Referat skizofrenia
-
Upload
paulus-apostolos-hasintongan-sianturi -
Category
Documents
-
view
26 -
download
2
description
Transcript of Referat skizofrenia
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.Definisi
Skizofrenia adalah suatu deskripsi sindrom dengan variasi penyebab (banyak belum
diketahui) dan perjalanan penyakit (tak selalu bersifat kronis atau “deteriorating”) yang luas,
serta sejumlah akibat yang tergantung pada pertimbangan pengaruh genetik, fisik, sosial dan
budaya.5
Pada umumnya ditandai oleh penyimpangan yang fundamental dan karakteristik dari pemikiran dan persepsi, serta oleh efek yang tidak wajar (inappropriate) atau tumpul (blunted). Kesadaran yang jernih (clear conciousness) dan kemampuan intelektual biasanya tetap terpelihara, walaupun kemunduran kognitif tertentu dapat berkembang kemudian
B.Epidemiologi
C.etiologi
Hingga sekarang belum ditemukan penyebab (etilogi) yang pasti mengapa seseorang menderita
skizofrenia, padahal orang lain tidak. Ternyata dari penelitian-penelitian yang telah dilakukan
tidak ditemukan faktor tunggal melainkan penyakit ini bersifat multifaktorial.6
Untuk mengetahui penyebab yang asli dan yang bukan perlu diketahui dua istilah:
1. Sebab yang memberikan predisposisi adalah faktor yang menyebabkan seseorang
menjadi rentan atau peka terhadap suatu gangguan jiwa (genetik, fisik atau latar belakang
keluarga atau sosial).
2. Sebab yang menimbulkan langsung atau pencetus adalah faktor traumatis langsung
menyebabkan gangguan jiwa (kehilangan harta pekerjaan atau kematian, cedera berat,
perceraian dan lain-lain).
Umumnya sebab-sebab gangguan jiwa dibedakan atas :
1. faktor biologik
2. faktor psikologik
3. faktor sosiogenik
4. Diatesis-Stress
Faktor biologi
1. Herediter
Menurut Cloninger, 1989 gangguan jiwa, terutama gangguan persepsi sensori dan
gangguan psikotik lainnya erat sekali penyebabnya dengan faktor genetik termasuk di
dalamnya saudara kembar, atau anak hasil adopsi. Individu yang memiliki anggota
keluarga yang mengalami gangguan jiwa memiliki kecenderungan lebih tinggi dibanding
dengan orang yang tidak memiliki faktor herediter. Individu yang memiliki hubungan
sebagai ayah, ibu, saudara atau anak dari klien yang mengalami gangguan jiwa memiliki
kecenderungan 10 %, sedangkan keponakan atau cucu kejadiannya 2-4 %. Individu yang
memiliki hubungan sebagai kembar identik dengan klien yang mengalami gangguan jiwa
memiliki kecenderungan 46-48 %, sedangkan kembar dizygot memiliki kecenderungan
14-17 %. Faktor genetik tersebut sangat ditunjang dengan pola asuh yang diwariskan
sesuai dengan pengalaman yang dimiliki oleh anggota keluarga klien yang mengalami
gangguan jiwa.5,7
2. Neurobiologikal
Menurut Konsep Neurobiologikal gangguan jiwa sangat berkaitan dengan
keadaan struktur otak sebagai berikut abnormalitas sruktur dari otak atau aktivitas di
lokasi spesifik dapat menyebabkan atau berkontribusi dalam gangguan jiwa. Sebagai
contoh masalah komunikasi adalah salah satu bagian dari disfungsi secara luas. Hal
ini juga diketahui bahwa hubungan antara nukleus yang mengontrol kognitif,
perilaku, dan emosi terutama terlibat dalam gangguan psikiatrik :1,5
a. Serebral korteks, yang sangat penting dalam membuat keputusan dan berpikir
tingkat tinggi, seperti pemikiran abstrak.
b. Sistem limbik, yang terlibat dalam mengatur perilaku emosional, memori, dan
pembelajaran.
c. Basal ganglia, yang menkoordinasi gerakan.
d. Hipotalamus, meregulasi hormon di tubuh sepeti kebutuhan makan, minum dan
seks.
e. Locus ceruleus, yang membuat sel saraf dapat meregulasi tidur dan terlibat dalam
perilaku dan mood.
f. Substantia nigra, sel yang memproduksi dopamin dan terlibat dalam mengontrol
pergerakkan yang kompleks, berfikir dan respon emosi.
Gambar 1. Area otak yang terlibat pada skizofrenia
Sumber : www.smithwebdesign.com/schizophrenia
Menurut Candel, pada klien yang mengalami gangguan jiwa dengan gejala takut
serta paranoid (curiga) memiliki lesi pada daerah amigdala sedangkan pada klien
Skizofrenia yang memiliki lesi pada area wernick’s dan area broca biasanya disertai
dengan afasia serta disorganisasi dalam proses berbicara (Word salad).6
Sebagai contoh, satu penelitian tentang kembar yang tidak sama-sama menderita
skizofrenia dengan menggunakan pencitraan resonansi magnetik dan pengukuran aliran
darah serebral. Peneliti telah menentukan sebelumnya bahwa daerah hipokampus dari
hampir setiap kembar yang terkena adalah lebih kecil daripada kembar yang tidak terkena
dan bahwa kembar yang terkena juga memiliki peningkatan aliran darah yang lebih kecil
ke korteks frontalis dorsolateral saat melakukan prosedur aktivasi psikologis. Penelitian
menemukan suatu hubungan antara kedua kelainan tersebut, yang menyatakan bahwa
kedua temuan adalah berhubungan, walaupun suatu faktor ketiga mungkin mempengaruhi
masing-masing variabel.1
Gambar 2. MRI pada kembar monozigot yang salahsatunya menderita skizofrenia
Sumber : www.smithwebdesign.com/schizophrenia
Waktu suatu lesi neuropatologis tampak di otak dan interaksi lesi dengan
lingkungan dan stresor sosial masih merupakan bidang penelitian yang aktif. Dasar
untuk timbulnya abnormalitas mungkin terletak pada perkembangan abnormal (sebagai
contoh migrasi abnormal neuron disepanjang sel glia radial selama perkembangan) atau
dalam degenerasi neuron setelah perkembangan (sebagai contoh, kematian sel terprogam
yang awal secara abnormal, seperti yang tampak pada penyakit Huntington). Tetapi, ahli
teori masih memegang kenyataan bahwa kembar monozigotik mempunyai angka
ketidaksesuaian 50 persen, jadi menyatakan bahwa terdapat interaksi yang tidak
dimengerti antara lingkungan dan perkembangan skizofrenia. Suatu penjelasan lain
adalah, walaupun kembar monozigotik mempunyai informasi genetika yang sama,
pengaturan ekspresi gen saat mereka menjalani kehidupan yang terpisah adalah berbeda.1
3. Hipotesis Dopamin
Rumusan yang paling sederhana dari hipotesis dopamin untuk skizofrenia
menyatakan bahwa skizofrenia disebabkan oleh meningkatnya aktivitas dopaminergik.
Teori tersebut timbul dari dua pengamatan. Pertama, kecuali untuk clozapine, khasiat dan
antipsikotik berhubungan dengan kemampuannya untuk bertindak sebagai antagonis
reseptor dopaminergik tipe 2 (D2). Kedua obat-obatan yang meningkatkan aktivitas
dopaminergik, yang paling jelas adalah amfetamin, yang merupakan salah satu
psikotomimetik. Teori dasar tidak memperinci apakah hiperaktivitas dopaminergik adalah
karena terlalu banyaknya pelepasan dopamin, terlalu banyaknya reseptor dopamin atau
kombinasi mekanisme tersebut. Teori dasar juga tidak menyebutkan apakah jalur
dopamin di otak mungkin terlibat, walaupun jalur mesokortikal dan mesolimbik paling
sering terlibat. Neuron dopaminergik di dalam jalur tersebut berjalan dari badan selnya di
otak tengah ke neuron dopaminoseptif di sistem limbik dan korteks serebral.1
Gambar 3. Neurotrasmitter dopaminergik
Sumber : http://aboutschizophrenia.wordpress.com
Gambar 4.Hipotesis dopamin di jalur mesolimbik
Sumber : www.cnsspectrums.com
Suatu peran penting bagi dopamin dalam patofisiologi skizofrenia adalah
konsisten dengan penelitian yang telah mengukur konsentrasi plasma metabolit dopamin
utama, yaitu homovanillic acid. Suatu penelitian melaporkan suatu hubungan positif
antara kadar homovanillic acid praterapi yang tinggi dan dua faktor yaitu keparahan
gejala psikotik dan respon terapi terhadap obat antipsikotik. Penelitian homovanillic acid
plasma juga telah melaporkan bahwa setelah peningkatan sementara konsentrasi
homovanillic acid plasma, konsentrasi menurun secara mantap.
4. Neurotransmiter Lainnya
Serotonin telah mendapatkan banyak perhatian dalam penelitian skizofrenia sejak
pengamatan bahwa antipsikotik atipikal mempunyai aktivitas berhubungan dengan
serotonin yang kuat (sebagai contoh clozapine, risperidone, ritanserin). Secara spesifik,
antagonis pada reseptor serotonin (5-hydroxytryptamine) tipe 2 telah disadari untuk
menurunkan gejala psikotik dan dalam menurunkan perkembangan gangguan pergerakan
berhubungan dengan antagonisme D2.1
Gambar 5. Jalur Dopamin dan Serotonin
Sumber : http://en.wikipedia.org/wiki/
Beberapa peneliti telah melaporkan bahwa pemberian antipikotik jangka panjang
menurunkan aktivitas neuron noradrenegik di lokus sereleus dan bahwa efek terapeutik
dari beberapa antipsikotik mungkin melibatkan aktivitasnya pada reseptor adrenergik-1
dan adrenergik-2. Sistem noradrenergik memodulasi system dopaminergik dalam cara
tertentu sehingga kelainan system noradrenergik mempredisposisikan pasien untuk sering
relaps.1
Neurotransmiter asam amino inhibitor gamma-aminobutyric acid (GABA) juga
telah terlibat dalam patofisiologi skizofrenia. Beberapa pasien dengan skizofrenia
mengalami kehilangan neuron GABA-ergik di dalam hipokampus. Hilangnya neuron
inhibitor GABA-ergik secara teoritis dapat menyebabkan hiperaktivitas neuron
dopaminergik dan noradrenergik.1
5. Neuropatologi
Sistem limbik terlibat dalam dasar patofisiologi skizofrenia karena peranannya
sebagai pusat emosi. Ganglia basalis merupakan perhatian teoritis dalam skizofenia
karena sekurangnya dua alasan. Pertama banyak pasien skizofrenik yang mempunyai
pergerakan aneh, bahkan tanpa adanya gangguan pergerakan akibat medikasi (sebagai
contoh: tardive dyskinesia). Gerakan yang aneh dapat termasuk gaya berjalan yang kaku,
menyeringaikan wajah dan streotipik.1
6. Psikoneuroendokrinologi
Banyak laporan menggambarkan perbedaan neuroendokrin antara kelompok
skizofrenik dengan kelompok subyek kontrol normal. Sebagai contoh, tes supresi
dexamethason telah dilaporkan abnormal pada berbagai subkelompok pasien skizofrenik.
Beberapa data menunjukkan penurunan konsentrasi Luteinizing Hormone-Follicle
Stimulating Hormone (LH/FSH), kemungkinan dihubungkan dengan onset usia dan
lamanya penyakit.1
7. Selain itu juga terdapat pengaruh saat di kandungan seperti pengaruh gizi ibu,
infeksi, insufisiensi plasenta, anoksia, perdarahan, dan trauma sebelum persalinan
menjadi kemungkinan penyebab skizofrenia.5
8. Jasmaniah
Beberapa penyelidik berpendapat bentuk tubuh seorang berhubungan dengan gangguan
jika tertentu, Misalnya yang bertubuh gemuk (endoform) cenderung menderita psikosa
manik defresif, sedang yang kurus (ectoform) cenderung menjadi skizofrenia.5
9. Tempramen
Orang yang terlalu peka atau sensitif biasanya mempunyai masalah kejiwaan dan
ketegangan yang memiliki kecenderungan mengalami gangguan jiwa.5
10. Penyakit dan cedera tubuh
Penyakit-penyakit tertentu misalnya penyakit jantung, kanker dan sebagainya, mungkin
menyebabkan merasa murung dan sedih. Demikian pula cedera atau cacat tubuh tertentu
dapat menyebabkan rasa rendah diri.5
11. Irama sirkardian tubuh
Sirkadian Rhythms : aktivitas dan kebiasaan untuk tidur, makan, terperatur tubuh, mens,
mood yang siklis cenderung berkorelasi dengan stimulus lingkungan. Penelitian biologi
memiliki hipotesis bahwa tubuh ini diatur oleh irama sirkadian yang berlokasi di area
spesifik dalam otak dan perubahannya dipengaruhi oleh rangsangan eksternal tertentu.5
Faktor-faktor psikologik (psikogenik)
Bermacam pengalaman frustasi, kegagalan dan keberhasilan yang dialami akan mewarnai
sikap, kebiasaan dan sifatnya dikemudian hari. Hidup seorang manusia dapat dibagi atas 7 masa
dan pada keadaan tertentu dapat mendukung terjadinya gangguan jiwa jika disertai dengan faktor
biologi skizofrenia dapat merupakan pencetus terjadinya skizofrenia.
1. Masa bayi
Yang dimaksud masa bayi adalah menjelang usia 2 – 3 tahun, dasar perkembangan yang
dibentuk pada masa tersebut adalah sosialisasi dan pada masa ini timbul dua masalah
yang penting yaitu :6
- Cara mengasuh bayi
Cinta dan kasih sayang ibu akan memberikan rasa hangat atau aman bagi bayi dan
dikemudian hari menyebabkan kepribadian yang hangat, terbuka dan bersahabat.
Sebaliknya, sikap ibu yang dingin acuh tak acuh bahkan menolak dikemudian hari
akan berkembang kepribadian yang bersifat menolak dan menentang terhadap
lingkungan.
- Cara memberi makan
Sebaiknya dilakukan dengan tenang, hangat yang akan memberi rasa aman dan
dilindungi,sebaliknya, pemberian yang kaku, keras dan tergesa-gesa akan
menimbulkan rasa cemas dan tekanan.
2. Masa anak pra sekolah (antara 2 sampai 7 tahun)
Pada usia ini sosialisasi mulai dijalankan dan telah tumbuh disiplin dan otoritas.
Hal-hal yang penting pada saat ini adalah :6
- Hubungan orang tua – anak
Penolakan orang tua pada masa ini, yang mendalam atau ringan, akan menimbulkan
rasa tidak aman dan ia akan mengembangkan cara penyesuaian yang salah, dia
mungkin menurut, menarik diri atau malah menentang dan memberontak.
- Perlindungan yang berlebihan
Menunjukkan anak atau memaksakan kehendak atau mengatur dalam segala hal,
mengakibatkan kepribadian si anak tidak berkembang secara wajar waktu dewasa,
memiliki kepribadian yang mantap, cenderung mementingkan diri sendiri dan
akibatnya kurang berhasil sebagai orang tua.
- Perkawinan tak harmonis dan kehancuran rumah tangga
Anak tidak mendapat kasih sayang. Tidak dapat menghayati disiplin tak ada panutan,
pertengkaran dan keributan membingungkan dan menimbulkan rasa cemas serta rasa
tidak aman. hal-hal ini merupakan dasar yang kuat untuk timbulnya tuntutan tingkah
laku dan gangguan kepribadian pada anak dikemudian hari.
- Otoritas dan Disiplin
Disiplin diberikan sesuai dengan kemampuan dan tingkat kematangan anak,
diberikan dengan cara yang baik, tegas dan konsisten, sehingga anak menerima
sebagai hal yang wajar. Disiplin yang diluar kemampuan anak, dipaksakan, dengan
cara yang keras dan kaku, menyebabkan anak akan melawan memberontak atau
menuntut berlebihan. Sebaliknya disiplin yang tidak tegas secara mental, latihan
yang keras, akan menyebabkan rasa cemas, rasa tidak aman dan kemudian hari
mungkin menjadi nakal, keras kepala dan selalu ingin kesempurnaan (perfeksionis).
- Perkembangan seksual
Pendekatan yang sehat, kesediaan untuk memberi jawaban secara jelas, terus terang,
wajar dan objektif terhadap masalah seksual pada anak akan mengembangkan sikap
yang positif. Reaksi orang tua yang menyebabkan anak menganggap seks adalah
tabu, menjijikan, memalukan dan sebagainya akan merupakan awal kesulitan seksual
dikemudian hari.
- Agresi dan cara permusuhan
Merupakan hal yang wajar seorang anak akan mengembangkan pola-pola yang
berguna. Pengawasan yang berlebihan, menyebabkan anak akan mengekang,
sehingga timbul tingkah laku yang mengganggu. Agresi dan permusuhan yang
diterima anak akan menyebabkan sikap defens dan mau menang sendiri. Sedangkan
sikap yang longgar akan menyebabkan anak menjadi nakal dan terbiasa dengan
perbuatan-perbuatan yang mengganggu ketertiban.
- Hubungan kakak-adik
Persaingan yang sehat antara adik – kakak merupakan hal yang wajar dan menjadi
dasar untuk tumbuh dan berkembang secara baik. Persaingan yang tidak sehat dan
berlebihan (pilih kasih, menghukun tanpa meneliti, prasangka, kompensasi
berlebihan dan sebagainya) akan merupakan dasar terbentuknya sifat –sifat yang
merugikan. orang tua harus besikap dan menjadi penengah bagi anak-anaknya.
Jangan menjadi pendorong timbulnya persaingan tidak sehat ini.
- Kekecewaan dan pengalaman yang menyakitkan.
Kematian, kecelakaan, sakit berat, penceraian, perpindahan yang mendadak,
kekecewaan yang berlarut-larut dan sebagainya akan mempengaruhi perkembangan
kepribadian, tapi juga tergantung pada keadaan sekitarnya (orang, lingkungan atau
suasana saat itu) apakah mendukung atau mendorong dan juga tergantung pada
pengalamannya dalam menghadapi masalah tersebut.
3. Masa Anak sekolah
Masa ini ditandai oleh pertumbuhan jasmaniah dan intelektual yang pesat. Pada masa ini,
anak mulai memperluas lingkungan pergaulannya. Keluar dari batas-batas keluarga.
Masalah-masalahn penting yang timbul :6
- Perkembangan jasmani
Kekurangan atau cacat jasmaniah dapat menimbulkan gangguan penyesuaian diri.
Dalam hal ini sikap lingkungan sangat berpengaruh, anak mungkin menjadi rendah
diri atau sebaliknya melakukan komprensasi yang positif atau komprensasi negatif.
- Penyesuaian diri di sekolah dan sosialisasi
Sekolah adalah tempat yang baik untuk seorang anak mengembangkan kemampuan
bergaul dan memperluas sosialisasi, menguji kemampuan, dituntut prestasi,
mengekang atau memaksakan kehendaknya meskipun tak disukai oleh anak.
4. Masa Remaja
Secara jasmaniah, pada masa ini terjadi perubahan-perubahan yang penting yaitu
timbulnya tanda-tanda sekunder (ciri-ciri diri kewanitaan atau kelaki-lakian).6
Sedang secara kejiwaan, pada masa ini terjadi pergolakan pergolakan yang hebat. pada
masa ini, seorang remaja mulai dewasa mencoba kemampuannya, disuatu pihak merasa
sudah dewasa (hak-hak seperti orang dewasa), sedang dilain pihak belum sanggup dan
belum ingin menerima tanggung jawab atas semua perbuatannya.6
Egosentrik bersifat menetang terhadap otoritas, senang berkelompok, idealis adalah sifat-
sifat yang sering terlihat. Suatu lingkungan yang baik dan penuh pengertian akan sangat
membantu proses kematangan kepribadian di usia remaja.6
5. Masa Dewasa muda
Seorang yang melalui masa-masa sebelumnya dengan aman dan bahagia akan cukup
memiliki kesanggupan dan kepercayaan diri dan umumnya ia akan berhasil mengatasi
kesulitan-kesulitan pada masa ini. Sebaliknya yang mengalami banyak gangguan pada
masa sebelumnya, bila mengalami masalah pada masa ini mungkin akan mengalami
gangguan-gangguan jiwa. Masalah-masalah yang penting pada masa ini adalah :6
- Hubungan dengan lawan jenis
Masa ini dimulai dari masa pacaran, menikah dan menjadi orang tua beberapa faktor
yang mungkin menyulitkan suatu perkawinan :
o Perasaan takut dan bersalah mengenai perkawinan dan kehamilan
o Perasaan takut untuk berperan sebagai orang tua ketidaksanggupan mempunyai
anak
o Perbedaan harapan akan berperan masing-masing (tak ada penyesuaian baru
dalam tingkah laku atau berpikir)
- Masalah-masalah keuangan
- Gangguan-gangguan dari keluarga
- Pemilihan dan penyesuaian pekerjaan
- Pekerjaan sebaiknya dipilih berdasar bakat dan minat sendiri pemilihan yang semata-
mata dipaksa atau disuruh, kompensasi atau karena “kesempatan dan kemudahan”
sering mempermudah gangguan penyesuaian dalam pekerjaan. Gangguan berupa
rasa malas, sering bolos, timbul bermacam keluhan jasmani (sering sakit) sering
mengalami kecelakaan dalam pekerjaan dan terlihat ketegangan-ketegangan dalam
keluarga karena jadi pemarah dan mudah tersinggung.
6. Masa dewasa tua
Sebagai patokan masa ini dicapai kalau status pekerjaan dan sosial seseorang sudah
mantap. Masalah-masalah yang mungkin timbul :6
- Menurunnya keadaan jasmaniah
- Perubahan susunan keluarga (berumah tangga, bekerjan) maka orang tua sering
kesepian
- Terbatasnya kemungkinan perubahan-perubahan yang baru dalam bidang pekerjaan
atau perbaikan kesalahan yang lalu.
- Penurunan fungsi seksual dan reproduksi,
- Sebagian orang berpendapat perubahan ini sebagai masalah ringan seperti rendah
diri. pesimis. Keluhan psikomatik sampai berat seperti murung, kesedihan yang
mendalam disertai kegelisahan hebat dan mungkin usaha bunuh diri.
7. Masa Tua
Ada dua hal yang penting yang perlu diperhatikan pada masa ini berkurangnya daya
tanggap, daya ingat, berkurangnya daya belajar, kemampuan jasmaniah dan kemampuan
sosial ekonomi menimbulkan rasa cemas dan rasa tidak aman serta sering mengakibatkan
kesalahpahaman orang tua terhadap orang dilingkungannya. Perasaan terasing karena
kehilangan teman sebaya keterbatasan gerak dapat menimbulkan kesulitan emosional
yang cukup hebat.
Faktor sosio kultural
Kebudayaan secara teknis adalah ide atau tingkah laku yang dapat dilihat maupun yang
tidak terlihat. Faktor budaya bukan merupakan penyebab langsung menimbulkan gangguan jiwa,
biasanya terbatas menentukan “warna” gejala-gejala. Disamping mempengaruhi pertumbuhan
dan perkembangan kepribadian seseorang misalnya melalui aturan-aturan kebiasaan yang
berlaku dalam kebudayaan tersebut. Beberapa faktor-faktor kebudayaan tersebut :6,8
1. Cara-cara membesarkan anak
Cara-cara membesarkan anak yang kaku dan otoriter , hubungan orang tua anak menjadi
kaku dan tidak hangat. Anak-anak setelah dewasa mungkin bersifat sangat agresif atau
pendiam dan tidak suka bergaul atau justru menjadi penurut yang berlebihan.
2. Sistem Nilai
Perbedaan sistem nilai moral dan etika antara kebudayaan yang satu dengan yang lain,
antara masa lalu dengan sekarang sering menimbulkan masalah-masalah kejiwaan. Begitu
pula perbedaan moral yang diajarkan dirumah atau sekolah dengan yang dipraktekkan di
masyarakat sehari-hari.
Model Diatesis-Stress
Satu model untuk intergrasi faktor biologis, faktor psikososial dan lingkungan adalah
model diathesis-stress. Model ini menggambarkan bahwa seseorang mungkin memiliki suatu
kerentanan spesifik (diathesis) yang bila dikenai pengaruh lingkungan yang menimbulkan stress
memungkinkan perkembangan gejala skizofrenia. Pada model diathesis stress yang paling umum
dapat biologis atau lingkungan atau keduanya. Komponen lingkungan dapat biologis (contohnya:
infeksi) maupun psikologis (contoh situasi keluarga yang penuh ketegangan atau kematian teman
dekat). Dasar biologis untuk suatu diathesis dibentuk lebih lanjut oleh pengaruh epigenetik,
seperti penyalahgunaan zat, stress psikologis, dan trauma.1
1. Stress
Stress psikososial dan stress perkembangan yang terjadi secara terus menerus akan
mendukung timbulnya gejala psikotik dengan manifestasi; kemiskinan, kebodohan,
pengangguran, isolasi sosial, dan perasaan kehilangan. Menurut Singgih (1989), beberapa
penyebab gangguan mental dapat ditimbulkan sebagai berikut :6
- Prasangka orang tua yang menetap, penolakan atau shock yang dialami pada masa
anak.
- Ketidaksanggupan memuasakan keinginan dasar dalam pengertian kelakuan yang
dapat diterima umum.
- Kelelahan yang luar biasa, kecemasan, anxietas, kejemuan
- Masa-masa perubahan fisiologis yang hebat : Pubertas dan menopause
- Tekanan-tekanan yang timbul karena keadaan ekonomi, politik dan sosial yang
terganggu
- Keadaan iklim yang mempengaruhi Exhaustion dan Toxema
- Penyakit kronis misalnya : sifilis, AIDS
- Trauma kepala dan vertebra
- Kontaminasi zat toksik
- Shock emosional yang hebat : ketakutan, kematian tiba-tiba orang yang dicintai.
2. Penyalah gunaan obat-obatan
Peniruan yang maladaptif yang digunakan individu untuk menghadapi strsesor melalui
obat-obatan yang memiliki sifat adiksi (efek ketergantungan) seperti Cocaine, amphetamine
menyebabkan gangguan persepsi, gangguan proses berfikir, dan gangguan motorik.6
3. Psikodinamik
Menurut Sigmund Freud adanya gangguan tugas pekembangan pada masa anak terutama
dalam hal berhubungan dengan orang lain sering menyebabkan frustasi, konflik, dan perasaan
takut, respon orang tua yang maladaptif pada anak akan meningkatkan stress, sedangkan frustasi
dan rasa tidak percaya yang berlangsung terus-menerus dapat menyebabkan regresi dan
withdrawl.6
D.Diagnosis skizofrenia
Pedoman Diagnostik Skizofrenia menurut PPDGJ-III, adalah sebagai berikut (Maslim,
2003).:
- Harus ada sedikitnya satu gejala berikut ini yang amat jelas (dan biasanya dua gejala atau
lebih bila gejala gejala itu kurang tajam atau kurang jelas):
a. “thought echo”, yaitu isi pikiran dirinya sendiri yang berulang atau bergema
dalam kepalanya (tidak keras), dan isi pikiran ulangan, walaupun isinya sama,
namun kualitasnya berbeda atau “thought insertion or withdrawal” yang
merupakan isi yang asing dan luar masuk ke dalam pikirannya (insertion) atau
isi pikirannya diambil keluar oleh sesuatu dari luar dirinya (withdrawal); dan
“thought broadcasting”, yaitu isi pikiranya tersiar keluar sehingga orang lain
atau umum mengetahuinya;
b. “delusion of control”, adalah waham tentang dirinya dikendalikan oleh suatu
kekuatan tertentu dari luar atau “delusion of passivitiy” merupaka waham
tentang dirinya tidak berdaya dan pasrah terhadap suatu kekuatan dari luar;
(tentang ”dirinya” diartikan secara jelas merujuk kepergerakan tubuh/anggota
gerak atau ke pikiran, tindakan, atau penginderaan khusus), atau “delusional
perception”yang merupakan pengalaman indrawi yang tidak wajar, yang
bermakna sangat khas bagi dirinya, biasanya bersifat mistik atau mukjizat.
c. Halusinasi auditorik yang didefinisikan dalam 3 kondisi dibawah ini:
Suara halusinasi yang berkomentar secara terus menerus terhadap
perilaku pasien, atau
Mendiskusikan perihal pasien pasein di antara mereka sendiri
(diantara berbagai suara yang berbicara), atau
Jenis suara halusinasi lain yang berasal dan salah satu bagian tubuh.
d. Waham-waham menetap jenis lainnya, yang menurut budaya setempat dianggap
tidak wajar dan sesuatu yang mustahil, misalnya perihal keyakinan agama atau
politik tertentu, atau kekuatan dan kemampuan di atas manusia biasa (misalnya
mampu mengendalikan cuaca, atau berkomunikasi dengan mahluk asing dan dunia
lain).
e. Atau paling sedikit dua gejala dibawah ini yang harus selalu ada secara jelas :
Halusinasi yang menetap dan panca-indera apa saja, apabila disertai baik
oleh waham yang mengambang maupun yang setengah berbentuk tanpa
kandungan afektif yang jelas, ataupun disertai oleh ide-ide berlebihan
(over-valued ideas) yang menetap, atau apabila terjadi setiap hari selama
berminggu minggu atau berbulan-bulan terus menerus;
Arus pikiran yang terputus (break) atau yang mengalami sisipan
(interpolation), yang berkibat inkoherensi atau pembicaraan yang tidak
relevan, atau neologisme;
Perilaku katatonik, seperti keadaan gaduh-gelisah (excitement), posisi
tubuh tertentu (posturing), atau fleksibilitas cerea, negativisme, mutisme,
dan stupor;
Gejala-gejala “negatif”, seperti sikap sangat apatis, bicara yang jarang, dan
respon emosional yang menumpul atau tidak wajar, biasanya yang
mengakibatkan penarikan diri dari pergaulan sosial dan menurunnya
kinerja sosial; tetapi harus jelas bahwa semua hal tersebut tidak disebabkan
oleh depresi atau medikasi neuroleptika;
e. Adanya gejala-gejala khas di atas telah berlangsung selama kurun waktu satu bulan
atau lebih (tidak berlaku untuk setiap fase nonpsikotik (prodromal)
F.Harus ada suatu perubahan yang konsisten dan bermakna dalam mutu keseluruhan (overall quality) dan beberapa aspek perilaku pribadi (personal behaviour), bermanifestasi sebagai hilangnya minat, hidup tak bertujuan, tidak berbuat sesuatu, sikap larut dalam diri sendiri (self-absorbed attitude), dan penarikan diri secara sosial