Peritonitis

25
DAFTAR ISI BAB I................................................................ 2 PENDAHULUAN.......................................................... 2 1.2 Latar Belakang..................................................2 BAB II............................................................... 3 ISI.................................................................. 3 2.1 Anatomi fisiologi...............................................3 2.2 Definisi........................................................6 2.3 Etiologi........................................................7 2.4 Symptoms........................................................8 2.5 Pathoghenesis...................................................9 2.6 Treatment.......................................................9 2.7 Pengkajian......................................................9 2.8 Diagnosa Keperawatan...........................................10 2.9 Nursing Care Plan..............................................11 BAB III KESIMPULAN.................................................. 15 DAFTAR PUSTAKA...................................................... 16 1

description

makalah peritonitis kasus

Transcript of Peritonitis

Page 1: Peritonitis

DAFTAR ISI

BAB I..........................................................................................................................................................2

PENDAHULUAN.......................................................................................................................................2

1.2 Latar Belakang...................................................................................................................................2

BAB II.........................................................................................................................................................3

ISI................................................................................................................................................................3

2.1 Anatomi fisiologi...............................................................................................................................3

2.2 Definisi..............................................................................................................................................6

2.3 Etiologi..............................................................................................................................................7

2.4 Symptoms..........................................................................................................................................8

2.5 Pathoghenesis....................................................................................................................................9

2.6 Treatment...........................................................................................................................................9

2.7 Pengkajian.........................................................................................................................................9

2.8 Diagnosa Keperawatan....................................................................................................................10

2.9 Nursing Care Plan............................................................................................................................11

BAB III KESIMPULAN...........................................................................................................................15

DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................................16

1

Page 2: Peritonitis

BAB I

PENDAHULUAN

1.2 Latar Belakang

Peradangan peritonitis adalah komplikasi dari berbagai penyebaran infeksi dari organ-organ

abdomen –misalnya apendisitis, salpingitis,, perforasi ulkus gastroduodenal- rupture saluran

cerna, komplikasi post operasi, iritasi kimiawi, atau dari luka tembus abdomen yang sering trjadi.

Pada keadaan normal, peritoneum resisten terhadap infeksi bakteri (secara inokulasi kecil-

kecilan); kontaminasi yang terus menerus, bakteri yang virulen, resistensi yang menurun, dan

adanya benda asing atau enzim pencerna aktif, merupakan faktor-faktor yangmemudahkan

terjadinya peritonitis.

Keputusan untuk melakukan tindakan bedah harus segera diambil karena setiap keterlambatan

akan menimbulkan penyakit yang berakibat meningkatkan morbiditas dan mortalitas. Ketepatan

diagnosis dan penanggulangannya tergantung dari kemampuan melakukan analisis pada data

anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan peritonitis.

Peritonitis selain disebabkan oleh kelainan di dalam abdomen yang berupa inflamasi dan

penyulitnya, juga oleh ileus obstruktif, iskemia dan perdarahan. Sebagian kelainan

disebabkan oleh cedera langsung atau tidak langsung yang mengakibatkan perforasi saluran

cerna atau perdarahan.

2

Page 3: Peritonitis

BAB II

ISI

2.1 Anatomi fisiologi

1. Rongga Mulut

Rongga mulut (pipi) dibatasi oleh epitel gepeng berlapis tanpa tanduk. Atap mulut

tersusun atas palatum keras (durum) dan lunak (molle), keduanya diliputi oleh epitel

gepeng berlapis. Uvula palatina merupakan tonjolan konis yang menuju ke bawah dari

batas tengah palatum lunak.

2. Lidah

Lidah merupakan suatu massa otot lurik yang diliputi oleh membrane mukosa. Serabut-

serabut otot satu sama lain saling bersilangan dalam 3 bidang, berkelompok dalam

berkas-berkas, biasanya dipisahkan oleh jaringan penyambung. Pada permukaan bawah

lidah, membran mukosanya halus, sedangkan permukaan dorsalnya ireguler, diliputi oleh

banyak tonjolan-tonjolan kecil yang dinamakan papilae. Papilae lidah merupakan

tonjolan-tonjolan epitel mulut dan lamina propria yang diduga bentuk dan fungsinya

berbeda. Terdapat 4 jenis papilae.

1. Papilae filiformis: mepunyai bentuk penonjolan langsing dan konis, sangat banyak, dan

terdapat di seluruh permukaan lidah. Epitelnya tidak mengandung puting kecap

(reseptor).

2. Papilae fungiformis menyerupai bentuk jamur karena mereka mempunyai tangkai

sempit dan permukaan atasnya melebar. Papilae ini, mengandung puting pengecap yang

tersebar pada permukaan atas, secara tidak teratur terdapat di sela-sela antara papilae

filoformis yang banyak jumlahnya.

3. Papilae foliatae, tersusun sebagai tonjolan-tonjolan yang sangat padat sepanjang

pinggir lateral belakang lidah, papila ini mengandung banyak puting kecap.

4. Papilae circumfalatae merupakan papilae yang sangat besar yang permukaannya pipih

meluas di atas papilae lain. Papilae circumvalate tersebar pada daerah “V” pada bagian

posterior lidah. Banyak kelenjar mukosa dan serosa (von Ebner) mengalirkan isinya ke

dalam alur dalam yang mengelilingi pinggir masing-masing papila. Susunan yang

3

Page 4: Peritonitis

menyerupai parit ini memungkinkan aliran cairan yang kontinyu di atas banyak puting

kecap yang terdapat sepanjang sisi papila ini. Aliran sekresi ini penting untuk

menyingkirkan partikel-partikel dari sekitar puting kecap sehingga mereka dapat

menerima dan memproses rangsangan pengencapan yang baru. Selain kelenjar-kelenjar

serosa yang berkaitan dengan jenis papila ini, terdapat kelenjar mukosa dan serosa kecil

yang tersebar di seluruh dinding rongga mulut lain-epiglotis, pharynx, palatum, dan

sebagainya-untuk memberi respon terhadap rangsangan kecap

3. Pharynx

Pharynx merupakan peralihan ruang antara rongga mulut dan system pernapasan dan

pencernaan. Ia membentuk hubungan antara daerah hidung dan larynx. Pharynx dibatasi

oleh epitel berlapis gepeng jenis mukosa, kecuali pada daerah-daerah bagian pernapasan

yang tidak mengalami abrasi. Pada daerah-daerah yang terakhir ini, epitelnya toraks

bertingkat bersilia dan bersel goblet. Pharynx mempunyai tonsila yang merupakan sistem

pertahanan tubuh. Mukosa pharynx juga mempunyai banyak kelenjar-kelenjar mukosa

kecil dalam lapisan jaringan penyambung padatnya.

4. Oesofagus

Bagian saluran pencernaan ini merupakan tabung otot yang berfungsi

menyalurkan makanan dari mulut ke lambung. Oesofagus diselaputi oleh epitel berlapis

gepeng tanpa tanduk. Pada lapisan submukosa terdapat kelompokan kelenjar-kelenjar

oesofagea yang mensekresikan mukus. Pada bagian ujung distal oesofagus, lapisan otot

hanya terdiri sel-sel otot polos, pada bagian tengah, campuran sel-sel otot lurik dan polos,

dan pada ujung proksimal, hanya sel-sel otot lurik.

5. Lambung

Lambung merupakan segmen saluran pencernaan yang melebar, yang

fungsi utamanya adalah menampung makanan yang telah dimakan, mengubahnya

menjadi bubur yang liat yang dinamakan kimus (chyme). Permukaan lambung ditandai

oleh adanya peninggian atau lipatan yang dinamakan rugae. Invaginasi epitel pembatas

lipatan-lipatan tersebut menembus lamina propria, membentuk alur mikroskopik yang

dinamakan gastric pits atau foveolae gastricae. Sejumlah kelenjar-kelenjar kecil, yang

terletak di dalam lamina propria, bermuara ke dalam dasar gastric pits ini. Epitel

4

Page 5: Peritonitis

pembatas ketiga bagian ini terdiri dari sel-sel toraks yang mensekresi mukus. Lambung

secara struktur histologis dapat dibedakan menjadi: kardia, korpus, fundus, dan pylorus.

6. Daerah Kardia

Kardia merupakan peralihan antara oesofagus dan lambung. Lamina

proprianya mengandung kelenjar-kelenjar kardia turbular simpleks bercabang, bergelung

dan sering mempunyai lumen yang besar yang berfungsi mensekresikan mukus.

Kelenjar-kelenjar ini strukturnya sama seperti kelenjar kardia bagian terminal oesofagus

dan mengandung (dan mungkin sekresi) enzim lisosom.

7. Korpus dan Fundus

8. Pilorus

9. Pergantian (turnover) Mukosa Lambung

10. Usus Halus

Usus halus relatif panjang – kira-kira 6 m – dan ini memungkinkan kontak yang lama

antara makanan dan enzim-enzim pencernaan serta antara hasil-hasil pencernaan dan sel-

sel absorptif epitel pembatas. Usus halus terdiri atas 3 segmen: duodenum, jejunum, dan

ileum. Membran mukosa usus halus menunjukkan sederetan lipatan permanen yang

disebut plika sirkularis atau valvula Kerkringi. Pada membran mukosa terdapat lubang

kecil yang merupakan muara kelenjar tubulosa simpleks yang dinamakan kelenjar

intestinal (kriptus atau kelenjar Lieberkuhn). Kelenjar- kelenjar intestinal mempunyai

epitel pembatas usus halus dan sel-sel goblet (bagian atas). Mukosa usus halus dibatasi

oleh beberapa jenis sel, yang paling banyak adalah sel epitel toraks (absorptif), sel

paneth, dan sel-sel yang mengsekresi polipeptida endokrin.

1. Sel toraks adalah sel-sel absorptif yang ditandai oleh adanya permukaan apikal yang

mengalami spesialisasi yang dinamakan ”striated border” yang tersusun atas mikrovili.

Mikrovili mempunyai fungsi fisiologis yang penting karena

sangat menambah permukaan kontak usus halus dengan makanan. Striated border

merupakan tempat aktivitas enzim disakaridase usus halus. Enzim ini terikat pada

mikrovili, menghidrolisis disakarida menjadi monosakarida, sehingga mudah diabsorbsi.

Di tempat yang sama diduga terdapat enzim dipeptidase yang menghidrolisis dipeptida

menjadi unsur-unsur asam aminonya. Fungsi sel toraks usus halus lebih penting adalah

mengabsorbsi zat- zat sari-sari yang dihasilkan dari proses pencernaan.

5

Page 6: Peritonitis

2. Sel-sel goblet terletak terselip diantara sel-sel absorpsi, jumlahnya lebih sedikit dalam

duodenum dan bertambah bila mencapai ileum. Sel goblet menghasilkan glikoprotein

asam yang fungsi utamanya melindungi dan melumasi mukosa pembatas usus halus.

3. Sel-sel Paneth (makrofag) pada bagian basal kelenjar intestinal merupakan sel eksokrin

serosa yang mensintesis lisosim yang memiliki aktivitas antibakteri dan memegang

peranan dalam mengawasi flora usus halus.

4. Sel-sel endokrin saluran pencernaan. Hormon-hormon saluran pencernaan antara lain:

sekretin, dan kolesistokinin (CCK). Sekretin berperan sekresi cairan pankreas dan

bikarbonat. Kolesistokinin berperan merangsang kontraksi kandung empedu dan sekresi

enzim pankreas. Dengan demikian, aktivitas sistem pencernaan diregulasi oleh sistem

saraf dan hormon-hormon peptida.

11. Lamina propria sampai serosa

12. Pembuluh dan saraf usus halus

13. Usus Besar

Usus besar terdiri atas membran mukosa tanpa lipatan kecuali pada bagian

distalnya (rektum) dan tidak terdapat vili usus. Epitel yang membatasi adalah toraks dan

mempunyai daerah kutikula tipis. Fungsi utama usus besar adalah:

1. untuk absorpsi air dan

2. pembentukan massa feses,

3. pemberian mukus dan pelumasan permukaan mukosa, dengan demikian banyak sel

goblet. Lamina propria kaya akan sel-sel limfoid dan nodulus limfatikus. Nodulus sering

menyebar ke dalam dan menginvasi submukosa. Pada bagian bebas kolon, lapisan serosa

ditandai oleh suatu tonjolan pedunkulosa yang terdiri atas jaringan adiposa – appendices

epiploidices (usus buntu). Pada daerah anus, membran mukosa mempunyai sekelompok

lipatan longitudinal, collum rectails Morgagni. Sekitar 2 cm di atas lubang anus mukosa

usus diganti oleh epitel berlapis gepeng. Pada daerah ini, lamina propria mengandung

pleksus vena-vena besar yang bila melebar berlebihan dan mengalami varikosa

mengakibtakan hemoroid. (Mikroskopi & Sistem, n.d.)

2.2 Definisi

Peritonitis is inflammation of the membranes of the abdominal wall and organs. Peritonitis

is a life- threatening emergency that needs prompt medical treatment. The abdominal organs,

6

Page 7: Peritonitis

such as the stomach and liver, are wrapped in a thin, tough membrane called the visceral

peritoneum. The abdominal walls are similarly lined (parietal peritoneum). A protective layer of

fat contained in a membrane (the omentum) sits between the organs and the abdominal wall.

Lubricating fluid allows all these membranes to slide smoothly over each other. The main

function of the peritoneum is to permit free movement of the internal organs during digestion.

Peritonitis is inflammation of the peritoneum caused by bacterial infection. (Inability, n.d.)

Peritonitis implies an inflammatory response of the abdominal cavity peritoneal layer in

terms of an activation of local mediator cascades by different stimuli (1). Viral, bacterial and

chemical agents and trauma may be involved in the etiopathogenesis of peritoneal inflammation.

In surgical practice trauma, bacterial and sometimes, chemical agents are the most frequent

causes of peritonitis (1,2). (Radojikovic, Stajanovic, Zlatic, Radojkovic, & Radisaviljevic, 2008)

2.3 Etiologi

1. Primary Peritonitis/Spontaneous perinitis

Cause by bacterial infection, this condition is also commonly known as spontaneous

bacterial peritonitis. In primary peritonitis bacteria invade the peritoneal cavity from, a

suspected extraperitoneal source via a hematogeneous, lymphogeneous or luminal route.

(Radojikovic et al., 2008)

2. Secondary Perinitis

The main cause of secondary peritonitis is the escape of pus from an infected abdominal

organ, including:

Perforated ulcer – a severe, untreated ulcer can sometimes burn through the wall

of the stomach or duodenum, allowing digestive juices and food to leak into the

abdominal cavity

Perforated bowel – the intestines can be damaged and perforated by a range of

conditions, including diverticulitis and inflammatory diseases such as Crohn’s

disease.

Burst appendix – the appendix is a thin tail growing out of the large intestine.

Food or faecal matter can sometimes lodge inside the appendix and become

infected with bacteria.

7

Page 8: Peritonitis

Perforated gall bladder – this small sac stores bile from the liver. A severe

infection (cholecystitis) can cause the gall bladder to burst.

Pancreatitis – an inflamed pancreas can directly cause inflammation in the

abdomen, which may be very severe. The two major causes of pancreatitis are

alcoholism and gallstones.

Ectopic pregnancy – the fertilised egg lodges and grows inside the slim fallopian

tube instead of the uterus. The tube ruptures in around one out of five cases.

Salpingitis – inflammation of the fallopian tube. Sometimes, the tube becomes

distended with pus until it bursts.

Abdominal surgery – infection is a risk of any type of major surgery. (Inability,

n.d.)

2.4 Symptoms

The symptoms of peritonitis include:

Abdominal pain is almost always the predominant symptom.

A good example of the effects of the dual mechanism of pain perception is the chain of

events in the development of acute appendicitis.

Initially, inflammation of the appendix is projected via autonomic nerve fibers to the

region of umblicus and epigastrium with symptoms of diffuse epigastric pain, nause, and,

sometimes, vomiting.

As the somatic pathways of paraappendiceal peritoneum and adjacent structures become

involved, the patient experiences migration of pain from the epigastrium and umblicus to

the right lower abdomen, an increase in the perceived intensity of pain, and then

localization to McBurney’s point.

Anorexia is almost always present; nausea may be accompanied later by vomiting.

Fever usually ranges between 38 and 41°C.

Tachycardia and a diminished palpable peripheral pulse volume indicate hypovolemia.

Abdominal distension

Tenderness is present over the entire extent of the peritoneum involved in the

inflammatory process.

8

Page 9: Peritonitis

Rigidity of the abdominal muscles is produced by voluntary guarding initially and also by

reflex muscle spasm. (Infection & Ipek, n.d.)

2.5 Pathoghenesis

(Radojikovic et al., 2008)

2.6 Treatment

Treatment options for peritonitis depend on the cause, but may include:

• Hospitalisation – often in an intensive care unit

• Antibiotics – tailored to the specific bacteria to kill the infection

• Intravenous fluids – to rehydrate the body and replace lost electrolytes

• Surgery – to repair the ruptured organ and wash out the abdominal cavity of blood

and pus

• Treatment for the underlying cause – such as a perforated ulcer.

2.7 Pengkajian

- Identitas Pasien : nama, umur, agama, pekerjaan, suku/bangsa, jenis kelamin, alamat

- Identitas Penanggung Jawab: nama, umur, pekerjaan, alamat, hub. dengan pasien,

9

Page 10: Peritonitis

- No registrasi, tgl. masuk RS, tanggal pengkajian, jam dilakukan pengkajian, metode

pengkajian

- Data Umum

keluhan utama : keluhan yang sangat mengganggu aktivitas klien, pasien

peritonitis biasanya mengalami nyeri di bagian abdomen

riwayat penyakit sekarang: dikaji perjalanan penyakit klien

riwayat kesehatan dahulu: yang diakaji penyakit yang pernah diderita klien

sebelum penyakit yang diderita saai ini.

riwayat kesehatan keluarga: apakah ada anggota keluarga yang pernah mengalami

penyakit atau keluhan seperti yang dialami klien

kebutuhan bio-psiko-sosio-spiritual

- Pemeriksaan Fisik

Keadaan umum : kebersihan anak, keadaan kulit, kesadaran

Pengukuran lain: BB sebelum dan saat pengkajian, tinggi badan

Vital Sign: suhu, nadi, respirasi, tekanan darah

Keadaan Fisik:

Kepala : bentuk, warna rambut, ada tidaknya lesi

Mata : warna, penglihatan

Mulut : perhatikan mukosa bibir, kelembaban, perdarahan, kebersihan,

jumlah gigi

Hidung : perhatikan ada tidaknya epistaksis, nyeri tekan, pernafasan

cuping hidung, kebersihan

Telinga : perhatikan ada tidaknya nyeri tekan, kebersihan

Thorax : perhatikan bentuk dada, kesimetrisan, suara paru dan jantung

Abdomen : perhatiakan apakah ada nyeri tekan, asites, peristaltic

Ekstremitas: perhatikan apakah ada edema, cianosis, pergerakan sendi

Genetalia : perhatikan kebersihan, ada tidaknya kelainan

Anus : perhatikan kebersihan, dan ada tidaknya perdarahan

2.8 Diagnosa Keperawatan

10

Page 11: Peritonitis

1. Gangguan kenyamanan: nyeri berhubungan dengan inflamasi

2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia, mual,

muntah

3. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan sekunder, mual, muntah

akibat peritonitis

4. Intoleran aktivitas berhubungan dengan kelemahan

5. Konstipasi berhubungan dengan penurunan peristaltic sekunder

2.9 Nursing Care Plan

No. Diagnosa Tujuan/KH Intervensi Rasional

1 Gangguan

kenyamanan: nyeri

berhubungan dengan

inflamasi

Setelah dilakukan

asuhan keperawatan

selama 2 x 24 jam

nyeri berkurang

sampai hilang dengan

criteria hasil:

- Klien melaporkan

nyeri berkurang

atau hilang

Tidak ada nyeri tekan

- Kaji tingkat, lokasi,

frekuensi nyeri

- Bantu klien mengatur

posisi senyaman

mungkin

- Ajarkan teknik

distrakasi

- Ajarkan teknik nafas

dalam

- Untuk memperoleh

data yang akurat

sehingga dapat

memberikan asuhan

keperawatan yang

tepat

- Posisi yang tepat dan

nyaman dapat

menurunkan nyeri

- Pengalihan perhatian

dapt amenurunkan

nyeri karena klien

terfokus pada hal lain

- Nafas dalam dapat

meningkatkan input

oksigen sehingga otot

11

Page 12: Peritonitis

- Kolaborasi dengan

dokter dalam

pemberian analgesic

- Kolaborasi dengan

dokter untuk tindakan

pembedahan

– otot tidak tegang

sehingga nyeri

berkurang

- Analgesic dapat

menurunkan nyeri

- Mencegah

peradangan yang

lebih luas

2. Perubahan nutrisi

kurang dari kebutuhan

tubuh berhubungan

dengan anoreksia,

mual, muntah

Setelah dilakukan

asuhan keperawatan 3

x 24 jam nutrisi

terpenuhi dengan

criteria hasil:

- Klien menunjukan

peningkatan nafsu

makan

- Berat badan klien

normal

- Berikan makan dalam

keadaan hangat

- Berikan klien makan

dalam porsi kecil tapi

sering

- Berikan informasi yang

akurat tentang

pentingnya nutrisi

- Motivasi klien untuk

menghabiskan

makanannya

- Timbang berat badan

setiap hari

- Pertahankan

kebersihan mulut yang

baik sebelum dan

- Makanan hangat

dapat meningkatkan

nafsu makan

- Meningkatkan intake

makanan

- Pengetahuan yang

adekuat dapat

meningkatkan

kepatuhan klien

terhadap intervensi

- Dukungan dari orang

lain akan membuat

klien merasa dihargai

- Untuk mengetahui

perkembangan klien

- Meningkatkan

kesejahteraan klien

sehingga nafsu makan

12

Page 13: Peritonitis

sesudah makan

- Hindarkan klien dari

rangsangan yang

membuat klien mual

dan muntah

- Kolaborasi dengan

dokter untuk

pemberian

multivitamin

penambah nafsu makan

meningkat

- Mencegah

kekurangan nutrisi

lebih parah

- Meningkatkan nafsu

makan

3. Kekurangan volume

cairan berhubungan

dengan kehilangan

sekunder, mual,

muntah akibat

peritonitis

Setelah dilakukan

asuhan keperawatan 2

x 24 jam cairan

terpenuhi dengan

criteria hasil:

- Mukosa bibir

lembab

- Memperlihatkan

tidak adanya

tanda dan gejala

dehidrasi

- Pantau berat badan,

suhu tubuh,

kelembaban pada

rongga oral, volume

dan konsentrasi urine

- Kaji yang disukai dan

yang tidak disukai,

berikan cairan yang

disukai dalam batasan

diet

- Pantau masukan,

pastikan sedikitnya

1500 mL cairan per

oral setiap 24 jam

- Kaji pengertian

individu tentang alasan

mempertahankan

hidrasi yang adekuat

dan metode – metode

untuk mencapai tujuan

- Mengetahui

perkembangan

kondisi klien

- Meningkatkan intake

cairan

- Mencegah dehidrasi

- Untuk menentukan

metode pemenuhan

cairan

13

Page 14: Peritonitis

masukan cairan

4. Intoleran aktivitas

berhubungan dengan

kelemahan

Setelah dilakukan

asuhan keperawatan 2

x 2 jam pasien dapat

mentoleransi aktivitas

dengan criteria hasil:

- Pasien

melaporkan

badannya tidak

lemah lagi

- Makan, minum,

ganti baju pasien

terpenuhi

- Periksa TTV

- Berikan bantuan dalam

aktivitas perawatan diri

sesuai indikasi

- Tingkatkan tirah baring

dan beri lingkungan

yang nyaman

- Evaluasi peningkatan

toleran aktifitas

- Untuk memantau

kondisi klien

- Untuk meningkatkan

aktivitas klien secara

bertahap

- Menyediakan

ketenangan dan

energy untuk aktivitas

dan penyembuhan

- Untuk menentukan

intervensi selanjutnya

5. Konstipasi

berhubungan dengan

penurunan peristaltic

sekunder

Setelah dilakukan

asuhan keperawatan

selama 2 x 24 jam

konstipasi teratasi

dengan criteria hasil:

- Klien BAB 1 x

sehari

Konsistensi lembek,

warna kuning, bau

normal

- Anjurkan klien untuk

diet makanan yang

lembek dan berserat

- Monitor perkembangan

frekuensi, jumlah dan

warna feses

- Tekankan kebutuhan

terhadap latihan

regular

- Dapat meningkatkan

produksi feses

- Data yang akurat

dapat menentukan

intervensi yang tepat

dan benar

- Latihan regular dapat

meningkatkan

peristaltic usus

sehingga feses yang

terbentuk tiak keras

14

Page 15: Peritonitis

BAB III

KESIMPULAN

Peritonitis adalah peradangan pada peritonium yang merupakan pembungkus visera dalam

rongga perut. Peritoneum adalah selaput tipis dan jernih yang membungkus organ perut dan

dinding perut sebelah dalam. Peritonitis yang terlokalisir hanya dalam rongga pelvis disebut

pelvioperitonitis.

Penyebab peritonitis antara lain : penyebaran infeksi dari organ perut yang terinfeksi,

penyakit radang panggul pada wanita yang masih aktif melakukan kegiatan seksual.

15

Page 16: Peritonitis

DAFTAR PUSTAKA

Inability, F. (n.d.). Symptoms of peritonitis. Pertonitis Better Health Channel, 1–3.

Infection, I., & Ipek, T. (n.d.). PERITONITIS AND INTRAABDOMINAL INFECTION • Peritonitis means inflamation peritoneum or part of it . of the • Secondary peritonitis is defined as the presence of purulent exudate in the abdominal cavity derived from an enteric. PERITONITIS AND INTRAABDOMINAL INFECTION.

Mikroskopi, H., & Sistem, A. (n.d.). Handout Mikroskopi Anatomi Sistem Digesti 1. Mikroskopi Anatomi Sistem Digesti, 1–14.

Radojikovic, M., Stajanovic, M., Zlatic, A., Radojkovic, D., & Radisaviljevic, M. (2008). Primary peritonitis. Acta Fac Med Naiss, 25(3), 133–138.

Inability, F. (n.d.). Symptoms of peritonitis. Pertonitis Better Health Channel, 1–3.

Infection, I., & Ipek, T. (n.d.). PERITONITIS AND INTRAABDOMINAL INFECTION • Peritonitis means inflamation peritoneum or part of it . of the • Secondary peritonitis is defined as the presence of purulent exudate in the abdominal cavity derived from an enteric. PERITONITIS AND INTRAABDOMINAL INFECTION.

Mikroskopi, H., & Sistem, A. (n.d.). Handout Mikroskopi Anatomi Sistem Digesti 1. Mikroskopi Anatomi Sistem Digesti, 1–14.

Radojikovic, M., Stajanovic, M., Zlatic, A., Radojkovic, D., & Radisaviljevic, M. (2008). Primary peritonitis. Acta Fac Med Naiss, 25(3), 133–138.

16

Page 17: Peritonitis

TUGAS BLOK S.PENCERNAAN

NAMA:

PUTRINUGRAHA WANCA APATYA

NIM:

G1B113022

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS JAMBI

TAHUN AJARAN 2015

17