PENINGKATAN SEKTOR PERTANIAN
-
Upload
ali-atur-rodiansyah -
Category
Documents
-
view
82 -
download
0
Transcript of PENINGKATAN SEKTOR PERTANIAN
-
PENINGKATAN SEKTOR PERTANIAN
DI INDONESIA
MAKALAH
UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH
Bahasa Indonesia Keilmuan
Yang dibina oleh Dr. Endah Tri Priyatni, M.Pd., dan Muyassaroh, S.S., S.Pd.
Oleh
Mohammad Alfiqri Akbar
120722420576
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
FAKULTAS ILMU SOSIAL
JURUSAN GEOGRAFI
PROGRAM STUDI S1 GEOGRAFI
Mei 2013
-
2
1.Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Akhir-akhir ini, harga barang terus mengalami kenaikan. Salah satu
faktor dari naiknya harga barang yang terus naik yaitu sektor pertanian yang
mengalami penurunan. Di Indonesia sendiri, pertanian yang dahulunya maju,
kini mengalami kemerosotan yang begitu significant, yang dulunya Indonesia
menjadi pengekspor terbesar dalam bahan makanan, kini menjadi pengimpor
bahan makanan terbesar.
Sektor pertanian di Indonesia memiliki peranan strategis dalam struktur
pembangunan perekonomian nasional. Sektor ini merupakan sektor yang
tidak mendapatkan perhatian secara serius dari pemerintah dalam
pembangunan bangsa. Mulai dari proteksi, kredit hingga kebijakan lain tidak
satu pun yang menguntungkan bagi sektor ini. Program-program
pembangunan pertanian yang tidak terarah tujuannya bahkan semakin
menjerumuskan sektor ini pada kehancuran. Meski demikian sektor ini
merupakan sektor yang sangat banyak menampung luapan tenaga kerja dan
sebagian besar penduduk kita tergantung padanya.
Indonesia yang menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian,
perannya dalam penyediaan pangan masyarakat dan menjadi basis
pertumbuhan di pedesaan. Potensi pertanian Indonesia yang besar namun
pada kenyataannya sampai saat ini sebagian besar dari petani kita masih
banyak yang termasuk golongan miskin. Hal ini mengindikasikan bahwa
pemerintah bukan saja kurang memberdayakan petani tetapi juga terhadap
sektor pertanian keseluruhan.
Para ahli ekonomi mengatakan bahwa penurunan sektor pertanian di
Indonesia karena tiga hal yaitu perubahan komposisi permintaan yang
menyertai peningkatan pendapatan seperti yang dikemukakan oleh Keznet
(1996). Pengamat masalah pertanian sekaligus guru besar Ilmu Ekonomi
Pertanian Unversitas Lampung, Bustanul Arifin mengatakan, semakin maju
perekonomian suatu negara, maka pembangunan di sektor pertanian akan
menurun. Sebab, pemerintah akan lebih fokus pada pembangunan
infrastruktur untuk menopang pertumbuhan ekonomi Negara (Agung,2012).
-
3
Upaya dari pemerintah sendiri dalam sektor pertanian masa kini kurang
diperhatikan dengan baik. Adanya kebijakan dari kementrian pertanian dalam
meningkatkan pembagunan sektor pertanian, masih belum terlaksana dengan
baik. Terutama pada penyuluhan tentang usaha tani yang masih belum merata
di berbagai wilayah.
Pembangunan pertanian di masa yang akan datang bahwasanya tidak
hanya dihadapkan untuk memecahkan masalah-masalah yang ada, namun
juga dihadapkan pula pada tantangan untuk menghadapi perubahan tatanan
politik di Indonesia yang mengarah pada era demokratisasi yakni tuntutan
otonomi daerah dan pemberdayaan petani. Disamping itu, dihadapkan pula
pada tantangan untuk mengantisipasi perubahan tatanan dunia yang mengarah
pada globalisasi dunia. Oleh karena itu, pembangunan pertanian di Indonesia
tidak saja dituntut untuk menghasilkan produk-produk pertanian yang
berdaya saing tinggi namun juga mampu mengembangkan pertumbuhan
daerah serta pemberdayaan masyarakat.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang menyebabkan penurunan sektor pertanian di Indonesia ?
2. Bagaimana upaya untuk meningkatkan sektor pertanian Nasional ?
1.3 Tujuan
1. Mengetahui penyebab penurunan sektor pertanian di Indonesia
2. Menjelaskan upaya peningkatan sektor pertanian Nasional
2. Pembahasan
2.1 Sebab penurunan sektor Pertanian di Indonesia
Akhir-akhir ini penurunan sektor pertanian terus mengalami penurunan.
Bahan-bahan pokok yang terus mengalami kenaikan, tanda bahwa sektor
pertanian sebagai sektor primer mengalami kemerosotan. Pada masa era orde
-
4
baru, Indonesia pernah berjaya dengan swasembada beras yang mendapat
apresiasi luar biasa dari negara luar. Indonesia mampu keluar dari krisis pangan
saat itu. Sayangnya kondisi itu tidak berlanjut. Penurunan sektor pertanian ini
terus menurun yang disebabkan oleh beberapa faktor (Nugrayasa, 2012)
diantaranya :
a) Perubahan alih fungsi lahan Pertanian
Salah sebab turunnya sektor pertanian yaitu perubahan tata guna
lahan pertanian. Sektor pertanian yang mengalami permasalahan dalam
meningkatkan jumlah produksi pangan, terutama di wilayah tradisional
pertanian di Jawa dan luar Jawa. Hal ini karena semakin terbatasnya lahan
yang dapat dipakai untuk bertani. Perkembangan penduduk yang semakin
terus melonjak membuat kebutuhan lahan untuk tempat tinggal dan
berbagai sarana pendukung kehidupan masyarakat juga bertambah.
Perkembangan industri juga membuat pertanian beririgasi teknis
semakin berkurang. Banyak sawah atau lahan pertanian kini dirubah dan
dibangun industri, apalagi pembangunan industry saa ini sudah memasuki
wilayah pedesaan. Sehingga lahan persawahan atau pertanian didesa kini
banyak menjadi industry dan profesi masayarakat yang dulunya petani kini
berubah menjadi pegawai di suatu perusahaan industry tersebut.
Berkurangnya areal tanam tersebut diikuti pula oleh penurunan
produksi beras secara agregat dan pada saat yang sama juga terjadi
penurunan produktivitas rata-rata per hektar. Kondisi tersebut
mencerminkan semakin rendahnya kemampuan petani maupun kualitas
lahan padinya sendiri.
b) Infrastruktur pertanian yang buruk
Infrastruktur pertanian juga sangat buruk. Sedikitnya 3,21 juta
hektare, atau 45% dari total jaringan irigasi di Indonesia, mengalami
kerusakan. Kerusakan irigasi ini berkontribusi pada menurunnya produksi
pertanian. Sementara itu, masih banyak juga lahan pertanian di Indonesia
yang belum tersentuh sistem irigasi yang baik.
-
5
Infrastruktur lainnya, seperti waduk dan bendungan, juga tidak
memadai. Pemerintah hampir tidak bisa melakukan apa-apa terhadap
infrastruktur ini. Bahkan banyak waduk yang mengalami pengeringan.
Infrastruktur lain yang turut bermasalah adalah jalan desa. Banyak jalan
desa yang mengalami kerusakan parah dan sama sekali tidak tersentuh
oleh program rehabilitasi pemerintah. Padahal, jalan desa sangat
membantu petani dalam proses distribusi hasil pertanian.
Menurut Prof. Sumarno ,rendahnya kesadaran dari para pemangku
kepentingan di daerah-daerah untuk mempertahankan lahan pertanian
produksi, menjadi salah satu penyebab infrastruktur pertanian menjadi
buruk. Lahan pertanian yang terkonveksi di Pulau Jawa mencapai 50 ribu
hektare per tahun. Khusus di DIY, mencapai 200 hektare per tahun lahan
pertanian yang beralih fungsi. Selain itujumlah lahan yang diatur dalam
perda tak sesuai dengan jumlah pada realitanya. Kondisi tersebut membuat
kesempatan alih fungsi semakin menjadi-jadi. Dengan luas lahan 17 juta
hektare Indonesia masih kekurangan lahan pertanian sebanyak 8,2 juta
hektare untuk mengatasi kekurangan pangan yang terjadi di Tanah Air.
Luas lahan pertanian dan luas panen terlalu sempit bagi 242 juta penduduk
(Musabbihin, 2011).
c) Penurunan sumber daya lahan
Di musim penghujan, banjir, erosi dan longsor terjadi dimana-
mana, tetapi di musim kemarau kekeringan dan kebakaran hutan sering
mengancam, gagal panen juga sering terjadi karena adanya serangan
hama dan penyakit. Banyak pihak dirugikan, banyak lahan produktif
berkurang, banyak nyawa hilang, listrik padam, suplai air bersih terbatas,
akibatnya kondisi perekonomian menjadi semakin terpuruk.
Masalah-masalah tersebut di atas menunjukkan adanya penurunan
sumber daya lahan (SDL) baik di tingkat lahan (plot) maupun
lansekap/nasional dan global, antara lain ber- hubungan dengan
1) Terganggunya fungsi hidrologi DAS (jumlah dan kualitas air),
-
6
2) Menurunnya kesuburan tanah (rendahnya ketersediaan hara dan
kandungan bahan organik tanah),
3) Menurunnya kualitas udara akibat meningkatnya emisi gas rumah
kaca (CO2, N2O, CH4) melebihi daya serap daratan dan lautan,
4) Berkurangnya tingkat keindahan lansekap,
5) Berkurangnya tingkat biodiversitas flora dan fauna baik di atas tanah
maupun dalam tanah.
Salah satu penyebab terjadinya penurunan SDL adalah adanya alih
guna lahan hutan menjadi lahan pertanian (intensif) dengan masukan
yang berlebihan. Alih guna lahan hutan menjadi lahan pertanian
menyebabkan hilangnya beberapa grup fungsional organisma tanah,
karena berubahnya jenis dan kerapatan tanaman yang tumbuh di atasnya
sehingga mengubah tingkat penutupan permukaan tanah yang berdampak
pada perubahan iklim mikro, jumlah dan macam masukan bahan organik,
dan jenis perakaran yang tumbuh dalam tanah.
Pada lahan-lahan pertanian, umumnya ada 4 masalah pokok yang
berhubungan dengan gangguan siklus atau ketersediaan hara (di tingkat
lahan), rusaknya kondisi fisik tanah (porositas dan infiltrasi), gangguan
fungsi hidrologi (tingkat DAS) dan serangan hama dan penyakit
tanaman. Mekanisma gangguan eko- sistem pada lahan pertanian tersebut
dimana perubahan fungsi ekosistem terutama terjadi melalui penurunan
kandungan bahan organik tanah (BOT) dan biodiversitas organisma
tanah.
d) Produktivitas pekerja pertanian lebih rendah daripada pekerja industri.
Menurunnya jumlah pekerja di sektor pertanian bukan hal yang
baru di Indonesia. Penurunan semacam itu terjadi setiap tahun dengan
berbagai penyebab. Menurut BPS, penurunan jumlah tenaga kerja di sektor
pertanian, disebutkan jumlah pekerja di sektor pertanian atau petani
menurun sebesar 1,4 persen dari 39,33 juta orang pada Agustus 2011
menjadi 38,88 juta orang pada Agustus 2012. Permasalahan sektor
pertanian di Indonesia selain alih fungsi lahan pertanian yang menjadi
-
7
industri, juga mata pencarian mereka kini menjadi pegawai industry,
alasannya sangat jelas, bahwa pendapatan pada sektor industri lebih besar
dibandingkan dengan sektor pertanian. Selain itu kegiatan pertanian
ditentukan oleh keadaan iklim ataupun waktu, namun pada industri sendiri
kegiatan yang dilakukan tidak terikat oleh iklim maupun waktu. Hal inilah
yang membuat para petani atau buruh tani mengubah profesianya, yang
dahulunya petani kini menjadi pegawai perusahaan industri. Politik
pertanian yang tidak sepenuhnya memihak kepada petani merupakan
penyebab menurunnya daya tarik pertanian. Politik pertanian yang
kehilangan roh keagrarisan (mengingat Indonesia masih sering disebut-
sebut negara agraris) rupanya berdampak buruk pada produktivitas
pertanian (Biro Pusat Statistik, 2012).
Produktivitas pertanian Indonesia yang masih rendah akibat
sempitnya lahan petani di mana rata-rata lahan per petani hanya sebatas
0,5 hingga 0,6 hektare. Hal ini menyebabkan produktivitas rendah akibat
sempitnya lahan (Prof. sumarno), idealnya untuk satu orang penduduk
tersedia 1.000 meter lahan pertanian. Menurut data dari BPS tahun 2011,
produktivitas tanaman padi di Indonesia adalah sebesar 51.19 kuintal per
hektar. Hal ini harus menjadi perhatian khusus bagi pemerintah untuk
meningkatkan produktivitas dengan membuka lahan baru pertanian.
e) kebijakan pemerintah
Kebijakan pemerintah yang menimpor pangan menyebabkan petani
kehilangan akses pasar mereka. Lemahnya daya dukung pemerintah dalam
urusan permodalan dan teknologi menyebabkan petani tidak bisa bersaing
secara bebas dengan produk impor. Akibatnya, karena ketidakmampuan
bersaing itu, petani banyak yang bertransformasi menjadi kaum urban.
Atas anjuran IMF dan Bank Dunia, pemerintah juga sangat intensif
memangkas subsidi atau anggaran untuk pertanian. Pemerintah juga gagal
untuk menjamin ketersediaan pupuk murah dan massal bagi petani. Dalam
banyak kasus, pemerintah hanya pura-pura tuli ketika petani di berbagai
daerah menjerit akibat kelangkaan atau mahalnya harga pupuk. Petani juga
-
8
tidak bisa mengakses modal. Pemerintah tidak punya skenario pembiayaan
pertanian yang efektif. .
Pemerintah tidak konsisten menjalankan reformasi agraria
sebagaimana diamanatkan UUPA 1960. Padahal, belum ada negara di
dunia yang sukses membangun pertanian dan tumbuh menjadi industrialis
tanpa melampaui reforma agraria. pemerintah tidak serius mengurusi
sektor pangan karena kebijakan kepemimpinan tidak fokus ke sektor
pertanian. Seharusnya kebijakan pangan tidak masuk ke ranah politis (
Anggoro,2012).
Dari masalah-masalah sektor pertanian di atas, sebab turunnya sektor
pertanian disebabkan oleh perubahan alih fungsi lahan, infrastruktur pertanian
yang masih buruk dan kebijakan pemerintah tentang pertanian yang masih belum
tertata. Dari masalah-masalah tersebut sangat bahwa sektor pertanian di Indonesia
dari tahun ke tahun mengalami penurunan. Belum ada kebijakan yang tegas dalam
menagani masalah sektor pertanian yang menjadi sektor primer bagi negara
Indonesia.
2.2 Upaya peningkatan sektor Pertanian di Indonesia
Sektor pertanian di Indonesia, dari tahun ke tahun terus mengalami
penurunan. Penurunan sektor pertanian ini, berdampak pula pada sektor lainnya.
Perlu adanya upaya untuk meningkatkan sektor pertanian di Indonesia ini. Adapun
langkah dan solusi untuk meningkatkan sektor pertanian di Indonesia
2.2.1 Kearifan lokal yang meningkatkan ketahanan pangan
Besarnya potensi alam, kultur masyarakat agraris, dan kearifan masyarakat
lokal sangat memungkinkan pelaksanaan reinvestasi surplus di pedesaan tersebut.
Peranan dan eksistensi masyarakat lokal, bagaimanapun, tidak mungkin
diabaikan. Masyarakat lokal di pedesaan dengan kulturnya yang mendarah daging
telah melahirkan kearifan lokalnya masing-masing. Kearifan lokal ini telah
dibangun selama berabad-abad seiring dengan perjalanan hidup sehingga
merupakan intisari dari kompilasi pengalaman hidup yang panjang dan diwariskan
turun temurun.
-
9
Di daerah pedesaan yang masyarakatnya sebagian besar hidup dari
pertanian, maka kearifan lokal tersebut juga terinternalisasi secara sadar dalam
tata cara bertani. Kehidupan sehari-hari masyarakat petani pun tidak lepas dari
kearifan lokal pertanian tersebut. Dapat dikatakan bahwa tata cara bertani yang
berlandaskan pada kearifan lokal tersebut merupakan bentuk-bentuk local genius.
Contoh kearifan lokal tersebut secara ilmiah memang telah dapat
dibuktikan kebenarannya. Perbedaan pemilihan hari untuk menyemai benih
ternyata secara ilmiah terbukti dapat memberikan hasil yang berbeda pula. Pola
pengairan tradisional Subak juga telah diakui dan teruji secara ilmiah oleh
masyarakat dunia sebagai tata kelola pengairan yang sahih. Lumbung-lumbung
desa yang selalu terisi penuh juga terbukti mampu menyelamatkan masyarakat
lokal dari bencana kelaparan.
Meskipun terdapat kearifan lokal yang tidak lagi dapat diterima dan
diterapkan, bukan berarti peranan masyarakat lokal dengan kearifan lokalnya
dapat dan boleh direduksi atau diabaikan begitu saja. Justru kearifan lokal dapat
menjadi faktor pendorong dinamisasi aktivitas pertanian di pedesaan
(Agrimandiri,2008).
2.2.2 Kebijakan Pertanian Indonesia
Kebijakan pemerintah harus tegas dalam menangani masalah pertanian di
Indonesia. Pemerintah harus membenahi infrastruktur pertanian yang masih
berantakan, luas tanah yang pertanian yang sempit, dan kebijakan pemerintah
tentang pupuk dan benih dan sebagainya.
Serikat Petani Indonesia (SPI), salah satu organisasi yang bergerak di
bidang pertanian menyerukan kepada pemerintah pentingnya fokus pada
pertahanan pangan dan kemandirian di bidang pangan. Ada beberapa solusi yang
diberikan oleh organisasi ini dalam hal membangun kemandirian pangan bagi
Indonesia, diantaranya; Pertama, SPI memperjuangkan konsep kedaulatan pangan
sebagai upaya menciptakan kecukupan pangan, dan mengatasi kelaparan di dunia
ini. Kedua, Penguasaan terhadap sumber-sumber agraria secara adil, sebagai
prasyarat untuk dapat memproduksi bahan-bahan pangan. Ketiga,
Memprioritaskan produksi pangan dalam negeri, aspek social dan lingkungan.
-
10
Keempat, Melindungi pasar dalam negeri dari serbuan import dan praktek-praktek
dari prinsip-prinsip perdagangan bebas (Serekat Petani Indonesia (SPI),2008).
Solusi pertanian Indonesia sebenarnya bisa diselesaikan dengan kebijkan
pemerintah yang tegas dan masyrakat yang proaktif dalam masalah pertanian.
Kearifan lokal masyarakat juga harus dijaga, karena setiap wilayah memiliki
kecocokan dalam mengelola alam yang berbeda-beda. Seperti dipedesaan, dimana
hasil pertanian mereka melimpah, hanya saja para petani di pedesaan masih belum
mengerti cara mendistribusi hasil pertaniannya ke wilayah lain, apalagi sekarang
Indonesia menganut sistem ekonomi bebas. Pemerintah harus mengadakan
penyuluhan kepada petani yang ada dipedesaan untuk menerangkan bagaimana
cara mendistribusikan hasil pertanian.
3. Simpulan
3.1 Penutup
Dari hasil pemaparan tentang masalah dan upaya peningkatan sektor
pertanian di Indonesia dapat disimpulkan bahwa sektor pertanian di Indonesia
bermasalah karena beberapa faktor. Faktor yang mempengaruhi sektor pertanian
yaitu infrastruktur pertanian yang buruh, alih fungsi lahan pertanian yang secara
besar-besaran, kebijakan pemerintah yang kurang tegas, penurunan sumber daya
alam dan hilangnya pekerja pertanian akibat sektor industry yang melebihi sektor
pertanian.
Dan upaya untuk meningkatkan kembali sektor pertanian di Indonesia
sendiri yaitu menjaga kearifan local masyarakat Indonesia dalam pertanian yang
dijalankan turun-temurun, penyeimbangan antara sektor industry dengan sektor
pertanian, dan kebijakan pemerintah yang tegas dan terlaksana.
3.2 Saran
Masalah sektor pertanian di Indonesia masih banyak yang mempengaruhi
penurunan sektor pertanian di Indonesia dan tetunya masih ada hal yang lain yang
dapat mengatasi permasalahan sektor pertanaian di Indonesia. Untuk itu saya
menyarankan kepada pembaca untuk membaca tentang makalah selaian ini, dan
-
11
tetnunya harus peka terhadap masalah pertanian yang ada di sekitar lingkungan
anda.
DAFTAR RUJUKAN
Musabbihin, Ahmad. 2012. Pertanian Indonesia dalam menghadapi tantangan
krisis pangan global. Skripsi tidak diterbitkan: Surabaya : Fakultas
Ekonomi dan bisnis UNAIR.
Agrimandiri. 2008. Kearifan Lokal Meningkatkan Ketahanan Pangan. (online)
(http://www.arthagrahapeduli.org/index.php?option=com_content&view=ar
ticle&id=1006%3Akearifan-lokal-meningkatkan-ketahanan-
pangan&catid=52%3Aumum&Itemid=57&lang=in), diakses 1 Mei 2013. Agung. 2012. Perkembangan Sektor Pertanian. (online)
(gunadharmacegkareng.blogspot.com/2012/05/Perkembangan-sektor-
pertanian.htm), diakses 3 Mei 2013.
Nugrayasa, Oktavio. 2012. 5 Masalah Yang Membelit Pembangunan Pertanian di
Indonesia. (online) (http://setkab.go.id/artikel-5746-.html), diakses 1 Mei
2013.
Sarekat Pertania Indonesia. 2008. Solusi Kebijakan Pertanian.(online)
(www.spi.or.id, 02/01/2008), diakses 5 Mei 2013.
Anggoro. K.U. 2012. Turunnya Produksi Padi. (online)
(http://www.berdikarionline.com/editorial/20111130/turunnya-produksi-
padi.html#ixzz2S8Lj9sBN) diakses 1 Mei 2013.