referat skizofrenia

24
BAB I PENDAHULUAN Skizofrenia merupakan suatu sindroma klinis yang ditandai oleh psikopatologi yang disruptif dan melibatkan aspek kognisi, persepsi dan aspek lain perilaku. Ekspresi dari manifestasi penyakit ini bervariasi diantara pasien tetapi efeknya selalu berat dan bertahan dalam jangka waktu yang lama. Skizofrenia mengenai segala lapisan kelas dan umumnya muncul pada usia kurang dari 25 tahun, lalu selanjutnya menetap sepanjang hidup. Meskipun didiagnosis sebagai penyakit tunggal, skizofrenia mungkin terdiri atas suatu kumpulan gangguan dengan etiologi beragam, dan bervariasi dalam manifestasi klinis, respons pengobatan dan perjalanan penyakitnya. Data epidemiologis menunjukkan bahwa di Amerika Serikat prevalensi skizofrenia adalah 1%, pada studi lain didapatkan rentang yang tidak jauh berbeda yaitu 0,6-1,9 %. Skizofrenia ditemukan pada semua lapisan masyarakat dan area geografis, prevalensi maupun insidensinya secara kasar sama di seluruh dunia. Dirjen Bina Kesehatan Masyarakat Departemen Kesehatan mengatakan bahwa jumlah penderita gangguan kesehatan jiwa di masyarakat sangat tinggi, yakni satu dari empat penduduk Indonesia menderita kelainan jiwa rasa cemas, depresi, stress, penyalahgunaan obat, kenakalan remaja sampai skizofrenia. Di era globalisasi gangguan kejiwaan meningkat sebagai contoh penderita tidak hanya dari kalangan kelasa bawah,

description

Referat skizofrenia

Transcript of referat skizofrenia

Page 1: referat skizofrenia

BAB I

PENDAHULUAN

Skizofrenia merupakan suatu sindroma klinis yang ditandai oleh psikopatologi

yang disruptif dan melibatkan aspek kognisi, persepsi dan aspek lain perilaku.

Ekspresi dari manifestasi penyakit ini bervariasi diantara pasien tetapi efeknya selalu

berat dan bertahan dalam jangka waktu yang lama. Skizofrenia mengenai segala

lapisan kelas dan umumnya muncul pada usia kurang dari 25 tahun, lalu selanjutnya

menetap sepanjang hidup. Meskipun didiagnosis sebagai penyakit tunggal, skizofrenia

mungkin terdiri atas suatu kumpulan gangguan dengan etiologi beragam, dan

bervariasi dalam manifestasi klinis, respons pengobatan dan perjalanan penyakitnya.

Data epidemiologis menunjukkan bahwa di Amerika Serikat prevalensi

skizofrenia adalah 1%, pada studi lain didapatkan rentang yang tidak jauh berbeda

yaitu 0,6-1,9 %. Skizofrenia ditemukan pada semua lapisan masyarakat dan area

geografis, prevalensi maupun insidensinya secara kasar sama di seluruh dunia. Dirjen

Bina Kesehatan Masyarakat Departemen Kesehatan mengatakan bahwa jumlah

penderita gangguan kesehatan jiwa di masyarakat sangat tinggi, yakni satu dari empat

penduduk Indonesia menderita kelainan jiwa rasa cemas, depresi, stress,

penyalahgunaan obat, kenakalan remaja sampai skizofrenia. Di era globalisasi

gangguan kejiwaan meningkat sebagai contoh penderita tidak hanya dari kalangan

kelasa bawah, sekarang kalangan pejabat dan masyarakat lapisan menengah ke atas

juga terkena gangguan jiwa (Sutatminingsih, Raras. 2002). Berdasarkan Riset

Kesehatan Dasar (RisKesDa) 2007 disebutkan, rata-rata nasional gangguan mental

emosional ringan, seperti cemas dan depresi pada penduduk berusia 15 tahun ke atas

mencapai 11,6%, dengan angka tertinggi terjadi di Jawa Barat, sebesar 20%.

Sedangkan yang mengalami gangguan mental berat, seperti psikotis, skizofrenia, dan

gangguan depresi berat, sebesar 0,46%. (Anonim, Depkes RI).

Berdasarkan manifestasi klinisnya skizofrenia dibagi menjadi beberapa subtipe

bergantung pada acuan, berdasarkan Diagnostic and Statistical Manual of Mental

Disorders IV, Text Revision (DSM-IV-TR) skizofrenia dibagi menjadi skizofrenia

paranoid, disorganized, katatonik, undifferentiated dan residual, sementara

berdasarkan International Statistical Classification of Disease and Related Helath

Problem ke-10 (ICD-10), membagi skizofrenia menjadi sembilan subtipe yaitu

skizofrenia paranoid, hebefrenik, katatonik, undiiferentiated, depresi postskizofrenik,

Page 2: referat skizofrenia

residual, simpleks, skizofrenia lainnya, dan unspecified. Di Indonesia sendiri

pembagian subtipe skizofrenia berdasarkan pada PPDGJ III juga dibagi menjadi

sembilan subtipe yaitu skizofrenia paranoid, hebefrenik, katatonik, tak terinci

(undifferentiated), residual, simpleks, lainnya, depresi pasca-skizofrenia dan

skizofrenia YTT.

Pembahasan mengenai subtipe skizofrenia sangatlah diperlukan karena

beberapa subtipe erat kaitannya dengan perjalanan penyakit serta prognosis pasien.

Pembagian subtipe ini memungkinkan pendekatan psikiatrik yang berbeda pada

masing-masing jenisnya, sehingga memberikan terapi yang lebih efektif dan efisien

bagi pasien itu sendiri.

Page 3: referat skizofrenia

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Skizofrenia

Skizofrenia berasal dari dua kata, yaitu skizo yang artinya retak atau pecah, dan

frenia yang artinya jiwa, dengan demikian, seseorang yang menderita skizofrenia

adalah seseorang yang mengalami keretakan jiwa atau keretakkan kepribadian

(Hawari, 2003).

Skizofrenia adalah sekelompok reaksi psikotik yang mempengaruhi berbagai area

fungsi individu, termasuk berfikir dan berkomunikasi, menerima dan

menginterpretasikan realitas, merasakan dan menunjukan emosi serta berperilaku

dengan sikap yang tidak dapat diterima secara sosial (Isaacs, 2005).

2.2 Etiologi Skizofrenia

Hingga sekarang belum ditemukan penyebab (etiologi) yang pasti mengapa

seseorang menderita skizofrenia, padahal orang lain tidak.Ternyata dari penelitian-

penelitian yang telah dilakukan tidak ditemukan faktor tunggal. Penyebab skizofrenia

menurut penelitian mutakhir antara lain : (Yosep, 2010)

Faktor genetik;

Virus;

Autoantibodi;

Malnutrisi.

Dari penelitian diperoleh gambaran sebagai berikut : (Yosep, 2010)

1) Studi terhadap keluarga menyebutkan pada orang tua 5,6%, saudara

kandung 10,1%; anak-anak 12,8%; dan penduduk secara keseluruhan 0,9%.

2) Studi terhadap orang kembar (twin) menyebutkan pada kembar identik

59,20%; sedangkan kembar fraternal 15,2%. Penelitian lain menyebutkan

bahwa gangguan pada perkembangan otak janin juga mempunyai peran

bagi timbulnya skizofrenia kelak dikemudian hari. Gangguan ini muncul,

misalnya, karena kekurangan gizi, infeksi, trauma, toksin dan kelainan

hormonal. Penelitian mutakhir menyebutkan bahwa meskipuna ada gen

yang abnormal, skizofrenia tidak akan muncul kecuali disertai faktor-faktor

Page 4: referat skizofrenia

lainnya yang disebut epigenetik faktor. Skizofrenia muncul bila terjadi

interaksi antara abnormal gen dengan : (Yosep, 2010)

a. Virus atau infeksi lain selama kehamilan yang dapat menganggu

perkembangan otak janin;

b. Menurunnya autoimun yang mungkin disebabkan infeksi selama

kehamilan;

c. Komplikasi kandungan; dan

d. Kekurangan gizi yang cukup berat, terutama pada trimester kehamilan.

Seseorang yang sudah mempunyai faktor epigenetik tersebut, bila mengalami

stresor psikososial dalam kehidupannya, maka risikonya lebih besar untuk menderita

skizofrenia dari pada orang yang tidak ada faktor epigenetik sebelumnya. (Yosep,

2010)

2.3 Penegakkan diagnosis

Pedoman Diagnostik Skizofrenia menurut PPDGJ-III, adalah sebagai berikut

(Maslim, 2003).:

- Harus ada sedikitnya satu gejala berikut ini yang amat jelas (dan biasanya dua

gejala atau lebih bila gejala gejala itu kurang tajam atau kurang jelas):

a. “thought echo”, yaitu isi pikiran dirinya sendiri yang berulang atau

bergema dalam kepalanya (tidak keras), dan isi pikiran ulangan,

walaupun isinya sama, namun kualitasnya berbeda atau “thought

insertion or withdrawal” yang merupakan isi yang asing dan luar

masuk ke dalam pikirannya (insertion) atau isi pikirannya diambil

keluar oleh sesuatu dari luar dirinya (withdrawal); dan “thought

broadcasting”, yaitu isi pikiranya tersiar keluar sehingga orang lain

atau umum mengetahuinya; 

b. “delusion of control”, adalah waham tentang dirinya dikendalikan

oleh suatu kekuatan tertentu dari luar atau “delusion of passivitiy”

merupaka waham tentang dirinya tidak berdaya dan pasrah terhadap

suatu kekuatan dari luar; (tentang ”dirinya” diartikan secara jelas

merujuk kepergerakan tubuh/anggota gerak atau ke pikiran,

tindakan, atau penginderaan khusus), atau “delusional

perception”yang merupakan pengalaman indrawi yang tidak wajar,

Page 5: referat skizofrenia

yang bermakna sangat khas bagi dirinya, biasanya bersifat mistik

atau mukjizat.

c. Halusinasi auditorik yang didefinisikan dalam 3 kondisi dibawah

ini:

Suara halusinasi yang berkomentar secara terus menerus

terhadap perilaku pasien, atau

Mendiskusikan perihal pasien pasein di antara mereka

sendiri (diantara berbagai suara yang berbicara), atau

Jenis suara halusinasi lain yang berasal dan salah satu

bagian tubuh.

d. Waham-waham menetap jenis lainnya, yang menurut budaya setempat

dianggap tidak wajar dan sesuatu yang mustahil, misalnya perihal

keyakinan agama atau politik tertentu, atau kekuatan dan kemampuan di

atas manusia biasa (misalnya mampu mengendalikan cuaca, atau

berkomunikasi dengan mahluk asing dan dunia lain).

e. Atau paling sedikit dua gejala dibawah ini yang harus selalu ada secara

jelas :

Halusinasi yang menetap dan panca-indera apa saja, apabila

disertai baik oleh waham yang mengambang maupun yang

setengah berbentuk tanpa kandungan afektif yang jelas, ataupun

disertai oleh ide-ide berlebihan (over-valued ideas) yang

menetap, atau apabila terjadi setiap hari selama berminggu

minggu atau berbulan-bulan terus menerus;

Arus pikiran yang terputus (break) atau yang mengalami sisipan

(interpolation), yang berkibat inkoherensi atau pembicaraan

yang tidak relevan, atau neologisme;

Perilaku katatonik, seperti keadaan gaduh-gelisah (excitement),

posisi tubuh tertentu (posturing), atau fleksibilitas cerea,

negativisme, mutisme, dan stupor;

Gejala-gejala “negatif”, seperti sikap sangat apatis, bicara yang

jarang, dan respon emosional yang menumpul atau tidak wajar,

biasanya yang mengakibatkan penarikan diri dari pergaulan

sosial dan menurunnya kinerja sosial; tetapi harus jelas bahwa

Page 6: referat skizofrenia

semua hal tersebut tidak disebabkan oleh depresi atau medikasi

neuroleptika;

e. Adanya gejala-gejala khas di atas telah berlangsung selama kurun

waktu satu bulan atau lebih (tidak berlaku untuk setiap fase nonpsikotik

(prodromal)

f. Harus ada suatu perubahan yang konsisten dan bermakna dalam mutu

keseluruhan (overall quality) dan beberapa aspek perilaku pribadi

(personal behaviour), bermanifestasi sebagai hilangnya minat, hidup

tak bertujuan, tidak berbuat sesuatu, sikap larut dalam diri sendiri (self-

absorbed attitude), dan penarikan diri secara sosial.

Adapun kriteria diagnosis skizofrenia menurut DSM IV adalah (Tomb, 2003):

Berlangsung minimal dalam enam bulan

Penurunan fungsi yang cukup bermakna di bidang pekerjaan, hubungan

interpersonal, dan fungsi dalam mendukung diri sendiri

Pernah mengalami psikotik aktif dalam bentuk yang khas selama

berlangsungnya sebagian dari periode tersebut

Tidak ditemui dengan gejala-gejala yang sesuai dengan skizoafektif, gangguan

mood mayor, autisme, atau gangguan organik.

2.4 Jenis-jenis skizofrenia

Kraepelin membagi skizofrenia menjadi beberapa jenis. Penderita digolongkan ke

dalam salah satu jenis menurut gejala utama yang terdapat padanya. Akan tetapi

batas-batas golongan-golongan ini tidak jelas, gejala-gejala dapat berganti-ganti atau

mungkin seorang penderita tidak dapat digolongkan ke dalam salah satu jenis.

Pembagiannya sebagai berikut :(Maramis, 2009). Gejala klinis skizofrenia secara

umum dan menyeluruh telah diuraikan di muka, dalam PPDGJ III skizofrenia dibagi

lagi dalam 9 tipe atau kelompok yang mempunyai spesifikasi masing-masing, yang

kriterianya di dominasi dengan hal-hal sebagai berikut :

Skizofrenia paranoid

Skizofrenia paranoid agak berlainan dari jenis-jenis yang lain dalam jalannya

penyakit. Skizofrenia hebefrenik dan katatonik sering lama kelamaan menunjukkan

gejala-gejala skizofrenia simplex, atau gejala-gejala hebefrenik dan katatonik

bercampuran. Skizofrenia paranoid memiliki perkembangan gejala yang konstan.

Page 7: referat skizofrenia

Gejala-gejala yang mencolok adalah waham primer, disertai dengan waham-waham

sekunder dan halusinasi. Pemeriksaan secara lebih teliti juga didapatkan gangguan

proses pikir, gangguan afek, dan emosi.

Jenis skizofrenia ini sering mulai sesudah umur 30 tahun. Permulaannya mungkin

subakut, tetapi mungkin juga akut. Kepribadian penderita sebelum sakit sering dapat

digolongkan skizoid, mudah tersinggung, suka menyendiri dan kurang percaya pada

orang lain.Berdasarkan PPDGJ III, maka skizofrenia paranoid dapat didiganosis

apabila terdapat butir-butir berikut :

Memenuhi kriteria diagnostik skizofrenia

Sebagai tambahan :

o Halusinasi dan atau waham harus menonjol :

Suara-suara halusinasi satu atau lebih yang saling

berkomentar tentang diri pasien, yang mengancam

pasien atau memberi perintah, atau tanpa bentuk

verbal berupa bunyi pluit, mendengung, atau bunyi

tawa.

Halusinasi pembauan atau pengecapan rasa, atau

bersifat seksual, atau lain-lain perasaan tubuh

halusinasi visual mungkin ada tetapi jarang

menonjol.

Waham dapat berupa hampir setiap jenis, tetapi

waham dikendalikan (delusion of control),

dipengaruhi (delusion of influence), atau “Passivity”

(delusion of passivity), dan keyakinan dikejar-kejar

yang beraneka ragam, adalah yang paling khas.

o Gangguan afektif, dorongan kehendak dan pembicaraan,

serta gejalakatatonik secara relatif tidak nyata / tidak

menonjol.

Pasien skizofrenik paranoid memiliki karakteristik berupa preokupasi satu atau

lebih delusi atau sering berhalusinasi. Biasanya gejala pertama kali muncul pada usia

lebih tua daripada pasien skizofrenik hebefrenik atau katatonik. Kekuatan ego pada

pasien skizofrenia paranoid cenderung lebih besar dari pasien katatonik dan

hebefrenik. Pasien skizofrenik paranoid menunjukkan regresi yang lambat dari

Page 8: referat skizofrenia

kemampuan mentalnya, respon emosional, dan perilakunya dibandingkan tipe

skizofrenik lain.

Pasien skizofrenik paranoid biasanya bersikap tegang, pencuriga, berhati-hati,

dan tak ramah.Mereka juga dapat bersifat bermusuhan atau agresif.Pasien skizofrenik

paranoid kadang-kadang dapat menempatkan diri mereka secara adekuat didalam

situasi sosial.Kecerdasan mereka tidak terpengaruhi oleh gangguan psikosis mereka

dan cenderung tetap intak.

Skizofrenia Hebefrenik

Permulaannya perlahan-lahan atau subakut dan sering timbul pada masa remaja

atau antara 15-25 tahun. Gejala yang mencolok adalah gangguan proses berpikir,

gangguan kemauan dan adanya depersonalisasi atau double personality. Gangguan

psikomotor seperti mannerism, neologisme atau perilaku kekanak-kanakan sering

terdapat pada skizofrenia heberfenik. Waham dan halusinasi banyak sekali.

Berdasarkan PPDGJ III, maka skizofrenia hebefrenik dapat didiganosis apabila

terdapat butir-butir berikut Memenuhi kriteria umum diagnosis skizofrenia

Diagnosis hebefrenikbiasanya ditegakkan pada usia remaja atau dewasa muda

(onset biasanya mulai 15-25 tahun)..

Untuk diagnosis hebefrenik yang menyakinkan umumnya diperlukan

pengamatan kontinu selama 2 atau 3 bulan lamanya, untuk memastikan bahwa

gambaran yang khas berikut ini memang benar bertahan :

o Perilaku yang tidak bertanggung jawab dan tak dapat diramalkan, serta

mannerisme; ada kecenderungan untuk selalu menyendiri (solitary),

dan perilaku menunjukkan hampa tujuan dan hampa perasaan;

o Afek pasien dangkal (shallow) dan tidak wajar (inappropriate), sering

disertai oleh cekikikan (giggling) atau perasaan puas diri (self-

satisfied), senyum sendirir (self-absorbed smiling), atau oleh sikap,

tinggi hati (lofty manner), tertawa menyeringai (grimaces),

mannerisme, mengibuli secara bersenda gurau (pranks), keluhan

hipokondrial, dan ungkapan kata yang diulang-ulang (reiterated

phrases);

o Proses pikir mengalami disorganisasi dan pembicaraan tak menentu

(rambling) serta inkoheren.

Page 9: referat skizofrenia

o Gangguan afektif dan dorongan kehendak, serta gangguan proses pikir

umumnya menonjol. Halusinasi dan waham mungkin ada tetapi

biasanya tidak menonjol (fleeting and fragmentary delusions and

hallucinations). Dorongan kehendak (drive) dan yang bertujuan

(determination) hilang serta sasaran ditinggalkan, sehingga perilaku

penderita memperlihatkan ciri khas, yaitu perilaku tanpa tujuan

(aimless) dan tanpa maksud (empty of purpose). Adanya suatu

preokupasi yang dangkal dan bersifat dibuat-buat terhadap agama,

filsafat dan tema abstrak lainnya, makin mempersukar orang

memahami jalan pikiran pasien.

Menurut DSM-IV skizofrenia disebut sebagai skizofrenia tipe terdisorganisasi.

Skizofrenia Katatonik

Timbulnya pertama kali antara umur 15-30 tahun, dan biasanya akut serta sering

didahului oleh stres emosional. Mungkin terjadi gaduh-gelisah katatonik atau stupor

katatonik. Stupor katatonik yaitu penderita tidak menunjukkan perhatian sama sekali

terhadap lingkungannya. Gejala paling penting adalah gejala psikomotor seperti:

1. Mutisme, kadang-kadang dengan mata tertutup

2. Muka tanpa mimik, seperti topeng

3. Stupor, penderita tidak bergerak sama sekali untuk waktu yang lama, beberapa

hari, bahkan kadang sampai beberapa bulan.

4. Bila diganti posisinya penderita menentang : negativisme

5. Makanan ditolak, air ludah tidak ditelan sehingga berkumpul dalam mulut dan

meleleh keluar, air seni dan feses ditahan

6. Terdapat grimas dan katalepsi

Secara tiba-tiba atau pelan-pelan penderita keluar dari keadaan stupor ini dan

mulai berbicara dan bergerak. Gaduh gelisah katatonik adalah terdapat hiperaktivitas

motorik, tetapi tidak disertai dengan emosi yang semestinya dan tidak dipengaruhi

rangsangan dari luar.

Penderita terus berbicara atau bergerak saja, menunjukan stereotipi, manerisme,

grimas dan neologisme, tidak dapat tidur, tidak makan dan minum sehingga mungkin

terjadi dehidrasi atau kolaps dan kadang-kadang kematian (karena kehabisan tenaga

dan terlebih bila terdapat juga penyakit lain seperti jantung, paru, dan sebagainya)

Page 10: referat skizofrenia

Berdasarkan PPDGJ III, maka skizofrenia katatonik dapat didiganosis apabila

terdapat butir-butir berikut :

Memenuhi kriteria umum untuk diagnosis skizofrenia.

Satu atau lebih dari perilaku berikut ini harus mendominasi gambaran

klinisnya :

o Stupor (amat berkurangnya dalam reaktivitas terhadap lingkungan dan

dalam gerakan serta aktivitas spontan) atau mutisme (tidak berbicara):

o Gaduh gelisah (tampak jelas aktivitas motorik yang tak bertujuan, yang

tidak dipengaruhi oleh stimuli eksternal)

o Menampilkan posisi tubuh tertentu (secara sukarela mengambil dan

mempertahankan posisi tubuh tertentu yang tidak wajar atau aneh);

o Negativisme (tampak jelas perlawanan yang tidak bermotif terhadap

semua perintah atau upaya untuk menggerakkan, atau pergerakkan

kearah yang berlawanan);

o Rigiditas (mempertahankan posisi tubuh yang kaku untuk melawan

upaya menggerakkan dirinya);

o Fleksibilitas cerea / ”waxy flexibility” (mempertahankan anggota gerak

dan tubuh dalam posisi yang dapat dibentuk dari luar); dan

o Gejala-gejala lain seperti “command automatism” (kepatuhan secara

otomatis terhadap perintah), dan pengulangan kata-kata serta kalimat-

kalimat.

o Pada pasien yang tidak komunikatif dengan manifestasi perilaku dari

gangguan katatonik, diagnosis skizofrenia mungkin harus ditunda

sampai diperoleh bukti yang memadai tentang adanya gejala-gejala

lain.

o Penting untuk diperhatikan bahwa gejala-gejala katatonik bukan

petunjuk diagnostik untuk skizofrenia. Gejala katatonik dapat

dicetuskan oleh penyakit otak, gangguan metabolik, atau alkohol dan

obat-obatan, serta dapat juga terjadi pada gangguan afektif.

Pasien dengan skizofrenia katatonik biasanya bermanifestasi salah satu dari

dua bentuk skizofrenia katatonik, yaitu stupor katatonik dan excited katatatonik. Pada

katatonik stupor, pasien akan terlihat diam dalam postur tertentu (postur berdoa,

membentuk bola), tidak melakukan gerakan spontan, hampir tidak bereaksi sama

Page 11: referat skizofrenia

sekali dengan lingkungan sekitar bahkan pada saat defekasi maupun buang air kecil,

air liur biasanya mengalir dari ujung mulut pasien karena tidak ada gerakan mulut,

bila diberi makan melalui mulut akan tetap berada di rongga mulut karena tidak

adanya gerakan mengunyah, pasien tidak berbicara berhari-hari, bila anggota badan

pasien dicoba digerakkan pasien seperti lilin mengikuti posisi yang dibentuk,

kemudian secara perlahan kembali lagi ke posisi awal. Bisa juga didapati pasien

menyendiri di sudut ruangan dalam posisi berdoa dan berguman sangat halus

berulang-ulang.

Pasien dengan excited katatonik, melakukan gerakan yang tanpa tujuan,

stereotipik dengan impulsivitas yang ekstrim. Pasien berteriak, meraung,

membenturkan sisi badannya berulang ulang, melompat, mondar mandir maju

mundur.Pasien dapat menyerang orang disekitarnya secara tiba-tiba tanpa alasan lalu

kembali ke sudut ruangan, pasien biasanya meneriakka kata atau frase yang aneh

berulang-ulang dengan suara yang keras, meraung, atau berceramah seperti pemuka

agama atau pejabat.Pasien hampir tidak pernah berinteraksi dengan lingkungan

sekitar, biasanya asik sendiri dengan kegiatannya di sudut ruangan, atau di kolong

tempat tidurnya.

Walaupun pasien skizofrenia katatonik hanya memunculkan salah satu dari

kedua diatas, pada kebanyakan kasus gejala tersebut bisa bergantian pada pasien yang

dalam waktu dan frekuensi yang tidak dapat diprediksi.Seorang pasien dengan stupor

katatonik dapat secara tiba-tiba berteriak, meloncat dari tempat tidurnya, lalu

membantingkan badannya ke dinding, dan akhirnya dalam waktu kurang dari satu jam

kemudian kembali lagi ke posisi stupornya.

Selama stupor atau excited katatonik, pasien skizofrenik memerlukan

pengawasan yang ketat untuk menghindari pasien melukai dirinya sendiri atau orang

lain. Perawatan medis mungkin ddiperlukan karena adanya malnutrisi, kelelahan,

hiperpireksia, atau cedera yang disebabkan oleh dirinya sendiri.

Skizofrenia Simplex

Sering timbul pertama kali pada masa pubertas. Gejala utama pada jenis simplex

adalah kedangkalan emosi dan kemunduran kemauan. Gangguan proses berpikir

biasanya sulit ditemukan. Waham dan halusinasi jarang sekali terdapat. Jenis ini

timbulnya perlahan-lahan sekali. Permulaan gejala mungkin penderita mulai kurang

memperhatikan keluarganya atau mulai menarik diri dari pergaulan.

Page 12: referat skizofrenia

Berdasarkan PPDGJ III, maka skizofrenia katatonik dapat didiganosis apabila

terdapat butir-butir berikut :

Diagnosis skizofrenia simpleks sulit dibuat secara meyakinkan karena

tergantung pada pemantapan perkembangan yang berjalan perlahan dan

progresif dari :

o Gejala negatif yang khas dari skizofrenia residual tanpa didahului

riwayat halusinasi, waham, atau manifestasi lain dari episode

psikotik, dandisertai dengan perubahan-perubahan perilaku pribadi

yang bermakna, bermanifestasi sebagai kehilangan minat yang

mencolok, tidak berbuat sesuatu, tanpa tujuan hidup, dan

penarikan diri secara sosial.

o Gangguan ini kurang jelas gejala psikotiknya dibandingkan

subtipe skizofrenia lainnya.

Skizofrenia simpleks sering timbul pertama kali pada masa pubertas.Gejala

utama pada jenis simpleks adalah kedangkalan emosi dan kemunduran kemauan.

Gangguan proses berpikir biasanya sukar ditemukan. Waham dan halusinasi jarang

sekali terdapat.Jenis ini timbulnya perlahan-lahan sekali.Pada permulaan mungkin

penderita mulai kurang memperhatikan keluarganya atau mulai menarik diri dari

pergaulan. Makin lama ia makin mundur dalam pekerjaan atau pelajaran dan akhirnya

menjadi pengangguran, dan bila tidak ada orang yang menolongnya ia mungkin akan

menjadi pengemis, pelacur, atau penjahat.

Skizofrenia residual

Jenis ini adalah keadaan kronis dari skizofrenia dengan riwayat sedikitnya satu

episode psikotik yang jelas dan gejala-gejala berkembang ke arah gejala negatif yang

lebuh menonjol. Gejala negatif terdiri dari kelambatan psikomotor, penurunan

aktivitas, penumpula afek, pasif dan tidak ada inisiatif, kemiskinan pembicaraan,

ekspresi nonverbal yang menurun, serta buruknya perawatan diri dan fungsi sosial.

Untuk suatu diagnosis yang meyakinkan, persyaratan berikut ini harus dipenuhi

semua :

Gejala “negative” dari skizofrenia yang menonjol misalnya perlambatan

psikomotorik, aktivitas menurun, afek yang menumpul, sikap pasif dan

ketiadaan inisiatif, kemiskinan dalam kuantitas atau isi pembicaraan,

Page 13: referat skizofrenia

komunikasi non-verbal yang buruk seperti dalam ekspresi muka, kontak

mata, modulasi suara, dan posisi tubuh, perawatan diri dan kinerja sosial

yang buruk;

Sedikitnya ada riwayat satu episode psikotik yang jelas di masa lampau

yang memenuhi kriteria untuk diagnosis skizofenia;

Sedikitnya sudah melampaui kurun waktu satu tahun dimana intensitas

dan frekuensi gejala yang nyata seperti waham dan halusinasi telah sangat

berkurang (minimal) dan telah timbul sindrom “negative” dari

skizofrenia;

Tidak terdapat dementia atau penyakit / gangguan otak organik lain,

depresi kronis atau institusionalisasi yang dapat menjelaskan disabilitas

negative tersebut.

Menurut DSM IV, tipe residual ditandai oleh bukti-bukti yang terus menerus

adanya gangguan skizofrenik, tanpa adanya kumpulan lengkap gejala aktif atau gejala

yang cukup untuk memenuhi tipe lain skizofrenia.Penumpulan emosional, penarikan

social, perilaku eksentrik, pikiran yang tidak logis, dan pengenduran asosiasi ringan

adalah sering ditemukan pada tipe residual.Jika waham atau halusinasi ditemukan

maka hal tersebut tidak menonjol dan tidak disertai afek yang kuat.

Skizofrenia Tak Terinci (Undifferentiated).

Seringkali pasien yang jelas skizofrenik tidak dapat dengan mudah dimasukkan

kedalam salah satu tipe.PPDGJ mengklasifikasikan pasien tersebut sebagai tipe tidak

terinci. Kriteria diagnostic menurut PPDGJ III yaitu:

Memenuhi kriteria umum diagnosis skizofrenia

Tidak memenuhi kriteria untuk diagnosis skizofrenia paranoid,

hebefrenik, atau katatonik.

Tidak memenuhi kriteria untuk skizofrenia residual atau depresi pasca

skizofrenia.

Depresi Pasca-Skizofrenia

Diagnosis harus ditegakkan hanya kalau :

Pasien telah menderita skizofrenia (yang memenuhi kriteria diagnosis umum

skizzofrenia) selama 12 bulan terakhir ini;

Page 14: referat skizofrenia

Beberapa gejala skizofrenia masih tetap ada (tetapi tidak lagi mendominasi

gambaran klinisnya); dan

Gejala-gejala depresif menonjol dan menganggu, memenuhi paling sedikit

kriteria untuk episode depresif, dan telah ada dalam kurun waktu paling sedikit

2 minggu.

Apabila pasien tidak lagi menunjukkan gejala skizofrenia diagnosis menjadi

episode depresif. Bila gejala skizofrenia diagnosis masih jelas dan menonjol,

diagnosis harus tetap salah satu dari subtipe skizofrenia yang sesuai.

Skizofrenia lainnya

Bouffe Delirante (acute delusional psychosis)

Konsep diagnosis skizofrenia dengan gejala akut yang kurang dari 3 bulan,

kriteria diagnosisnya sama dengan DSM-IV-TR. 40% dari pasien yang

didiagnosa dengan bouffe delirante akan progresif dan akhirnya

diklasifikasikan sebagai pasien skizofren

Oneiroid

Pasien dengan keadaan terperangkap dalam dunia mimpi, biasanya mengalami

disorientasi waktu dan tempat.Istilah oneiroid digunakan pada pasien yang

terperangkap dalam pengalaman halusinasinya dan mengesampingkan

keterlibatan dunia nyata.

Early onset schizophrenia

Skizofrenia yang gejalanya muncul pada usia anak-anak. Perlu dibedakan

dengan retardasi mental dan autisme

Late onset schizophrenia

Skizofrenia yang terjadi pada usia lanjut (>45 tahun). Lebih sering terjadi pada

wanita dan pasien-pasien dengan gejala paranoid.

DAFTAR PUSTAKA

Page 15: referat skizofrenia

1. Andreasen, N,C., Carpenter, M.T., Kane, J.M.,Lasser, R.A.,Marder, S.R., Weinberger, D.R. 2005. Remission in Schizophrenia: Proposed Criteria and Rationale for Consensus. Am J Psychiatry. 162:441–449.

2. Durand, V. Mark, & Barlow, David H. (2006). Psikologi Abnormal. Edisi Keempat. Jilid Pertama. Jogjakarta : Pustaka Pelajar

3. Jenkins, J.H.,Garcia, J.I.R., Chang, C.L., Young, J.S., Lopez, S.R. 2006. FamilySupport Predicts Psychiatric Medication Usage Among Mexican AmericanIndividuals with Schizophrenia. Social Psyciatry and Psychiatric Epidemology,41. 624-631.

4. Kaplan H.I, Sadok B.J. Sinopsis Psikiatri, Edisi ketujuh, Jilid I, Binarupa Aksara, Jakarta, 1997 : 777-83

5. Kaplan H.I, Sadok B.J. Ilmu Kedokteran Jiwa Darurat, Cetakan I, Widya Medika, Jakarta, 1998 : 227-229

6. Kaplan H.I, Sadok B.J. Comprensive Textbook Of Psychiatry, William & Walkins. 5th Edition, USA, 1998 : 128

7. Maramis, W. F. (2009). Ilmu Kedokteran Jiwa edisi 2. Surabaya: Pusat penerbitan dan percetakan.

8. Maslim R, Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa, Rujukan Ringkasan dari PPGDJ-III, Jakarta, 2001 : 65

9. Nevid, Jeffrey S., Rathus, Spencer A., & Greene, Beverly. (2005). Psikologi Abnormal. Edisi Kelima. Jilid Pertama. Jakarta : Penerbit Erlangga

10. Pedoman Penggolongan Diagnostik Gangguan Jiwa (PPDGJ III), Direktorat Kesehatan Jiwa Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1993.