Sajak pengetua

6
PAYUNG BANGSA SERI IMPIAN Kala payung bangsa sedang mengembang Ogos 1946 bumi Kelantan menadah tangan sebaik tangis pertama menggetar rasa tersenyum Saadong di tanah serendah sekebun bunga di tangan kanannya tergenggam lok tujuh keris pusaka. Tak terduga oleh ayahanda dan bonda tangisan pertama adalah azimat membawa rezeki, berkat dan rahmat mengucap syukur pada kekuasaan Ilahi. Sejuk tanah permainan para wali menjadi saksi derita anak tani mengukur jerih seorang putera warisan kampung Belukar daerah Salor Kota Bharu Kelantan. Dari langkah pertamamu yang bermula dengan kekosongan hingga ke menara gading tak berakhir kembara ilmumu engkau bagai air dari hulu sentiasa mengalir menghakis lumut di dada batu. Dalam peluk sayang seorang Che Meriam binti Abdullah bersama gigih kasih seorang Hassan ibni Adam telah mengurat nadi memerah darah akan dikau seorang Alias bin Hassan. Bermula dari SM Sri Gunung Bachok engkau memimpin warga pendidik melentur kemanusiaan menghancurkan kemustahilan sehingga engkau ke IBMM. Benar kata ayah : garis hidupmu bermula di papan batu darinya engkau belajar : menulis ilmu dengan selut dan debu menghitung nasib dengan jajaran pohon kelapa melukis wajah dengan rimbunan semak samun belukar muda membaca gerak tarian alam menafsir lagu lara kemanusiaan. lalu kau kenal diri.

Transcript of Sajak pengetua

Page 1: Sajak pengetua

PAYUNG BANGSA SERI IMPIAN

Kala payung bangsa sedang mengembangOgos 1946 bumi Kelantan menadah tangansebaik tangis pertama menggetar rasatersenyum Saadong di tanah serendah sekebun bungadi tangan kanannya tergenggam lok tujuh keris pusaka.

Tak terduga oleh ayahanda dan bondatangisan pertama adalah azimatmembawa rezeki, berkat dan rahmat mengucap syukur pada kekuasaan Ilahi.

Sejuk tanah permainan para walimenjadi saksi derita anak tanimengukur jerih seorang putera warisankampung Belukar daerah Salor Kota Bharu Kelantan.

Dari langkah pertamamu yang bermula dengan kekosonganhingga ke menara gadingtak berakhir kembara ilmumuengkau bagai air dari hulu sentiasa mengalirmenghakis lumut di dada batu.

Dalam peluk sayangseorang Che Meriam binti Abdullahbersama gigih kasihseorang Hassan ibni Adamtelah mengurat nadi memerah darah akan dikauseorang Alias bin Hassan.

Bermula dari SM Sri Gunung Bachokengkau memimpin warga pendidikmelentur kemanusiaanmenghancurkan kemustahilansehingga engkau ke IBMM.

Benar kata ayah :garis hidupmu bermula di papan batudarinya engkau belajar :

menulis ilmu dengan selut dan debumenghitung nasib dengan jajaran pohon kelapamelukis wajah dengan rimbunan semak samun belukar mudamembaca gerak tarian alammenafsir lagu lara kemanusiaan. lalu kau kenal diri.

Page 2: Sajak pengetua

Engkau gigih membina keyakinanmemelihara kemurnian bahasa tercintamendaulatkan budaya bangsaagar kami bisa menikmati manisnya buah budiengkau mengajak wargamu mentaati kekuasaan Ilahiagar tak mudah tersesat kiblat.

Telah kau injak tanah sekolah Mulong dan Dewan Beta telah kau serap gerak Maktab Sultan Ismail dan Sekolah Alam Syahtelah kau cium aroma rasa menara gading Universiti Malaya

di sini bumi, air, angin dan api bertemudi sini ranjau, duri, laut dan langit bersatudi sini tangis dan senyum, derita dan bahagia berganti lalu kau kenal peribadi sendiri.

Jika hari ini kembara baktimu telah berakhirmaka relakanlah kami menyirami pohon impianyang telah engkau semaikankerana engkau kami mengenal warnakerana engkau kami mengenal segalanyamenafsir cita rasa cemerlangmeletakkan nilai makna warnadengan seutuh sempurnadi atas pandang telus seikhlasnyaagar warna yang engkau percikkantak bisa mengubah haluan.

Di pundakmu kau galas harapan anak watanilmu yang terbenam di dadamuakan kau khabarkan pada seluruh warga bangsa.agar subur peribadinya agar kental insaninyabumi ini milik kitabahasa sastera dan budaya maruah kitakita kitalah yang akan mengotakan katanya.

Meskipun kembaramu telah berakhir di siniTuhan tetap memandangmuTuhan tetap menghargai setiap kalimatmukalimat yang lahir dari suara ilmumusesungguhnya engkaulah penanam pohon jati bangsayang menghimpunkan daunan matang yang merimbunagar benih ilmu yang disemaikanbisa menjadi taman sempurna.

(NORAWI : BEREGERAK KE BAWAH PENTAS - berhampiran Pengetua)

Page 3: Sajak pengetua

1967 kau mula mengagah anak sekolahandari Salor ke Lemal ke Kota Bharu ke Bachokke Machang ke Pangkalan Chepa ke Kedai Buluhdengan pandai seorang guru dengan kasih seorang ayahtanpa jemu tanpa ragumelentur budi rasa budi fikir anak didikmu.

1995 bagai tua yang dituakantua ilmu tua pengalamankau pimpin pendidik agar terdidikmenilai diri menghalus kata :

bumi Kuala Kerai dan Gua Musanglangit Kuala Lumpur dan Institut Bahasamenerima kehadiran sebutir bintangdengan lembut bicara hikmah bijaksanamemartabatkan sastera bahasa dan budayahubaya! hubaya! tanah air tercinta.

Kini 3 Ogos 2001tatkala remang petang meniti ujung rambutmukau masih kukuh berdiri dengan peribadi sendirikeris lok tujuh pusaka puteri saktikau asap kemenyankan setiap haribiar bau karat bisa bersepuh limaumeresap ke segenap liang roma warga pendidik yang kau apungkan ke dunia ilmu.

(FAUZI : BERGERAK KE BAWAH PENTAS - berhampiran Pengetua)

(NORAWI : BACA DI BAWAH - berhampiran Pengetua)Suatu hari nanti engkau bisa berdiridi halaman nan indahsedang kami terus mendoakan kesejahteraanmudi halaman itumaka relalah rela melihat kami menguntum senyumdi bawah pohon jati bangsayang telah engkau semaikan benihnyabuat tatapan warga didikmu selama-lamanya.

(FAUZI : BACA DI BAWAH - berhampiran Pengetua)Biarlah kita relakan perpisahan inikerana masa mengajar kita erti pertemuanseperti katamu :

titik akhir sebenarnya permulaan kata barukerana tidak pernah ada noktah bagi kehidupan seorang guru

(FAUZI : MENJABAT TANGAN PENGETUA)

Page 4: Sajak pengetua

selamat bersara CIKGU !di tangan kananmu sejambak bungadi tangan kirimu masih tergenggam lok tujuh keris pusaka bangsa!!

(NORAWI : MENJABAT TANGAN PENGETUA)selamat bersara Tuan Pengetuasemoga berbahagia sepanjang masa !!

(FAUZI ) hubaya! hubaya! bahagia selamanya sekian, wassalam Norawai Hj. Kata, KSPK Sastera.

Page 5: Sajak pengetua
Page 6: Sajak pengetua