PJM Revisi Bab 1
-
Upload
didin-ahmad-tb -
Category
Documents
-
view
15 -
download
0
description
Transcript of PJM Revisi Bab 1
A. Tinjauan Permasalahan Kemiskinan
1. Pengertian Kemiskinan
Kemiskinan adalah merupakan persoalan multidimensional yang
tidak saja melibatkan faktor ekonomi, tetapi juga sosial, budaya dan
politik. Untuk itu tidaklah mengherankan apabila kesulitan akan timbul
ketika fenomena kemiskinan diobyektifkan dalam bentuk angka-angka.
Seperti halnya pengukuran dan penentuan garis batas kemiskinan yang
hingga kini menjadi perdebatan. Dengan kata lain tidaklah mudah untuk
menentukan berapa rupiah pendapatan yang harus dimiliki oleh setiap
orang agar terhindar dari garis batas kemiskinan.
Saat ini terdapat banyak cara pengukuran kemiskinan dengan
standar yang berbeda-beda. Nugroho (1995) membagi cara pengukuran
tingkat kemiskinan dengan dua kategori, yaitu kemiskinan absolut adalah
suatu kondisi dimana tingkat pendapatan seseorang tidak cukup untuk
memenuhi kebutuhan pokoknya seperti pangan, sandang, papan,
kesehatan dan pendidikan. Sedangkan kemiskinan relatif adalah
perhitungan kemiskinan berdasarkan proporsi distribusi pendapatan
dalam suatu daerah. Kemiskinan jenis ini dikatakan relatif karena lebih
berkaitan dengan distribusi pendapatan antar lapisan sosial.
Menurut para ahli (Mubyarto Daldjoeni ,1986) bahwa kemiskinan
adalah kondisi serba kekurangan dalam pemenuhan kebutuhan sandang,
pangan, papan, kesehatan dan pendidikan dasar bagi anak-anak.
Pembangunan masyarakat miskin berarti upaya meningkatkan
kemampuan rakyat dengan cara mengembangkan dan mendinamisasikan
potensinya. Pembangunan tersebut dapat dilihat dari tiga sisi utama yakni:
pertama, menciptakan iklim yang memungkinkan potensi masyarakat
PJM PRONANGKIS KAB. KOLAKA TAHUN 2012-2016
BAB IPENDAHULUAN
1
berkembang. Kedua, memperkuat potensi ekonominya lewat peningkatan
pendidikan, kesehatan serta terbukanya kesempatan untuk
memanfaatkan peluang-peluang ekonomi. Ketiga, mengembangkan
ekonomi rakyat dan mencegah terjadinya persaingan yang tak seimbang,
serta mencegah eksploitasi golongan ekonomi yang kuat atas yang
lemah. Upaya ini dalam rangka proses pemberdayaan pengembangan
prakarsanya.
Kemiskinan adalah suatu tingkat kehidupan yang berada di bawah
standart kebutuhan hidup minimum yang ditetapkan berdasarkan atas
kebutuhan pokok pangan yang membuat orang cukup bekerja dan hidup
sehat berdasarkan atas kebutuhan beras dan kebutuhan gizi. Seseorang
dikategorikan miskin apabila tidak mampu memperoleh penghasilan
perkapita setara 320 kg beras untuk daerah perdesaan, atau 480 kg beras
untuk penduduk di perkotaan (Sajogyo, 1982).
2. Kemiskinan Relatif dan Kemiskinan Absolut
Menurut jenisnya, kemiskinan bisa dibedakan menjadi dua kategori,
yakni :
a. Kemiskinan Relatif
Kemiskinan Relatif adalah yang dinyatakan dengan berapa persen dari
pendapatan nasional yang diterima oleh kelompok penduduk dengan
kelas pendapatan tertentu dibanding dengan proporsi pendapatan
nasional yang diterima oleh kelompok penduduk dengan kelas
pendapatan lainnya. Menurut kriteria Bank Dunia: (1) jika 40% jumlah
penduduk dengan pendapatan terendah menerima kurang dari 12%
pendapatan nasional, maka disebut pembagian pendapatan nasional
yang sangat timpang, (2) jika 40% jumlah penduduk dengan
pendapatan terendah menerima 12-17% dari pendapatan nasional
maka disebut ketidakmerataan sedang, dan (3) jika 40% jumlah
PJM PRONANGKIS KAB. KOLAKA TAHUN 2012-2016
2
penduduk dengan pendapatan terendah menerima lebih dari 17% dari
pendapatan nasional, maka disebut ketidakmerataan rendah.
b. Kemiskinan Absolut
Kemiskinan Absolut adalah suatu keadaan dimana tingkat pendapatan
absolut dari satu orang tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan
pokoknya,seperti: sandang, pangan, pemukiman, dan pendidikan.
Menurut Kriteria Biro Pusat Statistik (BPS) dengan menghitung
pengeluaran rumah tangga untuk konsumsi berdasarkan data Survei
Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) ditetapkan batas garis
kemiskinan absolut adalah setara dengan tingkat pendapatan yang
diperlukan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi 2.100 kalori per
orang plus beberapa kebutuhan non-makanan lain, seperti : sandang,
papan, jasa, dan lain- lain.
c. Kemiskinan Alamiah dan Kemiskinan Buatan
Menurut akar penyebab yang melatarbelakanginya, kemiskinan
dibedakanmenjadi dua kategori, yakni:
1) Kemiskinan Alamiah,
Kemiskinan yang timbul sebagai akibat sumberdaya yang langka
dan atau karena tingkat perkembangan teknologi yang sangat
rendah. Artinya faktor-faktor yang menyebabkan suatu masyarakat
menjadi miskin adalah secara alami memang ada, dan bukan
bahwa akan ada kelompok atau individu di dalam masyarakat
tersebut yang lebih miskin daripada yang lain. Mungkin saja dalam
keadaan kemiskinan alamiah tersebut akan terdapat perbedaan-
perbedaan kekayaan, tetapi dampakperbedaan tersebut akan
diperlunak oleh adanya pranata-pranata tradisional, seperti jiwa
PJM PRONANGKIS KAB. KOLAKA TAHUN 2012-2016
3
gotong-royong, dan sejenisnya yang fungsional untuk meredam
kemungkinan timbulnya kecemburuan sosial.
2) Kemiskinan buatan (kemiskinan struktural)
Kemiskinan buatan adalah yang dialami oleh suatu masyarakat
yang penyebab utamanya bersumber, dan oleh karena itu dapat
dicari pada struktur sosial yang berlaku adalah sedemikian rupa
keadaannya sehingga mereka termasuk kedalam golongan miskin
yang tidak mampu memperbaiki hidupnya, Struktur sosial yang
berlaku secara turun temurun selama bertahun-tahun. Sejalan
dengan itu, mereka hanya mungkin keluar dari penjara kemelaratan
melalui suatu proses perubahan struktur yang mendasar. Terjadi
karena struktur sosial yang ada, dimana membuat anggota atau
kelompok masyarakat tidak menguasai sarana ekonomi dan
fasilitas-fasilitas secara merata. Dengan demikian sebagian
anggota masyarakat tetap miskin walaupun sebenarnya jumlah
total produksi yang dihasilkan oleh masyarakat tersebut bila dibagi
rata dapat membebaskan semua anggota masyarakat dari
kemiskinan. Adapun golongan yang menderita kemiskinan
struktural terdiri dari para petani yang tidak memiliki tanah sendiri,
atau para petani yang tanah miliknya kecil sehingga hasilnya tidak
mencukupi untuk memberi makan kepada dirinya sendiri dan
keluarganya.
Ciri utama dari kemiskinan struktural ialah tidak terjadinya, atau
kalaupun terjadi sifatnya lamban sekali, apa yang disebut sebagai
mobilitas sosial vertikal, penyebabnya terletak pada kungkungan
struktural sosial yang menyebabkan mereka kekurangan hasrat
untuk meningkatkan taraf hidup mereka, umpamanya kelemahan
ekonomi tidak memungkinkan mereka untuk memperoleh
pendidikan.
PJM PRONANGKIS KAB. KOLAKA TAHUN 2012-2016
4
3. Teori-Teori Tentang Kemiskinan
a. Teori Siklus Kemiskinan (The Vicious Circles of Poverty)
Teori siklus kemiskinan ini dikemukakan oleh Malassis (1975:93
dalam Bahrum, 1995). Pendekatan teori siklus kemiskinan berusaha
menjelaskan bagaimana problema kemiskinan itu ibarat suatu simpul mati
dari “benang kusut” yang tidak berujung pangkal. Sebagai contoh
kemiskinan yang disebabkan oleh rendahnya produktifitas tenaga kerja
berimplikasi pada rendahnya tingkat pendapatan perkapita dan membawa
dua konsekwensi, yakni : kekurangan biaya untuk konsumsi, sejalan
dengan itu, muncul permasalahan rentan terhadap berbagai penyakit.
Siklus kemiskinan ini merupakan suatu mata rantai yang tak
berpangkal dan tak berujung, dan apabila ditarik kesimpulan untuk
menemukan solusinya maka mata rantai yang melilit ini baru dapat
ditemukan bila diupayakan memutuskan satu mata rantai. Memutuskan
benang kusut harus pula menggunting salah satu dari lingkaran yang
menyebabkan kusut tersebut.
Gambar 1.1.Flowchart Lingkaran Kemiskinan
(Malassis, 1975, dalam Bahrum ,1995)
PJM PRONANGKIS KAB. KOLAKA TAHUN 2012-2016
5
Pada skema Malassis menunjukkan bahwa mata rantai dengan
panah ganda memperlihatkan inti lingkaran kemiskinan, yakni antara
investasi pendidikan yang rendah – tingkat pendidikan rendah –
produktifitas tenaga kerja rendah – dan tingkat investasi modal rendah.
Lingkaran ini akan terus berputar dan berlangsung sampai ada upaya
untuk memotong mata rantai tersebut.
Flowchart menggambarkan lingkaran kemiskinan seperti yang
dimaksud oleh Malassis. Salah satu faktor yang menentukan upaya
memutuskan mata rantai kemiskinan adalah melalui intervensi pemerintah
yang diimplementasikan melalui berbagai kebijaksanaan pembangunan
(regional atau sektoral) atau crashproggrame. Pada dasarnya Flowchart
lingkaran kemiskinan Malassis (1975) tersebut mengindikasikan adanya
pengaruh keterbatasan-keterbatasan akses masyarakat yang menjadi
penyebab kemiskinan, seperti keterbatasan akses ke fasilitas pendidikan.
b. Teori Lokasi Tempat Tinggal dan Lingkaran Kemiskinan
Teori ini diperkenalkan oleh Johari (1989, dalam Bahrum, 1995).
Teori inimenyatakan bahwa terdapat korelasi positif antara tingkat/status
sosial ekonomi masyarakat dengan tipologi lokasi dimana mereka
berdomisili. Semakin rendah pendapatan, akan semakin rendah kualitas
hidup dan lingkungan pemukiman mereka. Apabila penduduk yang miskin
di perkotaan tinggal di lokasi permukiman ilegal dan kumuh dengan
membentuk kantong-kantong permukiman tidak layak huni, maka kaum
miskin di perdesaan menempati lokasi-lokasi terisolir baik secara fisik
maupun sosial, misalnya tinggal di pelosok, wilayah pedalaman, hutan
belantara, dan sebagainya.
Inaksesibilitas pada pelayanan publik dan sentuhan program
pembangunan merupakan faktor negatif bagi mereka untuk dapat
PJM PRONANGKIS KAB. KOLAKA TAHUN 2012-2016
6
menyekolahkan anak disekolah bermutu, ataupun mendapatkan
pelayanan medis yang lebih baik.
Keadaan yang serba kurang dalam pemanfaatan fasilitas pada
akhirnya memperlemah daya saing untuk bekerja dan memanfaatkan hasil
pembangunan, sehingga menghambat mereka merebut kesempatan
memperoleh pekerjaan yang lebih baik. Flowchart berikut menjelaskan
dimensi lokasi terhadap kemiskinan seperti yang dikemukakan oleh
Johari.
Berdasarkan pemikiran tersebut di atas dapat dipahami bahwa
perbedaan akses yang dirasakan oleh sekelompok masyarakat miskin
tidak lain adalah adanya perbedaan dalam lokasi dimana mereka berada.
Gambar 1.2.Flowchart Dimensi Lokasi Kemiskinan
(Johari, 1989, dalam Bahrum 1995)
c. Teori Kemiskinan Perdesaan Yang Terintegrasi (Integrated
RuralPoverty)
Teori ini dikembangkan oleh Chambers (1988). Chambers
menggunakan lima variabel untuk menganalisis kemiskinan yang
diklasifikasikannya ke dalam lima interlocking dimentions (lihat Gambar
1.3) dan menggunakan konsep “jebakan penjarahan” (deprivation traps)
PJM PRONANGKIS KAB. KOLAKA TAHUN 2012-2016
7
dan “perangkap kemiskinan” (povertytraps). Adapun pengertian masing-
masing konsep tersebut dapat diartikan sebagai berikut.
1) Poverty Property (Sifat Kemiskinan);
suatu kondisi dimana masyarakat kekurangan aset dan distribusi
makanan, sumber daya modal, sehingga menyebabkan kekurangan
dan kelangkaan makanan, pakaian, dan perumahan layak huni serta
kebutuhan dasar lain seperti pendidikan, kesehatan, gizi,
danpekerjaan.
2) Physical Weakness (Kelemahan Fisik);
kondisi yang sering sakit-sakitan, rendahnya berat badan, lemahnya
daya tahan tubuh, kekurangan gizi sehingga rentan terhadap berbagai
penyakit maupun terhadap siklus musim serta ketidakberdayaan
untuk bekerja secara penuh.
3) Vulnerability to contigencies (Kerentanan/Kerawanan terhadap
hal-hal yang sifatnya mendadak/mendesak/kebetulan);
kondisi masyarakat yang sangat rapuh dan rawan terhadap kejadian
yang datang secara tiba-tiba, seperti bencana alam, kematian,
berbagai biaya dan kebiasaan setempat misalnya mahar atau mas
kawin, upacara adat, dan sebagainya.
4) Powerlessness (Ketidakberdayaan);
keadaan yang menandakan bagaiamana seseorang atau sekelompok
orang tereksploitasi oleh berbagai kekuatan dari luar dirinya baik oleh
sistem atau individu lainnya, meliputi pula keterbatasanatau ketiadaan
akses yang diterima mereka dari bantuan pemerintah atau instansi
lainnya.
5) Isolation (Keterisolasian);
kondisi yang menggambarkan berbagai akses dasar seperti
pendidikan ditinjau secara spasial atau secara sosial belum mampu
menyentuh langsung golongan miskin. Hal ini dapat disebabkan oleh
PJM PRONANGKIS KAB. KOLAKA TAHUN 2012-2016
8
kondisi awal karena mereka tidak berpendidikan, tempat tinggal yang
jauh diluar jangkauan komunikasi atau transportasi. Termasuk pula
pada akses pelayanan pemerintah tidak sampai kepada mereka,
kalaupun sampai biasanya terlambat, itupun belum tentu dapat
menyentuh esensi kebutuhan yang mereka perlukan. Lokasi
permukiman mereka yang jauh dan terpencil serta minim dari
sentuhan pembangunan dan kemajuan akan memarginalkan mereka,
sehingga mereka yang miskin tetap atau bahkan lebih miskin.
Gambar 1.3. memperlihatkan konsep perangkap kemiskinan
sebagaimanayang dikemukakan oleh Chambers (1988). Dari gambar
tersebut terlihat bahwa kelima variabel akan saling berinteraksi sehingga
membentuk sebuah perangkapkemiskinan.
Gambar 1.3 Jebakan Penjarahan (Chambers, 1988, hlm:145)
PJM PRONANGKIS KAB. KOLAKA TAHUN 2012-2016
9
4. Cara Pandang Memahami Kemiskinan
Untuk memahami kemiskinan dengan lebih baik, maka perlu untuk
dicermati cara pandang memahami kemiskinan itu sendiri. Menurut
Hardiyanto (2002) paling tidak ada tiga paradigma memahami kemiskinan,
yakni: positivis, konvensionalis, dan realis. Penerapan paradigma untuk
melihat dan menangani kemiskinan di bawah payung positivis-
konservatif dan konvensionalis-liberal dikenal sebagai paradigma “arus
utama”, sedangkan paradigma realis-konflik dikenal sebagai paradigma
transformatif yang merupakan paradigma tanding bagi paradigma arus
utama.
Kaum konservatif (positivis) memandang kemiskinan berasal dari
karakteristik khas orang-orang miskin itu sendiri. Orang menjadi miskin,
karena tidak (mau) bekerja keras, boros, tidak mempunyai rencana,
kurang memiliki jiwa wiraswasta, fatalis, tidak ada hasrat berprestasi, atau
karena mereka berada dalam“budaya kemiskinan”. Orang menjadi miskin
karena faktor internal si miskin.
Kaum liberal (konvensionalis) memandang manusia sebagai
mahluk yang baik tetapi sangat dipengaruhi lingkungan. Budaya
kemiskinan hanyalah proses adaptasi situasional dan relistik pada
lingkungan yang penuh diskriminasi dan peluang yang sempit. Bila kondisi
sosial ekonomi diperbaiki dengan menghilangkan diskriminasi dan
memberi peluang yang sama, maka kemiskinan segera akan teratasi,
sedangkan kaum realis-konflik menekankan peranan struktur ekonomi,
politik dan sosial dalam menghasilkan kemiskinan. Menurut mereka,
manusia sebagai mahluk sosial sebenarnya memiliki kemampuan
kooperatif, produktif dan kreatif. Bila mereka bersikap sebaliknya, maka itu
terjadi karena sistem ekonomi dan politik memaksanya demikian.
Pada mulanya cara pandang kaum positivis dan kaum liberal-lah
yang mendominasi paradigma arus utama dalam meyakini dan menilai
PJM PRONANGKIS KAB. KOLAKA TAHUN 2012-2016
10
kemiskinan. Hal ini bisa terlihat dari model perencanaan dan pelaksanaan
tindakan strategis kelembagaan dalam penanganan masalah kemiskinan
yang cenderung: (i)menyalahkan si miskin; (ii) menganggap sama semua
realitas kemiskinan ditingkat komunitas maupun wilayah; (iii) pengelolaan
program yang terpusat dan tergantung pada pengambil keputusan; (iv)
bersifat proyek dan tidak memiliki pengaruh perbaikan untuk jangka
panjang; (v) atau bersifat kedermawanan. Model seperti ini ternyata juga
sangat rentan terhadap tekanan goncangan makro ekonomi dan sangat
tergantung pada stabilitas sosial dan politik domestik. Namun demikian,
pengelola paradigma arus utama di atas ternyata menyadari bahwa
masalah kemiskinan bukanlah sekedar gejala ekonomi. Tetapi juga sangat
diwarnai oleh masalah psikologis si miskin maupun realitas sistem dan
struktur sosial dan politik. Kesadaran inilah yang membawa tindakan dan
pemahaman bahwa kemiskinan ternyata bersifat multidimensi.
Maka dengan begitu, perencanaan dan tindakan melawan
kemiskinan haruslah dilakukan secara partisipatif dengan melibatkan
masyarakat, terutama masyarakat miskin itu sendiri; dan mengarah pada
pemberdayaan simiskin. Hal ini dapat dilakukan dengan dukungan semua
pihak (pendekatan multistakeholders).
B. Kedudukan dan Fungsi
1) Kedudukan
Kedudukan PJM Pronangkis dalam kaitannya dengan Properda,
Renstrada dan Rapetada sangat penting artinya. Mendudukkan posisi
Perencanaan Jangka Menengah PJM Program Penanggulangan
Kemiskinan dengan tepat merupakan bagian penting dari substansi
perencanaan itu sendiri. PJM merupakan salah satu bentuk perencanaan
teknis, sehingga kedudukannya merupakan acuan bagi Rencana Tahunan
PJM PRONANGKIS KAB. KOLAKA TAHUN 2012-2016
11
Daerah (RAPETADA). PJM Pronagkis merupakan penjabaran teknis dari
strategi Penanggulangan Kemiskinan Daerah (SPKD).
2). Fungsi
Dengan fungsi seperti itu, menjadikan Perencanaan Jangka
Menengah PJM Program Penanggulangan Kemiskinan Kab. Kolaka
merupakan bagian penting dari Perencanaan Pembangunan Kab. Kolaka.
Fungsi utama PJM adalah fungsi koodinasi sekaligus sebagai pengikat
bagi perencanaan lainnya.
C. Manfaat dan Tujuan Penyusunan PJM
Dengan adanya Perencanaan Jangka Menengah - Program
Penanggulangan Kemiskinan (PJM ), terdapat beberapa manfaat, yaitu :
Terwujudnya program penanggulangan kemiskinan didaerah yang
harmonis dengan kepentingan pembangunan daerah yang lebih luas.
PJM kemudian disepakati menjadi tanggung jawab bersama untuk
penanganannya sesuai dengan keterikatan bidang tugasnya masing-
masing baik institusi pemerintah, dunia usaha maupun masyarakat.
Terwujudnya peningkatan kemampuan daerah dalam melaksanakan
perencanaan dari bawah (Botton-up Plannig).
Dapat menjadi alat untuk mewujdkan forum perencanaan
penanggulangan kemiskinan dengan adanya langkah-langkah
pelibatan pelaku pembangunan dalam proses perencanaan.
Sedangkan Perencanaan Jangka Menengah PJM ditujukan untuk :
Memberikan pedoman menentukan prioritas program penanggulangan
kemiskinan daerah dengan mempertimbangkan situasi, kondisi dan
kemampuan daerah.
Meningkatkan peran aktif instansi pemerintah daerah, dunia usaha,
masyarakat serta pelaku pembangunan dalam proses pronangkis.
PJM PRONANGKIS KAB. KOLAKA TAHUN 2012-2016
12
Mendorong semua pelaku pembanguan di daerah agar
mengintegrasikan program-program penanggulangan kemiskinan
sesuai dengan bidang tugas dan tanggung jawab masing-masing.
Memperlancar fungsi koordinasi instansi daerah yang mempunyai
tanggung jawab utama dalama penanggulangan kemiskinan.
D. Sistematika Penulisan
Perencanaan Jangka Menengah Program Penanggulangan
Kemiskinan (PJM ) di Kab. Kolaka ini disusun dengan urutan bab per bab
sebagai berikut :
1. Pendahuluan
2. Gambaran Kondisi Kemiskinan Kab. Kolaka
3. Potensi Untuk Penanggulangan Kemiskinan
4. Kriteria Prioritas dan Daftar Program
5. Mekanisme Pelaksanaan
6. Indikator Kinerja dan Target
7. Mekanisme Pemantauan dan Evaluasi
8. Penutup
PJM PRONANGKIS KAB. KOLAKA TAHUN 2012-2016
13