RIWAYAT ISRAILIYYAT DALAM TAFSIR (analisa kritis IBN KAṢĪR...

93
RIWAYAT ISRAILIYYAT DALAM TAFSIR (analisa kritis penafsiran IBN KAṢĪR, HAMKA DAN AL-ṬABARĪ atas Q.S. al- Baqarah Ayat 30 dan 102Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Agama (S.Ag) Oleh Nurhabibah Nim : 11150340000306 PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN & TAFSIR FAKULTAS USHULUDDIN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1441 H / 2020 M

Transcript of RIWAYAT ISRAILIYYAT DALAM TAFSIR (analisa kritis IBN KAṢĪR...

  • “RIWAYAT ISRAILIYYAT DALAM TAFSIR (analisa kritis

    penafsiran IBN KAṢĪR, HAMKA DAN AL-ṬABARĪ atas Q.S. al-

    Baqarah Ayat 30 dan 102”

    Skripsi

    Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

    Gelar Sarjana Agama (S.Ag)

    Oleh

    Nurhabibah

    Nim : 11150340000306

    PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN & TAFSIR

    FAKULTAS USHULUDDIN

    UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

    SYARIF HIDAYATULLAH

    JAKARTA

    1441 H / 2020 M

  • i

    “RIWAYAT ISRAILIYYAT DALAM TAFSIR (analisa kritis

    penafsiran IBN KAṢĪR, HAMKA DAN AL-ṬABARĪ atas Q.S. al-

    Baqarah ayat 30 dan 102”

    Skripsi

    Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan

    Memperoleh Gelar Sarjana Agama Islam (S.Ag)

    Oleh :

    Nurhabibah

    Nim : 11150340000306

    Pembimbing

    Moh. Anwar Syarifuddin, MA.

    NIP: 19720518 199803 1 003

    PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN & TAFSIR

    FAKULTAS USHULUDDIN

    UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

    SYARIF HIDAYATULLAH

    JAKARTA

    1441 H / 2020 M

  • dc

    PENGESAHAN SIDANG MUNAQASYAH

    Skripsi yang berjudul RIWAYAT ISRAILIYYAT DALAM TAFSIR (ANALISA KRITIS PENAFSIRAN IBN KAṢĪR, HAMKA DAN AL-ṬABARĪ ATAS Q.S. AL-BAQARAH AYAT 30 DAN 102 telah diujikan dalam Sidang Munaqasyah Fakultas Ushuluddin, Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 02 Juni 2020. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Agama (S.Ag) pada Program Studi Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir.

    Jakarta, 22 September 2020

    Sidang Munaqasyah Ketua Merangkap Anggota, Sekretaris Merangkap Anggota,

    Dr. Eva Nugraha, M.Ag Fahrizal Mahdi, Lc., MIRKH NIP. 19710217 199803 1 002 NIP. 19820816 201503 1 004

    Anggota, Penguji I, Penguji II,

    Dr. M. Suryadinata, M.Ag Dr. Lilik Ummi Kaltsum, MA NIP. 19600908 1989 1 005 NIP. 19711003 199903 2 001

    Pembimbing,

    Moh Anwar Syarifuddin, MA NIP. 19720518 199803 1 003

  • iii

    ABSTRAK

    Nurhabibah, NIM 11150340000306

    “RIWAYAT ISRAILIYYAT DALAM TAFSIR (analisa kritis

    penafsiran IBN KAṢĪR, HAMKA DAN AL-ṬABARĪ atas q.s. al-

    baqarah ayat 30 dan 102”

    Penelitian ini membahas mengenai riwayat Israiliyyat dalam tafsir

    analisis penafsiran Ibnu Katsīr dalam tafsir al-Qur‟an al-„Azīm, al-Ṭabarī

    dan Hamka dalam tafsir al- Azhar atas Q.S. al- Baqarah (02): 30 dan 102.

    Permasalah yang diangkat dalam penelitian ini, menjawab ganjalan penulis

    dalam membaca sebuah teks terkait pemahaman surat al-Baqarah ayat 30

    dan 102 tentang adanya riwayat Israiliyyat dalam tafsiran bahwa Allah

    turunkan malaikat lalu diturunkannya di muka bumi seperti bani Adam.

    Oleh sebab itu kiranya penting bagi penulis untuk mengkaji dua ayat di atas

    keterkaitan analisa kritis penafsiran ibn Kaṣīr, Hamka dan al-Ṭabarī atas q.s.

    al-baqarah ayat 30 dan 102”. Hal ini berkaitan sekali dengan aqidah umat

    Islam dalam mempercayai malaikat.

    Peneliti menggunakan metode Deskriptif Analitis yaitu metode penyajian

    fakta secara sistematis sehingga dapat dengan mudah dipahami dan

    disimpulkan. Dalam hal ini penulis berupaya menelusuri bagaimana

    penafsiran Ibn Katsīr, al-Ṭabarī dan Hamka terhadap kedua ayat di atas yang

    menjelaskan tentang riwayat dalam pandangan muffasir . Lantas bagaimana

    penafsiran Ibn Katsîr al-Ṭabarī dan Hamka dalam menjelaskan mengenai

    riwayat israiliyyat dalam tafsir atas Q.S al-Baqarah ayat 30 dan 102? Dari

    penjelasan yang diungkapkan dalam penafsiran Ibnu Katsīr al-Ṭabarī dan

    Hamka menafsirkan Q.S. al-Baqarah (02): 30 dan 102 menjelaskan ihwal

    malaikat, Pada umumnya, yang banyak penulis temukan dalam beberapa

    referensi menjelaskan bahwa jumhur ulama sepakat mengatakan bahwa

    Hārūt dan Mārūt adalah dua malaikat, ada juga berpendapat dua raja yang

    diutus Allah di negeri Babilonia dalam bentuk rupa manusia dan dalam jenis

    laki-laki untuk mengajarkan sihir kepada manusia, Sehingga orang-orang

    pada masa itu dapat membedakan antara sihir dan mukjizat, agar tidak

    tertipu rayuan setan dan tidak ragu dalam menerima dakwah Nabi.

    Adapun dua malaikat yang Allah turunkan di dunia, seperti bani Adam

    dan melakukan perbuatan maksiat itu ternyata hanyalah sebuah cerita

    israilliyat yang sekiranya bagi kita penganut agama Islam tidaklah patut

    mempercayai riwayat tersebut. Ini adalah hadis yang derajatnya gharib.

    Kata Kunci: Malaikat, Syahwat, Malaikaini.

  • iv

  • v

    KATA PENGANTAR

    Alhamdulillah Sebagai rasa syukur, penulis panjatkan kehadirat Allah

    SWT. yang telah melimpahkan rahmat-Nya kepada penulis, khususnya

    berupa kekuatan dan kesempatan untuk menyelesaikan skripsi ini. Shalawat

    serta salam penulis tujukan kepada Baginda Rasulallah Saw. yang telah

    meninggalkan al-Qur‟an dan sunnah sebagai pedoman dalam menghadapi

    berbagai persoalan dalam hidup dan kehidupan dunia ini. Demikian pula

    kepada keluarga dan para sahabat setianya yang telah banyak berjasa dalam

    menjelaskan kedua sumber pedoman hidup tersebut.

    Penelitian skripsi ini sudah berlangsung sejak pertengahan tahun 2019,

    akan tetapi disebabkan butuhnya penelitian yang lebih mendalam dan data-

    data yang harus dicari, baru sekarang peneliti bisa merampungkan skripsi

    ini. Selama perjalanan penulisan skripsi ini, promotor yang saya tujukan

    sebagai pembimbing penulis adalah: kepada yang terhormat Moh Anwar

    Syarifuddin, MA atas bantuannya, saya bisa menyelesaikan skripsi ini yang

    berjudul: “Riwayat Israiliyyat dalam Tafsir (Analisa Kritis Penafsiran Ibn

    Kaṣīr, Hamka dan al-Ṭabarī atas Q.S. al-Baqarah Ayat 30 dan 102”.

    Penulis menyadari betul, bahwa proses penyelesaian skripsi ini, telah

    banyak melibatkan pihak, sekaligus banyak mendapatkan energi positif baik

    bersifat materi, pikiran, fasilitas, motivasi dan lain sebagainya yang sulit

    diungkapkan satu persatu. Tanpa mengurangi rasa hormat penulis kepada

    semuanya, penulis akan sampaikan secara khusus ungkapan terimakasih

    kepada:

    1. Prof. Dr. Amany Burhanudin Lubis, Lc., MA. selaku rektor UIN

    Syarif Hidayatullah Jakarta beserta jajarannya.

    2. Dr. Yusuf Rahman, MA., selaku Dekan Fakultas Ushuluddin

    Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

  • vi

    3. Dr. Eva Nugraha, MA., Selaku Ketua Jurusan Ilmu Al-Qur‟an dan

    Tafsir fakultas Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

    4. Fahrizal Mahdi, Lc., MIRKH., Selaku Sekretaris Jurusan Ilmu Al-

    Qur‟an dan Tafsir fakultas Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah

    Jakarta sekaligus sebagi dosen penasehat Akademik.

    5. Moh Anwar Syarifuddin, MA. Selaku pembimbing penulis.

    Terimakasih atas bimbingan yang berharga telah disampaikan untuk

    penulis, keikhlasan waktu, dan tenaga. Jasa yang sangat mulia yang

    tanpa bisa penulis balas kecuali dengan do‟a yang baik, juga selaku

    salah satu Dosen di jurusan Ilmu Al-Qur‟an dan Tafsir fakultas

    Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

    6. Dr. M. Suryadinata, M.Ag dan Dr. Lilik Ummi Kaltsum, MA selaku

    penguji skripsi, yang telah meluangkan waktu dan tenaga sekaligus

    motivator dalam penyelesaian penulisan skripsi ini.

    7. Seluruh Dosen Fakultas Ushuluddin jurusan Ilmu Al-Qur‟an dan

    Tafsir UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

    8. Pimpinan Perpustakaan umum dan Perpustakaan Fakultas Ushuluddin

    beserta staff, yang telah memberikan pelayanan berupa buku-buku

    selama penulis menjalani proses menyelesaikan skrisi hingga

    mengakhiri jenjang S1.

    9. Kedua Orang tua tercinta, Ayahanda Misda, dan Ibunda tercinta

    Ropi‟ah. Terima kasih atas segala pengorbanan dan do‟a yang terbaik

    yang tak terhingga untuk penulis (anak bungsu). Serta dukungan

    moril, materil dan juga tenaga sehingga penulis dapat menyelesaikan

    studi yang tidak bisa di bayarkan dengan materi, hanya do‟alah yang

    dapat penulis berikan. Serta kakak-kakak penulis, kak Omang

    Romani, Ukhty Khumayyah yang sangan peduli, kak Ulul Ilmi (ibung)

  • vii

    yang sangat sabar, pengertian dan yang selalu bisa menjadi teman

    curhat kala sedih dan senang.

    10. Paman tercinta dan tersayang Syafrudin Yahya (mang Sap) yang setia

    membimbing dan semangat mendukung menghantarkan penulis dalam

    mencari ilmu dari awal pesantren SMP sampai detik ini. Serta

    keluarga besar Bapak Yahya (Alm) bani Abū Bakar yang selalu

    kompak dalam menjalin silaturrahmi sesama sehingga memberi

    semangat untuk penulis dalam mencari ilmu sampai saat ini.

    11. Keluarga besar Yayasan Sabī luna, Abī yang mulia KH. Drs. Nasuha

    Abū Bakar, MA Selaku pimpinan Yayasan Sabīluna, ummi Irene,

    mimi Asiyah (almh) yang telah banyak memberikan banyak

    pengorbanan untuk penulis dalam menuntut ilmu sampai bisa

    menyelesaikan skripsi ini. dan seluruh keluarga besar Pon-Pes

    Sabīluna, SMP Sabīluna, TPA Sabīluna, penulis ucapkan terima kasih

    atas do‟a dan dorongan motifasi yang telah diberikan untuk penulis.

    12. Sahabat kecil penulis, yaitu Nur Azizah, Junani dan Aminah yang

    tetap setia menjadi sahabat dari mulai belajar iqra bersama di

    kampung guwa kidul Cirebon sampai detik ini masih tetap setia walau

    sudah punya tanggung jawab masing-masing yang berbeda-beda, tapi

    mereka tetap menjadi sahabat terbaik yang selalu memberi semangat

    untuk menyelesaikan skripsi ini.

    13. Teman-teman seperjuangan Ilmu Al-Qur‟an dan Tafsir angkatan 2015

    diantaranya teman semester 1 kelas G, khususnya untuk mbak Sicah

    I‟anatillah Z yang setia menjadi teman sampai akhir proses

    penyelesaian tulisan ini yang telah berjuang bersama dari awal

    semester 1 sampai saat ini setia menjadi teman diskusi dan curhat,

    semoga kita bisa mewujudkan cita-cita kita sesuai yang diharapankan.

  • viii

    14. Teman-teman KKN INISIATIF yang sekarang menjadi keluarga baru

    walau hanya membersamai selama empat puluh hari untuk bersama

    berjuang mengabdikan diri kepada masyarakat Sangiang-Tangerang,

    namun pertemuan yang sangan singkat itu menjadikan kita

    silaturrahmi yang berkelanjutan sampai saat ini dan menjadi keluarga.

    Penulis menyadari, meskipun skripsi ini merupakan hasil kerja keras dan

    upaya maksimal, tentu penulis menyadari sebagai insan yang pasti ada

    kekurangan dan keterbatas, sekaligus ini menjadi peluang untuk dikritik

    oleh para pembaca. Terutama mereka yang faham dan menekuni dalam

    bidang Ilmu Tafsir.

    Lewat skripsi ini, penulis dapat mengungkapkan dan menyumbang

    sejumlah informasi untuk para pembaca, berhubungan dengan masalah yang

    belum pernah diteliti secara khusus sebelumnya. Dengan ridho Allah

    penulis berharap ini bisa bermanfaat untuk pribadi penulis dan para

    pembaca. Semoga dalam skripsi ini Allah berikan nilai ibadah dan mendapat

    pahala dari-Nya. Aamiin.

    Ciputat, 15 Februari 2020

    Nurhabibah

  • ix

    PEDOMAN TRANSLITERASI

    Pedoman Transliterasi Arab Latin yang merupakan hasil keputusan bersama

    (SKB) Menteri Agama dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan R.I.

    Nomor: 158 Tahun 1987 dan Nomor: 0543b/U/1987.

    A. Konsonan

    Daftar huruf bahasa Arab dan transliterasinya ke dalam huruf Latin dapat dilihat

    pada halaman berikut:

    Huruf Arab Huruf Latin Keterangan

    Tidak dilambangkan - ا

    B Be ب

    T Te ت

    (ṡ Es (dengan titik di atas ث

    j Je ج

    (ḥ h (dengan titik di bawah ح

    kh Ka dan Ha خ

    d De د

    (Ż Zet (dengan titik di atas ذ

    r Er ر

    z Zet ز

    s Es س

  • x

    sy Es dan Ye ش

    ṣ Es dengan titik di bawah ص

    ḍ De dengan titik di bawah ض

    ṭ Te dengan titik di bawah ط

    ẓ Zet dengan titik di bawah ظ

    Apostrof terbalik „ ع

    gh ge dan ha غ

    f Ef ف

    q Qi ق

    k Ka ك

    l El ل

    m Em م

    n En ن

    w We و

    h Ha ھ

    Apostrof ` ء

    y Ye ي

  • xi

    Hamzah (ء) yang terletak di awal kata mengikuti vokalnya tanpa diberi

    tanda apa pun. Jika ia terletak di tengah atau di akhir, maka ditulis dengan

    tanda (‟).

    B. Tanda Vokal

    Vokal dalam bahasa Arab-Indonesia terdiri dari vokal tunggal atau

    monoftong dan vokal rangkap atau disebut diftong. Untuk vokal tunggal

    sebagai berikut:

    Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan

    َ A Fatḥah

    َ I Kasrah

    َ U Ḍammah

    Adapun untuk vokal rangkap, sebagai berikut:

    Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan

    ي َ Ai a dan i

    و َ Au a dan u

    Dalam bahasa Arab untuk ketentuan alih aksara vokal panjang (mad)

    dilambangkan dengan harakat dan huruf, yaitu:

    Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan

    ا Ā a dengan garis di atas ى

    ي Ī i dengan garis di atas ى

  • xii

    و Ū u dengan garis di atas ى

    C. Kata Sandang

    Kata sandang dilambangkan dengan “al-“, yang diikuti huruf syamsiyah dan

    huruf qamariyah.

    al-Qamariyah ْير ن al-Munīr امل

    al- Syamsiyah ال ر ج ْ al-Rijāl ال

    D. Syaddah atau Tasydîd

    Dalam bahasa Arab syaddah atau tasydîd dilambangkan dengan “ ّ “ ketika

    dialihkan ke bahasa Indonesia dilambangkan dengan huruf, yaitu:

    al-Qamariyah ة وَّ ق

    ْ al-Quwwah ال

    al- Syamsiyah ة ْور ر ض

    ْ al-Ḍarūrah ال

    E. Ta Marbūṭah

    Transliterasi untuk ta marbūṭah ada dua, yaitu: ta marbūṭah yang hidup atau

    mendapat harkat fatḥah, kasrah, dan ḍammah, transliterasinya adalah [t].

    Sedangkan ta marbūṭah yang mati atau mendapat harkat sukun,

    transliterasinya adalah [h]. Kalau pada kata yang berakhir dengan ta

    marbūṭah diikuti oleh kata yang menggunakan kata sandang al- serta bacaan

    kedua kata itu terpisah, maka ta marbūṭah itu ditransliterasikan dengan ha

    (h). Contoh:

    No Kata Arab Alih Aksara

    1 ة

    ْيق ر

    Ṭarīqah ط

  • xiii

    ة 2 يَّ ْسالم ْ

    ة لْا ع ام ج

    ْ al-Jāmi‟ah al-Islāmiah ال

    ْود 3ج و

    ْة ال ْحد Waḥdat al-Wujūd و

    F. Huruf Kapital

    Penerapan huruf kapital dalam alih aksara ini, juga mengikuti Ejaan Bahasa

    Indonesia (EBI) yaitu, untuk menuliskan permulaan kalimat, huruf awal

    nama tempat, nama bulan, nama diri, dan lain-lain. Jika nama diri didahului

    oleh kata sandang, maka yang ditulis dengan huruf kapital tetap huruf awal

    nama diri tersebut, bukan huruf awal atau kata sandangnya. Contoh: Abū

    Hāmīd al-Gazālī, al-Kindī.

    Berkaitan dengan penulisan nama, untuk nama-nama tokoh yang berasal

    dari Indonesia sendiri, disarankan tidak dialihaksarakan meskipun akar

    katanya berasal dari bahasa Arab. Misalnya ditulis Abdussamad al-

    Palimbani, tidak „Abd al-Samad al-Palimbānī; Nuruddin al-Raniri, tidak

    Nūr al-Dīn al-Rānīrī

    G. Penulisan Kata Arab yang Lazim digunakan dalam Bahasa

    Indonesia

    Kata, istilah atau kalimat Arab yang ditransliterasi adalah kata, istilah atau

    kalimat yang belum dibakukan dalam bahasa Indonesia. Kata, istilah atau

    kalimat yang sudah lazim dan menjadi bagian dari pembendaharaan bahasa

    Indonesia, atau sudah sering ditulis dalam tulisan bahasa Indonesia, tidak

    lagi ditulis menurut cara transliterasi di atas. Misalnya kata Al-Qur‟an (dari

    al-Qur‟ān), Sunnah, khusus dan umum. Namun, bila kata-kata tersebut

    menjadi bagian dari satu rangkaian teks Arab, maka mereka harus

    ditransliterasi secara utu,Contoh:

    Fī ẓilāl al-Qur‟an

    al-„Ibārāt bi „umūm al-lafẓ lā bi khuṣūṣ al-sabab

  • xiv

  • xv

    DAFTAR ISI

    LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING ...................................... ii

    LEMBAR PERNYATAAN .................................................................. iii

    ABSTRAK .............................................................................................. iv

    KATA PENGANTAR ........................................................................... v

    PEDOMAN TRANSLITERASI .......................................................... ix

    DAFTAR ISI .......................................................................................... xv

    BAB I PENDAHULUAN ...................................................................... 1

    A. Latar Belakang ........................................................................ 1

    B. Identifikasi, Pembatasan dan Perumusan Masalah ................. 5

    C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ............................................... 9

    D. Tinjauan Pustaka ..................................................................... 10

    E. Metodologi Penelitian ............................................................. 13

    F. Sistematika Penulisan ............................................................ 14

    BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG ISRAILIYYAT ................ 16

    A. Pengertian Israiliyyat .............................................................. 16

    B. Macam-macam Israiliyyat ...................................................... 18

    C. Pandangan Ulama Terhadap Israiliyyat .................................. 20

    D. Perawi Riwayat Israiliyyat ...................................................... 21

    BAB III PROFIL TAFSIR DAN MUFASSIRNYA. .......................... 25

    A. PROFIL IBN KAṢĪR DAN TAFSIR

    AL-QUR‟AN AL-„AẒĪM .......................................................... 25

    1. Biografi Ibn Kaṣīr (Lahir, Wafat dan Pendidikan

    Ibn Kaṣīr) ......................................................................... 25

    2. Karya-karya Ibn Kaṣīr ..................................................... 28

    3. Karakteristik Tafsir Al-Qur‟an al-„Aẓīm Karya

    Ibn Kaṣīr: Metode, Corak dan Sistematika Penulisan

    Tafsir Al-Qur‟an al-„Aẓīm ............................................... 29

  • xvi

    a. Metode Tafsir Al-Qur‟an al-„Aẓīm Karya

    Ibn Kaṣīr ................................................................. 29

    b. Corak Tafsir Al-Qur‟an al-„Aẓīm Karya

    Ibn Kaṣīr ................................................................. 29

    c. Sistematika Penulisan Tafsir Al-Qur‟an al-„Aẓīm

    Karya Ibn Kaṣīr ...................................................... 29

    B. PROFIL HAMKA DAN TAFSIR AL-AZHAR ....................... 31

    1. Biografi Hamka (Lahir, Wafat dan

    Pendidikan Hamka) ............................................................ 31

    2. Karya-karya Hamka ........................................................... 33

    3. Motivasi Hamka Menulis Tafsir Al-Azhar ......................... 34

    4. Karakteristik Tafsir Al-Qur‟an al-„Aẓīm Karya

    Ibn Kaṣīr: Metode, Corak dan Sistematika Penulisan

    Tafsir Al-Qur‟an al-„Aẓīm .................................................. 37

    a. Metode Tafsīr al-Azhar ............................................ 37

    b. Corak Tafsīr al-Azhar ............................................... 38

    c. Sistematika penulisan Tafsīr al-Azhar ...................... 39

    C. PROFIL AL-ṬABARĪ DAN JAMI‟ AL BAYAN FI

    TA‟WIL AY AL- QUR‟AN ...................................................... 40

    1. Biografi Al-Ṭabarī (Lahir, Wafat dan Pendidikan al-Ṭabarī)

    .......................................................................................... 40

    2. Karya-karya Al-Ṭabarī ...................................................... 41

    3. Karakteristik Tafsir Jami‟ Al Bayan Fi Ta‟wil

    Ay Al- Qur‟an ................................................................... 42

    a. Metode Tafsir Al-Ṭabarī ........................................... 42

    b. Corak Tafsīr Al-Ṭabarī ............................................. 43

  • xvii

    BAB IV : ANALISA PENAFSIRAN IBN KAṢĪR, HAMKA DAN AL-

    ṬABARĪ TERHADAP RIWAYAT ISRAILIYYAT ATAS Q.S. AL-

    BAQARAH AYAT 30 DAN 102 .............................................................. 44

    A. Ayat yang ditafsirkan, Asbab Nuzul, Munasabah…………. 44

    B. Keinginan Malaikat terhadap Kehidupan yang Baik di Bumi ..... 47

    C. Kurangnya Wawasan Keilmuan Malaikat ................................... 51

    D. Bantahan atas Cerita Israiliyat bahwa Malaikat

    Bersyahwat……………………………………………… 52

    BAB V PENUTUP ............................................................................. .. 66

    A. Kesimpulan .......................................................................... .. 66

    B. Saran .................................................................................... .. 68

    DAFTAR PUSTAKA ........................................................................ .. 69

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Masalah

    Dalam keyakinan umat Islam, kepercayaan kepada malaikat merupakan

    salah satu pokok ajaran Islam. Kepercayaan ini dinilai oleh ulama sebagai

    salah satu rukun iman. Tidak sah iman seorang muslim apabila ia tidak

    percaya dengan adanya malaikat dengan sifat-sifat yang dijelaskan agama.1

    Dalil kepercayaan kepada para malaikat didasarkan firman Allah SWT.

    dalam Q.S. al-Baqarah: 285.

    ِبَما أُْنِزَل ِإلَْيِو ِمْن رَبِِّو َواْلُمْؤِمُنوَن ُكلٌّ آَمَن بِاللَِّو َوَمََلِئَكِتِو وَُكُتِبِو َوُرُسِلِو ََل آَمَن الرَُّسولُ ٥٨٢نُ َفرُِّق بَ ْيَن َأَحٍد ِمْن ُرُسِلِو َوقَاُلوا َسِمْعَنا َوَأَطْعَنا ُغْفَراَنَك رَب ََّنا َوِإلَْيَك اْلَمِصيرُ

    “Rasul telah beriman kepada Al-Qur‟an yang diturunkan kepadanya dari

    Tuhannya, demikian pula orang-orang yang beriman. Semuanya beriman

    kepada Allah, Malaikat-Malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya dan rasul-rasul-

    Nya. (Mereka mengatakan): "Kami tidak membeda-bedakan antara

    seseorangpun (dengan yang lain) dari rasul-rasul-Nya", dan mereka

    mengatakan: "Kami dengar dan kami taat". (Mereka berdoa):

    "Ampunilah kami ya Tuhan kami dan kepada Engkaulah tempat

    kembali".

    Malaikat adalah Makhluk yang sangat taat kepada Allah, sempurna,

    sesuai perintah-Nya, tidak melakukan sebelum dititahkan,2 sebagaimana

    dalam firman Allah SWT. Q.S. al-Anbiyā` 21: 27.

    ٥٢ ََل َيْسِبُقونَُو بِاْلَقْوِل َوُىْم بَِأْمرِِه يَ ْعَمُلونَ “Mereka itu tidak mendahului-Nya dengan perkataan dan mereka

    mengerjakan perintah-perintah-Nya”. (Q.S. al-Anbiyā` 21: 27).

    1 M. Quraish Shihab, Yang Tersembunyi Jin, Iblis, dan Malaikat dalam Al-Qur‟an –

    Sunnah, serta Wacana Ulama Masa Lalu dan Masa Kini (Jakarta: Lentera Hati, 2002),

    317. 2 Hakim Muda Harahap, Rahasia Al-Qur‟an Menguak Alam Semesta, Manusia,

    Malaikat dan keruntuhan Alam (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2007), 154.

  • 2

    Malaikat diciptakan dengan tabiat taat kepada Allah, mereka tidak

    memiliki kemampuan untuk berbuat maksiat.3 Sebagaimana firman-Nya.

    Q.S. at-Taḥrīm:6

    َها َمََلِئَكٌة يَا َأي َُّها الَِّذيَن آَمُنوا ُقوا َأنْ ُفَسُكْم َوَأىْ ِليُكْم نَارًا َوُقوُدَىا النَّاُس َواْلِحَجارَُة َعَلي ِْغََلٌظ ِشَداٌد ََل يَ ْعُصوَن اللََّو َما َأَمَرُىْم َويَ ْفَعُلوَن َما يُ ْؤَمُرونَ

    “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya

    malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah

    terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu

    mengerjakan apa yang diperintahkan”. (Q.S. at-Taḥrīm:6).

    Malaikat diciptakan dari cahaya kemuliaan, sebagaimana diriwayatkan

    oleh Abū asy-Syaīkh dari „Ikrimah.4 Itu artinya malaikat diciptaan dari dzat

    yang begitu istimewa. Peran mereka sebagai pesuruh Allah, sehingga

    manusia menerima pesan-pesan Allah melalui perantaraan salah satunya

    seperti Jibril as. menjadi alasan keberadaannya mesti diyakini

    kebenarannya, beserta kebenaran kalamullah yang dibawakan, dan para

    rasul yang menerimanya. Dari sinilah manusia mempunyai kewajiban

    beriman kepada malaikat, yakin bahwa mereka adalah para hamba Allah

    dan makhluk-Nya, mengakui kematian mungkin bagi mereka dan

    membenarkan bahwa mereka adalah pesuruh dan utusan Allah.5

    Barangsiapa yang ingkar dengan keberadaan malaikat, maka dia telah kafir,

    keluar dari Islam.6

    3 Umar Sulaiman, Rahasia Alam Malaikat Jin dan Setan (Jakarta: Qisty Pres, 2007), 29.

    4Imam Jalaluddin as-Suyuti, Al-Haba‟ik fi Akhbar al-Malaikat, Terj Muhammad Al-

    Migar, Menjelajah Alam Malikat terjemah dari Al-Haba‟ik fi Akhbar al-Malaik, cet.1

    (Bandung: Pustaka Hidayah. 2005), 20. 5Imam Jalaluddin as-Suyuti, Al-Haba‟ik fi Akhbar al-Malaikat, 20.

    6Abu Ka‟ab, “Iman Kepada Malaikat”. Diakses, https://muslim.or.id/6813-iman-

    kepada-malaikat.html, tanggal 13 September 2011 pukul 21.49 WIB.

    https://muslim.or.id/6813-iman-kepada-malaikat.htmlhttps://muslim.or.id/6813-iman-kepada-malaikat.html

  • 3

    Sebagaimana dipaparkan oleh Muhammad Quraish Shihab yang

    mengurai rinci terkait ciri, sifat, kemampuan malaikat, dikatakan bahwa

    dalam kehidupan sehari-hari, manusia kerap diperlihatkan ketakjuban dan

    keajaiban yang datang pada diri seseorang. Dalam kehidupan, tidak jarang

    pula manusia terbungkus dalam berbagai bentuk. Seseorang tidak akan tahu

    rahasia di balik semua itu. Yang jelas, salah satu kemampuan Malaikat bisa

    mengubah diri menjadi manusia.7

    Penulis mengutip dalam buku yang ditulis oleh Imam as-Suyūthī

    memberikan penjelasan hadis yang diriwayatkan oleh Ahmad didalam

    Musnad-nya 2/134 Rasulullah Saw. bersabda “Ketika Allah SWT.

    menurunkan Adam as. ke muka bumi, Malaikat berkata, “Wahai Tuhan,

    mengapa engkau hendak menjadikan khalifah di muka bumi itu orang yang

    membuat kerusakan kepadanya dan menumpahkan darah, padahal kami

    senantiasa bertasbih dengan memuji engkau dan mensucikan engkau? Allah

    menjawab “Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang kamu tidak ketahui”.

    (Q.S. 2:30). Lalu dalam percakapannya malaikat kembali bertanya “Wahai

    Tuhanku, bahwasanya kami lebih taat kepada-Mu daripada anak-anak

    Adam, Allah SWT. kembali berfirman “Bawalah (pilihlah dua malaikat

    untuk kami turunkan ke bumi, sehingga kami dapat melihat apa yang

    mereka berdua lakukan.” “Wahai Tuhan kami, (kami memilih) Harut dan

    Marut”. Keduanya pun diturunkan di muka bumi.8 Riwayat di atas yang

    menjadikan penulis ingin lebih dalam meneliti kajian tafsir mengenai respon

    malaikat ketika Allah perintahkan untuk turun dimuka bumi. Yang akan

    lebih fesifik dijelaskan dalam Q.S. al-Baqarah: 30 dan 102, dimana dalam

    percakapannya itulah seperti adanya percakapan malaikat terhadap perintah

    7 M. Quraish Shihab, Yang Halus dan Tak Terlihat: Malaikat dalam Al-Qur‟an (Jakarta:

    Lentera Hati, 2010), 9-10.

    8 Imam Falaluddin as-Suyuti, Al-Haba‟ik fi Akhbar al-Malaikat, 89-90.

  • 4

    Allah ketika malaikat mendengar akan diturunkannya seorang khalifah

    dimuka bumi, dan penulis akan meneliti bagaimana kwalitas akan hadis di

    atas.

    Imam al-Suyūṭī juga menyebutkan dalam al-Dūrr al-Mantsūr, 1/98-99

    menisbatkannya kepada Ibn Abī Hatim dan menshohihkannya bahwa Allah

    SWT. menurunkan kedua malaikat Harut dan Marut kemuka bumi, diberi

    syahwat9 seperti layaknya bani Adam.

    10 Kisah Harut dan Marut juga

    tercantumkan dalam firman Allah SWT. surah al-Baqarah: 102.

    َياِطيَن َكَفُروا َياِطيُن َعَلى ُمْلِك ُسَلْيَماَن َوَما َكَفَر ُسَلْيَماُن َوَلِكنَّ الشَّ ُلو الشَّ َوات َّبَ ُعوا َما تَ ت ْْحَر َوَما أُْنِزَل َعَلى اْلَمَلَكْيِن بَِباِبَل َىاُروَت َوَماُروَت َوَما يُ َعلَِّماِن ِمْن يُ َعلُِّموَن النَّ اَس السِّ

    ُهَما َما يُ َفرُِّقوَن بِِو بَ ْيَن اْلَمرْ َنٌة َفََل َتْكُفْر فَ َيتَ َعلَُّموَن ِمن ْ ِء َأَحٍد َحتَّى يَ ُقوََل ِإنََّما َنْحُن ِفت َْفُعُهْم َوَلَقْد َوَزْوِجِو َوَما ُىْم بِ َضارِّيَن ِبِو ِمْن َأَحٍد ِإَلَّ بِِإْذِن اللَِّو َويَ تَ َعلَُّموَن َما َيُضرُُّىْم َوََل يَ ن ْ

    َعِلُموا َلَمِن اْشتَ َراُه َما َلُو ِفي اْْلِخَرِة ِمْن َخََلٍق َولَِبْئَس َما َشَرْوا ِبِو َأنْ ُفَسُهْم َلْو َكانُوا ٢٠١ يَ ْعَلُمونَ

    “Dan mereka mengikuti apa yang dibaca oleh syaitan-syaitan pada masa

    kerajaan Sulaiman (dan mereka mengatakan bahwa Sulaiman itu

    mengerjakan sihir), padahal Sulaiman tidak kafir (tidak mengerjakan

    sihir), hanya syaitan-syaitan lah yang kafir (mengerjakan sihir). Mereka

    mengajarkan sihir kepada manusia dan apa yang diturunkan kepada dua

    orang malaikat di negeri BAbī l yaitu Harut dan Marut, sedang keduanya

    tidak mengajarkan (sesuatu) kepada seorangpun sebelum mengatakan:

    "Sesungguhnya kami hanya cobaan (bagimu), sebab itu janganlah kamu

    kafir". Maka mereka mempelajari dari kedua Malaikat itu apa yang

    dengan sihir itu, mereka dapat menceraikan antara seorang (suami)

    dengan isterinya. Dan mereka itu (ahli sihir) tidak memberi mudharat

    dengan sihirnya kepada seorangpun, kecuali dengan izin Allah. Dan

    mereka mempelajari sesuatu yang tidak memberi mudharat kepadanya

    dan tidak memberi manfaat. Demi, sesungguhnya mereka telah meyakini

    9 Di dalam diri manusia terkandung dorongan-dorongan yang mendesak manusia untuk

    melakukan hal-hal yang memberikan kepada kepuasan seksual, kepuasan kepemilikan,

    kepuasan kenyamanan dan kepuasan harga diri. 10

    Imam Falaluddin as-Suyuti, Al-Haba‟ik fi Akhbar al-Malaikat, 89-90.

  • 5

    bahwa barangsiapa yang menukarnya (kitab Allah) dengan sihir itu,

    tiadalah baginya keuntungan di akhirat, dan amat jahatlah perbuatan

    mereka menjual dirinya dengan sihir, kalau mereka mengetahui”. (Q.S.

    Al-Baqarah: 102).

    Dari ayat di atas banyak dari kalangan mufassir seperti al-Ṭabarī, Ibn

    Kaṣīr, dan lainya menafsirkan kata “malakaini” dengan makna “dua

    malaikat”, yang dimaksud di sini adalah Harut dan Marut.11

    Dari berbagai

    latar belakang masalah di atas terkait diturunkannya dua malaikat yakni

    Harut dan Marut yang Allah SWT. turunkan mereka ke muka bumi dan

    diberikannya syahwat bani Adam untuk menjalankan tugas-tugas mereka,

    maka penulis tertarik untuk meneliti tema tersebut ke dalam sebuat skripsi

    yang berjudul; “RIWAYAT ISRAILIYYAT DALAM TAFSIR (analisa

    kritis penafsiran IBN KAṢĪR, HAMKA DAN AL-ṬABARĪ atas Q.S. al-

    Baqarah Ayat 30 dan 102”.

    B. Identifikasi, Batasan dan Rumusan masalah

    1. Identifikasi Masalah

    Penulis meyakini bahwasanya malaikat adalah makhluk ciptaaan Tuhan

    yang paling tunduk dan patuh, namun terkait kata malaikat memiliki

    keinginan seperti halnya bani adam dalam surah al-Baqarah ayat 30 terdapat

    riwayat dalam buku Imam al-Suyūthī. menyebutkan dalam al-Dūrr al-

    Mantsūr, 1/98-99 menisbatkannya kepada Ibn Abī Hatim dan

    menshohihkannya bahwa Allah SWT. menurunkan kedua malaikat Harut

    dan Marut ke muka bumi, seperti layaknya bani Adam. Sehingga peneliti

    ingin mengkaji lebih dalam terkait persoalan riwayat hadis di atas bahwa

    malaikat yang melakukan maksiat. juga diulas dalam tafsir Ibn Kaṣīr

    bahwasanya Allah menurunkan dua malaikat ke muka bumi untuk

    11Ibn Kaṣīr, al-Misbahul Munir fii Tahdzibii Tafsiiri Ibnu Katsir Jilid 1, cet.17

    (Jakarta:Pustaka Ibnu Katsir), 284.

  • 6

    menjalankan tugasnya, yang untuk itu mereka menyerupai manusia.

    Masalah yang akan dibahas dalam skripsi ini adalah kebenarkan pendapat

    Imam Al-Suyūṭī dalam bukunya Menjelajah Alam Malaikat mengatakan ada

    dua malaikat yang dibahas dalam surah al-Baqarah ayat 102 adalah mereka

    yang diutus oleh Allah ke muka bumi seperti bani Adam. Dan telah

    ditemukan riwayat dalam Al-Dūrr al-Mantsūr, 1/98-99 menisbatkannya

    kepada Ibn Abī Hatim dan menshohihkannya bahwa Allah SWT.

    menurunkan kedua malaikat Harut dan Marut kemuka bumi, seperti

    layaknya bani Adam. Ditemukan pula riwayat dalam karya Ibn Kaṣīr

    tentang malaikat perihal q.s al-baqarah ayat 102 . Buya Hamka juga

    penyampaikan dengan satu riwayat dalam tafsirannya yang dianggap

    menurutnya adalah satu riwayat yang dahsyat kerena dalam riwayatnya di

    tulis nama sahabat Rāsulallah yang shahih, yaitu Sayyidinā „Abdullah bin

    „Umar. Buya Hamka menceritakan “konon katanya malaikat-malaikat

    dilangit berbicara mengapa terlalu banyak anak adam yang durhaka kepada

    Tuhan. Lalu apakah kedua malaikat itu memiliki keinginan seperti halnya

    manusia? Bagaimakah sikap kedua malaikat itu ketika diperintahkan oleh

    Allah untuk turun ke muka bumi layaknya seperti halnya manusia?

    Bagaimana mufasir Ibn Kaṣīr dalam kitab Tafsir Al-Qur‟an Al-Aẓīm, al-

    Tabari dan Buya Hamka dalam Tafsir al-Azhar mengemukakan

    penafsiranya dalam kitab tafsirnya? Apakah memang keduanya malaikat

    atau manusia? Apa persamaan dan perbedaan antara penafsiran Ibn Kaṣīr

    dan Hamka mengenai sikap kedua malaikat itu, ketika diperintah Allah

    untuk turun ke muka bumi dengan diberi syahwat seperti halnya manusia?

    Alasan penulis menggunakan dua rujukan tafsir di atas adalah karena

    penulis pertama kali mendapatkan permasalah di atas dari salah satu riwayat

    dalam Al-Dūrr al-Mantsūr karya Imam al-Suyūthī. Termasuk corak bi al-

  • 7

    ma‟tsur /tafsir bi al-riwayah. Di sini ada Hierarki dalam penafsiran bi al-

    ma‟tsur. Mulai dari al-Qur‟an bil Qur‟an, al-Qur‟an bil Sunnah, lalu al-

    Qur‟an bil Qoul Sahabī , Qoul Tabī ‟in dan sebagainnya. Dengan Hierarki

    kuwalitas penafsiran dibangun, dari yang paling utama sampai paling

    rendah. Saya kira Tafsir al-Qur‟an al-„Aẓīm karya Ibnu Kasir yang

    merepresentasikan karya tafsir abad pertengahan yang memakai corak bi al-

    ma‟tsur /tafsir bi al-riwayah ini menerapkan hirearki penafsiran itu.

    Kebetulan Ibn Kaṣīr sendiri adalah murid dari Ibn Taimiyyah. Ibn

    Taimiyyah menerapkan hierarki dalam prosedur penafsiran dalam al-

    Qur‟an.

    Sedangkan alasan untuk mengkaji lebih dalam pandangan Hamka dalam

    Tafsir al-Azhar karena Hamka juga penyampaikan dengan satu riwayat

    dalam tafsirannya yang dianggap menurutnya adalah satu riwayat yang

    dasyat kerena dalam riwayatnya ditulis nama sahabat Rasūlallah yang

    shahih, yaitu Sayyidina „Abdullah bin „Umar. Buya Hamka menceritakan

    “konon katanya malaikat-malaikat dilangit berbicara mengapa terlalu

    banyak anak adam yang durhaka kepada Tuhan. Saya sebagai penulis ingin

    lebih dalam mengkaji sehingga mendapatkan informasi yang benar. Kita

    tahu juga Hamka begitu luar biasa dikenal publik masyarakat Indonesia

    sebagai salah seorang ulama yang berpengaruh hingga saat ini, meski beliau

    telah wafat lebih dari 30 tahun yang lalu. Sehingga penulis ingin

    mengetahui persamaan dan perbedaan penafsiran dalam kedua ayat di atas

    yaitu Q.S. Al-Baqarah (02): 30 dan 102) tentang malaikat yang diutus Allah

    layaknya seperti bani Adam. Tujuannya agar mendapatkan informasi yang

    lebih baik. Dari tafsir abad pertengahan dan modern. Sehingga peneliti ingin

    mengkaji lebih dalam terkait bagaimana kedua mufasir menjelaskan

    tafsirannya tentang sikap malaikat ketika di perintah Sehubungan dengan

  • 8

    hal-hal tersebut, maka penulis mendapatkan beberapa masalah yang akan di

    kaji dalam skripsi ini, sebagai berikut:

    a. Bagaimana kwalitas riwayat perihal malaikat yang Allah ciptakan

    dan turunkan dimuka bumi, apakah seluruh malaikat atau pilihan

    saja?

    b. Bagaimana sikap dan peran malaikat dalam menjalankan tugas

    sebagai malaikat, ketika diperintan oleh Allah turun ke bumi seperti

    layaknya bani adam ?

    c. Apakah sebenaranya kedua malaikat bersyahwat ?

    d. Bagaimana penafsiran Ibn Kaṣīr, al-Tabari dan al-Azhar atas Q.S.

    Al-Baqarah (02): 30 dan 102 berkaitan dengan analisa kritik hadis

    malaikat ketika diperintah Allah untuk hidup di bumi.

    2. Pembatasan Masalah

    Kiranya akan lebih menarik jika penulis memaparkan poin “d” yang ada

    pada identifikasi masalah, yaitu : Bagaimana penafsiran Ibn Kaṣīr, al-Tabari

    dan al-Azhar atas Q.S. Al-Baqarah (02): 30 dan 102 berkaitan dengan

    analisa kritik hadis malaikat ketika diperintah Allah untuk hidup di bumi.

    Memaparkan pandangan yang menjelaskan malaikat yang diturunkan

    layaknya seperti bani adam, yang dijelaskan dalam dua surah al-Baqarah

    ayat 30 dan 102 menurut sebuah riwayat dalam al-Dūrr al-Mantsūr, 1/98-99

    menisbatkannya kepada Ibn Abī Hatim dan menshohihkannya bahwa Allah

    SWT. menurunkan kedua malaikat Harut dan Marut kemuka bumi, seperti

    layaknya bani Adam, kemudian penulis mencari penjelasan tersebut di

    dalam Tafsir Ibn Kaṣīr , al-Tabari dan Al-Azhar.

    3. Perumusan Masalah

    Berdasarkan latar belakang dan pembatasan masalah di atas dalam

    penelitian ini, penulis ingin merumusakan masalah dalam kajian skripsi ini

  • 9

    yakni poin “d” yang ada dalam identifikasi masalah : Bagaimana penafsiran

    Ibn Kaṣīr, al-Tabari dan al-Azhar atas Q.S. Al-Baqarah (02): 30 dan 102

    berkaitan dengan analisa kritik hadis malaikat ketika diperintah Allah untuk

    hidup di bumi ? .

    C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

    Adapun tujuan yang akan dicapai dalam penyusunan skripsi ini adalah:

    a. Tujuan penulisan skripsi ini untuk memenuhi tugas akhir dan

    memperoleh gelar sarjana strata satu (S-1) di Universitas Islam

    Negeri Jakarta.

    b. Mengetahui bagaimana penafsiran para mufassir dalam menafsirkan

    ayat tentang kisah Hārūt dan Mārūt.

    c. Mengetahui lebih lanjut bagaimana status riwayat yang ada dalam

    penafsiran Ibnu kasir Tafsir al-Quran al-„Azhim, al-Tabari

    dan tafsir Al-Azhar atas Q.S. Al-Baqarah (02): 30 dan 102)

    berkaitan dengan analisa kritik hadis malaikat ketika diperintah

    Allah untuk hidup di bumi.

    d. Untuk membuktikan atas tulisan yang mengatakan malaikat yang

    seperti halnya bani adam, dengan bukti bahwa malaikat adalah

    makhluk Allah yang taat dan tunduk.

    e. Sebagai penguat keimanan kita kepada malaikat agar akidah kita

    tidak melenceng.

    Adapun manfaat dari penulisan skripsi ini adalah:

    a. Peneliti berharap dapat memberikan wawasan bagi seluruh umat

    Islam khususnya peneliti sendiri yang mempercayai akan Malaikat

    adalah makhluk yang Mulia.

    b. Menambah wawasan keilmuan Islam dalam tafsir al-Qur‟an.

  • 10

    c. meyakinkan akan keimanan oranng awam dengan menjelaskan

    secara lebih mendalam tentang ketaatan Malaikat melalui pandangan

    mufasir.

    d. Penulis ingin memberikan sumbangsih kepada para pembaca,

    khususnya bagi penulis sendiri akan manfaat dari karya ilmiyah ini.

    D. Tinjauan Pustaka

    Skripsi yang penulis ambil tema tentang malaikat hampir sama dengan

    skripsi yang berjudul “Malaikat Perspektif Al-Qur‟an (Study komparatif

    Penafsiran Hamka dan M. Quraish Shihab)”. Skripsi karya Zakiah M

    Bandjar berisi tentang penciptaan fisik Malaikat, Hakikat Malaikat, dengan

    membandingakn antara tafsi al-Misbah dan al-Azhar.12

    Selanjutnya skripsi

    dengan judul “Peran Malaikat dalam Kitab Suci (Study komparatif Kitab

    Suci Al-Qur‟an dan Perjanjian Lama)”, Skripsi karya Joko Maryanto berisi

    tentang persamaan dan perbedaan peran Malaikat dalam kitab suci Al-

    Qur‟an dan dalam Perjanjian Lama.13

    Selanjutnya skripsi tema Malaikat hanya saja karya ini dikemas dengan

    penelitian lapangan, Dengan judul “Upaya Meningkatkan Keaktifan Belajar

    Siswa Kelas X pada Pembelajaran Iman Kepada Malaikat di

    Muhammadiyah Boarding School KAbūpaten Klaten Tahun Ajaran

    2014/2015”, Karya Laila Mifatkhul Hasanah. Ada lagi Skripisi dengan judul

    “Konsep Malaikat menurut Muhammad 'Abduh: studi atas Q.S al-

    Baqarah/2:30 dan Q.s al-Infithar/82:11”, Skripsi karya Ahmad Rizal berisi

    Konsep penciptaan Malaikat. Dalam skripsinya dia berfokus pada konsep

    12 Zakiah M Bandjar, “Malaikat Perspektif Al-Qur‟an (Study komparatif Penafsiran

    Hamka dan M. Quraish Shihab)” (Skripsi S1 Fakultas Ushuluddin program Studi Tafsir

    Hadis, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Jakarta, 2014). 13

    Joko Maryanto, Peran Malaikat dalam Kitab Suci (Study komparatif Kitab Suci Al-Qur‟an dan Perjanjian Lama) (Skripsi S1 Fakultas Ushuluddin universitas

    Muhammadiyah: Surakarta, 2014).

    http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/handle/123456789/18790http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/handle/123456789/18790

  • 11

    malaikat, isi skripsinya hanya menjelaskan penjelasan secara umum apa itu

    malaikat. juga menjelaskan arti penting malaikat dalam kehidupan menurut

    pandangan abduh.14

    Lalu ada skrispi dengan judul “Penggambaran malaikat dalam al-Quran

    (studi perbandingan antara penafsiran Ibn Katsir dan Hamka”, Skripsi karya

    Irfan Abdurrahmat berisikan tentang penggambaran sifat sifat Malaikat

    dengan membandingkan kedua tafsir yaitu penafsiran Ibn Katsir dan

    Hamka. Skripsi karya Irfan Abdurrahmat berisikan tentang penggambaran

    sifat sifat Malaikat dengan membandingkan kedua tafsir yaitu penafsiran

    Ibn Katsir dan Hamka, dalam skripsinya, beliau berfokus dalam menjelasan

    gambaran malaikat yakni tentang hakikat malaikat sebenarnya laki-laki atau

    perempuan, bersayap secara fisik atau metafisika dll. skripsinya dia, ingin

    membantahkan penjelasan ahli filsafal. Berbeda dengan skripsi yang yang

    berfokus pada sikap malaikat dalam menjalankan perintah Allah, dalam hal

    ini ada pembangkanan malaikat terhadap perintah Allah, yang hal ini

    dikuatkan oleh riwayat yang mengatakan ada malaikat yang diutus Tuhan

    untuk turun ke bumi dan diberi syahwat seperti bani adam. Riwayat inilah

    yang akan penulis lanjutkan penelitiannya menjadi sebuah skripsi.15

    Judul

    selanjutnya “Keberimanan kepada Malaikat dalam perspektif Pendidikan

    Islam”. Jurnal Kependidikan Islam vol 2 nomor 1 2004, Karya Afifudin

    Harizah. 16

    Ada tema tentang malaikat, hanya saja ini lebih spesifik kepada

    pembahasan malaikat jibril dengan judul“Jibril dalam Al-Qur‟an” Skripsi

    14 Ahmad Rizal, “Konsep Malaikat menurut Muhammad 'Abduh: studi atas Q.S al-

    Baqarah/2:30 dan Q.s al-Infithar/82:11, )” (Skripsi S1 Fakultas Ushuluddin program Studi

    Tafsir Hadis, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Jakarta, 2003). 15

    Irfan Abdurrahmat Penggambaran malaikat dalam al-Quran (studi perbandingan

    antara penafsiran Ibn Katsir dan Hamka (Skripsi S1 Fakultas Ushuluddin program Studi

    Tafsir Hadis, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011). 16

    Afifudin Harizah “Keberimanan kepada Malaikat dalam perspektif Pendidikan

    Islam”. Jurnal Kependidikan Islam vol 2 nomor 1 2004.

    http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/handle/123456789/25820http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/handle/123456789/25820http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/handle/123456789/18790http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/handle/123456789/18790http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/handle/123456789/25820http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/handle/123456789/25820

  • 12

    karya Lukman Hakim berisikan tentang keistimewaan Malaikat jibril yang

    sering di sebutkan dalam al-Qur‟an di bandingkan dengan Malaikat

    lainnya.17

    Ditemukan pula selanjutnya skripsi tema Malaikat dikemas dengan

    penelitian lapangan, dengan judul “Efektifitas Hasil Belajar Pelajaran

    Aqidah Akhlaq Materi Iman Kepada Malaikat-Malaikat Allah dan

    Makhlauk Gaib selain Malaikat Pada Peserta Didik Kelas VII MTS NU 01

    Bumi Jawa dengan Penggunaaan Mind Mapping”, skripsi Karya Syamsuf

    Ma‟arif yang berisikan kajian studi kasus tentang penerapan materi terkait

    pengetahuan murid MTS tentang materi iman kepda Malaikat. Fakultas

    Tarbiyyah Institut Agama Islam Negeri Walisongo Semarang. 2010.18

    “Penafsiran Malaikat dalam Tafsir Al-Manar (Studi atas Tafsir Q.S. Al-

    Baqarah ayat 34-35)” karya Susilo, Skripsi yang berisikan tentang

    penafsiran Malaikat dalam tafsir al-manar dilihat dari Q.S. al-Baqarah ayat

    34-35.19

    “Implementasi Metode Tematik Al-Qur‟an Untuk Memahami

    Makna Beriman Kepada Malaikat” Karya Munawar Rahmat M.Pd, Penulis

    ingin menggali langsung dari Al-Quran melalui metode tematik Al-Quran

    diharapkan makna beriman kepada para Malaikat dapat diungkap secara

    lebih gamblang. Studi ini berusaha memahami keterkaitan makna tiga term

    17 Lukman Hakim, Jibril dalam Al-Qur‟an (Skripsi S1 Fakultas Ushuluddin program

    Studi Tafsir Hadis, Universitas Islam Negeri Sunan Kali Jaga Yogyakarta, 2016). 18

    Syamsuf Ma‟arif, Efektifitas Hasil Belajar Pelajaran Aqidah Akhlaq Materi Iman

    Kepada Malaikat-Malaikat Allah dan Makhlauk Gaib selain Malaikat Pada Peserta Didik

    Kelas VII MTS NU 01 Bumi Jawa dengan Penggunaaan Mind Mapping (Skripsi Fakultas

    Tarbiyyah Institut Agama Islam Negeri Walisongo Semarang. 2010). 19

    susilo, Penafsiran Malaikat dalam Tafsir Al-Manar (Studi atas Tafsir Q.S. Al-

    Baqarah ayat 34-35) (Skripsi S1 Fakultas Ushuluddin program Studi Tafsir Hadis,

    Universitas Islam Negeri Sunan Kali Jaga Yogyakarta, 2015).

  • 13

    berikut: Khalîfah fil ardhi, Malaikat, dan Iblis perspektif Al-Quran

    berdasarkan pendekatan/metode tematik Al-Quran.20

    Skripsi yang penulis ambil tema tentang Malaikat hampir sama dengan

    kesepuluh penelitian tersebut. Akan tetapi, dari penelitian tersebut belum

    ada yang spesifik membahas tentang bagaimana sikap kedua malaikat yang

    telah dijelaskan dalam permasalah ketika diperintah Allah untuk turun ke

    muka bumi dengan diberi syahwat seperti halnya manusia? Bagaimana

    menurut pandangan Mufasir Ibn Kaṣīr dalam kitab Tafsir Al-Qur‟an Al-

    Azim dan Buya Hamka dalam Tafsir al-Azhar mengemukakan penafsiranya

    dalam kitab tafsirnya.

    E. Metodologi Penelitian

    Penelitian ini adalah penelitian kepustakaan (Library Research), yakni

    peneliti berusaha mendapatkan dan mengola data-data kepustakaan untuk

    mendapatkan jawaban dari masalah pokok yang diajukan.

    Metode yang digunakan dalam penulisan adalah Deskriptif Analitis yaitu

    metode penyajian fakta secara sistematis sehingga dapat dengan mudah di

    pahami dan di simpulkan.21

    Sedangkan Analitis adalah mengurai sesuata

    dengan tepat dan terarah. Yaitu sebuah model penelitian yang berupaya

    menggali sejauh mungkin informasi yang terdapat dalam buku buku. Data-

    data yang di peroleh oleh literature tersebut, kemudian dideskripsikan

    secara lengkap lalu dianalisis.22

    Deskripsi dilakukan yaitu setelah

    mendapatkan data-data yang berkaitan dengan

    20Munawar Rahmat, “Implementasi Metode Tematik Al-Qur‟an Untuk Memahami

    Makna Beriman Kepada Malaikat”. Jurnal Pendidikan Agama Islam_Ta‟lim. Vol. 13, No.

    1_2015). 21

    Saifuddin Azwar, Metode Penelitian (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,1999), 6. 22

    Didin, Saifuddin Bukhory, Metodelogi Study Islam, cet. 1 (Bogor: Granada Sarana

    Pustaka: 2015), 23-24. untuk pengertian metodologi bias lebih lanjut baca Saifuddin

    Azwar, Metode Penelitian (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,1999), 6.

  • 14

    1. Pengumpulan data

    a. Sumber data primer

    Adapun literatur pokok yang menjadi acuan dalam penelitian adalah

    penjelasana dalam tafsir Ibnu kasir Tafsir al-Qur‟an al-„Aẓim, Tafsir Jami‟

    al-Bayan fi Ta‟wil al-Qur‟an dan tafsir al-Azhar karya Buya Hamka.

    b. Sumber data Sekunder

    Karya-karya ilmiyah yang menjadi penunjang dalam penelitian seperti,

    buku yang berjudul menjelajah alam Malaikat, buku Malaikat pun bertanya.

    Dan acuan lainnya seperti kitab-kitab tafsir, artikel artikel dan lainnya.

    F. Sistematika Penulisan

    Dalam sistematika penulisan, penulis membagi menjadi lima bab, setiap

    bab terdiri beberapa sub-sub yang yang dimaksudkan untuk mempermudah

    dalam penyusunan serta mempelajarinya, dengan sistematika

    Bab pertama, berisi pendahuluan yang akan mengulas perihal latar

    belakang masalah, identifikasi pembatasan dan perumusan masalah, tujuan

    dan manfaat penulis, metode penelitian, tinjauan pustaka, dan diakhiri

    dengan sistematika penulisan. Bab ini berusaha memberikan gambaran

    singkat tentang masalah yang akan dibahas pada bab selanjutnya.

    Bab kedua, membahas tinjauan umum tentang konsep atau gambaran

    tentang pengertian malaikat, sejarah-sejarah malaikat, fungsi dan tugas

    malaikat, dan sedikit pendapat mufasir dalam menafsirkan arti malaikat

    secara global. ini adalah uraian secara umum untuk memberi penjelasan dari

    sebuah permasalah pada bab pertama .

    Bab ketiga ini menjelaskan tentang riwayat hidup (Biografi) dan metode

    penafsiran meliputi: biografi Ibnu Kasir, latar belakang Tafsir al-Quran al-

    „Aẓim, metode penafsiran Tafsir al-Quran al-„Aẓim, biografi Hamka, latar

    belakang tafsir al-Azhar, metode penafsiran tafsir al-Azhar. Pada bab ini

  • 15

    sangat berpengaruh penting bagi peneliti untuk mencari informasi penelitian

    sebagai bahan utama penelitian menggunakan pendapat mufassir di atas.

    Bab keempat, dalam tulisan ini berisi tentang analisis pemapaparan

    perbandingan perbedaan dan persamaan meliputi: interpretasi Ibnu Kasir

    dalam Tafsir al-Quran al-„Aẓim, Tafsir Jami‟ al-Bayan fi Ta‟wil al-Qur‟an

    dan Hamka dalam tafsir al-Azhar menafsirkan berkaitan dengan analisa

    kritik hadis atas Q.S. al-Baqarah (02): 30 & 102) tentang malaikat ketika

    diperintah Allah untuk hidup di bumi dengan sikap kedua Malaikat di

    perintah Allah untuk ke muka bumi layaknya bani adam. Serta menjelaskan

    bagaimana kebenaran sebenarnya tentang kedua Malaikat ketika Allah utus

    di bumi. tetap menjadi kategori malaikat atau manusia, di sertakan

    alasannya. Bab empat ini sangat berkesinambungan dengan bab

    sebelumnya, bab sebelumnya sangat membantu bagi peneliti untuk

    mengetahui metode penafsirannya. Di bab inilah sebagai bahan analisa

    peneliti untuk menguraikan pembahasan yang lebih inti pada bagian skripsi.

    Bab kelima merupakan bab penutup yang terdiri dari kesimpulan sebagai

    jawaban dari sebuah permasalah yang ada pada bab pertama, yang

    didasarkan pada keseluruhan uraian dan pembahasan yang telah dijelaskan

    dalam bab-bab sebelumnya. Juga memuat saran-saran yang diperlukan.

    Penulis menjawab permasalah penelitian yang diangkat.

  • 16

    BAB II

    TINJAUAN UMUM TENTANG ISRAILIYYAT

    A. Pengertian Israiliyyat

    Pengertian Israiliyyat ditinjau dari segi etimologis, Israiliyyat merupakan

    bentuk jamak dari kata Israiliyah. Yaitu bentuk kata yang dinisbahkan pada

    kata Israil. Dalam bahasa Ibrani (Hebrew), Isra berarti hamba atau pilihan,

    dan il berarti Allah, atau bisa diartikan dengan Abdullah (Hamba Allah).23

    Israil adalah anak cucu keturunan Nabi Ya‟qub bin Ishaq bin Ibrahim a.s

    dalam al- Qur‟an seringkali disebut Bani Israil dalam rangka mengingatkan

    mereka terhadap nikmat-nikmat Allah yang diberikan-Nya kepada nenek

    moyang mereka dan agar mereka juga kembali ke jalan yang benar yang

    telah dinyatakan di dalam kitab Taurat mereka yang asli menngenai

    kerasulan Muhammad Saw.24

    Para ulama menggunakan istilah Israiliyyat untuk riwayat yang didapat

    dari orang-orang Yahudi dan Nasrani, baik berupa kisah-kisah atau

    dongengan yang umumnya berkaitan dengan fakta-fakta sejarah, keadaan

    umat pada masa lampau dan berbagai hal yang pernah terjadi pada para nabi

    dan Rasul, serta informasi tentang penciptaan manusia dan alam.25

    Orang

    Yahudi adalah Ahli Kitab yang banyak bergaul dengan orang Islam,

    perdabannya paling tinggi bila dibandingkan dengan yang laiinnya, demikan

    pula tipu daya yang digunakan untuk menghancurkan ajaran Islam yang

    merupakan tindakan yang sangat berbahaya. Atas dasar inilah akhirnya kata

    23 Supiana dan M. Karman, Ulumul Qur„an dan Pengenalan Dasar Metodologi

    (Bandung: Pustaka Islamika, 2002), 197. 24

    Afrizal Nur, Dekontruksi Israiliyyat dalam tafsir al-Misbah, an-Nida: Jurnal

    Pemikiran Islam, Vol. 39, No. 1, Januari-Juni 2014, 36. 25

    Anshori, Ulumul Qur„an Kaidah-kaidah Memahami Firman Tuhan (Rajawali

    Pers, 2014). 230

  • 17

    Israiliyyat sering dinisbahkan kepada kaum Yahudi.26

    Karakter Bani Israil

    telah diabadikan dalam al-Qur‟an, hal ini bukannya sebagai sejarah belaka,

    tetapi melangkah lebih jauh dalam artian bahwa umat Islam harus tetap

    waspada dan berhati-hati terhadapa pola dan tingkah laku serta tipu

    dayanya, sekaliggus menjadi peringatan untuk tidak mengikuti jejak

    mereka.27

    Adapun Israiliyyat menurut pendapat para ulama diantaranya adalah:

    1. Menurut al-Dzahabi, secara terminologi Israiliyyat adalah kisah-

    kisah yang pada asalnya diriwayatkan orang Yahudi. Maksudnya,

    setiap sesuatu yang masuk ke dalam tafsir dan hadits yang sumber

    periwayatannya kembali pada sumber orang Yahudi, Nasrani, dan

    yang lain. Atau lebih memperluas lagi definisi Israiliyyat ini,

    sehingga meliputi cerita-cerita yang disusupkan oleh musuh-musuh

    Islam, baik dari Yahudi atau lainnya ke dalam tafsir dan hadits, yang

    sama sekali tidak dijumpai dasarnya dalam sumber-sumber cerita

    lama, akan tetapi semua itu merupakan buatan musuh-musuh

    Islam.28

    2. Amin al-Khulli berpendapat bahwa Israiliyyat merupakan

    pembauran kisah- kisah dari agama dan kepercayaan bukan Islam,

    yang meresap masuk jazirah Arab Islam. Kisah-kisah tersebut

    dibawa oleh orang-orang Yahudi yang sejak dulu berkelana ke arah

    timur Babilonia dan sekitarnya, sedangkan ke arah Barat menuju

    Mesir. Setelah kembali ke negara asal, mereka membawa

    26 Ahmad Syadali dan Ahmad Rofi‟i, Ulumul Qur„an (Bandung: Pustaka Setia,

    2006), 240.

    27 Basri Mahmud, Israiliyyat dalam Tafsir al-Thabari (al-Munzir Vol.8 No.2,

    November 2015),162. 28

    Muhammad Husein adz-Dzahabi, Israiliyat dalam Tafsir dan Hadits (Bogor: PT Pustaka Litera Antar Nusa, 1993), 9.

  • 18

    bermacam-macam berita keagamaan yang mereka jumpai dari

    negara-negara yang mereka singgahi.29

    Ditarik kesimpulan bahwasanya Israiliyyat adalah sebuah kisah, cerita

    atau dongeng yang berisikan bersumber dari orang non Islam baik sejalan

    ataupun tidak sejalan dengan Islam.

    B. Macam-macam Israiliyyat

    Ada tiga macam israiliyyat

    1. Kisah yang Benar (Shahih)

    Kisah yang benar (shahih) Kategori ini termasuk kategori yang boleh di

    terima dan diakui kebenarannya. Contohnya: Riwayat Bukhari dan

    selainnya Ibn Mas‟ud r.a mengatakan: Datanglah salah seorang Habr

    (pendeta kaum Yahudi), kepada Rasulullah SAW dan mengatakan “ Wahai

    Muhammad, sesungguhnya kami mendapati (dalam kitab kami) bahwasanya

    Allah SWT menjadikan langit-langit pada satu jari, bumi-bumi di satu jari

    dan seluruh mahluk di satu jari, kemudian Allah SWT berfirman: “Akulah

    Raja”. Rasulullah SAW lantas tertawa hingga terlihat gigi grahamnya

    karena membenarkan perkataan sang Habr,30

    kemudian beliau membaca

    firman Allah SWT :

    َماَواُت َمْطِويَّاٌت بَِيِميِنِو َوَما َقَدُروا اللََّو َحقَّ َقْدرِِه َواْْلَْرُض َجِميًعا قَ ْبَضُتُو يَ ْوَم اْلِقَياَمِة َوالسَّ

    ا ُيْشرُِكونَ ُسْبَحانَُو َوتَ َعاَلى َعمَّ

    “Dan mereka tidak mengagungkan Allah dengan semestinya, padahal

    bumi seluruhnya dalam genggamanNya pada hari kiamat dan langit

    digulung dengan tangan kananNya. Maha Suci Tuhan dan Maha Tinggi

    Dia dari apa yang mereke persekutukan.” ( Az-Zumar/39:67)

    29 Muhammad Chirzin, al-Qur„an dan Ulumul Qur„an (Yogyakarta: Dana Bakti

    Prima Yasa, 1998), 78. 30

    Bukhori At-Tafsir no.4811 dan Muslim “Shifaatul Muanaafiqin Wa

    Ahkaamuhun”, no.2786

  • 19

    2. Kisah yang palsu (dhaif) Adapun contohnya ialah: “seorang

    wanita yahudi berkata bila di gauli dari belakang niscaya akan

    mendapatkan anak yang juling matanya” di riwayatkan oleh

    Bukhori dari jabir ra. Lalu turunlah firman Allah:

    ُموا ِْلَنْ ُفِسُكْم َوات َُّقوا اللََّو ِنَساؤُُكْم َحْرٌث َلُكْم فَْأتُوا َحْرَثُكْم َأنَّى ِشْئُتْم َوَقدِِّر اْلُمْؤِمِنينَ َواْعَلُموا َأنَُّكْم ُمََلُقوُه َوَبشِّ

    Istrimu adalah ladang bagimu, maka datangilah ladangmu

    sesukamu. (Q.S al-Baqarah: 223).”31

    Kategori ini tidak bisa di terima karena bertentangan dengan

    syari‟at.32

    3. Kisah Israiliyat yang tidak diakui dan tidak diingkari Pada kisah

    ini diwajibkan untuk diam. Bukhori meriwayatkan, Abu

    Hurairah ra mengatakan “Ahli kitab membaca Taurat dalam

    bahasa Ibrani, mereka menafsirkan dengan bahasa arab untuk

    kaum Muslimin, maka Rasulullah SAW bersabda” janganlah

    kalian membenarkan Ahli kitab dan janganlah mendustakan

    mereka, akan tetapi katakanlah “kami telah beriman kepada

    kitab-kitab yang diturunkan kepada kami yang diturunkan

    kepada kamu”.33

    C. Pandangan Ulama Terhadap Riwayat Israiliyyat

    Hubungan yang begitu erat antara umat Islam, Yahudi maupun Nasrani,

    mengakibatkan terjadinya akulturasi budaya diantara keduanya, maka tidak

    dapat dielakkan juga terjadinya penyerapan ajaran-ajaran mereka ataupun

    umat Yahudi dan Nasrani seperti yang telah penulis ungkapkan di atas.

    Untuk hal tersebut ulama menyikapinya dengan berbeda-beda pendapat,

    31 Bukhari At-Tafsir no.4811 dan muslim “Kibab An-Nikah no 1435

    32 Adz-Dzahabi,Tafsir wal Muffasirun.180.

    33 Bukhari At-Tafsir Bab 11: Qouluhu Ta‟alla hadist no.1435.

  • 20

    agar mempermudah pembahasan, peta pemikiran dan pendapat para ulama

    tentang Israiliyyat, maka penulis akan menggambarkan beberapa pendapat

    ulama tentang Israiliyyat. Dalam memandang Israiliyyat, Ibnu Taimiyah

    bertolak kepada tiga bagian, yaitu: Israiliyyat yang masuk dalam bagian

    yang sejalan dengan Islam perlu dibenarkan dan boleh diriwayatkan,

    sedangkan yang masuk dalam bagian yang tidak sejalan dengannya harus

    ditolak dan tidak boleh diriwayatkan. Sementara itu, Israiliyyat yang tidak

    masuk bagian pertama dan kedua tidak perlu dibenarkan dan didustakan,

    tetapi boleh diriwayatkan.34

    Ibnu Khaldun dalam muqaddimahnya menyatakan diperbolehkannya

    merujuk kepada Ahli Kitab. Keterangannya tersebut diungkapkan dengan

    redaksi sebgai berikut, “Tafsir itu terbagi menjadi dua macam. (salah

    satunya adalah tafsir naqli yang disandarkan kepada riwayat- riwayat yang

    dinukil dari kaum salaf). Berita-berita yang dinukil dari kaum salaf biasanya

    yang berupa pengetahuan tentang nasikh Mansukh, asbab an- nuzul, maksud

    beberapa ayat, dan segala sesuatu yang tidak bisa diketahui kecuali melalui

    riwayat dari generasi sahabat dan tabi‟in. Sebenarnya generasi awal umat ini

    sudah memiliki perhatian yang sangat besar terhadap riwayat- riwayat naqli

    ini. Hanya saja kitab dan hasil nukilan mereka masih banyak mengandung

    unsure yang baik dan buruk atau maqbul dan mardud.35

    D. Perawi Riwayat Israiliyyat

    Seperti yang telah penulis utarakan di atas, bahwa para sahabat seperti

    dikisahkan tidak mengambil sesuatu dari Ahlu al-Kitab ketika mereka

    memusatkan perhatian kepada tafsir al-Quran, kecuali kepada hal-hal

    tertentu saja itupun sangat kecil. Pada masa tabi‟in, pemeluk Islam semakin

    34 Rasihan Anwar, Melacak Unsur-Unnsur Israiliyyat Dalam Tafsir Ath-Thabari

    dan Tafsir Ibnu Katsir, (Bandung: CV. Pustaka Setia, 1999), 42. 35

    Muhammad Abdurrahim Muhammad, Tafsir Nabawi, (Jak-Sel: Pustaka Azzam,

    2001), 102.

  • 21

    bertambah dikalangan Ahli Kitab dan diriwayatkan bahwa para tabi‟in

    banyak mengambil informasi dari mereka. Para mufassir yang datang

    setelah periode para tabi‟in juga lebih giat dan rajin mengadopsi informasi

    yang berasal dari orang Yahudi.36

    Pada periwayatan, telah termasyhur adanya golongan dari kalangan

    sahabat, tabi‟in dan pengikut tabi‟in yang meriwayatkan cerita-cerita

    Israiliyyat. Kita melihat terlebih dahulu orang yang termasyhur di dalam

    meriwayatkan cerita Israiliyyat dari kalangan sahabat, kemudian yang

    termasyhur dikalangan para tabi‟in, dan kemudian yang termasyhur dari

    kalangan pengikut tabi‟in.37

    1. Perawi dari kalangan sahabat tidak dapat diragukan lagi,

    bahwasannya segolongan diantara mereka mengembalikan persoalan

    kepada sebagian orang yang telah memeluk Islam dan kalangan Ahli

    Kitab, mereka mengambil dari orang- orang tersebut cerita-cerita

    yang dikemukakan di dalam kitabnya dengan terperinci, sementara

    di dalam al-Quran dikemukakan secara singkat dan global. Hanya

    saja para sahabat Rasul itu, di dalam mengembalikan persoalan

    kepada Ahli Kitab, senantiasa mempergunakan cara yang benar dan

    tepat, sejalan dengan apa yang ditetapkan oleh Rasulullah.38

    Diantara sahabat yang dikenal dalam periwayatan cerita Israiliyyat adalah:

    36Thameem Ushama, Metodologi Tafsir al-Quran, Kajian Kriis, Objektif dan

    Komprehensif, (Jakarta: Penerbit Riora Cipta), 65.

    37 Muhammad Husein Adz-Zahabi, Penyimpangan-Penyimpangan Dalam

    Penafsiran Al- Quran, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1996), 65.

    38 Rasihan Anwar, Melacak Unsur-Unnsur Israiliyyat Dalam Tafsir Ath-Thabari

    dan Tafsir Ibnu Katsir, (Bandung: CV. Pustaka Setia, 1999), 37.

  • 22

    a. Tamim ad-Dari

    Dia merupakan perawi yang berasal dari Nasrani, mengetahui

    banyak ilmu Nasraniah dan berita-beritanya. Disamping mengetahui

    ilmu Nasraniah, ia mengetahui pula ilmu-ilmu lainnya, seperti

    kejadian-kejadian, peperangan-peperangan dann berita-berita umat

    terdahulu. Tamim ad-Dari adalah orang pertama yang mengisahkan

    cerita Israiliyyat dan ia meminta izin kepada Umar bin al-Khattab,

    lalu Umar mengizinkannya. Yang jadi pertanyaan adalah, mengapa

    Umar yang sangat hati-hati dalam menerima riwayat akan

    mengizinkan Tamim untuk mengisahkan cerita yang penuh dengan

    kebbohongan kepada orang.39

    b. Abdullah bin Salam

    Nama lengkap beliau adalah Abu Yusuf Abdullah bin Salam bin

    Haris al-Israilly al-Anshari, beliau merupakan anak dari Yusuf bin

    Ya‟qub, dan beliau menyatakan keislamannya ketika Rasulullah tiba

    di kota Madinah. Ia pun salah seorang sahabat yang dikabarkan

    masuk surga. Dalam perjuangan menegakkan Islam, ia termasuk

    pejuang dalam perang Badar dan ikut menyaksikan penyerahan Bait

    al-Maqdis ketangan umat Islam. Riwayat-riwayatnya banyak

    diterima oleh kedua putranya: Yusuf Muhammad, Auf bin Malik,

    Abu Hurairah, dan lain- lain. Imam Bukhari pun memasukkan

    beberapa riwayat darinya.40

    2. Perawi Dari Kalangan Tabi‟in

    Sebagaimana penulis utarakan di atas, bahwasannya tabi‟in banyak

    mengambil cerita dari Ahli Kitab. Pada zaman itu banyak sekali cerita

    39 Muhammad Husein Adz-Zahabi, Penyimpangan-Penyimpangan Dalam

    Penafsiran Al- Quran, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1996), h. 87 40

    Rasihan Anwar, Melacak Unsur-Unnsur Israiliyyat Dalam Tafsir Ath-Thabari dan Tafsir Ibnu Katsir, (Bandung: CV. Pustaka Setia, 1999), 37.

  • 23

    tersebut di dalam tafsir dan hadis. Hal itu karena banyaknya Ahli Kitab yang

    memeluk agama Islam, dan ada kecenderungan orang-orang untuk

    mendengarkan cerita yang bersifat global di dalam al-Quran, yang diuraikan

    dengan cerita-cerita Yahudi, Nasrani mupun lainnya.41

    Diantara mereka yang dituduh meriwayatkan Israiliyyat, adalah Ka‟ab

    al-Akhbar dan Wahab bin Munabbih, yang kedua ulama Yahudi dan

    keduanya masuk Islam setelah mengetahui kebenaran Islam.

    a. Ka‟ab al-Akhbar Nama lengkap beliau adalah Abu Ishaq Ka‟ab bin

    Mani al- Humairi, ia dikenal dengan sebutan Ka‟ab al-Akhbar. Ia berasal

    dari Yahudi di Yaman dan menurut Ibnu Hajar, ia masuk Islam pada

    kekhalifahan Umar bin Khattab. Dalam perjuangannya menegakkan Islam,

    ia ikut menyerbu Syam bersama kaum muslim lainnya. Riwayat-riwayatnya

    banyak diterima oleh Muawiyyah, Abu Hurairah, Ibnu Abbas, Malik bin

    Amir dan lain-lain. Menurut Abu Rayah, ia adalah seorang yang

    menunjukkan keislamannya dengan tujuan menipu, hatinya

    menyembunyikan sifat-sifat keyahudiannya Dalam perjuangannya

    menegakkan Islam, ia ikut menyerbu Syam bersama kaum muslim lainnya.

    Riwayat-riwayatnya banyak diterima oleh Muawiyyah, Abu Hurairah, Ibnu

    Abbas, Malik bin Amir dan lain-lain. Menurut Abu Rayah, ia adalah

    seorang yang menunjukkan keislamannya dengan tujuan menipu, hatinya

    menyembunyikan sifat-sifat keyahudiannya, dan dengan kecerdikannya, ia

    berusaha memanfaatkan keluguan Abu Hurairah agar tertarik kepadanya

    sehingga beliau dengan mudah menceritakan khurafat-khurafat kepadanya.42

    41 Muhammad Husein Adz-Zahabi, Penyimpangan-Penyimpangan Dalam

    Penafsiran Al- Quran, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1996), 91 42

    Rasihan Anwar, Melacak Unsur-Unnsur Israiliyyat Dalam Tafsir Ath-Thabari dan Tafsir Ibnu Katsir, (Bandung: CV. Pustaka Setia, 1999), 37.

  • 24

  • 25

    BAB III

    PROFIL TAFSIR DAN MUFASSIRNYA

    1. Profil Ibn Kaṣīr Dan Tafsir Al-Qur’an al-‘Aẓīm

    1. Biografi Ibn Kaṣīr (Lahir, Wafat dan Pendidikan Ibn Kaṣīr)

    Nama kecil Ibn Kaṣīr adalah Ismail. Nama lengkapnya adalah Syaīkh al-

    Imām al-Ḥafiẓ Abū al-Fida‟ „Imaduddīn Isma‟il bin „Umar Katsir bin Ḍau‟

    bin Katsīr al-Qurasy al-Dimasyqī.43

    Lahir di desa Mijdal dalam wilayah

    Bushara (Bashrah), tahun 700 H. / 1301 M. Oleh karena itu ia mendapat

    predikat al- Buṣarawī (orang Bushra). Ibn Kaṣīr berasal dari keluarga

    terhormat. Ayahnya seorang ulama terkemuka dimasanya, Syihab al-Dīn

    Abū Hafṣ „Amr Ibn Kaṣīr bin Ḍaw‟ ibn Zarā‟ al-Qurasyī, pernah mendalami

    madzhab Hanafi, kendatipun menganut madzhab Syafi‟i setelah menjadi

    khatib di Bushra. berkata dalam biografi ayahnya bahwa ayahnya wafat

    pada tahun 703 H. Ketika usianya tiga tahun. Dalam usia kanak-kanak,

    setelah ayahnya wafat, Ibn Kaṣīr dibawa kakaknya (Kamal al-Dīn„ „Abd al-

    Wahhāb) dari desa kelahirannya ke Damaskus. Di kota inilah ia tinggal

    hingga akhir hayatnya. Karena perpindahan ini, ia mendapat predikat al-

    Dimasyqi (orang Damaskus).44

    Sebagian pendapat yang lain mengatakan bahwa Nama lengkap Ibn Kaṣīr

    ialah, Isma‟l bin „Umar bin Katsir bin Ḍau bin Ḍar‟īn yang kemudian

    dipanggil “Abū al-Fida” dan beliau dijuluki dengan “Imaduddin” yang

    43 Ahmad Muhammad Syakir, Umdat at-Tafsir al-Hafidz Ibn Katsir (Mesir: Dar al-

    Ma‟arif, 1959), 22. 44

    Nur Faizin Maswan, Kajian Diskriptif Tafsir Ibnu Katsir (Jakarta: Menara Kudus,

    2002), 35.

  • 26

    berarti tiang agama, yang sampai sekarang ini beliau terpanggil dengan

    sebutan “al-Ḥafiẓ Ibn Kaṣīr .45

    Selama hidupnya Ibn Kaṣīr didampingi seorang istri yang dicintainya

    yang bernama Zainab. Setelah menjalani hidupnya yang panjang, penuh

    didikasi pada Tuhannya, agama, negara dan dunia keilmuan, 26 Sya‟ban

    774 H, bertepatan pada bulan Februari 1373 M, pada hari Kamis, Ibn Kaṣīr

    dipanggil kerahmat Allah.46

    Ibn Kaṣīr menyatakan “kematiannya menarik

    perhatian orang ramai dan tersiar kemana-mana. Dia dikuburkkan atas

    wasiatnya sendiri, di sisi pusara Syaīkh Islam Ibn Taimiyyah, di kuburan

    para sufi, terletak diluar pintu al-Nashr kota Damaskus.47

    Pendidikan Ibn Kaṣīr berawal Pada usia 7 tahun mulai untuk menghafal

    al-Qur‟an.48

    Dan pada umur 11 tahun Ibn Kaṣīr menyelesaikan hapalan al-

    Qur‟an, dilanjutkan memperdalam ilmu qirā‟at dari studi tafsîr dan ilmu

    tafsîr, kepada gurunya yaitu Syaikh al-Islam Ibnu Taimiyah (661-728 H)49

    .

    Ibn Kaṣīr adalah seorang ulama yang berilmu tinggi dan mempunyai

    wawasan ilmiyah yang cukup luas, para ulama dimasanya sangat terkenal

    alam kepandaian ilmu yang dimilikinya, baik bidang tafsir, hadis dan

    sejarah (Tarīkh). Berkat kegigihannya beliau menjadi ahli tafsir ternama,

    ahli hadis, sejarawan serta ahli fiqih pada abad ke-8 H.50

    45 An-Nursiy, Syaikh Mohammad Sa‟id. Tokoh-tokoh Besar Islam Sepanjang Sejarah

    (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar. 2007), 207. 46

    Nur Faizin Maswan, Kajian Diskriptif Tafsir Ibnu Katsir: Membedah Khazanah

    Klasik,,(Jakarta: Menara Kudus, 2002), 36. 47

    Ibnu Katsir, Huru-Hara Hari Kiamat (Mesir: Maktabah Al-Turats Al-Islami, 2002),

    2. 48

    Muhammad Nasib Ar-Rifa‟i, Kemudahan dari Allah ringkasan Ibnu Katsir (Jakarta:

    Gema Insani Pres, 1999), 12. 49

    Nur Faizin Maswan, Kajian Diskriptif Tafsir Ibnu Katsir: Membedah Khazanah

    Klasik, 36. 50

    Muhammad Nasib Ar-Rifa‟I, Kemudahan Dari Allah Ringkasan Tafsir Ibnu Katsir

    (Jakarta: Gema Insan Press,1999), 13.

  • 27

    Ibn Kaṣīr merupakan pakar fiqh yang dapat dipercaya, pakar hadist yang

    cerdas, sejarawan ulung, dan pakar tafsir yang paripuna.51

    Para ahli meletakkan beberapa gelar keilmuan kepada Ibn Kaṣīr sebagai

    kesaksian atas kepiawaiannya dalam beberapa bidang keilmuan yang ia

    geluti yaitu:

    a. al-Ḥafīẓ, orang yang mempunyai kapasitas hapal 100.000 hadis,

    matan maupun sanad.

    b. al-Muḥaddiṣ, orang yang ahli mengenai hadis riwayah dan

    dirayah, dapat membedakan cacat atau sehat, mengambilnya dari

    imam-imamnya, serta dapat mensahihkan dalam mempelajari dan

    mengambil faedahnya.

    c. al-Faqīh, gelar bagi ulama yang ahli dalam ilmu hukum Islam

    (fiqh), namun tidak sampai tingkat mujtahid.

    d. al-Mu‟arrīkh, seorang yang ahli dalam bidang sejarah atau

    sejarawan.

    e. al-Mufassīr, seorang yang ahli dalam bidang tafsîr, yang

    menguasai beberapa peringkat berupa ulūm al-Qur‟an dan

    memenuhi syarat-syarat mufassir.

    Di antara lima predikat tersebut, al-Ḥafīẓ merupakan gelar yang paling

    sering disandangkan pada Ibn Kaṣīr. Ini terlihat pada penyebutan namanya

    pada karya-karyanya atau ketika menyebut pemikirannya.52

    Selain mempelajari hadis beliau juga belajar berbagai macam jenis

    qira‟at hingga menjadi ulama ahli Qur‟an. Beliau wafat pada bulan Sya‟ban

    51 Manna‟ Khalil al Qattan, Studi Ilmu-Ilmu Al-Qur‟an, Terj.Mudzakir (Jakarta: Litera

    Antar Nusa, 1995), 527. 52

    Nur Faizin Maswan, Kajian Diskriptif Tafsir Ibnu Katsir: Membedah Khazanah

    Klasik, 37.

  • 28

    tahun 774. Dan dimakamkan di makam As-Sufiyyah dekat makam gurunya

    (Ibn Taimiyyah).53

    2. Karya-karya Ibn Kaṣīr

    a. Aḥkām „ala Abwab al-Tanbīh, ini merupakan komentar dari kitab

    al-Tanbīh karya al-Syirazī.54

    Karya dalam bidang fiqh.

    b. Syaraḥ Shahih al-Bukhārī, merupakan penjelasan terhadap hadis-

    hadis bukhari. Kitab ini tidak selesai, tetapi dilanjutkan oleh Ibn

    Hajar al-Asqalani (952 H/1449 M).55

    karya dalam bidang hadis.

    c. Tafsir Al-Qur‟an al-Azim, lebih dikenal dengan Tafsir Ibn Katsir.

    Diterbitkan pertama kali dalam 10 jilid, pada tahun 1342 H/1923

    M. Kairo. Karya bidang tafsir.

    d. Takhrij Ahaddits Adillah li Ulum al-Hadits atau dikenal dengan al-

    Hadiṣ merupakan takhrij terhadap hadis-hadis yang digunakan dalil

    oleh asy-Syirazi dalam kitab at-Tanbih.

    e. Ikhtisar Ulūm al-Hadiṣ, suatu ringkasan muqaddimah ibnu al-Hajib

    dalam masalah Musthalah al-Hadiṣ.56

    Kontribusi Ibn Kaṣīr dalam dunia Islam yaitu karya tafsirnya. Kitab

    beliau dalam bidang tafsir yaitu Tafsir al-Qur‟an al-„Aẓīm, menjadi sumber

    penafsiran sampai saat ini, di samping tafsir karangan Ibnu Jarir ath-

    Thabari. Selain kitab tafsir beliau juga mengarang kitab yang berjudul al-

    53Muhammad Nasib Ar-Rifa‟i, Kemudahan Dari Allah Ringkasan Tafsir Ibnu

    Katsir,12. 54

    Nur Faizin Maswan, Kajian Diskriptif Tafsir Ibnu Katsir: Membedah Khazanah

    Klasik, 42. 55

    Nur Faizin Maswan, Kajian Diskriptif Tafsir Ibnu Katsir: Membedah Khazanah

    Klasik, 42. 56

    Muhammad Ali Sabuni, Pengantar Studi al-Qur‟an, Terj. Aminuddin (Bandung: al-

    Ma‟arif, 1987), 189.

  • 29

    Bidayah wa an-Nihayah yang berisi tentang para nabī dan umat terdahulu.57

    dan beberapa karya beliau yang sudah saya sebutkan di atas.

    3. Karakteristik Tafsir al-Qur’an al-‘Aẓīm Karya Ibn Kaṣīr, Metode,

    Corak dan Sistematika Tafsir al-Qur’an al-‘Aẓīm

    Muhammad Husain al-Żahabī dalam salah satu karyanya menulis nama

    kitab tafsîr Ibn Kaṣīr “Tafsīr al-Hafīẓ Ibn Kaṣīr al-Musamma Tafsir al-

    Qur‟an al-„Aẓīm”, namun nama tersebut belum mengandung ketegasan

    tentang siapakah yang memberi nama itu, sedangkan „Alī al-Ṡabunī dalam

    mukhtasarnya dengan tegas mengatakan bahwa nama itu sebagian

    pemberian Ibn Kaṣīr sendiri. Ibn Kaṣīr sendiri nampaknya tidak pernah

    menyebut secara khusus nama kitab tafsirnya itu. Hal ini sangat berbeda

    dengan para penulis kitab dahulu yang selalu mencantumkan nama kitab

    pada muqaddimahnya, yang pada umumnya dipilih dari rangkaian dan

    kalimat bersajak.58

    a. Metodologi Tafsir al-Qur’an al-‘Aẓīm Karya Ibn Kaṣīr

    Metode penafsiran yang paling shahih adalah penafsiran al-Qur‟an

    dengan al-Qur‟an. Ayat yang di mujmalkan pada suatu tempat akan

    dijelaskan ditempat lain.59

    Ibn Kaṣīr menggunakan metode tahlīllī, suatu metode tafsir yang

    bermaksud menjelaskan kandungan ayat-ayat al-Qur‟an dan seluruh

    aspeknya.60

    Tafsir Ibn Kaṣīr termasuk kitab yang sangat kaya dengan

    materi. Didalamnya, terdapat banyak ilmu bukan hanya saja materi tafsir al-

    57 Abu Ishaq, Keajaiban dan Keistimewaan Al-Qur‟an (Jakarta: Pustaka Azzam, 2012),

    11. 58

    Rosihan Anwar, Melacak Unsur-Unsur Isrâîliyyât Dalam Tafsîr Al-Thabâri Dan

    Tafsîr Ibnu Katsîr (Bandung: CV. Pustaka Setia, 1999), 71. 59

    Muhammad Nasib ar-Rifa‟i, Taisiru al-Aliyyul Qadir li Ikhtishari Tafsir Ibnu Katsir,

    Terj: Syihabuddin (Jakarta: Gema Insani Press,1999), 51. 60

    Nasiruddin Baidan, Metodologi Penafsiran al-Qur‟an (Yogyakarta, Pustaka Pelajar:

    2000), 31.

  • 30

    Qur‟an namun terdapat banyak cabang didalamnya, diantarnya yaitu: Hadis,

    Fiqih, sejarah, ilmu qira‟at dan lain-lainnya. Karena tafsir al-Qur‟an al-

    „Aẓīm termasuk tafsir bil ma‟tsur. Hadis yang disampaikan dalam tafsir al-

    Qur‟an al-„Aẓīm disampaikan dilengkapi dengan perangkat keilmunya

    berkaitan dengan hadis, misalnya, ilmu jarh wa ta‟dil, kritik hadis, rijal al-

    Hadiṣ, dan lain-lainya. Keberadaan ini tidak lepas dengan kedudukan Ibn

    Kaṣīr sebagai ahli Hadis.61

    b. Corak Tafsir Al-Qur’an al-‘Aẓīm (Tafsir Ibn Kaṣīr)

    Tafsir Ibn Kaṣīr termasuk kategori tafsir bil ma‟tsur yaitu, penafsiranya

    ayat dengan ayat, penafsiran ayat dengan Hadis Nabi Muhammad Saw.

    menjelaskan makna sebagian ayat yang di rasa sulit atau penafsiran dengan

    hasil ijtihad para sahabat atau penafsiran hasil ijtihad para tabiin.62

    c. Sistematika Tafsir al-Qur’an al-‘Aẓīm Karya Ibn Kaṣīr

    Ibn Kaṣīr menafsirkan seluruh ayat al-Qur‟an dalam al-Qur‟an. Mufassir

    menafsirkan mengikuti susunan ayat sesuai mushhaf (tartib mushhafi) yaitu

    menafsirkan seluruh ayat-ayat al-Qur‟an sesuai susunan dalam mushhaf ayat

    demi ayat, surat demi surat, dimulai dari surah al-Fātiḥah sampai dengan

    surah al-Nās. Mengemukakan arti kosa kata, penjelasan arti global ayat,

    mengemukakan munasabah dan membahas Asbāb al-Nuzūl, disertai sunnah

    Rasul, pendapat Saḥābat, tabiin dan pendapat penafsir itu sendiri dengan

    diwarnai oleh latar belakang pendidikan, dan sering pula bercambur baur

    dengan pembahasan kebahasaan dan lainnya yang dipandang dapat

    membantu memahami nash al- Qur‟an tersebut.63

    61Nur Faizin Maswan, Kajian Diskriptif Tafsir Ibnu Katsir: Membedah Khazanah

    Klasik, 51. 62

    Abd al-hayy al-Farmawi, Al-Bidayah fi al-Tafsir al-Maudhu‟iy Metode Tafsir al-

    Maudhu‟iy: sebuah pengantar, Terj: Suryana (Jakarta: PT Grafindo Persada, 1996),13. 63

    Nur Faizin Maswan, Kajian Diskriptif Tafsir Ibnu Katsir: Membedah Khazanah

    Klasik, 64.

  • 31

    2. PROFIL HAMKA DAN TAFSIR AL-AZHAR

    1. Biografi Hamka (Lahir, Wafat dan Pendidikan Hamka)

    Hamka adalah seorang ulama terkenal, penulis produktif, muballigh

    besar yang berpengaruh di Asia Tenggara. Ia adalah Haji Abdul Karīm bin

    Muhammad Amrullah bin Abdul Ṣalīh bin Abdullah „Arīf,64

    yang waktu

    kecilnya dikenal dengan Muhammad Rasul,65

    adalah tokoh pelopor gerakan

    Islam “Kaum Muda” di Minangkabau. Hamka lahir pada masa awal

    gerakan “Kaum Muda” di daerahnya pada tanggal 16 Februari 1908 di

    Maninjau, Sumatera Barat.66

    Nama sebenarnya Abdul Malik Karīm

    Amrullah. Sesudah menunaikan ibadah haji pada 1927, namanya mendapat

    tambahan “Haji” sehingga menjadi Haji Abdul Karim Malik Amrullah,

    disingkat Hamka.67

    Pada tahun 1924, dalam usia 16 tahun, ia pergi ke Jawa, di sana ia

    menimba pelajaran tentang gerakan Islam modern melalui H. Oemar Said

    (Tjokroaminoto), Ki Bagus Hadikusumo (ketua Muhammadiyah 1944-

    1952), RM Soerjopranoto (1871-1959), dan KH Fakhruddin, yang

    mengadakan kursus-kursus pergerakan di Gedung Abdi Dharmo di

    Pakualaman, Yogyakarta.68

    Setelah beberapa lama di sana pada tahun 1925. Dalam usianya ke 17

    tahun, ia kembali ke Minang, Ia telah menjadi ulama muda yang disegani.

    Keterkipahan Seni Tablig/dakwah di atas pangging saat di jawa,

    64 Hamka, Tafsir al-Azhar, jil.1 (Jakarta: Pustaka Panjimas, 2005), 1.

    65Direktorat Jenderal Pembinaan Kelembagaan Agama Islam, Proyek Peningkatan

    Prasarana dan Sarana, dan Perguruan Tinggi Agama / IAIN Jakarta, Ensiklopedi Islam, ed.

    Harun Nasution, dkk (Jakarta: Departemen Agama, 1993), 15.

    66 Dewan Redaksi Ensiklopedia Islam, Ensiklopedia Islam ( Jakarta: Ichtiar baru Van

    Hoeve, 1993), 75. 67

    Hamka, Juz „Amma Tafsir Al-Azhar (Jakarta: Gema Insani, 2015), 54. 68

    Mafri Amir, Literatur Tafsir Inonesia (Ciputat: Mazhab Ciputat, 2013), 137.

  • 32

    membuatnya merintis kursus-kursus pidato untuk kalangan seusianya.

    Hamka rajin mencatat, dan merangkum pidato-pidato kawanya, kemudian

    diterbitkan menjadi buku, yang di beri judul Khatib al-Ummah. Itu adalah

    karya pertama Hamka.69

    Hamka menikah dengan Siti Rahim binti Enang Sutan di tahun 1929 di

    usia 22 tahun.70

    Pada tahun 1958, ia menjadi anggota delegasi Indonesia untuk

    simposium Islam di Lahore. Dari Lahore ia meneruskan perjalanannya ke

    Mesir. Dalam kesempatan itu, ia menyampaikan pidato promosi untuk

    mendapatkan gelar Doktor Honoris Causa di Universitas al-Azhar, Cairo.

    Gelar yang sama juga didapatkannya dari University Kebangsaan Malaysia

    pada tahun 1974. Dalam kesempatan itu, Tun Abdul Razak, perdana menteri

    Malaysia, berkata. “Hamka bukan hanya milik bangsa Indonesia, tetapi juga

    kebanggaan bangsa Asia Tenggara.”71

    Hamka mulai mendapat fitnah pada tahun 1963, pada 1964 ia ditangkap

    oleh penguasa Orde Lama dimasukan dalam penjara.72

    Dalam tahanan Orde

    Lama ini ia menyelesaikan Tafsīr al-Azhar (30 juz) kurang lebih dua tahun

    dalam menyelesaikan karya tafsirnya.73

    Ia wafat di Jakarta pada tanggal 24 Juli 1981 dan meninggalkan karya

    yang sangat banyak, diantaranya yang sudah dibukukan tercatat lebih

    kurang 118 buah, belum termasuk karangan-karangan panjang dan pendek

    yang dimuat di berbagai media massa dan disampaikan dalam beberapa

    kesempatan kuliah atau ceramah ilmiah. Tulisan-tulisan itu meliputi banyak

    69 Hamka, Kenang-Kenangan Hidup (Jakarta:Bulan Bintang, 1974), 105.

    70 Mafri Amir, Literatur Tafsir Inonesia, 174.

    71 Hamka, Juz „Amma Tafsir Al-Azhar (Jakarta: Gema Insani, 2015), 41-43.

    72 Mafri Amir, Literatur Tafsir Inonesia, 175.

    73 Hamka, Juz „Amma Tafsir Al-Azhar, 47-50.

  • 33

    bidang kajian, seperti politik, sejarah, budaya, akhlak, dan ilmu-ilmu

    keIslaman.74

    2. Karya-karya Hamka

    a. Kenang-kenangan Hidup (empat jilid),1974

    b. Di dalam lembah kehidupan,1976

    c. Merantau ke Deli, 1977

    Judul di atas itulah beberapa yang termasuk karya sastra Hamka. Untuk

    menunjukan produktivitas Hamka. Kemudian saya akan sedikit

    menguraikan tentang sejarah karya monumental Hamka, ialah Tafsir al-

    Azhar. Hamka mulai melakukan penafsiran al-Qur‟an karya utamanya

    dalam biang tafsir adalah Tafsir al-Azhar. Penafsiran dari tafsir ini awalnya

    dilakukan lewat kuliah subuh setelah shalat subuh berjama‟ah di masjid al-

    Azhar Kebayoran Baru Jakarta.

    Penulisan Tafsir al-Azhar dimulai pada tahun 1958 dan diberi judul

    Tafsir al-Azhar, karena mulanya tafsir tersebut dari kuliah-kuliah subuh

    pada masjid agung al-Azhar, yaitu sebuah masjid yang terletak di masjid al-

    Azhar Kebayoran Baru Jakarta. Nama tersebut adalah nama yang diberikan

    Syeikh Jami‟ah al-Azhar, yaitu Syeikh Mahmud Syahtout. Dan seperti yang

    telah dijelaskan sebelumnya bahwa Hamka mendapatkan gelar (Doctor

    Honoris Cause) di Jami‟ah tersebut. Maka untuk mengabdikan semua itu

    Hamka memberi nama tafsir al-Azhar. Selanjutnya dalam pendahuluannya,

    Hamka menjelaskan tentang tujuan tafsir, yaitu untuk membantu seseorang

    dalam memahami lebih dalam maksud dari suatu ayat, Hamka dalam

    pendahuluan tafsirnya: al-Qur‟an mengandung segala ilmu Islam: ilmu

    tauhid, tasawuf, fiqh, sejarah, ilmu jiwa, akhlak, ilmu alam dengan segala

    74Dewan Redaksi Ensiklopedi Islam, Ensiklopedi Islam, jilid.2 (Jakarta: PT Ichtiar

    Baru Van Hoeve, 1994), 75-77.

  • 34

    cabangnya dan akan keluarlah tafsir berpuluh bahkan beratus jilid sebagai

    uraian masing-masing ayat.75

    Hamka menjelaskan pengertian al-Qur‟an, yaitu wahyu-wahyu yang

    ditunkan Tuhan kepada Rasul-Nya dengan perantara malaikat Jibril untuk

    disampaikan kepada manusia, jumlah ayat dari wahyu Allah SWT. tersebut

    berjumlah 6.236, sedangkan surahnya berjumlah 114.76

    3. Motivasi Hamka Menulis Tafsir Al-Azhar

    Tafsīr al-Azhar pada mulanya merupakan rangkaian kajian yang

    disampaikan oleh Hamka pada kuliah subuh di Masjid al-Azhar yang

    terletak di Kebayoran Baru sejak tahun 1959.77

    Nama ”al-Azhar” bagi

    masjid tersebut diberikan oleh Rektor Universitas al-Azhar Kairo yakni

    Syaikh Mahmud Shaltut, ketika kunjungan beliau ke Indonesia pada

    Desember 1960 agar menjadi kampus al-Azhar di Jakarta.78

    Penamaan tafsir Hamka dengan nama Tafsīr al-Azhar berkaitan erat

    dengan tempat lahirnya tafsir tersebut yaitu Masjid Agung al-Azhar.

    Beberapa hal yang mendorong beliau untuk menghasilkan karya tersebut

    beliau nyatakan pada muqaddimah kitabnya. Diantaranya adalah keinginan

    beliau untuk menanamkan semangat dan kepercayaan Islam dalam jiwa

    generasi muda Indonesia yang sangat tinggi minat mereka untuk memahami

    al-Qur‟an tetapi terkendala karena ketidakmampuan mereka dalam

    menguasai ilmu bahasa arab. Kecenderungan beliau dalam tafsir ini juga

    bertujuan untuk memudahkan pemahaman para muballigh