Program Penanggulangan Gaky 2013

47
PROGRAM PENANGGULANGAN GAKY Lailatul Muniroh, SKM.,M.Kes Departemen Gizi Kesehatan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga

Transcript of Program Penanggulangan Gaky 2013

PROGRAM PENANGGULANGAN GAKY

Lailatul Muniroh, SKM.,M.KesDepartemen Gizi KesehatanFakultas Kesehatan MasyarakatUniversitas Airlangga

GAKY = IDD

GAKY : Gangguan Akibat Kekurangan Yodium

IDD : Iodine Deficiency Disorder Adalah kumpulan gejala klinis sebagai

dampak dari kekurangan yodium secara terus menerus dlm jangka waktu yg cukup lama,berupa pembesaran kelenjar gondok/hipotiroid, pd bumil risiko abortus, lahir mati, cacat bawaan, kretin, penurunan IQ

Kekurangan yodium pada masa kehamilan dan awal kehidupan menyebabkan perkembangan otak terhambat fungsi mental terganggu

Titik paling kritis GAKY adalah trimester ke-2 kehamilan sampai dengan 3 tahun setelah lahir

GAKY adalah penyebab kerusakan otak yang dapat dicegah

Potensi penurunan IQ karena GAKY :Kretin = 50, Gondok = 10, tinggal di daerah GAKY = 5

Mrpkn salah satu masalah kesmas yg serius dampak thd kelangsungan hidup dan kualitas SDM meliputi 3 aspek :

- aspek perkembangan kecerdasan

- aspek perkembangan sosial- aspek perkembangan ekonomi

Dampak Sosial-Ekonomi Masalah GAKY

Pada awalnya GAKY banyak tjd di daerah dataran tinggi

Environmental deficiency, krn tanah dan air miskin yodium, akibat terkikis oleh erosi, banjir dan hujan lebat

Kini banyak juga ditemukan di dataran rendah, pantai, kota besar, yg semula dianggap bukan daerah endemik,bahkan di negara maju.

Analisis Situasi GAKY Hasil survei prevalensi dan pemetaan GAKY

tahun 1980 TGR mencapai 27,7%, dan tahun 1998 turun menjadi 9,8% serta proporsi rumah tangga yg mengkonsumsi garam beryodium dgn kadar cukup hanya 62,1%

Tahun 2000, 18,8% penduduk hidup di daerah endemik ringan, 4,2% penduduk di daerah endemik sedang, dan 4,5% penduduk di daerah endemik berat. Menurut jumlah kabupaten di Indonesia, 40,2% kabupaten trmsk endemik ringan, 13,5% kabupaten endemik sedang, 5,1% kabupaten endemik berat.

Tahun 2003 prevalensi TGR 11,1% dan konsumsi garam beryodium 73,26%. Sebesar 35,8% kabupaten endemik ringan, 13,1% kabupaten endemik sedang, dan 8,2% kabupaten endemik berat.

Di pulau Jawa Prevalensi TGR tertinggi dicapai oleh Provinsi Jawa Timur di tahun 2003 yaitu sebesar 24,8%

Hasil Riskesdas 2007, angka nasional mencapai 62,3%, terendah NTB 27,9%, tertinggi Bangka Belitung 98,7%. Di Jatim hanya 45,1% rumah tangga mempunyai garam yodium cukup (Target 90%). Hanya Kab.Sidoarjo yang mencapai target garam beryodium

Meskipun secara nasional terjadi penurunan prevalensi GAKY,namun msh ada 10 propinsi terjadi peningkatan TGR (DI Aceh, Sumut, Jambi, Bali, NTB, NTT, Kalbar, Kalteng, Sulteng, Maluku)

Hasil Riskesdas 2010 GAKY masih dianggap masalah kesehatan masyarakat, karena secara umum prevalensi masih di atas 5% dan bervariasi antar wilayah, dimana masih dijumpai kecamatan dengan prevalensi GAKY di atas 30%.  Diperkirakan sekitar 18,16 juta penduduk hidup di wilayah endemik sedang dan berat; dan 39,24 juta penduduk hidup di wilayah endemis ringan

IDD Elimination

Tahun 1991

•World Health Assembly mencanangkan penanggulangan IDD sebagai masalah kesehatan pada tahun 2000

Tahun 1992

•International Conference on Nutrition mendukung langkah penanggulangan IDD

Tahun 1993

•WHO and UNICEF merekomendasikan Universal Salt Iodization (USI) sebagai strategi utama untuk penanggulangan IDD

Spektrum Masalah GAKYKelompok

RentanDampak

Ibu hamil KeguguranJanin Lahir mati, cacat bawaan,

kematian perinatal, kematian bayi, kretin (keterbelakangan mental, tuli, mata juling, lumpuh spatis) cebol, kelainan fungsi psikomotor

Neonatus Gondok neonatus, hipotiroid neonatus

Anak dan remaja

Gondok, gangguan pertumbuhan fungsi fisik dan mental, hipotiroid juvenille

Dewasa Gondok, hipotiroid, gangguan fungsi mental

Importance of the problem

Akibat GAKY

Daerah Endemik GAKY

Tingkat endemisitas GAKY di suatu daerah berdasarkan prevalensi TGR

Status Endemisitas

Prevalensi TGR

Non endemisEndemik ringanEndemik sedangEndemik berat

<5%5-19,9%20-29,9%>30%

Daerah yg penduduknya berisiko mengalami masalah GAKY ditandai dengan :1. Kadar Yodium dalam urin : Jika median ekskresi yodium dalam urin (EYU) penduduk kurang dari 100 µg/l2. Cakupan konsumsi garam beryodiumnya masih kurang dari 90%

PENENTUAN TINGKAT ENDEMISITAS

TGR = Grade ( IA+IB+II+III) Grade (O+IA+IB+II+III)

VGR = Grade (IB+II+III) Grade (O+IA+IB+II+III)

(Standar lama) Klasifikasi PAHO, Depkes, WHOGrade O : NormalGrade IA : Teraba, tdk terlihat Grade IB : Teraba dan terlihatGrade II : Terlihat posisi normalGrade III : Terlihat jarak ± 5-6 m

Klasifikasi gondok yang disederhanakan

Klasifikasi

Tanda

O Tidak ada pembesaran kelenjar gondok

I Ada pembesaran kelenjar gondok tetapi tidak terlihat

II Ada pembesaran kelenjar gondok dan terlihat pada posisi normal

Tujuan utama program penanggulangan GAKY :

1. Menurunkan angka gondok total/TGR 2. Mencegah munculnya kasus kretin pd bayi

baru lahir di daerah endemik sedang dan berat

Dengan cara :a. Peningkatan konsumsi garam beryodiumb. Distribusi kapsul yodium pada kelompok

sasaran yg berisikoc. Peningkatan pengadaan garam beryodiumd. Pemantauan status yodium di masyarakate. Pemantapan koordinasi lintas sektor dan

penguatan kelembagaan penanggulangan GAKY

3 Komponen Utama Program untuk penanggulangan GAKY

Excellence with Morality

UNIVERSITAS AIRLANGGA•level pemerintah

political support

•social process model

administrative arrangements

•Sistem Surveilans

assessment and monitoring

systems

Social process model for a national IDD control program

Excellence with Morality

UNIVERSITAS AIRLANGGA

Social process model for a national IDD control program

1. Analisis Situasi Perlu data dasar prevalensi GAKY, meliputi pengukuran kandungan yodium urin & analisis ketersediaan garam beryodium

2. Diseminasi hasil tentang masalah GAKY3. Pengembangan PoA4. Komitmen politik (edukasi, lobbying

kepada politisi dan pemimpin)

Excellence with Morality

UNIVERSITAS AIRLANGGA

5. Implementasi membutuhkan keterlibatan penuh dari industri garam (monitoring dan quality control , kerjasama dengan produsen garam skala kecil, teknologi pergaraman dll)

6. Monitoring &evaluasi membutuhkan sistem yang efisien untuk pengumpulan data ttg kandungan yodium pada garam dan kadar yodium dalam urin

Social process model for a national IDD control program

Excellence with Morality

UNIVERSITAS AIRLANGGA

Komponen Monitoring Rutin USI

Program Monitoring dan Feedback

Strategi Untuk Meningkatkan Rumah Tangga Mengkonsumsi

Garam BeryodiumMenyediakan garam

beryodium yg memenuhi SNI (>30

ppm KIO3)

Pengawasan mutu garam di tingkat

produsen

Pemantauan garam beryodium di

tingkat distribusi dan pasarPemantauan

konsumsi garam beryodium di tingkat rumah

tangga

Pemantauan garam beryodium

di tingkat masyarakat

Promosi utk meningkatkan

kebutuhan konsumsi garam beryodium

10 Indikator untuk menilai pencapaian

program :1. Pengembangan kelembagaan

ditandai dengan adanya Tim GAKY2. Adanya komitmen politik tentang

USI3. Adanya organisasi pelaksana yang

kuat di setiap tingkatan4. Legislasi dan regulasi tentang USI

di semua tingkatan5. Komitmen dalam monitoring dan

evaluasi, dengan adanya data yg akurat

6. KIE dan mobilisasi sosial untuk mengkonsumsi garam beryodium

7. Adanya data garam beryodium secara reguler pada tingkat produsen, pasar dan konsumen

8. Adanya data EYU anak sekolah secara reguler pada daerah endemik berat

9. Adanya kerjasama dengan produsen garam untuk pengawasan mutu garam beryodium

10. Adanya data hasil monitoring dan penyebarluasannya termasuk data garam dan EYU

Upaya penanggulangan GAKY: Jangka pendek:

Program distribusi kapsul yodium (200 mg/kapsul) bagi masyarakat di daerah endemik sedang dan berat.(dulu diberikan dlm bentuk suntikan)

Jangka Panjang:a) Yodisasi garam utk seluruh masyarakat (Universal Salt

Iodization) pelaksanaannya diatur dalam SKB 3 menteri (Kesehatan, Perindustrian & Perdagangan, Dalam Negeri)

b) Peningkatan konsumsi aneka ragam bahan pangan yg bersumber dari laut

c) Penurunan konsumsi pangan goitrogenikd) Komunikasi, Informasi, Edukasi (KIE)e) Fortifikasi

Kapsul Yodium

Salt is widely used food vehicle

Consumed by everyone Consumption is fairly stable throughout the

year Iodization technology availablr at reasonable

cost (1 US cent per person/year) Addition of iodine to salt does not affect its

colour, taste or odours Quality of iodized salt can be monitored at

the production, retail and house hold levels

Suplementasi Kapsul Yodium

Categorization of country Guideline for Decison Making

Group 1: Countries, or areas within countries, in which more than 90% of the households have access to iodized salt.

The countries in this group should sustain the achievement of USI and periodically reassess the salt iodization programme and population iodine status

Group 2: Countries, or areas within countries, in which 50-90% of the households have access to iodized salt.

make efforts to accelerate salt iodization

Group 3: Countries, or areas within countries, in which 20-50% of the households have access to iodized salt.

need to assess the feasibility of increasing iodine intake in the form of a supplement or iodine fortified foods by the most susceptible groups

Group 4: Countries, or areas within countries, in which less than 20% of the households have access to iodized salt

assess the current situation of its salt iodization programme to identify national or sub-national problems and to update its strategies and action plans. The most vulnerable groups, pregnant and lactating women, should be supplemented with iodine, and children 7-24 months of age should be given either a supplement or complementary food fortified with iodine until the salt iodization programme is scaled up

Masalah Penyediaan Garam Beryodium

1. Kondisi alam/iklim wilayah Indonesia mempengaruhi produksi garam

2. Adanya sejumlah produsen yg memproduksi garam tidak beryodium atau tdk cukup mengandung yodium (<30 ppm)

3. Adanya garam impor yg masuk, dipasarkan sebelum diyodisasi

4. Rendahnya kualitas garam rakyat5. Kurangnya pengawasan perdagangan antar

pulau dan perbatasan6. Harga garam beryodium relatif mahal7. Kurangnya kesadaran masyarakat utk

mengkonsumsi garam beryodium

Ketersediaan Garam di Indonesia

1,1 juta ton produksi garam pertahun

19.700 petani/penggarap garam 366 produsen garam (236 produsen

telah menerapkan SNI) Distribusi jenis garam beryodium :- Garam halus 65%- Garam beriket 8%- Garam curah 11%- Garam krasak 16%

Beberapa Kendala dalam Penanggulangan GAKY :

Rumah tangga yg mengkonsumsi garam beryodium masih sebesar 73,26% dari target 90%

Pelaksanaan sanksi thd pelanggaran SNI garam beryodium blm terlaksanakrn dukungan politis dari Pemda blm memadai sehubungan dgn prioritas target pembangunan yg msh tertuju pd pembangunan sarana & prasarana fisik.

Dari aspek produksi, msh ada produsen yg enggan memasok garam beryodium ke daerah sulit, sedangkan dari aspek distribusi dan perdagangan msh banyak beredar garam non yodium atau beryodium tdk memenuhi SNI

Con`t...

Cakupan distribusi kapsul yodium pada WUS di daerah endemik sedang dan berat hanya sebesar 33% karena pasokan kapsul yg sangat terbatas, aspek monitoring dan evaluasi masih lemah.

Monitoring dan Evaluasi Program Penanggulangan GAKY

GARAM BERYODIUM3 Indikator Monev:1. Indikator Proses: kandungan yodium pada saat produksi,

pengemasan, penjualan dan rumah tangga2. Indikator Dampak: kandungan yodium dalam urin, TGR, TSH3. Indikator Keberlanjutan (Sustainability): Kombinasi dari

kandungan yodium urine pada populasi target, ketersediaan garam beryodium di tingkat RT, program indikator sebagai bukti dari sustainability

Kebijakan dan Strategi Kebijakan1. Meningkatkan komitmen politik di tingkat

pusat, propinsi dan kabupaten 2. Meningkatkan produksi garam rakyat3. Mempercepat pemenuhan pasokan garam

beryodium yg memenuhi syarat4. Meningkatkan pemantauan kualitas garam

beryodium5. Pemenuhan kebutuhan kapsul yodium6. Menegakkan norma sosial dan hukum7. Meningkatkan kelembagaan

penanggulangan GAKY8. Meningkatkan monev program

Strategi Pemerintah1. Advokasi2. Pemberdayaan pegaram3. Pengamanan pasar garam rakyat4. Pengawasan di tingkat produksi,

distribusi dan konsumsi garam5. Penegakan norma sosial dan

penegakan hukum6. Kemitraan

References WHO. 2001. Assessment of Iodine

Deficiency Disorders and Monitoring their Elimination A guide for programme managers

West, CE., Jooste, PL., Pandav, CS. 2004. Iodine and Iodine-defieciency Disoreder. In Public Health Nutrition. Edited by Gibney et all. Blackwell Publishing

Allen et all. 2006 Gudelines on food fortification with micronutriens

WHO-UNICEF 2007 Reaching Optimal Iodine Nutrition in Pregnant and lactating. Excellence with Morality

UNIVERSITAS AIRLANGGA