referat gangguan distimik
description
Transcript of referat gangguan distimik
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menurut DSM-IV-TR, ciri gangguan distimik yang paling khas adalah perasaan tidak
adekuat, bersalah, iritabilitas, serta kemarahan, penarikan diri dari masyarakat, hilang minat,
serta inaktivasi dan tidak produktif. Istilah distimia, yang berarti “ tidak menyenangkan (ill-
humored) “diperkenalkan pada tahun 1980. Sebelumnya, gangguan distimik diklasifikasikan
sebagai neurosis depresif (juga disebut depresi neurotik). Gangguan distimik dibedakan
dengan gangguan depresif berat berdasarkan fakta bahwa pasien mengeluh selalu merasa
depresi. Riwayat keluarga pasien dengan distimia secara khas dipenuhi gangguan depresif
serta bipolar. Gangguan distimik memiliki prevalensi 5-6% dari keseluruhan gangguan
depresi. Cyranowski (2001) mengatakan kejadian distimik pada sebelum pubertas dan
sesudah masa pubertas adalah sama. Namun memasuki masa dewasa, memiliki angka
kejadian lebih besar dengan ratio 2:1. Gangguan distimik memiliki onset pada usia muda,
yaitu pada masa kanak-kanak dengan keluhan perasaan tidak bahagia yang tidak dapat
dijelaskan dan terus berlanjut saat memasuki masa remaja dan menginjak usia 20 tahun.
Gangguan distimik sering terdapat bersamaan dengan gangguan jiwa lain, terutama gangguan
depresif berat. Pasien juga dapat memiliki gangguan ansietas yang terdapat bersamaan
gangguan panik, penyalahgunaan zat, dan gangguan kepribadian ambang (borderline
personality disorder).
B. Epidemiologi
Gangguan distimik merupakan gangguan yang sering ditemukan di antara populasi
umum, yang mengenai 3-5% dari semua pasien klinik. Gangguan distimik lebih sering pada
wanita yang berusia kurang dari 64 tahun dibandingkan laki-laki setiap usia. Gangguan
distimik juga lebih sering ditemukan di antara orang yang tidak menikah dan orang muda dan
pada orang dengan penghasilan yang rendah 1,3
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Definisi 1,2
Gangguan distimik adalah suatu gangguan kronis yang ditandai oleh adanya mood yang
depresi yang berlangsung hampir sepanjang hari dan ditemukan pada sebagian besar hari.
Istilah “distimia” yang berarti humor yang buruk diperkenalkan pada tahun 1980 dan diganti
menjadi “gangguan distimik” di dalam DSM-IV.
Etiologi 1
Tema utama tentang penyebab gangguan distimik adalah apakah gangguan ini berhubungan
dengan diagnosis psikiatrik lain, termasuk gangguan depresif berat dan gangguan kepribadian
ambang 1,3
1. Faktor Biologis
Beberapa penelitian menunjukkan keterkaitan neurotransmitter Serotonin dan
Noradrenergik terlibat dalam gangguan distimik. Pada pemeriksaan EEG dan polisonogram,
menunjukkan terjadinya gangguan tidur yang ditandai dengan menurunnya masa latensi
Rapid Eye Movement (REM), dan meningkatnya densitas REM serta terganggunya
kontinuitas dari tidur. Individu dengan kepribadian antisosial, ambang, ketergantungan,
histrionik, depresif dan skizotipal memiliki kecenderungan untuk mengalami gangguan
distimik.
2. Faktor Psikososial
Teori psikodinamika tentang perkembangan gangguan distimik menyatakan bahwa
gangguan disebabkan oleh kesalahan perkembangan kepribadian dan ego. Teori kognitif
tentang depresi juga berlaku pada gangguan distimik. Teori ini menyatakan ketidaksesuaian
antara situasi nyata dan situasi yang dikhayalkan menyebabkan menurunnya harga diri dan
rasa putus asa. Menurut Sigmund Freud, di dalam “ Mourning and Melancholia “
menyatakan bahwa kekecewaan interpersonal di awal kehidupan dapat menyebabkan
kerentanan terhadap depresi, menyebabkan ambivalensi hubungan cinta sebagai orang
dewasa; kehilangan atau ancaman akan kehilangan pada kehidupan dewasa kemudian
2
mencetuskan depresi. Orang yang rentan terhadap depresi secara oral bergantung dan
membutuhkan kepuasan narsistik yang konstan.
Apabila individu kekurangan cinta, kasih sayang dan perhatian, mereka menjadi depresi
secara klinis. Bila mereka kehilangan objek cintanya maka mekanisme pertahanan yang
digunakan adalah internalisasi atau introjeksi objek yang hilang. Menurut Teori Kognitif
pula, ini berpegang pada perbedaan antara kenyataan dan situasi khayalan mengakibatkan
berkurangnya harga diri dan rasa tidak berdaya.
Perjalanan Klinis
Gangguan distimik seringkali terjadi pada usia sebelum remaja, yang terus berlanjut
hingga memasuki usia 20an, dengan gejala yang samar-samar. Prevalensi gangguan distimik
dengan late onset sangat sedikit, yaitu dengan usia awitan pada usia pertengahan dan usia
lanjut. Setelah mengalami 1 dekade gejala, pasien baru mencari bantuan. Dari penelitian
diketahui sekitar 20% dari mereka yang mengalami neurosis depresi berkembang menjadi
gangguan depresi berat.
Pasien dengan gangguan distimik biasanya memiliki fungsi sosial yang stabil. Namun
seringkali kestabilan itu terganggu. Mereka meninggalkan aktivitas sosial dan kegiatan yang
biasanya menyenangkan dan mengkompensasi dengan terus bekerja sehingga menimbulkan
masalah dalam perkawinan.
Onset gangguan berlangsung perlahan dimulai sejak akhir masa kanak atau awal masa
remaja. Pasien dengan gangguan distimik sering mengeluh selalu merasa sedih sejak lahir
atau sepanjang waktu. 15-20% anak yang mengalami gangguan distimik akan menjadi
hipomanik, manik atau gangguan mood campuran setelah pubertas. Gangguan distimik pada
orang dewasa seringkali bersifat unipolar dengan atau tanpa gangguan depresi mayor, dan
jarang menjadi hipomanik atau manik.
3
Kriteria Diagnosis
Menurut Pedoman dan Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa di Indonesia III
(PPDGJ III) 4
F34.1 Distimia
Suatu depresi kronis dari suasana perasaan (mood) yang pada saat sekarang tidak
memenuhi kriteria untuk gangguan depresif berulang, ringan atau sedang (F33.0 atau F33.1)
menurut keparahannya atau lamanya berlangsung setiap episode, meskipun kriteria lampau,
terutama pada onset gangguan ini. Proporsi antara masing-masing fase depresi ringan dan
masa-masa yang agak normal disbanding dengan depresinya yang menyelanginya, adalah
sangat bervariasi. Biasanya, penderita mengalami periode berhari-hari atau berminggu-
minggu yang dilaporkan sebagai sehat, akan tetapi kebanyakan (sering kali selama berbulan-
bulan berturut-turut) mereka merasa lelah dan tertekan; segala pengalaman hidupnya
merupakan upaya yang berat dan tak ada yang dinikmati. Mereka memikirkan dan mengeluh,
tidak dapat tidur nyenyak, dan merasa kurang mampu, namun biasanya masih sanggup
mengurus keperluan hidupnya sehari-hari. Karena itu, ada banyak kesamaan antara distimia
dan konsep neurosis depresif dan depresi neurotik. Jika dikehendaki, usia onset dapat
ditentukan sebagai dini (usia akhir belasan tahun atau dua puluhan) atau lanjut.
Pedoman Diagnostik
Ciri esensial ialah depresi suasana perasaan (mood) yang berlangsung sangat lama
yang tak pernah atau jarang sekali cukup parah untuk memenuhi kriteria gangguan depresif
berulang ringan atau sedang (F33.0 atau F33.1). Biasanya mulai dini dalam masa kehidupan
dewasa dan berlangsung sekurang-kurangnya beberapa tahun, kadang-kadang untuk jangka
waktu tidak terbatas. Jika onsetnya pada usia lebih lanjut, gangguan ini sering kali merupakan
kelanjutan suatu episode depresif sendiri.
4
Kriteria Diagnosis Menurut DSM-IV-TR 2
DSM-IV memungkinkan untuk menentukan apakah onset adalah awal (sebelum usia 21
tahun) atau akhir ( usia 21 tahun dan lebih)
A. Mood depresi hampir sepanjang hari selama berhari-hari, lebih banyak depresi
daripada tidak, sebagaimana ditunjukkan secara subjektif atau melalui pengamatan
orang lain, untuk setidaknya 2 tahun.
Catatan: pada anak dan remaja, mood dapat iritabel dan durasinya harus 1 tahun
B. Saat depresi terdapat 2 atau lebih gejala berikut:
1. Nafsu makan menurun atau berlebih
2. Insomnia atau hipersomnia
3. Kurang tenaga atau lelah
4. Harga diri menurun
5. Kurang konsentrasi dan sulit mengambil keputusan
6. Rasa putus asa
C. Selama periode 2 tahun gangguan (1 tahun untuk anak-anak dan remaja), orang
tersebut tidak pernah bebas gejala dalam kriteria A dan B > 2 bulan.
D. Tidak pernah da episode depresi berat selama 2 tahun pertama gangguan (1 tahun
untuk anak-anak dan remaja), tidak dalam bentuk gangguan depresi berat kronis
ataupun gangguan depresi berat dalam remisi partial.
Catatan: mungkin terdapat episode depresi mayor sebelumnya asalkan terdapat
remisi lengkap (tidak ada tanda atau gejala bermakna selama 2 bulan) sebelum
perkembangan gangguan distimik. Selain hal tersebut, setelah 2 tahun sejak awal
terjadinya gangguan distimik (1 tahun untuk anak-anak dan remaja) dapat saja
timbul episode gangguan depresi berat yang tumpang tindih pada distimik, maka
kedua diagnosis dapat ditegakkan asalkan membuhi kriteria untuk episode depresi
mayor.
E. Tidak pernah terdapat episode manik, episode campuran, atau episode hipomanik dan
tidak pernah memenuhi kriteria untuk gangguan siklotimik.
5
F. Gangguan tidak terjadi bersamaan dengan gangguan psikotik kronis, seperti
Skizofrenia atau gangguan waham.
G. Gejala bukan merupakan efek fisiologi langsung dari zat.
H.Gejala menyebabkan penderitaan atau gangguan yang bermakna secara klinis dalam
fungsi sosial, pekerjaan atau fungsi penting lainnya. Juga disebutkan bila;
Awitan awal: sebelum usia 21 tahun
Gejala Klinis
Gangguan distimik merupakan suatu gangguan kronis yang ditandai bukan saja oleh
episode penyakit malahan oleh adanya gejala secara menetap. Gejalanya serupa dengan
gejala gangguan depresif berat, dan adanya mood terdepresi ditandai oleh adanya perasaan
muram, murung, kesedihan, atau berkurangnya dan tidak ada minat pada aktivitas pasien
biasanya- adalah pusat dari gangguan. Keparahan gejala depresif dalam gangguan distimik
biasanya lebih kecil daripada gangguan depresif berat, tetapi tidak adanya episode yang
terpisah adalah hal yang paling mengarahkan pada diagnosis gangguan distimik 1,3. Pasien
dengan gangguan distimik kadang-kadang dapat sarkastik, nihilistik, memikirkan hal yang
sedih, membutuhkan, dan mengeluh. Mereka dapat juga tegang dan kaku dan menolak
intervensi terapeutik, kendatipun mereka datang secara teratur pada perjanjian. Menurut
definisinya, pasien gangguan distimik tidak memiliki adanya gejala psikotik 1,3. Gejala
penyerta adalah perubahan nafsu makan dan pola tidur, harga diri yang rendah, hilangnya
energi, retardasi psikomotor, penurunan dorongan seksual, dan preokupasi obsesif dengan
masalah kesehatan. Pesimisme, putus asa, dan tidak berdaya dapat menyebabkan pasien
gangguan distimik terlihat sebagai masokistik. Tetapi, jika pesimisme diarahkan keluar,
pasien dapat bersikap kasar terhadap dunia dan mengeluh bahwa mereka telah
diperlakukan buruk oleh sanak saudaranya, anak-anak, orang tua, teman sejawat, dan oleh
sistem. Gangguan di dalam fungsi sosial kadang-kadang merupakan alasan mengapa
pasien dengan gangguan distimik mencari pengobatan. Pasien dengan gangguan distimik
kemungkinan menggunakan alkohol, stimulan atau marijuana, pemilihan kemungkinan
tergantung terutama pada konteks sosial pasien
6
Depresi menimbulkan perubahan dalam:
1. Perubahan dalam pikiran
Mengeluh sulit berkonsentrasi dan membuat keputusan. Beberapa orang mengeluh
masalah dengan ingatan jangka pendek, lupa berbagai hal sepanjang waktu, pikiran
negatif, pesimis, rendah diri, rasa bersalah, kritik diri.
2. Perubahan dalam perasaan
Kebanyakan merasa sedih tanpa alasan yang jelas. Motivasi menurun sampai apati,
merasa lamban dan lelah sepanjang waktu. Terkadang karena mereka iritabel keadaan
ini menjadi masalah, karena mereka sulit mengontrol amarahnya. Pasien terlihat apati.
Mereka merasa tak nyaman berhubungan dengan orang lain, hal ini yang menimbulkan
penarikan diri dari pergaulan sosial. Ada perubahan selera makan, dalam bentuk meningkat
ataupun menurun, sering marah, dorongan seksual menurun.
3. Perubahan dalam kesehatan fisik
Timbul kelelahan kronik sehingga banyak waktu yang disia-siakan dan banyak tidur.
Mereka juga sering mengeluhkan banyak sakit dan rasa nyeri. Pada pasien gangguan distimik
tidak ditemukan adanya gejala psikotik. Gangguan distimik sering dialami oleh pasien yang
mengalami gangguan fisik yang kronik terutama pada lansia.
Niculescu dan Akisal mengemukakan 2 subtipe gangguan distimik:
1. Distimik anksietas dengan gejala berupa rasa rendah diri, kegelisahan yang tidak berarah
dan sensitif terhadap penolakan dalam berelasi dengan orang lain. Pasien subtipe ini
cenderung untuk mencari pertolongan.
2. Distimik anergik dengan gejala energi yang rendah, hipersomnia dan ahedonia.
Subtipe ini berespon lebih baik dengan antidepresan yang dapat meningkatakan
dopamin dan norepinefrin.
Pemeriksaan Penunjang 6
Tidak ada tes khusus yang dapat membantu menentukan bahwa seseorang individu menderita
depresi, dan sangat sedikit yang dapat ditentukan penyebabnya.
1. Evaluasi kepribadian atau faktor psikososial
7
2. Faktor neuroendokrin dapat mempengaruhi kejadian depresi, sehingga dapat dilakukan
deksametason supression test (DST) berupa sekresi berlebihan kortisol, kadar hormon
pertumbuhan menurun jika disuntik insulin-induced hypoglicemia, kadar tiroksin total lebih
rendah, peningkatan sekresi kortisol pada malam hari.
Diagnosis Banding 1,3
Gangguan depresif ringan ditandai oleh episode gejala depresif yang kurang parah
dibandingkan gejala pada gangguan depresif berat. Perbedaannya terletak pada sifat episodik,
yaitu pada pasien dengan gangguan depresif ringan memiliki mood yang eutimik, sedangkan
pasien gangguan distimik tidak memiliki periode eutimik.
1. Gangguan depresif ringan
Gangguan depresi ringan ditandai dengan episode gejala depresif yang lebih ringan
daripada gejala yang ditemukan pada depresif berat. Perbedaannya adalah sifat episodik
gejala gangguan depresif ringan. Antara episode, pasien gangguan depresif ringan memiliki
mood eutimik, sedangkan pasien gangguan distimik tidak memiliki gangguan periode
eutimik. Gangguan depresif singkat rekuren berbeda dengan pasien gangguan distimik pada
dua hal; pertama, mereka memiliki gangguan episodik, dan kedua, keparahan gejalanya
adalah lebih besar(1,3).
2. Gangguan depresif singkat berulang
Gangguan depresif singkat berulang ditandai dengan periode singkat (< 2 minggu)
timbulnya episode depresif. Pasien dengan gangguan ini memenuhi kriteria dignostik
gangguan depresif berat jika episodenya bertahan lebih lama. Perbedaannya: pasien gangguan
depresif singkat berulang memiliki gangguan episodik dan keparahan gejalanya lebih berat.
3. Depresi ganda
Sekitar 40% pasien dengan depresif berat juga memuhi kriteria gangguan distimik,
suatu kombinasi yang sering disebut depresi ganda.
4. Penyalahgunaan alkohol dan zat
Pasien dengan gangguan distimik cenderung membentuk metode koping untuk
kedaan depresi kronisnya. Sehingga mereka cenderung menggunakan alkohol atau
stimulan seperti kokain.
8
Penatalaksanaan
FARMAKOLOGI
Kombinasi farmakoterapi dan terapi kognitif maupun perilaku mungkin merupakan
pengobatan yang paling efektif untuk gangguan. Data menyatakan bahwa inhibitor
monoamine oksidase (MAOIs) mungkin lebih bermanfaat dibanding obat trisiklik.
Antidepresan dibutuhkan untuk mengatasi gangguan vegetatif yang sering dialami oleh
penderita distimik, seperti gangguan tidur, lelah, anhedonia dan rasa nyeri. Dari beberapa
pelaporan bahwa SSRIs, tricyclic anti depressant dan monoamine oksidase inhibitor sama
efektif, tetapi SSRIs yang dapat ditoleransi dengan baik.1 Penggunaan antidepresan harus
berhati-hati untuk pasein gangguan distimik dengan komorbiditas ganguan cemas, karena
dosis awal yang terlalu tinggi akan memberikan efek samping yang mempengaruhi kepatuhan
dalam minum obat.
Antidepresan golongan SSRI yang seringkali diberikan dalah Fluoxetin dengan dosis
awal 20mg (dewasa), 1x1 yang diberikan pagi hari. Dosis dapat ditingkatkan secara perlahan-
lahan dengan dosis maksimal 80mg. Dapat juga diberikan Sertraline dengan dosis awal 50mg
(dewasa) 1x1 pada pagi hari.4 Relatif baru diperkenalkannya inhibitor ambilan kembali
spesifik serotonin (SSRIs) yang ditoleransi dengan baik telah menyebabkan obat sering
digunakan oleh pasien dengan gangguan distimik; laporan pendahuluan menyatakan bahwa
SSRI mungkin merupakan obat terpilih untuk gangguan. Demikian juga laporan awal
menyatakan bahwa bupropion mungkin merupakan pengobatan yang efektif untuk pasien
dengan gangguan distimik. Simpatomimetik, seperti amfetamin, juga telah digunakan pada
pasien tertentu. Perawatan di rumah sakit biasanya tidak diindikasikan untuk gangguan
distimik. Tetapi, adanya gejala yang parah, inkapasitas sosial atau profesional yang nyata,
membutuhkan prosedur diagnostik yang luas, dan gagasan bunuh diri semuanya merupakan
indikasi untuk perawatan di rumah sakit.
NON-FARMAKOLOGI 1,3
Terapi kognitif
Suatu teknik mengajarkan pasien cara berpikir dan bersikap untuk menggantikan sikap
negatif yang salah mengenai diri mereka sendiri, dunia dan masa depan. Terapi ini
merupakan terapi program jangka pendek.
9
Terapi perilaku
Terapi perilaku sering digunakan untuk menerapi ketidakberdayaan yang dipelajari pada
sejumlah pasien yang tampaknya menghadapi setiap tantangan kehidupan dengan rasa
ketidakmampuan.
Terapi interpersonal
Berlangsung sekitar 12 – 16 minggu sesi dan dapat dikombinasi dengan obat antidepresan.
Terapi keluarga dan kelompok
Terapi keluarga dapat membantu pasien dan keluarga pasein untuk menghadapi gejala
gangguan.Terapi kelompok dapat membantu pasien yang menarik diri mempelajari cara baru
menghadapi masalah interpersonalnya di dalam situasi sosial.
Prognosis
Prognosis bervariasi. Prediksi kedepan tentang prognosis gangguan distimik dengan
adanya tatalaksana obat antidepresan yang baru seperti fluoxetine (Prozac), bupropion
(Wellbutrin) dan terapi kognitif dan perilaku akan memperlihatkan hasil yang baik. Sekitar
25% dari gangguan distimik tidak mencapai pemulihan lengkap.
Komplikasi 6
1. Percobaan untuk bunuh diri (attempt of suicide)
2. Penyalahgunaan zat
3. Penarikan diri terhadap lingkungan
4. Tidak dapat bekerja
10
BAB III
PENUTUP
Gangguan distimik adalah suatu gangguan kronis yang ditandai oleh adanya mood yang
depresi yang berlangsung hampir sepanjang hari dan ditemukan pada sebagian besar hari.
Gangguan distimik merupakan gangguan yang sering ditemukan di antara populasi umum,
yang mengenai 3-5% dari semua pasien klinik. Faktor – faktor yang dapat menyebabkan
antara lain faktor biologis dan faktor psikososial. Gejalanya serupa dengan gejala gangguan
depresif berat, dan adanya mood terdepresi ditandai oleh adanya perasaan muram, murung,
kesedihan, atau berkurangnya dan tidak ada minat pada aktivitas pasien biasanya- adalah
pusat dari gangguan. Gejala penyerta adalah perubahan nafsu makan dan pola tidur, harga
diri yang rendah, hilangnya energi, retardasi psikomotor, penurunan dorongan seksual, dan
preokupasi obsesif dengan masalah kesehatan. Pesimisme, putus asa, dan tidak berdaya dapat
menyebabkan pasien gangguan distimik terlihat sebagai masokistik. Antidepresan dibutuhkan
untuk mengatasi gangguan vegetatif yang sering dialami oleh penderita distimik, seperti
gangguan tidur, lelah, anhedonia dan rasa nyeri. Antidepresan golongan SSRI yang seringkali
diberikan dalah Fluoxetin. Dan untuk terapi non farmakologi kita dapat berikan terapi
kognitif, terapi perilaku, terapi interpersonal dan terapi keluarga dan kelompok. Prognosis
dapat bervariasi tergantung dengan pengobatan yang diberikan. Sekitar 25% dari gangguan
distimik tidak mencapai pemulihan lengkap.
11
DAFTAR PUSTAKA
1. Kaplan & Sadock's Synopsis of Psychiatry: Behavioral Sciences/Clinical Psychiatry, 10th
Edition; pg 562 : 2007 Lippincott Williams & Wilkins
2. Diagnostic And Statistical Manual Of Mental Disordes. 4th edition. Washington D.C;
American Psychiatric Associated, 1994 : 662 – 665.
3. Kaplan H.I, Sadock B.J. “ Comprehensive Textbook of Psychiatry, Eight edition..
USA.2005, 1559-1717.
4. Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa di Indonesia (PPDGJ-III),
Departemen Kesehatan R.I Direktorat Jenderal Pelayanan Medik : halaman 164
5. Stahl, S M. 2008, “Stahl’s Essential Psychopharmacology, third edition”, New York :
Cambridge University Press.
6. Puri.B.K, dkk. 2011, Buku Ajar Psikiatri, edisi ke-2. Hal : 180-181. EGC, Jakarta.
12