REALITAS KEHIDUPAN 3 MAHASISWA KOS JURUSAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1151/1/SKRIPSI...

95
i REALITAS KEHIDUPAN 3 MAHASISWA KOS JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM IAIN SALATIGA: PENDEKATAN DRAMATURGI ERWIN GOFFMAN SKRIPSI Disusun Oleh: Faisal Abdillah NIM 111 08 053 FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU PENDIDIKAN PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA 2015

Transcript of REALITAS KEHIDUPAN 3 MAHASISWA KOS JURUSAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1151/1/SKRIPSI...

i

REALITAS KEHIDUPAN 3 MAHASISWA KOS

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM IAIN SALATIGA:

PENDEKATAN DRAMATURGI ERWIN GOFFMAN

SKRIPSI

Disusun Oleh:

Faisal Abdillah

NIM 111 08 053

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU PENDIDIKAN

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

SALATIGA

2015

ii

REALITAS KEHIDUPAN 3 MAHASISWA KOS

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM IAIN SALATIGA:

PENDEKATAN DRAMATURGI ERWIN GOFFMAN

SKRIPSI

Disusun dan Diajukan Untuk Memenuhi Syarat

Guna Memperoleh Gelar Sarjana (S.Pd.I)

pada Program Studi Pendidikan Agama Islam

Disusun Oleh:

Faisal Abdillah

NIM 111 08 053

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU PENDIDIKAN

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

SALATIGA

2015

iii

iv

v

vi

MOTTO

“Ada atau tidak ada yang penting kita gembira”!

“jangan pernah takut melangkah, tetapi kalau lelah ya istirahatlah”!

Skripsi ini kupersembahkan untuk :

Kedua orang tuaku atas darah yang engkau turunkan

Kakak-kakakku dan keponakan tercinta.

vii

ABSTRAK

Latar belakang penelitian ini adalah perilaku mahasiswa di era modern saat ini,

begitu banyak mahasiswa yang salah dalam menempatkan dirinya di suatu lingkungan.

Tujuan sekripsi ini untuk mengetahui bagaimana mahasiswa kos Jurusan Pendidikan

Agama Islam IAIN Salatiga (diwakili oleh 3 orang Mahasiswa) bila dilihat dari sisi

dipanggung depan dan panggung belakang dan pengaruh diantara keduanya.

Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan (field research) yang sifatnya

kualitatif yaitu prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata

tertulis atau lisan dari orang–orang dan perilaku yang dapat diamati atau permasalahan

yang sedang dihadapi .Field research adalah research yang dilaksanakan di kancah atau

medan terjadinya gejala-gejala. Penelitian ini ditempuh dengan langkah-langkah

pengumpulan, klasifikasi dan analisis atau pengolahan data, membuat kesimpulan dan

laporan dengan tujuan utama untuk membuat gambaran tentang suatu keadaan secara

obyektif dari suatu diskripsi. Adapun pendekatan yang menurut peneliti sesuai dengan

tema penelitian ini adalah pendekatan sosiokultural.

Dari data dan penjelasan pada penelitian ini bisa menjadi gambaran bagi

pembaca dan menjadi cerminan bagi penulis untuk dapat menjaga diri, dan dapat

mengaktualisasikan diri secara baik dimanapun berada.

Kata kunci : Konsep dramaturgi, Erwin Goffmen, Realitas Kehidupan

viii

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah

melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada penulis serta memberikan nikmat

kesehatan dan kesempatan, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini.

Sholawat serta salam tak lupa tercurahkan kepada baginda Nabi Muhammad SAW

yang telah memberikan petunjuk kepada umat manusia dengan kemuliaan akhlaknya

untuk mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.

Penyusunan skripsi ini merupakan kajian singkat tentang ”Realitas kehidupan

anak kost pendekatan Dramaturgi Erwin Goffman pada mahasiswa PAI IAIN Salatiga”

Penyusunan skripsi ini tidak akan terwujud tanpa adanya doa, bantuan, bimbingan, dan

motivasi dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati penulis

mengucapkan terima kasih kepada:

1. Dr. H. Rahmat Haryadi, M.Pd. selaku Rektor IAIN Salatiga.

2. ... , selaku Ketua jurusan

3. ... , selaku Pembimbing Skripsi

4. ... , selaku Pembimbing akademik

5. yang telah memberi motifasi untuk kuliah hingga skripsi ini.

6. Seluruh dosen pengajar dan staf di Fakultas Tarbiyah dan Ilmu

Pendidikan yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu.

7. Bapakku H. Rodhi dan Ibuku Ngatmiyati yang tidak pernah telah

merawat dan mendoakanku hingga saat ini.

8. Kakak-kakakku yang selalu memberi motifasi dan semangat hingga

terwujud skripsi ini.

ix

9. Semua keponakan kecilku yang selalu menyegarkan pikiranku di saat

jenuh.

10. 3 orang Mahasiswa Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Pendidikan yang telah

menjadi obyek penelitian saya.

11. Terima kasih yang sebesar-besarnya untuk Teater getar sebagai UKM

kampus yang memberikan banyak tentang kehidupan.

12. Kawan seperjuangan 2008 di UKM : Mapala Mitapasa, SMC dan SSC

yang telah menjadi teman berjuang.

13. Kantin SASA yang telah menjadi tumpahan pikiran bersama kawan-

kawan dan memenuhi kebubutuhan perut di waktu tidak punya uang

sekalipun.

14. Raprika dan Giri yang telah membantu memberikan ide dalam skripsiku.

15. Terima kasih kepada KPK (Keroncong Pemuda Kekinian) dan kawan

yang biasa berkumpul di Kandang Art Galeri yang telah memberi

kesempatan untuk menambah ilmu di bidang musik.

16. Seluruh Teater di Salatiga yang telah membuka pikiran untuk berbagi

ilmu di bidang Teater.

17. Gairah Tanggal Tua yang mengenalkanku dengan seniman-seniman

Salatiga.

18. Forum Seni Salatiga dan How Art You atas pemikiran pemikiran gila

dan segala konflik yang membuatku Semangat.

19. Teman-teman kampung Sindon yang selalu setia menemaniku saat

berada di rumah.

x

20. Dan semua masyarakat dimanapun berada, yang menjadi tempat saya

berproses. Terima Kasih.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih jauh dari

kesempurnaan dan masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, saran dan kritik dari

para pembaca sangat penulis harapkan, sehingga dapat dijadikan bahan masukan yang

bermanfaat bagi pembaca maupun penulis sendiri dalam mengembangkan penelitian.

Salatiga

Faisal Abdilah

xi

DAFTAR ISI

Halaman Judul ………………...……………………………...........……………… i

Halaman Pengajuan …………..........………………...........………………………. ii

Halaman Surat Pernyataan ……………........……...........……………....…………. iii

Halaman Persetujuan Pembimbing ………...........………...........…………....……. iv

Halaman Motto ……………….........…........…………………...........……………. v

Abstrak …………………..…………………………...........………………………. vi

Kata Pengantar ……………………………………………...............……………... vii

Daftar Isi ………………………………………………...........…………………… viii

Daftar Gambar ……………………………………..............………......................... xii

BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ………………………......………...........…...………… 1

B. Penegasan Istilah …………………………….............…………...…….. 6

C. Rumusan Masalah ….………...…………....................................……… 7

D. Maksud dan Tujuan Penelitian……...……………………...........……… 8

E. Manfaat Penelitian ……………………………....…......................…….. 8

F. Kajian Pustaka ……………………………..........…......................…….. 9

G. Metode Penelitian ……….......……………..........…......................…….. 12

1. Jenis Penelitian ………......……………...........……………………. 12

2. Lokasi Penelitian …………………..……………...........………….. 13

3. Sumber Data …………………..….......…………………...........….. 13

a. Sumber Data Primer ………..........…...........………………….. 13

xii

b. Sumber Data Sekunder…………………..….……...........…….. 14

4. Metode Pengumpulan Data ………...........……...........……………. 14

a. Observasi …………………….....................………………….. 14

b. Wawancara ……………….....................………...........………. 15

c. Dokumentasi ………………...……………...........…………… 15

d. Metode Analisis Data …………………..…………...........…… 16

H. Metode Penelitian ……….......……………..........…........................... 16

BAB II KAJIAN TEORI

A. Biografi Erwin Goffman …………………………….....……………… 19

B. Dramaturgi ………………………………….................………………...23

C. Dramaturgi Dalam Pendidikan ………………….……………………… 28

D. Sekilas Tentang Mahasiswa ……………….......……………………….. 32

E. Perilaku Remaja Islam ……………..........………………………………36

F. Perilaku Remaja Masa Kini …………………………....……………….. 40

BAB III LAPORAN HASIL PENELITIAN

A. Pengertian Rumah Tinggal Sementara ………………………..……….. 43

B. Selayang Pandang Kost sekitar Kampus IAIN Salatiga ……………….. 47

C. Karakteristik Informan ………………….............……………………… 51

D. Panggung Depan Mahasiswa IAIN Salatiga …………………………… 53

E. Panggung Belakang Mahasiswa IAIN Salatiga …………………………57

xiii

BAB IV PAPARAN DAN ANALISIS DATA

A. Panggung Depan ..……….................................................…...…………59

1. Tatto ………………............…………….............…………...…….. 59

2. Gaya Berpakaian ……………………………........................…….. 60

3. Perilaku…………………..............................….......................…….. 64

4. Interaksi Sosial ……….......………...............…......................…….. 69

5. Religiusitas ……….......……….....................…......................…….. 66

B. Panggung Belakang ………............………….........……………………. 66

1. Tatto …………...................………..….………..............………….. 67

2. Gaya Berpakaian …………...…...........…………………...........….. 70

3. Perilaku …………...….......……...................……………...........….. 71

4. Interaksi Sosial …………..........….......…………………...........….. 76

5. Religiusitas …………...…....................…………………...........….. 77

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ………………...................................………...........………. 78

B. Saran ………………...……………......................................…………… 80

DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR SUMBER LAINNYA

WEBTOGRAFI

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

xiv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Erwin Goffman …………………..…………...........................…… 19

Gambar 2 Penokohan Dalam Adegan Teater …………………..……......…… 23

Gambar 3 Pendidikan Dalam Keluarga …………………..………….......…… 31

Gambar 4 Suasana Perkuliahan Mahasiswa PAI IAIN Salatiga …............……33

Gambar 5 Mahasiswa IAIN Salatiga Melakukan Aksi Turun ke Jalan..........… 35

Gambar 6 Menyantuni Anak Yatim Adalah Sikap Terpuji ……...............…… 37

Gambar 7 Perilaku Pemuda Masa Kini …………………..…………........……41

Gambar 8 Gedung IAIN Salatiga Kampus I …………………..…………....… 43

Gambar 9 Kost Daerah Pengilon …………………..………….................…… 45

Gambar 10 Peta Kota Salatiga …………………..………….......................…… 48

Gambar 11 Peraturan Kost Putra di Daerah Kebon Sari ……………….....…… 58

Gambar 12 Mahasiswa PAI Bertatto …………………..………….............…… 68

Gambar 13 Gaya Berpakaian Mahasiswa PAI …………………..………..…… 71

Gambar 14 Berpelukan Mahasiswa PAI …………………..…………........…… 72

Gambar 15 Foto Mahasiswa PAI Ketika di Kost …………………..……..…… 75

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dibalik suatu citra kehidupan kampus Islam IAIN Salatiga sebagai

sarana dan prasarana dalam membina dan pembentukan identitas mahasiswa

yang benafaskan Islam, banyak ditemui karakter-karakter yang menarik untuk

dipelajari, antara aktifitas mahasiswa di kampus dengan kehidupan

mahasiswa di luar kampus. Mahasiswa yang notabene sebagai agen of change

atau agen perubahan suatu bangsa. Hal tersebut ternyata tidak serta-merta

benar dalam menapaki jalan hidup mahasiswa. Banyak hal yang

melatarbelakangi terbentuknya sikap, perilaku, dan gaya hidup seorang

mahasiswa, antara lain pengaruh pendidikan dalam keluarga, dan lingkungan

sosial.

Hal utama yang mempengaruhi terbentuknya kepribadian

seseorang adalah “keluarga”. Keluarga sangat berperan dalam pembentukan

kepribadian seseorang, keluarga merupakan media pertama dalam

berinteraksi dengan lingkungan saat seseorang tersebut lahir, intensitas dan

frekuensi pertemuan dengan keluarga cenderung lebih tetap dan rutin

daripada lingkungan sosial lainnya. Hal lain yang mempengaruhi

pembentukan kepribadian seseorang adalah lingkungan sosial di luar keluarga

antara lain lingkup sekolah, kost, tempat kerja, dll.

2

Interaksi sosial yaitu individu dengan lingkungannya sebagai

akibat dari komunikasi, yaitu proses pengaruh mempengaruhi dalam

masyarakat, dengan akibat terjadinya perubahan-perubahan dalam masyarakat

ataupun proses sosial (I.L.Pasaribu & B.Simanjutak, 1984:63).

Skripsi ini akan membahas mengenai kehidupan mahasiswa IAIN

Salatiga, jurusan PAI (Pendidikan Agama Islam) dilihat pada kehidupan

mahasiswa yang tinggal di rumah kos, yang notabene jauh dari pantauan

keluarga. Dalam hal ini penulisan skripsi ini berpedoman pada konsep

Dramaturgi yang dikemukakan oleh Erwin Goffmen salah satu tokoh

sosiologi yang berasal dari Rusia.

Seorang mahasiswa kos pastinya dituntut untuk hidup lebih

mandiri karena kehidupan di luar daerah memaksa mereka untuk berinteraksi

dengan lingkungan di luar keluarga. Bergaul dengan teman-teman sesama

jurusan ataupun dari jurusan dan universitas lain mendorong terbentuknya

kepribadian seorang mahasiswa dari komunitas sebelum dirinya menjadi

seorang mahasiswa, Cara berpenampilan, dan tingkah laku yang pantas

menurut lingkungan pergaulannya merupakan cover yang biasa diperlihatkan

oleh mahasiswa dalam lingkungan pergaulan mereka.

Seperti diketahui bersama bahwa orang lain menilai kita

berdasarkan petunjuk-petunjuk yang diberikan, dan dari penampilan tersebut

mempengaruhi sikap orang lain dalam memperlakukan kita. Bila mereka

menilai diri kita berstatus rendah kita tidak mendapatkan pelayanan istimewa.

Bila kita dianggap bodoh, mereka akan mengatur kita. Untuk itu kita sengaja

3

menampilkan diri kita (self presentation) seperti yang kita kehendaki

(Rakhmat, 2012:95).

Seseorang yang masih dalam masa mencari jati diri selalu berusaha

mencoba-coba hal-hal yang baru seperti hal’nya mahasiswa yang keluar dari

daerah asalnya dan tinggal di luar daerah. Apabila tidak adanya kontrol dari

keluarga ataupun masyarakat maka seseorang tersebut akan terjerumus dalam

perbuatan yang bersifat negatif dan mempengaruhi jati diri seseorang. Jati diri

sendiri menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah ciri atau keadaan

khusus yang ada pada seseorang. Adapun menurut wikipedia.com, jati diri

memiliki arti sebuah pribadi atau realitas pada diri yang melekat erat menyatu

dan tak terpisahkan.

Dalam hal ini Kampus merupakan suatu gambaran dunia yang

penuh dengan ilmu, melatih keterampilan, dan pengetahuan yang outputnya

diharapkan dapat menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas dan

siap menghadapi tantangan perubahan jaman yang terus berkembang. Hal

tersebut meyakinkan kita bahwa pendidikan itu penting, seolah-olah tidak ada

lagi nilai tawar untuk satu kata yakni pendidikan. Akan tetapi kita tidak

selamanya akan hidup dalam dunia ide, atau sadar bahwa kita ada dalam

realita kehidupan atau kehidupan yang nyata di dalam masyarakat dan

lingkungan.

Jika diperhatikan dengan sungguh-sungguh maka setiap hari

sebenarnya setiap orang dalam berkomunikasi antar pribadi telah melakukan

pengiriman pesan-pesan yang bersifat verbal maupun nonverbal. Dalam

4

komunikasi tanda-tanda verbal diwakili dalam penyebutan kata-kata

pengungkapannya, baik yang lisan maupun tertulis. Sedangkan tanda-tanda

nonverbal terlihat dalam mimik wajah, gaya tubuh, dan pakaian, hal demikian

setiap saat dilakukan oleh siapa saja tanpa kecuali. Jika hendak mengatakan

apa yang diperbuat oleh seorang individu”dengan lingkungannya”, maka

dalam usaha menyesuaikan diri adjusment, itu (baik dalam mengubaah

dirinya atau lingkungannya, maupun keduanya) kadang-kadang ia berhasil

atau gagal. Jika ia menghadapi karang yang menghalangi perjalanannya,

mungkin ia menyesuaikan diri dengan jalan yang berkarang itu .

Bila dilihat bagaimana menanggapi perilaku orang lain

menerangkan sifat-sifatnya, mengambil kesimpulan tentang penyebab

perilakunya, dan menentukan apakah petunjuknya yang nampak itu orisinil

atau hanya pulasan belaka (masih ingat dengan impression management dari

Erwin Goffman). Ternyata kita tidak hanya menanggapi orang lain tetapi juga

mempersepsi diri. Diri kita bukan hanya persona penanggap, tetapi persona

stimuli sekaligus (Rahkmat,1989:111).

Bagaimana bisa terjadi, kita menjadi subjek dan objek persepsi

sekaligus? Menurut Charles Horton Cooley, melakukan dengan

membayangkan diri kita sebagai orang lain di dalam benak. Cooley menyebut

gejala ini looking glass self (diri cermin) seakan-akan kita menaruh cermin di

depan kita. Pertama, kita membayangkan kita tampak pada orang lain, kita

melihat diri kita sekilas seperti dalam cermin. Misalnya kita merasa wajah

kita jelek. Kedua kita membayangkan bagaimana orang lain menilai

5

penampilan kita. Kita pikir mereka menganggap kita tidak menarik. Ketiga,

kita mengalami perasaan bangga atau kecewa; orang mungkin merasa sedih

atau malu (Vander Zanden, 1975:79).

Dalam lingkungan sosialnya objek atau orang yang diteliti pada

penelitian ini merupakan individu yang menjalani kehidupan layaknya seperti

makhluk sosial lainnya, bergaul dengan orang lain, bekerjasama dalam

sebuah team, bahkan mereka terlihat seperti orang alim, pendiam dan

berperilaku baik. Sungguh suatu pertunjukan yang dilematis ketika tubuh

dibalut oleh pakaian bagus sehingga terkesan sopan, agamis, feminine dan

elegan seketika harus berganti dengan menggunakan pakaian yang lebih

terbuka atau memperlihatkan kemolekan tubuh. Bagaikan dua sisi mata uang

yang berbeda atau saling bertolak belakang.

Fenomena ini merupakan suatu gejala di masyarakat yang cukup

menarik untuk diteliti, peneliti berharap penelitian ini nantinya berguna dan

sekaligus menjadi suatu informasi bagi masyarakat, maka untuk mengkaji

lebih dalam mahasiswa PAI IAIN Salatiga akan diteliti melalui pendekatan

dramaturgi. Maka peneliti akan menuliskannya dalam skripsi yang berjudul

”Realitas Kehidupan 3 Mahasiswa Kos Jurusan Pendidikan Agama Islam

IAIN Salatiga : Pendekatan Dramaturgi Erwin Goffman”. Dalam Dramaturgi

juga dibahas mengenai konsep front stage adalah istilah untuk menjelaskan

Manusia ketika berada di lingkungan sosial, maka disebut sebagai bagian

front stage. Sedangkan Panggung belakang adalah istilah untuk menjelaskan

6

Manusia ketika berada di lingkungan Pribadi, maka disebut sebagai bagian

back stage.

B. Penegasan Istilah

Realitas, fakta atau kenyataan, sesuatu hal yang benar-benar terjadi

(Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1999:96).

Kost atau in de kost (bahasa Belanda) tempat tinggal sementara

yang berupa kamar, biasanya dibayar dan disewa perbulan. (penjelasan pada

bab II pengertian kost)

Dramaturgi adalah teori yang mengemukakan bahwa teater dan

drama mempunyai makna yang sama dengan interaksi sosial dalam

kehidupan manusia (Sri Suneki dan Haryono, 2012:2). Dramaturgi

merupakan pendalaman dari konsep interaksi sosial, yang menandai ide-ide

individu yang kemudian memicu perubahan sosial masyarakat menuju era

kontemporer. Teori dramaturgi muncul sebagai reaksi atas konflik sosial dan

rasial dalam masyarakat. Dramaturgi berada di antara interaksi sosial dan

fenomenologi.

Mahasiswa atau Mahasiswi adalah panggilan untuk orang yang

sedang menjalani pendidikan di sebuah Perguruan Tinggi.

Mahasiswa PAI (Pendidikan Agama Islam) adalah mahasiswa

yang sedang menempuh pendidikan Strata Satu (S1) dalam Jurusan Tarbiyah

dan Ilmu Pendidikan Agama.

Mahasiswa kos merupakan mahasiswa yang bertempat tinggal jauh

dari kampus dan menyewa kamar sebagai tempat tinggal sementara.

7

C. Rumusan Masalah

Pada dasarnya suatu penelitian harus mempunyai masalah yang

akan diteliti. Masalah tersebut ada dalam topik atau judul penelitian. Agar

dapat dipecahkan maka masalah dalam topik atau judul tersebut harus

dirumuskan secara operasional. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut:

Dari latar belakang penelitian di atas, maka peneliti dapat

dirumuskan sebagai berikut:

1. Bagaimana front stage mahasiswa PAI IAIN Salatiga dalam konsep

Dramaturgi?

2. Bagaimana back stage mahasiswa PAI IAIN Salatiga dalam konsep

dramaturgi?

3. Bagaimana realitas kehidupan mahasiswa PAI IAIN Salatiga saat berada

di Kampus maupun di Kost?

D. Maksud dan Tujuan Penelitian

Adapun maksud dan tujuan dari penelitian ini agar mencapai hasil

yang optimal adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui kehidupan anak kos mahasiswa PAI IAIN Salatiga

secara panggung depan di kampus.

2. Untuk mengetahui kehidupan anak kos mahasiswa PAI IAIN Salatiga

secara panggung belakang di kost.

3. Untuk mendeskripsikan realitas kehidupan mahasiswa PAI IAIN Salatiga

saat berada di Kampus maupun di Kost.

8

E. Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat berguna baik secara

teoritis maupun praktis yaitu sebagai berikut.

1. Kegunaan Teoritis kegiatan penelitian ini berguna untuk

mengembangkan kajian keilmuan yang berhubungan dengan masalah

penelitian tentang, religiusitas, ilmu Komunikasi, dan moral untuk

pengembangan kepribadian luhur dan interaksional simbolik secara

khusus.

2. Kegunaan Praktis penelitian ini berguna bagi peneliti sebagai aplikasi

ilmu pendidikan nonverbal, melalui kajian Dramaturgi (2 panggung)

yang dimiliki oleh anak kos mahasiswa PAI IAIN Salatiga dan kajian

tentang presentasi diri.

3. Untuk Akademik (Literatur)

Penelitian ini berguna bagi mahasiswa Universitas secara umum,

program pendidikan agama sebagai literatur atau untuk sumber tambahan

dalam memperoleh informasi tentang Presentasi Diri mahasiswa PAI IAIN

Salatiga khususnya yang akan melaksanakan penelitian pada kajian yang

sama.

4. Kegunaan Untuk Masyarakat

Kegunaan penelitian ini bagi masyarakat umum adalah

memberikan informasi tentang perilaku anak kos mahasiswa PAI IAIN

Salatiga dan menjadikan evaluasi agar masyarakat terutama keluarga lebih

9

mengawasi mengawal anaknya supaya tidak salah dalam melangkah serta

sadar tempat dalam melakukan aktivitas sehari-hari.

F. Kajian Pustaka

Penelitian tentang kehidupan anak kos pada mahasiswa PAI IAIN

Salatiga dalam kehidupan sosial bukanlah hal yang baru, namun sangat

menarik dikaji dalam pemikiran sosial dan akhlak pada perkembangan konsep

keilmuan. Akan tetapi pada kenyataannya pemahaman dinamika sosial dalam

konteks drama turgi dalam kehidupan mahasiswa PAI IAIN Salatiga masih

minim, ini ditujukan dengan realitas yang belum menjadi pembelajaran bagi

masyarakat pada umumnya.

Dalam penulisan sekripsi ini, penulis meneliti tentang “Realitas

Kehidupan 3 Mahasiswa Kos Jurusan Pendidikan Agama Islam IAIN Salatiga

: Pendekatan Dramaturgi Erwin Goffman” untuk diteliti secara rinci. Dan

dalam waktu beberapa hari penulis melakukan penelusuran untuk mencari

informasi beberapa tempat buku (perpustakaan, toko buku, kolektor dan lain-

lain). Ditemukan penelitian yang berkaitan dengan presentasi diri kehidupan

anak kos melalui pendekatan drama turgi Erwin goffmen pada mahasiswa

PAI IAIN Salatiga.

1. Skripsi Siti Yahriyah PAI STAIN Salatiga 07, Persepsi dan Ekspektasi

Mahasiswa tentang Jilbab, Studi pada mahasiswa Program PAI Transfer

STAIN Salatiga 07/08. Skripsi ini menjelaskan tentang pengetahuan dan

pamakaian jilbab dikalangan mahasiswa.

10

Buku-buku lain yang membahas tentang kehidupan mahasiswa

sehingga mendukung penelitian skripsi ini ialah :

1. Jalaludin Rakhmat, Psikologi Komunikasi (Bandung: Remaja karya,

1989), buku ini membahas mengenai interaksi-interaksi sosial yang lebih

tertuju pada psikologi individu terhadap sekitar atau lingkungan.

2. Cahyaningrum Dewojat, Drama sejarah Teori dan Penerapannya(

Javakarsa Media ), Buku ini membahas drama dan teater dari sejarah

awal sampai drama masuk Indonesia, drama bukan hanya wujud karya

seni berbentuk pertunjukan tapi juga sudut pandang seni sastra.

3. I.L.Pasaribu & B.Simanjutak, Teori Kepribadian (

Bandung:Tarsito,1984). Buku ini membahas tentang psikologi diri,

faktor-faktor yang mempengaruhi, tokoh-tokoh tantang kepribadian, serta

antropologi filsafatnya.

4. Syamsu Yusuf LN & A. Juntika Nurihsan, Teori Kepribadian ( Bandung:

PT Remaja Rosadakarya,2008). Buku ini membahas tentang kepribadian

sebai interaksi sosial, dalam konteks akademis, kepribadian menjadi

salah satu kajian dalam bidang psikologi, kalau dari termitologi Islam

kepribadian dapat disebut akhlak.

5. M.Alaika Salamulloh, Akhlak Hubungan Horizontal (

Yogyakarta:Pustaka Insan Madani,2008). Buku ini membahas akhlak

sesama manusia, Islam adalah agama yang komplek menyeluruh dan

terperinci. Hubungan yang digarap Islam mencangkup banyak hal,

misalnya persoalan rumah tangga, pemeliharaan anak, hubungan dengan

11

teman, dengan agama lain dan sebagainya, intinya buku ini membahas

individu muslim dengan lingkungan sekitar.

Penjelasan sekilas tentang gambaran umum dari isi buku-buku

diatas akan mempermudah penulis dalam melakukan penelitian, sehingga

peneliti berharap dengan menggunakan literatur diatas dan dapat mengetahui

tentang Realitas kehidupan anak kost pada mahasiswa PAI IAIN Salatiga.

G. Metodologi Penelitian

Adapun metode yang digunakan dalam penulisan ialah deskriptif

analitis. Dari situ, langkah awal yang ditempuh adalah mengumpulkan data-

data yang dibutuhkan, baru kemudian dibutuhkan klasifikasi, deskripsi

kemudian analisis. Adapun alat penelitian ini digunakan: lokasi penelitian,

jenis penelitian, sumber data, metode pengumpulan data, metode analisis

data, dan ruang lingkup penelitian sebagai berikut:

1. Jenis Penelitian.

Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan (field research)

yang sifatnya kualitatif yaitu prosedur penelitian yang menghasilkan

data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang–orang dan

perilaku yang dapat diamati atau permasalahan yang sedang dihadapi

(Lexy J. Moloeng, 2007:4.). Field research adalah research yang

dilaksanakan di kancah atau medan terjadinya gejala-gejala. Penelitian

ini ditempuh dengan langkah-langkah pengumpulan, klasifikasi dan

analisis atau pengolahan data, membuat kesimpulan dan laporan dengan

tujuan utama untuk membuat gambaran tentang suatu keadaan secara

12

obyektif dari suatu diskripsi. Adapun pendekatan yang menurut peneliti

sesuai dengan tema penelitian ini adalah pendekatan sosiokultural.

2. Lokasi Penelitian.

Lokasi penelitian ini dilaksanakan di Kampus 1(satu) IAIN

STAIN Salatiga Jawa Tengah dan kost sekitar kampus ( Kali Cacing,

Jangkungan, Bonsari, Pengilon, dan Klaseman)

3. Sumber Data

Sumber data diperoleh dari data di lapangan dalam hal ini tentu

menggunakan teknik pengumpulan data. Teknik pengumpulan data

merupakan langkah strategis dalam penelitian, karena tujuan utama dari

penelitian adalah mendapatkan data (Sugiyono, 2013:224). Adapun

sebagai sumber datanya dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a) Sumber Data Primer

Sumber data primer adalah sumber data yang diperoleh

langsung dari sumber-sumber yang diamati dan dicatat untuk

pertama kalinya. Sedangkan menurut J. Supranto, sumber data

perimer adalah data yang langsung dikumpulkan sendiri oleh

perorangan/organisasi langsung melalui objeknya (Sugiyono

2003;20), Dalam penelitian ini, sumber data primer adalah langsung

dari lokasi penelitian yaitu mahasiswa kost PAI IAIN Salatiga Jawa

Tengah.

13

b) Sumber Data Sekunder

Sumber data sekunder adalah sumber data yang diperoleh

atau yang dikumpulkan dari orang yang telah melakukan penelitian

dan dari sumber-sumber yang telah ada sebagai pelengkap sumber

primer. sebagai data sekunder penulis mengambil dari buku-buku

yang berhubungan dengan penelitian ini, mengumpulkan

dokumentasi yang terkait dengan penelitian ini. Sedangkan menurut

J. Supranto, data sekunder yaitu data yang diperoleh dalam bentuk

yang sudah jadi berupa publikasi (Sugiyono, 2003; 21).

Disamping itu juga yang menjadi sumber data sekunder dalam

penulisan skripsi ini adalah buku-buku yang berkaitan dengan

antropologi, sosiologi, psikologi, drama turgi dan akhlak. Sedangkan

sumber data lain yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah karya-

karya ilmiah yang terkait dengan tema yang dimaksud untuk membantu

memperjelas pembahasan dalam penelitian ini, baik itu karya yang

berbentuk buku, jurnal, koran mapun media lainnya seperti internet.

4. Metode Pengumpulan Data

a) Observasi

Metode observasi adalah study yang disengaja atau

sistematis tentang fenomena sosial dan gejala-gejala alam dengan

jalan pengamatan dan pencatatan (Iqbal Hasan, 2008; 19.).

Observasi dilakukan dengan pengindraan langsung kondisi, situasi,

proses dan prilaku. Metode ini dilakukan untuk memperoleh

14

gambaran dan data lapangan masalah persentasi anak kos pada

mahasiswa PAI IAIN Salatiga

b) Wawancara

Metode wawancara disebut juga Interview, yaitu

pengumpulan informasi dengan cara mengajukan sejumlah

pertanyaan secara lisan untuk dijawab secara lisan pula oleh

responden (Hadari Nawawi dan Martini Hadari, 1995; 98). Metode

wawancara menghendaki komunikasi langsung antara penyelidik

dengan subyek (responden).

c) Dokumentasi

Metode dokumentasi adalah metode yang digunakan untuk

mencari data mengenai hal-hal atau variable yang berupa catatan,

transkrip, buku, majalah dan lain-lain. Dokumen merupakan catatan

peristiwa yang sudah berlalu yang berbentuk tulian, gambar, atau

karya-karya monumental dari seseorang (Sugiyono, Cet-ke

sembilanbelas 2013; 240s). Metode ini penulis gunakan untuk

mendapatkan data tentang mahasiswa kos PAI IAIN Salatiga, serta

untuk mendapatkan dokumen-dokumen lainnya yang berhubungan

dengan kehidupan anak kos mahasiswa PAI IAIN Salatiga.

5. Metode Analisis Data

Data yang telah terkumpul dalam penelitian ini di analisis

dengan metode deskriptif-analitis. Metode deskriptif analisis

menurut Jonh W. Bees adalah usaha mendeskripsikan dan

15

menginterpretasikan mengenai apa yang ada tentang kondisi,

pendapat, dan aktifitas yang sedang berlangsung serta akibat yang

terjadi atau kecenderungan yang tengah berkembang (Sanafiah

Faisal Dan Mulyadi Guntur W. (ed), 1982; 119). Metode ini penulis

gunakan dalam rangka memberikan gambaran data yang ada serta

memberikan interpretasi terhadapnya, serta melakukan analisis

interpretatif. Setelah data terkumpul, peneliti menganalisis data

dengan teknik analisis deskriptif kualitatif. Penggunaan analisis ini

dimulai dengan pengumpulan data-data kemudian diolah secara

sistematik.

H. Sistematika Penulisan

Agar memperoleh gambaran yang lebih jelas dan menyeluruh

mengenai pembahasan skripsi ini. Maka secara global penulis merinci dalam

sistematika pembahasan ini sebagai berikut.

BAB I. PENDAHALUAN

Bagian ini merupakan bab pendahuluan yang menjelaskan tentang

hal-hal yang melatarbelakangi munculnya masalah yang dirumuskan dalam

penelitian ini, salah satu yang dijelaskan adalah gambaran realitas kehidupan

anak kost mahasiswa PAI IAIN Salatiga, Sehingga mempengaruhi tata

kehidupan sosial masyarakat. Bab ini juga berisi rumusan masalah, tujuan

dari penelitian dan manfaat yang diharapkan dengan adanya penelitian ini,

kajian pustaka yang menjelaskan penelitian-penelitian sebelumnya dan buku-

buku tentang dinamika kehidupan mahasiswa PAI STAIN Salatiga sebagai

penjelasan bahwa penelitian penulis belum dilakukan sebelumnya,

metodologi penelitian, dan sistematika penulisan.

16

BAB II. LANDASAN TEORI

Bab ini menguraikan informasi umum tentanng landasan teori bagi

obyek penelitian seperti terdapat dalam judul skripsi. Landasan teori ini

disampaikan secara umum mengenai “Realitas Kehidupan 3 Mahasiswa Kos

Jurusan Pendidikan Agama Islam IAIN Salatiga : Pendekatan Dramaturgi

Erwin Goffman”.

BAB III. LAPORAN HASIL PENELITIAN

Bab ini merupakan paparan data-data hasil penelitan secara lengkap

yang mengenai kehidupan mahasiswa PAI IAIN Salatiga, di kampus, kost,

atau lingkungan lain yang mendukung untuk diteliti.

BAB IV. ANALISIS DATA

Bab ini berisi tentang analisis dari berbagai pokok masalah

mengenai persentasi diri mahasiswa PAI IAIN Salatiga dalam permainan

panggung depan dan belakang baik dari segi kekurangan maupun

kelebihannya. Bab ini merupakan pengolahan hasil dari bahan-bahan yang

diambil dari bab sebelumya, sehingga pokok permasalahan pada penelitian ini

bisa ditemukan.

BAB V. PENUTUP

Merupakan penutup dari keseluruhan proses penelitian yang berisi

kesimpulan untuk memberi gambaran singkat isi skripsi agar mudah

dipahami. Juga berupa saran-saran dari penulis yang terkait dengan

permasalahan yang diteliti. Dan yang terakhir daftar pustaka sebagai

tanggung jawab akademis yang menjadi rujukan penelitian.

17

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Biografi Erwin Goffman

Erwin Goffman lahir di Alberta, Canada, 11 Juni 1922 (Williams,

1986), Keturunan Yahudi orang tuanya berasal dari Rusia. Ia belajar tentang

sosiologi di Chicago. meraih gelar Bachelor of Arts (B.A) tahun 1945, gelar

Master of Arts tahun 1949 dan gelar Philosophy Doctor (Ph.D) tahun 1953.

Tahun 1958 meraih gelar Guru Besar, tahun 1970 diangkat menjadi anggota

Committee for Study of Incarceration. Dan tepat di tahun 1977 ia

memperoleh penghargaan Guggenheim. Pada tahun 1953 ia mempertahankan

tesisnya yang berjudul “ cara berkomunikasi di tengah-tengah komunitas

penghuni pulau”, merupakan penelitian partisipan di kepulauan Shetland.

Gambar 1

Erwin Goffman

Sumber : Google, diakses pada tanggal 25 Agustus 2015

Komunikasi menjadi tema dirinya dalam kajian sosiologi. Ia

menganalisis interaksi sosial, ritus, kesopanan, pembicaraan dan semua hal

yang menjalin hubungan sehari-hari. Interaksi dianggap menjadi dasar

18

kebudayaan. Sistem ini memiliki norma, mekanisme dan regulasi. Ritual-

ritual interaksi dianggap sebagai ajang untuk mengaskan adanya tatanan

moral dan sosia, dalam sebuah pertemuan seorang actor berusaha member

citra yang ditentukan oleh dirinya sendiri berupa wajah atau nilai sosial

positif yang dituntut seseorang melalui jalur tindakan dan dianggap orang lain

memang dijalankan demikian selama terjadinya kontak khusus.

Pada tahun 1965 buku berjudul “La presentation de soi” (

Presentasi Diri ). Pada buku tersebut E.Goffman menganalogikan dunia

dengan panggung sandiwara dimana individu-individu menjadi actor yang

memegang peran dalam hubungan sosial sebagai representasi yang tunduk

pada aturan yang baku. Dalam panggung sandiwara itu seseorang harus

mampu menampilkan “ kesan realitas “ kepada sesamanya agar bisa

meyakinkan gambaran /citra yang hendak diberikan kepada orang lain.

Untuk itu ia harus mengadapstasi permukaan pribadinya lewat peran dan

mendramatisasinya, yaitu dengan memasukkan tanda-tanda yang akan

memberikan kilau dan relief perilakunya melalui aktivitas yang dilakukannya,

agar perilakuknya tampak tidak keliru .

E.Goffman selama kurang lebih satu tahun berada di sebuah rumah

sakit St Elizabet, ia berbaur dengan kehidupan dirumah sakit tersebut. Ia

mengamati setiap perilaku yang muncul terhadap para pasien, ia juga

menjalani kehidupan seperti sebagai orang-orang terasing. Ia memperlakukan

rumah sakit seperti bangunan sosial yang khusus berfungsi sebagai penjaga

manusia tanpa menyinggung spesifikasi penyakit yang diderita oleh pasien.

19

Karya terbesar E.Goffman adalah Asiles, etudes sur la condition sociale des

melades mentaux (asylum, studi tentang kondisi sosial penderita penyakit

mental ). Karya ini baru diterjemahkan dalam bahasa perancis tahun 1968

(Anthony Giddens, 2008;60)

Collins (Williams, 1986;73) lebih menghubungkan Goffman

kepada antropologi sosial ketimbang kepada interaksionisme simbolik. Ketika

belajar S1 di Universitas Toronto, Goffman telah belajar dengan seorang

antropolog dan ketika di Chicago, kontrak utamanya bukanlah dengan

teoritisi interaksionisme simbolik, tetapi dengan W.L. Wamer (antropolog),

(Collins, 1986b:109). Menurut Collins, hasil pemeriksaan atas kutipan dalam

karya awal Goffman menunjukkan bahwa ia dipengaruhi oleh antropolog-

sosial dan jarang mengutip pemikiran interaksionis simbolik dan bila ia

menyinggung pemikiran interaksionisme simbolik, hal itu adalah untuk

mengkritik pemikiran tersebut. Namun Goffman dipengaruhi oleh studi

deskriptif yang dihasilkan di Chicago dan menyatukan hasil studi deskriptif

itu dengan hasil studi antropologi sosial untuk menciptakan perspektif

khususnya sendiri. Jadi, pakar interansionis simbolik memperhatikan

bagaimana cara aktor menciptakan atau merembukkan citra diri mereka,

sebaliknya Goffman memperhatikan bagimana cara masyarakat memaksa

orang untuk menampilkan citra tertentu mengenai diri mereka sendiri, karena

masyarakat memaksa kita berpindah-pindah diantara berbagai peran yang

kompleks maka kita akan menjadi selalu agak tidak jujur, tak taat asas dan

tidak hormat” (Collins, 1986:107).

20

Menjelang 1980-an ia tampil sebagai teoritisi yang sangat penting.

Di tahun kematiannya sebenarnya ia terpilih sebagai presiden The American

Sociological Association, tetapi tak memungkinkan menyampaikan pidato

pengangkatannya karena ia tertimpa penyakit. Berkenaan dengan status

Goffman ini, Randall Collins dalam pidatonya mengatakan : Tiap orang ingin

tahu apa yang akan dia sampaikan dalam pidato pelatikannya sebagai

presiden asosiasi sosiologi, prestasi tradisional langsung jelas tak mungkin

disampaikan Goffman berkenaan dengan reputasinya sebagai seorang yang

menentang pemujaan lembaga-lembaga sosial yang ada. kami menerima

pesan yang lebih dramatis Pidato pelatikan dibatalkan, Goffman meninggal.

Itu adalah jalan keluar Goffmania yang tepat (1986b:112).

Goffman wafat tahun 1982 ketika berada di puncak ketenarannya.

Ia sejak lama dianggap sebagai tokoh “pujaan” dalam teori sosiologi. Status

ini dicapai meski ia telah lama menjadi profesor di jurusan sosiologi

bergengsi di Universitas California, Berkeley dan kemudian menjadi ketua di

Liga Ivy, Universitas Pennsylvania.

B. Dramaturgi

Sebagaimana ditulis oleh Harymawan (1986:5) dalam bukunya

Dramaturgi, Dramaturgi adalah ilmu yang mempelajari tentang hukum dan

konvensi drama. Hukum-hukum drama tersebut mencakup tema, alur (plot),

karakter (penokohan), dan latar (setting). Istilah Dramaturgi kental dengan

pengaruh drama atau teater atau pertunjukan fiksi diatas panggung dimana

seorang aktor memainkan karakter manusia-manusia yang lain sehingga

21

penonton dapat memperoleh gambaran kehidupan dari tokoh tersebut dan

mampu mengikuti alur cerita dari drama yang disajikan. Meski benar,

dramaturgi juga digunakan dalam istilah teater namun term dan

karakteristiknya berbeda dengan dramaturgi yang akan kita pelajari.

Gambar 2

Penokohan dalam adegan teater

Sumber : Dokumentasi Teater Getar IAIN Salatiga, tanggal 4 Februari 2012

Dramaturgi dari istilah teater dipopulerkan oleh Aristoteles.

Sekitar tahun 350 SM, Aristoteles, seorang filosof asal Yunani, menelurkan,

Poetics, hasil pemikirannya yang sampai sekarang masih dianggap sebagai

buku acuan bagi dunia teater. Dalam Poetics, Aristoteles menjabarkan

penelitiannya tentang penampilan/drama-drama berakhir tragedi/tragis

ataupun kisah-kisah komedi. Untuk menghasilkan Poetics Aristoteles

meneliti hampir seluruh karya penulis Yunani pada masanya. Kisah tragis

merupakan obyek penelitian utamanya dan dalam Poetic juga Aristoteles

menyanjung Kisah Oedipus Rex, sebagai kisah drama yang paling dapat

diperhitungkan. Meskipun Aristoteles mengatakan bahwa drama merupakan

bagian dari puisi, namun Aristoteles bekerja secara utuh menganalisa drama

secara keseluruhan. Bukan hanya dari segi naskahnya saja tapi juga

menganalisa hubungan antara karakter dan akting, dialog, plot dan cerita. Ia

22

memberikan contoh-contoh plot yang baik dan meneliti reaksi drama terhadap

penonton.

Bila Aristoteles mengungkapkan Dramaturgi dalam artian seni.

Maka, Goffman mendalami dramaturgi dari segi sosiologi. Manusia

mempunyai kebutuhan untuk berhubungan dengan sesamanya. Untuk itu dia

menempuh jalan bertemu dengan orang lain yang melakukan pertunjukan dan

memproyeksikan diri dengan peranan-peranan yang melakonkan hidup dan

kehidupan di atas pentas secara khayali untuk menyajikan gambaran ideal

yang diinginkan (Harymawan, 1986: 194), dalam ilmu komunikasi hal

tersebut dinamakan dramaturgi.

Namun demikian, pemahaman dramaturgi itu tidak berhenti pada

hukum-hukum dan konvensi yang telah menjadi klasik tersebut.

Karena,perkembangan yang cukup besar dari dunia drama itu sendiri, maka

tentu sejumlah hukum dan konvensi itu memiliki upaya pula untuk

melakukan beberapa penyesuaian yang selaras dengan kehidupan dan jalan

pemikiran manusia. Meskipun perkembangan tersebut memiliki beberapa

kritik, namun tetap memiliki kemungkinan dalam mengapresiasi kenyataan

yang berubah di tengah-tengah masyarakat penggunanya.

Dengan konsep dramaturgis dan permainan peran yang dilakukan

oleh manusia, terciptalah suasana-suasana dan kondisi interaksi yang

kemudian memberikan makna tersendiri. Munculnya pemaknaan ini sangat

tergantung pada latar belakang sosial masyarakat itu sendiri.

23

Dramaturgis merupakan teori yang mempelajari proses dari

perilaku dan bukan hasil dari perilaku. Obyektifitas yang digunakan disini

adalah karena institusi tempat dramaturgi berperan adalah memang institusi

yang terukur dan membutuhkan peran-peran yang sesuai dengan semangat

institusi tersebut. Seperti yang ditengarai oleh Deddy Mulyana (2001:106)

pada intinya dramaturgi adalah menghubungkan tindakan dengan makna.

Alih-alih perilaku dengan determinannya. Dalam pandangan dramaturgis

tentang kehidupan sosial, maka makna bukanlah warisan budaya, sosialisasi,

atau tatanan kelembagaan, atau perwujudan dari potensi psikologis dan

biologis, melainkan pencapaian problematik interaksi manusia dan penuh

dengan perubahan, kebaruan, dan kebingungan. Namun lebih penting lagi

makna bersifat behavioral, secara sosial tetap berubah, arbiter, dan

merupakan ramuan interaksi manusia.

Dramaturgis dianggap masuk ke dalam perspektif obyektif karena

teori ini cenderung melihat manusia sebagai makhluk pasif (berserah).

Meskipun, pada awal ingin memasuki peran tertentu manusia memiliki

kemampuan untuk menjadi subyektif (kemampuan untuk memilih) namun

pada saat menjalankan peran tersebut manusia berlaku objektif, berlaku

natural, mengikuti alur.

Pandangan atas kehidupan sosial sebagai serangkaian pertunjukan

drama hampir selalu mirip dengan pertunjukan di atas panggung. Begitu juga

dengan dinamika sosial yang terjadi di kalangan beberapa mahasiswa PAI

IAIN Salatiga membuat mereka seperti mempunyai peran ganda pada saat

24

datang ke tempat perkuliahan dan ketika keluar dari lingkungan kampus yang

menjadi tempat mereka menimba ilmu.

Dalam dramaturgi, panggung depan dan panggung belakang

dikenal dengan istilah konsep kehidupan manusia, yang di ibaratkan sebagai

pemain drama dalam proses pelaksanaannya dipengaruhi oleh keinginan yang

terpendam. lebih lanjut dapat dilihat seperti berikut; front stage adalah istilah

untuk menjelaskan Manusia ketika berada di lingkungan sosial, maka disebut

sebagai bagian front stage. Sedangkan Panggung belakang adalah istilah

untuk menjelaskan Manusia ketika berada di lingkungan Pribadi, maka

disebut sebagai bagian back stage.

Teori dramaturgi menjelaskan bahwa identitas manusia adalah

tidak stabil dan setiap identitas tersebut merupakan bagian kejiwaan

psikologi yang mandiri. Identitas manusia bisa saja berubah-ubah tergantung

dari interaksi dengan orang lain. Disinilah dramaturgi masuk, bagaimana kita

menguasai interaksi tersebut. Dalam dramaturgi, interaksi sosial dimaknai

sama dengan pertunjukan “teater”. Manusia adalah aktor yang berusaha untuk

menggabungkan karakteristik personal dan tujuan kepada orang lain melalui

pertunjukan dramanya sendiri.

Dalam konsep dramaturgi, Goffman mengawalinya dengan

penafsiran konsep diri, dimana Goffman menggambarkan pengertian diri

yang lebih luas daripada Mead (menurut Mead, konsep diri seorang individu

bersifat stabil dan sinambung selagi membentuk dan dibentuk masyarakat

berdasarkan basis jangka panjang).

25

Presentasi diri merupakan suatu kegiatan yang dilakukan oleh

individu tertentu untuk memproduksi definisi situasi dan identitas sosial bagi

para aktor dan definisi situasi tersebut mempengaruhi ragam interaksi yang

layak dan tidak layak bagi para aktor dalam situasi yang ada (Mulyana, 2008:

110).

Lebih jauh presentasi diri merupakan upaya individu untuk

menumbuhkan kesan tertentu di depan orang lain dengan cara menata

perilaku agar orang lain memaknai identitas dirinya sesuai dengan apa yang ia

inginkan. Dalam proses produksi identitas tersebut, ada suatu pertimbangan-

pertimbangan yang dilakukan mengenai atribut simbol yang hendak

digunakan sesuai dan mampu mendukung identitas yang ditampilkan secara

menyeluruh.

Kebanyakan atribut, milik atau aktivitas manusia digunakan untuk

presentasi diri, termasuk busana yang kita kenakan, tempat kita tinggal,

rumah yang kita huni berikut cara kita melengkapinya (furnitur dan perabotan

rumah), cara kita berjalan dan berbicara, pekerjaan yang kita lakukan dan cara

kita menghabiskan waktu luang kita. Lebih jauh lagi, dengan mengelola

informasi yang kita berikan kepada orang lain, maka kita akan mengendalikan

pemaknaan orang lain terhadap diri kita. Hal itu digunakan untuk memberi

tahu kepada orang lain mengenai siapa kita. (Goffman, 1965;39)

C. Dramaturgi dalam Pendidikan

Makna pendidikan secara sederhana dapat diartikan sebagai usaha

manusia untuk membina kepribadian sesuai dengan nilai-nilai di dalam

26

masyarakat dan kebudayaan. Dengan demikian, bagaimanapun sederhananya

peradaban suatu masyarakat di dalamnya terjadi atau berlangsung suatu

proses pendididkan. Karena itulah sering dinyatakan pendidikan telah ada

sepanjang sejarah peradaban umat manusia. (Tim Dosen FIP/IKIP Malang,

1988;25)

Pendidikan dalam arti umum mencakup segala usaha dan

perbuatan dari generasi tua untuk mengalihkan pengalamanya,

pengetahuannya serta ketrampilannya kepada generasi muda untuk

memungkinnya melakukan fungsi hidupnya dalam pergaulan bersama,

dengan sebaik-baiknya. Proses hidup manusia di dunia ini, diawali sejak

zaman kehidupan mereka yang sederhana, dihutan rimba, di gua-gua batu dan

tempat lainnya. Di dalam kehidupan mereka yang susah dan penuh dengan

kesulitan yang bermacam-macam menghadapi perjuangan hidup bersama-

sama dengan hewan-hewan dan makhluk lainnya di atas permukaan bumi ini,

dalam memperebutkan makanan dan tempat tinggal, mungkin dalam benak

dalam benak mereka yang sederhana itupun muncul pertanyaan yang mirip-

mirip dengan pertanyaan diatas. “Siapa aku, darimana aku datang dan

mengapa aku lahir di dunia ini dengan penuh kesulitan dan susah payah.

Pendidikan merupakan faktor penting, strategis dan determinatif

bagi masyarakat. Maju-mundurnya kualitas peradaban suatu

masyarakat/bangsa sangat bergantung pada bagaimana kualitas pendidikan

diselenggarakan oleh masyarakat. Sejarah membuktikan bahwa hanya

bangsa-bangsa yang menyadari dan memahami maknastrategisnya

27

pendidikanlah yang mampu meraih kemajuan dan menguasai dunia.

Bagaimana pun, pendidikan merupakan alat terefektif bagi perubahan dan

pencapaian kemajuan dalam berbagai demensi kehidupan.

Dilihat dari perspektif kebudayaan, pendidikan merupakan upaya

sivilisasi, enkulturisasi. Dari perspektif politik, pendidikan dipandang sebagai

langkah untuk membentuk warga negara yang baik (good citizen) warga yang

taat aturan, beradab, bertanggung jawab, dan memahami hak dan kewajiban

secara proporsional. Kemudian secara ekonomi, adalah jelas bahwa

pendidikan merupakan “human capital investment”. Pengetahuan,

keterampilan, dan etos kerja yang dibentuk melalui proses pendidikan

berkorelasi positif bagi peningkatan penghasilan dan kesejahteraan. Karena

itulah, perspektif ekonomi menyakini bahwa hanya lewat upaya pendidikan

kesejahteraan ekonomi dapat dibangun. Kemudian dari perspektif filosofis,

bahwa pendidikan merupakan upaya humanisasi yang sesungguhnya. Melalui

pendidikan maka manusia dibentuk, dikonstruksikan dan diarahkan agar

menjadi manusia sesungguhnya (humanized human being), makhluk rasional

yang memiliki dan memahami nilai humanitas yang berlaku secara universal.

Demikian pula, dari perspektif agama, pendidikan ditempatkan pada posisi

tertingi karena fungsinya yang membentuk perilaku teratur sesuai ajaran

Tuhan yang diimaninya (Haryanto Tt:2)

Manusia itu adalah “Khalifah” Allah dibumi ini, yaitu wakil Allah,

guna mengelola bumi dengan segala isinya. Jadi dengan ilmu pengetahuan

yang kusus dianugerahkan Allah kepada manusia itu. Manusia mengolah

28

sumber daya dan segala isinya yang ada di bumi. Dengan begitu manusi

selalu berkembang setiap waktunya.

Penemuan penemuan baru dalam bidang ilmu pengetahuan dan

tehnologi telah membawa pengaruh yang sangat besar dalam bidang

pendidikan (Oemar Hamalik 1977:12) Akibat dari pengaruh-pengaruh itu

maka pendidikan semakin lama semakin mengalami kemajuan, sehingga

mendorong berbagai usaha pembaharuan. Sejalan dengan kemajuan tersebut

pembaharuan pendidikan mulai menuju kearah realisasi yang lebih kongkrit,

yaitu sekolah pembangunan atau “sekolah komprehensip” sitim ini berpijak

pada landasan yang baru diantaranya:

1. Pendidikan bertujuan membentuk manusia seutuhnya.

2. Pendidikan berlangsung seumur hidup

3. Pendidikan berdasarkan faktor ekologi.

4. Berdasarkan pada pandangan psikologi belajar modern.

5. Pendidikan pada hakekatnya usaha manusia melestarikan hidup.

Untuk memahami tata kehidupan pendidikan hendaknya kita

memperhatikan tata kehidupan manusia secara mendasar dan menyeluruh.

Secara sederhana kita menemukan kenyataan, bahawa manusia dilahirkan

dalam lingkungan keluarga. Keluarga sebagai unit kehidupan manusia ada

dan dipengaruhi dalam antar hubungan dan antar aksi dengan masyarakat.

Karena itu keluarga merupakan bentuk mikro suatu masyarakat. Sedangkan

bentuk makro suatu masyarakat adalah negara.

29

Gambar 3

Pendidikan Dalam Keluarga

Sumber : Faisal Abdilah, tanggal 2 Juli 2015

Keluarga sebagai unit terkecil dalam masyarakat terbentuk

berdasarkan sukarela dan cinta asasi antara dua subyek manusia (suami-istri).

Berdasarkan dari asas cinta yang asasi ini terlahirlah anak sebagai generasi

penerus. Sekolah merupakan penerusan dari pembinaan yang telah diletakkan

dasar-dasarnya dalam lingkungan keluarga. Sekolah menerima tanggung

jawab pendidikan berdasarkan kepercayaan keluarga. Masyarakat dapat

diartikan suatu bentuk tata kehidupan sosial dengan tata nilai tata budaya

sendiri. dalam arti ini masyarakat adalah wadah atau wahana pendididkan,

medan kehidupan manusia yang majemuk (plural : suku,agama, kegiatan

kerja,tingkat pendididkan, tingkat sosial ekonomi dan sebagainya). Manusia

berada dalam multi-kompleks antara-hubungan dan antara-aksi di dalam

masyarakat tersebut (Tim Dosen FIP-IKIP Malang, 1988:14).

D. Sekilas tentang Mahasiswa

Berbicara tentang mahasiswa, hal pertama yang harus kita kritisi

dan pertanyakan kembali adalah ”benarkah kita ini Mahasiswa? Jika iya, di

manakah eksistensi kita sebagai seorang mahasiswa? Atau bahkan kita pun

30

belum mengetahui arti dari mahasiswa itu sendiri ?” Betapa naifnya kita,

apabila tidak mengenal diri kita sendiri.

Gambar 4

Suasana Perkuliahan Mahasiswa PAI IAIN Salatiga

Sumber : Faisal Abdilah, tanggal 4 Mei 2015

Menurut UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas Bab VI

bagian ke empat pasal 19 bahwasanya mahasiswa itu sebenarnya hanya

sebutan akademis untuk siswa atau murid yang telah sampai pada jenjang

pendidikan tertentu dalam masa pembelajarannya. Sedangkan secara harfiyah,

“ mahasiswa ” terdiri dari dua kata, yaitu ” Maha ” yang berarti tinggi dan ”

Siswa ” yang berarti subyek pembelajar ( menurut Bobbi de porter ), jadi dari

segi bahasa “ mahasiswa ” diartikan sebagai pelajar yang tinggi atau

seseorang yang belajar di perguruan tinggi/ universitas.

Namun jika kita memaknai “ mahasiswa ” sebagai subyek

pembelajar saja, amatlah sempit pemikiran kita, sebab meski ia (baca :

Mahasiswa) diikat oleh suatu definisi study, akan tetapi mengalami perluasan

makna mengenai eksistensi dan peran yang dimainkan dirinya. Kemudian

pada perkembangan selanjutnya, “ mahasiswa ” tidak lagi diartikan hanya

sebatas subyek pembelajar (study), akan tetapi ikut mengisi definisi learning.

31

Mahasiswa adalah seorang pelajar yang tidak hanya duduk di

bangku kuliah kemudian mendengarkan tausiyah dosen, lalu setelah itu

pulang dan menghapal di rumah untuk menghadapi ujian tengah semester

atau ujian akhir semester. “ mahasiswa ” dituntut untuk menjadi seorang

motor pembaharu dan pelopor-pelopor perjuangan yang peka dan tanggap

terhadap isu-isu sosial serta permasalahan umat dan bangsa.

Apabila kita kembali melihat sejarah, peran mahasiswa acapkali

mewarnai perjalanan bangsa Indonesia, mulai dari penjajahan hingga kini

masa reformasi. “ mahasiswa ” bukan hanya menggendong tas yang berisi

buku, tapi mahasiswa turut angkat senjata demi kedaulatan bangsa Indonesia,

bahwasanya mahasiswa lah yang menjadi pelopor restrukturisasi peristiwa

besar tampuk kepemimpinan NKRI pada saat tragedi malari 1974 dan

reformasi 1998.

Peran yang diberikan mahasiswa begitu dahsyat, sehingga sendi-

sendi bangsa yang telah rapuh, tidak lagi bisa ditutup-tutupi oleh rezim

dengan status quonya, tetapi bisa dibongkar dan dihancurkan oleh mahasiswa.

Mencermati alunan sejarah bangsa Indonesia, hingga kini tidak terlepas dari

peran mahasiswa, oleh karena itu ” mahasiswa ” dapat dikategorikan sebagai

” Agent of social change ” yaitu perubah dan pelopor ke arah perbaikan suatu

bangsa.

32

Gambar 5

Mahasiswa IAIN Salatiga Melakukan Aksi Turun ke Jalan

Sumber : HMI Salatiga, tanggal 29 Agustus 2015

Kendatipun demikian, paradigma semacam ini belumlah menjadi

kesepakatan bersama antar mahasiswa sebab masih ada sebagian madzhab

mahasiswa yang apriori (cuek) terhadap eksistensi dirinya sebagai seorang

mahasiswa, bahkan ia tak mau tahu menahu tentang keadaan sekitar

lingkungan masyarakat ataupun sekitar lingkungan kampusnya sendiri.

Bagi mahasiswa yang terpenting buat mereka adalah sekedar

duduk di bangku kuliah, berangkat dan pulang. Padahal, mahasiswa adalah

sosok yang semestinya kritis, logis, berkemauan tinggi , respect dan tanggap

terhadap permasalahan umat dan bangsa, mau bekerja keras, belajar terus

menerus, mempunyai nyali (keberanian yang tinggi) untuk menyatakan

kebenaran, aplikatif di lingkungan masyarakat serta spiritualis dan konsisten

dalam mengaktualisasikan nilai-nilai ketauhidan kepada Tuhan Yang Maha

Esa, dengan konsep itulah, mahasiswa semestinya bergerak dan menyadari

dirinya akan eksistensi ke-mahahasiswaan nya itu.

Belajar tidaklah hanya sebatas mengejar gelar akademis atau nilai

indeks prestasi ( IP ) yang tinggi dan mendapat penghargaan cumlaude, lebih

dari itu mahasiswa harus bergerak bersama rakyat dan pemerintah untuk

membangun bangsa, atau paling tidak dalam lingkup yang paling mikro, ada

33

suatu kemauan untuk mengembangkan civitas / perguruan tinggi dimana ia

kuliah. Misalnya dengan ikut serta / aktif di Organisasi Mahasiswa, baik itu

Organisasi intra kampus ( BEM dan UKM ) ataupun Organisasi Ekstra

kampus, serta aktif dalam kegiatan-kegiatan lain yang mengarah pada

pembangunan bangsa.

E. Perilaku Remaja Menurut Islam

Perilaku menurut islam adalah perilaku sesuai ajaran yang ada di

kitab suci Al-Quran dan Hadist, menjalankan perintahNya menjauhi

laranganNya,untuk itu maka yang menjadi suri teladan bagi kita adalah

perilaku Rasulullah SAW, seperti yang dikatakan dalam kitab suci Al-Qur’an

ى ٱَّلى ى َق َق َق َق واِف َق ى وْد َق َقى َق ْد َق ْد َق ى ٱَّل ى َق ْد ُك و۟ا ِفى ُك ْد َق ٌةى َق َق َق ٌةى ِّل َق ى َق اَق ى ٱَّل ى ِف ى َق ُك وِف ى َق ُك ْد ى َق اَق َّل َق ْد

ثِف ً و َق“Sesungguhnya Rasulullah itu menjadi contoh teladan yang baik bagi

kamu dan bagi oarang yang mengharab menemui Tuhan dan hari

kemudian Dan mengingat Tuhan sebanyak - banyaknya” (Q.S.Al

Ahzab/33:21)

Islam memandang bahwa remaja adalah obyek dan subyek

pendidikan yang memerlukan perhatian khusus. Remaja merupakan generasi

masa depan yang menjadi harapan bangsa. Mereka adalah aset berharga yang

harus dipelihara dan dijaga sebaik-baiknya. Segala urusan dan permasalahan

yang terkait dengan remaja harus selalu diperhatikan dengan sungguh-

sungguh.

34

Gambar 6

Menyantuni Anak Yatim adalah Salah Satu Sifat Terpuji

Sumber : Teater Getar IAIN Salatiga, tanggal 12 Agustus 2010

Mengingat peran penting remaja bagi masa depan negara, maka

kita harus menanamkan kebiasaan akhlak terpuji bagi remaja. Kebiasaan

terpuji akan membentuk watak terpuji pula dalam kehidupan mereka. Akhlak

terpuji dibagi menjadi tiga kategori, yaitu akhlak kepada Allah, akhlak

kepada orang lain, dan akhlak terhadap diri sendiri. Mari kita bahas contoh-

contoh perbuatan terpuji yang harus dibiasakan oleh remaja.

Contoh akhlak terpuji remaja dalam beribadah kepada Allah antara lain:

1. Bersyukur kepada Allah ketika memperoleh nikmat. Remaja yang

berakhlak terpuji akan bersyukur ketika memperoleh prestasi dalam

hidup.

2. Bersabar ketika menghadapi musibah. Ketika orang tua, sahabat, maupun

dirinya tertimpa kemalangan, seorang remaja hendaknya bersabar dan

tabah dalam menghadapi ujian.

3. Bertobat kepada Allah setelah berbuat dosa. Setelah melakukan maksiat

atau dosa, remaja amat terpuji untuk segera bertobat dan memperbaiki

diri.

35

4. Ikhlas dalam mengerjakan amal saleh, ketika berada di rumah, di sekolah

atau di dalam pergaulan masyarakat.

5. Bertawakal kepada Allah atas hasil prestasi yang diperoleh setelah

berusaha keras dan bersungguh-sungguh dalam belajar.

Beberapa akhlak terpuji remaja kepada orang lain dan terhadap diri

sendiri, antara lain:

1. Taat dan berbakti kepada kedua orang tua (birrul-walidain), selalu

mengindahkan perintahnya dan mendengarkan nasihatnya.

2. Menghormati guru dan ustadz serta orang-orang yang lebih tua dengan

menampilkan sikap sopan-santun kepada mereka.

3. Menghargai teman sebaya atau orang lain yang lebih muda, misalnya

dengan bertutur kata yang baik dan sopan.

4. Memilih pergaulan yang positif untuk masa depannya. Misalnya

berteman dengan anak yang pintar, baik dan saleh. Remaja juga perlu

aktif dalam kegiatan sosial dan keagamaan, serta senang menimba ilmu

dari pengalaman orang yang berwawasan agama dan lebih tua.

5. Menjauhi pergaulan negatif yang dapat merusak prestasi belajar, seperti

berpacaran, pergaulan bebas, tawuran, dan bergabung ke geng remaja

yang bersifat anarkis.

6. Meninggalkan hal-hal yang menjerumuskan diri mereka ke dalam

maksiat kepada Allah dan pembangkangan terhadap perintah serta

nasihat orang tua dan guru.

36

7. Menghindari perilaku yang merusak diri sendiri, seperti pergaulan bebas,

merokok, berjudi, meminum minuman keras, mengkonsumsi narkoba,

dan lain-lain.

Di tangan generasi muda inilah perjalanan bangsa, masyarakat,

negara dan peradaban umat manusia ditentukan. Demikian pula halnya

dengan maju dan mundurnya masyarakat, serta keterpurukan yang dialami

oleh sebuah bangsa bergantung kepada karakter generasi muda. Mari kita beri

mereka keteladanan dan pendidikan karakter terpuji untuk masa depan bangsa

yang lebih baik.

Setiap muslim meyakini bahwa nasib hidupnya diakhirat

ditentukan oleh perilakunya selama didunia, karena itu setiap muslim mesti

menata langkah dan perilakunya. Dengan mengerjakan kebaikan berati dia

telah menanam benih yang baik, akan tetapi jika ia lebih senang menceburkan

dirinya kedalam kubangan maksiat, maka ia harus siap menelan penderitaan

yang akan menimpanya (M. Alaika Salamulloh,2008:261)

F. Perilaku Remaja Masa Kini

Remaja adalah suatu masa dari umur manusia, yang paling banyak

mengalami perubahan, sehingga membawanya pindah dari masa anak-anak

menuju kepada masa dewasa. Perubahan perubahan itu meliputi segala segi

kehidupan yaitu jasmani, rohani, pikiran, perasaan dan sosial, biasanya

perubahan jasmani yang menyangkut segi-segi seksualitas.

Problema remaja Remaja adalah bermacam-macam problema yang

dihadapi para remaja, akibat perubahan-perubahan yang terjadi pada dirinya

37

itu. Setiap segi dari pertumbuhan itu mempunyai problemanya sendiri dengan

kesukaran tertentu. Maka pertumbuhan jasmani cepat menyebabkan

terjadinya berbagai perubahan bermacam-macam pengalaman yang belum

pernah dilakukan oleh remaja itu sebelumnya. Diantara ahli jiwa ada yang

berpendapat bahwa remaja dan problemanya, tak lain dari hasil akibat

kemajuan zaman, yang berarti bahwa kemajuan kompleks itulah yang

menyebabkan timbulnya fase remaja yang panjang itu ( Zakiah Daradjat:35)

Moral adalah hal yang selalu menjadi sesuatu yang vital dalam

membentuk kepribadian suatu masyarakat, Seperti telah diketahui, bahwa

moral itu dilihat dari sumber dan sifatnya, ada Moral Keagamaan dan ada

Moral Sekuler. Moral keagamaan kiranya tinggal mempelajari ajaran-ajaran

agama yang dikehendaki dibidang moral.

Moral Sekuler adalah moral yang tidak berdasarkan pada ajaran

agama dan hanya bersifat kebebasan dan duniawi semata. Beberapa contoh

materi Moral Sekuler itu ialah : Pergaulan bebas antara laki-laki dan

perempuan yang bukan muhrim, hubungan homo seksual atau lesbian.

Berpakaian yang tidak menutupi aurat yang hanya mengejar kecantikan atau

keindahan dari luar. Budaya minum-minuman keras dan obat terlarang, dan

lain sebagainya (Humaidi Tatapangsara:11).

Gaya hidup anak muda zaman sekarang (lifestyle), di era yang

serba cepat ini kebebasan tak dapat dibendung lagi, akulturasi budaya dari

berbagai segi bisa dengan mudah mewabah dimasyarakat. Modernisasi

dimasyarakat Indonesia merupakan konsep yang lebih cair. Indonesia

38

merupakan suatu konsep kebudayaan yang baru yang disebut budaya pop

(populer). Teknologi pada gilirannya dianggap bertanggung jawab bagi

pembentukan masyarakat yang secara moral dan intelektual seragam(Idi

Subandy Ibrahim:23)

Gambar 7

Perilaku Pemuda Masa Kini

Sumber : Faisal Abdilah, tanggal 10 Maret 2014

“Menjadi modern, semakin serba boleh”, itulah sepenggal kata

yang ditulis oleh Masri Pangaribuan, Seks mungkin masih risih atau dianggap

tabu ditelinga masyarakat Indonesia yang mayoritas muslim ini, tetapi pada

kenyataanya banyak ditemukan kasus tentang seks di masyarakat kita,

kususnya dikota-kota besar. Dalam kasus ini remaja menjadi dilema yang

serius. Menurut Elise jones,dkk: Film, musik, bacaan, TV dan internet

mengajarkan pada mereka bahwa seks itu romantis, merangsang dan

menggairahkan.

Dikutip oleh Tempo dari Maria Ulfah Anshor, Ketua Komisi

Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) bahwa dari 100% orang yang di survei

terdapat sekitar 92 persen remaja yang berpacaran tetapi hanya berpegangan

tangan, kemudian 82% yang saling cipokan(ciuman bibir) dan 63% remaja

39

yang berpacaran tidak malu untuk saling petting(meraba bagian tubuh yang

seharusnya tabu untuk dilakukan).

Dipihak lain keadaan bebas dirumah pondokan nampaknya

mempunyai daya tarik tersendiri. Di dalam situasi persaingan antara tempat

pondokan dewasa ini banyak gadis memilih tempat kost yang lebih bebas.

Kalau ketat pengawasannya bisa-bisa tempat itu tidak laku. Oleh karena itu

induk semang ikut-ikutan serba boleh. Malah ada asrama yang dihuni oleh

perek alias perempuan eksperimen (Bernas:3, 1994).

40

BAB III

LAPORAN HASIL PENELITIAN

A. Pengertian Rumah Tinggal Sementara

Berdirinya IAIN Salatiga pada awalnya adalah cita-cita masyarakat

Islam Salatiga agar di kota Salatiga memiliki Perguruan Tinggi yang

berdasarkan atas ajaran-ajaran Islam.

Gambar 8

Gedung IAIN Salatiga Kampus I

Sumber : Faisal Abdilah, tanggal 4 Mei 2015

Pada awalnya IAIN Salatiga hanya didominasi oleh masyarakat

kota Salatiga sebagai mahasiswanya. Seiring berjalannya waktu masyarakat

dari berbagai daerah mulai berdatangan dan mendaftarkan diri sebagai

mahasiswa seperti dari kota Magelang, Temanggung, Boyolali dan

Kabupaten Semarang.

Seiring berjalannya waktu dengan berdirinya kampus juga

berdampak pada daerah sekitar kampus yaitu dengan munculnya kos sebagai

tempat tinggal para mahasiswa luar kota yang tidak mungkin untuk pulang

dan pergi dengan jarak yang sangat jauh. Hingga sekarang kos yang berada di

sekitar kampus IAIN Salatiga dipenuhi oleh mahasiswa khususnya yang

41

berasal dari luar kota yang tidak memungkinkan para mahasiswa pulang ke

rumah mereka.

Saat ini kita mengenal istilah yang berbeda untuk satu konteks

manusia yang memanfaatkan ruang dan bangun milik orang lain untuk

dijadikan tempat tinggal secara berbayar. Saat ini mahasiswa yang

memanfaatkan tempat tinggal orang lain biasa disebut sebagai anak kos. Pada

awal tahun 2000-an, setiap rumah yang menyewakan kamarnya sebagai

tempat tinggal atau sering disebut dengan kos selalu ditulis dengan kalimat

kos, sebagai kependekan dari in de kos. In de kos menurut Wikipedia

merupakan frasa dari bahasa Belanda yang artinya “makan di dalam”, istilah

ini kemudian digunakan bagi seorang yang tinggal di rumah orang lain

dengan membayar menurut jangka waktu tertentu, umumnya bulanan, tetapi

ada juga yang dihitung tahunan ataupun semester atau enam bulan,

sebagaimana ditulis Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). KBBI sendiri

membuat istilah in de kos menjadi bahasa serapan dalam bahasa Indonesiakan

menjadi indekos.

Gambar 9

Kos di Daerah Pengilon

Sumber : Faisal Abdilah, tanggal 8 Agustus 2015

42

Sederhananya kos didefinisikan sebagai menempati satu ruang

(kamar) rumah seseorang, dengan perjanjian membayar dalam jumlah tertentu

sebagai kompensasi sewa dan fasilitas lain di dalamnya, seperti makan dan

perabot yang dipakai. Istilah umum untuk pemanfaatan sesuatu dengan

berbayar adalah sewa (KBBI).

Dalam perkembangannya hingga saat ini makna kos bukan hanya

sebagai tempat tinggal seseorang yang disewakan untuk dijadikan tempat

tinggal orang lain. Pada kenyataannya saat ini banyak bangunan yang sengaja

dibangun terpisah dari rumah induk dan disewakan sebagai tempat tinggal, ini

juga disebut dengan kos pada saat ini. Bangunan tersebut tidak seperti rumah

pada umumnya, tetapi hanya bangunan dengan banyak kamar dengan

penataan membentuk blok berbanjar. Bahkan adapula kos yang di kemas

secara modern, dan sering disebut dengan rumah kos modern. Didalam

bangunan tidak hanya berupa kamar tetapi sudah dilengkapi dengan kamar

mandi dan ruang masak yang dipakai secara bersamaan. Bukan hanya itu,

beberapa juga sudah ada yang dilengkapi dengan kamar mandi dalam (kamar

mandi didalam kamar), ruang tamu bahkan ruang keluarga. Sebagian orang

ada yang menyebut kos modern dengan istilah kontrakan karena fasilitasnya

yang lengkap menyerupai tatanan rumah pada umumnya. Kontrakan sendiri

biasanya adalah arti dari sebuah rumah seseorang yang disewakan kepada

orang lain secara utuh. Menurut KBBI, kontrakan adalah rumah yang

disewakan, dengan sejumlah pembayaran dan perjanjian pemakaian dalam

43

waktu tertentu (biasanya tempo tahunan). Dahulu kontrakan umumnya

dilakukan di paviliun, atau bagian dari rumah induk seperti garasi.

Istilah mengenai klasifikasi kos atau kontrakan ada yang

mengistilahkan kos dengan kontrakan berdasarkan status seseorang, misalnya

istilah kos dipakai karena penghuni tersebut masih bersetatus lajang

walaupun dia menyewa sebuah rumah. Begitu juga dengan kebalikannya

istilah kontrakan dipakai bila penghuni rumah tersebut telah berstatus

menikah dan membawa istrinya serta anaknya walaupun yang dia sewa

hanyalah sebuah kamar kos. Kini rumah kontrakan sudah menjadi ragam

properti baru, berupa rumah induk yang utuh. Tak sedikit kontrakan dibangun

khusus memang untuk disewakan, bukan hanya rumah tak ditinggali

penghuninya yang kemudian disewakan kepada orang lain.

Ditinjau dari konteksnya, kos dan kontrak sebenarnya sama-sama

memanfaatkan satu ruang dan bangun tertentu. Karena perkembangannya,

istilah kos telah bergeser makna menjadi ragam bangun yang berdiri utuh,

demikian juga (rumah) kontrakan.

B. Selayang Pandang Kos Sekitar Kampus IAIN Salatiga

Secara Astronomi Salatiga terletak antara: 1100.27'.56,81" -

1100.32'.4,64" BT 0070.17'. - 0070.17'.23" LS. Secara Morfologis

Berada di daerah cekungan, kaki Gunung Merbabu diantara gunung-gunung

kecil antara lain: Gajah Mungkur, Telomoyo, dan Payung Rong. Secara

Administratif Wilayah Salatiga dikelilingi wilayah Kabupaten Semarang.

Wilayah Kota Salatiga juga berbatasan dengan wilayah Kabupaten Semarang,

44

adapaun batas-batas wilayahnya adalah sebagai berikut: Batas sebelah Utara

adalah Kecamatan Pabelan yang terdiri dari desa Pabelan, desa Pejaten.

Kemudian ada kecamatan Tuntang yang terdiri dari desa Kesongo, Desa

Watu Agung. Di sebelah Timur ada kecamatan Pabelan yang terdiri dari desa

Ujung-ujung, Desa Sukoharjo, Desa Glawan. Kemudian ada kecamatan

Tengaran yang terdiri dari Desa Bener, desa Tegalwaton, desa Nyamat.

Sebelah Selatan ada kecamatan Getasan yang terdiri dari desa Sumogawe,

desa Sa-mirono, desa Jetak. Kemudian ada kecamatan Tengaran yang terdiri

dari desa Patemon, desa Karang Duren. Sebelah Barat ada kecamatan

Tuntang yang terdiri dari desa Candirejo, desa Jombor, desa Sraten, desa

Gedangan. Kemudian ada kecamatan Getasan yang terdiri dari desa

Polobogo. Kota Salatiga teletak pada ketinggian antara: 450 - 825 dpl (dari

permukaan air laut) dan beriklim tropis, berhawa sejuk, dan udaranya segar.

Gambar 10

Peta Kota salatiga

Sumber : Google, tanggal 20 Mei 2015

45

Kampus IAIN Salatiga Terletak di antara kelurahan Mangunsari

dan kelurahan Kali Cacing. Letak tersebut diapit oleh beberapa wilayah yang

banyak dihuni oleh para mahasiswa IAIN yang bertempat tinggal sementara

atau kos. Beberapa wilayah tersebut antara lain, dukuh Kali Cacing terletak

disebelah utara dari kampus satu IAIN Salatiga. Secara pemerintahan Dukuh

Kali Cacing terletak di kelurahan Kalicacing, kecamatan Sidomukti, kota

Salatiga. Secara geografis dukuh ini sebelah barat berbatasan dengan Dlisem,

sebelah selatan dengan Jangkungan, sebelah timur dan utara dengan

Pungkursari. Kalicacing terbagi menjadi enam RT. Kalicacing merupakan

daerah yang padat bangunan, hal ini terlihat dari jarak rumah antara yang satu

dengan yang lain sangat berdekatan. Iklim di Kali Cacing sangat panas, hal

ini dilihat dari sedikit sekali pohon yang tumbuh di daerah ini. Dukuh Kali

Cacing juga terlihat kumuh karena banyak sampah yang menumpuk disungai

dan tidak ada perhatian khusus dari pemerintah maupun masyarakat sekitar.

Dilihat dari sudut pangdang kos-kosan yang ada disitu, rata-rata kos daerah

Kali Cacing dihuni oleh mahasiswa IAIN Salatiga, walaupun ada beberapa

penghuni dari beberapa karyawan yang bekerja dibeberapa toko suwalayan,

karena memang daerah Kali Cacing berdekatan dengan daerah Jalan Jendral

Sudirman yang menjadi pusat perbelanjaan. Dilihat dari sudut itu juga secara

langsung pasti berpengaruh terhadap situasi kos didaerah tersebut, yaitu salah

satunya penghuni kos dari mahasiswa IAIN Salatiga. Temuan yang menarik

mengenai sekripsi ini yaitu sungai yang mengalir disepanjang daerah Kali

Cacing dijumpai beberapa alat kontrasesi seperti kondom.

46

Dari sebelah tenggara Kampus IAIN Salatiga, terdapat juga tempat

kos-kosan yaitu dukuh Kebonsari, secara pemerintahan Kebonsari terletak di

kelurahan Kalicacing, kecamatan Sidomukti, kota Salatiga. Kebonsari terdiri

dari tujuh Rukun Tangga. Secara geografis Kebonsari berbatasan dengan :

sebelah barat dengan Pengilon, sebelah utara dengan lapangan Pancasila,

sebelah selatan dengan Pasar sapi, dan sebelah timur dengan area pemeritah

kota. Kebonsari merupakan daerah yang padat, hal ini bisa dilihat dari sedikit

sekali lahan kosong di daerah ini. Iklim daerah ini sangat panas karena letak

bangunan yang sangat berdekatan sehingga sirkulasi udara di kampung ini

sangatlah kurang. Keadaan sosial masyarakat Kebonsari juga terkesan

individualis. Dukuh Jangkungan terletak diselah selatan kampus 1 IAIN

Salatiga. Secara pemerintahan, Jangkungan terletak di kelurahan Mangunsari,

kecamatan Sidomukti kota Salatiga.Secara geografis berbatasan dengan :

bagian timur berbatasan dengan lapangan Pancasila, sebelah selatan

berbatasan dengan Pengilon, sebelah barat berbatasan dengan Klaseman,

sebelah timur berbatasan dengan Kebonsari, dan sebelah utara berbatasan

dengan Kali Cacing.Adapun luas Dukuh Jangkungan ±15 hektar yang terbagi

menjadi enam RT (Dok. RT Dukuh Jangkungan). Di Kebonsari terdapatenam

rumah yang menyewakan kamar atau kos yang sebagian besar berisikan

mahahasiswa IAIN Salatiga, dan rata-rata kostersebut hanya menerima

mahasiswa khusus perempuan. Ada jugadua kos khusus untuk laki-laki dan

terdapat satu kos campur (laki-laki dan perempuan). Iklim di Dukuh

Jangkungan sangat panas sehingga lingkungannya terasa gersang, hal ini bisa

47

dilihat kurangnya tananaman di daerah tersebut. Selain itu daerah Jangkungan

merupakan daerah yang padat, hal ini terlihat dari letak bangunan yang satu

dengan yang lain saling berdekatan dan tata ruang yang tidak teratur.

Masyarakat sekitar juga kurang peduli dengan lingkungan daerahnya, maka

dari itu bila dilihat daerah Jangkungan terlihat kurang rapi dan kumuh.

Penghuni kos daerah Jangkungan selain dari mahasiswa IAIN Salatiga, ada

juga darai kalangan pelajar SMA yang memang letak sekolahnya masih satu

kawasan dari daerah tersebut. Kos Pengilon terletak di kelurahan Mangunsari,

kecamatan Sidomukti, kota Salatiga. Pengilon terdiri dari enam Rukun

Tangga. Secara geografis Pengilon berbatasan dengan : Sebelah barat dan

utara berbatasan dengan Klaseman, sebelah timur dengan Kebonsari, sebelah

selatan berbatasan dengan Kali nongko dan sebelah utara dengan

Jangkungan.. Iklim Dukuh Pengilon terasa masih sejuk karena masih banyak

pohon yang tumbuh di daerah tersebut dan masih banyak lahan

kosong(kebun) disekitar daerah Pengilon. Penduduk Pengilon rata-rata

memeluk kepercayaan non muslim. Kebanyakan kos yang berada di Pengilon

dihuni oleh laki-laki dan perempuan atau biasa disebut dengan kos campur.

Secara Pemerintahan, Dukuh Klaseman terletak di kelurahan

Mangunsari, kecamatan Sidomukti dan terbagi dari tujuh Rukun Tangga dan

berada di RW sembilan kecamatan Sidomukti. Secara geografis dukuh berada

di sebelah barat Cabean, sebelah selatan berbatasan dengan Pengilon, sebelah

timur dengan Jangkungan dan sebelah utara berbatasan dengan Dlisem.

Pertumbuhan penduduk di Klaseman sangat pesat. Bangunan baru juga sangat

48

cepat berdiri sehingga menghimpit lahan kosong yang ada di daerah

tersebut.Selain dibuat tempat tinggal juga dijadikan sebagai tempat usaha.

Sebagian besar penduduk Klaseman penduduk Klaseman memeluk agama

Islam, hal ini juga mempengaruhi peraturan kos yang dibuat oleh pemilik kos

di daerah tersebut. Sebagian besar peraturan kos di Klaseman tidak boleh

campur dan ada jam malam, hanya sampai jam sembilan untuk hari Minggu

sampai Jumat, dan jam sepuluh untuk malam minggu.

C. Karakteristik Informan

Adapun subjek dari penelitian ini adalah mahasiswa IAIN Salatiga

yang kos di daerah sekitar kampus I seperti: Kali cacing, Kebonsari,

Jangkungan, Pengilon dan Klaseman. Daerah kos ini dipilih karena

merupakan lokasi paling strategisbagi mahasiswa IAIN bertempat tinggal

sementara. Lokasi ini strategis karena jaraknya sangat dekat dengan kampus

mereka melakukan proses belajar. Mahasiswa yangkos di sekitar kampus

biasanya adalah mahasiswa yang berasal dari luar kota karena sangat tidak

mungkin pulang ke rumah yang cukup jauh dari kota Salatiga.

Mahasiswa IAIN yang berasal dari luar kota sebagian besar dari

daerah Kendal, Boyolali, Temanggung, Magelang, Purwodadi, Ungaran,

Demak, kudus dan beberapa dari mereka berasal dari luar Jawa. Mereka yang

memutuskan untuk memilih kos karena dirasa lebih nyaman, menurut

beberapa penuturan masyarakat kampus, mahasiswa IAIN Salatiga dibedakan

menjadi dua dalam menimba ilmu, yaitu mahasiswa “kupu-kupu” dan

mahasiswa keorganisasian. Mahasiswa “kupu-kupu” adalah mahasiswa yang

49

hanya fokus mencari ilmu yang bersifat akademik. Kupu-kupu sendiri

merupakan istilah bagi mahasiswa yang hanya kuliah pulang, maksudnya

setelah selesai perkuliahan mereka kemudian pulang dan melanjutkan

kegiatan diluar kampus tanpa mengenal sosial di lingkungan kampus.

Sedangkan mahasiswa keorganisasian lebih banyak mencari ilmu atau

pengalaman dibidang organisasi, baik itu organisasi kampus maupun

organisasi ekstra kampus, mahasiswa ini biasanya disebut aktifis kampus.

Selain itu beberapa dari mereka, ada yang memilih tinggal di Ma’had, yaitu

asrama yang difasilitasi oleh kampus.

Sebagai mahasiswa yang memutuskan untuk kos, pastinya dari

mereka ada banyak kegiatan belajar dikampus kemudian kembali ke kos

ataupun diruang lingkungan yang lain, pastilah hal ini akan mempengaruhi

penampilan, interaksi sosial, kelakuan atau religiuitas mereka seperti pada

waktu di dalam lingkungan kampus.

Selain karakteristik mahasiswa secara umum yang terbagi menjadi

dua yaitu mahasiswa “kupu-kupu” dan “keorganisasian”, ada sisi lain yang

dapat dilihat dari individu mahasiswa. Dari hal tersebut juga dapat

dikategorikan menjadi dua yaitu dari sisi panggung depan maupun dari sisi

panggung belakang sesuai dengan pendekatan dramaturgi sebagai acuan

penelitian skripsi ini. Berikut merupakan penjabaran antara panggung depan

dan panggung belakang mahasiswa IAIN Salatiga Fakultas Tarbiyah Jurusan

PAI.

D. Panggung Depan Mahasiswa IAIN Salatiga

50

Panggung depan atau dalam bahasa dramaturgi sering disebut

dengan istilah front stage adalah dimana banyak hal yang dilakukan

mahasiswa karena tuntutan dan aturan yang dibuat oleh kampus. Mau tidak

mau para mahasiswa IAIN harus mematuhi aturan tersebut karena akan ada

sanksi bila tidak mematuhi aturan yang telah dibuat oleh kampus.

Berikut ini merupakan gambaran fakta yang sering dilakukan

mahasiswa IAIN di dalam lingkungan kampus baik sebelum proses belajar

maupun pada waktu proses belajar mengajar. Perkuliahan merupakan rutinitas

mahasiswa IAIN Salatiga, Perkuliahan biasa dimulai pada pukul tujuh pagi

hingga lima sore. Pagi hari suasana kampus terlihat lengang. Sebelum

memulai perkuliahan biasanya para mahasiswa berkumpul dulu di depan

kelas dengan teman-teman sekelasnya, ada juga yang duduk dibawah mading

dan depan aula, untuk mahasiswa putra lebih banyak terlihat di daerah kantin

yang terletak di tengah-tengah gedung perkuliahan tersebut, sembari ngopi

ataupun merokok. Jika dosen telah terlihat para mahasiswa ini menunggu

dosen masuk baru mereka mengikuti, tapi ada juga mahasiswa yang sengaja

terlambat jika dosen itu dirasa tidak galak, terkadang juga terlihat mahasiswa

lari tergesa-gesa karena terlambat untuk kuliah.

Siang hari rutinitas ini hampir sama, hanya suasana lebih ramai,

terlihat dari banyaknya motor yang terparkir memenuhi halaman kampus.

Ketika waktu shalat Dzuhur tiba para mahasiswa lebih banyak terlihat di

daerah sekitar masjid yang masih satu kawasan dengan kampus, walaupun

juga banyak mahasiswa yang mengabakaikan panggilan azan dan masih

51

nongkrong-nongkrong di bawah pohon beringin besar yang sekarang terlihat

gundul karena beberapa cabang telah dipangkas, padahal disitu adalah akses

para dosen dan pegawai kampus untuk menuju masjid. Karena siang hari

waktu yang panjang istirahatnya, maka beberapa mahasiswa juga terlihat

keluar kampus, pulang kekos, makan di warung atau sekedar mencari suasana

teduh di alaun-alun yang kebetulan bersebelahan langsung dengan kampus.

Sore hari adalah waktunya bagi mahasiswa UKM melakukan

aktifitas,; diskusi, latihan teater, musik, olah raga, whusu, panjat dinding,

baris-berbaris dan masih banyak beberapa kegiatan sesuai bidang UKM yang

diambil. Untuk mahasiswa umum biasanya mereka setelah selesai jam

perkuliahannya memilih untuk bekerja, pulang kerumah, kos, jalan-jalan atau

internetan disekitar perpustakaan yang memang disediakan fasislitas hotspot

oleh kampus.

Penampilan atau cara berpakaian mahasiswa dalam mengikuti

perkuliahan terlihat beragam, ada yang modis, ada juga yang biasa saja.

Terlihat mencolok dari mahasiswa putri, apalagi tren berhijab yang sering

berganti-ganti seakan-akan para mahasiswi berlomba-lomba mepercantik diri,

tujuan berpenampilan pun beragam, hanya sekedar mengikuti tren, agar

percaya diri ketika dikampus, ada juga untuk menarik lawan jenis.

Pada dasarnya kampus IAIN sendiri mempunyai aturan tertulis

yang harus dipatuhi mahasiswa baik secara berpenampilan maupun

berperilaku. Hal tersebut juga yang akan menjadi acuan dalam penelitian

52

skripsi ini. Demikian aturan yang harus dipatuhi sebagai mahasiswa IAIN

selama berada di kampus atau dalam masa perkuliahan :

EDARAN KETUA STAIN SALATIGA

Nomor : Sti.24/K-0/PP.00.9/2422/2010

Assalamu‟alaikum wr.wb

Dalam rangka mewujudkan suasana kampus yang religius, seluruh

mahasiswa dan mahasiswi Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN)

Salatiga, harus mematuhi surat keputusan Derektur Jendral Pendidikan Islam

Nomor Dj.1/255/2007,Bab IV Pasal 5 Ayat(1) sebagai berikut :

“Setiap MAHASISWA Perguruan Tinggi Agama Islam (PTAI),

dilarang memakai kaos oblong, celana/baju sobek, sarung dan sandal, topi

berambut panjang dan/atau bercat, anting-anting, kalung, gelang, dan bertato

dalam mengikuti kegiatan akademik, layanan administrasi dan kegiatan di

kampus.

“Kusus bagi MAHASIWI dilarang memakai baju dan/atau celana

ketat, tembus pandang dan tanpa berjibab dalam mengikuti kegiatan

dikampus.”

Demikian edaran ini dibuat agar dilaksanakan sebagai mana

mestinya.

Wassalamu‟alaikum wr.wb

Salatiga, 11 Oktober 2010

Ketua

Dr. Imam Sutomo, M.Ag

NIP.195808271983031002

53

E. Panggung Belakang Mahasiswa IAIN Salatiga

Sama halnya dengan panggung depan, dalam dramaturgi juga

terdapat istilah back stage atau dalam bahasa Indonesia sering disebut dengan

panggung belakang. Dalam kaitannya dengan kehidupan mahasiswa IAIN

Salatiga adalah penelitian kehidupan para mahasiswa di luar lingkungan

kampus IAIN Salatiga. Realita dan fakta kehidupan para mahasiswa IAIN di

luar kampus dengan aturan yang telah ditetapkan kampus. Pada kenyataannya

aturan yang ada di kampus telah melekat juga di masyarakat. Nilai hukum

Islam juga menjadi acuan penelitian dalam skripsi ini.

Berikut ini merupakan fakta kegiatan sebagian mahasiswa IAIN di

luar lingkungan kampus IAIN Salatiga. Secara umum, mahasiswa IAIN

Salatiga dibedakan menjadi dua macam, yaitu mahasiswa “kupu-kupu” dan

mahasiswa keorganisasian. Mahasiswa “kupu-kupu” adalah mahasiswa yang

hanya fokus mencari ilmu yang bersifat akademik, sedangkan mahasiswa

keorganisasian lebih banyak mencari ilmu atau pengalaman dibidang

organisasi, baik itu organisasi kampus maupun organisasi ekstra kampus,

mahasiswa ini biasanya disebut aktifis kampus.

Panggung belakang atau di luar perkuliahan bagi mahasiswa PAI

merupakan suatu hal yang cukup menarik untuk dilihat. Hal ini sangat

berhubungan dengan gaya hidup zaman sekarang. Mahasiswa tidak bisa

terlepas dari teknologi modern seperti telepon pintar. Beberapa mahasiswa

menggunakan teknologi untuk mendukung tugas kuliah dan ada juga yang

menggunakan teknologi untuk hal yang lain seperti untuk jejaring social

54

untuk foto-foto dan biasanya mahasiswa memanfaatkan hal ini untuk

berkenalan dengan sesama mahasiswa IAIN Salatiga. Hampir semua kos

yang penulis jumpai, para mahasiswa terlihat sedang asik memainkan

ponselnya.

Menurut pengamatan penulis, kos di sekitar kampus dibedakan

menjadi 2 macam. Yaitu kos yang ketat dan kos yang bebas. Kos yang ketat

maksudnya adalah kos tersebut menerapkan peraturan yang tegas seperti

“dilarang bertamu sampai jam 9 malam” atau “cowok dilarang masuk”. Kos

yang bebas maksudnya tidak ada peraturan yang tegas. Pria dan wanita boleh

masuk kamar bahkan sampai larut malam. Biasanya kos yang bebas jarang

ditengok oleh pemiliknya.

Gambar 11

Peraturan Kos Putra di Daerah Kebonsari

Sumber : Faisal abdilah, tanggal 28 Mei 2015

Di luar perkuliahan, mahasiswa PAI tampak jelas bahwa sangat

berbeda ketika mereka berada di perkuliahan dan disaat mereka berada di kos.

Penulis menjumpai saat di kampus terlihat tertutup memakai jilbab namun

ketika di kos atau ketika sedang berjalan-jalan bersama teman tidak memakai

55

jilbab. Berdasarkan wawancara yang penulis lakukan, mereka menganggap

bahwa memakai jibab ataupun tidak memakai jilbab adalah hak setiap orang.

“Apakah kalau mahasiswa PAI dimana-mana harus memakai jilbab?”. Ini

adalah hal yang paling mencolok dan mendasar untuk penelitian ini karena ini

merupakan pandangan umum di masyarakat.

56

BAB IV

PAPARAN DAN ANALISIS DATA

A. Panggung Depan

Dalam panggung depan akan dibahas mengenai hal-hal yang

dilakukan Mahasiswa Pendidikan Agama Islam IAIN Salatiga di dalam

lingkungan kampus. Dalam penelitian ditemukan beberapa hal yang unik dan

menarik untuk dibahas sesuai dengan peraturan yang telah ditetapkan oleh

kampus IAIN Salatiga sesuai dengan etika yang harus dipatuhi sebagai

mahasiswa IAIN Salatiga. Beberapa hal tersebut akan dibahas dibawah ini.

Berikut adalah pemaparan beberapa hal yang ditemukan dalam penilitan

skripsi ini :

1. Tatto

Dalam panggung depan yang diartikan sebagai kehidupan

mahasiswa di lingkungan kampus tidak pernah dilihat mahasiswa yang

bertato. Para mahasiswa yang memiliki tato biasanya menutupi tato tersebut

menggunakan pakaian yang dikenakannya. Mereka yang mempunyai tato di

lengan secara otomatis tertutup dengan pakaian, kemudian yang yang

mempunyai tato di tangan selalu menutupinya dengan pakaian lengan

panjang. Sehingga mereka terlihat rapi sesuai dengan aturan yang dibuat oleh

kampus IAIN Salatiga. Dalam hal ini para mahasiswa yang bertato tetap

mentaati aturan yang telah dibuat kampus dengan pakaian yang rapi sebagai

mahasiswa IAIN Salatiga Fakultas Tarbiyah Jurusan PAI. Tetapi ini baru

57

hanya dilihat dari panggung depan saja, untuk lebih jelasnya tatto akan

dibahas pada panggung belakang.

2. Gaya Berpakaian

Menurut Islam masalah berpakaian mewajibkan laki-laki dan

perempuan untuk menutup aurat demi menjaga kehormatan diri dan

kebersihan hati. Aurat merupakan anggota tubuh yang harus ditutupi dan

tidak boleh diperlihatkan kepada orang yang bukan muhrimnya, terutama

kepada lawan jenis agar tidak membangkitkan nafsu birahi serta tidak

menimbulkan fitnah. Aurat laki-laki yaitu anggota tubuh antara pusar dan

lutut sedangkan bagi perempuan yaitu seluruh anggota tubuh kecuali muka

dan telapak tangan. Disamping aurat, pakaian yang dikenakan juga tidak

boleh ketat, transparan atau tipis sehingga tembus pandang dan

memperlihatkan lekuk tubuh.

Di IAIN Salatiga sendiri masalah berpakaian atau berpenampilan

sebenarnya sudah ada aturannya sesuai surat Keputusan Direktur Jenderal

Pendidikan Islam Nomor Dj.i/255/2007, Bab IV pasal 5 Ayat (1) yaitu setiap

Mahasiswa Perguruan Tinggi Agama Islam (PTAI) dilarang memakai kaos

oblong, celana atau baju sobek, sarung dan sandal, topi, berambut panjang

dan bercat, beranting, kalung, gelang dan bertato. Sedangkan untuk

Mahasiswi dilarang memakai baju/celana ketat,tembus pandang, dan tanpa

jilbab dalam mengikuti kegiatan akademik (Edaran Ketua STAIN 2010).

58

Pada kenyataan di lapangan para mahasiswa maupun mahasiswi

IAIN khususnya Fakultas Tarbiyah Jurusan PAI secara berpenampilan sudah

mencerminkan penampilan muslim. Hanya saja beberapa mahasiswa yang

aktif di UKM kampus satu IAIN Salatiga, secara penampilan ada yang

bertato, memakai celana sobek atau pendek, sendal jepit dan kaos oblong. Hal

ini secara nyata dapat dijumpai kebanyakan adalah aktifis mahasiswa yang

aktif di UKM kampus IAIN Salatiga. Hal ini didapatkan dari data wawancara

dan pengamatan penulis kepada beberapa mahasiswa kampus IAIN Fakultas

Tarbiyah Jurusan PAI sebagai target analisis skripsi ini. Analisa ini juga

mengacu pada aturan yang ada di IAIN Salatiga sebagai batasan baik secara

perilaku dan gaya berbusana yang mencerminkan mahasiswa muslim pada

umumnya.

Dengan acuan peraturan yang telah dibuat oleh IAIN Salatiga dan

harus dipatuhi oleh mahasiswa IAIN Salatiga khususnya Fakultas Tarbiyah

Jurusan PAI, secara berpakaian mahasiswi PAI sebagian besar terlihat

menggunakan pakaian yang serba longgar dan tertutup, sesuai peraturan yang

ada. Tetapi ada juga beberapa mahasiswa terlihat menggunakan pakaian ketat

dengan mengenakan celana pensil, rok ketat ataupun pakaian yang

memperlihatkan lekuk tubuh, dalam hal ini pakaian tersebut tidak sesuai

peraturan yang harus dipatuhi oleh mahasiswa IAIN Fakultas Tarbiyah

Jurusan PAI.

Di dalam kampus IAIN Salatiga banyak dilihat mahasiswa ataupun

mahasiswi yang menggunakan pakaian rapi sesuai dengan peraturan yang

59

telah dibuat oleh kampus IAIN Salatiga. Secara umum tidak ada mahasiswi

yang tidak menggunakan jilbab di kamus IAIN Salatiga. Tetapi itu hanya

salah satu peraturan yang telah dipatuhi oleh mahasiswi IAIN Salatiga.

Disamping jilbab ada juga peraturan yang mengharuskan mahasiswi IAIN

Salatiga untuk menggunakan pakaian yang longgar atau tidak

memperlihatkan lekuk tubuh. Melihat gaya berpakaian ketat ini, masih

banyak juga dijumpai mahasiswi yang menggunakan pakaian ketat. Dalam

wawancara terhadap beberapa mahasiswi yang menggunakan pakaian ketat,

penulis mendapatkan beberapa informasi bahwa para mahasiswi tersebut

tetap mentaati peraturan yang dibuat oleh kampus IAIN Salatiga selama

proses perkuliahan. Tetapi terdapat satu hal menarik juga yaitu karena ada

aturan yang harus dipatuhi tersebut dan bila tidak mematuhi peraturan itu

sanksi yang dikenakan adalah tidak boleh mengikuti perkuliahan maka

terkadang mereka membawa pakaian ganti sesuai aturan yang ada dan

disimpankan didalam tas mereka. Sehingga setelah selesai proses perkuliahan

mereka ganti pakaian kembali dengan gaya pakaian yang sedang trend

sekarang yaitu menggunakan baju yang ketat. Para mahasiswi ini pada

umumnya tetap mengikiti style yang sedang trend saat ini yaitu menggunakan

pakaian yang ketat. Sehingga disini dapat ditarik kesimpulan bahwa para

mahasiswi masih ada beberapa yang hanya mematuhi peraturan pada saat

proses perkuliahan saja, setelah proses perkuliahan itu selesai mereka tidak

lagi mematuhi peraturan yang telah dibuat oleh kampus IAIN Salatiga

walaupun mereka masih melakukan kegiatan di dalam kampus IAIN Salatiga.

60

Berbeda lagi untuk para mahasiswa, rata-rata di dalam proses

perkuliahan atau kegiatan yang dilakukan di dalam kampus mereka mematuhi

aturan yang ditetapkan oleh kampus IAIN Salatiga. Hanya beberapa orang

saja yang setelah proses perkuliahan mereka melepas kemeja dan berganti

pakaian kaos. Itupun kemeja dirangkapkan, hal ini dilakukan untuk

memenuhi aturan sebagai mahasiswa kampus IAIN Salatiga supaya tidak

dikenakan sanksi.

Hal ini dapat ditarik kesimpulan bahwa ada sebagian mahasiswa

IAIN Salatiga Fakultas Tarbiyah Jurusan PAI yang melaksanakan aturan

yang telah ditetapkan guna memenuhi syarat proses perkuliahan. Ini

dilakukan agar bisa mengikuti proses perkuliahan dan tidak dikenakan sanksi,

tetapi setelah proses perkuliahan tersebut selesai mereka akan mengikuti style

jaman sekarang walaupun sebenarnya mereka tahu itu melanggar aturan yang

telah ditetapkan kampus IAIN Salatiga untuk berpakaian rapi selama berada

di lingkungan kampus IAIN Salatiga. Baik mahasiswa ataupun mahasiswi

sama saja akan melanggar aturan berpakaian setelah selesai proses

perkuliahan walaupun mereka masih melakukan kegiatan di dalam kampus,

hanya saja secara prosentase lebih banyak mahasiswi yang melanggar

daripada mahasiswanya.

3. Perilaku

Kelakuan mahasiswa dikampus secara perilaku sebenarnya sebagian besar

sudah mencerminkan mahasiswa muslim. Hanya saja dari beberapa

wawancara terhadap masyarakat kampus(bukan mahasiswa) terdapat

61

bebeberapa masalah, seperti yang diutarakan oleh pemilik kantin yang

mengeluh karena terdapat beberapa mahasiswa yang suka berhutang untuk

makan dan minum, tetapi hal ini lambat laun menjadi pemakluman oleh

pemilik kantin karena mahasiswa kos masih mengandalkan orang tua untuk

membiayai hidupnya selama masa kuliah, dan terkadang uang yang diberikan

oleh orang tuanya tidak cukup untuk membiayai hidupnya selama masa

kuliah. Selain itu menurut informasi yang didapatkan juga sering didapati

mahasiswa yang meminum minuman keras. Pada kenyataannya di dalam

penelitian dilapangan memang ditemukan hal-hal seperti itu. Hal seperti ini

sering dijumpai ketika ada kegiatan kemahasiswaan. Masih ada juga perilaku

yang tidak baik dilakukan oleh mahasiswa yaitu pencurian barang kampus

maupun barang mahasiswa itu sendiri. Setiap tahun pasti terdapat berita

tentang kehilangan, hal ini terbukti dengan tertangkapnya pencuri, dan barang

yang dicuri biasanya adalah fasilitas kampus seperti : proyektor, komputer.

Selain itu juga barang dari mahasiswa seperti helm, handpone, laptop dan

lain-lain. Pelaku pencurian tersebut tidak lain adalah kalangan mahasiswa

IAIN Salatiga sendiri. Tetapi dalam beberapa kasus juga terdapat orang dari

luar kampus yang menjadi pelakunya. Dari beberapa kasus pencurian ini yang

pasti diserahkan kepada aparat yang berwajib atau bila mahasiswa sendiri

biasanya dikeluarakan dari kampus IAIN Salatiga.

Dari hal ini dapat disimpulkan bahwa masih terdapat mahasiswa

yang melakukan penyimpangan perilaku sehingga mengakibatkan mereka

berhubungan dengan pihak yang berwajib hingga dikeluarkan dari kampus.

62

Tetapi prosentase mahasiswa yang melakukan penyimpangan ini lebih sedikit

dibandingkan yang menunjukkan perilaku mahasiswa muslim. Secara

prosentase juga sangatlah jauh.

4. Interaksi Sosial

Dari data wawancara yang dilakukan penulis, interaksi mahasiswa

PAI di kampus masih sangat kurang. Hal ini bisa dilihat dari penuturan dosen

PAI sendiri. Beliau mengatakan “komunikasi mahasiswa dengan dosen masih

sangat minim, kalaupun terjadi terjadi, itu hanya ketika perkuliahan saja atau

bila mahasiswa tersebut meminta nilai saja. Ini terkesan mahasiswa IAIN

acuh atau malah malu. Berbeda dengan mahasiswa yang aktif di organisasi,

dari kaca mata saya, beberapa responden terlihat lebih aktif dalam beriteraksi,

jadi ada perbedaan yang menonjol ketika dikampus antara mahasiswa umum

dengan mahasiswa organisasi.”

Dari hal tersebut diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa ada dua

jenis mahasiswa mahasiswa yang berpengaruh terhadap interaksinya terhadap

lingkungan kampus. Yang pertama adalah mahasiswa yang tidak aktif dalam

organisasi mempunyai interaksi yang kurang terhadap masyarakat sekitarnya

di dalam kampus. Sedangkan yang kedua adalah mahasiswa yang aktif dalam

organisasi mempunyai interaksi yang aktif terhadap masyarakat sekitarnya di

lingkungan kampus. Padahal secara prosentase akan lebih banyak mahasiswa

yang tidak aktif dalam organisasi dibandingkan mahasiswa yang aktif dalam

organisasi.

63

5. Religiusitas

Data religiuitas mahasiswa PAI IAIN Salatiga dari beberapa

responden dan dari kaca mata saya seperti shalat rata-rata tertib, penuturan

dari takmir masjid Darul Amal yang berada persis di area IAIN menuturkan

rata-rata jamaah yang shalat disini seperti ketika salat dzuhur atau shalat

jum’at adalah warga IAIN Salatiga, jadi bisa dipastikan mahasiswa PAI

sebagian besar shalat dimasjid itu.

B. Panggung Belakang

Panggung belakang merupakan hal-hal yang dilakukan mahasiswa

Pendidikan Agama Islam IAIN Salatiga di luar lingkungan kampus baik itu di

tempat tinggal mereka ataupun lingkungan pergaulannya. Seperti pada yang

telah dipaparkan dalam panggung depan. Ada beberapa hal menarik yang

sama seperti panggung depan yang perlu dikaji, hanya saja kita akan melihat

mereka di luar lingkungan kampus. Berikut ini pemaparan beberapa hal yang

yang ditemukan di luar kampus :

1. Tatto

Tato merupakan satu hal yang dilarang di kampus IAIN Salatiga

karena dianggap tidak sesuai dengan ajaran Islam dan menyalahi aturan yang

telah dibuat di kampus IAIN Salatiga. Tetapi pada kenyataannya didapati

mahasiswa IAIN Fakultas Tarbiyah Jurusan PAI yang bertato. Hal ini

menjadi satu hal yang menarik untuk dibahas dalam skripsi ini. Dari hasil

wawancara penulis kepada narasumber didapatkan alasan mahasiswa tersebut

bertato. Hal ini dilakukan karena kesenangan/hobi, simbol, dan kesetiaan.

64

Menurut narasumber tato merupakan kecintaan dia terhadap gambar sehingga

tidak ada salahnya dituangkan ke segala media termasuk tubuh(kulit).

Kemudian tato bagi narasumber merupakan simbol dari pandangan hidupnya

yang perlu diabadikan secara permanent dan akhirnya tubuh sebagai salah

satu media yang dipilih karena menurutnya simbol itu harus melekat pada

tubuhnya. Hal ini juga dianggap sebagai jiwanya yang tidak bisa dilihat

secara langsung, tetapi dengan gambar/tato semua orang dapat melihat simbol

yang dianggap sebagai gambaran jiwanya. Tetapi dibalik semua itu

narasumber sadar bahwa yang dilakukannya itu telah menyalahi aturan

sebagai umat muslim apalagi narasumber terdaftar sebagai mahasiswa IAIN

Salatiga yang mempunyai aturan tertulis yang harus dipatuhinya.

Gambar 12

Mahasiswa PAI bertato

Sumber : Faisal abdilah, tanggal 2 Mei 2015

Dari data foto yang didapatkan tato yang dipakai narasumber

adalah lambang A yang diletakkan dalam sebuah lingkaran. Narasumber

menyebut simbol itu adalah lambang anarki. Secara makna, kata anarki

berarti tidak adanya pemerintahan, undang-undang, peraturan atau ketertiban.

65

Bisa juga diartikan sebagai kekacauan di suatu negara (KBBI). Tetatp hal

menarik di balik makna anarki adalah sifat solidaritas atau sosial dari suatu

kelompok dengan pandangan anarki tersebut. Biasanya mereka mempunyai

sifat sosial dan solidaritas yang tinggi terhadap sesamanya.

Bila kita lihat kembali sisi negatif narasumber yang berpedoman

dari aturan kampus sebagai mahasiswa IAIN Salatiga telah melanggar aturan

yang ada di kampus. Tetapi bila kita lihat dari sisi yang lain, tato adalah

sebagai simbol untuk menunjukkan identitas atau jati diri mereka lewat

sebuah simbol yang dilekatkan pada tubuh mereka agar semua yang melihat

mengetahui pandangan hidup mereka.

Dalam panggung belakang yang diartikan sebagai kehidupan

mahasiswa di luar lingkungan kampus, mahasiswa yang mempunyai tato

mengenakan pakaian sewajarnya di masyarakat. Seperti mengenakan kaos tak

berlengan, secara otomatis tato tersebut akan tampak terlihat oleh orang-

orang disekitarnya. Dalam hal ini diluar lingkungan kampus, para mahasiswa

yang mempunyai tato akan berpenampilan layaknya lingkungan sekitarnya

dan tidak menggunakan aturan yang telah ditetapkan kampus IAIN Salatiga

khususnya cara berpakaian mahasiswa IAIN Salatiga Fakultas Tarbiyah

Jurusan PAI. Walaupun terkadang cara pandang yang terbentuk di

masyarakat pada umumnya sama dengan aturan kampus IAIN Salatiga bahwa

sebagai mahasiswa IAIN Salatiga itu sewajarnya berpakaian yang

mencerminkan muslim.

66

Dilihat dari dua sisi yaitu panggung depan dan panggung belakang

dapat ditarik kesimpulan bahwa masih ada mahasiswa IAIN Salatiga Fakultas

Tarbiyah Jurusan PAI yang mempunyai tato, tetapi mereka tetap mematuhi

aturan yang telah ditetapkan oleh kampus IAIN Salatiga. Di dalam proses

perkuliahan para mahasiswa tersebut tetap mengikuti aturan yang ada

walaupun di luar kampus mereka tetap menjadi masyarakat biasa dengan

penampilan sesuai lingkungannya walaupun masyarakat mempunyai

pandangan sesuai peraturan kampus IAIN Salatiga terhadap mahasiswa IAIN

Salatiga.

2. Gaya Berpakaian

Dalam masalah berpakaian di luar kampus ternyata ada beberapa

pemilik kos yang membuat aturan agar para pengguna terlihat sopan dan

mencerminkan mahasiswa muslim pada umumnya, yaitu: yang perempuan

harus memakai jilbab dalam kesehariannya, yang laki-laki sama seperti

remaja muslim pada umumnya. Tetapi tidak semua kos menerapkan aturan

ini, sebagian besar adalah kos yang berpenghuni mahasiswa IAIN Salatiga.

Namun pada kenyataannya, yang penulis jumpai dilapangan berbeda dengan

aturan yang telah dibuat khususnya kos yang menetapkan agar penghuni kos

berpakaian muslimah. Khususnya kos mahasiswi putri, beberapa mahasiswi

di dalam lingkungan kos beberapa terlihat menggunakan pakaian yang tidak

pantas. Studi kasus di daerah pengilon rata-rata yang menerima penghuni kos

campur (putra dan putri) dan kos yang bebas(tanpa aturan) terlihat mahasiswi

yang berpakaian ketat dan ada juga yang menggunakan pakaian minim.

67

Dalam aturan islam cara berpakaian ini tidak mencerminkan mahasiswi

muslimah. Untuk mahasiswa rata-rata sama, mereka akan menggunakan

pakaian pada umumnya di masyarakat seperti menggunakan kaos dan celana

pendek.

Dari beberapa hal ini dapat ditarik kesimpulan bahwa di panggung

belakang baik mahasiswa ataupun mahasiswi, secara gaya berpakaian

melanggar aturan sebagai mahasiswa muslim. Tetapi masih ada beberapa

mahasiswa saja yang tetap melaksanakan aturan sebagai mahasiswa muslim,

hanya saja prosentasenya jauh lebih sedikit dibandingkan dengan yang

melanggar aturan.

Adapun dalam wawancara terhadap salah seorang mahasiswi IAIN

Salatiga Fakultas Tarbiyah Jurusan PAI mengenai gaya berpakaian ketat

mengatakan “seperti ibu-ibu saja”. Dari situ dapat kita tarik kesimpulan

bahwa dengan menggunakan pakaian muslim yang serba longgar sehingga

terlihat muslimah mereka merasa kurang percaya diri (percaya diri).

Gambar 13

Gaya Berpakaian Mahasiswa PAI

Sumber : Faisal abdilah, tanggal 28 Mei 2015

68

3. Perilaku

Sebagaimana remaja pada umumnya, mahasiswa IAIN juga

mengalami masa yang labil dimana pada usia tersebut seseorang sangat

mudah mengikuti pergaulan yang tidak mencerminkan muslim. Hal yang

paling sulit dilakukan khususnya oleh mahasiswa IAIN adalah mampu

bergaul di lingkungan manapun tetapi masih mencerminkan sebagai

mahasiswa muslim. Hal ini sulit dilakukan karena sebagai mahasiswa muslim

harus menjaga aturan atau norma Islam di dalam pergaulan yang sebagian

besar sudah melanggar norma tersebut. Bagaimana seorang mahasiswa

muslim dapat menjaga hubungan sosial terhadap masyarakat yang secara

norma melanggar aturan hukum Islam.

Gambar 14

Berpelukan Mahasiswa PAI

Sumber : Face Book, tanggal 6 Mei 2015

Jangkungan adalah salah satu tempat yang terdapat banyak tempat

kos dan sebagian besar dari mahasiswa yang kos adalah para mahasiswi. Di

tempat ini mereka lebih bisa menjaga pergaulan dengan teman-tenmanya

maupun dengan teman lawan jenis. Dalam wawancara terhadap salah satu

69

pemilik kos, salah seorang pemilik kos menuturkan : “menurut saya kelakuan

penghuni kos cukup mencerminkan mahasiswa Muslim”. Dari penggalan

wawancara diatas sudah cukup jelas bahwa pergaulan mahasiswa maupun

mahasiswi di tempat kos tersebut telah mencerminan pribadi yang muslim,

baik ketika berada di kost maupun lingkungan mereka tinggal. Ketika mereka

bergaul dengan mahasiswa dan masyarkat juga di pandang baik oleh pemilik

kos. Pergaulan para penghuni kos tersebut di mata pemilik kos di anggap

cukup baik dan masih menjaga norma susila dan agama.

Pemilik kos juga menuturkan para penghuni kos tidak pernah

berbuat yang macam-macam atau mengganggu warga sehingga pemilik kos

tidak pernah mendapat teguran dari warga sekitar mengenai pergaulan

mahasiswa yang kost ditempat mereka. Pergaulan mahasiswa dengan teman-

teman sesamanya juga baik walaupun terkadang masih ada yang kurang patuh

dengan peraturan ibu kos.

Tetapi masih ada beberapa penghuni kos yang terkadang masih

melanggar aturan kos. Tetapi hal ini masih dalam keadaan wajar seperti

pulang malam sehingga mereka kadang menjadi bahan pembicaraan oleh

warga sekitar. Hal tersebut yang membuat pemilik kos dan ketua RT

membuat peraturan yang bersifat tulisan dan tegas seperti menerima tamu

harus lapor kepada pemilik kos, pulang malam paling lambat jam 9 malam,

harus minta izin pemilik kos ketika ada teman yang menginap, dan lain-lain.

Itulah gambaran tentang mahasiswa kos dimata pemilik kos.

Sebagian besar menganggap mahasiswa kos telah mencerminkan mahasiswa

70

muslim. Kalaupun ada pelanggaran, itu masih dalam kondisi yang wajar.

Seperti pulang malam itu karena tugas yang harus dikerjakan bersama atau

ada kegiatan di kampus.

Namun pada kenyataan yang dilihat dari pengamatan penulis di

lapangan berbeda. Penuturan dari beberapa narasumber, seperti mahasiswa

sendiri maupun warga sekitar dari beberapa kasus yang dilakukan mahasiswa

PAI IAIN Salatiga pernah melihat mahasiswa yang sedang pacaran di dalam

kamar. Dari pengakuan beberapa dari mereka sendiri juga pernah melakukan

ciuman. Beberapa penuturan saksi juga mengatakan bahwa mahasiswi PAI

ada yang melakukan hubungan diluar nikah, bahkan ada yang sampai hamil

dan sampai melakukan praktik aborsi. Salah seorang mahasiswa itu sebut saja

“Bunga“. Bunga adalah warga Salatiga yang memilih kos, tetapi kos ini

digunakan bukan sebagai tempat kos pada umumnya, kos ini hanya sebagai

tempat persinggahan sementara bagi Bunga. Persinggahan sementara yang

dimaksudkan disini adalah tempat pelarian karena mahasiswa ini berasal dari

keluarga bermasalah (broken home) karena kedua orang tuanya bercerai,

sehingga kurangnya kasih sayang dan perhatian menjadi alasan ketidak

nyamanan untuk tinggal di rumah. Menurut bunga kos adalah tempat yang

nyaman bagi dirinya, jauh dari kebisingan dan sejenak melupakan masalah

yang ada dirumah. Rasa kecewa terhadap keluarganya sangat besar hingga dia

mendapatkan seseorang yang membuatnya nyaman, yaitu pacarnya. Akhirnya

segalanya bunga berikan untuk kekasihnya, hingga melakukan satu hal yang

seharusnya belum saatnya dilakukan. Kebetulan pacar bunga sering

71

mengajaknya melakukan hubungan badan (sex) dan bunga mau karena bunga

rela memberikan apa saja termasuk tubuhnya. Dari hubungan intim tersebut

mengakibatkan Bunga hamil dan karena belum siap untuk mendapatkan

keturunan baik secara mental maupun hukum agama akhirnya Bunga

memutuskan untuk melakukan aborsi.

Gambar 15

Foto Mahasiswa PAI Ketika di Kos

Sumber : Face Book, tanggal 6 Mei 2015

Hal lain yang sering penulis jumpai adalah mahasiswa yang

mengkonsumsi minuman keras, penyalah gunaan obat dan berjudi. Dalam

kasus minumas keras dan penyalah gunaan obat ini merupakan salah satu

penuturan mahasiswa IAIN Salatiga Fakultas Tarbiyah Jurusan PAI. Sebut

saja mahasiswa tersebut adalah Mr.X. Mr.X berasal dari kota XX ini sering

sekali mengkonsumsi minuman keras dan obat-obatan. Menurut

penuturannya pertama kali dia mengkonsumsi ketika duduk dibangku SMP.

Secara hubungan sosial Mr.X sangat dekat dengan anak jalanan yang

membuat Mr.X menjadi akrab dengan minuman keras dan obat-obatan

tersebut. Ayahnya meninggal dunia ketika Mr.X duduk dibangku semester V

kuliah, tetapi hal ini tidak membuat Mr.X berubah karena menurutnya itulah

72

jiwanya. Tetapi secara medis penyalah gunaan obat itu dapat membuat

seseorang kecanduan. Di samping itu karena uang kiriman dari ibunya

sebagai tulang punggung keluarga dia rasa kurang baik untuk membayar

kuliah, kos, makan sehari-hari dan untuk memenuhi kebutuhan lainnya,

akhirnya selain untuk konsumsi pribadi, Mr.X juga memutuskan untuk bisnis

obat-obatan terlarang tersebut dengan menjualnya kepada para pemakai.

Menurutnya hasil penjualan tersebut mendapatkan laba yang cukup besar dan

cukup untuk memenuhi kebutuhannya. Sebenarnya obat-obatan tersebut legal

dan sangat mudah untuk mencarinya di apotik. Penyalah gunaan tersebut

karena diracik dan dioplos sama bahan lain sehingga bila diminum

menimbulkan efek dari pemakainya yang hampir sama dengan narkoba,

seperti hilangnya kesadaran dan akhirnya membuat kecanduan.

Dari hal ini dapat ditarik kesimpulan bahwa masih banyak perilaku

mahasiswa yang mencerminkan mahasiswa muslim dan hanya ada beberapa

mahasiswa yang melakukan penyimpangan sehingga tidak mencerminkan

mahasiswa muslim. Hal ini dilihat dari pengamatan masyarakat sekitar kos

mahasiswa IAIN Salatiga yang memandang mereka secara positif walaupun

ada beberapa mahasiswa yang melakukan penyimpangan hingga berakibat

fatal bagi dirinya sendiri maupun nama institusi (IAIN Salatiga).

4. Interaksi Sosial

Menurut beberapa masyarakat sekitar kost dan wawancara dengan

ketua RT setempat, anak kost dari IAIN “Sepengetahuan saya, mahasiswa

yang kos di daerah sini interaksinya dengan masyarakat terjalin cukup baik,

73

hanya saja saya jarang beriteraksi dengan mahasiswa perempuannya.di mata

saya tindak tutur dan perilaku mahasiswa disini tampak jelas bahwa interaksi

mahasiswa STAIN salatiga dengan masyarakat sekitar kost sudah cukup

baik”. Lebih-lebih informasi ini diutarakan oleh ketua RT yang menjabat

disitu.

Keikutsertaan mahasiswa terlihat juga dalam perayaan- perayaan

yang biasanya dilakukan oleh Dukuh tersebut. Seperti yang dituturkan Pak

RT. “Mahasiswa juga sering ikut dalam kegiatan kampung. Seperti kerja

bakti, lelayu, tujuh belasan dan lain sebagainya.” Diharapkan semoga

kedepannya mahasiswa yang kos di daerah sini lebih punya rasa sosial dan

solidaritas yang tinggi.

5. Religiusitas

Ketika berada di kost beberapa mahasiswa PAI laki-laki ketika

berada di kost seperti shalat subuh sering bolong-bolong, ini dikarenakan para

mahasiswa ini sering bergadang dan ahirnya bangunya kesiangan. Ada

perbedaan dari mahasiswa perempuan yang kost dari penuturan mahasiswa

sendiri dan dari ibu kost masalah beribadah mereka tertib, malah dari

beberapa mahasiswi ini sering membaca Al-Qur’an setelah habis shalat.

Penuturan dari takmir masjid sekitar kost mahasiswa IAIN sudah

menunjukkan interaksi yang bagus. Dari beberapa mahasiswa sudah ada yang

ikut melaksanakan sholat berjamaah, Walaupun itu saat waktu maghrib, isyak

dan shalat jum’at.

74

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang telah dilakukan,

maka penelitian tentang “Realitas Kehidupan Anak Kos pada Mahasiswa PAI

IAIN Salatiga: Berpedoman pada Dramaturgi Erwingoffmen” menghasilkan

kesimpulan sebagai berikut:

1. Realitas anak kos pada mahasiswa PAI, IAIN Salatiga secara front stage

(panggung depan) yaitu lingkungan kampus, dari segi berpenampilan,

berperilaku, interaksi sosial dan religiuitas sudah mencerminkan

mahasiswa muslim secara umum, walaupun kadang masih dijumpai

dibeberapa sudut kampus mahasiswa tersebut berperilaku belum

sebagaimana mestinya, seperti penampilan yang kurang pantas. Perilaku

mahasiswa yang merugikan kampus, seperti contoh peristiwa hilang atau

rusaknya berbagai fasilitas kampus. Interaksi sosial seperti saling sapa

antar warga kampus masih jarang dilakukan, contoh interaksi mereka

dengan dosen hanya sebatas pendidik dan murid. Interaksi hanya terjadi

pada teman yang dirasa akrab atau satu organisasi saja, dan masalah

religiusitas yang bisa dilihat seperti saat shalat dzuhur dan shalat jum’at

masih ada mahasiswa yang mengabaikan panggilan adzan.

2. Kehidupan mahasiswa PAI IAIN Salatiga masih tergolong dalam batas

kewajaran, hanya saja beberapa tempat kos yang menawarkan kebebasan

75

membuat citra mahasiswa tersebut berbeda. Dilihat dari segi penampilan,

perilaku, interakasi sosial dan religiusitas ada perbedaan antara mahasiswa

putra dengan mahasiswa putri, perbedaan tersebut terlihat pada mahasiswa

putra yang lebih bebas dalam menjalani kehidupannya, berpenampilan

seperti orang pada umumnya, penampilan yang bisa disebut gaul atau

biasa saja, atau hanya memakai celana kolor mudah kita dapati. Perilaku

mahasiswa PAI putra ketika di rumah kos, dari hasil data dilapangan

menunjukkan, bahwa walaupun terdapat kebiasaan yang dianggap kurang

baik oleh masyarakat, seperti minum-minuman keras atau memasukkan

perempuan yang bukan muhrimnya ke dalam kamar kos. Hal-hal tersebut

dapat dijumpai dalam kos-kosan campur, karena menurut pemilik kos hal

tersebut tidak mendapatkan teguran selama pembayaran sewa kamar kos

lancar dan tidak merugikan pihak sekitar.

Dalam interaksi sosial mahasiswa putra lebih mudah untuk berinteraksi

dengan masyarakat sekitar. mereka sering berbincang-bincang atau

mengobrol sambil minum kopi atau merokok di warung. Selain itu

mahasiswa putra juga sering mengikuti kegiatan kemasyarakatan, seperti

kerja bakti, membantu warga yang mempunyai hajat atau warga yang

tertimpa musibah seperti kemataian ataupun kegiatan lainnya. Dari segi

religiusitas terutama beribadah fardu masih banyak mahasiswa putra

sering meninggalkannya, biasanya shalat subuh yang sering mereka

tinggalkan.

76

Berbeda dengan mahasiswa PAI putri, kehidupan mereka lebih tertutup,

mereka sadar sebagai mahasiswi IAIN citra itu harus tetap dijaga,

walaupun ada segelintir mahasiswi secara penampilan dan perilaku masih

ada yang tidak senonoh, interaksi sosial mereka dengan masyarakat

sekitar terlihat tidak akrab, mereka cenderung hanya berinteraksi dengan

teman satu kos . Interaksi dengan sekitar ketika membutuhkan sesuatu atau

ada perlunya saja misalnya dengan ibu kos ketika akan membayar uang

kos atau ketika membeli sesuatu di warung. Dari segi religiuitas mahasiswi

PAI ketika di kos seperti shalat mereka lebih tertib.

3. Pengaruh IAIN Salatiga sebagai lembaga pendidikan agama Islam terhadap

kehidupan mahasiswa terutama PAI memberi dampak yang positif

dikampus maupun diluar itu,dalam aspek penampilan, perilaku, interaksi

sosial dan reliugiuitas. Hanya saja beberapa, fasilitas, aturan dan

penanaman sikap mental yang dirasa kurang, sehingga berpengaruh dalam

belajar mahasiswa, belajar dari lingkungan adalah cara tercepat mahasiswa

menangkap itu untuk memproyeksikan diri terhadap lingkungan yang lain.

B. Saran

1. Untuk mahasiswa PAI IAIN Salatiga yang kos diharapkan dapat

menampilkan diri sebaik-baiknya, mencerminkan mahasiswa muslim serta

dapat menjaga nama baik IAIN Salatiga di kampus maupun di masyarakat

sekitar. Sehingga berkelanjutan dikehidupan setelah itu.

2. Untuk Kampus IAIN Salatiga secara umum untuk menambah pendidikan

budi pekerti tidak hanya di kelas tapi juga di luar kelas, serta dan

77

diharapkan lebih memperhatikan para mahasiswa dan mahasiswi yang kos

di sekitar kampus dan diharapkan dari pihak kampus dapat memfasilitasi

asrama atau Ma’had yang berpegang pada nilai-nilai agama serta fasilitas

yang lengkap dan juga luas serta memadai untuk para mahasiswa dan

mahasiswi.

3. Untuk masyarakat khususnya para pemilik kos dan juga warga yang ada di

sekitarnya untuk lebih mengawal dan memperhatikan pergaulan

mahasiswa yang kos . Apabila mahasiswa ataupun mahasiswi yang kos

tersebut melanggar norma atau peraturan yang ada di masyarakat

diharapkan untuk member sanksi yang tegas kepada para mahasiswa atau

mahasiswi yang kos tersebut.

4. Untuk penelitian selanjutnya, diharapkan dapat lebih detail dan mendalam

dalam melakukan penelitian yang serupa. Agar dapat tercipta sebuah

kesimpulan yang benar-benar fakta dan realita.

78

Daftar Pustaka

Ari kunto, Suharsini. 2006.prosedur penelitian suatu pendekatan praktek. Jakarta:

PT. Rineka Cipta.

Brannen Julia.1997. Memadu Metode Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif,

Rosada, Bandung.

B.Simandjuntak & I.L.Pasribu,1984.Teori Kepribadian, Tarsito,Bandung.

Daymonimmy hollowag Christine, 2008, Riset kualitatif, PT. Bentang Pustaka,

Yogyakarta.

Drs. Humaidi Tatapangsara,1980. Akhlak Yang Mulia, Bina Ilmu, Surabaya.

Drs. Oemar Hamalik, 1977. Media Pendidikan, penerbit Alumni, Bandung.

Drs. Jalaluddin Rakhmat, M.Sc, 1989. Psikologi Komunikasi, Remadja

Karya,Bandung.

Erwin Goffman, 1956. La Presentation de Soi, University of Edinburgh

Social Sciences Research Centre, Edinburgh.

H.B. Hamdani Ali M.A, 1987. Fisafat pendidikan, Kota Kembang, Yogyakarta.

Harymawan, RMA.1988.Dramaturgi.Bandung: Rosda karya.

Hadari Nawawi dan Martini Hadari. 1995, Instrumen Penelitian Bidang Sosial,

Yogyakarta: Universitas Press,

Iqbal Hasan .2008, Analisis Data Penelitian Dengan Statistik, Jakarta: PT. Bumi

Aksara.

J.Supranto. 2003 , Metode Riset Aplkasinya Dalam Pemasaran, Jakarta, Cet-7.

John W. Best. 1982, “Research In Education”, Dalam Sanafiah Faisal Dan

Mulyadi Guntur W. (ed), Metodologi Penelitian dan Pendidikan,

Surabaya: Usaha Nasional.

Lexy J. Moloeng. 2007, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja

Rosdakarya, Cet. XXIV.

M. Alaika Salamulloh, 2008,.Akhlak Hubungan Horizontal,Insan Madani,

yogyakarta.

79

Notoatmodjo, soekidjo.2009.metodologi penelitian kesehatan.Jakarta: Rineka

Cipta.

Nursalam.2003. konsep dan penerapan metodologi penelitian.Jakarta: Salemba

Medika.

Prof. H.Moh. Kasiram, M.Sc.2010. Metodologi Penelitian Kualitatif Kuantitatif,

Pustaka.

Prof.Dr.Zakiah Daradjat, 1978. Problematika Remaja Indonesia, Bulan Bintang

Jakarta.

S. Margono.1996. Metode Penelitian Pendidikan, Rineka Cipta, Semarang.

S. Nasution1996. Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif, Tarsito, Bandung.

Saifudin MA. 2007. Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif, Pustaka Pelajar,

Yogyakarta.

Suharot dan Tata Iryanto.1989. Kamus Bahasa Indonesia Terbaru.Indah,

Surabaya.

Suryabrata sumadi, 1995, Metodologi Penelitian, PT Rajagrafindo Persada,

Jakarta Utara.

Syarifudin. 2009. Sosial Budaya Dasar.Jakarta .TIM

Sri Suneki dan Haryono, Juli 2012. "Paradigma Teori Dramaturgi terhadap

Kehidupan Sosial". CIVIS (FPIPS IKIP PGRI Semarang).

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D, Bandung, Cet-19

2013.

Syamsu Yusuf LN & Juntika Nurihsan, 2008. Teori Kepribadian, Remaja

Rosdakarya,Bandung.

Tim Dosen FIP-IKIP Malang, 1988. Pengantar Dasar-Dasar Kependidikan,

Usaha Nasional, Surabaya.

Tuti Baftiarti (Oktober 2011). "Mistifikasi „Bissu‟ Dalam Upacara Ritual Adat

Etnis Bugis Makassar". Ilmu Komunikasi (UINSA).

80

Internet

UNYhttp://staff.uny.ac.id/sites/default/files/131656343/PENDIDIKAN%20MEN

GUBAH%20PERADABAN.pdf

https://doktorpaisal.wordpress.com/2009/12/20/biografi-erving-goffman/

http://iainsalatiga.ac.id/about/sejarah/

http://studyandlearningnow.blogspot.com/2013/01/teori-dramaturgi-erving-

goffman.html

81

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

1. Nama : Faisal Abdilah

2. Tempat dan Tanggal Lahir :

3. Jenis Kelamin : Laki-laki

4. Warga Negara : Indonesia

5. Agama : Islam

6. Alamat :

7. Riwayat Pendidikan : - SD

- SMP

- SMA

- IAIN Salatiga

Demikian daftar riwayat hidup ini saya buat dengan sebenar-benarnya.

Salatiga, 29 Oktober 2015

Faisal Abdillah

NIM 111 08 053