk

mengidentifikasi sumber informasi yang akurat, menyaring

informasi sebagai pengetahuan baru, dan menjadikan

informasi sebagai tambahan pengetahuan dalam

pengembangan dirinya. Oleh sebab itu, keterampilan

komunikasi sangat perlu dikuasai oleh siswa. Optimalisasi

literasi dapat menjadi salah satu upaya untuk meningkatkan

keterampilan komunikasi siswa

Keterampilan komunikasi adalah keterampilan individu

untuk menyampaikan dan menerima pesan sesuai dengan

konteks. Komunikasi membantu siswa untuk mengartikulasi

gagasan dan pikiran baik secara lisan, tertulis, atau

nonverbal dalam berbagai konteks dengan tujuan

pendengar dapat menerima pesan dengan tepat dan efektif

(East, 2015). Komunikasi dikatakan tepat apabila siswa

mampu menyampaikan pesan sesuai dengan situasi dan

konteks yang tengah dihadapi. Sementara itu, komunikasi

dikategorikan efektif jika pendengar dengan mudah

memahami isi pesan yang disampaikan

pembicara(Morreale, Staley, Stavrositu, & Krakowiak, 2014

hlm. 108). Terdapat tiga komponen yang perlu diperhatikan

oleh siswa untuk mencapai komunikasi yang tepat dan

efektif. Ketiga komponen ini terdiri dari motivasi,

pengetahuan, dan kompetensi (Lederman, 2012).

Page 64: Peningkatan Proses Pembelajaran Dan - Kemdikbud

56

Komponen terkait yang diperlukan agar komunikasi

berjalan dengan tepat dan efektif yaitu kompetensi.

Kompetensi diperlukan untuk membantu siswa dalam

pengendalian emosi dan tingkah laku ketika berkomunikasi.

Siswa yang belum terlatih kompetensinya, ia akan

menemukan kesulitan berkomunikasi (Wodd & Hartshorne,

2017). Kesulitan yang kerap ditemukan dalam komunikasi

yaitu rendahnya rasa percaya diri sehingga cukup

mengganggu kelancaran komunikasi. Siswa akan berbicara

tersendat dan berdampak pada kurang jelasnya pesan yang

disampaikan. Selain itu, kompetensi yang diperlukan dalam

keterampilan komunikasi pada abad 21 yaitu kompetensi

penggunaan teknologi dan informasi. Abad 21 merupakan

abad yang sarat dengan teknologi atau masyarakat melabeli

abad ini dengan era digital. Hampir sebagian besar aktivitas

pembelajaran memanfaatkan peran teknologi dan informasi.

Melalui teknologi, siswa lebih mudah mencari informasi

untuk menambah literatur dalam pembelajaran dan

mendukung kelancaran keterampilan komunikasi (Jackson,

2014 hlm. 223). Pada abad 21 siswa sudah mahir

memanfaatkan teknologi akan tetapi pemanfaatannyamasih

kurang optimal. Hal ini disebabkan siswa lebih banyak

menggunakan teknologi untuk aktivitas sosial yang kurang

bermakna. Selain penguasaan keterampilan berbahasa,

Page 65: Peningkatan Proses Pembelajaran Dan - Kemdikbud

57

pada saat ini siswa perlu mahir mendayagukanan teknologi

untuk menunjang keterampilan komunikasinya (Kuznekoff &

Titsworth, 2013). Teknologi dijadikan wadah untuk

menyalurkan kreativitas atau mengomunikasikan pesan

postif bagi siswa pribadi, bagi peserta didik, maupun bagi

masyarakat.

Siswa dikategorikan memiliki keterampilan komunikasi

yang baik apabila ia mampu memahami informasi yang

diterima dari berbagai sumber dan dapat menginferensi

tersebut untuk dipahami oleh penerima pesan. Tingginya

keterampilan komunikasi siswa tidak terlepas dari peran

literasi. Jenis literasi yang berkontribusi cukup besar

terhadap keterampilan komunikasi terdiri dari literasi bahasa

dan literasi informasi. Keterampilan komunikasi tidak lepas

dari keterampilan berbicara dan keterampilan menyimak

yang merupakan bagian dari literasi bahasa. Sementara itu,

literasi informasi bermanfaat bagi individu untuk menyeleksi

informasi yang tepat untuk dijadikan topik berkomunikasi.

Literasi bahasa dan literasi informasi sangat penting

dikuasai siswa karena pada abad 21 mereka dituntut untuk

mahir berkomunikasi. Pernyataan tersebut diperkuat oleh

pendapat Purvis, Mc Neill, & Sutherland (2014) yang

menerangkan bahwa salah satu upaya untuk mengurangi

kesulitan siswa berkomunikasi yaitu dengan

Page 66: Peningkatan Proses Pembelajaran Dan - Kemdikbud

58

mengembangkan literasi pada siswa. Minat siswa terhadap

kegiatan berbicara akademik dan membaca siswa

dikategorikan rendah. Minat siswa yang rendah disebabkan

siswa lebih mudah terbawa arus informasi global. Siswa saat

ini mudah memercayai informasi yang ada di dunia maya

tanpa mengecek sumber atau kebenaran dari informasi

tersebut. Siswa malas menemukan informasi yang berasal

dari sumber terpercaya dan menyukaipencarian situs

informasi yang ditemukan lebih praktis. Meskipun perolehan

informasi saat ini lebih praktis akan tetapi sangat

disayangkan siswa kurang peka terhadap kredibilitas

sumber informasi. Oleh sebab itu, literasi teknologi informasi

juga diperlukan untuk meningkatkan keterampilan

komunikasi siswa.

Literasi bahasa berfokus pada pengembangan

keterampilan dasar individu untuk memahami dan

menggunakan keterampilan berbahasa seperti keterampilan

berbicara dan membaca sebagai bagian yang integral.

Literasi bahasa penting untuk dikuasai siswa karena bahasa

merupakan alat untuk berkomunikasi, mengekspresikan

perasaan, dan memahami suatu gagasan. Keterampilan

bahasa memiliki hubungan yang saling terkait satu sama lain

seperti keterampilan berbicara berkaitan dengan

keterampilan menyimak sedangkan keterampilan membaca

Page 67: Peningkatan Proses Pembelajaran Dan - Kemdikbud

59

berkaitan dengan keterampilan menulis. Keterampilan

berbicara dan menyimak menjadi komponen penting untuk

mencapai keterampilan komunikasi yang tepat dan efektif

(Natalle & Crowe, 2013 hlm. 97).

Pembicara dan pendengar memiliki peran yang saling

bergantian dalam suatu proses komunikasi. Pembicara tidak

mutlak sebagai pengirim pesan tetapi ada kalanya ia

berposisi sebagai penyimak karena komunikasi akan efektif

bila pembicara memberi kesempatan pada pendengar untuk

menanggapi. Sebaliknya, pendengar dapat menjadi seorang

pembicara sebagai bentuk respons atas materi yang

disampaikan oleh pembicara. Adanya hubungan timbal balik

antara pembicara dan pendengar yang menjadikan

komunikasi berjalan dengan efektif. Keterampilan menyimak

berperan sebagai pengantar pesan dari otak untuk

menentukan respons atau tanggapan terhadap pesan yang

diterima (Harris & Hua, 2015 hlm. 183). Menyimak berfungsi

untuk menyeleksi dan menentukan informasi sehingga

individu dapat memutuskan langkah yang ditentukan

terhadap informasi yang diserap. Melalui menyimak, individu

dapat membedakan kategori pesan apakah pesan tersebut

dikategorikan sebagai pengetahuan baru, nilai moral,

perintah, atau suatu larangan.

Page 68: Peningkatan Proses Pembelajaran Dan - Kemdikbud

60

Komunikasi meliputi komunikasi formal dan informal.

Sebagian besar siswa memiliki hambatan ketika harus

menghadapi komunikasi formal. Komunikasi formal

biasanya dilakukan dalam konteks ilmiah seperti ketika

melaksanakan diskusi panel, seminar, atau presentasi

materi kuliah. Sementara itu, komunikasi informal lebih

dikenal dengan sebutan mutual conversation artinya

komunikasi ini dilakukan dalam percakapan sehari-hari

dengan suasana lebih santai. Hambatan yang kerap menjadi

masalah komunikasi formal yaitu terkait dengan rendahnya

kepercayaan diri siswa dan minimnya informasi yang dimiliki

untuk menyampaikan topik diskusi (Purvis, Mc Neill, &

Sutherland, 2014). Keterampilan berbicara perlu dilatih

secara terus menerus dan sebagai salah satu cara untuk

mengembangkan keterampilan berbicara adalah mengajak

siswa untuk terlibat dalam diskusi dengan memberi

pendapat berdasarkan ahli atau informasi dari sumber yang

kredibel. Dosen selaku pembimbing perlu mengoptimalisasi

keterampilan berbicara dan membaca pemahaman siswa

untuk menguasai literasi bahasa. Siswa sudah sewajarnya

menguasai literasi bahasa karena telah melaksanakan

proses pembelajaran cukup lama (Morreale, Staley,

Stavrositu, & Krakowiak, 2014). Namun, hal yang

disayangkan tidak semua jenjang pendidikan memberi

Page 69: Peningkatan Proses Pembelajaran Dan - Kemdikbud

61

banyak kesempatan kepada siswa untuk menguasai literasi

bahasa padahal bahasa adalah objek yang pertama

kalidikenalkan pada manusia sejak awal kelahiran.

Keterampilan berbicara yang akuntabel merupakan kunci

dari efektifnya suatu komunikasi. Siswa sangat perlu

dibiasakan untuk berkomunikasi formal karena mereka akan

menghadapi dunia sosial yang sarat akan keahlian

komunikasi. Minimnya pengetahuan siswa menjadi pemicu

rendahnya kepercayaan diri siswa ketika berkomunikasi.

Oleh sebab itu, siswa perlu membiasakan diri untuk banyak

membaca. Dosen perlu menugaskan siswa untuk meringkas

isi bacaan dan melaporkan hasil ringkasan secara oral.

Siswa yang menguasai materi berdasarkan hasil pemikiran

dan ringkasan secara pribadi akan lebih percaya diri untuk

berbicara dalam konteks formal daripada siswa yang tidak

menguasai materi (Verma, 2013 hlm. 4).

Beberapa strategi dapat dilakukan untuk

meningkatkan keterampilan komunikasi dalam aspek literasi

berbahasa siswa di antaranya melalui presentasi di kelas,

melakukan simulasi pembaca berita atau wawancara,

melakukan diskusi kecil maupun diskusi panel, atau

mengimplementasikan model problem based learning.

Namun, faktor yang paling memengaruhi penguasaan

keterampilan komunikasi siswa yaitu dosen dan rekan

Page 70: Peningkatan Proses Pembelajaran Dan - Kemdikbud

62

sejawat. Dosen perlu mengajarkan siswa cara

mengapresiasi teman yang telah menunjukkan

kemampuannya di khalayak umum. Bentuk apresiasi siswa

dapat berupa tepuk tangan, pujian sederhana, atau

komentar positif yang dapat membangun motivasi siswa

untuk terus meningkatkan keterampilan komunikasinya

(Kaburise, 2016 hlm. 96). Hal ini sejalan dengan temuan

penelitian Harris & Hua (2015) yang menerangkan bahwa

apresiasi dari penerima pesan berpengaruh positif terhadap

keterampilan komunikasi siswa. Adanya penghargaan yang

bersifat membangun sangat diperlukan siswa karena

mereka merasa hal yang disampaikan diapresiasi oleh

penerima pesan.

Literasi Digital. Literasi digital adalah kemampuan

individu untuk memanfaatkan media digital secara bijak dan

optimal. Dewasa ini, media digital sudah memengaruhi

kehidupan kaum muda. Hadirnya media digital memberi

dampak positif dandampak negatif. Dalam dunia pendidikan

tinggi, adanya media digital memfasilitasi siswa untuk

mencari literatur sebagai pendukung pencapaian

akademiknya atau penunjang tugas akhir. Media digital juga

menjadi wadah bagi mahasiwa untuk saling berbagi

kreativitas yang terkait dengan dunia pendidikan (Guo, 2014

hlm. 5). Terkait dengan keterampilan komunikasi, media

Page 71: Peningkatan Proses Pembelajaran Dan - Kemdikbud

63

digital sangat menunjang keterampilan komunikasi siswa.

Siswa dapat menggunakan media digital sebagai alat bantu

ketika presentasi, menambah kajian topik diskusi,

ataumencari informasi pendukung untuk menyelesaikan

permasalahan pendidikan (Greter & Yadav, 2016 hlm. 511).

Media digital sudah sewajarnya memudahkan siswa untuk

meningkatkan keterampilan komunikasinya. Namun, hal

yang terjadi adalah media digital saat ini menjadikan siswa

lebih pasif berkomunikasi. Siswa lebih fokus untuk

memainkan ponsel dan membaca isu-isu negatif yang marak

disebarkan di media sosial. Adanya isu negatif lebih banyak

memengaruhi pola pikir siswa sehingga pada saat ini lebih

banyak dijumpai siswa yang apatis. Mereka mampu

berkomentar di media sosial akan tetapi tidak mampu

melakukan komunikasi secara oral (Morreale, Staley,

Stavrositu, & Krakowiak, 2014 hlm. 125). Hal ini

mengindikasikan bahwa seiring majunya media digital

menjadikan siswa semakin rendah keterampilan

komunikasinya. Oleh sebab itu, siswa perlu memiliki

kemampuan untuk menggunakan media digital secara bijak

(Rasmusson, Maria, & Eklund, 2013). Siswa dapat

memanfaatkan media digital untuk latihan berkomunikasi

dalam forum diskusi kecil. Melalui media digital, siswa dapat

Page 72: Peningkatan Proses Pembelajaran Dan - Kemdikbud

64

mendiskusikan topik terkini yang dikemas dengan gaya

menarik serta sesuai dengan karakter masyarakat saat ini.

Melalui literasi digital siswa dapat membedakan cara

berkomunikasi yang tepat dan ideal dengan menggunakan

teknologi. Siswa perlu membedakan cara berkomunikasi

dengan pembimbing melalui teknologi atau ketika sedang

bertatap muka. Siswa juga perlu memperkirakan ketepatan

penggunaan teknologi untuk komunikasi. Hal ini sudah

sepantasnya menjadi kendali dalam diri siswa agar mereka

memiliki keterampilan komunikasi yang baik. Literasi digital

dibutuhkan untuk menghindari resiko akibat adanya

penyalahgunaan teknologi di kalangan siswa (Pew Research

Internet Project, 2012). Literasi digital perlu menjadi bagian

dalam diri siswa karena mereka merupakan calon penerus

bangsa. Literasi digital membantu siswa untuk

mengendalikan diri dan lebih bijak ketika berkomunikasi

melalui teknologi atau secara langsung.

3. Collaboration/kolaboratif merupakan keterampilan

bekerjasama dalam kelompok. Bertanggung jawab atas

tugas yang diperoleh dari kelompok, Menghargai

ide/gagasan yang disampaikan oleh orang lain baik secara

lisan, tertulis, maupun menggunakan media digital.

Cruickshank, Jenkins, & Metcalf (2006) mengidentifikasi

Page 73: Peningkatan Proses Pembelajaran Dan - Kemdikbud

65

kondisi-kondisi terjadinya kolaboratif, setiap individu

anggota kelompok memiliki tanggung jawab terhadap

kelompoknya, setiap anggota harus setia pada tugas

kelompok, setiap anggota tergantung satu sama lainnya.

Biemiller (1993) menyatakan bahwa pengaturan

pembelajaran yang mendorong para pebelajar

memberikan bantuan kepada yang lain dan pihak lain

menerimanya memungkinkan untuk meningkatkan adanya

saling ketergantungan.

4. Creative thinking skill (kreativitas) merupakan proses

dalam memahami sebuah masalah, mencari solusi-solusi

yang mungkin, menarik hipotesis, menguji dan

mengevaluasi, serta mengkomunikasikan hasilnya kepada

orang lain Torrance (1969). Kreativitas merupakan aktivitas

menemukan ide/gagasan kreatif untuk menghasilkan

suatu produk, mengembangkan ide/gagasan kreatif untuk

menghasilkan suatu produk, merancang ide/gagasan

secara kreatif untuk menghasilkan suatu produk,

memproduksi dan mengimplementasikan produk yang

telah diproduksi secara luas dan mengevaluasi hasil

kegiatan implementasi yang telah dilaksanakan untuk

disempurnakan (Afandi dan Sajidan, 2017). Proses hasil

kreativitas meliputi ide orisinil, cara pandang berbeda,

Page 74: Peningkatan Proses Pembelajaran Dan - Kemdikbud

66

memecahkan masalah, mengkombinasikan kembali

gagasan-gagasan atau melihat hubungan baru di antara

gagasan-gagasan tersebut. Kreativitas merupakan bagian

dari proses berpikir secara divergen yang mencakup aspek

fluency, flexibility, elaboration, dan originality (Torrance &

Safter,1990). Kreativitas menghasilkan daya cipta tinggi

dan tepat jika diterapkan untuk memperoleh solusi (Ulger,

2016; Lemon, 2011).

Kreativitas merupakan proses berpikir secara

metakognitif melalui empat tahapan yaitu: (1) persiapan

(mendefinisikan permasalahan), (2) inkubasi atau perenungan

(menganalisis permasalahan dalam beberapa waktu), (3)

illuminasi (tahap mendapatkan ide atau pemikiran baru), (4)

verifikasi (tahap mengaplikasikan ide yang ditemukan).

(Bourgeois-Bougrine dkk, 2017).

C. Karakteristik Pembelajaran SMK

Perkembangan zaman menuntut pembinaan sumber

daya manusia yang berkualitas. Daya saing Indonesia dalam

menghadapi persaingan antar negara maupun perdagangan

bebas sangat ditentukan oleh outcome dari pembinaan SDM-

nya. Salah satu upaya negara dalam pemenuhan SDM level

menengah yang berkualitas adalah pembinaan pendidikan

Page 75: Peningkatan Proses Pembelajaran Dan - Kemdikbud

67

kejuruan. Rumusan arti pendidikan kejuruan sangat bervariasi.

Menurut Rupert Evans (1978), pendidikan kejuruan adalah

bagian dari sistem pendidikan yang mempersiapkan seseorang

agar lebih mampu bekerja pada satu kelompok pekerjaan atau

satu bidang pekerjaan daripada bidang-bidang pekerjaan

lainnya. Menurut penjelasan Undang-Undang Nomor 20 Tahun

2003 Pasal 15, pendidikan kejuruan merupakan pendidikan

menengah yang mempersiapkan peserta didik terutama untuk

bekerja dalam bidang tertentu. Pendidikan kejuruan terdiri dari

Sekolah Menengah Kejuruan, dan Madrasah Aliyah Kejuruan.

Karakteristik Pendidikan Kejuruan (Djojonegoro, 1998) adalah

sebagai berikut: 1) pendidikan kejuruan diarahkan untuk

mempersiapkan peserta didik memasuki lapangan kerja, 2)

pendidikan kejuruan didasarkan atas “demand-driven”

(kebutuhan dunia kerja), 3) fokus isi pendidikan kejuruan

ditekankan pada penguasaan pengetahuan, keterampilan,

sikap dan nilai-nilai yang dibutuhkan oleh dunia kerja, 4)

penilaian yang sesungguhnya terhadap kesuksesan siswa

harus pada “hands-on” atau performa dalam dunia kerja, 5)

hubungan yang erat dengan dunia kerja merupakan kunci

sukses pendidikan kejuruan, 6) pendidikan kejuruan yang baik

adalah responsif dan antisipatif terhadap kemajuan teknologi,

7) pendidikan kejuruan lebih ditekankan pada “learning by

doing” dan “hands-on experience”, 8) pendidikan kejuruan

Page 76: Peningkatan Proses Pembelajaran Dan - Kemdikbud

68

memerlukan fasilitas yang mutakhir untuk praktik , 9)

pendidikan kejuruan memerlukan biaya investasi dan

operasional yang lebih besar daripada pendidikan umum.

Prinsip-prinsip Pendidikan Kejuruan menurut Charles

Prosser (1925) adalah sebagai berikut: 1) pendidikan kejuruan

akan efisien jika lingkungan di mana siswa dilatih merupakan

replika lingkungan di mana nanti siswa bekerja, 2) pendidikan

kejuruan akan efektif hanya dapat diberikan di mana tugas-

tugas latihan dilakukan dengan cara, alat, dan mesin yang

sama seperti yang diterapkan di tempat kerja, 3) Pendidikan

kejuruan akan efektif jika dia melatih seseorang dalam

kebiasaan berpikir dan bekerja seperti yang diperlukan dalam

pekerjaan itu sendiri, 4) Pendidikan kejuruan akan efektif jika

dia dapat memampukan setiap individu memodali minatnya,

pengetahuannya, dan keterampilannya pada tingkat yang

paling tinggi, 5) pendidikan kejuruan yang efektif untuk setiap

profesi, jabatan, atau pekerjaan hanya dapat diberikan kepada

seseorang yang memerlukannya, yang menginginkannya, dan

yang dapat untung darinya, 6) pendidikan kejuruan akan efektif

jika pengalaman latihan untuk membentuk kebiasaan kerja dan

kebiasaan berfikir yang benar diulangkan sehingga pas seperti

yang diperlukan dalam pekerjaan nantiny, 7) pendidikan

kejuruan akan efektif jika gurunya telah mempunyai

pengalaman yang sukses dalam penerapan keterampilan dan

Page 77: Peningkatan Proses Pembelajaran Dan - Kemdikbud

69

pengetahuan pada operasi dan proses kerja yang akan

dilakukan, 8) pada setiap jabatan ada kemampuan minimum

yang harus dipunyai oleh seseorang agar tetap dapat bekerja

pada jabatan tersebut, 9) pendidikan kejuruan harus

memperhatikan permintaan pasar (memperhatikan tanda-tanda

pasar kerja), 10) proses pembinaan kebiasaan yang efektif

pada siswa akan tercapai jika pelatihan diberikan pada

pekerjaan yang nyata (pengalaman sarat nilai), 11) sumber

yang dapat dipercaya untuk mengetahui isi pelatihan pada

suatu okupasi tertentu adalah dari pengalaman para ahli pada

okupasi tersebut, 12) setiap okupasi mempunyai ciri-ciri isi yang

berbeda-beda satu dengan yang lainnya, 13) pendidikan

kejuruan akan merupakan layanan sosial yang efisien jika

sesuai dengan kebutuhan seseorang yang memang

mememrlukan dan memang paling efektif jika dilakukan lewat

pengajaran kejuruan, 14) pendidikan kejuruan akan efisien jika

metode pengajaran yang digunakan dan hubungan pribadi

dengan peserta didik mempertimbangkan sifat-sifat peserta

didik tersebut, 15) administrasi pendidikan kejuruan akan

efisien jika dia luwes dan mengalir daripada kaku dan

terstandar, 16) pendidikan kejuruan memerlukan biaya tertentu

dan jika tidak terpenuhi maka pendidikan kejuruan tidak boleh

dipaksakan beroperasi.

Page 78: Peningkatan Proses Pembelajaran Dan - Kemdikbud

70

D. Tuntutan Perkembangan Pendidikan Kejuruan

Perkembangan teknologi menuntut adanya

perkembangan pula pada pendidikan kejuruan, karena saat ini

tatanan kehidupan pada umumnya dan tatanan perekonomian

pada khususnya sedang mengalami pergeseran paradigma ke

arah global. Pergeseran ini akan membuka peluang kerja sama

antar Negara semakin terbuka dan di sisi lain, persaingan antar

Negara semakin ketat. Untuk meningkatkan kemampuan

persaingan dalam perdagangan bebas, diperlukan serangkaian

kekuatan daya saing yang tangguh, antara lain kemampuan

manajemen, teknologi dan sumber daya manusia. Sumber

daya manusia merupakan sumber daya aktif yang dapat

menentukan kelangsungan hidup dan kemenangan dalam

persaingan suatu bangsa.

Pendidikan memiliki peran yang sangat strategis dalam

mewujudkan sumber daya manusia yang tangguh untuk

menghadapi persaingan bebas. Termasuk pendidikan kejuruan

yang menyiapkan peserta didik atau sumber daya manusia

yang memiliki kemampuan kerja sebagai tenaga kerja

menengah sesuai dengan tuntutan dunia usaha dan dunia

industri. Oleh karena itu sesuai dengan tuntutan perkembangan

pendidikan kejuruan, maka perlu adanya pembaharuan

pendidikan dan pelatihan kejuruan di SMK untuk masa depan.

1. Tuntutan peserta didik

Page 79: Peningkatan Proses Pembelajaran Dan - Kemdikbud

71

Pendidikan kejuruan memiliki peran untuk menyiapkan

peserta didik agar siap bekerja, baik bekerja secara mandiri

(wiraswasta) maupun mengisi lowongan pekerjaan yang

ada. SMK sebagai salah satu institusi yang menyiapkan

tenaga kerja, dituntut mampu menghasilkan lulusan

sebagaimana yang diharapkan dunia kerja. Tenaga kerja

yang dibutuhkan adalah sumber daya manusia yang

memiliki kompetensi sesuai dengan bidang pekerjaannya,

memiliki daya adaptasi dan daya saing yang tinggi. Atas

dasar itu, pengembangan kurikulum dalam rangka

penyempurnaan pendidikan menengah kejuruan harus

disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan dunia kerja.

Tuntutan peserta didik dan lulusan yang sesuai

dengan kebutuhan dunia kerja perlu dijadikan sumber

pijakan di dalam merumuskan tujuan pendidikan kejuruan.

Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) sebagai bentuk satuan

pendidikan kejuruan sebagaimana ditegaskan dalam

penjelasan Pasal 15 UU SISDIKNAS, merupakan

pendidikan menengah yang mempersiapkan peserta didik

terutama untuk bekerja dalam bidang tertentu, yang

dirumuskan dalam tujuan umum dan tujuan khusus sebagai

berikut.

Tujuan Umum :

Page 80: Peningkatan Proses Pembelajaran Dan - Kemdikbud

72

a. Meningkatkan keimanan dan ketakwaan peserta didik

kepada Tuhan Yang Maha Esa,

b. Mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi

warga Negara yang berahlak mulia, sehat, berilmu,

cakap, kreatif, mandiri, demokratis dan bertanggung

jawab,

c. Mengembangkan potensi peserta didik agar memiliki

wawasan kebangsaan, memahami dan menghargai

keanekaragaman budaya bangsa Indonesia,

d. Mengembangkan potensi peserta didik agar memiliki

kepedulian terhadap lingkungan hidup, dengan

secara aktif turut memelihara dan melestarikan

lingkungan hidup, serta memanfaatkan sumber daya

alam dengan efektif dan efisien.

Tujuan Khusus :

a. Menyiapkan peserta didik agar menjadi manusia

produktif, maupun bekerja mandiri, mengisi lowongan

pekerjaan yang ada di dunia usaha dan industri

sebagai tenaga tingkat kerja menengah, sesuai

dengan kompetensi dalam program keahlian yang

dipilihnya.

b. Menyiapkan peserta didik agar mampu memilih karir,

ulet dan gigih dalam berkompetisi, beradaptasi di

Page 81: Peningkatan Proses Pembelajaran Dan - Kemdikbud

73

lingkungan kerja, dan mengembangkan sikap

profesional dalam bidang keahlian yang diminatinya.

c. Membekali peserta didik dengan ilmu pengetahuan,

teknologi dan seni, agar mampu mengembangkan diri

di kemudian hari baik secara mandiri maupun melalui

jenjang pendidikan yang lebih tinggi,

d. Membekali peserta didik dengan kompetensi-

kompetensi sesuai dengan program keahlian yang

dipilih.

(Kurikulum SMK, 2004)

2. Tuntutan menjawab kebutuhan masyarakat

Ditinjau dari perspektif perkembangan kebutuhan

pembelajaran dan aksesibilitas duia usaha/industri,

sekurang-kurangnya tiga dimensi pokok yang menjadi

tantangan bagi SMK, baik dalam konteks regional maupun

nasional, diantaranya :

a. Implementasi program pendidikan dan pelatihan harus

berfokus pada pendayagunaan potensi sumber daya

lokal, sambil mengoptimalkan kerjasama secara intensif

dengan institusi pasangan,

b. Pelaksanaan kurikulum harus berdasarkan pendekatan

yang lebih fleksibel sesuai dengan trend perkembangan

dan kemajuan teknologi agar kompetensi yang diperoleh

Page 82: Peningkatan Proses Pembelajaran Dan - Kemdikbud

74

peserta didik selama dan sesudah mengikuti program

diklat, memiliki daya adaptasi yang tinggi,

c. Program pendidikan dan pelatihan sepenuhnya harus

berorientasi mastery learning (belajar tuntas) dengan

melibatkan peran aktif – partisipatif para stakeholders

pendidikan, termasuk optimalisasi peran Pemerintah

Daerah untuk merumuskan pemetaan kompetensi

ketenagakerjaan di daerahnya sebagai input bagi SMK

dalam penyelenggaraan diklat berkelanjutan.

Untuk mencari solusi dari tantangan tersebut di atas,

SMK sebagai salah satu lembaga penyelenggara pendidikan

dan pelatihan kejuruan harus mampu memberikan layanan

pendidikan terbaik kepada peserta didik walaupun kondisi

fasilitasnya sangat beragam. Seperti diketahui, bahwa

investasi dan pembiayaan operasional terbesar yang

dilakukan oleh pemerintah dalam pendidikan kejuruan

adalah pada sistem SMK.

3. Tuntutan pengelolaan pendidikan kejuruan

Tuntutan pengelolaan pada pendidikan kejuruan harus

sesuai dengan kebijakan link and match, yaitu perubahan

dari pola lama yang cenderung berbentuk pendidikan demi

pendidikan ke suatu yang lebih terang, jelas dan konkrit

menjadi pendidikan kejuruan sebagai program

pengembangan sumber daya manusia. Dimensi

Page 83: Peningkatan Proses Pembelajaran Dan - Kemdikbud

75

pembaharuan yang diturunkan dari kebijakan link and match,

yaitu :

a. Perubahan dari pendekatan Supply Driven ke Demand

Driven

Dengan deman driven ini mengharapkan dunia

usaha dan dunia industri atau dunia kerja lebih berperan

di dalam menentukan, mendorong dan menggerakkan

pendidikan kejuruan, karena mereka adalah pihak yang

lebih berkepentingan dari sudut kebutuhan tenaga kerja.

Dalam pelaksanaannya, dunia kerja ikut berperan serta

karena proses pendidikan itu sendiri lebih dominan dalam

menentukan kualitas tamatannya, serta dalam evaluasi

hasil pendidikan itupun dunia kerja ikut menentukan

supaya hasil pendidikan kejuruan itu terjamin dan terukur

dengan ukuran dunia kerja.

Sebagai salah satu bentuk penerapan prinsip

demand driven, maka dalam pengembangan kurikulum

SMK harus melakukan sinkronisasi kurikulum yng

direalisasikan dalam program Pendidikan Sistem Ganda

(PSG). Dengan melakukan sinkronisasi kurikulum,

penyelengaraan pembelajaran di SMK diupayakan

sedekat mungkin dengan kebutuhan dan kondisi dunia

kerja/industri, serta memiliki relevansi dan fleksibilitas

tinggi dengan tuntutan lapangan. Melalui sinkronisasi

Page 84: Peningkatan Proses Pembelajaran Dan - Kemdikbud

76

kurikulum ini, diharapkan sekolah dapat membaca

keahlian dan performansi apa yang dibutuhkan dunia

usaha atau industri untuk dapat dimasuki oleh lulusan

SMK.

b. Perubahan dari pendidikan berbasis sekolah (School

Based Program) ke sistem berbasis ganda (Dual Based

Program)

Perubahan dari pendidikan berbasis sekolah, ke

pendidikan berbasis ganda sesuai dengan kebijakan link

and match, mengharapkan supaya program pendidikan

kejuruan itu dilaksanakan di dua tempat. Sebagian

program pendidikan dilaksanakan di sekolah, yaitu teori

dan praktek dasar kejuruan, dan sebagian lainnya

dilaksanakan di dunia kerja, yaitu keterampilan produktif

yang diperoleh melalui prinsip learning by doing.

Pendidikan yang dilakukan melalui proses bekerja di

dunia kerja akan memberikan pengetahuan keterampilan

dan nilai-nilai dunia kerja yang tidak mungkin atau sulit

didapat di sekolah, antara lain pembentukan wawasan

mutu, wawasan keunggulan, wawasan pasar, wawasan

nilai tambah, dan pembentukan etos kerja.

Page 85: Peningkatan Proses Pembelajaran Dan - Kemdikbud

77

c. Perubahan dari model pengajaran yang mengajarkan

mata-mata pelajaran ke model pengajaran berbasis

kompetensi.

Perubahan ke model pengajaran ke berbasis

kompetensi, bermaksud menuntun proses pengajaran

secara langsung berorientasi pada kompetensi atau

satuan-satuan kemampuan. Pengajaran berbasis

kompetensi ini sekaligus memerlukan perubahan

kemasan kurikulum kejuruan ke dalam kemasan

berbentuk paket-paket kompetensi.

d. Perubahan dari program dasar yang sempit (Narrow

Based) ke program dasar yang mendasar, kuat dan luas

(Broad Based).

Kebijakan link and match menuntut adanya

pembaharuan, mengarah kepada pembentukan dasar

yang mendasar, kuat dan lebih luas. Sistem baru yang

berwawasan sumberdaya manusia, berwawasan mutu

dan keunggulan menganut prinsip, bahwa : tidak mungkin

membentuk sumberdaya manusia yang berkualitas dan

yang memiliki keunggulan, kalau tidak diawali dengan

pembentukan dasar yang kuat. Dalam rangka penguatan

dasar ini, maka peserta didik perlu diberi bekal dasar yang

berfungsi untuk membentuk keunggulan, sekaligus

Page 86: Peningkatan Proses Pembelajaran Dan - Kemdikbud

78

beradaptasi terhadap perkembangan IPTEK, dengan

memperkuat penguasaan matematika, IPA, Bahasa

Inggris dan Komputer. Sistem baru ini harus memberi

dasar yang lebih luas tetapi kuat dan mendasar, yang

memungkinkan seseorang tamatan SMK memiliki

kemampuan menyesuaikan diri terhadap kemungkinan

perubahan pekerjaan.

e. Perubahan dari sistem pendidikan formal yang kaku, ke

sistem yang luwes dan menganut prinsip multy entry,

multy exit.

Dengan adanya perubahan dari supply driven ke

demand driven, dari schools based program ke dual

based program, dari model pengajaran mata pelajaran ke

program berbasis kompetensi; diperlukan adanya

keluwesan yang memungkinkan pelaksanaan praktek

kerja industri dan pelaksanaan prinsip multy entry multy

exit. Prinsip ini memungkinkan peserta didik SMK yang

telah memiliki sejumlah satuan kemampuan tertentu

(karena program pengajarannya berbasis kompetensi),

mendapatkan kesempatan kerja di dunia kerja, maka

peserta didik tersebut dimungkinkan meninggalkan

sekolah. Dan kalau peserta didik tersebut ingin masuk

sekolah kembali menyelesaikan program SMK nya, maka

Page 87: Peningkatan Proses Pembelajaran Dan - Kemdikbud

79

sekolah harus membuka diri menerimanya, dan bahkan

menghargai dan mengakui keahlian yang diperoleh

peserta didik yang bersangkutan dari pengalaman

kerjanya. Di samping itu, sistem program berbasis ganda

juga memerlukan pengaturan praktek kerja di industri

sesuai dengan aturan kerja yang berlaku di industri yang

tidak sama dengan aturan kalender belajar di sekolah.

f. Perubahan dari sistem yang tidak mengakui keahlian

yang telah diperoleh sebelumnya, ke sistem yang

mengakui keahlian yang diperoleh dari mana dan dengan

cara apapun kompetensi itu diperoleh (Recognition of

prior learning).

Sistem baru pendidikan kejuruan harus mampu

memberikan pengakuan dan penghargaan terhadap

kompetensi yang dimiliki oleh seseorang. Sistem ini akan

memotivasi banyak orang yang sudah memiliki

kompetensi tertentu, misalnya dari pengalaman kerja,

berusaha mendapatkan pengakuan sebagai bekal untuk

pendidikan dan pelatihan berkelanjutan. Untuk ini SMK

perlu menyiapkan diri sehingga memiliki instrument dan

kemampuan menguji kompetensi seseorang darimana

dan dengan cara apapun kompetensi itu didapatkan.

Page 88: Peningkatan Proses Pembelajaran Dan - Kemdikbud

80

g. Perubahan dari pemisahan antara pendidikan dengan

pelatihan kejuruan, ke sistem baru yang

mengintegrasikan pendidikan dan pelatihan kejuruan

secara terpadu.

Program baru pendidikan yang mengemas

pendidikannya dalam bentuk paket-paket kompetensi

kejuruan, akan memudahkan pengakuan dan

penghargaan terhadap program pelatihan kejuruan dan

program pendidikan kejuruan. Sistem baru ini

memerlukan standarisasi kompetensi, dan kompetensi

yang terstandar itu bisa dicapai melalui program

pendidikan, program pelatihan atau bahkan dengan

pengalaman kerja yang ditunjang dengan inisiatif belajar

sendiri.

h. Perubahan dari sistem terminal ke sistem berkelanjutan.

Sistem baru tetap mengharapkan dan

mengutamakan tamatan SMK langsung bekerja, agar

segera menjadi tenaga produktif, dapat memberi return

atas investasi SMK. Sistem baru juga mengakui banyak

tamatan SMK yang potensial, dan potensi keahlian

kejuruannya akan lebih berkembang lagi setelah bekerja.

Terhadap mereka ini diberi peluang untuk melanjutkan

pendidikannya ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi

Page 89: Peningkatan Proses Pembelajaran Dan - Kemdikbud

81

(misalnya program Diploma), melalui suatu proses

artikulasi yang mengakui dan menghargai kompetensi

yang diperoleh dari SMK dan dari pengalaman kerja

sebelumnya.

Untuk mendapatkan sistem artikulasi yang efisien

diperlukan “program antara” (bridging program) guna

memantapkan kemampuan dasar tamatan SMK yang

sudah berpengalaman kerja, supaya siap melanjutkan ke

program pendidikan yang lebih tinggi.

i. Perubahan dari manajemen terpusat ke pola manajemen

mandiri (prinsip desentralisasi).

Pola baru manajemen mandiri dimaksudkan

memberi peluang kepada propinsi dan bahkan sekolah

untuk menentukan kebijakan operasional, asal tetap

mengacu kepada kebijakan nasional. Kebijakan nasioanl

dibatasi pada hal-hal yang bersifat strategis, supaya

memberi peluang bagi para pelaksana di lapangan

berimprovisasi dan melakukan inovasi. Proses

pendewasaan SMK perlu ditekankan, untuk

menumbuhkan rasa percaya diri sekolah melakukan apa

yang baik menurut sekolah, dengan prinsip akuntabilitas

(accountability) yang secara taat azas memberikan

Page 90: Peningkatan Proses Pembelajaran Dan - Kemdikbud

82

penghargaan kepada mereka yang pantas dihargai, dan

menindak mereka yang pantas ditindak.

j. Perubahan dari ketergantungan sepenuhnya dari

pembiayaan pemerintah pusat, ke swadana dengan

subsidi pemerintah pusat.

Sejalan dengan prinsip demand driven, dual based

program, pendewasaan manajemen sekolah, dan

pengembangan unit produksi sekolah, sistem baru diharapkan

dapat mendorong pertumbuhan swadana pada SMK, dan posisi

lokasi dana dari pemerintah pusat bersifat membantu atau

subsidi. Sistem ini juga diharapkan mampu mendorong SMK

berpikir dan berperilaku ekonomis.

Page 91: Peningkatan Proses Pembelajaran Dan - Kemdikbud

83

BAB III

PEMBELAJARAN ABAD 21 DI SMK

Kehadiran Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) dengan

konsep utama menciptakan ASEAN sebagai sebuah pasar tunggal

dan kesatuan basis produksi, merupakan salah satu tantangan

sekaligus menjadi peluang bagi Indonesia. Kunci utama untuk

Page 92: Peningkatan Proses Pembelajaran Dan - Kemdikbud

84

menjadikan peluang menjadi suatu keuntungan adalah

mempersiapkan sumber daya manusia yang mempunyai daya

saing secara global. Kesiapan tersebut diukur dari kompetensi

yang dimiliki masyarakat Indonesia untuk mampu bersaing di era

revolusi industri 4.0 dengan segala teknologi desruptif yang

menyertainya, baik kompetensi yang bersifat hard skill dan soft

skill.

Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) sebagai lembaga

pendidikan menengah yang mencetak lulusan siap kerja, tentunya

mempunyai tanggung jawab yang besar untuk membekali siswa

sehingga mempunyai daya saing dalam menghadapi era MEA dan

mengantisipasi datangnya gelombang revolusi industri 4.0. Upaya

pemerintah menempatkan SMK pada tempat yang penting untuk

bisa memenuhi kebutuhan tenaga kerja terdidik/terampil yang

kompeten pada bidangnya telah dilakukan melalui program

Revitalisasi SMK yang diharapkan mampu memberikan dampak

positif terhadap peningkatan mutu SMK.

Inovasi dalam pembelajaran merupakan salah satu dari

enam isu strategis yang menjadi prioritas revitalisasi SMK,

disamping revitalisasi kurikulum, pendidik dan tenaga

kependidikan, sarana dan prasarana, kerjasama, tata kelola

kelembagaan. Inovasi dalam pembelajaran diharapkan mampu

mengoptimalkan proses pembelajaran termasuk sistem

penilainnya, yang ditandai dengan peningkatan kualitas lulusan

Page 93: Peningkatan Proses Pembelajaran Dan - Kemdikbud

85

SMK yang mempunyai kompetensi sesuai dengan kebutuhan

pasar kerja di era revolusi industri 4.0.

Untuk menjawab tuntutan kompetensi di era revolusi industri

4.0, pembelajaran abad 21 dapat menjadi pilihan untuk

diimplentasikan dalam inovasi pembelajaran di SMK.

Pembelajaran abad 21 merupakan pembelajaran yang

mempersiapkan generasi abad 21 dimana kemajuan teknologi

yang berkembangbegitu cepat memiliki pengaruh terhadap

berbagai aspek kehidupan termasuk pada proses belajar

mengajar. Pembelajaran abad 21 memiliki karakteristik 4C, yaitu:

Communication, Collaboration, Critical Thinking and Problem

solving, Creativity and Innovation. Dukungan kurikulum terupdate,

tenaga pendidik yang hebat, sarana dan prasarana yang

memadai, serta tata kelola sekolah yang baik menjadi kunci

keberhasilan implementasi pembelajaran abad 21.

Gambar 3.1. Profil Inovasi Pembelajaran di SMK

Page 94: Peningkatan Proses Pembelajaran Dan - Kemdikbud

86

Berkaitan dengan inovasi pembelajaran abad 21 di SMK

untuk meningkatkan kualitas lulusan SMK yang mempunyai

kompetensi sesuai dengan kebutuhan pasar kerja di era revolusi

industri 4.0, aspek penting yang menjadi fokus tulisan ini adalah:

1. Alisis profil kecakapan abad 21 yang diperlukan lulusan

SMK dalam menghadapai tantangan era revolusi industri

4.0;

2. Alisis inovasi pembelajaran dari berbagai SMK rujukan

sebagai implementasi dari pembelajaran abad 21;

3. Analisis profil faktor pendukung yang spesifik untuk

penyelarasan kompetensi yang diperlukan dalam

pembelajaran abad 21, yaitu: kurikulum, kompetensi guru,

sarana prasarana, dan tata kelola kelembagaan;

4. strategi untuk optimalisasi proses pembelajaran dan

penilian di SMK yang mengacu pada pembelajaran abad

21.

A. Profil Pembelajaran abad 21 di SMK

Hasil kajian Sajidan dkk (2018) tentang implementasi dan

analisis kebutuhan untuk optimalnya pembelajaran abad 21 di 29

SMK yang tersebar di 8 provinsi, yaitu : Batam, DIY, DKI, Jateng,

Jatim, Kaltim, Sulsel, dan Sumsel. Hasil agregasi tentang profil

Page 95: Peningkatan Proses Pembelajaran Dan - Kemdikbud

87

SMK terkait pembelajaran abad 21 disajikan berdasarkan

Standar Nasional Pendidikan.

1. Standar Isi dan Standar Kompetensi Lulusan

Standar isi merupakan ruang lingkup materi dan tingkat

kompetensi yang dituangkan dalam kriteria tentang

kompetensi lulusan, bahan kajian, mata pelajaran, dan

silabus pembelajaran. Untuk dapat menjawab tantangan

global di era revolusi industri 4.0, lulusan SMK harus

mempunyai nilai PLUS. Korelasinya muatan kurikulum juga

harusnya mempunyai nilai PLUS, khususnya

mengakomodasi kecakapan abad 21. Berdasarkan data dari

sekolah, muatan isi kurikulum dengan memperhatikan nilai

plus untuk masing-masing SMK disajikan pada gambar 3.2.

Gambar 3.2 Muatan Isi Kurikulum SMK

Page 96: Peningkatan Proses Pembelajaran Dan - Kemdikbud

88

Gambar 3.2 memperlihatkan bahwa muatan isi

kurikulum sebagian besar SMK untuk mengakomodasi

kecakapan abad 21 masih dalam kategori standar dengan

asumsi bahwa:

a. Keterampilan yang dikembangkan oleh sebagian besar

SMK masih sesuai standar nasional, akan tetapi

beberapa SMK telah mempunyai nilai plus dalam

mengakomodasi kecakapan abad 21, misalnya Creativity

and Innovation dengan mengakomodasi kearifan lokal

dan kebutuhan pasar kerja.

b. Kepemimpinan lebih banyak terakomodasi pada

organisasi siswa maupun kegiatan ekskul (Pramuka,

pecinta alam, paskibraka, dll), beberapa SMK sudah

mengintegrasikan jiwa kepemimpinan dalam setiap mata

pelajaran dengan memberikan tanggung jawab yang

terstruktur.

c. Jiwa kewirausahaan diakomodasi sebagian besar SMK

dengan membentuk kelas industri untuk masing-masing

bidang keahlian. Beberapa SMK sudah merumuskan

muatan kurikulum untuk memotivasi jiwa kewirausahaan

siswa yang terintegrasi pada setiap mapel.

d. Bahasa asing (khususnya bahasa inggris), belum

menjadi prioritas sebagian besar SMK sehingga hanya

merumuskan muatan standar mapel bahasa inggris.

Page 97: Peningkatan Proses Pembelajaran Dan - Kemdikbud

89

Beberapa SMK sudah membuat modifikasi muatan

mapel bahasa inggris dengan merumuskan english for

vacation. Selain itu kebijakan bilingual untuk beberapa

mapel juga sangat membantu meningkatkan penguasaan

bahasa inggris siswa.

e. Semua SMK sudah bermitra dengan DUDI, akan tetapi

Keterlibatan DUDI sebagian besar dalam kaitan dengan

prakerin maupun penenpatan tenaga kerja. Sementara

hanya beberapa SMK yang benar-benar melibatkan

DUDI dalam perumusan muatan kurikulum.

2. Standar Proses dan Standar Penilaian

Standar proses adalah standar nasional pendidikan

yang berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran pada satu

satuan pendidikan untuk mencapai standar kompetensi

lulusan. Pada standar ini, bagaimana guru mempersiapkan,

melaksanakan, dan melakukan evaluasi pembelajaran,

sehingga proses pembelajaran dapat berjalan dengan

optimal. Berdasarkan data dari sekolah sampel, proses

pembelajaran dengan mempunyai nilai plus SMK secara

umum disajikan dalam Gambar 3.3.

Page 98: Peningkatan Proses Pembelajaran Dan - Kemdikbud

90

Gambar 3.3 Perencanaan Pembelajaran di SMK

Gambar 3.3, terlihat bahwa penyusunan RPP di SMK

tempat kajian masih dalam kategori standar. Beberapa

sekolah mempunyai nilai lebih dalam penyusunan rencana

pelaksanaan pembelajaran. Hasil analisis pada RPP sebagai

berikut:

a. Hampir Semua guru di sekolah sampel telah membuat

RPP untuk optimalnya pembelajaran, ironisnya teknik

pembuatan masih bersifat individu. Hanya sebagian kecil

yang mendisain RPP secara kolaboratif (mapel atau

bidang keahlian) dan berkolaborasi dengan DUDI.

b. Belum optimalnya keberadaan MGMP sebagai wadah

“kelompok guru mapel atau bidang keahlian”, sehingga

Page 99: Peningkatan Proses Pembelajaran Dan - Kemdikbud

91

update RPP yang semestinya secara periodik belum

terlaksanana dengan baik.

c. Kepala Sekolah sebagian besar SMK sudah melakukan

supervisi tentang keberadaan RPP masing-masing guru.

Akan tetapi masih sebatas tersedianya dokumen, belum

sampai pada supervise yang terkait dengan substansi

maupun teknik perumusannya RPP.

d. Sebagian besar RPP yang dibuat sudah menerapkan

pembelajaran abad 21 dengan menerapkan 4C, akan

tetapi masih normatif belum tergambar spesifik nilai plus

dari penerapan 4C, misalnya tentang: Critical Thinking

and Problem Solving , Creativity and Innovation.

Hasil Kajian tentang implementasi RPP dalam pembelajaran

disajikan pada gambar 3.4.

Gambar 3.4 Pelaksanaan Pembelajaran di SMK

Page 100: Peningkatan Proses Pembelajaran Dan - Kemdikbud

92

Gambar 3.4 diperlihatkan bahwa pelaksanaan

pembelajaran di sebagian sekolah sampel telah menerapkan

pembelajaran abad 21. Berikut merupakan hasil analisis pada

pelaksanaan pembelajaran untuk sekolah sampel yang

dinarasikan secara garis besar.

a. Pelaksananaan pembelajaran sudah

mengimplementasikan pembelajaran inovatif dan

interaktif dengan memanfaatkan teknologi informasi dan

melalui berbagai media dan sumber belajar. Sayangnya,

media dan sumber belajar kurang ter-update sesuai

kebutuhan pasar kerja di era revolusi industri 4.0.

b. Belum optimalnya pemanfaatan lingkungan dalam proses

pembelajaran. Pembelajaran masih dominan di sekolah

dengan media atau sarpras yang sebagian kurang sesuai

dengan kondisi di DUDI.

c. Belum optimalnya team teaching dalam pelaksanaan

pembelajaran, khususnya dalam mengoptimalkan

keterlibatan DUDI dalam proses pembelajaran.

d. Pelaksanaan pembelajaran sudah mengimplementasi-

kan pembelajaran abad 21, akan tetapi masih normatif

belum tergambar spesifik nilai plus dari penerapan 4C,

misalnya :

1) Communication

Page 101: Peningkatan Proses Pembelajaran Dan - Kemdikbud

93

Siswa hendaknya diberi kesempatan untuk

mengemukakan pendapatnya dalam proses belajar

mengajar, sehingga siswa dapat mengkonstruk

pengetahuannya sendiri melalui komunikasi dan

pengalaman yang dia alami.

2) Collaboration

Pada proses pembelajaran guru hendaknya

merancang situasi dimana siswa dapat belajar secara

team work, sehingga akan tercipta suasana

demokratis, dan siswa akan belajar tentang kerjasama

tim, kepemimpinan, ketaatan pada otoritas, dan

fleksibelitas dalam lingkungan kerja.

3) Critical Thinking and Problem Solving

Proses pembelajaran hendaknya membuat

siswa dapat berpikir kritis dengan permasalahan pada

level HOTS dan menghubungkan pembelajaran

dengan masalah-masalah konstektual yang ada

dalam kehidupan sehari-hari. Kedekatan dengan

situasi yang real yang dialami oleh siswa ini akan

membuat siswa menyadari pentingnya pembelajaran

tersebut sehingga siswa akan menggunakan

kemampuan yang diperolehnya untuk menyelesaikan

permasalahan-permasalahan yang dihadapinya.

Page 102: Peningkatan Proses Pembelajaran Dan - Kemdikbud

94

4) Creativity and Innovation

Dalam proses pembelajaran, guru hendaknya

menjadi fasilitator dan membuka ruang bagi

siswa untuk mengembangkan kreativitas dan

inovasinya. Peran guru hanya sebagai fasilitator dapat

diawali dengan membuka ide untuk krestifitas inovasi

berbasis kearifan lokal dan kebutuhan pasar kerja.

Hasil Kajian tentang implementasi RPP dalam

penilaian pembelajaran disajikan pada gambar 3.5.

Gambar 3.5 Penilaian Pembelajaran di SMK

Sekolah sampel telah mengimplementasikan

pembelajaran abad 21. Hasil analisis Gambar 3.5, terlihat

Page 103: Peningkatan Proses Pembelajaran Dan - Kemdikbud

95

bahwa penilaian pembelajaran secara garis besar sebagai

berikut:

a. Sebagian guru sudah mengembangkan instrumen

penilaian yang sesuai dengan pembelajaran abad 21,

yaitu : AFL dan HOTS.

b. Pembuatan instrumen penilain dilakukan oleh individu

atau kelompok mapel, tetapi kurang mengoptimalkan

keterlibatan DUDI.

c. Kepala Sekolah sebagian besar SMK sudah melakukan

supervisi tentang penilaian setiap mapel. Akan tetapi

masih sebatas tersedianya instrumen, belum sampai

monitoring mengenai substansi maupun stratetegi

pengembangan instrument.

d. Hasil penilaian lebih banyak didominasi untuk

kepentingan melihat ketercapaian kompetensi.

Sementara beberapa sekolah sudah membuat kebijakan

dalam memanfaatkan hasil penilaian untuk pemetaan

dan tindak lanjut pembelajaran.

3. Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan

Standar pendidik dan tenaga kependidikan adalah

kriteria ketercukupan maupun kelayakan kualifikasi akademik

dan kompetensi sebagai agen pembelajaran untuk

Page 104: Peningkatan Proses Pembelajaran Dan - Kemdikbud

96

mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Secara kuantitas

sebenarnya jumlah guru SMK cukup memadai untuk

melaksanakan proses pembelajaran dengan optimal, kecuali

beberapa daerah memang masih kekurangan guru produktif.

Pemasalahan yang muncul justru mengenai faktor

kualitas/profesionalisme guru SMK. Berdasarkan data dari

sekolah sampel, profil pendidik dengan memperhatikan

kualitas kecakapan abad 21, disajikan dalam gambar berikut:

Gambar 3.6 Profil Pendidik SMK

Optimalisasi pelaksanaan pembelajaran abad 21 di

SMK, diperlukan guru profesional PLUS. Nilai plus untuk guru

profesional dicapai ketika guru mempunyai kompetensi umum

seorang guru yang mencakup kompetensi : pedagogik,

kepribadian, profesional,dan sosial, ditambah beberapa

Page 105: Peningkatan Proses Pembelajaran Dan - Kemdikbud

97

kompetensi plus yang perlu dimiliki oleh guru SMK dalam

menunjang optimalnya pembelajaran abad 21, yaitu :life-long

learner, kreatif dan inovatif, mengoptimalkan teknologi,

reflektif, kolaboratif, menerapkan student centered, dan

menerapkan pendekatan diferensiasi.

Kompetensi plus lainnya untuk menunjang optimalnya

pembelajaran abad 21, sebagaimana diungkapan oleh

Gottfried Leibbrandt (1999) antara lain:

a. Menguasai bahasa asing (misalnya, bahasa inggris).

b. Memiliki kemampuan menajemen berdasar

enterpreuneurship (wirausaha).

c. Memiliki kemampuan untuk mengekspresikan ide-ide

secara jelas dan ringkas, baik dalam bentuk lisan maupun

tulisan.

d. Memilki kemampuan dalam menggunakan atau

mengakses “Information Technology System”.

e. Mempunyai pengalaman sukses (khususnya guru

produktif) dalam penerapan pengetahuan dan

keterampilan.

Memperhatikan Gambar 4.5, terlihat bahwa sebagian

besar guru SMK masih dalam kategori standar untuk

kecakapan dalam menunjang pelaksanaan pembelajaran

abad 21. Karakter kecakapan abad 21 untuk sebagian besar

Page 106: Peningkatan Proses Pembelajaran Dan - Kemdikbud

98

guru SMK masih perlu ditingkatkan, khususnya dalam meng-

upgradeterus pengetahuan dan keterampilannya.

Sementara itu penguasaan bahasa asing, khususnya

bahasa inggris guru SMK belum sesuai yang diharapkan.

Guru masih belum terbiasa melaksanaan pembelajaran

dengan bilingual, apalagi sampai membuat bahan ajar

maupun media pmbelajaran dengan bilingual. Sedangkan

keterampilan pedadogik sebagai keterampilan mendasar

yang harus dipahami guru SMK dalam proses pembelajaran

juga masih dalam kategori standar.

Penguasaan IT guru SMK dalam menunjang

pembelajaran abad 21 sebagian sudah mempunyai nilai plus,

dimana mereka meng-upgrade terus pengetahuan dan

keterampilannya dalam bidang IT sesuai dengan

perkembangan ilmu dan teknologi. Selain itu, belum

optimalnya pengalaman sukses guru (khususnya guru

produktif) dalam penerapan pengetahuan dan keterampilan.

4. Standar Sarana dan Prasarana

Standar sarana dan prasarana (sarpras) berkaitan

dengan kriteria minimal ketercukupan dan kelayakan tempat

dan fasilitas penunjang proses pembelajaran. Berdasarkan

data dari sekolah sampel, sarpras yang mendukung

optimalisasi pembelajaran abad 21 untuk masing-masing

SMK, disajikan dalam gambar berikut:

Page 107: Peningkatan Proses Pembelajaran Dan - Kemdikbud

99

Gambar 3.7 Kondisi Sarana dan Prasarana di SMK

Memperhatikan Gambar 3.7, terlihat bahwa kondisi

sarpras penunjang proses pembelajaran abad 21 di sekolah

sampel yang cukup heterogen. Beberapa sekolah memang

cukup baik kondisi, akan tetapi sebagian sekolah lain masih

kurang memadai baik dari segi kecukupan maupun

kelayakan.

Untuk optimalisasi pembelajaran abad 21 di SMK,

diperlukan daya dukung sarpras yang memadai. Upaya

mewujudkan sarpras yang memadai dari segi kecukupan dan

kelayakan diperlukan sinergi antara sekolah, pemerintah,

masyarakat dan DUDI. Standar sarpras pendidikan telah

diatur dalam PP No.32 tahun 2013 yang menjelaskan kriteria

mengenai sarana dan prasarana sebagai penunjang proses

pembelajaran.

Untuk menciptakan proses pembelajaran yang optimal

sebagaimana dijelaskan pada standar proses, tentunya

Page 108: Peningkatan Proses Pembelajaran Dan - Kemdikbud

100

diperlukan dukungan sarpras yang standar plus, sebagai

berikut:

a. Ruang Kelas merupakan sarpras pertama yang perlu

dilihat, karena sebagian besar proses pembelajaran

dilakukan disini. Kecukupan dan kenyamana standar

menjadi prioritas dari ruang ini. Nilai plus dari sarpras ini

ketika setiap kelas terpasang LCD permanen, adanya

hotspot dengan kecepatan memadai, tempat media

pembelajaran, dan perpustakaan mini.

b. Laboratorium/bengkel kerja merupakan tempat riset

ilmiah, eksperimen, penyelidikan maupun pembuktian

kajian ilmiah, sehingga pengawal terdepan dari proses

pembelajaran. Kecukupan, kenyamana dan keamanan

standar menjadi prioritas dari ruang ini. Nilai plus tempat

ini ketika setiap laboratorium/bengkel kerja mempunyai

peralatan dan fasilitas yang terupdate sesuai tuntutan

perkembangan ilmu dan teknologi, misalnya :

laboratorium komputer dengan hardware dengan

software terkini, bengkel kerja dengan peralatan/fasilitas

yang sama dengan DUDI. Jika memungkinkan sekolah

menciptakan laboratorium super plus, sehingga sekolah

dapat menjadi laboratorium dari DUDI, bukan sebaliknya.

c. Perpustakaan menjadi tempat yang sangat strategis bagi

siswa untuk mencari sumber belajar. Sama seperti pada

Page 109: Peningkatan Proses Pembelajaran Dan - Kemdikbud

101

ruang kelas, kecukupan dan kenyamanan standar

menjadi prioritas dari ruang ini. Nilai plus dari keberadaan

perpustakaan ketika koleksi referensi selalu terupdate

secara periodik berdasarkan perkembangan ilmu dan

teknologi. Selain itu, semestinya perpustakaan

mempunyai sumber belajar (misalnya: buku, jurnal,

modul dll) yang dapat diakses secara online oleh semua

ekosistem sekolah.

d. Teknologi informasi dan Komunikasi merupakan

jembatan antar semua lini dalam upaya mengoptimalkan

proses pembelajaran. Oleh karena itu dibutuhkan

jaringan internet dengan kecepatan yang cukup memadai

dan menempatkan hotspot pada tempat-tempat strategis

di sekolah.

5. Standar Pengelolaan

Standar pengelolaan berkaitan dengan perencanaan,

pelaksanaan, dan pengawasan kegiatan pendidikan pada

tingkat satuan pendidikan, kabupaten/kota, provinsi, atau

nasional agar tercapai efisiensi dan efektivitas

penyelenggaraan pendidikan. Perincinaan umum tentang

standar pengelolaan pendidikan tertuang dalan PP Nomor 19

Tahun 2005 Bab VIII. Berdasarkan data dari sekolah sampel,

pengelolaan yang mendukung optimalisasi pembelajaran

Page 110: Peningkatan Proses Pembelajaran Dan - Kemdikbud

102

abad 21 untuk masing-masing SMK, disajikan dalam gambar

berikut :

Gambar 3.8 Pengelolaan sekolah di SMK

Secara umum nilai plus dari standar pengelolaan pada

satuan pendidikan sedemikan sehingga SMK mampu

menerapkan pembelajaran abad 21 yang optimal, antara lain:

a. Hampir semua SMK mempunyai standar mutu sekolah

yang baik dalam proses pembelajaran, kualifikasi tenaga

PTK, kompetensi lulusan, sarana prasarana dll.

Sayangnya sebagian besar belum mengupdate standar

mutu tersebut yang disesuaikan dengan perkembangan

ilmu, teknologi, dan pasar kerja di era revolusi industri

4.0.

Page 111: Peningkatan Proses Pembelajaran Dan - Kemdikbud

103

b. Manajemen sekolah sebagian besar SMK sudah

melakukan pengawasan tentang proses pembelajaran

setiap mapel. Akan tetapi masih sebatas tersedianya

dokumen, belum sampai monitoring mengenai teknik

perumusannya, substansi maupun pelaksanaannya.

c. Semua SMK sudah bermitra dengan DUDI, akan tetapi

Keterlibatan DUDI sebagian besar dalam kaitan dengan

prakerin maupun penenpatan tenaga kerja. Sementara

hanya beberapa SMK yang benar-benar melibatkan

DUDI dalam perumusan muatan kurikulum, maupun

dalam proses pembelajaran.

d. Management sekolah perlu mendorong dan memfasilitasi

guru dan tenaga kependidikan dalam meningkatkan

kompetensi, keterampilan dan profesionalismenya,

sesuai dengan tutuntan global, misalnya pelatihan

bahasa inggris, pelatihan pemanfaatan teknologi

informasi, dan pelatihan guru produktif di perusahaan.

6. Standar Pembiayaan

Standar pembiayaan mengatur komponen dan

besarnya biaya operasional satuan pendidikan yang berlaku

selama satu tahun. Biaya operasional diperlukan untuk

membiayai kegiatan operasional satuan pendidikan agar

dapat berlangsungnya kegiatan pendidikan yang sesuai

Page 112: Peningkatan Proses Pembelajaran Dan - Kemdikbud

104

standar nasional pendidikan secara teratur dan berkelanjutan.

Salah satu indikator penting dalam pengelolaan keuangan

sekolah adalah penyusunan anggaran dilakukan dengan

transparan, efisien dan akuntabel.

Untuk mewujudkan sekolah dengan nilai plus dalam

menunjang pelaksanaan pembelajaran abad 21

sebagaimana diuraikan standar sebelumnya, khususnya

dalam standar proses, peningkatan kualitas pendidik dan

tenaga kependidikan, penyediaan sarana prasarana yang

memadai untuk optimalisasi pembelajaran abad 21.

B. Strategi Optimalisasi Pembelajaran Abad 21 di SMK

Pembelajaran abad 21 secara sederhana diartikan

sebagai pembelajaran yang memberikan kecakapan abad 21

kepada peserta didik, yaitu 4C yang meliputi: (1) Communication

(2) Collaboration, (3) Critical Thinking and problem solving, dan

(4) Creative and Innovative. Berdasarkan Taksonomi Bloom

yang telah direvisi oleh Krathwoll dan Anderson, kemampuan

yang perlu dicapai siswa bukan hanya LOTS (Lower Order

Thinking Skills) yaitu C1 (mengetahui) dan C-2 (memahami),

MOTS (Middle Order Thinking Skills) yaitu C3 (mengaplikasikan)

dan C-4 (mengalisis), tetapi juga harus ada peningkatan sampai

HOTS (Higher Order Thinking Skills), yaitu C-5 (mengevaluasi),

dan C-6 (mengkreasi). Dalam konteks tersebut, dari temuan-

Page 113: Peningkatan Proses Pembelajaran Dan - Kemdikbud

105

temuan penelitian dapat dikembangkan strategi optimalisasi

pembelajaran abad 21 di SMK sebagai berikut :

1. Standar Isi dan Standar Kompetensi Lulusan

Pada aspek standar isi dan standar kompetensi

lulusan, temuan lapangan menunjukkan bahwa

ketercapaian 6 indikator, yaitu ketrampilan, kepemimpinan,

kewirausahaan, bahasa asing, mitra DU-DI, demikian juga

kearifan lokal pada sebagian besar sekolah masih dalam

kategori standar. Selaras dengan Permendikbud nomor 21

tahun 2016 tentang Standar Isi Pendidikan Dasar dan

Menengah, tingkat kompetensi pada ranah keterampilan

untuk siswa SMK perlu diarahkan sampai tataran kinerja

siswa yang menunjukkan keterampilan menalar, mengolah,

dan menyaji secara: a) efektif; b) kreatif; c) produktif; d) kritis;

e) mandiri; f) kolaboratif; g) komunikatif; dan h) solutif.

Taksonomi yang dikembangkan oleh Bloom sekitar 50

tahun yang lalu (unrevisied vesion) hanya memuat satu

dimensi pengetahuan saja, yaitu proses kognitif, yang terdiri

dari Pengetahuan, Pemahaman, Aplikasi, Analisis, Sintesis,

dan Evaluasi. Sedangkan pada taksonomi Bloom revisi yang

dikembangkan oleh Anderson (2001) memuat dua dimensi

pengetahuan, yaitu dimensi proses kognitif dan dimensi

pengetahuan. Dimensi proses kognitif terdiri dari Mengingat,

Memahami, Mengaplikasi, Menganalisis, Mengevaluasi, dan

Page 114: Peningkatan Proses Pembelajaran Dan - Kemdikbud

106

Mencipta. Sementara dimensi pengetahuan terdiri dari

Pengetahuan Faktual, Pengetahuan Konseptual,

Pengetahuan Prosedural, dan Pengetahuan Metakognitif.

Interelasi kedua dimensi ini kemudian disebut dengan

taksonomi Anderson.

Tabel 3.1. Kategori Proses Kognitif dan Dimensi

Pengetahuan

Enam proses kognitif yang terdapat dalam taksonomi

Anderson dapat dikembangkan oleh guru SMK untuk

merumuskan tujuan pembelajaran berbasis Higher order

thinking skills (HOTs). Deskripsi kategori-kategori dalam

dimensi proses kognitif yang dapat dikembangkan oleh

guru-guru SMK yakni:

Page 115: Peningkatan Proses Pembelajaran Dan - Kemdikbud

107

a. Mengingat

Mengingat merupakan menarik kembali informasi

yang tersimpan dalam memori jangka panjang.

Mengingat merupakan proses kognitif yang paling

rendah tingkatannya. Untuk mengkondisikan agar

“mengingat” bisa menjadi bagian belajar bermakna,

tugas mengingat hendaknya selalu dikaitkan dengan

aspek yang lebih luas dan bukan sebagai suatu yang

lepas dan terisolasi. Kategori ini mencakup dua macam

proses kognitif: mengenali (recognizing) dan mengingat

(recalling).

1.1 Mengenali (Recognizing): mencakup proses kognitif

untuk menarik kembali informasi yang tersimpan dalam

memori jangka panjang agar dapat membandingkan

dengan informasi yang baru.

1.2 Mengingat (Recalling): menarik kembali informasi

yang tersimpan dalam memori jangka panjang dengan

menggunakan petunjuk yang ada.

b. Memahami

Mengkonstruk makna atau pengertian

berdasarkan pengetahuan awal yang dimiliki, atau

mengintegrasikan pengetahuan yang baru ke dalam

skema yang telah ada dalam pemikiran siswa. Kategori

Page 116: Peningkatan Proses Pembelajaran Dan - Kemdikbud

108

memahami mencakup tujuh proses kognitif:

menafsirkan (interpreting), memberikan contoh

(exemplifying), mengkelasifikasikan (classifying),

meringkas (summarizing), menarik inferensi (inferring),

membandingkan (comparing), dan menjelaskan

(explaining).

2.1 Menafsirkan (Interpreting): Menafsirkan dapat

dengan mengubah dari satu bentuk informasi ke bentuk

informasi yang lainnya, misalnya dari dari kata-kata ke

grafik atau gambar, atau sebaliknya, dari kata-kata ke

angka, atau sebaliknya, maupun dari kata-kata ke kata-

kata, misalnya meringkas atau membuat parafrase.

Contoh: Membuat grafik berdasarkan data percobaan.

2.2 Memberikan contoh (Exemplifying): Memberikan

contoh menuntut kemampuan mengidentifikasi ciri khas

suatu konsep dan selanjutnya menggunakan

ciri tersebut untuk membuat contoh. Contoh: Siswa

dapat memberikan contoh benda-benda yang

mengalami perlambatan.

2.3 Mengklasifikasikan (Classifying): Mengenali bahwa

sesuatu (benda atau fenomena) masuk dalam kategori

tertentu. Termasuk dalam kemampuan

mengkelasifikasikan adalah mengenali ciri-ciri yang

dimiliki suatu benda atau fenomena. Contoh: pada saat

Page 117: Peningkatan Proses Pembelajaran Dan - Kemdikbud

109

disajikan beberapa grafik kinematika, siswa diminta

menentukan jenis gerak yang sesuai.

2.4 Meringkas (Summarizing): membuat suatu

pernyataan yang mewakili seluruh informasi atau

membuat suatu abstrak dari sebuat tulisan. Meringkas

menuntut siswa untuk memilih inti dari suatu informasi

dan meringkasnya. Contoh: Meringkas sebuah laporan

penelitian terbaru mengenai hukum kekekalan energi

mekanik.

2.5 Menarik inferensi (Inferring): menemukan suatu

pola dari sederetan contoh atau fakta. Contoh:

memprediksikan perkembangan suatu populasi dalam

sebuah komunitas berdasarkan data perkembangan

populasi selama 10 tahun terakhir.

2.6 Membandingkan (Comparing) : mendeteksi

persamaan dan perbedaan yang dimiliki dua obyek atau

lebih. Contoh: membandingkan Gerak Lurus Beraturan

(GLB) dan Gerak Melingkar Beraturan (GMB).

2.7 Menjelaskan (Explaining): mengkonstruk dan

menggunakan model sebab-akibat dalam suatu system.

Contoh: menjelaskan penggunaan lampu pijar pada

siang hari akan mengurasi efisiensi energi.

Page 118: Peningkatan Proses Pembelajaran Dan - Kemdikbud

110

c. Mengaplikasikan

Mengaplikasikan mencakup penggunaan suatu

prosedur guna menyelesaikan masalah atau

mengerjakan tugas. Oleh karena itu mengaplikasikan

berkaitan erat dengan pengetahuan prosedural. Namun

tidak berarti bahwa kategori ini hanya sesuai untuk

pengetahuan prosedural saja. Kategori ini mencakup

dua macam proses kognitif: menjalankan (executing)

dan mengimplementasikan (implementing).

3.1 Menjalankan (Executing): menjalankan suatu

prosedur rutin yang telah dipelajari sebelumnya.

Langkah-langkah yang diperlukan sudah tertentu dan

juga dalam urutan tertentu. Apabila langkah-langkah

tersebut benar, maka hasilnya sudah tertentu pula.

3.2 Mengimplementasikan (Implementing): memilih dan

menggunakan prosedur yang sesuai untuk

menyelesaikan tugas yang baru.

d. Menganalisis

Mengalisis dapat berupa menguraikan suatu

permasalahan atau obyek ke unsur-unsurnya dan

menentukan bagaimana saling keterkaitan antar unsur-

unsur tersebut. Ada tiga macam proses kognitif yang

tercakup dalam menganalisis: menguraikan

Page 119: Peningkatan Proses Pembelajaran Dan - Kemdikbud

111

(differentiating), mengorganisir (organizing), dan

menemukan pesan tersirat (attributting).

4.1 Menguraikan (differentiating): menguraikan suatu

struktur dalam bagian-bagian berdasarkan relevansi,

fungsi dan penting tidaknya. Contoh: Siswa dapat

menguraikan komponen-komponen gaya yang bekerja

pada sebuah balok yang berada pada bidang miring.

4.2 Mengorganisir (organizing): mengidentifikasi unsur-

unsur suatu keadaan dan mengenali bagaimana unsur-

unsur tersebut terkait satu sama lain untuk membentuk

suatu struktur yang padu.

4.3 Menemukan pesan tersirat (attributting): -

menemukan sudut pandang, bias, dan tujuan dari suatu

bentuk komunikasi.

e. Mengevaluasi

Membuat suatu pertimbangan berdasarkan

kriteria dan standar yang ada. Ada dua macam proses

kognitif yang tercakup dalam kategori ini: memeriksa

(checking) dan mengritik (critiquing).

5.1 Memeriksa (Checking): Menguji konsistensi atau

kekurangan suatu karya berdasarkan kriteria internal

(kriteria yang melekat dengan sifat produk tersebut).

Page 120: Peningkatan Proses Pembelajaran Dan - Kemdikbud

112

Contoh: Memeriksa apakah kesimpulan yang ditarik

telah sesuai dengan data yang ada.

5.2 Mengritik (Critiquing): menilai suatu karya baik

kelebihan maupun kekurangannya, berdasarkan kriteria

eksternal. Contoh: menilai apakah rumusan hipotesis

sesuai atau tidak (sesuai atau tidaknya rumusan

hipotesis dipengaruhi oleh pengetahuan dan cara

pandang penilai).

f. Mencipta

Menggabungkan beberapa unsur menjadi suatu

bentuk kesatuan. Ada tiga macam proses kognitif yang

tergolong dalam kategori ini, yaitu: membuat

(generating), merencanakan (planning), dan

memproduksi (producing).

6.1 Membuat (Generating): menguraikan suatu

masalah sehingga dapat dirumuskan berbagai

kemungkinan hipotesis yang mengarah pada

pemecahan masalah tersebut. Contoh: merumuskan

hipotesis untuk memecahkan permasalahan yang

terjadi berdasarkan pengamatan di lapangan.

6.2 Merencanakan (Planning): merancang suatu

metode atau strategi untuk memecahkan masalah.

Page 121: Peningkatan Proses Pembelajaran Dan - Kemdikbud

113

Contoh: merancang serangkaian percobaan untuk

menguji hipotesis yang telah dirumuskan.

6.3 Memproduksi (Producing): membuat suatu

rancangan atau menjalankan suatu rencana untuk

memecahkan masalah. Contoh: mendesain (atau juga

membuat) suatu alat yang akan digunakan untuk

melakukan percobaan.

2. Standar Proses dan Standar Penilaian

Strategi optimalisasi pada standar proses dikategorikan

pada 3 bagian: a) rencana pembelajaran, b) pelaksanaan

pembelajaran, dan c) evaluasi pembelajaran.

a. Rencana Pembelajaran

Implementasi yang kurang bapa bagian rencana

pembelajaran terletak pada indikator pengawasan dan

muatan abad 21. Dari aspek pengawasan, walaupun

Kepala Sekolah SMK sudah melakukan pengawasan

tentang keberadaan RPP masing-masing guru. Akan

tetapi masih sebatas tersedianya dokumen, belum

sampai monitoring mengenai substansi maupun teknik

perumusannya. Strategi optimalisasi bisa dilakukan

dengan mengefektifkan pelaksanaan supervisi akademik.

Supervisi akademik harus dilakukan secara

berkesinambungan. Supervisi akademik tidak hanya

Page 122: Peningkatan Proses Pembelajaran Dan - Kemdikbud

114

bersifat tugas sambilan yang hanya dilakukan sewaktu-

waktu jika ada kesempatan, namun melekat salah

satu essential function dalam keseluruhan program

sekolah. Apabila guru telah berhasil mengembangkan

dirinya tidaklah berarti selesailah tugas supervisor,

melainkan harus tetap dibina secara berkesinambungan.

Hal ini logis, mengingat problema proses pembelajaran

selalu muncul dan berkembang. Guru dan Kepala

sekolah juga harus memahami bahwa supervisi

akademik yang dilaksanakan di sekolah bersifat

konstruktif. Supervisi akademik bukanlah sekali-kali

untuk mencari kesalahan-kesalahan guru. Memang

dalam proses pelaksanaan supervisi akademik terdapat

kegiatan penilaian unjuk kerjan guru, tetapi tujuannya

bukan untuk mencari kesalahan-kesalahannya. Supervisi

akademik akan mengembangkan pertumbuhan dan

kreativitas guru dalam memahami dan memecahkan

problem-problem akademik yang dihadapi.

Supervisi akademik harus mampu membuat guru

semakin kompeten, yaitu guru semakin menguasai

kompetensi, baik kompetensi kepribadian, kompetensi

pedagogik, kompetensi profesional, dan kompetensi

sosial. Oleh karena itu, supervisi akademik harus

menyentuh pada pengembangan seluruh kompetensi

Page 123: Peningkatan Proses Pembelajaran Dan - Kemdikbud

115

guru. Terdapat aspek-aspek yang harus menjadi

perhatian supervisi akademik baik dalam

perencanaannya, pelaksanaannya, maupun

penilaiannya: 1) Substantive aspects of professional

development (aspek substantif), yaitu menunjuk pada

kompetensi yang harus dikuasai guru, kompetensi-

kompetensi kepribadian, pedagogik, professional, dan

sosial. 2) Aspek substansi kedua merepresentasikan

nilai, keyakinan, dan teori yang dipegang oleh guru

tentang hakikat pengetahuan, bagaimana murid-murid

belajar, penciptaan hubungan guru dan murid, dan faktor

lainnya; 3) Aspek ketiga berkaitan dengan seberapa luas

pengetahuan guru tentang materi atau bahan pelajaran

pada bidang studi yang diajarkannya.

Dari sisi muatan pembelajaran abad 21, guru sudah

mengenal mengenai kecakapan pembelajaran abad 21

tetapi belum mengimplementasikan secara spesifik dan

tersurat dalam RPP yang dikembangkan, sehingga

pelaksanaanya masih bersifat tentatif. sudah

menerapkan pembelajaran abad 21 dengan menerapkan

4C, akan tetapi masih normatif belum tergambar spesifik.

Pembelajaran yang sesuai dengan tuntutan kecakapan

Abad 21 direncanakan dari awal dimulai dengan

menganalisis Kompetensi sampai menyusun rencana

Page 124: Peningkatan Proses Pembelajaran Dan - Kemdikbud

116

pelaksanaan pembelajaran atau RPP. Karakter

kecakapan Abad 21 dapat dikembangkan sesuai dengan

karakteristik KD dan materi yang akan dibahas:

1) Menentukan jenis kecakapan yang akan

dikembangkan sesuai dengan kompetensi dasar

(mungkin fokus, tidak pada keempat-empatnya,

misalnya berpikir kritis dan problem solving, atau

kolaborasi). Misalnya KD yang menggunakan kata

kerja operasional menginterpretasi dan

menyelesaikan masalah merupakan salah satu

kemampuan dalam kecakapan berpikir kritis dan

pemecahan masalah. Dengan demikian, maka terkait

dengan kompetensi dasar tersebut dalam

pembelajaran, guru harus mengembangkan karakter

kecakapan berpikir kritis dan pemecahan masalah.

Kecakapan ini juga merupakan salah satu

keterampilan dalam berpikir lebih tinggi (Higher Order

Thinking Skills atau HOTS).

2) Merumuskan tujuan pembelajaran agar cukup jelas

dalam menunjukkan kecakapan yang harus dimiliki

peserta didik.

3) Mengembangkan IPK agar dapat mencapai KD dan

dapat mengembangkan karakter kecakapan berpikir

kritis dan pemecahan masalah.

Page 125: Peningkatan Proses Pembelajaran Dan - Kemdikbud

117

4) Mengembangkan materi pembelajaran yang relevan.

Materi dikembangkan sesuai dengan karakteristik KD

yang mencakup materi yang bersifat faktual,

konseptual, prosedural, dan metakognitif. Materi-

materi tersebut dipilih dan dipilah agar dapat

memenuhi mengembangkan karakter kecakapan

yang telah dirumuskan sesuai tuntutan KD.

5) Mengembangkan kegiatan pembelajaran yang akan

dilaksanakan sesuai dengan hasil analisis, misalnya

kegiatan pembelajaran yang sesuai dengan

pengembangan berpikir kritis dan pemecahan

masalah (critical thinking and problem solving skills).

b. Pelaksanaan Pembelajaran

Pelaksanaan pembelajaran merupakan

implementasi dari RPP, meliputi kegiatan pendahuluan,

inti dan penutup. Hasil analisis menunjukkan dari 5

indikator: 1) pemanfaatan teknologi informasi, 2)

pemanfaatan sumber dan media pembelajaran, 3)

pemanfaatan lingkungan belajar, 4) team teaching, dan

5) implementasi pembelajaran abad 21, maka indikator

pemanfaatan lingkungan belajar menunjukkan

ketercapaian yang paling rendah. Guru belum banyak

menggunakan prinsip pembelajaran berbasis aneka

Page 126: Peningkatan Proses Pembelajaran Dan - Kemdikbud

118

sumber. Optimalisasi media dan sumber belajar menjadi

alternatif strategi yang disarankan untuk meningkatkan

kualitas pembelajaran. Pembelajaran berbasis aktivitas

dapat dikembangkan untuk memberikan kesempatan

kepada peserta didik untuk mengembangkan potensi,

minat, dan bakatnya. Untuk meningkatkan kualitas

pelaksanaan pembelajaran, arah pembelajaran

diharapkan lebih berpusat pada peserta didik; guru lebih

banyak mendengarkan siswanya saling berinteraksi,

berargumen, berdebat, dan berkolaborasi. Fungsi guru

dari pengajar berubah dengan sendirinya menjadi

fasilitator bagi peserta didik. Mekanisme pembelajaran

harus terdapat interaksi multi-arah yang cukup dalam

berbagai bentuk komunikasi serta menggunakan

berbagai sumber belajar yang kontekstual sesuai dengan

materi pembelajaran. Guru harus berusaha menciptakan

pembelajaran melalui berbagai pendekatan atau metode

atau model pembelajaran, termasuk penggunaan TIK.

Peserta didik disarankan untuk lebih lebih aktif dengan

cara memberikan berbagai pertanyaan dan melakukan

penyelidikan, serta menuangkan ide-ide, baik lisan,

tulisan, dan perbuatan. Kegiatan pembelajaran yang

dikembangkan juga harus dapat memfasilitasi peserta

didik untuk dapat bekerjasama antar sesamanya

Page 127: Peningkatan Proses Pembelajaran Dan - Kemdikbud

119

(kolaboratif dan kooperatif). Semua kompetensi (KI-1, KI-

2, KI-3, dan KI-4) harus dibelajarkan secara terintegrasi

dalam suatu mata pelajaran, sehingga peserta didik

memiliki kompetensi yang utuh. Pembelajaran harus

memperhatikan karakteristik tiap individu dengan

kuinikannya masing-masing, sehingga dalam perencana

pembelajaran harus sudah diprogramkan pelayanan

untuk peserta didik dengan karakteristik masing-masing

(normal, remedial, dan pengayaan). Guru harus dapat

memotivasi peserta didik untuk memahami interkoneksi

antar konsep, baik dalam mata pelajarannya dan antar

mata pelajaran, serta aplikasinya dalam dunia nyata.

Sesuai dengan karakter pendidikan Abad 21 (4C), maka

pembelajaran yang dikembangkan harus dapat

mendorong peserta didik untuk mengembangkan

kemampuan berpikir lebih tinggi (Higher Order Thinking

Skills = HOTS) mengacu kepada RPP yang telah

dikembangkan sebelumnya.

c. Evaluasi Pembelajaran

Titik lemah dalam evaluasi pembelajaran adalah

pada pemanfaatan hasil penilaian. Dari sisi penilaian

proses pembelajaran menggunakan prinsip-prinsip

pendekatan penilaian otentik (authentic assesment) yang

Page 128: Peningkatan Proses Pembelajaran Dan - Kemdikbud

120

menilai kesiapan peserta didik, proses, dan hasil belajar

secara utuh sudah dilakukan tetapi belum optimal.

Keterpaduan penilaian ketiga komponen tersebut telah

berhasil memetakan dan menggambarkan kapasitas,

gaya, dan perolehan belajar peserta didik yang mampu

menghasilkan dampak instruksional (instructional effect)

pada aspek pengetahuan dan dampak pengiring

(nurturant effect) pada aspek sikap.

Fokus strategi perbaikan dalam aspek penilaian ini

adalah dari sisi tindak lanjut hasil penilaian. Hasil

penilaian otentik perlu dioptimalkan pemanfaatannya

oleh guru untuk merencanakan program perbaikan

(remedial) pembelajaran, pengayaan (enrichment), atau

pelayanan konseling. Selain itu, hasil penilaian otentik

digunakan sebagai bahan untuk memperbaiki proses

pembelajaran sesuai dengan Standar Penilaian

Pendidikan.

Pada sisi lain, kemampuan guru untuk

mengembangkan variasi jenis instrumen perlu

ditingkatkan. Evaluasi proses pembelajaran yangn

dilakukan saat proses pembelajaran dapat divariasikan

dengan menggunakan instrumen: lembar pengamatan,

angket sebaya, rekaman, catatan anekdot, dan refleksi.

Evaluasi hasil pembelajaran dilakukan saat proses

Page 129: Peningkatan Proses Pembelajaran Dan - Kemdikbud

121

pembelajaran dan di akhir satuan pelajaran dengan

menggunakan metode dan alat: tes lisan/perbuatan, dan

tes tulis. Hasil evaluasi akhir diperoleh dari gabungan

evaluasi proses dan evaluasi hasil pembelajaran.

3. Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan

Dalam aspek standar pendidik dan tenaga

kependidikan, sebagian besar guru SMK masih dalam

kategori standar untuk kecakapan dalam menunjang

pelaksanaan pembelajaran abad 21. Dari sisi tantangan

eksternal, Guru SMK saat ini menghadapi tantangan yang

jauh lebih besar dari era sebelumnya. Guru menghadapi

siswa yang jauh lebih beragam, materi pelajaran yang lebih

kompleks dan sulit, standard proses pembelajaran dan juga

tuntutan capaian kemampuan berpikir siswa yang lebih tinggi.

Hal ini disebabkan transformasi besar pada aspek sosial,

ekonomi, politik, dan budaya yang didorong oleh

perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang pesat,

perubahan demografi, globalisasi dan lingkungan yang

berdampak besar pada persekolahan dan profesionalisme

guru.

Guru abad 21 dituntut tidak hanya mampu mengajar

dan mengelola kegiatan kelas dengan efektif, namun juga

dituntut untuk mampu membangun hubungan yang efektif

Page 130: Peningkatan Proses Pembelajaran Dan - Kemdikbud

122

dengan siswa dan komunitas sekolah, menggunakan

teknologi untuk mendukung peningkatan mutu pengajaran,

serta melakukan refleksi dan perbaikan praktek

pembelajarannya secara terus menerus. Guru profesional

abad 21 adalah guru yang terampil dalam pengajaran,

mampu membangun dan mengembangkan hubungan antara

guru dan sekolah dengan komunitas yang luas, dan seorang

pembelajar sekaligus agen perubahan di sekolah.

Untuk itu, guru membutuhkan kondisi pembelajaran

yang kondusif di sekolah sebagai wahana pembelajaran

profesional yang kontinyu dan berkesinambungan.

Pembimbingan yaitu hubungan yang dibangun dengan sadar

dan sengaja antara pembimbing dan individu yang dibimbing

untuk menghasilkan perubahan yang signifikan pada

pengetahuan, kemampuan kerja, dan pola pikir individu yang

dibimbing dinilai efektif untuk pengembangan profesionalitas

guru abad 21. Pembimbingan memiliki karakteristik yang

sesuai dengan tuntutan model dan strategi pengembangan

guru yang efektif di era sekarang.

Di abad 21, pekerjaan guru merupakan pekerjaan yang

kompleks dan tidak mudah seiring dengan perubahan

besardan cepat pada lingkungan sekolah yang didorong oleh

kemajuan ilmu dan teknologi, perubahan demograsi,

globalisasi dan lingkungan. Guru profesional tidak lagi

Page 131: Peningkatan Proses Pembelajaran Dan - Kemdikbud

123

sekedar guru yang mampu mengajar dengan baik melainkan

guru yang mampu menjadi pembelajar dan agen perubahan

sekolah, dan juga mampu menjalin dan mengembangkan

hubungan untuk peningkatan mutu pembelajaran di

sekolahnya. Untuk itu, guru membutuhkan pengembangan

profesional yang efektif yaitu pembimbingan.

Pembimbingan merupakan salah satu strategi efektif

untuk peningkatan profesionalitas guru abad 21. Melalui

pembimbingan, mungkin terbangun hubungan profesional

dan juga komunitas pembelajar profesional di sekolah yang

efektif untuk meningkatkan mutu pengajaran dan

pembelajaran di sekolah. Pelaksanaan pembimbingan yang

efektif perlu mempertimbangkan hal-hal yang mempengaruhi

mutu hubungan pembimbingan seperti: strukturorganisasi

pembimbingan, kontrak kerja, mutu pembimbing, aktivitas

dalam sesi-sesi awal hingga akhir pembimbingan. Untuk

menguatkan fungsi dan manfaatnya, pembimbingan perlu

diprogramkan. Hal ini membutuhkan perubahan struktur,

budaya dan juga dukungan kepemimpinan dari sekolah dan

juga insititusi terkait.

4. Standar Sarana dan Prasarana

Temuan penelitian menunjukkan keterpenuhan standar

sarana dan prasarana (sarpras) penunjang proses

Page 132: Peningkatan Proses Pembelajaran Dan - Kemdikbud

124

pembelajaran abad 21 di SMK yang cukup heterogen.

Beberapa sekolah memang cukup baik kondisi, akan tetapi

sebagian sekolah lain masih kurang memadai baik dari segi

kecukupan maupun kelayakan. Optimalisasi dukungan

sarana prasarana mutlak dalam mengembangkan

pembelajaran yang bermutu. Di antara 6 indikator sarana

prasarana yang diukur, yaitu 1) ruang kelas, 2)

laboratorium/bengkel, 3) perpustakaan, 4) Laboratorium TIK,

5) Bussines Center dan 6) Busra Kerja Khusus (BKK),

ternyata indikator yang paling rendah ada pada

laboratorium/bengkel.

SMK dirancang sebagai sekolah yang bisa

menjembatani lulusannya dengan kebutuhan pekerjaan di

dunia industri. SMK mempunyai tujuan yang terfokus pada:

persiapan untuk masuk kerja, pemilihan karir, dan

mengembangkan kompetensi tertentu sesuai bidang

keahliannya. Mengingat tujuan dan pentingnya peran

pendidikan kejuruan sebagaimana disebutkan oleh para

pakar tersebut, maka peran laboratorium/bengkel pada

sekolah menengah kejuruan (SMK) menjadi kebutuhan dan

sarana yang harus ada untuk fasilitas praktik dalam

penyiapan tenaga terampil di SMK. Bengkel/laboratorium di

SMK merupakan sarana belajar untuk mensimulasikan

pekerjaan sebagaimana kegiatan yang dilakukan oleh

Page 133: Peningkatan Proses Pembelajaran Dan - Kemdikbud

125

karyawan di industri. Strategi pemenuhan sarana

laboratorium/bengkel termasuk juga optimalisasi

pemanfaatannya oleh guru dalam pembelajaran menjadi

solusi alternatif untuk meningkatkan kualitas pembelajaran.

5. Standar Pengelolaan dan Standar pembiayaan

Standar pengelolaan berkaitan dengan perencanaan,

pelaksanaan, dan pengawasan kegiatan pendidikan pada

tingkat satuan pendidikan. Hasil analisis pada standar

pengelolaan menunjukkan hampir semua SMK mempunyai

standar mutu sekolah yang baik dalam proses pembelajaran,

kualifikasi tenaga PTK, kompetensi lulusan, serta sarana

prasarana. Kelemahan dalam pelaksanaan manajemen mutu

yakni sebagian besar belum mengupdate standar mutu

tersebut yang disesuaikan dengan perkembangan ilmu,

teknologi, dan pasar kerja di era revolusi industri 4.0.

Penetapan standar mutu SMK merupakan langkah

untuk merumuskan standar mutu sekolah. Penetapan standar

mutu dapat dilihat dari dasar yang digunakan sekolah dalam

penetapan standar mutu dan pihak-pihak yang terlibat dalam

penetapan standar mutu. Acuan yang digunakan sekolah

sebagai dasar dalam menetapkan standar mutu adalah visi

dan misi sekolah, Undang-Undang, Peraturan Pemerintah,

Permendikbud, dan Standar BSNP (Badan Standar Nasional

Page 134: Peningkatan Proses Pembelajaran Dan - Kemdikbud

126

Pendidikan).Pemetaan mutu pada satuan pendidikan

dilaksanakan melalui kegiatan EDS untuk memetakan mutu 8

SNP dengan didukung bukti fisik, sehingga dapat

menggambarkan pencapaian mutu sekolah secara akurat.

Strategi yang dapat dilakukan SMK dalam standar

pengelolaan dan standar pembiayaan ini yaitu optimalisasi

manajemen berbasis sekolah dengan penguatan jaminan

mutu melalui updating EDS untuk mendukung program-

program sekolah dengan dukungan fasilitasi pembiayaan

yang cukup.

C. Model Pembelajaran Sekolah Menengah Kejuruan dengan

kecakapan abad 21

Sekolah berperan menjadi fasilitator dan initiator generasi

milenial untuk memperoleh dan menguasai keterampilan

esensial yang dibutuhkan kecakapan abad 21 (Pearlman, 2010).

Sekolah sebagai “agent of change” harus mampu menyesuaikan

antara tuntutan abad 21 dengan kompetensi lulusan yang

dihasilkan. Membangun kecakapan abad 21 peserta didik

merupakan kunci dari reformasi dibidang pendidikan (Heinrichs,

2016). Indonesia memperoleh bonus demografi tahun 2020-

2035 merupakan modal dasar bagi peningkatan produktifitas

ekonomi dan pengembangan pasar domestik. Bonus demografi

Page 135: Peningkatan Proses Pembelajaran Dan - Kemdikbud

127

pada umur produktif kerja yaitu 15 – 64 tahun (Gribble dan

Bremner, 2012 dalam Hayes, 2015) dengan percepatan

pertumbuhan ekonomi yang diawali dengan perubahan struktur

demografi penduduk, dicirikan dengan menurunnya angka

kelahiran dan angka kematian penduduk.Keterampilan

menelaah/menganalisis, mengevaluasi dan mengkreasi dari

berbagai informasi yang dibutuhkan peserta didik guna

beradaptasi dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi

di era revolusi industri 4.0 yang yang ditandai dengan cyber

physical systems. Kay& Greenhill (2011) menyatakan bahwa

keterampilan peserta didik mencakup keterampilan berpikir

tingkat tinggi, literasi digital, dan keterampilan hidup dan karir.

Problematika yang muncul dan seringkali dihadapi di

sekolah adalah bagaimana membelajarkan keterampilan abad

21 di ruang kelas SMK?. Problematika lainnya adalah cara

mengetahui informasi sekarang jauh lebih penting daripada

informasi itu sendiri (Darling-Hammond, 2006). Gagasan

semacam itu bertentangan dengan pembelajaran abad 21 dan

menimbulkan kekhawatiran bahwa gerakan

menumbuhkembangkan keterampilan abad ke-21 akan berakhir

dalam dialektika konseptual (Lee & Hung, 2012). Dengan tidak

adanya pendekatan berbasis bukti yang mapan dan dapat

menunjukkan cara pembelajaran dengan keterampilan abad 21

Page 136: Peningkatan Proses Pembelajaran Dan - Kemdikbud

128

secara komprehensif dan menunjukkan bagaimana siswa

mendapat manfaat dari proses pembelajaran, maka sejumlah

negara kemudian memilih berbagai jalur untuk mengeksplorasi

model-model pengajaran abad 21 mereka sendiri secara optimal

(OECD, 2008). Singapura memulai dengan pendekatan yang

diterapkan di seluruh kurikulum inti mengadopsi kerangka nilai

sentris yang menggabungkan kompetensi abad 21, literasi

kewarganegaraan, kesadaran global, dan keterampilan

multikultural; pemikiran kritis dan inventif; komunikasi,

kolaborasi, keterampilan informasi; serta kompetensi sosial dan

emosional (Tan, Liu, & Low, 2017). Kerangka pendidikan abad

21 Jepang telah mulai diperkenalkan sejak tahun 1998 dalam

konsep yang disebut “Zest for Life” dan didasarkan pada prinsip

tradisional Chi-Toku-Tai (kecakapan akademis, moral, fisik, dan

kesehatan mental) (Kimura & Tatsuno, 2017). Di Indonesia,

gagasan mengenai pentingnya pembelajaran dengan

keterampilan abad 21 yang berorientasi Higher Order Thinking

Skills (HOTS) pada prinsipnya mengacu pada kerangka

konseptual yang dikemukakan oleh Partnership of 21st century

skills. Gagasan tersebut secara konseptual dituangkan kedalam

Kurikulum 2013. Dari gagasan inilah kemudian pada tahun

2017, salah satu domain P21 yakni 4Cs diadopsi dan melahirkan

tuntutan untuk memasukan domain tersebut ke dalam rencana

pelaksanaan pembelajaran (RPP) pada implementasi Kurikulum

Page 137: Peningkatan Proses Pembelajaran Dan - Kemdikbud

129

2013. Meskipun demikian, sejumlah autokritik muncul terkait

tuntutan ini, yakni benarkah kurikulum yang ada saat ini hanya

perlu mengadopsi salah satu domain P21, Bagaimana dengan

domain P21lainnya?. Apakah seluruh domain P21 dari sejumlah

lembaga pendidikan dunia sejalan dengan karakteristik

Indonesia?. Sehingga perludigagas sebuahmodel konseptual

baru yang memungkinkan untuk dihasilkannyadesain kurikulum

P21 secara menyeluruh dengan dilandasi dari hasil riset yang

relevan.

Page 138: Peningkatan Proses Pembelajaran Dan - Kemdikbud

130

Gambar 3.9 Model pengembangan kecakapan Abad 21 siswa

SMK melalui peningkatan pembelajaran dan penilaian SMK

Pembelajaran SMK diharapkan mengintegrasikan 4Cc

(Communication. Collaboration, Critical thinking skill, dan

creative thinking skill) dalam rencana pelaksanaan pembelajaran

(RPP), proses dan penilaian/evaluasi. Penjelasan 4Cs adalah

sebagai berikut:

1. Communication (Com).menyajikan/ mempresentasikan/

mengomunikasikansuatu ide gagasan atau hasil

Page 139: Peningkatan Proses Pembelajaran Dan - Kemdikbud

131

pengamatan/ observasi/ekperiment/ eksplorasi secara

lancar dan benar, baik secara lisan dan tertulis.

Menyampaikan ide/gagasan/informasi secara jelas dan

lancar baik secara lisan, tertulis, maupun menggunakan

media digital Mendengarkan ide/gagasan/informasi yang

disampaikan oleh orang lain baik secara lisan, tertulis,

maupun menggunakan media digital.

2. Collaboration (Col): Teaming /bekerjasama secara efektif

dan efisien dalam kelompok. Menghargai

ide/gagasan/informasi yang disampaikan oleh orang lain

baik secara lisan, tertulis, maupun menggunakan media

digital. Bertanggung jawab atas tugas yang diperoleh dari

kelompok.

3. Critical thinking skill: Mengidentifikasi bukti, argumentasi,

klaim dan data-data dari informasi yang diperoleh. Mencari

informasi mengenaibukti, argumentasi, klaim dan data-

data relevan yang mendukung dari kebenaran informasi.

Menganalisis bukti, argumentasi, klaim dan data-data

pembanding. Membandingkan bukti, argumentasi, klaim

dan data-data pembanding dengan, argumentasi, klaim

dan data-data dari informasi yang diperoleh.

Mempertimbangkan bukti, argumentasi, klaim dan data-

data yang dapat dipercaya. Menyimpulkan informasi

Page 140: Peningkatan Proses Pembelajaran Dan - Kemdikbud

132

berdasarkan hasil pertimbangan. Menyusunargumentasi

lanjutan berdasarkan hasil kesimpulan.

4. Creative thinking skill: Menemukan ide/gagasan kreatif

untuk menghasilkan suatu produk. Mengembangkan

ide/gagasan kreatif untuk menghasilkan suatu produk.

Merancang ide/gagasan secara kreatif untuk

menghasilkan suatu produk. Memproduksi hasil desain

rancangan produk.Mengimplementasikan produk yang

telah diproduksi secara luas. Mengevaluasi hasil kegiatan

implementasi yang telah dilaksanakan untuk

disempurnakan. Mengkonstruksi langkah-langkah

pemecahan masalah. Menelaah informasi yang

dibutuhkan untuk memecahkan masalah. Menyajikan

solusi pemecahan masalah. Mengevaluasi solusi dari

masalah yang disajikan.

Pembelajaran SMK diharapkan mengintegrasikan 4Cc

dengan literacy dalam rencana pelaksanaan pembelajaran

(RPP), proses dan penilaian/evaluasi. Di abad 21, kemampuan

literasi tidak hanya terbatas paka kemampuan membaca,

mendengar, menulis dan berbicara secara lisan, namun lebih

daripada itu kemampuan literasi diera digital ditekankan pada

kemampuan literasi yang terkoneksi satu dengan lainnya.

Page 141: Peningkatan Proses Pembelajaran Dan - Kemdikbud

133

Menurut NcRel & Metiri Group (2003), literasi era digital

mencakup:

1. Literasi dasar – kemampuan dalam berbahasa (khususnya

bahasa inggris) dan kemampuan matematis.

2. Literasi sains – pengetahuan dan pemahaman tentang

konsep dan proses sains.

3. Literasi teknologi – pengetahuan tentang apa itu teknologi,

bagaimana cara kerjanya dan bagaimana cara mengguna-

kannya secara efektif dan efisien.

4. Literasi ekonomi – pengetahuan tentang masalah, situasi

dan perkembangan ekonomi.

5. Literasi visual – pengetahuan tentang cara menggunakan,

menginterpretasikan dan menghasilkan gambar dan video

menggunakan media konvensional dan modern.

6. Literasi informasi – kemampuan untuk memperoleh, meng-

gunakan dan mengevaluasi informasi secara efektif dan

efisien dari berbagai sumber.

7. Literasi multicultural – kemampuan untuk mengapresiasi

perbedaan nilai, keyakinan dan budaya orang lain.

8. Kesadaran global – kemampuan untuk memahami dan

permasalahan di tingkat global

Peningkatan keterampilan digital di abad 21 dimana era

keterbukaan informasi semakin luas, guru harus mampu

Page 142: Peningkatan Proses Pembelajaran Dan - Kemdikbud

134

beradaptasi dengan dunia digital. Kemampuan guru dalam

mencari, menemukan, dan menggunakan digital device menjadi

sangat penting guna mengintegrasikan teknologi dalam

pembelajaran.

Pembelajaran yang dapat memadukan 4Cs dengan

Literasi mampu menumbuhkembangkan keterampilan berpikir

penemuan (inventive thinking). Berpikir inventif merupakan

elemen krusial dan titik tolak utama pendidikan abad 21 (NcRel

& Metiri Group, 2003). Keterampilan berpikir inventif sendiri

meliputi lima elemen:

1. Kemampuan untuk beradaptasi dan mengelola

kompleksitas;

2. Kemampuan mengarahkan diri - mengacu pada

kemampuan untuk menetapkan tujuan yang berkaitan

dengan pembelajaran, merencanakan pencapaian tujuan-

tujuan tersebut, mengatur waktu dan kegiatan belajar secara

mandiri, dan menilai kualitas pembelajaran dan setiap

produk yang dihasilkan dari pengalaman belajar;

3. Rasa ingin tahu - mengacu pada keinginan untuk belajar

lebih banyak tentang sesuatu dan merupakan komponen

penting dari belajar sepanjang hayat;

4. Kreativitas - mampu menghasilkan sesuatu yang baru yang

signifikan;

Page 143: Peningkatan Proses Pembelajaran Dan - Kemdikbud

135

5. Keberanian mengambil resiko - kesediaan untuk melewati

zona aman yang dapat saja berakhir dengan membuat

kesalahan.

Pembelajaran SMK diharapkan mengintegrasikan 4Cc,

literacy dan Penguatan pendidikan karakter (PPK) dalam

rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), proses dan

penilaian/evaluasi. Sebagai pilar utama sistem sosial,

pendidikan memainkan peran penting. Peran pendidikan yang

paling utama adalah membentuk watak dan karakter peserta

didik. Bila dikaitkan dengan konstelasi global saat ini, maka

pendidikan senantiasa harus berevolusi sesuai dengan

kemajuan jaman. Di abad 21, pendidikan harus mampu melatih

peserta didik untuk dapat berpikir secara kritis, kreatif dan

inovatif dalam segala bidang, termasuk dalam mengolah

informasi yang tersebar secara cepat. Untuk itu, pergeseran

paradigma pendidikan menuju pendidikan abad 21 menjadi

sangat penting. Treadwell (2011) menyatakan bahwa

pergeseran pada skala makro ini memunculkan turbulensi dan

pergolakan saat sistem lama memberi jalan kepada strategi baru

dari setiap struktur sosial kehidupan dalam mereorganisasi dan

mereformasi dirinya menjadi struktur baru yang dibutuhkan”. Di

titik inilah pendidikan memainkan perannya yang besar sebagai

agen perubahan, dan pergeseran paradigma pendidikan menuju

pendidikan abad 21 menjadi “pivot point” dalam menyikapi

Page 144: Peningkatan Proses Pembelajaran Dan - Kemdikbud

136

perkembangan era digital ini. Senada dengan hal tersebut, Ken

Kay (Presiden Partnership of 21st century skills) menyatakan

bahwa sesungguhnya visi pendidikan abad 21 menawarkan

pandangan holistik dan sistemik tentang cara

merekonseptualisasikan dan menghidupkan kembali pendidikan

publik dengan membawa seluruh elemen yang terlibat secara

bersama-sama ke dalam suatu kerangka terpadu baik itu dari sisi

luaran siswa maupun sistem pendidikan yang mendukung (Kay,

2010).

Goodson dan Rohani (2006) menyatakan bahwa dalam

pembelajaran dapat ditanamkan karakter/ Sikap dan prilaku

sikap, kemampuan beradaptasi, toleransi terhadap, risiko,

fleksibilitas, keterbukaan, gaya kognitif , habit of mind dan

multiple intelligences. Dimensi-Dimensi Belajar Marzano untuk

menumbuhkembangkan karakter peserta didik adalah sebagai

berikut:

Tabel. 3.2 Dimensi belajar Marzano

Dimensi

belajar Peran Guru dalam Dimensi Belajar Parameter

Sikap dan

persepsi

1. Membantu siswa mengembangkan

sikap dan persepsi positip tentang iklim

belajar di kelas

2. Membantu siswa mengembangkan

Membentuk

karakter peserta

didik

Page 145: Peningkatan Proses Pembelajaran Dan - Kemdikbud

137

sikap dan persepsi positip tentang

tugas-tugas belajar di kelas

Habits of

minds

(Prilaku

berpikir)

1. Membantu siswa mengembangkan

prilaku berpikir produktif

2. Mendorong dimensi-dimensi prilaku

berpikir

Membentuk

karakter prilaku

berpikir

Pengintegrasian 4Cs, Litarasi dan PPK dalam peserta didik

diimplementasikan dalam proses pembelajaran dengan

mengacu kepada Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan

Dasar dan Menengah Nomor 330/D.D5/KEP/KR/2017 tentang

Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar Mata Pelajaran Muatan

Nasional (A), Muatan Kewilayahan (B), Dasar Bidang Keahlian

(C1), Dasar Program Keahlian (C2), dan Kompetensi Keahlian

(C3), sebagai contoh untuk program keahlian teknik permesinan

sebagai berikut:

KI 3 tentang pengetahuan dan K4 tentang keterampilan

berpikir dan kinestetik harus dapat dicapai oleh siswa SMK

melalui pencapaian KD sebagai berikut:

Page 146: Peningkatan Proses Pembelajaran Dan - Kemdikbud

138

Page 147: Peningkatan Proses Pembelajaran Dan - Kemdikbud

139

Setelah KI dan KD dapat dicapai dengan baik, maka diperlukan

kompetensi baru bagi siswa SMK yang perlu dimasukkan dalam

kebijakan kemdikbud yaitu Kompetensi Dasar 5 atau disebut

Kompetensi Berkarya. Pencapaian kompetensi Berkarya

diharapakan dapat memberdayakan keberadaanTeaching

Factory (TEFA) SMK yang berkolaborasi dengan Dunia Usaha

Page 148: Peningkatan Proses Pembelajaran Dan - Kemdikbud

140

Dunia Industri (DUDI). Kompetensi Berkarya merupakan

kompetensi komersialisasi teknologi (Competence of

Technological Commercialization) dan ditopang dengan

kompetensi kewirausahaan yang diharapakan dapat dicapai saat

siswa akan menyelesaikan pendidikan di SMK yang merupakan

pameran hasil karya selama studi di SMK di Era Revolusi Industri

4.0. Beberapa contoh Produk produk SMK yang “sebenarnya”

merupakan hasil kompetensi berkarya siswa SMK seperti: mobil

Esemka. Contoh lain seperti pameran hasil karya siswa SMK

berupa mesin penyortir barang hasil karya siswa SMK Tunas

Harapan Pati.

Page 149: Peningkatan Proses Pembelajaran Dan - Kemdikbud

141

BAB IV

PENUTUP

Dalam Bab IV tentang penutup penulis dapat menyampaikan

intisari sebagai berikut:

Profil kecakapan abad 21 yang diperlukan lulusan SMK dalam

menghadapai tantangan era revolusi industri 4.0 adalah integrasi 4C

(Communication. Collaboration, Critical thinking skill, dan creative

thinking skill) dengan literacy dan Penguatan Pendidikan Karakter

(PPK) dalam rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), proses dan

penilaian/evaluasi.

Inovasi pembelajaran dari berbagai SMK rujukan sebagai

implementasi dari pembelajaran abad 21 mencakup padu-padan

pengembangan dan implementasi model pembelajaran berbasis

pemrosesan informasi/information processing models (pembelajaran

berbasis masalah, pembelajaran berbasis proyek, pembelajaran

inkuiri/discovery), pengembangan dan pemanfaatan media ajar

inovatif, strategi dan metode belajar berpusat pada aktivitas siswa,

serta pengembangan evaluasi/asesmen pembelajaran autentik.

Faktor pendukung spesifik untuk penyelarasan dan

penguatan kompetensi yang diperlukan dalam pembelajaran abad

21, mencakup: pengembangan kurikulum dan perangkat

pembelajaran (subject specific pedagogy/SSP: silabus, RPP, materi

Page 150: Peningkatan Proses Pembelajaran Dan - Kemdikbud

142

ajar, media ajar, dan pengembangan instrumen penilaian),

penguatan kompetensi guru melalui Pengembangan Keprofesian

Berkelanjutan (PKB), fasilitasi sarana prasarana, dan tata kelola

kelembagaan melalui manajemen berbasis sekolah.

Strategi untuk optimalisasi proses pembelajaran dan penilain

di SMK yang mengacu pada pembelajaran abad 21 dapat dilakukan

secara sistemik melalui pendekatan Sistem Pembelajaran, meliputi

analisis Input (siswa, guru, kurikulum, sarana, prasarana) – Proses

(pendekatan, model, strategi belajar) – Output (kompetensi lulusan)

– Feed back (umpan balik).

SMK perlu melakukan peninjauan ulang terhadap perangkat

pembelajaran dalam buku kurikulum, terutama perangkat

pembelajaran yang belum mengintegrasikan 4Cc (Communication.

Collaboration, Critical thinking skill, dan creative thinking skill) dengan

literacy dan Penguatan Pendidikan Karakter (PPK)dalam rencana

pelaksanaan pembelajaran (RPP), proses dan penilaian/evaluasi.

Pelaksanaan supervisi akademik oleh Kepala Sekolah dan

Pengawas SMK terhadap guru perlu diintensifkan untuk mengawal

proses pembelajaran dan penilaian berbasis kecakapan hidup abad

21, dengan tetap menggunakan prinsip – prinsip supervisi:

berkesinambungan, komprehensif, konstruktif, obyektif, dan integral

dengan program pendidikan.

Untuk meningkatkan profesionalitas guru melalui

Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (PKB), perlu dilakukan

Page 151: Peningkatan Proses Pembelajaran Dan - Kemdikbud

143

program peningkatan kompetensi bagi semua guru, baik yang sudah

bersertifikat maupun belum bersertifikat. Untuk melaksanakan

program tersebut, pemetaan kompetensi melalui Uji Kompetensi

Guru (UKG) di seluruh Indonesia perlu dilanjutkan secara sinambung

sehingga dapat diketahui kondisi objektif guru dan kebutuhan

peningkatan kompetensinya. Program Pengembangan Keprofesian

Berkelanjutan tersebuthendaknya dilaksanakan berbasis komunitas

guru dan tenaga kependidikan (komunitas GTK) melalui Pusat

Kegiatan Gugus/Kelompok Kerja Guru (KKG)/Musyawarah Guru

Mata Pelajaran (MGMP)/Musyawarah Guru Bimbingan Konseling

(MGBK)/Kelompok Kerja Kepala Sekolah (KKKS)/Kelompok Kerja

Pengawas Sekolah (KKPS).

Perlu pengembangan roadmap yang berisi pemetaan faktor

pendukung spesifik untuk penyelarasan dan penguatan kompetensi

yang diperlukan dalam pembelajaran abad 21, mencakup: kurikulum

dan perangkat pembelajaran, penguatan kompetensi guru, fasilitasi

sarana prasarana, dan tata kelola kelembagaan melalui manajemen

berbasis sekolah.

Page 152: Peningkatan Proses Pembelajaran Dan - Kemdikbud

144

DAFTAR PUSTAKA

__________ . 2003. Managemen Belajar di Perguruan Tinggi

Pendekatan Sistem Kredit Semester SKS. Jakarta: Sinar Baru.

Afandi dan Sajidan. 2017, Stimulasi Keterampilan Berpikir Tingkat

Tinggi. Surakarta: UNS Press.

Agraval, T. 2013. Vocational education and training programs (VET):

An Asian perspective, Asia-Pacific Journal of Cooperative

Education, Vol 14(1), Hal 15-26.

Ali, Muhammad. 1985. Penelitian Kependidikan dan

Strategi.Bandung: Angkasa.

Ananto Kusuma Seta. 2016. Revitalisasi Pendidikan Vokasi. Makalah

dalam Rapat Koordinasi Program Sertifikasi Pendidik dan

Sertifikasi Keahlian bagi Guru SMA/SMK (Alih Fungsi).

Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan

Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

Barrett, M., Byram, M., Lázár, I., Mompoint-Gaillard, P. and

Philippou, S. 2014. Developing Intercultural Competence

through Education. Pestalozzi Series No. 3. Strasbourg,

Council of Europe Publishing.

Bolstad, R. 2011. Taking a ‘Future Focus’ in Education – What Does

It Mean? NZCER Working Paper. Wellington, New Zealand

Council for Educational Research.

Page 153: Peningkatan Proses Pembelajaran Dan - Kemdikbud

145

Carneiro, R. and Draxler, A. 2008. Education for the 21st century:

lessons and challenges. European Journal of Education, Vol.

43, No. 2, pp. 149-160.

Delors, J., Al Mufti, I., Amagi, I., Carneiro, R., Chiung, F., Geremek,

B., Gorham, W., Kornhauser, A., Manley, M., Padrón Quero, M.,

Savané, M-A., Singh, K., Stavenhagen, R., Won Suhr, M. and

Nanzhao, Z. 1996. Learning: The Treasure Within: Report

to UNESCO of the International Commission on Education for

the Twenty-First Century. Paris, UNESCO.

Departemen Pendidikan Nasional. 2001. Manajemen Peningkatan

Mutu Pendidikan Berbasis Sekolah (Buku 1). Jakarta :

Depdiknas.

Departemen Pendidikan Nasional. 2005. Peraturan Pemerintah

Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.

Jakarta.

Hadi, Sutrisno. 1996. Metode Teknik Penelitian Kualitatif Dan

Kuantitatif.Surakarta: UNS Press.

Hamalik, Oemar. 2001. Perencanaan Pengajaran Berdasarkan

Pendekatan Sistem. Jakarta: Bumi Aksara.

Herring, S. 2012. Transforming the workplace: critical skills and

learning methods for the successful 21st century worker. Big

Think (online). http://bigthink.com/expertscorner/transforming-

the-workplace-critical-skills-andlearning-methods-for-the-

successful-21st-century-worker.

Page 154: Peningkatan Proses Pembelajaran Dan - Kemdikbud

146

Jatmoko, D. 2013. Relevansi Kurikulum SMK Kompetensi Keahlian

Teknik Kendaraan Ringan Terhadap Kebutuhan Dunia Industri

Di Kabupaten Sleman, Jurnal Pendidikan Vokasi Vol 3 No 1.

Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Nomor: 044/U/2002 tentang

Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah.

Malo, Manase. 1986. Metode Penelitian Sosial. Jakarta: Kurnia.

Mansilla, V.B. and Jackson, A. 2011. Global Competence:

Preparing Our Youth to Engage the World. New York, Asia

Society

National Research Council. 2012. Education for Life and Work:

Developing Transferable Knowledge and Skills in the 21st

Century. Washington DC, National Academies Press.

Nazir, Mohammad. 1999. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia

Indonesia.

P21. 2007a. The Intellectual and Policy Foundations of the 21st

Century Skills Framework. Washington DC, Partnership for

21st Century Skills.

P21. 2008. 21st Century Skills, Education & Competitiveness.

Washington DC, Partnership for 21st Century Skills.

P21. 2011. Framework for 21st Century Learning. Washington DC,

Partnership for 21st Century Skills.

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 053/U/1996

tentang Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Terbuka.

Page 155: Peningkatan Proses Pembelajaran Dan - Kemdikbud

147

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006

tentang Standar Isi.

Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar

Nasional Pendidikan (SNP).

PISA. 2009. What Student know and can do: Student performance in

reading, maethematics and science (Volume 1). OECD

Scott, C.L. 2015b. The Futures of Learning 2: What kind of learning

for the 21st century? UNESCO Education Research and

Foresight, Paris. [ERF Working Papers Series, No. 14].

Soenarya, Endang. 2000. Teori Perencanaan Pendidikan

Berdasarkan Pendidikan Sistem. Yogyakarta : Adi Cita Karya

Nusa.

Sudjana. 1986. Metode Statistika. Bandung: Tarsito.

Sugiono. 2008. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

The Learning Curve. 2014. Index-Which countries have the best

schools? http://thelearningcurve.pearson.com/index/index-

ranking. Diakses 5 Januari 2016.

Trianto. 2010. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif.

Jakarta : Kencana.

Trilling, B. and Fadel, C. 2009. 21st Century Skills: Learning for Life

in Our Times. San Francisco, Calif., Jossey-Bass/John Wiley &

Sons, Inc.

Umaedi. 1999. Manajemen Berbasis Sekolah. Jakarta : Depdiknas

Page 156: Peningkatan Proses Pembelajaran Dan - Kemdikbud

148

Undang - undang Sistem Pendidikan Nasional No.20 tahun 2003.

Jakarta: Media Abadi.

Usman, Husaini & Purnomo Setiadi Akbar. 2004. Manajemen

Penelitian Sosial. Jakarta: Angkasa.