Referat Osteomielitis

37
BAB I PENDAHULUAN Osteomielitis adalah merupakan suatu bentuk proses inflamasi pada tulang dan struktur-struktur disekitarnya akibat infeksi dari kuman-kuman piogenik. Infeksi muskuloskeletal merupakan penyakit yang umum terjadi; dapat melibatkan seluruh struktur dari sistem muskuloskeletal dan dapat berkembang menjadi penyakit yang berbahaya bahkan membahayakan jiwa. Dalam dua puluh tahun terakhir ini telah banyak dikembangkan tentang bagaimana cara menatalaksana penyakit ini dengan tepat. Seringkali usaha ini berupa suatu tim yang terdiri dari ahli bedah ortopedi, ahli bedah plastik, ahli penyakit infeksi, ahli penyakit dalam, ahli nutrisi, dan ahli fisioterapi yang berkolaborasi untuk menghasilkan perawatan multidisiplin yang optimal bagi penderita. Infeksi dalam suatu sistem muskuloskeletal dapat berkembang melalui dua cara, baik melalui peredaran darah maupun akibat kontak dengan lingkungan luar tubuh. Referat ini berusaha merangkum

description

referat osteomielitis

Transcript of Referat Osteomielitis

Page 1: Referat Osteomielitis

BAB I

PENDAHULUAN

Osteomielitis adalah merupakan suatu bentuk proses inflamasi pada tulang dan

struktur-struktur disekitarnya akibat infeksi dari kuman-kuman piogenik. Infeksi

muskuloskeletal merupakan penyakit yang umum terjadi; dapat melibatkan seluruh struktur

dari sistem muskuloskeletal dan dapat berkembang menjadi penyakit yang berbahaya bahkan

membahayakan jiwa. Dalam dua puluh tahun terakhir ini telah banyak dikembangkan tentang

bagaimana cara menatalaksana penyakit ini dengan tepat. Seringkali usaha ini berupa suatu

tim yang terdiri dari ahli bedah ortopedi, ahli bedah plastik, ahli penyakit infeksi, ahli

penyakit dalam, ahli nutrisi, dan ahli fisioterapi yang berkolaborasi untuk menghasilkan

perawatan multidisiplin yang optimal bagi penderita. Infeksi dalam suatu sistem

muskuloskeletal dapat berkembang melalui dua cara, baik melalui peredaran darah maupun

akibat kontak dengan lingkungan luar tubuh. Referat ini berusaha merangkum mengenai

patogenesis, diagnosis, dan tatalaksana dari infeksi muskuloskeletal tersebut.

Page 2: Referat Osteomielitis

Anatomi Fisiologi Tulang

Tulang adalah suatu jaringan yang berubah secara aktif dan terus menerus mengalami

perubahan bentuk sementara menyesuaikan kembali kandungan mineral dan matriksnya

menurut stres mekanis yang dialaminya. Tulang membentuk rangka penunjang dan pelindung

bagi tubuh dan tempat untuk melekatnya otot-otot yang menggerakkan kerangka tubuh.

Tulang juga merupakan tempat primer untuk menyimpan dan mengatur kalsium dan fosfat.

Komponen-komponen nonselular utama dari jaringan tulang adalah mineral-mineral

dan matriks organik (kolagen dan proteoglikan). Kalsium dan fosfat membentuk suatu garam

kristal (hidroksiapatit), yang tertimbun pada matriks kolagen dan proteoglikan. Mineral-

mineral ini memampatkan kekuatan tulang. Matriks organik tulang disebut juga sebagai suatu

osteoid. Sekitar 70% dari osteoid adalah kolagen tipe I yang kaku dan memberikan daya

rentang tinggi pada tulang. Materi organik lain yang menyusun tulang berupa proteoglikan

seperti asam hialuronat. Jaringan tulang dapat berbentuk anyaman atau lamelar. Tulang yang

berbentuk anyaman terlihat saat pertumbuhan cepat, seperti sewaktu perkembangan janin

atau sesudah terjadinya patah tulang, selanjutnya keadaan ini akan diganti oleh tulang yang

lebih dewaa yang berbentuk lamelar.

Diafisis atau batang adalah bagian tengah tulang yang berbentuk silinder. Bagian ini

tersusun dari tulang kortikal yang memiliki kekuatan yang besar, dilapisi oleh selapis

periosteum. Metafisis adalah bagian tulang yang melebar didekat ujung akhir batang. Daerah

ini terutama tersusun oleh tulang trabekular atau tulang spongiosa yang mengandung sel

hematopoetik. Sumsum merah terdapat dibagian epifisis dan diafisis tulang. Pada dewasa

aktivitas hematopoetik menjadi terbatas hanya pada sternum dan krista iliaka. Metafisis juga

menompang sendi dan menyediakan daerah yang cukup luas untuk perlekatan tendon dan

ligamen pada epifisis. Lempeng epifisis adalah daerah pertumbuhan longitudinal pada anak-

anak, dan bagian ini akan menghilang pada tulang dewasa. Bagian epifisis langsung

berbatasan dengan sendi tulang panjang yang bersatu dengan metafisis sehingga pertumbuhan

memanjang tulang terhenti. Seluruh tulang diliputi oleh lapisan fibrosa yang disebut

periosteum yang mengandung sel-sel yang dapat berproliferasi dan berperan dalam proses

pertumbuhan transversal tulang panjang. Kebanyakan tulang panjang mempunyai arteria

nutrisi khusus. Lokasi dan keutuhan dari arteri-arteri inilah yang menentukan berhasil atau

tidaknya proses penyembuhan suatu tulang yang patah. Lapisan sel paling atas yang letaknya

dekat dengan epifisis disebut daerah sel istirahat. Lapisan berikutnya adalah zona proliferasi,

pada zona ini terjadi pembelahan aktif sel dan disinilah mulainya pertumbuhan tulang

Page 3: Referat Osteomielitis

panjang. Sel-sel yang aktif ini didoroh kearah batang tulang kedalam daerah hipertrofi,

tempat sel-sel ini membengkak, menjadi lemah dan secara metabolik menjadi tidak aktif.

Tulang adalah suatu jaringan dinamis yang tersusun dari tiga jenis sel : osteoblas,

osteosit dan osteoklas. Osteoblas membangun tulang dengan membentuk kolagen tipe I dan

proteoglikan sebagai matriks tulang atau jaringan osteoid melalui suatu proses yang disebut

osifikasi. Ketika sedang aktif menghasilkan jaringan osteoid, osteoblas dan mensekresikan

sejumlah besar fosfatase alkali, yang memegang perawan penting dalam mengendapkan

kalsium dan fosfat kedalam matriks tulang. Sebagian dari fosfat alkali akan memasuki aliran

darah dengan demikian kadar fosfatase alkali didalam darah dapat menjadi indikator yang

baik tentang tingkat pembentukan tulang setelah mengalami patah tulang atau pada kasus

metastasis kanker ke tulang.osteosit adalah sel-sel tulang dewasa yang bertindak sebagai

suatu lintasan untuk pertukaran kimiawi melalui tulang yang padat. Osteoklas adalah sel-sel

besar berinti banyak yang memungkinkan mineral dan matriks tulang dapat diabsorpsi.

Osteoklas mengikis tulang, sel-sel ini menghasilkan enzim proteolitik yang memecahkan

matris dan beberapa asam yang melarutkan mineral tulang sehingga kalsium dan fosfat

terlepas kedalam aliran darah. Metabolisme tulang diatur oleh beberapa hormon. Suatu

peningkatan kadar hormon paratiroid (pth) mempunyai efek langsung dan segera pada

mineral tulang menyebabkan kalsium dan fosfat diabsorbsi dan bergerak memasuki serum.

Peningkatan PTH secara perlahan-lahan menyebabkan peningkatan jumlah dan aktivitas

osteoklas sehingga terjadi demineralisasi. Vitamin D mempengaruhi deposisi dan absorbsi

tulang. Vitamin D dalam jumlah besar dapat menyebabkan absorbsi tulang seperti dapat

menyebabkan absorbsi tulang (kadar PTH). Vitamin D dalam jumlah yang sedikit

membentuk kalsifikasi tulang, antara lain dengan meningkatkan absorbsi kalsium dan fosfat

oleh usus halus.

Page 4: Referat Osteomielitis
Page 5: Referat Osteomielitis

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi

Ostemomielitis adalah suatu proses inflamasi akut maupun kronik pada tulang dan

struktur disekitarnya yang disebabkan oleh organisme pyogenik (Randall, 2011). Dalam

kepustakaan lain dinyatakan bahwa osteomielitis adalah radang tulang yang disebabkan oleh

organism piogenik, walaupun berbagai agen infeksi lain juga dapat menyebabkannya. Ini

dapat tetap terlokalisasi atau dapat tersebar melalui tulang, melibatkan sumsum, korteks,

jaringan kanselosa dan periosteum. (Dorland, 2002).

2.2 Etiologi

Biasanya mikroorganisme dapat menginfeksi tulang melalui tiga cara yaitu melalui

pembuluh darah, langsung melalui area lokal infeksi (seperti selulitis) atau melalui trauma,

termasuk iatrogenik seperti dislokasi sendi atau fiksasi internal.

Pada balita, infeksi dapat menyebar ke sendi dan menyebabkan arthritis. Pada anak-

anak yang biasanya terinfeksi adalah tulang panjang. Abses subperiosteal dapat terbentuk

karena periosteum melekat longgar di permukaan tulang, sedangkan pada orang dewasa

tulang yang paling sering terinfeksi adalah tulang belakang dan tulang panggul.

Tibia bagian distal, femur bagian distal, humerus, radius dan ulna bagian proksimal

dan distal, vertebra, maksila, dan mandibula merupakan tulang yang paling beresiko untuk

terkena osteomielitis karena merupakan tulang yang banyak vaskularisasinya. Bagaimanapun,

abses pada tulang dapat dipicu oleh trauma di daerah infeksi. Infeksi dapat disebabkan oleh

Staphylococcus aureus, yang merupakan flora normal yang dapat ditemukan di kulit dan

mukosa membran.

Umur Organisme

Neonatus (lebih kecil dari 4 bulan) S. aureus, Enterobacter species, and group A

and B Streptococcus species

Anak-anak (4 bulan – 4 tahun) S. aureus, group A Streptococcus species,

Haemophilus influenzae, and Enterobacter

Page 6: Referat Osteomielitis

species

Anak-anak, remaja ( 4 tahun- dewasa) S. aureus (80%), group A Streptococcus

species, H. influenzae, and Enterobacter

species

Orang dewasa S. aureus and occasionally Enterobacter or

Streptococcus species

Selain bakteri, jamur dan virus juga dapat menginfeksi langsung melalui fraktur

terbuka, operasi tulang atau terkena benda yang terkontaminasi. Osteomielitis kadang dapat

merupakan komplikasi sekunder dari tuberkulosis paru. Pada keadaan ini, bakteri biasa

menyebar ke tulang melalui sistem sirkulasi, pertama yang terinfeksi adalah sinovium (karena

kadar oksigen yang tinggi) sebelum menginfeksi tulang. Pada osteomielitis tuberkulosis,

tulang panjang dan tulang belakang merupakan satu-satunya tulang yang terinfeksi.

Osteomielitis dapat juga disebabkan potongan besi yang mengenai tulang pada saat

pembedahan untuk memperbaiki fraktur. Spora bakteri dan jamur dapat juga mengenai sendi

tulang yang terlibat. Osteomielitis juga dapat terjadi akibat penyebaran infeksi jaringan lunak.

Infeksi tersebut meyebar ke tulang dalam beberapa hari sampai beberapa minggu. Tipe

penyebaran ini biasa terjadi pada orang yang lebih tua. Infeksi dapat dimulai dari kerusakan

akibat trauma, terapi radiasi, kanker, atau pada kulit yang luka yang disebabkan sedikitnya

sedikit sirkulasi darah pada tulang atau pada penyakit diabetes. Infeksi sinus, gusi atau gigi

dapat meyebar ke tulang-tulang kepala. Penyebab osteomielitis biasanya adalah

Staphylococcus aureus, bakteri gram positif seperti Streptococcus pyogenes atau S.

Pneumoniae. Pada anak dibawah 4 tahun bakteri gram negatif Haemophilus influenzae

(insiden bervariasi dari 5-50%). Bakteri gram negatif lainnya : Escherichia coli,

Pseudomonas aeruginosa, Proteus mirabilis dan Bacteroides fragilis anaerobik biasanya

menyebabkan infeksi tulang akut.

Penyebab osteomielitis pada anak-anak adalah kuman Staphylococcus aureus (89-

90%), Streptococcus (4-7%), Haemophilus influenza (2-4%), Salmonella typhii dan

Eschericia coli (1-2%). Pada anak infeksi melalui aliran darah berasal dari abrasi kecil pada

kulit, bisul, infeksi pada gigi atau pada saat lahir dari infeksi tali pusat. Pada dewasa sumber

infeksi berasal dari kateter ureter, jarum dan semprit arteri yang tidak pada tempatnya atau

kotor.

Page 7: Referat Osteomielitis

Organisme lain ditemukan pada pecandu heroin dan kelainan oportunistik pada pasien

dengan mekanisme immune defence compromised . Pasien dengan sickle-cell disease mudah

terinfeksi Salmonella.

2.3 Epidemiologi

Prevalensi keseluruhan adalah 1 kasus per 5.000 anak. Prevalensi neonates adalah sekitar 1

kasus per 1.000 kejadian. Sedangkan kejadian pada pasien dengan anemia sel sabit adalah

sekitar 0,36%. Prevalensi osteomielitis setelah trauma pada kaki sekitar 16% (30-40% pada

pasien dengan DM). insidensi osteomielitis vertebral adalah sekitar 2,4 kasus per 100.000

penduduk. Osteomielitis hematogen akut banyak ditemukan pada anak-anak, anak laki-laki

lebih sering terkena dibanding perempuan (3:1). Tulang yang sering terkena adalah tulang

panjang dan tersering adalah femur, tibia, humerus, radius, ulna, fibula. Pada dewasa infeksi

hematogen biasanya paling banyak pada tulang vertebra dibandingkan tulang panjang.

Orang dewasa terkena karena menurunnya pertahanan tubuh karena kelemahan, penyakit

ataupun obat-obatan. Diabetes juga berhubungan dengan osteomielitis, imunosupresi

sementara baik yang didapat ataupun di induksi meningkatkan faktor predisposisi, trauma

menentukan tempat infeksi, kemungkinan disebabkan oleh hematom kecil atau terkumpulnya

cairan di tulang. Morbiditas dapat signifikan dan dapat termasuk penyebaran infeksi lokal ke

jaringan lunak yang terkait atau sendi; berevolusi menjadi infeksi kronis, dengan rasa nyeri

dan kecacatan; amputasi ekstremitas yang terlibat; infeksi umum; atau sepsis. Sebanyak10-

15% pasien dengan osteomielitis vertebral mengembangkan temuan neurologis atau kompresi

corda spinalis. Sebanyak 30% dari pasien anak dengan osteomielitis tulang panjang dapat

berkembang menjadi trombosis vena dalam (DVT). Perkembangan DVT juga dapat menjadi

penanda adanya penyebarluasan infeksi. (Randall, 2011).

Komplikasi vaskular tampaknya lebih umum dijumpai dengan Staphylococcus Aureus yang

resiten terhadap methacilin yang didapat dari komunitas (Community-Acquired Methicillin-

Resistant Staphylococcus Aureus / CA-MRSA) dari yang sebelumnya diakui.

1. Mortalitas

Tingkat mortalitas rendah, kecuali yang berhubungan dengan sepsis atau keberadaan kondisi

medis berat yang mendasari.

Page 8: Referat Osteomielitis

Ras

Tidak ada peningkatan kejadian osteomielitis dicatat berdasarkan ras.

Jenis kelamin

Pria memiliki resiko relatif lebih tinggi, yang meningkatkan melalui masa kanak-kanak,

memuncak pada masa remaja dan jatuh ke rasio rendah pada orang dewasa.

Usia

Secara umum, osteomielitis memiliki distribusi usia bimodal. Osteomielitis akut

hematogenous merupakan suatu penyakit primer pada anak. Trauma langsung dan fokus

osteomielitis berdekatan lebih sering terjadi pada orang dewasa dan remaja dari pada anak.

Osteomielitis vertebral lebih sering pada orang tua dari 45 tahun. (Randall, 2011).

2.4 Patofisiologi

Infeksi dalam sistem muskuloskeletal dapat berkembang melalui beberapa cara. Kuman dapat

masuk ke dalam tubuh melalui luka penetrasi langsung, melalui penyebaran hematogen dari

situs infeksi didekatnya ataupun dari struktur lain yang jauh, atau selama pembedahan

dimana jaringan tubuh terpapar dengan lingkungan sekitarnya.

Osteomielitis hematogen adalah penyakit masa kanak-kanak yang biasanya timbul

antara usia 5 dan 15 tahun.Ujung metafisis tulang panjang merupakan tempat predileksi

untuk osteomielitis hematogen. Diperkirakan bahwa end-artery dari pembuluh darah yang

menutrisinya bermuara pada vena-vena sinusoidal yang berukuran jauh lebih besar, sehingga

menyebabkan terjadinya aliran darah yang lambat dan berturbulensi pada tempat ini. Kondisi

ini mempredisposisikan bakteri untuk bermigrasi melalu celah pada endotel dan melekat pada

matriks tulang. Selain itu, rendahnya tekanan oksigen pada daerah ini juga akan menurunkan

aktivitas fagositik dari sel darah putih. Dengan maturasi, ada osifikasi total lempeng fiseal

dan ciri aliran darah yang lamban tidak ada lagi. Sehingga osteomielitis hematogen pada

orang dewasa merupakn suatu kejadian yang jarang terjadi.

Infeksi hematogen ini akan menyebabkan terjadinya trombosis pembuluh darah lokal

yang pada akhirnya menciptakan suatu area nekrosis avaskular yang kemudian berkembang

menjadi abses. Akumulasi pus dan peningkatan tekanan lokal akan menyebarkan pus hingga

ke korteks melalui sistem Havers dan kanal Volkmann hingga terkumpul dibawah periosteum

Page 9: Referat Osteomielitis

menimbulkan rasa nyeri lokalisata di atas daerah infeksi. Abses subperiosteal kemudian akan

menstimulasi pembentukan involukrum periosteal (fase kronis). Apabila pus keluar dari

korteks, pus tersebut akan dapat menembus soft tissues disekitarnya hingga ke permukaan

kulit, membentuk suatu sinus drainase.

Faktor-faktor sistemik yang dapat mempengaruhi perjalanan klinis osteomielitis

termasuk diabetes mellitus, immunosupresan, penyakit imundefisiensi, malnutrisi, gangguan

fungsi hati dan ginjal, hipoksia kronik, dan usia tua. Sedangkan faktor-faktor lokal adalah

penyakit vaskular perifer, penyakit stasis vena, limfedema kronik, arteritis, neuropati, dan

penggunaan rokok.

Kuman bisa masuk tulang dengan berbagai cara, termasuk beberapa cara dibawah ini :

Melalui aliran darah.

Kuman di bagian lain dari tubuh misalnya, dari pneumonia atau infeksi saluran kemih dapat

masuk melalui aliran darah ke tempat yang melemah di tulang. Pada anak-anak, osteomielitis

paling umum terjadi di daerah yang lebih lembut, yang disebut lempeng pertumbuhan,di

kedua ujung tulang panjang pada lengan dan kaki.

Dari infeksi di dekatnya.

Luka tusukan yang parah dapat membawa kuman jauh di dalam tubuh. Jika luka terinfeksi,

kuman dapat menyebar ke tulang di dekatnya.

Kontaminasi langsung

Hal ini dapat terjadi jika terjadi fraktur sehingga terjadi kontak langsung tulang yang fraktur

dengan dunia luar sehingga dapat terjadi kontaminasi langsung. Selain itu juga dapat terjadi

selama operasi untuk mengganti sendi atau memperbaiki fraktur. (anonym, 2011).

Beberapa penyebab utama infeksi, seperti s.aureus, menempel pada tulang dengan

mengekspresikan reseptor (adhesins) untuk komponen tulang matriks (fibronektin, laminin,

kolagen, dan sialoglycoprotein tulang); Ekspresi kolagen- binding adhesin memungkinkan

pelekatan patogen pada tulang rawan. Fibronektin-binding adhesin dari S. Aureus berperan

dalam penempelan bakteri untuk perangkat operasi yang akan dimasukan dalam tulang, baru-

baru ini telah dijelaskan

Page 10: Referat Osteomielitis

S. Aureus yang telah dimasukan ke dalam kultur osteoblas dapat bertahan hidup secara

intraseluler. Bakteri yang dapat bertahan hidup secara intraseluler (kadang-kadang merubah

diri dalam hal metabolisme, di mana mereka muncul sebagai apa yang disebut varian koloni

kecil) dapat menunjukan adanya infeksi tulang persisten. Ketika mikroorganisme melekat

pada tulang pertama kali, mereka akan mengekspresikan fenotip yang resiten terhadap

pengobatan antimikroba, dimana hal ini mungkin dapat menjelaskan tingginya angka

kegagalan dari terapi jangka pendek.

Remodeling ulang yang normal membutuhkan interaksi koordinasi yang baik antara osteoblas

dan osteoklas. Sitokin (seperti IL-1, IL-6, IL-15, IL 11dan TNF) yang dihasilkan secara lokal

oleh sel inflamasi dan sel tulang merupakan factor osteolitik yang kuat. Peran dari faktor

pertumbuhan tulang pada remodeling tulang normal dan fungsinya sebagai terapi masih

belum jelas. Selama terjadi infeksi, fagosit mencoba menyerang sel yang mengandung

mikroorganisme dan, dalam proses pembentukan radikal oksigen toksik dan melepaskan

enzim proteolitik yang melisiskan jaringan sekitarnya. Beberapa komponen bakteri secara

langsung atau tidak langsung digunakan sebagai factor-faktor yang memodulasi tulang (bone

modulating factors).

Kehadiran metabolit asam arakidonat, seperti prostaglandin E, yang merupakan agonis

osteoklas kuat dihasilkan sebagai respon terhadap patah tulang, menurunkan jumlah dari

inokulasi bakterial yang dibutuhkan untuk menghasilkan infeksi. (Daniel,1997).

Nanah menyebar ke dalam pembuluh darah, meningkatkan tekanan intraosseus dan

mengganggu aliran darah. Nekrosis iskemik tulang pada hasil pemisahan fragmen yang

mengalami devaskularisasi, disebut sequestra. Mikroorganisme, infiltrasi neutrofil, dan

congesti atau thrombosis pembuluh darah merupakan temuan histologis utama dalam

osteomielitis akut. Salah satu penampakan yang membedakan dari osteomielitis kronis adalah

tulang yang mengalami nekrotik, yang dapat diketahui dengan tidak adanya osteosit yang

hidup.

Page 11: Referat Osteomielitis

2.5 Manifestasi Klinis

Osteomielitis hematogeneus biasanya memiliki progresivitas gejala yang lambat.osteomielitis

langsung (direct osteomyelitis) umumnya lebih terlokalisasi dengan tanda dan gejala yang

menonjol. Gejala umum dari osteomielitis meliputi :

2.5.1 Osteomielitis hematogenus tulang panjang

Demam yang memiliki onset tiba-tiba tinggi (demam hanya terdapat dalam 50% dari

osteomielitis pada neonates)

Kelelahan

Rasa tidak nyaman

Irritabilitas

Keterbatasan gerak (pseudoparalisis anggota badan pada neonates)

Edema lokal, eritema dan nyeri.

Page 12: Referat Osteomielitis

2.5.2 Osteomielitis hematogenus vertebral

Ø Onset cepat

Ø Adanya riwayat episode bakterimia akut

Ø Diduga berhubungan dengan insufisiensi pembuluh darah disampingnya

Ø Edema lokal, eritema dan nyeri

Ø Kegagalan pada anak-anak untuk berdiri secara normal.

2.5.3 Osteomielitis kronik

Ulkus yang tidak sembuh

Drainase saluran sinus

Kelelahan kronik

Rasa tidak nyaman

Drainase saluran sinus (biasanya ditamukan pada stadium lanjut atau jika terjadi infeksi

kronis).

Berdasarkan lama infeksi, osteomielitis terbagi menjadi 3, yaitu:

Osteomielitis akut, yaitu osteomielitis yang terjadi dalam 2 minggu sejak infeksi pertama atau

sejak penyakit pendahulu timbul. Osteomielitis akut ini biasanya terjadi pada anak-anak

daripada orang dewasa dan biasanya terjadi sebagai komplikasi dari infeksi di dalam

darah (osteomielitis hematogen)

Osteomielitis akut terbagi lagi menjadi 2, yaitu:

- Osteomielitis hematogen, merupakan infeksi yang penyebarannya berasal

dari darah. Osteomielitis hematogen akut biasanya disebabkan oleh

penyebaran bakteri darah dari daerah yang jauh. Kondisi ini biasanya terjadi

pada anak-anak. Lokasi yang sering terinfeksi biasa merupakan daerah yang

tumbuh dengan cepat dan metafisis yang bervaskular banyak. Aliran darah

yang lambat pada daerah distal metafisis menyebabkan thrombosis dan

nekrosis local serta pertumbuhan bakteri pada tulang itu sendiri. Osteomielitis

hematogen akut mempunyai perkembangan klinis dan onset yang lambat.

- Osteomielitis direk, disebabkan oleh kontak langsung dengan jaringan atau

bakteri akibat trauma atau pembedahan. Osteomielitis direk adalah infeksi

tulang sekunder akibat inokulasi bakteri yang disebabkan oleh trauma, yang

Page 13: Referat Osteomielitis

menyebar dari fokus infeksi atau sepsis setelah prosedur pembedahan.

Manifestasi klinis dari osteomielitis direk lebih terlokalisasi dan melibatkan

banyak jenis organisme.

- Osteomielitis sub-akut, yaitu osteomielitis yang terjadi dalam 1-2 bulan sejak

infeksi pertama atau sejak penyakit pendahulu timbul.

- Osteomielitis kronis, yaitu osteomielitis yang terjadi dalam 2 bulan atau lebih

sejak infeksi pertama atau sejak penyakit pendahulu timbul.

Osteomielitis sub-akut dan kronis biasanya terjadi pada orang dewasa dan biasanya terjadi

karena ada luka atau trauma (osteomielitis kontangiosa), misalnya osteomielitis yang terjadi

pada tulang yang fraktur. Berikut merupakan beberapa pembagian osteomielitis yang lain :

1. Osteomielitis pada vertebra

Kelainan ini lebih sulit untuk didiagnosis. Biasanya ada demam, rasa sakit pada tulang

dan spasme otot. Proses ini lebih sering mengenai korpus vertebra dan dapat timbul

sebagai komplikasi infeksi saluran kencing dan operasi panggul.

Pada stadium awal tanda tanda destruksi tulang yang menonjol, selanjutnya terjadi

pembentukan tulang baru yang terlihat sebagai skelerosis. Lesi dapat bermula dibagian

sentral atau tepi korpus vertebra .

Pada lesi yang bermula ditepi korpus vertebra, diskus cepat mengalami destruksi dan

sela diskus akan menyempit. Dapat timbul abses para vertebral yang terlihat sebagai

bayangan berdensitas jaringan lunak sekitar lesi. Di daerah torakal, abses ini lebih mudah

dilihat karena terdapat kontras paru. Daerah Lumbal lebih sukar untuk dilihat, tanda yang

penting adalah bayangan psoas menjadi kabur.

Untuk membedakan penyakit ini dengan spondilitis tuberkulosa sukar, biasanya pada

osteomielitis akan terlihat sklerosis, destruksi diskus kurang dan sering timbul penulangan

antara vertebra yang terkena proses dengan vertebra di dekatnya (bony bridging).

2. Osteomielitis pada tulang lain

Tengkorak

Biasanya osteomielitis pada tulang tengkorak terjadi sebagai akibat perluasan infeksi di kulit

kepala atau sinusitis frontalis. Proses detruksi bias setempat atau difuse. Reaksi periosteal

biasanya tidak ada atau sedikit sekali.

Mandibula

Page 14: Referat Osteomielitis

Biasanya terjadi akibat komplikasi fraktur atau abses gigi.

Pelvis

Osteomielitis pada tulang pelvis paling sering terjadi pada bagian sayap tulang ilium dan

dapat meluas ke sendi sakroiliaka. Pada foto terlihat gambaran destruksi tulang yang luas,

bentuk tidak teratur, biasanya dengan skwester yang multiple. Sering terlihat sklerosis pada

tepi lesi. Secara klinis sering disertai abses dan fistula.

Bedanya dengan tuberculosis, ialah destruksi berlangsung lebih cepat dan pada tuberculosis

abses sering mengalami kalsifikasi. Dalam diagnosis differential perlu dipikirkan

kemungkinan keganasan.

3. Tipe khusus osteomielitis

Abses Brodie

Abses ini bersifat kronis, biasanya ditemukan dalam spondilosa tulang dekat ujung tulang.

Bentuk abses biasanya bulat atau lonjong dengan pinggiran sklerotik, kadang-kadang terlihat

skwester. Abses tetap terlokalisasi dan kavitas dapat secara bertahap terisi jaringan granulasi.

Osteomielitis sklerosing Garre

Pada kelainan ini yang menonjol adalah sklerosis tulang dengan tanda-tanda destruksi yang

tidak nyata. Bersifat kronis, dan biasanya hany satu tulang yang terkena dengan pelebaran

tulang yang bersifat fusiform. Diagnosis differential yang penting adalah osteoid osteoma.

4. Osteomielitis pada neonatus dan bayi

Osteomielitis pada neonatus dan bayi sering kali hanya dengan gejala klinis yang

ringan, dapat mengenai satu atau banyak tulang dan mudah meluas ke sendi di dekatnya.

Biasanya lebih sering terjadi pada bayi dengan resiko tinggi seperti prematur, berat badan

kurang. Tindakan-tindakan seperti resusitasi, vena seksi, kateterisasi dan infuse secara

potensial dapat merupakan penyebab Infeksi. Kuman penyebab tersering adalah

Streptococcus.

Osteomielitis pada bayi biasanya disertai destruksi yang luas dari tulang, tulang

rawan dan jaringan lunak sekitarnya. Pada neonatus ada hubungan antara pembuluh darah

Page 15: Referat Osteomielitis

epifisis dengan pembuluh darah metafisis, yang disebut pembuluh darah transfiseal,

Hubungan ini menyebabkan mudahnya infeksi meluas dari metafisis ke epifisis dan sendi.

Kadang-kadang osteomielitis pada bayi juga dapat mengenai tulang lain seperti maksila,

vertebra, tengkorak, iga dan pelvis. Tanda paling dini yang dapat ditemukan pada foto

rontgen ialah pembengkakan jaringan lunak dekat tulang yang terlihat kira-kira 3 hari

setelah infeksi. Demineralisasi tulang terlihat kira-kira 7 hari setelah infeksi dan

disebabkan hyperemia dan destruksi trabekula. Destruksi korteks dan sebagai akibatnya

pembentukan tulang sub-periosteal terlihat pada kira-kira 2 minggu setelah infeksi.

2.6 Faktor predisposisi

1. Diabetes mellitus

2. Penyakit sickle cell disease

3. Acquired immune deficiency syndrome (AIDS)

4. IV drug abuse

5. Alcoholism

6. Penggunaan steroid jangka panjang

7. Immunosupresi

8. Penyakit sendi kronis

9. Penggunaan alat-alat bantu ortopedik.

2.7 Diagnosis

Untuk menegakkan diagnosis osteomielitis dapat ditentukan melalui pemeriksaan fisik dan

pemeriksaan penunjang.

Pada pemeriksaan fisik didapatkan :

Demam (terdapat pada 50% dari neonates)

Page 16: Referat Osteomielitis

Edema

Teraba hangat

Fluktuasi

Penurunan dalam penggunaan ekstremitas (misalnya ketidakmampuan dalam berjalan

jika tungkai bawah yang terlibat atau terdapat pseudoparalisis anggota badan pada

neonatus).

Kegagalan pada anak-anak untuk berdiri secara normal.

Pemeriksaan Laboratorium

- Pemeriksaan darah lengkap

Jumlah leukosit mungkin tinggi, tetapi sering normal. Adanya pergeseran ke kiri biasanya

disertai dengan peningkatan jumlah leukosit polimorfonuklear. Tingkat C-reaktif protein

biasanya tinggi dan nonspesifik; penelitian ini mungkin lebih berguna daripada laju endapan

darah (LED) karena menunjukan adanya peningkatan LED pada permulaan. LED biasanya

meningkat (90%), namun, temuan ini secara klinis tidak spesifik. CRP dan LED memiliki

peran terbatas dalam menentukan osteomielitis kronis seringkali didapatkan hasil yang

normal.

- Kultur

Kultur dari luka superficial atau saluran sinus sering tidak berkorelasi dengan bakteri yang

menyebabkan osteomielitis dan memiliki penggunaan yang terbatas. Darah hasil kultur,

positif pada sekitar 50% pasien dengan osteomielitis hematogen. Bagaimanapun, kultur darah

positif mungkin menghalangi kebutuhan untuk prosedur invasif lebih lanjut untuk

mengisolasi organisme. Kultur tulang dari biopsi atau aspirasi memiliki hasil diagnostik

sekitar 77% pada semua studi.

Pemeriksaan Radiologi

a. Foto polos

Page 17: Referat Osteomielitis

Pada osteomielitis awal, tidak ditemukan kelainan pada pemerikSosaan radiograf.

Setelah 7-10 hari, dapat ditemukan adanya area osteopeni, yang mengawali destruksi

cancellous bone. Seiring berkembangnya infeksi, reaksi periosteal akan tampak, dan

area destruksi pada korteks tulang tampak lebih jelas. Osteomielitis kronik

diidentifikasi dengan adanya detruksi tulang yang masif dan adanya involukrum, yang

membungkus fokus sklerotik dari tulang yang nekrotik yaitu sequestrum.

Infeksi jaringan lunak biasanya tidak dapat dilihat pada radiograf kecuali apabila

terdapat oedem. Pengecualian lainnya adalah apabila terdapat infeksi yang

menghasilkan udara yang menyebabkan terjadinya ‘gas gangrene’. Udara pada

jaringan lumak ini dapat dilihat sebagai area radiolusen, analog dengan udara usus

pada foto abdomen.

Page 18: Referat Osteomielitis

b. Ultrasound

Berguna untuk mengidentifikasi efusi sendi dan menguntungkan untuk mengevaluasi

pasien pediatrik dengan suspek infeksi sendi panggul. Teknik sederhana dan murah

telah menjanjikan, terutama pada anak dengan osteomielitis akut. Ultrasonografi

dapat menunjukkan perubahan sejak 1-2 hari setelah timbulnya gejala. Kelainan

termasuk abses jaringan lunak atau kumpulan cairan dan elevasi periosteal.

Ultrasonografi memungkinkan untuk petunjuk ultrasound aspirasi. Tidak

memungkinkan untuk evaluasi korteks tulang.

c. Radionuklir

Jarang dipakai untuk mendeteksi osteomielitis akut. Pencitraan ini sangat sensitif

namun tidak spesifik untuk mendeteksi infeksi tulang. Umumnya, infeksi tidak bisa

dibedakan dari neoplasma, infark, trauma, gout, stress fracture, infeksi jaringan lunak,

dan artritis. Namun, radionuklir dapat membantu untuk mendeteksi adanya proses

infeksi sebelum dilakukan prosedur invasif dilakukan.

Page 19: Referat Osteomielitis

d. CT Scan

CT scan dengan potongan koronal dan sagital berguna untuk menidentifikasi

sequestra pada osteomielitis kronik. Sequestra akan tampak lebih radiodense

dibanding involukrum disekelilingnya.

e. MRI

MRI efektif dalam deteksi dini dan lokalisasi operasi osteomyelitis.

Penelitian telah menunjukkan keunggulannya dibandingkan dengan radiografi polos,

CT, dan scanning radionuklida dan dianggap sebagai pencitraan pilihan. Sensitivitas

berkisar antara 90-100%. Tomografi emisi positron (PET) scanning memiliki akurasi

yang mirip dengan MRI.

f. Radionuklida scanning tulang

Tiga fase scan tulang, scan gallium dan scan sel darah putih menjadi pertimbangan

pada pasien yang tidak mampu melakukan pencitraan MRI. Sebuah fase tiga scan

tulang memiliki sensitivitas yang tinggi dan spesifisitas pada orang dewasa dengan

temuan normal pada radiograf. Spesifisitas secara dramatis menurun dalam

pengaturan operasi sebelumnya atau trauma tulang. Dalam keadaan khusus, informasi

tambahan dapat diperoleh dari pemindaian lebih lanjut dengan leukosit berlabel

dengan 67 gallium dan / atau indium 111.

2.8 Penatalaksanaan

Osteomielitis akut harus diobati segera. Biakan darah diambil dan pemberian antibiotika

intravena dimulai tanpa menunggu hasil biakan. Karena Staphylococcus merupakan kuman

penyebab tersering, maka antibiotika yang dipilih harus memiliki spektrum antistafilokokus.

Jika biakan darah negatif, maka diperlukan aspirasi subperiosteum atau aspirasi intramedula

pada tulang yang terlibat. Pasien diharuskan untuk tirah baring, keseimbangan cairan dan

elektrolit dipertahankan, diberikan antipiretik bila demam, dan ekstremitas diimobilisasi

Page 20: Referat Osteomielitis

dengan gips. Perbaikan klinis biasanya terlihat dalam 24 jam setelah pemberian antibiotika.

Jika tidak ditemukan perbaikan, maka diperlukan intervensi bedah. (Skinner,2003)

Terapi antibiotik biasanya diteruskan hingga 6 minggu pada pasien dengan osteomielitis.

LED dan CRP sebaiknya diperiksa secara serial setiap minggu untuk memantau keberhasilan

terapi. Pasien dengan peningkatan LED dan CRP yang persisten pada masa akhir pemberian

antibiotik yang direncanakan mungkin memiliki infeksi yang tidak dapat ditatalaksana secara

komplit. C-Reactive Protein (CRP) Adalah suatu protein fase akut yang diproduksi oleh hati

sebagai respon adanya infeksi, inflamasi atau kerusakan jaringan. Inflamasi merupakan

proses dimana tubuh memberikan respon terhadap injury . Jumlah CRP akan meningkat

tajam beberapa saat setelah terjadinya inflamasi dan selama proses inflamasi sistemik

berlangsung. Sehingga pemeriksaan CRP kuantitatif dapat dijadikan petanda untuk

mendeteksi adanya inflamasi/infeksi akut. Berdasarkan penelitian, pemeriksaan Hs-CRP

dapat mendeteksi adanya inflamasi lebih cepat dibandingkan pemeriksaan Laju Endap Darah

(LED). Terutama pada pasien anak-anak yang sulit untuk mendapatkan jumlah sampel darah

yang cukup untuk pemeriksaan LED. (Hidiyaningsih, 2012)

Sedangkan LED adalah merupakan salah satu pemeriksaan rutin untuk darah. Proses

pemeriksaan sedimentasi (pengendapan) darah ini diukur dengan memasukkan darah kita ke

dalam tabung khusus selama satu jam. Makin banyak sel darah merah yang mengendap maka

makin tinggi LED-nya. Tinggi ringannya nilai pada LED memang sangat dipengaruhi oleh

keadaan tubuh kita, terutama saat terjadi radang. Nilai LED meningkat pada keadaan seperti

kehamilan ( 35 mm/jam ), menstruasi, TBC paru-paru ( 65 mm/jam ) dan pada keadaan

infeksi terutama yang disertai dengan kerusakan jaringan. Jadi pemeriksaan LED masih

termasuk pemeriksaan penunjang yang tidak spesifik untuk satu penyakit. Bila dilakukan

secara berulang laju endap darah dapat dipakai untuk menilai perjalanan penyakit seperti

tuberkulosis, demam rematik, artritis dan nefritis. LED yang cepat menunjukkan suatu lesi

yang aktif, peningkatan LED dibandingkan sebelumnya menunjukkan proses yang meluas,

sedangkan LED yang menurun dibandingkan sebelumnya menunjukkan suatu perbaikan.

(Hidiyaningsih, 2012).

Perbedaan pemeriksaan CRP dan LED:

Hasil pemeriksaan Hs-CRP jauh lebih akurat dan cepat

Page 21: Referat Osteomielitis

Dengan range pengukuran yang luas, pemeriksaan Hs-CRP sangat baik dan penting

untuk: Mendeteksi Inflamasi/infeksi akut secara cepat (6-7 jam setelah inflamasi)

Hs-CRP meningkat tajam saat terjadi inflamasi dan menurun jika terjadi perbaikan

sedang LED naik kadarnya setelah 14 hari dan menurun secara lambat sesuai dengan

waktu paruhnya.

Pemeriksaan Hs-CRP dapat memonitor kondisi infeksi pasien dan menilai efikasi

terapi antibiotika.

Bila pasien tidak menunjukkan respons terhadap terapi antibiotika, tulang yang terkena harus

dilakukan pembedahan, jaringan purulen dan nekrotik diangkat dan daerah itu diiringi secara

langsung dengan larutan salin fisiologis steril. Tetapi antibiotik dianjurkan. Pada osteomielitis

kronik, antibiotika merupakan adjuvan terhadap debridemen bedah. Dilakukan

sequestrektomi (pengangkatan involukrum secukupnya supaya ahli bedah dapat mengangkat

sequestrum). Kadang harus dilakukan pengangkatan tulang untuk memajankan rongga yang

dalam menjadi cekungan yang dangkal (saucerization). Semua tulang dan kartilago yang

terinfeksi dan mati diangkat supaya dapat terjadi penyembuhan yang permanen.Pada

beberapa kasus, infeksi sudah terlalu berat dan luas sehingga satu-satunya tindakan terbaik

adalah amputasi dan pemasangan prothesa. Bila proses akut telah dikendalikan, maka terapi

fisik harian dalam rentang gerakan diberikan. Kapan aktivitas penuh dapat dimulai tergantung

pada jumlah tulang yang terlibat. Pada infeksi luas, kelemahan akibat hilangnya tulang dapat

mengakibatkan terjadinya fraktur patologis. (Hidiyaningsih, 2012)

Indikasi dilakukannya pembedahan ialah :

1. Adanaya sequester.

2. Adanya abses.

3. Rasa sakit yang hebat.

4. Bila mencurigakan adanya perubahan kearah keganasan (karsinoma Epidermoid).

Luka dapat ditutup rapat untuk menutup rongga mati (dead space) atau dipasang tampon agar

dapat diisi oleh jaringan granulasi atau dilakukan grafting dikemudian hari. Dapat dipasang

drainase berpengisap untuk mengontrol hematoma dan mebuang debris. Dapat diberikan

Page 22: Referat Osteomielitis

irigasi larutan salin normal selama 7 sampai 8 hari. Dapat terjadi infeksi samping dengan

pemberian irigasi ini. (Canale, 2007)

Rongga yang didebridemen dapat diisi dengan graft tulang kanselus untuk merangsang

penyembuhan. Pada defek yang sangat besar, rongga dapat diisi dengan transfer tulang

berpembuluh darah atau flup otot (dimana suatu otot diambil dari jaringan sekitarnya namun

dengan pembuluh darah yang utuh). Teknik bedah mikro ini akan meningkatkan asupan

darah; perbaikan asupan darah kemudian akan memungkinkan penyembuhan tulang dan

eradikasi infeksi. Prosedur bedah ini dapat dilakukan secara bertahap untuk menyakinkan

penyembuhan. Debridemen bedah dapat melemahkan tulang, kemudian memerlukan

stabilisasi atau penyokong dengan fiksasi interna atau alat penyokong eksterna untuk

mencegah terjadinya patah tulang. Saat yang terbaik untuk melakukan tindakan pembedahan

adalah bila involukrum telah cukup kuat; mencegah terjadinya fraktur pasca pembedahan.

(Canale, 2007)

Kegagalan pemberian antibiotika dapat disebabkan oleh (Hidiyaningsih, 2012):

1. Pemberian antibiotik yang tidak cocok dengan mikroorganisme penyebabnya

2. Dosis yang tidak adekuat

3. Lama pemberian tidak cukup

4. Timbulnya resistensi

5. Kesalahan hasil biakan

6. Pemberian pengobatan suportif yang buruk

7. Kesalahan diagnostik

8. Pada pasien yang imunokempremaise

Debridement

Debridement pada pasien dengan osteomielitis kronis dapat dilakukan. Kualitas debridement

merupakan faktor penting dalam suksesnya pengobatan. Setelah debridement dengan eksisi

tulang, adalah hal yang perlu untuk menghapuskan/ menghilangkan dead space yang

dilakukan dengan memindahkan jaringan di atasnya. Pengobatan dead space termasuk

myoplasty lokal, pemindahan jaringan dan penggunaan antibiotik. Pelaksanaan pada jaringan

lunak telah dikembangkan untuk meningkatkan aliran darah lokal dan pendistribusian

antibiotik.

Page 23: Referat Osteomielitis

2.9 Komplikasi

Komplikasi dari osteomielitis antara lain :

- Kematian tulang (osteonekrosis)

Infeksi pada tulang dapat menghambat sirkulasi darah dalam tulang, menyebabkan kematian

tulang. Jika terjadi nekrosis pada area yang luas, kemungkinan harus diamputasi untuk

mencegah terjadinya penyebaran infeksi.

- Arthritis septic

Dalam beberapa kasus, infeksi dalam tuolang bias menyebar ke dalam sendi di dekatnya.

- Gangguan pertumbuhan

Pada anak-anak lokasi paling sering terjadi osteomielitis adalah pada daerah yang lembut,

yang disebut lempeng epifisis, di kedua ujung tulang panjang pada lengan dan kaki.

Pertumbuhan normal dapat terganggu pada tulang yang terinfeksi.

- Kanker kulit

Jika osteomielitis menyebabkan timbulnya luka terbuka yang menyebabkan keluarnya nanah,

maka kulit disekitarnya berisiko tinggi terkeba karsinoma sel skuamosa.

Dalam kepustakaan lain, disebutkan bahwa osteomielitis juga dapat menimbulkan komplikasi

berikut ini (Hidiyaningsih, 2012) :

1. Abses tulang

2. Bakteremia

3. Fraktur

4. Selulitis

Page 24: Referat Osteomielitis

2.10 Prognosis

Setelah mendapatkan terapi, umumnya osteomielitis akut menunjukkan hasil yang

memuaskan. Prognosis osteomielitis kronik umumnya buruk walaupun dengan pembedahan,

abses dapat terjadi sampai beberapa minggu, bulan atau tahun setelahnya. Amputasi mungkin

dibutuhkan, khususnya pada pasien dengan diabetes atau berkurangnya sirkulasi darah. Pada

penderita yang mendapatkan infeksi dengan penggunaan alat bantu prostetik perlu dilakukan

monitoring lebih lanjut. Mereka perlu mendapatkan terapi antibiotik profilaksis sebelum

dilakukan operasi karena memiliki resiko yang lebih tinggi untuk mendapatkan osteomielitis.

Page 25: Referat Osteomielitis

BAB III

PENUTUP

Osteomielitis merupakan infeksi tulang ataupun sum-sum tulang, biasanya disebabkan

oleh bakteri piogenik atau mikobakteri. Osteomielitis bisa mengenai semua usia tetapi

umumnya mengenai anak-anak dan orang tua. Oteomielitis umumnya disebabkan oleh

bakteri, diantaranya dari species staphylococcus dan stertococcus. Selain bakteri, jamur dan

virus juga dapat menginfeksi langsung melalui fraktur terbuka. Tibia bagian distal, femur

bagian distal, humerus , radius dan ulna bagian proksimal dan distal, vertebra, maksila, dan

mandibula merupakan tulang yang paling beresiko untuk terkena osteomielitis karena

merupakan tulang yang banyak vaskularisasinya.

Berdasarkan lama infeksi, osteomielitis terbagi menjadi 3, yaitu : osteomielitis akut,

sub akut dan kronis. Gambaran klinis terlihat daerah diatas tulang bisa mengalami luka dan

membengkak, dan pergerakan akan menimbulkan nyeri. Osteomielitis menahun sering

menyebabkan nyeri tulang, infeksi jaringan lunak diatas tulang yang berulang dan

pengeluaran nanah yang menetap atau hilang timbul dari kulit. Pengeluaran nanah terjadi jika

nanah dari tulang yang terinfeksi menembus permukaan kulit dan suatu saluran (saluran

sinus) terbentuk dari tulang menuju kulit.

Oteomielitis didiagnosis banding dengan osteosarkoma dan Ewing sarkoma sebab

memiliki gambaran radiologik yang mirip. Gambaran radiologik osteomielitis baru terlihat

setelah 10-14 hari setelah infeksi, yang akan memperlihatkan reaksi periosteal, sklerosis,

sekwestrum dan involikrum.

Osteomielitis dapat diobati dengan terapi antibiotik selama 2-4 minggu atau dengan

debridement. Prognosis osteomielitis bergantung pada lama perjalanan penyakitnya, untuk

yang akut prognosisnya umumnya baik, tetapi yang kronis umumnya buruk.

Page 26: Referat Osteomielitis

DAFTAR PUSTAKA

Apley AG, Solomon L. Apley’s System of Orthopaedics Fractures.ButterworthHeinemann,

1993. 364-374.4.

Brinker. Review of Orthopaedic Trauma, Pennsylvania: Saunders Company, 2001.53-63.2.

King, RW. Osteomyelitis. December 9, 2009 (cited February 1, 2010). Available at

http://emedicine.medscape.com/article/785020-overviewRasjad C. Pengantar Ilmu

Bedah Ortopedi. Jakarta: PT. Yarsif Watampone. 2007. 355-71;429-45.2.

Sabiston, DC. Buku Ajar Bedah Bagian 2. Edisi ke-1. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran

EGC; 1994

Sjamsuhidajat. 1998.Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta : EGC

Skinner H. Current Diagnosis and Treatment in Orthopedics. New Hampshire : Appleton &

Lange ; 2003