PERBANDINGAN EKSTRAK DAUN BINAHONG DAN EKSTRAK …eprints.ums.ac.id/39270/1/10. NASKAH...
Embed Size (px)
Transcript of PERBANDINGAN EKSTRAK DAUN BINAHONG DAN EKSTRAK …eprints.ums.ac.id/39270/1/10. NASKAH...

PERBANDINGAN EKSTRAK DAUN BINAHONG DAN EKSTRAK DAUN
CENGKEH DALAM MENGHAMBAT PERTUMBUHAN BAKTERI
Staphylococcus aureus
NASKAH PUBLIKASI
Program Studi Pendidikan Biologi
Diajukan Oleh :
Nur Fitriana Rizki Amanda
A 420 110 023
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2015


PERBANDINGAN EKSTRAK DAUN BINAHONG DAN EKSTRAK DAUN
CENGKEH DALAM MENGHAMBAT PERTUMBUHAN BAKTERI
Staphylococcus aureus
Nur Fitriana Rizki Amanda (1)
, A 420 110 023, Suparti (2),
(1)Mahasiswa/Alumni,
(2) Staf Pengajar, Program Studi Pendidikan Biologi,
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,
Universitas Muhammadiyah Surakarta,
2015, 44 lembar.
ABSTRAK
.
Pemanfaatan bahan alam sebagai obat tradisional di Indonesia akhir-akhir
ini semakin meningkat, bahkan beberapa bahan alam telah di produksi secara
fabrikasi dalam skala besar. Keuntungan dari penggunaan obat tradisional adalah
bahan bakunya mudah diperoleh dan harganya yang relatif murah. Salah satu
pemanfaatan bahan alam adalah tanaman binahong (Anredera scandens (L.).
Secara tradisional tanaman Binahong dikenal oleh masyarakat untuk mengobati
berbagai macam penyakit, di antaranya adalah penyakit infeksi. Namun, binahong
masih jarang digunakan sebagai tanaman obat. Selain daun binahong, tanaman
lain yang mengandung anti bakteri adalah ekstrak daun cengkeh yang
mengandung eugenol. Pemanfaatan daun cengkeh saat ini yaitu sebagai sumber
minyak cengkeh yang digunakan dalam industri farmasi, kosmetik, makanan
maupun rokok. Ekstrak bunga cengkeh yang mengandung eugenol, saponin,
flavonoid dan tanin yang juga dapat bersifat antibakteri. Tujuan penelian ini
adalah Tujuan penelian ini adalah untuk mengetahui daya hambat ekstrak daun
binahong dan ekstrak daun cengkeh terhadap bakteri Staphylococcus aureus.
Pembuatan Ekstrak dengan cara Dekoksi.

Hasil Penelitian dengan menggunakan ekstrak daun binahong dan ekstrak
daun cengkeh dengan konsentrasi yang sama yaitu 1%, 3%, 5% menunjukkan
hasil yang sama dalam menghambat pertumbuhan bakteri S.aureus. Konsentrasi
yang digunakan tidak dapat menghambat pertumbuhan bakteri S.aureus.dari data
yang diperoleh kedua ekstrak tersebut menunjukkan hasil yang sama yaitu 0mm.
Sehingga tidak terdapat zona hambat pada pertumbuhan bakteri.
Kata kunci: Jerawat, Bahan alam, bakteri, anti mikroba.
PENDAHULUAN
Pemanfaatan bahan alam sebagai obat tradisional di Indonesia akhir-akhir
ini semakin meningkat, bahkan beberapa bahan alam telah di produksi secara
fabrikasi dalam skala besar. Keuntungan dari penggunaan obat tradisional adalah
bahan bakunya mudah diperoleh dan harganya yang relatif murah.
Salah satu pemanfaatan bahan alam adalah tanaman binahong (Anredera
scandens (L.). Secara tradisional tanaman Binahong dikenal oleh masyarakat
untuk mengobati berbagai macam penyakit, di antaranya adalah penyakit infeksi.
Namun, binahong masih jarang digunakan sebagai tanaman obat.
Menurut Yusup Yudi Prayudi yang dijelaskan dalam Warta Balai
Penelitian Tanaman Rempah dan Obat (2009) bahwa seluruh bagian tanaman
Binahong mulai dari akar, umbi, batang, daun dan bunga sangat mujarab untuk
obat dalam penyembuhan (terapi herbal).
Ekstrak daun binahong dapat menjadi antibakterial dengan kandungan
senyawa metabolit sekunder yaitu flavonoid, polifenol, saponin, alkaloid,
terpenoid, minyak atsiri, dan tanin (Umar, dkk., 2012). Sastrohamidjojo (2002),
menyatakan bahwa Flavonoid yang terkandung pada ekstrak daun binahong dari
sampel segar dan kering adalah 7,81 mg/kg dan 11,23 mg/kg. Jenis flavonoid
yang diperoleh dari hasil isolasi dan identifikasi serbuk segar dan serbuk kering
ekstrak etanol daun binahong ialah flavonol.

Selain daun binahong, tanaman lain yang mengandung anti bakteri adalah
ekstrak daun cengkeh yang mengandung eugenol. Pemanfaatan daun cengkeh saat
ini yaitu sebagai sumber minyak cengkeh yang digunakan dalam industri farmasi,
kosmetik, makanan maupun rokok. Ekstrak bunga cengkeh yang mengandung
eugenol, saponin, flavonoid dan tanin yang juga dapat bersifat antibakteri
(Haditomo, 2010).
METODE PENELITIAN
Suatu penelitian memerlukan tempat penelitian yang dijadikan objek
untuk memperoleh data, informasi dan keterangan yang diperlukan dalam
penelitian. Tempat yang akan digunakan pada penelitian ini adalah di
Laboratotium Pendidikan Biologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
UMS.
Waktu penelitian yang diperlukan untuk memperoleh data dilakukan
selama bulan Desember 2014 – Januari 2015.
a. Alat
1) Alat yang digunakan untuk sterilisasi dalam pembuatan media.
Petridish (Pyrex), tabung reaksi (Pyrex), beaker glass 1000 ml (Pyrex),
Erlenmeyer (Pyrex), autoklaf , ose, drigalski, dan sprayer.
2) Alat yang digunakan dalam pembuatan media.
Kompor, panci, pisau, kain penyaring, kertas kassa, timbangan analitik,
spatula, erlenmeyer (Pyrex), Beaker glass (Pyrex), hotplate, magnetic
stirrer, autoklaf, petridish (Pyrex), dan tabung reaksi (Pyrex).
3) Alat yang digunakan untuk pembuatan suspensi bakteri
Ose, petridish steril (Pyrex), inkubator, tabung reaksi (Pyrex), pembakar
spirtus, korek api, dan sprayer.
4) Alat yang digunakan untuk mengukur zona hambat pertumbuhan bakteri
adalah Petridish (Pyrex), pembakar spirtus, penggaris.
b. Bahan
1. Bahan yang digunakan dalam sterilisasi alat.

Kertas payung, alkohol 70%, kapas, korek api, dan aluminium foil
2. Bahan yang digunakan sebagai media pertumbuhan
Natrium agar, aquades,
3. Suspensi bakteri Staphylococcus aureus, aquades, korek api, alkohol 70%,
kapas, aluminium foil.
Pembuatan Ekstraksi Dengan Metode Dekokta
1) Mengambil 1 gram daun binahong, mengiris – iris daun hingga
berukuran kecil.
2) Memasukkan simplisia kedalam panci dan menambahkan dengan air
100 cc, sehingga di dapat konsentrasi 1%
3) Di panaskan di atasapi langsung ( suhu mencapai 1000C)
4) Pemanasan di lakukan selama 30 menit dengan sekali di aduk – aduk
(Voight: 1994 )
5) Setelah 30 menit panci di turunkan dan di saring menggunakan kain
flanel.
6) Menambahkan ekstrak dengan menggunakan air panas hingga
mencapai 100 cc.
7) Mengambil 3 gram daun binahong, mengiris – iris daun hingga
berukuran kecil
8) Memasukkan simplisia kedalam panci dan menambahkan dengan air
100 cc, sehingga didapat konsentrasi 3%
9) Di panaskan diatas api langsung ( suhu mencapai 100 0C)
10) Pemanasan dilakukan 30 menit dengan sesekali diaduk – aduk.
11) Setelah 30 menit panci diturunkan dan disaring menggunakan kain
fanel.
12) Menambah ekstrak dengan menggunakan air panas hingga mencapai
1000C
13) Mengambil 5 gram daun binahong, mengiris- iris daun hingga
berukuran kecil

14) Memasukkan simplisia kedalam panci dan menambahkan dengan air
100 cc, sehingga di dapat konsentrasi 5%.
15) Melakukan hal yang sama untuk pembuatan ekstrak daun cengkeh.
Cara Uji Anti Bakteri dengan cara Sumuran.
1) Beberapa koloni kuman dari pertumbuhan 24jam diambil,
disuspensikan kedalam 0,5ml BHl cair, diinkubasikan 5-8jam pada
suhu 37ºC.
2) Suspensi ditambah aquades steril hingga kekeruhan tertentu sesuai
dengan standar konsentrasi bakteri 108 CFU/ml.
3) Kapas lidi steril dicelupkan kedalam suspense bakteri lalu ditekan
tekan pada dinding tabung hingga kapasnya tidak terlalu basah,
kemudian dioleskan pada permukaan media agar hingga rata.
4) Media agar dibuat sumuran dengan garis tengah tertentu, kedalam
sumuran diteteskan larutan anti bakteri kemudian diinkubasi pada 37ºC
selama 18-24 jam.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil penelitian tentang anti mikrobakteri pada pertumbuhan
bakteri Staphylococcus aureus dengan menggunakan ekstrak daun binahong,
ekstrak daun cengkeh pada media nutrien agar, didapatkan hasil sebagai berikut:
Tabel 4.1 rerata pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dengan menggunakan ekstrak
daun binahong di bandingkan dengan ekstrak daun cengkeh didapatkan hasil sebagai berikut :
Perlakuan
Rerata Diameter
zona hambat
(mm/%)
Keterangan
B1M0 0 Tidak menghambat
B1M1 0 Tidak menghambat
B1M2 0 Tidak menghambat
B2M0 0 Tidak menghambat
B2M1 0 Tidak menghambat
B2M2 0 Tidak menghambat

Keterangan:
(B1) ekstrak daun binahong, (B2) ekstrak daun cengkeh, (M0) konsentrasi 1%, (M1)
konsentrasi 3%,, (M2) konsentrasi 5%,
Perlakuan menggunakan bakteri Staphylococcus aureus sebagai bakteri uji,
hasil pertumbuhan bakteri ini pada ekstrak daun binahong dengan ekstrak daun
cengkeh yang digunakan sebagai anti mikro bakteria, diameter pada sumuran yang
dibuat di ekstrak daun binahong dengan konsentrasi 1%, 3%, 5% adalah 0 mm.
Artinya dengan konsentrasi yang digunakan dalam pembuatan sampel, ekstrak
daun binahong tidak dapat menghambat pertumbuhan bakteri S. aureus.
Pada uji yang kedua digunakan ekstrak daun cengkeh sebagai uji anti
bakteri. Hasil dari uji dengan ekstrak daun cengkeh dengan kadar konsentrasi 1%,
3%, 5% adalah 0. Artinya pada ekstrak daun cengkeh juga menunjukkan hasil
yang sama yaitu dengan konsentrasi yang digunakan tersebut sampel daun
cengkeh tidak dapat menghambat pertumbuhan bakteri S. aureus.
Berdasarkan hasil diatas, menunjukkan bahwa konsentrasi yang digunakan
dalam pembuatan sampel tidak dapat menghambat pertumbuhan bakteri S. aureus
baik pada ekstrak daun binahong maupun ekstrak daun cengkeh.
Penyakit kulit ada yang di sebabkan oleh infeksi bakteri Staphylococcus
aureus, yang dianggap sebagai kelainan secara fisiologis, hal ini menyebabkan
individu yang terinfeksi bakteri tersebut dapat menimbulkan jerawat. Secara
umum penyakit kulit disebabkan oleh bakteri yang menginfeksi kulit dan
menyebabkan terjadinya penyumbatan pada pilosebasea yang ditandai dengan
adanya komedo, papul, pastul dan bopeng pada daerah wajah, leher, lengan
atas, dada dan punggung pada kulit.
Pemanfaatan bahan alam sebagai obat tradisional di Indonesia akhir - akhir
ini meningkat, bahkan beberapa bahan alam telah di produksi secara fabrikasi
dalam skala besar. Keuntungan lain penggunaan obat tradisional adalah bahan
bakunya mudah di peroleh dan harganya yang relatif murah.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pertumbuhan bakteri dengan
menggunakan anti mikroba yang di ambil dari ekstrak daun binahong dan ekstrak
daun cengkeh. Bakteri yang digunakan adalah Staphylococcus aureus ( gram
positif ). Ekstak daun binahong dan ekstrak daun cengkeh digunakan karena
kedua ekstrak ini mengandung zat anti mikroba yang sangat tinggi dan zat – zat
lain yang digunakan untuk proses penghambat pertumbuhan bakteri.
Daun binahong mengandung triterpenoid, steroid, dan glikosida.
Triterpenoid mempunyai kemampuan meningkatkan kolagen yang merupakan
salah satu faktor penyembuhan luka ( Astuti: 2011). Daun binahong terbukti
mengandung minyak atsiri cengkeh yang diperoleh dari bunga, batang
maupun daun dari tanaman cengkeh, minyak atsiri ini mampu menghambat
pertumbuhan organisme, termasuk diantaranya mikroba, serangga, cacing dan
tanaman pengganggu. Selain itu cengkeh juga dapat mengurangi peradangan (anti
inflamasi ) dan sebagai anti oksidan ( Rahayu : 2000 ).
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, anti mikroba yang digunakan
adalah ekstrak daun binahong dan ekstrak daun cengkeh. Untuk konsentrasi yang
digunakan pada penelitian ini adalah konsentrasi 1%, 3%. Dan 5%. Konsentrasi
yang sama digunakan untuk mengetahui perbandingan daya hambat bakteri untuk
pertumbuhan bakteri S. aureus.
Pada ekstrak daun binahong dengan konsentrasi 1% pertumbuhan bakteri
diameter yang dibentuk adalah 0 mm dan itu artinya ekstrak daun binahong
dengan konsentrasi 1% tidak dapat dihambat, untuk konsentrasi 3% pertumbuhan
bakteri diameter yang dibentuk adalah 0 mm dan itu artinya ekstrak daun
binahong dengan konsentrasi 3% tidak dapat menghambat bakteri. Sedangkan
untuk konsentrasi 5% pertumbuhan bakteri diameter yang dibentuk adalah 0 mm
dan itu artinya ekstrak daun binahong dengan konsentrasi 5% tidak dapat
menghambat pertumbuhan bakteri S. aureus.
Berdasarkan hasil perlakuan menggunakan ekstrak daun cengkeh,
konsentrasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah 1%, 3%, dan 5%. Pada
ekstrak daun cengkeh dengan konsentrasi 1% diameter yang dibentuk oleh ekstrak
adalah 0 mm, sehingga konsentrasi 1% tidak dapat menghambat pertumbuhan

bakteri. Untuk konsentrasi 3% ekstrak daun cengkeh dengan konsentrasi 3%
diameter yang dibentuk oleh ekstrak adalah 0 mm, sehingga konsentrasi 3% tidak
dapat menghambat pertumbuhan bakteri. Sedangkan Pada ekstrak daun cengkeh
dengan konsentrasi 5% diameter yang dibentuk oleh ekstrak adalah 0 mm,
sehingga konsentrasi 5% tidak dapat menghambat pertumbuhan bakteri.
Pada penelitian yang dilakukan, media yang digunakan untuk pertumbuhan
bakteri adalah media nutrient agar. Hasil dari pertumbuhan bakteri yang didapat
dari penambahan kedua ekstrak tersebut menghasilkan hasil yang sama pada
keduanya. Untuk ekstrak daun binahong pertumbuhan bakteri relatif baik, artinya
ekstrak daun binahong tidak optimal untuk menghambat pertumbuhan bakteri
Staphylococcus aureus. Sama halnya untuk ekstrak daun cengkeh, pertumbuhan
bakteri pada percobaan ini relatif optimal. Artinya ekstrak daun cengkeh tidak
dapat menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dengan optimal.
Pada penelitian yang dilakukan kedua ekstrak ini tidak dapat menghambat
pertumbuhan bakteri. Hal ini di sebabkan karena konsentrasi yang digunakan
sangat kecil sehingga ekstrak yang digunakan ini tidak dapat menghambat
pertumbuhan bakteri. Secara umum terlihat bahwa kedua ekstrak ini yaitu ekstrak
daun binahong dan ekstrak daun cengkeh tidak dapat menghambat sedikitpun
pertumbuhan bakteri S. aureus. Hal ini terlihat dari pertumbuhan bakteri pada
petri yang digunakan dalam menumbuhkan bakteri ini tidak terlihat adanya zona
hambat yang terjadi. Sehingga dapat dengan mudah di ketahui bahwa konsentrasi
yang digunakan tidak optimal.
Rahayu (2000) menyatakan bahwa dinding sel bakteri Gram positif akan
bermuatan negatif sebagai akibat dari ionisasi gugus fosfat dari asam teikoat
pada struktur dinding selnya, sedangkan eugenol yang merupakan senyawa
turunan fenol merupakan suatu alkohol yang bersifat asam lemah. Sebagai
asam lemah, senyawa-senyawa fenolik dapat terionisasi melepaskan ion

KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan analisis data dan pembahasan dapat diambil kesimpulan
sebagai berikut : ekstrak daun cengkeh dan ekstrak daun binahong dengan
kadar konsentrasi 1%, 3%, dan 5% tidak dapat menghambat pertumbuhan
bakteri S. aureus.
Saran
1. Konsentrasi yang digunakan harus ditingkatkan supaya daya hambat
pertumbuhan bakteri lebih optimal.
DAFTAR PUSTAKA
Albrecht, Julie A. 2005. Staphylococcus aureus. Tersedia:
http://www.foodsafety.unl.edu/pathogens/staph.html. University of
Nebraska-Lincoln.[Diakses 21 maret 2015].
Anonim. 2012. Prinsip Dasar Teori Menghitung Mikroorganisme Pada Cawan
(Bagian 2). Tersedia:
https://ekspedisiaim.files.wordpress.com/2012/04/prinsip-dasar-teori-
menghitung-mikroorganisme-pada-cawan-bagian-21.pdf. [Diakses 21
maret 2015].
Anonim.2014. Detaile Information for Escherichia coli. [online]. Tersedia:
http://www.safewater.org/PDFS/.../Detailed_Escherichia_Coli.pdf. [25
oktober 2014].
Arulanantham, Ravathie., Pathmanathan, Sevvel., Ravimannan , Nirmala., and
Niranjan , Kularajany. 2012. “Alternative Culture Media for Bacterial
Growth Using Different Formulation of Protein Sources”. Journal of
Natural Product and Plant Resourse, 2 (6):697-700.
Atlas, Ronald M. 2004. Handbook of Microbiological Media fourth Edition
Volume 1. United States Of America: CRC Press.
Badan Standar Nasional.1992.Metoda Pengujian Susu Segar. Jakarta: Badan
Standar Nasional.
Benson, Harold J. 2002. Micrpbiological Apllications Laboratory Manual in
General Microbiology. New York: CRC press.

Cappuccino, James G and Sherman Natalie. 2013. Manual Laboratorium biologi;
alih bahasa, Nur Miftahurrahmah. Jakarta: EGC.
Collin, C.H and P. M. Lyne. 2004. Microbiological Method Eighth edition.
London: Arnold.
Deivanayaki, M., and Iruthayaraj , P. A. 2012. “Alternative vegetable nutrient
source for microbial growth”.International Journal of Biosciences (IJB), 2
(5):47-51.
Difco and BBL Team. 2009. Manual of Microbiological Culture Media Second
Edition. New York: Becton, Dickinson and Company.
Dwijosaputro, D. 2005. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Jakarta: Djambatan.
Famurewa, O., and David, O.M. 2008. “Formulation and Evaluation of Dehirated
Microbiological Media from Avocado Pear (Peasea Americana
Cmill)”.Research Journal of Microbiology, 3 (5): 326-330
Gandjar, Indrawati., Sjamsuridjal, Welliar., dan Oetari, Ariyanti. 2006. Mikologi
Dasar dan Terapan. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
Jewetz, E Melnick, j, L., and Adelberg, E, A,. 2005. Mikrobiologi kedokteran
Edisi 1. Diterjemahkan oleh bagian mikrobiologi fakultas kedokteran
universitas airlangga. Jakarta: Salemba medika.
Kaper, J.B., Nataro, J.P., and Mobley, H.L. 2004. “Pathogenic Escherichia coli”.
Nature Reviews Microbiology, 2:123–140.
Koswara , Sutrisno. 2010.TeknologiPengolahan Umbi-Umbian Bagian 7 :
Pengolahan Umbi Garut.Tropical Plant Curriculum (TPC) Project.
Bogor: IPB.
Kusdibyo Dan Aziz A. Asandhi. 2004. “Waktu Panen Dan Penyimpanan Pasca
Panen Untuk Mempertahankan Mutu Umbi Kentang Olahan”. Jurnal
Ilmu Pertanian, 11 (1): 51 – 62.
Kwoseh, C.K., Darko. M. A., and Adubofour , K. 2012. “Cassava Starch-Agar
Blend as Alternative Gelling Agent for Mycological culture media”. Bots.
J. Agric Appl Sci, 8 (1): 8-15.
Lehninger, Albert L. 1982. Dasar dasar biokimia jilid 1. Jakarta: Erlangga.

Madigan, Michael T, David P. Clarck, David Stahl, John M. Martinko. 2011.
Brock Microbiology of microorganisms. San Francisco: Benjamin
Cummings publishing.
Martyniuk , Stefan And Oroń , and Jadwiga. 2011. “Use of Potato Extract Broth
for Culturing Root-Nodule Bacteria”. Polish Journal of Microbiology, 60
(4): 323–327.
Maulana, Rijanti Rahayu., R. Budiasih., Dan Nelis, Immaningsih. 2012.
Karakterisasi Fisik Dan Kimia Rimpang Dan Pati Garut (Marantha
Arundinacea L.) Pada Berbagai Umur Panen. Proceeding Seminar
Nasional Kedaulatan Pangan Dan Energi. Eds: Subari, Slamet et al.
Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura.
Melliawati , Ruth. 2009. Escherichia Coli Dalam Kehidupan Manusia.BioTrends,
4 (1): 10-14.
Moeryati, S. 1998. Alam Sumber Kesehatan, Manfaat, dan Kegunaan. Jakarta:
balai pustaka
Orenstein, Abigail. 2015. The Discovery and Naming of Staphylococcus aureus.
Tersedia: http://www.antimicrobe.org/h04c.files/history/S-aureus.pdf.
[Diakses 21 maret 2015].
Orent, Wendi. 2006. A Brief History of Staph. Tersedia:
http://protomag.com/articles/a-brief-history-of-staph. [Diakses 21 maret
2015].
Purwoko.Tjahjadi. 2007. Fisiologi Mikroba. Jakarta: Bumu aksara.
Radji, maksum. 2010. Buku Ajar Mikrobiologi: Panduan Mahasiswa Farmasi dan
Kedokteran. Jakarta: EGC.
Rao, Shidar P.N. 2014. [online]. Bacterial Culture Media.Tersedia:
www.microrao.com/micronotes/culture_media.pdf. [Diakses pada Minggu, 14 September 2014]
Ravimannan, Nirmala., Arulanantham, Revathie., Pathmanathan, Sevvel., and
Niranjan, Kularajani. 2014. “Alternative Culture Media For Fungal
Growth Using Different Formulation Of Protein Sources”. Annals of
Biological Research, 5 (1):36-39.
Richana, Nur. 2012. Araceae & Dioscorea “Manfaat umbi-Umbian Indonesia”.
Bandung: Nuansa.
Rukmana, R. 2000. Garut. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.

Siegrist, Jvo. 2011. “Staphylococcus aureus In The Focus”. Microbiology focus, 3
(4): 1-6.
Slamet, Dewi Sabita dan Tarwotjo, Ignatus. 1980.Komposisi zat Gizi Makanan
Indonesia. Jurnal Penelitian Gizi dan Makanan (ISSN: 0125-96950125-
9695. EISSN: 2338-3453)
Songer, J. G., Post, K. W., 2005, Veterinary Microbiology. St. Louis: Elsevier.
Sumarsih, S. 2003. Mikrobiologi Dasar. Yogyakarta: UPN Veteran.
Sutarma. 2000. KULTUR MEDIA BAKTERI. Temu teknis Fungsional non
peneliti.
Tharmila, S., Jeyaseelan, E.C., and Thavaranjit , A. C. 2011. “Preliminary
Screening Of Alternative Culture Media For The Growth Of Some
Selected Fungi”. Archives of Applied Science Research, 3 (3):389-393.
Tjitrosoepomo, Gembong. 2010. Taksonomi Tumbuhan (Spermatophyta).
Yogyakarta: UGM Press.
Tortora, G.J., B.R. Funke, and C.L. Case. 2001. Microbiology an Introduction. 7th
ed. USA : Addison Wesley Longman, Inc.
Waluyo, Lud. 2009. Mikrobiologi Lingkungan. Malang: UMM Press.
Wijayakusuma, Hembing. 2000. Ensiklopedia Milenium Tumbuhan Berkhasiat
Obat Indonesia. Jakarta: Prestasi Insan Indonesia.
Windyasmorodewi, W. Indrayudha, P., dan Mayasari, H.F. 2010.Buku petunjuk
praktikum mikrobiologi farmasi. Surakarta: Universitas Muhammadiyah
Surakarta.
Yuwono, Triwibowo.2010. Biologi Molekuler. Jakarta: Erlangga.