Proposal Ptk Wwi Posangi
-
Upload
kiddrock-amedh -
Category
Documents
-
view
1.733 -
download
1
Transcript of Proposal Ptk Wwi Posangi
PENELITIAN TINDAKAN KELAS
PENGGUNAAN METODE DEMONSTRASI DALAM MENINGKATKAN
KEMAMPUAN ANAK MENGGUNTING KERTAS DI TK KUNTUM SERUNI
MOGOLAING
DI SUSUN
O
L
E
H
WIWI POSANGI
NIM : 10315461
UNIVERSITAS NEGERI MANADOTAHUN 2012
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur penulis Panjatkan Kehadirat Tuhan yang Maha Kuasa
karena atas Anugerahnya sehingga penulis mampu merampungkan Proposal
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini.
Proposal Penelitian Tindakan Kelas ini berjudul “PENGGUNAAN
METODE DEMONSTRASI DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN
ANAK MENGGUNTING KERTAS DI TK KUNTUM SERUNI
MOGOLAING”. Disusun dalam rangka memenuhi persyaratan dalam
menempuh Ujian Sarjana Pendidikan Jurusan PAUD Program Sarjana
Kependidikan Guru dalam Jabatan (PSKGDJ) Pada Universitas Manado
(UNIMA).
Rampungnya pelaksanaan Proposal Penelitian Tindakan Kelas ini tidak
lepas dari bantuan berupa saran, motivasi maupun materi serta bantuan lainnya
dari semua pihak. Oleh karena itu dengan tulus hati penulis menyampaikan
banyak terima kasih kepada :
1. Bapak Prof. DR. Ph. E. A Tuerah. M.S.i. DEA, selaku Rektor Universitas
Negeri Manado.
2. Bapak DR. H.R LUMAPOW, M.Pd, sebagai Pembantu Rektor 1
Universitas Negeri Manado.
3. Ibu Dra. D. A. Katuuk, M.Pd, selaku Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan
Universitas Negeri Manado.
4. Ibu Dra. T. Tiwa. M.Pd, Ibu Dra M. E. Tumbel, M.Si, dan Bapak Drs. D.M.
Saroinsong, S.Pd, M.Si, masing-masing sebagai Pembantu Dekan I,
Pembantu Dekan II dan Pembantu Dekan III Fakultas Ilmu Pendidikan
Universitas Negeri Manado.
5. Ibu Prof. DR. J. A. M. Rawis, S.Pd, selaku Ketua Jurusan Pendidikan Dasar
Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Manado di Tondano.
6. Bapak Drs. S. Pusung, M.Pd, selaku Sekretaris Jurusan Pendidikan Dasar
Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Manado di Tondano.
7. Ibu Dra. M. E. Rindengan, S.Pd, M.Pd Selaku Ketua Program Studi
Pendidikan Anak Usia Dini Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri
Manado.
8. Ibu Brianne E. J. Komedien, S Pi, M.Pd selaku penanggung jawab kelas
PSKDJ Kotamobagu.
9. Robinson Manery selaku koordinator PSKDJ Kotamobagu.
10. Teman-Teman PSKDJ Kotamobagu
11. Kepala TK KUNTUM SERUNI beserta guru-guru
12. Mama, Suami, serta Ketiga Anak-Anakku Tercinta
Saya menyadari bahwa Proposal Penelitian Tindakan Kelas ini, masih
jauh dari Sempurna, untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran
yang bersifat membangun dari semua pihak demi kesempurnaan Penelitian ini
di Masa Mendatang.
Akhir kata semoga Allah SWT Senantiasa meridhoi segala usaha kita
bersama. Amin
Kotamobagu, Februari 2012
Penulis
WIWI POSANGI
DAFTAR ISI
Halaman judul ……………………………………………………………………
Daftar Isi …………………………………………………………………...
Kata Pengantar…………………………………………………………………...
Bab. I PENDAHULUAN
a. Latar belakang……………………………………………………………….
b. Rumusan Masaalah…………………………………………………………..
c. Tujuan Penelitian…………………………………………………………….
d. Manfaat Penelitian……………………………………………………….......
Bab. II KAJIAN PUSTAKA
a. Metode Demonstrasi…………………………………………………………
b. Kemampuan Anak Menggunting Kertas…………………………………….
c. Hasil Belajar………………………………………………………………….
Bab. III Metodolegi Penelitian
1. Setting Penelitian…………………………………………………………….
2. Sasaran Penelitian……………………………………………………………
3. Perencanaan Tindakan……………………………………………………….
4. Pelaksanaan…………………………………………………………………..
Bab. IV HASIL PEMBAHASAN………………………………………………
Bab. V PENUTUP………………………………………………………………
BAB. I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Dalam peraturan Pemerintah No. 27 tahun 1990 bahwa Pendidikan Taman
Kanak-Kanak merupakan salah satu bentuk pendidikan pra sekolah yang terdapat di
jalur pendidikan sekolah yang menyediakan program pendidikan dini bagi anak usia
4-6 tahun memasuki pendidikan dasar.
Sebagai guru taman kanak-kanak penting memperhatikan bahwa bagi anak-
anak TK bukan hasil karya yang di utamakan namun pengalaman belajar yang
menyenangkan dan karya eksplorasi yang di butuhkan anak didik. Untuk itu bidang
pengembangan seni/motorik halus sangat penting bagi anak didik sehingga
meninggalkan kesan mendalam dan memberika kesenangan, kepuasan dan
kenyamanan. Kemampuan seni di persiapan guru untuk meningkatkan kemampuan
dan kreatifitas anak sesuai dengan tahap pengembangannya melalui kemampuan
menggunting kertas.
Berdasarkan kenyataan dan pengalaman di sekolah bahwa sebagian besar
anak-anak belum mampu menggunting kertas dengan rapi. Yaitu dari jumlah anak 30
orang yang terdaftar masih ada 20 orang anak yang belum mampu menggunakan
gunting yang tepat dan menggunting kertas dengan rapi.
Hal ini bisa dilihat dari beberapa faktor yaitu :
- Kemampuan anak memegang gunting dengan tepat hanya 5 orang dari 30 orang
anak.
- Kemampuan anak menggunting kertas dengan rapi hanya 3 orang dari 30 anak.
- Menggunting kertas dengan berbagai macam pola yang ditentukan hanya 2 orang
anak didik yang masuk kategori baik.
Salah satu faktor yang sangat dominan dalam hal ini adalah kurangnya sarana dan
prasarana atau alat peraga yang dimiliki oleh sekolah sehingga harus bekerja sama
dengan orang tua murid dan komite sekolah.
Dengan di temui ada anak yang belum mampu menggunting kertas dengan
rapi, maka di tuntut guru untuk lebih kreatif dan berinofasi dalam melaksanakan
kegiatan pembelajaran. Guru harus mampu menciptakan suasana belajar yang
menarik dan menyenangkan dalam kegiatan pembelajaran menggunting kertas
pada anak yang di sesuaikan dengan metode yang tepat.
Berdasarkan masaalah di atas penelitian ini saya beri judul “PENGGUNAAN
METODE DEMONSTRASI DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN
ANAK MENGGUNTING KERTAS DI TK. KUNTUM SERUNI
MOGOLAING”.
B. RUMUSAN MASAALAH
Bagaimana penerapan metode Demonstrasi dalam meningkatkan anak
menggunting kertas di taman kanak-kanak Kuntum Seruni Mogolaing?
C. TUJUAN PENELITIAN
Meningkatkan kemampuan menggunting kertas melalui metode Demonstrasi
pada anak di TK Kuntum Seruni Mogolaing.
D. MANFAAT PENELITIAN
Yang diharapkan dalam Proposal ini adalah :
1. Untuk siswa : mempermudah pemahaman anak tentang penggunaan gunting dan
Meningkatkan kemampuan tentanng cara menggunting kertas dengan baik.
2. Untuk guru : mengembangkan dan menambah wawasan kemampuan dengan
menggunakan metode demonstrasi dan sebagai balikan bagi sekolah dan guru TK
pada umumnya dan khususnya TK yang dijadikan tempat penelitian.
BAB. II
KAJIAN PUSTAKA
A. METODE PEMBELAJARAN DEMONSTRASI
Metode demonstrasi adalah metode penyajian pengajaran dengan
memperagakan dan mempertunjukkan kepada siswa tentang suatu proses, situasi atau
benda tertentu, baik sebenarnya atau hanya sekedar tiruan. Keuntungan dan
kelemahan metode demonstrasi Sebagai suatu metode pembelajaran demonstrasi
memiliki beberapa kelebihan, di antaranya:
1. Proses pembelajaran akan lebih menarik, sebab siswa tak hanya mendengar, tetapi
juga melihat peristiwa yang terjadi
2. Dengan cara mengamati secara langsung siswa akan memiliki kesempatan untuk
membandingkan antara teori dan kenyataan.Dengan demikian siswa akan lebih
menyakini kebenaran materi pembelajaran.
Di samping beberapa kelebihan, metode demonstrasi juga memiliki beberapa
kelemahan, di antaranya Demonstrasi memerlukan kemampuan dan keterampilan
guru yang khusus,sehingga guru dituntut untuk bekerja lebih profesional. Di samping
itu demonstrasi juga memerlukan kemauan dan motivasi guru yang bagus untuk
keberhasilan proses pembelajaran siswa.
Adapun langkah-langkah Metode Demonstrasi yaitu :
1. Guru menyampaikan kompotensi yang ingin dicapai.
2. Guru menyajikan gambaran sekilas materi yang akan disampaikan.
3. Menyiapkan bahan atau alat yang diperlukan.
4. Menunjuk salah seorang siswa untuk mendemonstrasikan sesuai skenario
yang telah disiapkan.
5. Seluruh siswa memperhatikan Demonstrasi dan menganalisanya.
6. Tiap siswa mengemukakan hasil analisanya dan juga pengalaman siswa di
demonstrasikan.
7. Guru membuat kesimpulan.
Menurut MARTINIS YAMIN (2012 : 65) penggunaan metode demonstrasi
dapat diterapkan dengan syarat memiliki keahlian untuk mendemonstrasikan
penggunaan alat atau melaksanakan kegiatan tertentu seperti kegiatan sebelumnya.
Keahlian mendemonstrasikan tersebut harus dimiliki oleh guru untuk
kemudian siswa di beri kesempatan untuk melakukan latihan/keterampilan seperti
yang diperagakan oleh guru.
Kesimpulan yang dimaksud dengan metode pembelajaran demonstrasi
dalam proses belajar mengajar adalah metode yang digunakan oleh seorang guru atau
orang luar yang sengaja didatangkan atau murid sekalipun untuk mempertunjukan
gerakan-gerakan atau suatu proses dengan prosedur yang benar disertai keterangan-
keterangan kepada seluruh siswa.
B. KEMAMPUAN ANAK MENGGUNTING KERTAS
Salah satu yang menjadi karakteristik perkembangan anak
usia taman kanak-kanak adalah perkembangan motorik yang dapat
diartikan sebagai berikut :
Adapun perkembangan motorik dapat berarti perkembangan
pengendalian gerakan jasmaniah melalui kegiatan pusat syaraf, urat
syaraf dan otot yang terkoordinasi. Perkembangan motorik terbagi
menjadi 2 (dua) yaitu motorik halus dan motorik kasar. Motorik
kasar merupakan gerakan yang terjadi karena adanya koordinasi
otot-otot besar, seperti : berjalan, meolmpat, berlari, melempar dan
menaiki. Motorik halus berkaitan dengan gerakan yang
menggunakan otot halus, seperti : menggambar,
menggunting,melipat kertas, dan lain sebagainya.
Ciri khas perkembangan motorik yang bersifat kompleks, yaitu
mampu mengkombinasikan gerakan motorik dengan seimbang.
Salah satu perkembangan motorik halus yaitu kemampuan
menggunting kertas seperti pendapat yang dikemukakan Kimberly
Wiggins dalam The Importance Teaching Your Child How to Use
Scissors, beberapa manfaat yang diperoleh bila anak diberi
kesempatan belajar menggunting :
1. Menguatkan otot-otot telapak tangan anak karena melakukan
gerakan membuka dan menutup tangan.
2. Meningkatkan kordinasi mata dengan tangan karena saat
menggunting pandangan harus selalu mengikuti gerakan tangan
yang memegang gunting.
3. mendorong anak untuk menggunakan kordinasi bilateral pada
waktu yang bersamaan. Misalnya pada saat anak menggunting
lingkaran maka satu tangan akan memegang kertas sementara
yang tangan satunya membuka dan menutup gunting dan mulai
memotong. Kordinasi bilateral adalah menggunakan dua tangan
dimana masing-masing tangan melakukan pekerjaan yang berbeda.
Dilakukan anak setiap hari, seperti mencuci piring, membuka
amplop, dan mengemudikan sepeda.
Ada beberapa hal yang harus diketahui agar anak aman
mempergunakan gunting :
1. Berikan sesuai dengan usia. Menurut Tara Colder OTR/L dalam
Developong Coordination for Scissors Skills, perkembangan
kemampuan menggunting dimulai dari usia 1,5 tahun.
2. Ajarkan cara memegang gunting yang benar.
3. Berikan teknik menggunting dari yang paling dasar.
4. Ajarkan sikap yang benar saat memegang gunting.
5. Sampaikan bahwa dia hanya diinginkan menggunting kertas,
bukan uang, rambut, taplak, maupun sprai.
6. Tunjukkan resikonya.
7. Berikan pujian pada setiap kemajuan yang dialami anak.
C. Hasil belajar
MUDJIONO dan DIMYATI merupakan hasil dari suatu interaksi tindak
belajar dan tindak mengajar. Dari sisi guru tidak mengajar diakhiri dengan proses
evakuasi hasil belajar. Dari sisi siswa hasil belajar merupakan berakhirnya penggal
dan puncak proses belajar.
Dengan menggunakan metode demonstrasi guru lebih mudah menyajikan
materi pelajaran karena dapat memperlihatkan langsung kepada anak-anak bahan
yang sebenarnya yaitu gunting dan dapat memperagakan cara memegang gunting
yang benar dan cara menggunting kertas yang baik serta mengingatkan kepada anak-
anak tentang bahaya dari pada gunting itu sendiri.
Berdasarkan uraian di atas Anak-anak TK Kuntum seruni akan dapat
meningkatkan kemampuannya mempergunakan gunting untuk menggunting kertas
dengan beberapa pola yang ditentukan dan telah memahami kertas apa saja yang
boleh atau tidak bisa digunting serta penggunaan gunting yang sebenarnya.
BAB. III
METODOLEGI PENELITIAN
Metode penelitian menggunakan metode penelitian tindakan kelas yang
mengacu pada desain penelitian yang dikemukakan KEMMIS dan TAGGART (1988)
dalam Zaina Aqib (2006 : 31) dengan tahap-tahap yaitu (1) Tahap persiapan/
perencanaan, (2) Tahap pelaksanaan/Tindakan, (3) Tahap Observasi/Pengamatan, (4)
Refleksi.
1. Setting penelitian : setting penelitian di lakukan di TK KUNTUM SERUNI Mogolaing
2. sasaran penelitian : kelompok B TK KUNTUM SERUNI Mogolaing.
3. Rencana tindakan : rencana tindakan apa yang di lakukan untuk di perbaiki
meningkatkan, atau perubahan perilaku dan sikap sebagai
solusi.
Pelaksanaan : apa yang di lakukan oleh guru atau peneliti sebagai perbaikan
peningkatan
Observasi : mengamati atas hasil dan dampak tindakan yang dilaksanakan
oleh anak
Refleksi : melakukan evaluasi tindakan yang telah dilakukan teman sejawat.
Pada tahap ini guru melakukan penafsiran, pemaknaan, dan
evaluasi atas segala yang telah dilakukan dan hasil-hasilnya
maupun atas tindakan yang belum dilaksanakan berikut hambatan-
hambatannya sambil memikirkan kembali upaya perbaikan yang
akan dilakukan pada tahap siklus penelitian berikutnya. Dan jika
setidaknya dari tahap refleksi ini sudah bisa disimpulkan bahwa
tindakan perbaikan yang dilaksanakan sudah cukup memenuhi
tujuan pembelajaran yang ditetapkan, maka siklus penelitian
berikutnya bias dihentikan dan tidak perlu dilaksanakan.
Sebaliknya jika tujuan pembelajaran belum tercapai dan masih dirasa perlu untuk
melakukan refisi atau langkah-langkah perbaikan tindaka lebih lanjut, maka peneltian
berlanjut ke siklus berikutnya
Berdasarkan keempat tahapan PTK tersebut, maka dapat dijabarkan melalui gambaran
berikut :
Observasi Awal Perencanaan
Tindakan Siklus I
Refleksi
Observasi
Perencanaan
Tindakan Siklus II
Refleksi
Observasi
HASIL
Gambar 3.2
Alur PTK menurut
Kemmis dan Mc Taggart
Dari hasil table diatas, maka prosedur yang ditempuh pada penelitian tersebut
dapat dideskripsikan sebagai berikut.
1. Tahap Perencanaan
Penelitian tindakan kelas ini terdiri dari dua siklus. Tiap siklus dilaksanakan
dengan satu tindakan sesuai dengan perbaikan yang ingin di capai selama
pembelajaran. Pada tahap perencanaan dipersiapkan, RKH, Media, Instrumen
penelitian, dan gambar.
2. Tahpa pelaksanaan
Kegiatan yang dilakukan pada setiap tindakan adalah dengan intervensi
terhadap pelaksanaan kegiatan yang menjadi tuga guru sehari-hari. Pada tahap ini
merupakan pelaksanaan tindakan dari persiapan pembelajaran yang telah
direncanakan sebelumnya. Biasanya pembuatan rencana belum sepenuhnya dapat
menggunakan dan memberikan gambaran tentang pelaksanaan tindakan, mungkin
saja pada tahap pelaksanaan ada hal-hal yeng belum terfikirkan dan akan berbeda
dengan rencana. Oleh karena itu pada tahap pelaksanaan, guru dapat
menggunakan intervensi atau memberikan tindakan yang belum atau tidak
tercantum dalam perencanaan sebelumnya. Selanjutnya dalam upaya
meningkatkan dan melihat keberhasilan dalam setiap siklus, maka selama kegiatan
tindakan dilakukan pengamatan dan evaluasi.
3. Observasi
Pada tahapan ini secara operasional adalah untuk mengenal, merekan dan
mendokumentasikan segala hal yang berkaitan dengan hasil dari proses
pelaksanaan tindakan ataupun dampak dari pelaksanaan tindakan tersebut. Fungsi
dari observasi ini adalah untuk mengetahui apakah tindakan yang dilakukan sudah
mengarah pada terjadinya tindakan perubahan kearah positif dalam kegiatan
belajar mengajar.
4. Analisis dan Refleksi
Data yang diperoleh lalu analisis untuk kemudian selanjutnya di refleksikan
sebagai alat evaluasi untuk memperbaiki siklus berikutnya. Dan juga untuk
menentukan kesimpulan atau hasil dan penelitian. Pada tahap refleksi, peneliti
bersama observer mendiskusikan hasil tindakan pada setiap akhir pelaksanaan
tindakan. Hasil kemudian di refleksi, dan bila perlu merevisi kegiatan
sebelumnya, apakah kegiatan yang telah dilakukan mengenai sasaran atau belum.
Temuan yang diperoleh kemudian dijadikan acuan bagi perumusan rencana
pembelajaran untuk dilaksanakan pada kegiatan selanjutnya.
Kemmis dan Taggart (1988:14) menyatakan bahwa model penelitian tindakan
adalah berbentuk spiral. Tahapan penelitian tindakan pada suatu siklus meliputi
empat tahapan, yaitu tahap perencanaan, pelaksanaan, observasi dan tahap
refleksi. Siklus ini berlanjut dan akan dihentikan jika dirasa sudah cukup
memenuhi kebutuhan dan tujuan penelitian yang telah ditetapkan.
Sesuai dengan jenis rancangan penelitian yang dipilih, yaitu penelitian
tindakan kelas, maka penelitian ini menggunakan model penelitian tindakan dari
Kemmis dan Taggart (dalam Arikunto, Suharsimi, 2002:83), yaitu berbentuk
spiral dari siklus yang satu ke siklus yang berikutnya. Setiap siklus meliputi
planning (rencana), action (tindakan), observasi (pengamatan) dan reflection
(refleksi). Langkah pada siklus berikutnya adalah perencanaan yang sudah
direvisi, tindakan, pengamatan dan refleksi. Sebelum masuk pada siklus I
dilakukan tindakan pendahuluan yang berupa identifikasi permasalahan.
Menurut DR.Sulipan,M.Pd, dalam tulisannya yang disusun untuk Program
Bimbingan Karya Tulis Ilmiah Online (http://www.ktiguru.org) berjudul
”Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research)”, pertama kali
penelitian tindakan kelas diperkenalkan oleh Kurt Lewin pada tahun 1946, yang
selanjutnya dikembangkan oleh Stephen Kemmis, Robin Mc Taggart, John Elliot,
Dave Ebbutt dan lainnya. Pada awalnya penelitian tindakan menjadi salah satu
model penelitian yang dilakukan pada bidang pekerjaan tertentu di mana peneliti
melakukan pekerjaannya, baik di bidang pendidikan, kesehatan maupun
pengelolaan sumber daya manusia. Salah satu contoh pekerjaan utama dalam
bidang pendidikan adalah mengajar di kelas, menangani bimbingan dan konseling,
dan mengelola sekolah. Dengan demikian para guru atau kepala sekolah dapat
melakukan kegiatan penelitiannya tanpa harus pergi ke tempat lain seperti para
peneliti konvensional pada umumnya. Adapun tujuan penelitian tindakan kelas itu
tidak lain adalah untuk memecahkan masalah, memperbaiki kondisi,
mengembangkan dan meningkatkan kualitas pembelajaran di kelas.
Menurut Suharsimi Arikunto (2002:82), penelitian tindakan adalah
penelitian tentang hal-hal yang terjadi di masyarakat atau sekelompok sasaran dan
hasilnya langsung dapat dikenakan pada masyarakat yang bersangkutan. Ciri atau
karakteristik utama dalam penelitian tindakan adalah adanya partisipasi dan
kolaborasi antara peneliti dengan anggota kelompok sasaran. Penelitian tindakan
adalah salah satu strategi pemecahana masalah yang memanfaatkan tindakan
nyata dalam bentuk proses pengembangan inovatif yang dicoba sambil jalan
dalam mendeteksi dan memecahkan masalah. Dalam prosesnya, pihak-pihak
yang terlibat dalam kegiatan tersebut dapat saling mendukung satu sama lain.
Tekhnik pengumpulan dan analisis data.
Alat pengumpul data dalam penelitian ini adalah tes buatan guru yang fungsinya
adalah :
1. Untuk menentukan seberapa baik siswa telah menguasai bahan pelajaran yang
diberikan pada waktu tertentu.
2. Untuk melakukan apakah suatu tujuan telah tercapai.
3. Untuk memperoleh suatu nilai. (Arikunto, Suharsimi, 2002:149)
Data hasil penelitian penelitian tindakan bersumber pada data hasil pengamatan
dari hasil menggunting kertas.
Data hasil pengamatan sikap anak-anak selama kegiatan dianalisis pada setiap
aspek untuk mencari besaran prosentasin
BAB. IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan pengamatan awal di TK Kuntum Seruni sebagian besar anak-anak
belum paham tentang cara menggunting kertas. Hal ini disebabkan kurangya
informasi yang mereka dapatkan. Sementara ini semua anak-anak menggunakan
gunting kertas hanya sekedar bermain sehingga dapat membahayakan anak itu sendiri.
Kegiatan diawali dengan mendiskusikan permasalahan yang dihadapi,
penyampaian informasi serta memberikan contoh menggunting kertas. Data yang
diperoleh dari hasil observasi dari siklus 1 setiap anak-anak menggunting kertas rata-
rata nilai di atas 65sehingga anak dinyatakan berhasil. Anak-anak sangat antusias
melaksanakan menggunting kertas, hambatan yang ditemui pada siklus I seperti
efektifitas penyampaian informasi tentang cara menggunting kertas yang bersifat
umum dan kelengkapan fasilitas serta jumlah anak-anak yang lebih tidak sesuai
dengan jumlah guru.
Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa melalui metode demonstrasi
anak-anak TK Kuntum Seruni mampu menggunakan dan menggunting kertas yang
sesuai dengan kriteria dan tekhnik yang ditentukan. Yang awalnya belum
mempergunakan metode pembelajaran yang tepat dan tidak memiliki perencanaan.
Jadi, setelah melalui bimbingan menghasilkan anak-anak yang sesuai dengan
kemampuan mereka masing-masing, walaupun belum mencapai optimal namun sudah
ada peningkatan.
Dalam pelaksanaan penelitian ini kepala sekolah, guru-guru dan anak-anak
berlangsung dengan suasana kekeluargaan, kebersamaan, dan keteladanan sehingga
pada dasarnya penelitian ini adalah suatu proses untuk meningkatkan pengetahuan,
sikap dan keterampilan baik untuk guru maupun anak-anak khusunya anak-anak TK
Kuntum Seruni Kotamobagu.
Siklus I
1. Perencanaan penelitian
Kegiatan penelitian dilaksanakan mulai bulan Oktober 2011 di TK Kuntum
Seruni Mogolaing dari jam 08.00-10.00 setiap pertemuan.
Perencanaan penelitian meliputi :
a. Rapat antara kepala sekolah, pengawas dan guru-guru TK Kuntum Seruni
Mogolaing.
b. Menyiapkan bahan-bahan yang diperlukan untuk menggunting kertas.
c. Menentukan format observasi serta instrumen format penilaian.
2. Pelaksanaan penelitian
- Memberikan contoh cara memegang gunting yang benar.
- Memberikan contoh menggunting kertas yang baik.
- Anak didik memperbaiki hasil guntingan kertas yang belum baik.
- Tersusun hasil guntingan kertas sesuai dengan kemampuan anak masing-masing
- Dihasilkan guntingan kertas yang optimal.
Target yang diharapkan pada pelaksanaan ini adalah :
a. Tersusunnya hasil guntingan kertas yang sesuai dengan kemampuan anak
masing-masing
b. Dihasilkan anak didik yang dapat memegang gunting dengan benar dan
menggunting kertas dengan baik.
3. Observasi
Observasi dilakukan oleh peneliti pada saat anak-anak menggunting kertas di
setiap pertemuan baik secara individu maupun kelompok. Pengamatan dilakukan
terhadap anak-anak tentang kerjasama, aktivitas dalam menggunting kertas dengan
menggunakan format observasi.
4. Refleksi
Hasil refleksi dijadikan acuan untuk merencanakan penyempurnaan dan
perbaikan pada siklus 2. Bila anak-anak memperoleh skor dalam penilaian
menggunting kertas final sama/lebih besar dari 65 maka anak tersebut dinyatakan
berhasil atau layak, jika kurang dari 65 maka anak-anak tersebut dinyatakan gagal.
Siklus II
1. Tahap perencanaan meliputi kegiatan :
- Menyusun rencana pembelajaran sebagai perbaikan dari rencana pembelajaran
pada siklus terdahulu.
- Menetapkan tindakan perbaikan yang diperlukan.
- Menyusun instrumen penelitian.
- Menyusun alat evaluasi
2. Tahap pelaksanaan tindakan
Tahap ini adalah pelaksanaan dari skenario atau rencana pelaksanaan
pembelajaran dengan tindakan-tindakan perbaikan yang telah ditetapkan pada
tahap sebelumnya. Langkah-langkah kegiatan yang dilakukan pada tahap ini
secara garis besar sama dengan tahpa pelaksanaan tindakan pada siklus I.
3. Tahap Pengamatan
Langkah-langkah kegiatan pada tahap ini juga boleh dikata sama dengan yang
dilakukan pada siklus I.
4. Tahap Refleksi
Pada tahap ini guru melakukan refleksi atas tindakan-tindakan yang telah
dilakukan pada siklus I, berikut hasil-hasil yang telah dicapainya. Selain itu
guru juga memikikan kekurangan-kekurangan serta hambatan-hambatan yang
masih dihadapi pada siklus II dan selanjutnya mencarikan alternatif tindakan
perbaikannya untuk dilakukan pada siklus berikutnya.
Siklus III (bila diperlukan)
BAB. V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Dengan menggunakan metode demonsrasi penyajian pengajaran dapat
diperagakan dan mempertunjukan kepada anak-anak tentang suatu proses
situasi benda baik sebenarnya maupun tiruan atau bahan pelajaran yang
kongkrit sehingga anak lebih mampu memahami dan dapat
mendemonstrasikan sendiri seperti menggunakan gunting untuk menggunting
kertas.
Peningkatan hasil belajar kemampuan anak pada pembelajaran
khususnya materi menggunting kertas melalui metode pembelajaran
demonstrasi sangant bermanfaat bagi anak-anak TK Kuntum Seruni
Mogolaing.
Untuk meningkatkan kemampuan anak tentunya sebagai seorang guru
dalam menggunakan metode mengajar harus diperhatikan dan disesuaikan
dengan bahan ajar atau materi yang diajarkan. Karena tidak semua metode itu
cocok untuk semua materi.
B. SARAN
Perkembangan kemampuan menggunting dimulai dari usia 1,5 tahun untuk
tahap awal berikan gunting plastik yang tidak tajam namun bisa memotong
kertas. Tapi seiring dengan usia gunting plastic menjadi tidak menarik oleh
sebab itu, berikan gunting tajam yang ujungnya tumpul dan tetap berikan
pengawasan saat memakainya
Dengan menggunakan metode demonstrasi guru harus mampu dan mempunyai
keterampilan khusus sehingga guru dituntut bekerja lebih professional
mempunyai kemauan dan motivasi yang bagus untuk keberhasilan proses
pembelajaran anak didik
DAFTAR PUSTAKA
- UNIMA, 2011, Materi Pendidikan dan Latihan Guru Rayon 27
- KIMBERLY WIGGINS, dalam The Importance Teaching Your Child How To Use
Scissors (Pentingnya Mengajar Anak Bagaimana Menggunakan Gunting)
- TARA COLDER OTR/L dalam Developing Coordination For Scissors Skills
(Mengembangkan kordinasi untuk keterampilan menggunting)
- KEMMIS dan TAGGART (1988:14), dalam model penelitian tindakan kelas.
- SUKIDIN, dkk (2002:54), dalam bentuk penelitian tindakan kelas.
- DR. SULIPAN, M.Pd, dalam penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research)
- SUHARSIMI ARIKUNTO (2002:82), dalam penelitian tindakan kelas.
- MARTINIS YAMIN (2012:65), dalam penggunaan metode demonstrasi
- MUDJIONO dan DIMYATI, dalam hasil belajar