SD.Djatilaksana Tiraikasih Website

75
SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ 1

Transcript of SD.Djatilaksana Tiraikasih Website

Page 1: SD.Djatilaksana Tiraikasih Website

SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

1

Page 2: SD.Djatilaksana Tiraikasih Website

SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

2

SUMPAH PALAPA Dicetak dan diterbitkan oleh:

Penerbit :Margajaya Surakarta

Karya : SD DJATILAKSANA Hiasan gambar : Oengki.S

Hak cipta dilindungi oleh undang-undang

Pembuat Ebook : Scan DJVU : Koleksi Ismoyo

http://cersilindonesia.wordpress.com/

Convert, edit teks & PDF Ebook : Dewi KZ http://kangzusi.com/ http://dewi-kz.info/

http://kang-zusi.info http://cerita-silat.co.cc/

Tersentuh kalbu digetar samar ketika sunyi berbisik namamu membias relung-relung renung menyayup bahana sumpahmu lamun buwus kalah nusantara isun amukti palapa...

Hasrat membubung, suksma menderu menuju gunduk dataran ria Gurun, Seran, Tanjungpura,

Haru, Pahang, Dompo, Bali, Sunda, Palembang, Tumasik

untaian ratna harapan tempat citamu bersemi satu

Duhai, ksatrya wira-bhayangkara Kini kita telah menemuinya ketika sunyi berbisik namamu entah

di arah belah penjuru mana tetapi kita tahu bahwa bisik itu sebuah amanatmu inilah

daerah Nusantara yang bersatu dialas Pulau Yang Delapan.

Penulis

Page 3: SD.Djatilaksana Tiraikasih Website

SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

3

Jilid 19

I

KAMA NA TRPTAYE BHAVANTI. Nafsu tiada kepuasannya.

Yang kaya masih ingin lebih kaya. Yang berkuasa masih ingin lebih berkuasa. Demikian cara Nafsu merusak jiwa manusia. Demikian pula keadaan manusia yang berhamba pada nafsu.

Nafsu merupakan wabah yang ganas dalam diri manusia. Namun anehnya, manusia anut mendambakan wabah itu karena Nafsu selalu mengarah kepada Kesenangan dan kenikmatan, kemewahan dan kebanggaan.

Di antara berjenis wabah penyakit manusia yang paling berbahaya, paling ganas dan paling durhaka, adalah wabah Nafsu, Dan wabah Nafsu pula yang paling sukar dikikis dari jiwa manusia.

Kesenangan dan kenikmatan selalu dipuja dan didamba oleh setiap manusia. Pada hai kesenangan itu adalah tempat kecelakaan.

Maka berbahagialah mereka yang dapat menguasai nafsu. Kesenangan, bersifat kenikmatan. Tetapi kebahagiaan adalah kedamaian.

Peristiwa lurah Pacet, merupakan salah satu dari penyakit yang menghinggapi setiap orang, terutama mereka yang kebetulan menduduki jabatan dalam pemerintahan. Entah dia seorang narapraja yang menduduki jabatan pemerintahan, entah yang menduduki jabatan keprajuritan.

Lurah adalah seorang pemimpin desanya. Sifat seorang pemimpin harus memberi contoh suri tauladan yang baik kepada rakyatnya. Harus memberi pengayoman dan pimpinan. Pimpinan bukan junjungan. Bukan pula suatu jabatan untuk menindas

Page 4: SD.Djatilaksana Tiraikasih Website

SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

4

rakyat. Pimpinan adalah senafas dengan bapak yang wajib memimpin anak anaknya.

Tetapi memang Kekuasaan, dapat mengaburkan pengertian oraag. Kekuasaan, dianggap sebagai alat memerintah, Dan dalam pengertian merrerintah, dikaburkan pula makna yang sebenarnya. Memerintah, bukan untuk menguasai dalam arti kata menindas. Melainkan nemerintah kearah teraturnya ketata-prajaan desa, keamanan dan kesejahteraan lingkungan hidup rakyat di-daerah itu.

Memerintah adalah mengurus kepentingan yang diperintah, dalam hal ini rakyat. Bukan yaog diperintah atau rakyat yang harus menurut untuk kepentingan yang memerirtah.

Dan sekali telah tercengkeram oleh nafsu kekuasaan seperti hal lurah Pacet, maka tak mungkin nafsu itu akan membebaskan nya.

Tetapi lurah Pacet ketemu batunya. Yang dihadapinya itu, bukanlah tokoh sembarang tokoh, melainkan seorang insan yang besar kuasa dan pengaruhnya dalam pemerintahan kerajaan Majapahit.

Memang dalam menjalankan tugas-tugas, baik dalam pemerintahan mau pun dalam pasukan, patih Dipa selalu memegang tata peraturan dengan tertib dan keras.

Ketika dahulu dia melindungi mendiang baginda Jayanagara ke desa Badander, dia memerintahkan agar tempat rombongan baginda menyembunyikan diri dari huru hara pemberontakan ra Kuti, dirahasiakan. Entah bagaimana, dua orang prajurit rombongannya mohon idin hendak kembali ke pura kerajaan karena hendak nsenjenguk keluarganya didalam pura. Sebagai jawaban patih Dipa telah membunuh kedua prajurit itu ( baca : Gajah Kencana ) .

Menghadapi lurah Pacet yang dinilai telah menyalah-gunakan jabatan untuk mengangkat diri sebagai raja kecil di desanya,

Page 5: SD.Djatilaksana Tiraikasih Website

SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

5

patih Dipa tak mau berdamai lagi. Andaikata dalam pertempuran tadi lurah itu yang menang, tentulah lurah itu akan lebih bersimaharajalela lagi. Kemungkinan lurah itu akan membunuhnya.

Seketika dia melantangkan pernyataan bahwa lurah itu dicopot dari kedudukannya. Tetapi karena tiada tahu dengan siapa berhadapan, lurah itu masih bersitegang menolak keputusan patih Dipa.

"Engkau bebas menilai tetapi tak berhak menentukan nasibku" bantah lurah Pacet "memang saat ini aku kalah dan engkau boleh bertindak menurut imbalan dari kemenanganmu. Tetapi lain waktu, entah kapan saja, aku tentu akan menuntut balas kepadamu"

"Lurah Pacet" seru patih Dipa seraya melangkah kehadapan lurah itu "engkau boleh mengajukan syarat apa saja agar engkau bersedia bertanding lagi dengan aku. Silakan!"

Lurah Pacet terkejut. Demikian pula dengan orang-orang padepokan gunung Penanggungan, terutama resi Kawaca. Namun sebelum resi itu sempat membuka mulut, lurah Pacetpun sudah mendahului.

"Ki sanak" serunya "engkau memang seorang ksatrya yang digdaya. Kuakui. Tetapi aku masih belum yakin betapalah kedigdayaanmu sehingga engkau sanggup bertanding dengan tangan kosong menghadapi senjataku"

"O, engkau hendak melawan aku dengan senjata?"

"Ya, tetapi ...."

"Dan aku dengan tangan kosong?" tukas patih Dipa.

Lurah Pacet tersipu-sipu mengiakan.

"Engkau yakin akan mampu mengalahkan aku?" tegur patih Dipa yang terhanyut hati panas karena melihat sikap lurah itu.

Page 6: SD.Djatilaksana Tiraikasih Website

SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

6

Suatu hal yang sebenarnya selalu dijauhi oleh patih Dipa. la tahu bahwa musuh yang kalah, tak baik kalau diejek atau ditindas. Namun terhadap lurah Pacet, ia tak menemukan suatu alasan lain kecuali harus menampilkan sikap yang angkuh untuk menghancurkan kebanggaan dan kesombongan patih itu.

"Aku tak melihat sesuatu yang dapat mengurangi keyakinanku itu" sahut lurah Pacet.

"Baiklah, mari kita bertanding lagi menurut syarat yang engkau kehendaki" seru patih Dipa.

"Ki patih" tiba-tiba resi Kawaca berseru. Dia bermaksud hendak mencegah agar pertempuran itu jangan dilanjutkan juga. Sengaja ia menyebut jabatan patih itu agar lurah Pacet mendengar dan menyadari.

Tetapi lurah Pacet seolah tak mendengar hal itu. Yang menghuni dalam benaknya, dia harus dapat menebus kekalahannya tadi. Baginya, kekalahan yang dideritanya itu benar-benar mengguncangkan fahamnya. Sepanjang hidup, belum pernah dia menderita kekalahan dari setiap lawan yanj dihadapinya. Baru pertama itu dalam sejarah hidupnya ia merasakan betapa pahit rasanya seorang jago yang menderita kekalahan itu. Lebih pula, kekalahan itu disaksikan oleh musuh yani orang padepokan gunung Penanggungan dan oleh anak-buah pengikutnya sendiri. Betapa sakit rasanya

Serentak ia meminta sebatang pedang dari anak-muridnya dan berseru cepat "Mari kita mulai, ki sanak"

"Tenanglah, ki resi" patih Dipa menyempatkan diri berpaling ke arah resi Kawaca dan mengucap kata-kata menghibur.

Gebrak pertama yang dilancarkan lurah Pacet itu cukup dahsyat. Sebuah gerak melintang untuk menabas kepala, dilanjutkan dengan suatu perolahan gerak untuk menusuk dada. Keduanya dilancarkan dengan gerak yang cepat dan tangkas, disertai tenaga yang kuat.

Page 7: SD.Djatilaksana Tiraikasih Website

SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

7

Getar-getar kejut telah menyerap hati pengikut-pengikut lurah Pacet dan murid-murid padepokan gunung Penanggungan. Hampir tak pernah anak murid lurah Pacet, menyaksikan ilmu permainan pedang seperti yang dimainkan lurah mereka pada saat itu. Jelas, bahwa lurah Pacet sedang mengeluarkan ilmu simpanannya. Juga para cantrik dan siswa padepokan. mereka terkejut karena meayaksikan ilmu pedang yang dipertunjukkan lurah Pacet. Rasa kejut itu beralih menjadi rasa cemas akan keselamatan patih Dipa. Beberapa cantrik bahkan sudah siap memberi bantuan apabila terjadi sesuatu yang tak diinginkan pada diri patih Dipa.

Dahulu ketika berada di candi Kagenengan, bertemulah Dipa, kala itu masih menjadi seorang pemuda, dengan seorang pandita linuwih yani mahayogi Padu-paduka. Pandita itu memiliki ilmu kesaktian yang mengejutkan. Dan dari pandita itulah Dipa mendapat ajaran sebuah ilmu tata-langkah yang disebut Lembusekilan. Pesan sang pandita, ilmu itu adalah sebuah ilmu untuk membela diri yang ampuh. Walaupun berhadapan dengan lawan yang menggunakan senjata, asal tidak gugup, tentulah akan mampu lolos dari bahaya.

Bertahun-tahun lamanya Dipa membenamkan diri dan mencurahkan perhatian untuk berlatih ilmu itu. Hasilnya, sudah berulang ia cobakan dalam pertempuran menghadapi beberapa lawan, ternyata dia mampu menyelamatkan diri.

Dalam menghadapi lurah Pacet tadi, diapun melangsungkan ilmu itu. Dan kini walaupun lurah Pacet menyerang dengan pedang dahsyat, tetap patih Dipa menghadapinya dengan ilmu yang amat dipercaya akan daya keampuhannya.

Berulang kali terdengar napas terhenti dalam ketegangan yang menyesakkan dada dari mereka-mereka yang menyaksikan betapa ketat ayun pedang lurah Pacet merapat pada tubuh patih Dipa. Namun sesaat kemudian berhamburan napas-napas menghembus longgar manakala ayun pedang hanya menemui

Page 8: SD.Djatilaksana Tiraikasih Website

SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

8

sasaran yang kosong dan patih Dipa masih tegak tak kurang suatu apa di dekat lawan.

Lurah Pacet sendiripun geram dan makin penasaran. Hampir ia tak percaya pada penglihatannya. Jelas tubuh lawan hanya tinggal beberapa kilan dari jangkauan lintas pedangnya. Tetapi mengapa tiap kali pedang nya tetap tak mengenai sasaran. Ia memang tahu bahwa patih Dipa sedang memantrakan aji Lembu-sekilan. Tetapi ia masih belum yakin kalau pedangnya tak mampu menjangkau sasaran yang sedemikian dekat, bahkan hampir merapat itu. Terbenturlah lurah itu antara keyakinan dengan keyakinan, antara penglihatan dengan pembuktian. Ia tak percaya namun kenyataan memang demikian.

Dalam hati yang terombang-ambing perasaan geram, akhirnya luap amarah lurah itu menuntut suatu cara yang terakhir. Cara yang dianggapnya akan dapat menyelesaikan pertempuran yang sangat menghilangkan mukanya itu.

Sebuah tebasan diayunkan ke arah pinggang. Dan tepat seperti yang diperhitungkan, patih Dipa memang hanya berkisar sedikit ke belakang. Pada saat itulah lurah Pacet cepat-cepat mengangkat pedang dan dengan segenap tenaga, ditaburkan pedangnya itu kepada patih Dipa.

Patih Dipa terkejut. Dia tak menyangka lurah Pacet akan bertindak senekad itu. Untuk menghindar mundur atau ke samping, jelas sudah amat sempit sekali kesempatannya. Untunglah selama dalam bertempur itu, ia selalu bersiap-siap menggunakan gada pusaka Gada Intan. Rupanya sikap hati hati itu membuahkan kebaikan. Di saat layang pedang mengancam dirinya, dengan sebuah gerak yng amat tangkas, patih Dipa mencabut gada pusaka dan menangkis, trangngng ....

Di sela-sela pekik teriakan yang menghambur kejut yang tegang, pedang lurah Pacet telah patah menjadi dua dan mencelat ke samping kanan dan kiri.

Page 9: SD.Djatilaksana Tiraikasih Website

SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

9

Dan sebelum orang tahu apa dan bagaimana peristiwa mentakjubkan itu terjadi, timbullah sebuah peristiwa lain yang lebih menggemparkan. Sekalian orang mengira bahwa patih Dipa mampu menangkis taburan pedang lurah Pacet hanya dengan tangan kosong, yalah menyongsong dengan lengannya. Hal itulah yang sangat mencengkam rasa kejut orang orang itu. Hampir mereka tak percaya pada apa yang disaksikannya.

Namun sebelum tahu bagaimana sesungguhnya duduk perkaranya, adakah hal itu memang terjadi atas kesaktian patih Dipa, ataukah ada sesuatu yang menyebabkannya, sekonyong-konyong menyusul sebuah ledakan dari suatu adegan yang menebarkan rasa kejut sekalian orang.

”Plakkkkkk . . . ."

Patih Dipa maju selangkah, ayunkan kaki dan seiring dengan bunyi letupan yang keras, tubuh lurah Pacet itupun mencelat melayang sejauh dua tombak dan terbanting keras-keras ke tanah.

"Ki patih ...."

"Maaf, ki resi" cepat patih Dipa berpaling ke arah suara yang dikenalnya itu "aku telah lupa diri"

Resi Kawica bergegas menghampiri lurah Pacet yang tiada bergerak. Setelah memeriksa, barulah diketahui bahwa lurah itu masih hidup tetapi menderita luka yang cukup parah. Tulang punggungnya retak.

Resi Kawaca segera memerintahkan cantrik untuk mengangkut lurah itu ke dalam padepokan. Dia memberi pertolongan dengan memberi minum ramuan obat. Tak berapa lama, walaupun masih belum dapat bangun tetapi lurah Pacet sudah sadar.

Page 10: SD.Djatilaksana Tiraikasih Website

SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

10

"Apakah aku masih hidup ?" pertama-tama dari mulut lurah itu melurcur pertanyaan. Rupanya dia masih bingung tentang keadaan dirinya.

Resi Kawaca mengangguk "Hyang Isywara masih melindungi engkau, ki lurah. Engkau masih hidup"

"Oh" desuh lurah itu sambil mengernyit dahi. Dia hendak bergerak tetapi rasa sakit pada punggungnya amat menyiksa.

"Jangan bergerak dulu, ki lurah. Eagkau terluka. Beristirahatlah, jangan memaksa diri" kata resi Kawaca.

Lurah itu menghela napas "Dimanakah lawanku tadi?"

"Beliau berada di serambi muka, sedang bercakap cakap dengan para siswa padepokan"

Tampak mata lurah itu memberingas. Tetapi bukan beringas kemarahan melainkan ditegang kecemasan. Rupanya resi Kawaca tahu hal itu.

"Jangaa kuatir, ki lurah" katanya "beliau takkan mengganggumu. Engkau sudah cukup tersiksa dengan luka yang engkau derita"

Diam-diam lurah Pacet menghela napas longgar dalam hati dan hal itu kentara dari sinar matanya yang mulai tenang "Ki resi" katanya lirih "siapakah gerangan orang itu?"

"Adakah engkau belum faham siapa beliau?" Lurah Pacet gelengkan kepala.

"Itulah kesalahan utama yang engkau lakukan" kata resi Kawaca "andaikata waktu aku berseru mencegah beliau dengan menyebut jabatannya tadi, engkau mau membagi perhatian untuk mendengarkannya, tentulah persoalan ini takkan berlarut-larut sampai begini, ki lurah"

Lurah Pacet mengerut dahi berpikir. Ia berusaha untuk mengingat-ingat apa yang dikatakan resi Kawaca. Namun

Page 11: SD.Djatilaksana Tiraikasih Website

SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

11

kepalanya masih terasa memar dan berdenyut denyut sehingga tak mau diajak berpikir.

"Ki lurah" kata ki resi yang tahu akan keadaan lurah itu "engkau terlalu berani benar. Berani itu memang milik seorang lelaki. Tetapi keberanian yang lepas dari kebijaksanaan, akan menjerumus kearah penderitaan"

"Ya" lurah Pacet mengangguk "tetapi siapakah gerangan orang itu?"

"Beliau adalah gusti patih Dipa dari kerajaan Majapahit yang termasyhur itu ... ."

"Hah . . . ?" lurah Pacet tak dapat melanjutkan kata-katanya. Dia pinggan seketika.

Resi Kawaca ke luar menemui patih Dipa dan memberi laporan tentang keadaan lurah Pacet.

"Ki patih" kata resi "lurah itu sudah cukup menerima ganjaran. Dia terluka dan dihempas rasa takut yang tak terbangga karena kuberitahu siapa sebenarnya diri ki patih"

Patih Dipa mengangguk-angguk.

"Ki patih" kata resi pula "adakah ki patih masih hendik melanjutkan memberi hukuman kepadanya?"

"Bagaimana kalau manurut pendapat ki resi?" patih Dipa balas bertanya.

"Hukuman yang paling menyiksa bagi manusia adalah hukuman batin" kata resi "hukuman pidana apapun hanyalah hukuman yang menimbulkan kesakitan pada raga. Masih dapat ditahan, walaupun harus mengalami penderitaan siksa yang hebat. Tetapi hukuman batin, kiranya jauh lebih menyiksa dan lebih menderita"

"Adakah ki resi bermaksud hendak memintakan pengampunan baginya ?"

Page 12: SD.Djatilaksana Tiraikasih Website

SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

12

"Sifat manusia itu lemah dan banyak kesalahan" kata resi "tetapi Hyang Isywara itu bersifat maha pemurah dan pengampun"

Patih Dipa mengangguk "Benar, ki resi. Ucapan tuan itu memang penuh dengan kemanusiawian dan keluhuran. Secara peribtdi, aku dapat mengampuninya. Tetapi dalam jabatanku sebagai seorang narapraja yang harus menegakkan dan menjaga kelangsungan wibawa undang-undang kerajaan, terpaksa aku harus menyisihkan perasaan peribadi"

Resi Kawaca kerutkan dahi.

"Lurah termasuk warga dari jajaran narapraja kerajaan Majapahit. Lurah Pacet telah melakukan perbuatan-perbuatan yang merugikan rakyat dan menyalahgunakan jabatannya untuk melakukan tindakan-tindakan yang sewenang-wenang. Bukan begitu cara seorang lurah melaksanakan tugasnya. Walaupun hukum karma akan mengikuti jejak hidupnya sebagaimana bayang-bayang tubuhnya, tetapi hukum kerajaan tetap harus dilaksanakan"

"Ki resi" kata patih Dipa pula "karena tuan telah memintakan pengampunan untuknya maka aku-pun akan mengurangi hukumannya. Dia hanya menerima hukuman dipecat dari kedudukannya sebagai lurah. Lain-lain pidana dapat dibebaskan"

Walaupun tidak seluruh permintaanya diluluskan namun resi Kawaca cukup menyadari bahwa patih Dipa telah berkenan mendeagar permintaannya. Memang keputusan patih itu amat bijaksana dan resipun tidak membantah lebih lanjut.

Demikian peristiwa permusuhan antara rombongan rakyat desa Pacet yang dipelopori lurah, dengan padepokan gunung Penanggungan, telah selesai. Keesokan harinya berangkatlah patih Dipa bersama resi Kawaca menuju ke pura Majapahit.

Sebelumnya patih Dipa mengajak resi singgah di desa Pacet. Di s itu dia mengumpulkan seluruh rakyat desa.

Page 13: SD.Djatilaksana Tiraikasih Website

SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

13

Setelah menguraikan tentang peristiwa yang terjadi di padepokan Penanggungan maka patih Dipa membuka kesempatan kepada siapapun yang pernah dirugikan atau mendapat perlakuan yang sewenang-wenang dari luruh Pacet.

Tetapi tak seorangpun yang tampil bicara.

"Baik" kata patih Dipa "kalian tentu takut mergatekan sesuatu yang tak baik dari lurah itu karena kalian takut akan menerima pembalasan. Tetapi ketahuilah, para penduduk desa Pacet sekalian, bahwa sejak saat ini lurah itu telah dipecat dan akan diganti dengan seorang lurah yang baru"

Terdengar napas-napas berhembus ke luar dari mulut para penduduk. Suatu pertanda bahwa pernyataan patih Dipa itu telah mendapat sambutan yang legah. Patih Dipa dapat mengetahui hal itu walaupun mereka tidak berani bicara.

"Akan kuserahkan kepada kalian untuk memilih sendiri siapakah di antara kalian yang layak dan cakap menjadi lurah baru" seru patih Dipa "apakah kalian bersedia ?"

Rakyat menyambut dengan gegap gempita.

"Tetapi ada sebuah syarat yang harus kalian penuhi. Apakah kalian bersedia?" seru patih Dipa.

Walaupun tak tahu apa yang dimaksud patih itu namun mereka mengiakan.

"Kalian semua salah" seru patih Dipa secara tiba-tiba sehingga sekalian penduduk desa terkejut. Mereka saling bertukar pandang satu sama lain.

"Gusti patih" Salah seorang penduduk yang berusia lanjut dan dianggap sebagai sesepuh desa, memberanikan bertanya "hamba sekalian adalah rakyat desa yang bodoh sehingga tak tahu kesalahan apa yang telah hamba sekalian lakukan"

Page 14: SD.Djatilaksana Tiraikasih Website

SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

14

"Mungkin kalian tak menyadari bahwa hal itu merupakan suatu kesalahan" jawab patih Dipa "tetapi sikap dan tindakan kalian selama ini terhadap lurah yang lalu, merupakan suatu kesalahan. Jelasnya begini. Lurah yang dulu, berbuat sewenang wenang, memperlakukan diri sebagai yang berkuasa di desa ini. Mengajak beberapa kaum muda untuk membentuk sebuah gerombolan yang sering mengganggu keamanan lain desa. Inilah kesalahan yang telah kalian lakukan"

"Maaf gusti patih" kata lelaki tua tadi "perbuatan itu semata-mata tindakan dari ki lurah yang lalu sendiri. Kami sebagai rakyat hanya menurut saja"

"Nah, disitulah letak kesalahan kalian" seru patih Dipa "lurah hanyalah pimpinan desa. Jika kalian tak mendukung, tak mungkin lurah itu dapat melakukan tindakan-tindakan yang salah. Dia memang bersalah tetapi kalianpun ikut bertanggung jawab atas kesalahan itu. Mengapa kalian tak berusaha untuk menganjurkan agar lurah mau kembali ke jalan yang benar?"

Terdengar desah dari beberapa orang dan patih Dipa tahu artinya.

"Kalian takut, bukan?" serunya "mengapa harus takut? ApabiU setiap rakyat di desa ini bersatu pikiran untuk menganjurkan dan mencegah lurah itu berbuat salah, apa daya seorang lurah betapapun digdayanya apabila menghadapi persatuan seluruh rakyat desa ini ?"

Penduduk tua tadi menghela napas "Kami kaum tua memang segan untuk menurut perintah lurah tetapi kaum muda itulah yang mendukungnya"

"Paman" seru patih Dipa ”jangatlah kita berusaha untuk melontarkan kesalahan kepada yang muda. Kesalahan anak-anak muda, tidak terlepas dari tanggung jawab kaum tua. Mereka tak mampu mendidik dan membina anak-anaknya ke arah jalan yang benar. Mereka telah kehilangan kewibawaan sebagai orangtua.

Page 15: SD.Djatilaksana Tiraikasih Website

SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

15

Mereka tak menyempatkan diri menaruh perhatian akan pertumbuhan anak-anaknya. Merekapun kurang menanamkan ajaran-ajaran agama dan tata-susila hidup kepada anak-anaknya. Mereka beranggapan, bahwa anak-anak itu cakup diberi makan dan setelan dewasa lalu disuruh bekerja. Salahkah apabila anak anak muda hilang faham, hidup dalam keremangan dan mudah tergelincir dalam pikat kenikmatan hidup dan kesenangan-kesenangan ?"

"Ajakan lurah untuk mendirikan sebuih perguruan dan membentuk sebuah gerombolan, tentu cepat bersambut dalam hati para anak muda itu" kata patih Dipa pula "siapakah anak muda yang tak terbujuk menjadi seorang jagoan? Menjadi seorang jagoan, disegani orang, ditakuti dan ditaati sehingga mudahlah mereka meminta sesuatu yang diinginkan kepada setiap orang. Kaum muda itu memang bersaUh tetapi apabila kita berani bersikap jujur, maka sumber dari kesalahan itu tak lepas kaharnya dengan orangtua. Nah, apabila kukatakan kalian semua telah melakukan kesalahan, adakah kalian masih belum merasa puas ?"

Lelaki tua itu terkesiap lalu menunduk. Tak seorangpun rakyat yang berani memandang ke muka, kepada patih Dipa. Dalam hati mereka, mengakui bahwa apa yang ditunjuk patih Dipa, memang benar semua.

"Saudara-saudara sekalian" seru patih Dipa "setelah kalian mengakui dan menerima apa yang kumaksudkan itu maka hal itu berarti bahwa kalian sudah mulai menapak ke jalan yang benar. Setiap orang merasa salah atas kesalahan yang dilakukannya, dia sudah menginjak di ambang kebenaran. Dan siapa yang udah mengakui, dia suiah mulai melangkah ke gerbang kebenaran. Dan mereka yang sudah mulai melangkah ke arah kebenaran, dia sudah dapat menempuh separoh bagian dari tujuan ke puncak kebenaran"

Page 16: SD.Djatilaksana Tiraikasih Website

SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

16

"Salah adalah sifat manusia. Karena hidup itu penuh kesalahan. Dan daripada timbunan kesalahan itulah akan tumbuh pohon kebenaran. Tanpa kesalahan, tak dapat kita mendambakan dan mencari kebenaran" patih Dipa menyelinapkan, pula suatu pandangan kemanusiawian hidup.

Rakyat desa Pacet tertegun dalam cekik keheningan yang penuh hamburan rasa. Mereka baru menyadari bahwa apa yang telah terjadi di desa Pacet dan apa yang dilakukan lurah Pacet, tak lepas pula dari tanggung jawab mereka. Merekapun baru terbuka mata hatinya akan rahmat dari setiap kesalahan, manakala kita sudah mau menerima, mengakui dan meluruskan.

Rakyat Pacet tak menyangka bahwa seorang pria-gung luhur akan datang di desa mereka dan memberi wejangan yang sangat mengesankan di hati. Bahkan kalau mereka memperbandingkan antara sikap lurah Pacet yang lalu dengan seorang patih kerajaan, mereka menemukan suatu keganjilan yang hampir tak dapat dipercaya.

Dahulu, lurah itu memerintah seperti seorang raja. Apa yang dikatakan lurah, merupakan undang-undang bagi rakyat Pacet. Tiada pernah lurah itu memberi kebebatan rakyatnya untuk berbicara, musyawarah ataupun memberi penerangan. Tetapi anehnya seorang patih yang jauh lebih tinggi kedudukannya, lebih besar kekuasaan dan lebih tenar namanya, berkenan mengajak rakyat untuk membicarakan keadaan desa dan menunjukkan kesalahan. Dan kesalahan itu bukan untuk diberi hukuman tetapi untuk diberi pengertian dan kesadaran, bimbingan dan pengarahan.

Entah bagaimana, serempak mereka duduk bersimpuh menghaturkan sembah kepada patih Dipa.

Patih Dipa terkejut dan menanyakan apa maksud mereka melakukan penghormatan yang sedemikian khidmat kepadanya.

Page 17: SD.Djatilaksana Tiraikasih Website

SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

17

Maka lelaki tua yang menjadi juru bicara dari rakyat Pacet tadipun menghaturkan sembah "Hamba seluruh rakyat desa Pacet, menyerahkan diri kebawah duli gusti. Hukuman apapun yang gusti berkenan untuk menjatuhkan, hamba sekalian akan rela menerimanya"

"Baik, paman" kata patih Dipa "rasa bersalah itu sudah merupakan hukuman bagi yang melakukan kesalahan. Undang-undang pidana kerajaan Majapahit, bertujuan untuk mengatur ketata-prajaan negera, menjamin akan kesejahteraan hidup rakyat. Tujean utama dari undang-undang kerajaan, bukanlah untuk memberi pidana melainkan untuk memberi penyadaran, pembimbingan dan pengarahan kepada yang bersalah"

"Dalam peristiwa di desa Pacet itu" kata patih Dipa "walaupun secara tak sadar kalian tak lepas dari tanggung jawab atas apa yang dilakukan lurah itu, namun yang penting kalian belum meresapi akan wajib dan tanggung jawab dari kawula terhadap negara. Keamanan, kesehatan dan kemajuan negara maupun masyarakat serta lingkungan hidup desa dan kota, demikian pula segala sesuatu yang menyangkut kepentingan negara dan rakyat, bukanlah semata menjadi tugas dan tanggung jawab para narapraja, prajurit buyut sampai kepada lurah di desa-desa. Tetapi juga menjadi tugas dan tanggung jawab seluruh kawula dari seluruh lapisan masyarakat, tanpa membedakan keturunan dan kedudukan"

"Apabila sudah memiliki rasa sedemikian" lanjut patih Dipa "maka segala sesuatu yang akan mengganggu kebijaksanaan tindakan kerajaan dalam mengatur praja. Kesalahan yang terjadi di desa iai, mengenai diri lurah itu, bersumber pada belum adanya rasa itu pada kalian semua. Oleh karena itu, agar tidak ter-ul arg pi la peristiwa semacam itu di kelak kemudian hari, pentinglah kiranya kalian harus menanamkan rana ikut memiliki wajib dan tanggung jawab atas baik buruknya desa ini"

(Oo-dwkz-ismoyo-oO)

Page 18: SD.Djatilaksana Tiraikasih Website

SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

18

II

Patih Dipa telah mengangkat seorang lurah baru untuk desa

Pacet. Dalam pengangkatan itu patih Dipa memberi kebebasan kepada rakyat untuk menentukan pilihan lurah yang dikehendaki mereka.

Dari desa Pacet, patih Dipa dan resi Kawaca menuju ke pura Majapahit. Dslam perjalanan yang memakan waktu tak lama itu, terjadilah percakapan pengisi waktu yang ternyata makin menimbulkan rasa hormat dan kagum resi Kawaca terhadap peribadi patih itu.

Resi Kawaca mendapatkan bahwa dalam diri patih Dipa itu, bukan melainkan hanya seorang patih kerajaan yang cakap, tegas dan bijaksana, pun sebagai seorang peribadi yang kuat, luas pengetahuan dalam berbagai bidang keagamaan dan kemasyarakatan serta memiliki pertimbangan yang tajam.

Kedatangan patih Dipa bersama resi Kawaca di gedung keputihan telah disambut gopoh oleh nyi Tara yang menjadi dayang kepercayaan kepatihan.

"Gusti" nyi Tara gopoh menyambut "gusti puteri makin payah"

Patih Dipa bergegas membawa resi Kawaca masuk ke dalam bilik peraduan.

Saat itu keadaan nyi Dipa memang mencemaskan. Wajah tampak pucat dan mulut tak henti-hentinya mengeluarkan buih. Dan kesadaran pikirannyapun sudah menurun sekali.

Resi Kawaca segera melakukan pemeriksaan. Beberapa saat kemudian ia menghela napas.

"Ki resi ...."

Page 19: SD.Djatilaksana Tiraikasih Website

SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

19

"Bersyukurlah kepada Dewata Agung bahwa penyakit nyi patih, masih mempunyai harapan untuk disembuhkan, ki patih” kata resi Kawaca.

Patih Dipa menghela napas longgar.

"Kuserahkan jiwa nyi Dipa ke tangan tuan" kata patih Dipa "semoga tuan berkenan memberi pertolongan"

"Keadaan nyi patih sudah hampir mencapai titik yang gawat" kata resi Kawaca "buih-buih yang menghambur dari mulut nyi patih, masih berwarna putih. Apabila sudah menguning maka lidahnyapun akan keluar dan sekalipun dewa turun ke arcapada untuk memberi obat, tetap tak dapat menolongnya"

"Apakah penyakitnya, ki resi ?"

"Beliau telah keracunan meminum ramuan racun yang halus. Kerja racun itu tidak mengejut melainkan secara pelahan-lahan racun itu akan merusak jantung, empedu dan lain lain bagian penting dalam tubuh. Saat ini racun itu sedang meresap ke urat-urat termasuk urat saraf di kepala sehingga nyi patih kehilangan kesadarannya"

Patih Dipa cemas-cemas gembira. Cemas karena keadaan yang diderita nyi Dipa. Gembira karena mendengar uraian resi Kawaca. Apabila mengetahui tentang sumber penyakitnya tentulah resi itu akan mampu menghilangkan penyakit itu.

"Ki resi, apapun yang terjadi, kuserahkan saja segala sesuatu mengenai diri nyi Dipa kepada tuan" katanya.

"Ki patih" sahut resi Kawaca "aku hanya seorang insan sahaja. Akan kuusahakan penyembuhan-penyembuhan nyi patih dengan sekuat tenagaku. Namun bagaimana hasilnya, kita serahkan saja kepada Hyang Widdhi Agung. Karena kepadaNYA lah kita iman manusia ini harus menyerahkan diri"

Page 20: SD.Djatilaksana Tiraikasih Website

SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

20

Patih Dipa menanggapi pernyataan resi itu dengan suatu pernyataan bahwa ia menaruh kepercayaan sepenuhnya kepada sang resi.

Resi Kavvaci segera memberikan ramuan yang telah dibawanya. Semalam itu ia berada di bilik peraduan nyi patih dengan duduk bersemedhi, memohon kepada Hyang Batara Agung agar melimpahkan berkah penyembuhan kepada nyi patih.

Keesokan harinya ketika patih Dipa menjenguk, didapatinya resi itu sudah siap menyambut. Sebelum patih Dipa menanyakan keadaan nyi Dipa, resi sudah mendahului memberi keterangan "Keadaan yang gawat dari nyi patih sudah lewat. Jiwanya tertolong tetapi .....”

"Tetapi bagaimana ki resi? Adakah yang masih mengancam kesehatannya?"

Resi mengangguk sarat "Ki patih, maaf apabila aku bersikap kurang susila untuk menanyakan sesuatu kepada tuan"

"Silakan, ki resi"

"Dalam pemeriksaan tadi, kudapati bahwa nyi patih sudah mulai mengandung, benarkah itu?"

Patih Dipa terkesiap namun cepat cepat ia mengi-akan. Diam-diam ia teringat akan pengakuan nyi Dipa mengenai hal itu.

"Terima kasih ki patih" kata resi Kmwsca "dalam hubungan itulah maka aku merasa cemas. Walaupun jiwa nyi patih tertolong tetapi beliau akan menderita kelemahan tenaga. Hal ini membahayakan sekali akan putera yang dikandungnya. Kemungkinan ...."

Patih Dipa terbeliak memandang resi.

"Kemungkinan jabang bayi ivu akan mengalami hal-hal yang tak diinginkan. Dapat terjadi keguguran atau lahir sebelum

Page 21: SD.Djatilaksana Tiraikasih Website

SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

21

waktunya. Dapat pula lahir tetapi cacat atau paiing tidak akan menjadi seorang anak yang lemah"

"Resi!" terbawa oleh luap kejut dan bayang-bayang akan nasib anak itu, patih Dipa mencengkeram lengan resi dan diguncang-guncangkan keras-keras.

Patih Dipa masih tetap seorang manusia dengan segala perasaan manusiawinya. Seorang manusia yang mempunyai tanggung jawab terhadap isteri. Seorang manusia yang mengha-ap akan kehadiran putera keturunan. Saat itu bukan lagi Dipa seorang patih yang telah berjanji akan mengabdikan seluruh hidupnya untuk perjuangan menegakkan negara Majapahit. Bukan Irgi seorang pejuang yang berhati batu dan berpendirian laksana kaiang yang tak goyah dihempas badai dalam mempertahankan dan memperjuangkan cita-citanya.

Tetapi dia adalah seorang manusia yang lengkap dengan rasa manusiawi seutuhnya. Seorang suami yang sedang mendaki ke puncak kebahagiaan karena akan menyongsong kelahiran dari bayi keturunannya. Bahwa secara tiba-tiba terjadi suatu bencana, dimana puncak yang sedang didakinya itu serasa meledak dan akan hancur berantakaa, sebagai seorang manusia dengan segala kodrat alami, dapat dimaklumi kalau dia sedemikian terkejut sehingga tanpa disadaii, diterkamnya tangan resi Kawica dan di guncang-guncangkannya sekeras-kerasnya, seolah hendak menuntut pertanggungan jawab resi itu.

Namun menjadi kodrat alam bahwa segala sesuatu yang lahir itu akan tumbuh, setelah tumbuh dalam pertumbuhan yang memuncak tentu akan mengalami keguguran atau kerusakan. Demikian dengan perasaan, terutama rasa yang dielus oleh kejut dan nafsu amarah. Timbulnya rasa kejut akan meluap menjadi suatu ledakan perasaan yang kerapkali disertai dsngan ulah kekerasan atau hal-hal yang mengakibatkan kerugian pada lain orang. Lebih pula apabila cetusan rasa itu dihembuskan oleh nafsu amarah Akibatnya sukar dibayangkan.

Page 22: SD.Djatilaksana Tiraikasih Website

SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

22

Tetapi setelah rasa itu mencetus pada puncaknya, sebagaimana kodrat alam, tentulah akan berhamburan menurun pula, menuju kepada pengendapan yang semula.

Demikian yaug dialami patih Dipa. Setelah meluapkan cetus kejut yang disertai dengan menerkam lengan resi Kawtca, pada lain saat cetusan itupun segera berhamburan menurun dan mengendap.

"Ah, maafkan, ki resi" patih Dipa tersipu-sipu seraya melepaskan cengkeramannya "aku telah bertindak kurang susila terhadap tuan"

Resi Kawaca tenang-tenang menjawab "Tuan adalah seorang manusia sejati"

Singkat sambutan resi Kawaca namun bagi patih Dipa hal itu cukup gamblang. Resi Kawaca hendak mengatakan bahwa memang demikianlah sifat manusia yang wajar. Bahwa tindakan patih itu bukanlah sesuatu yang luar biasa. Atau lebih bukan sesuatu yang bermaksud menghina atau hendak mempersakiti resi Kawaca. Resi dapat menerima hal itu sebagai sesuatu yang wajar.

"Terima kasih, resi" ucap patih Dipa "tuan telah menerima sesuatu yang berharga kepadaku"

Resi dapat menangkap apa yang dimaksud dalam kata-kata patih Dipa. Diam-diam resi itu sangat menghargai ketajaman naluri penyerapan sang patih.

Dengan ucapan itu patih Dipa hendak mengatakan bahwa ia telah menerima sesuatu yang berharga dari resi Kawaca. Sesuatu yang berharga itu tak lain berupa suatu kesadaran rasa, bahwa dalam diri patih itu masih diliputi oleh rasa dan sifat manusiawi yang wajar. Sesuatu yang wajar, memang baik. Tetapi alangkah lebih baik pula apabila kewajaran itu ditingkatkan pada tingkat yang lebih tinggi, lebih meningkat dari kewajaran sifat dan kodrat kemanusiawian dari manusia.

Page 23: SD.Djatilaksana Tiraikasih Website

SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

23

Dalam lapisan t ingkat, pada umumnya terdapat tiga lapis yani tinggi, lebih tinggi dan paling tinggi. Demikian berlaku pada sifat wajar manusiawi. Wajar, lebih wajar dan paling wajar. Wajar merupakan gejala umum dari sifat setiap insan. Lebih wajar, mendekati pada peningkatan kearah alamiah sifat dan kodrat. Paling wajar, adalah pencapaian dari Silat dan Hakekat arti manusiawi. Maha wajar, menuju kearah pembebasan rasa ke-Akuan peribadi menuju kearah kemanunggalan dengan alam semesta.

Antara patih Dipa dengan resi Kawaca telah terjalin suatu hubungan percakapan batin yang padat.

"Ki patih” kata resi Kawaca sesaat kemudian "adakah tuan merasa cemas akan peristiwa ini?"

Patih Dipa menggeleng kepala "Tidak, ki resi. Tuan dapat menjelaskan segala sesuatu tentang keadaan nyi Dipa, pertanda bahwa tuan tentu dapat mengatasi keadaan itu. Mengapa aku harus cemas?"

"Ah, janganlah ki patih menyanjung diriku sedemikian tinggi. Akupun hanya seorang insan titah Dewata seperti tuan. Apa yang ku'akukan hanya suatuu-paya dari seorang manusia yang dibenarkan untuk berusaha. Namun kesemuanya, hanyalah terserah kepada Hyang Widdhi Agung"

"Baik, ki resi. Katakanlah apa saja yang menjadi rencana ki resi untuk menolong nyi Dipa?"

"Ki patih" kata resi Kawaca "memang ada setitik harapan memercik dalam hatiku. Tetapi ...." resi itu geleng-geleng kepala.

"Apa yang ki resi maksudkan?"

"Tetapi harapan itu tipis sekali atau bahkan mungkin tiada lagi"

Page 24: SD.Djatilaksana Tiraikasih Website

SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

24

Patih Dipa mengerut dahi "Ki resi, agar perasaanku legah, bagikanlah isi hati yang tuan resahkan itu kepadaku, agar aku dapat ikut serta merasakannya"

Resi Kawaca mengangguk "Begini, ki patih. Di seluruh permukaan bumi kerajaan Majapahit yang luas tiada taranya ini, hanya seorang saja yang mempunyai ramuan penyembuh sakit nyi patih. Tetapi sayang orang itu sudah tiada lagi"

"Siapakah yang ki resi maksudkan?"

"Ra Tanca, tabib termasyhur yang tiada bandingannya itu"

"Ra Tanca?" patih Dipa terkejut.

"Benar" kembali resi menghela napas "bukankah dia sudah meninggal dalam peristiwa dahulu"

"Ya"

Resi geleng-geleng kepala "Ah, sayang sekali bahwa seorang tokoh yang memiliki kepandaian ilmu pengobatan yang begitu sakti, harus terlibat dalam peristiwa yang berlumuran noda”

"Ki resi" kata patih Dipa yang melihat sesuatu kekhilafan dalam kata-kata sang resi ”dalam pemberontakan yang dipelopori rakryan Kuti, ra Tai.ca sedang berada di Daha. Walaupun dia termasuk warga dari Dharmaputera, tetapi karena tiada terbukti dia ikut dalim pemberontakan itu maka atas keputusan. rahyang ramuhun Jayaaagara, dia dibebaskan dari hukuman"

"Ah, benar, benar, mengapa aku pelupa sekali?" seru resi Kawaca "ya, benar, ra Tanca maaih hidup. kemudian dia melakukan tindak yang menggemparkan kerajaan Majapahit karena telah mencidera seri baginda Jayanagara"

"Ya" patih Dipa mengiakan.

"Dengan hilangnya ra Tanca, hilang pula suatu sumber ilmu pengobatan yang hebat"

Page 25: SD.Djatilaksana Tiraikasih Website

SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

25

Patih Dipa terkenang akan peristiwa itu. Ia memang menyayangkan akan terjadinya peristiwa itu. Karena peristiwa itu telah memakan dua orang korban yang merupakan tokoh besar kerajaan Majapahit. Seri baginda Jayanagara dan ra Tanca. Seri baginda Jayanagara yaeg masih muda, harus meninggal dalam masa dimana masih banyak tugas-tugas kerajaan Majapahit yang belum sempat terselesaikan. Lepas daripada sifat dan tingkah seri baginda sebagai seorang peribadi manusia, Jayanagara telah melakukan suatu tindakan yang menjadi pokok landasan terbentuknya kerajaan Majapahit yang kokoh dan kuat.

Seri baginda Kertarajasa Wisnuwadhana atau raden Wijaya, merupakan rajakulakara atau pendiri sebuah kerajaan baru yang besar, di tumpukan puing-puing kehancuran dua buah kerajaan besar, kerajaan Singasari dan Daha. Masa pemerintahan baginda Kertarajasa penuh dengan perjuangan dan peperangan. Satelah mendirikan kerajaan Majapahit masih harus menghadapi berbagai pemberontakan. Di antaranya yang terbesar dan menyedihkan adalah pemberontakan Rangga Lawe, adipati Tuban yang tak puas karena baginda telah mengangkat Nambi sebagai patih kerajaan Majapahit. Setelah pemberontakan itu selesai, timbul pula pemberontakan-pemberontakan kecil di berbagai daerah, antara lain Bali.

Hampir dalam masa pemerintahannya, baginda Kertarajasa tak sempat membenahi dan menyehatkan susunan pemerintahan, akibat kesibukan-kesibukan menumpas pemberontakan-pemberontakan itu.

Setelah baginda wafat maka dinobatkanlah putera-nya, raden Kala Gemet menjadi raja dengan gelar abhiseka Jayanagara. Baginda Jayanagara menerima warisan dari keadaan yang belum mantap dalam tubuh pemerintahan. Baginda sibuk membenahi dan menyehatkan tubuh pemerintahan kerajaan. Banyak terjadi perobahan dalam susunan para mentri dan senopati. Terutama setelah terjadi periitiwa Lumajang-Pajarakan, dimana patih

Page 26: SD.Djatilaksana Tiraikasih Website

SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

26

Nambi dan beberapa mentri senopati tua terlibat dalam pemberontakan melawan kerajaan Majapahit.

Pemberontakan itu merupakan tanggapan dari kalangan mentri dan senopati tua yang dahulu menjadi kadehan atau orang kepercayaan baginda Kartarajasa. Mereka tak puas akan kebijaksanaan baginda Jayanagara yang lebih cenderung mempercayai patih Aluyuda atau yang biasa disebut dengan g«ear Mahapati. Pada hal akhirnya terbukalah kedok sang Mahapati Aluyuda, sebagai seorang mentri yang penuh nafsu keinginan untuk merebut kekuasaan dan pengaruh. Dan sebagaimana nasb setiap tokoh yang hendak merongrong dan mengganggu kewibawaan kerajaan Majapahit, akhirnya Mahapati Aluyuda juga harus menerima kematian secara mengenaskan. Matinya cineleng-neleng atau dicincang rakyat.

Juga pemerintahan baginda Jayanagara mengalami kegusesngan keguncangan dengan timbulnya beberapa go'ongan. Asal usul keturunan baginda yang dilahirkan seorang ibu, puteri Malayu, telah menimbulkan pertentangan yang tajam dan memang diperuncing oleh musuh-musuh Majapahit.

Baik baginda Kertarajasa maupun puteranya, baginda Jayanagara, masing masing mempunyai kelebihan dan kelemahan. Baginda Kertarajasa mempunyai kelebihan dalam menghadapi musuh, tetapi lemah dalam membersihkan tubuh pemerintahan karena mengingat jasa dari para kadehannya. Baginda Jayanagara tegas dalam menjalankan pemerintahan yang dicanangkan sebagai tindakan keras tapi tegas atau gitik-pentung. Tak peduli siapa dan betapa besar jasa mentri atau senopati itu di masa yang lalu terhadap kerajaan Majapahit, namun kalau akhirnya kenyataan dia memberontak atau melakukan tindakan yang merongrong kewibawaan pemerintah Majapahit, maka tak segan-segan baginda akan memberantasnya. Salah satu contoh adalah peristiwa patih Nambi.

Page 27: SD.Djatilaksana Tiraikasih Website

SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

27

Tetapi baginda Jayanagara juga mempunyai kelemahan terhadap wanita dan mentri yang bermulut manis tetapi berhati durhaka seperti mahapatih Aluyuda.

Kilas-kilas kenangan itu silih berganti melalu-lalang dalam kenangan patih Dipa saat itu. Dan bertemulah dia akan kebenaran daripada atas pemerintahan yang dilakukan mendiang baginda Jayanagara.

Ra Tanca, memang seorang Dharmaputera. Dan Dharmaputera itu diangkat sendiri oleh baginda Jayanagara sebagai suatu pengakuan akan kepercayaan yang diberikan seri baginda.

Ra Tanca, pun seorang tabib yang pandai pada jaman itu. Mungkin belum terdapat tabib lain yang menyamai ra Tanca. Dia diangkat sebagai tabib keraton, khusus tabib seri baginda peribadi. Walaupun dengan dalih merasa terhina atas perbuatan seri baginda yang telah mengganggu isterinya, namun kenyataan bahwa tindakan ra Tanca membunuh baginda itu, telah menimbulkan keguncangan dalam sendi pemerintahan Majapahit dan menimbulkan kemarahan seluruh rakyat Majapahit. Maka berlakukan asas 'gitik-pentung' . Betapapun jasa dan hebatnya kepandaian ra Tanca, namun tabib itu harus dihukum mati.

Setelah menemukan persoalan itu ditempat kedudukannya yang wajar maka berkatalah patih Dipa "Memang layak di sayangkan bahwa seorang ra Tanca tabib yang sakti harus dibunuh. Tetapi lebih harus disayangkan apabila seorang ra Tanca pembunuh hianat tidak harus dibunuh !"

Resi terkejut mendengar ucapan patih Dipa yang bernada agak keras. Namun sesaat ia memaklumi apa yang ditegaskan patih itu memang benar. Resi berkata atas pandangan seorang resi tetapi patih Dipa berbicara sebagai seorang patih yang bertanggung jawab akan keselamatan negara. Walaupun ada titik perbedaan namun akhirnya menuju ke satu kesimpulan, bahwa setiap dosa harus mendapat pidana lahir maupun batin. Dosa,

Page 28: SD.Djatilaksana Tiraikasih Website

SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

28

akan menimbulkan karma yang akan menuntut batin dan perjalanan hidup manusia itu sendiri. Dosa, pun akan dituntut dengan pidana oleh undang2 negara. Deruikian secara batin dan lahir, tuntutan yang akan membayangi setiap perbuatan salah dan dosa.

"Benar, ki patih" sesaat kemudian resi Kawaca menemukan kewajaran dari persoalan diri ra Tanca "ilmu itu merupakan berkah apabila diamalkan untuk kebaikan. Tetapi akan merupakan kutuk apabila untuk maksud yang jahat. Mungkin ki patih mendengar, adakah ra Tanca mempunyai murid atau putera yang mewarisi kepandaiannya ?"

"Ra Tanca tidak berputera"

"Sayang" resi menghela napas.

"Tetapi keluarganya masih hidup"

Resi Kawaca tersengat kejut "Keluarganya ? Siapa yang ki patih maksudkan sebagai keluarganya ?"

"Nyi Tanca"

"Nyi Tanca ?" resi berteriak kaget.

"Ya" sahut Dipa ”yang bersalah adalah ra Tanca maka ra Tanca yang harus menerima pidana. Nyi Tanca tetap hidup di pura dengan selamat tak kurang suatu apa"

"Ah" kembali resi menghela napas. Tetapi kali ini napas yang longgar "jika demikian ada harapan bagi nyi Dipa. Di manakah letak kediaman nyi Tanca"

"Akan kuperintahkan seorang kadehan untuk mengantar ki resi kesana" kata patih Dipa "tetapi adakah kunjungan ki resi kepada nyi Tanca itu mempunyai hubungan dengan penyakit nyi Dipa?"

Resi mengiakan. Ia mangatakan bahwa ia berharap nyi Tanca masih mempunyai simpanan ramuan dari ra Tanca.

Page 29: SD.Djatilaksana Tiraikasih Website

SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

29

Putuslah percakapan dengan suatu keputusan, bahwa hari itu resi Kawaca akan diantar seorang ponggawa kepatihan, berkunjung ke tempat kediaman nyi Tanca.

Demikian setelah beristirahat dan diajak makan bersama oleh patih Dipa maka berangkatlah resi ketempat nyi Tanca.

Nyi Tanca menyambut kedatangan resi dengan penuh kejut keheranan. Ia merasa belum kenal dengan resi itu namun sebagai seorang tuan rumah, disambutnya kedatangan resi itu dengan ramah dan dipersilahkannya duduk di pendapa.

Setelah memperkenalkan diri maka berlanjutlah resi menerangkan hubungannya dengan ra Tanca.

"Tigapuluh tahun yang lampau, ketika itu kakang Tanca dan aku masih seorang pemuda, sama-sama pernah berguru pada seorang resi yang sakti, resi Saniyasa"

"O, dengan demikian resi ini saudara seperguruan dengan ki Tanca?" seru nyi Tanca. Ia teringat dulu, entah berapa lama, memang ki Tanca pernah menceritakan bahwa dia pernah mempunyai seorang saudara seperguruan. Tetapi sejak sang guru wafat, keduanya berpisah dan sampai sekarang belum pernah berjumpa lagi.

"Demikianlah nyi rakryan" kata resi "tetapi hal itu berlangsung lebih kurang tigapuluh tahun yang lalu. Menurut keterangan guru, ada perbedaan sifat dan tujuan dari kami berdua. Kakang Tanca amat berbakat dan gemar sekali mempelajari ilmu pengobatan. Dalam hal itu beliau, guru kami, memang mempunyai sebuah kitab pusaka yang memuat berbagai ramuan obat yang berkhasiat tinggi"

"Sedang penilaian guru kepada diriku, aku dikatakan mempunyai jodoh untuk meresapi kitab-kitab veda yang berisi ajaran keagamaan. Memang aku sendiri tak tahu dan tak merasa, bahwa minatku amat besar sekali untuk menggali mutiara-mutiara yang terpendam dalam ajaran kitab-kitab veda itu"

Page 30: SD.Djatilaksana Tiraikasih Website

SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

30

"Sesekali pernah aku dan kakang Tanca sempat bercakap cakap tentang tujuan hidup kita masing-masing. Kakang Tanca mengatakan, bahwa menolong manusia dari penderitaan penyakit, baginya merupakan suatu darma yang luhur. Alam telah mengaruniai kita manusia dengan segala sesuatu yang lengkap. Sandang, pangan dan keperluan hidup termasuk sarana kehidupan, diantaranya ramuan obat untuk menghindari gangguan kesejahteraan hidup manusia" kata kakang Tanca. Beliaupun menambahkan, bahwa dasar daripada kejernihan pikiran, kebersihan jiwa adalah bersumber pada kesehatan jasmani. Didalam jasmani yang sehat akan bertahta pikiran dan jiwa yang sehat. Dan ini merupakan sarana penting untuk melaksanakan darma hidup sebagai insan yang baik"

"Aku setuju dengan pendapat kakang Tanca. Namun aku lebih cenderung untuk mengobati dan menyehatkan jiwa. Kukatakan, jiwa dan batin merupakan sumber uuma dari arti nilai manusia hidup. Jasmani yang sehat, belum tentu jiwanya sehat. Sehat dalam arti kata sehat pada jalan kesucian. Banyak pula kejahatan-kejahatan itu dilakukan oleh manusia-manusia yang memiliki tubuh yang sehat dan kuat. Tetapi dalam jiwa ymg sehat, belum tentu jasmani akan sehat pula. Ini kuakui. Namun karena jiwa sehat, walaupun tubuh tidak sehat, tetap akan dapat menghindari pikiran dan perbuatan yang jahat"

"Diantara kakang Tanca dan aku, terdapat dua perbedaan tentang cara dan tujuan mengabdi kepada keselamatan manusia" kata resi Kawaca lebih lanjut "singkatnya, kakang Tanca menitik beratkan pada kesehatan jasmani sebagai sumber dari kehidupan bagi manusia untuk mencapai kebahagiaan daa kesejahteraan lahir batin. Dan aku menelungkup! pendirian, bahwa batin itu adalah sumber dari segala gerak dan perbuatan. Oleh karena itu kuuta makan untuk menyehatkan batin ke arah keluhuran. Ajaran-ajaran dalam kitab veda yang menjadi sumber dari agama Syiwa, Buddha dan Brahma, harus lebih dikembangkan dalam

Page 31: SD.Djatilaksana Tiraikasih Website

SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

31

jiwa setiap insan, agar tercapailah kehidupan yang sejahtera, lahir batin"

"Walaupun berbeda pandangan tapi kakang Tanca dan aku sependapat, bahwa kita mempunyai tujuan yang sama yani mengabdi kepada kepentingan manusia. Hanya caranya yang berlainan. Oleh karena itu kami pun tidak mengadakan pertentangan, bahkan satu sama lain saling menghormati pendirian masing-masing"

"Ternyata amat singkatlah kami hidup dalam asrama pertapaan resi Saniasa. Hanya tiga tahun lamanya, tiba-tiba guru telah menutup mata karena terserang penyakit mendadak. Sebelumnya, semasa guru masih hidup, beliau telah berpesan, keiak apabila beliau wafat maka kitab-kitab dalam perpustakaan beliau, supaya dibagi. Kakang Tanca memperoleh kitab pusaka tentang ilmu pengobatan. Dan aku mendapat kitab-kitab veda yang berisi ajaran agama"

"Setelah selesai menyempurnakan jenasah guru dalam api pancika, terpaksa kami berdua berpisah untuk melanjutkan cita-cita hidup kami. Aku tetap bertapa di pur.ckk gunung untuk menekuni isi kitab vida dan mengajarkan ajaran yang terdapat dalam kitab itu. Sedang kakang Tanca sejak turun gunung, tak pernah berjumpa lagi dengan aku. Baru lebih kurang sepuluh tabun yang lalu, kudengar bahwa kakang Tanca telah tnenjadi tabib yang termasyhur di seluruh kerajaan Majapahit. Dan bahkan pula, kakang Tanca telah diangkat sebagai priagung yang bergelar rakryan"

Nyi Tanca mengangguk "Ki Tanca pernah menceritakan diri adi resi kepadaku. Diapun terkenang juga kepada adi resi. Tetapi ki Tanca tak tahu dimana adi berada sehingga tak dapat mencari adi"

"Memang demikian, ayunda rakryan. Kesibukan telah menenggelamkan diriku”

Page 32: SD.Djatilaksana Tiraikasih Website

SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

32

"Ah" nyi Tanca menghela napas "adakah adi resi tak dapat menyelinapkan waktu dari kesibukan adi itu ? Atau apakah benar-benar kesibukan itu telah menelan seluruh waktu adi resi ?"

Resi mengiakan.

"Adi resi, maafkan aku" kata nyi Tanca "tetapi apa sajakah kesibukan-kesibukan adi itu ?"

"Aku sibuk mencari sesuatu yang tak kuketahui"

"O, tentulah sebuah benda yang tak ternilai?"

"Ya, tetapi bukan berwujut benda padat, melainkan angan-angan"

Nyi Tanca terkesiap "Ah, aneh benar ucap adi resi. Apakah angan-angan itu ?"

"Mungkin hanya terjadi pada diriku atau mungkin memang demikian yang dirasakan oleh setiap orang yang membenamkan diri dalam alam ajaran-ajaran kejiwaan dan agama. Makin memperoleh, makin terasa iurang. Makin terang makin merasa gelap sehingga terus-menerus mencari dan mencari sesuatu yang belum diketahui. Terus terang, ayunda rakryan, apa yang kucari itu bukanlah sesuatu yang baru, bukan pula sesuatu yang ganjil dan aneh. Melainkan sesuatu yang terjadi sejak Dewua Agung menciptakan manusia. Dan merupakan sesuatu yang wajar dan harus terjadi pada diri manusia"

N/i Tanca makin tertarik. Ia mendesak agar resi mengatakan secara terus terang.

"Aku mencari apakah Arti Hidup itu" kata reii Kawaca.

"Arti hidup ?" ulang nyi Tanca.

"Ya, arti hidup. Karena kita ini hidup maka haruslah kita mengerti apa aiti hidup kita itu. Dan hal itu kucari pada sumbernya yani dari mana kita hidup, apa arti kita hilup dan

Page 33: SD.Djatilaksana Tiraikasih Website

SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

33

kemana tujuan kita hidup ini. Sangkan paraning dumadi atau Asal dan keakhiran hidup"

"Ah" nyi Tanca mendesis "mendengar uraian adi, teringatlah aku pada keadaan diriku selama ini"

"Apakah itu ayunda Tanca ?"

"Tiap pagi aku mendengar burung berkicau, melihat bunga mekar dan menyaksikan tang surya terbit. Namun aku tak mengerti apa maksud dan tujuan kesemuanya. Ketidak-pengertian itu didasarkan oleh anggapan bahwa hal itu kuanggap kodrat yang wajar. Demikian pula dengan makna dan tujuan hidup manusia itu"

"Benar” sahut resi mingiakan "memang sebenarnya banyak hal dalam alam kehidupan kita ini yang belum kita ketahai, namun kita anggap hanya sebagai kodrat yang wajar. Adalah karena aaggspm itulah maka kita mengabaikan untuk t'.iak menumpahkan perhatian kita mencari arti yang sesungguhnya dari kesemuanya itu. Semisal hidup ini, kita hanya tahu dan merasa bahwa kita hidup. Tetapi kita tak mengerti apa arti sesungguhnya dari hidup itu. Kita lalu menganggap bahwa hidup itu suatu gerak dan gsrak itu mengandung darma. Dan kesemuanya itu memang sudah ter-cangkum dalam kodrat hidup. Tetapi beaarkah demikian ? Nah, inilah yang kutekuni dalam pencarian lalang buana di alam cipta pikiranku"

"Adakah adi resi sudah menemukannya ?"

"Sudah tetapi belum keseluruhannya. Dan aku-pun masih belum yakin bahwa penemuanku itu beaar adanya"

"Dapatkah adi mewjdarkan penemuan adi itu?" Resi Kawaca tertegun sejenak. Ia tak menyangka bahwa nyi Tanca memiliki sifat yang agak lain dari suaminya. Apabila merundingkan tentang unsur-unsur arti hidup maka selalu ra Tanca menghindar. Hidup ya hidup, katanya. Perlu apa kita pikirkan arti dan tujuannya ? Apabila mencapai pada pembicaraan mengenai

Page 34: SD.Djatilaksana Tiraikasih Website

SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

34

tujuan hidup maka ra Tanca selalu menekankan bahwa hidup itu adalah suatu darma yang wajib dilaksanakan. Demikian ra Tanca dahulu.

Tetapi berbeda dengan nyi Tanca. Rupanya isteri ra Tanca itu lebih cenderung untuk menerima uraian-uraian mengenai hidup dan falsafahnya. Resi Kawaca mendapat kesan yang baik terhadap wanita itu.

"Aku mencari dan menemukannya pada sumber hidup itu sendiri. Setiap yang hidup tentu mempunyai sumber asalnya. Maka kukembalikan segala sesuatu yang mengenai asal dan keakhiran hidup, arti dan tujuan hidup itu pula, kepada sumbernya. Dari sumber itulah kita berasal. Dari sumber itu pula kita dilahirkan dan hidup, dari sumber itulah kelak kita akan kembali pada asal. Dan sumber agung itu tak lain dari yang Maha-pencipta, yang kuasa menciptakan kelahiran, kehidupan dau kematian. Tujuan hidup tak lain hanyalah melaksanakan apa yang menjadi t itah dari Sarghyang Mahapencipta itu. Oleh karena itu, di dalam mencari apa yang menjadi keinginanku dai»m angan-anganku selama ini, yang pertama-tama aku menyadari. Bahwa pertama, kita harus mengarti kepada yang menciptakan. Setelah mengerti, wajiblah kita melaksanakan apa yang menjadi titah NYA. Dan terakhir, kita serahkan segala sesuatu hidup itu pulang kepadaNYA pula"

"Setelah memiliki pengertian itu, wajib pula kita laksanakan dalam amal yang nyata yaitu manyembah kepada Hyang Mahapencipta"

Nyi Tanca mengangguk-angguk.

"Tercapainya sujud menembah itu, bilamana kita lebih mengenal kepada yang kita sembah. Dan pengenalan itu harus melalui kesadaran, pengendapan dan kesempurnaan batin dalam jiwa kita. Tanpa melalui pertumbuhan dan peningkatan kesadaran dan batin, tindakan manembah itu hanyalah terbatas dalam ucapan mulut"

Page 35: SD.Djatilaksana Tiraikasih Website

SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

35

Nyi Tanca mengangguk pula "Setelah mendengar uraian adi resi, aku baru tahu dan merasakan betapa berbeda pengetahuan tentang keadaan yang terjadi di sekeliling kehidupan ini. Terima kasih adi resi, andika telah membuka mata hatiku dalam menyongsong cahaya penerangan pada hari hari di ujung senja kehidupan hayatku"

"Ah, apa yang kukatakan ini hanyalah kesimpulan dalam hati peribadiku. Dan aku masih belum yakin bahwa apa yang kutemukan itu tentu sempurna.

Nyi Tanca dapat menyelami makna ucapan resi yang tak lain hanyalah bersifat merendah diri. Demikian setelah terlibat dalam percakapan mengenai bermacam masalah terutama yang mengenai peristiwa dalam pengalaman selama ini maka tibalah saatnya nyi Tanca untuk meminta keterangan tentang maksud kunjungan resi itu kenadanya.

"Benar, ayunda rakryan" kata resi Kawaca "selain untuk memperkenalkan diri dalam rangka melangsungkan kesinambungan hubungan peribadi, akupun membawa tujuan lain yang mempunyai kepentingan untuk memohon bantuan ayunda rakryan di sini"

"O, jika demikian, silakan adi resi segera saja mengatakan"

"Terima kasih" kata resi Kawaca ”baru-baru ini rakryan patih Dipa telah menyempatkan waktu untuk berkunjung ke padepokanku di gunung Penanggungan"

"Patih Dipa ?" ulang nyi Tanca terkejut.

Resi mengiakan "Ya, rakryan patih Dipa meminta baatuanku untuk mengobati penyakit yang diderita nyi rakryan patih"

Nyi Tarca makin terkejut.

"Itulah sebabnya mengapa aku sampai tertiup datang ke pura kerajaan"

Page 36: SD.Djatilaksana Tiraikasih Website

SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

36

"Apakah penyakit yang diderita nyi patih ?"

"Menurut pemeriksaan yang kulakukan, nyi patih telah menderita keracunan dari makanan atau minuman yang didaharnya. Racun itu termasuk jenis ramuan racun yang ganas, walaupun bekerjanya secara pelahan-lahan"

"O" desuh nyi Tanca untuk menyalurkan getar-getar kejut yang mendebar dadanya "lalu apakah adi berhasil mengobatinya ?"

"Kepandaianku dalam ilmu pengobatan amat terbatas. Apabila kakang Tanca masih hidup, tentulah penyakit itu dapat disembuhkan" kata resi Kawaca "tetapi lain halnya dengan aku. Dalam batas kemampuanku yang masih jauh dari kesempurnaan itu, aku hanya berhasil untuk menekan racun dalam lingkup yang jinak. Tetapi belum berhasil menghalaunya sampai tuntas. Dalam keadaan itu, walaupun keselamatan jiwa nyi rakryan patih sudah terhindar dari bahaya maut tetapi keadaan tubuhnya akan tetap lemah"

Diam diam nyi Tanca terkejut demi mendengar keterangan resi bahwa nyi patih akan terhindar dari bercana maut.

"Lalu apa hubungan keadaan nyi patih dengan kurjungan adi ke rumahku ini?" tanyanya.

"Bahwa kakang Tanca semasa hidupnya tentu banyak sekali menyimpan persediaan ramuan obat untuk segala jenis penyakit termasuk keracunan. Apabila ayunda berkenan, demi menyelamatkan jiwa calon putera ki patih yang berada dalam kandungan nyi Dipa, kumohon ayunda rakryan berkenan memberikan ramuan obat pemunah racun itu"

Nyi Tinca terkesiap. Sesaat kemudian ia berkata "Dalam hal itu, adi resi, aku sendiripan tidak menguasai jenis-jenis persediran ramuan yang tersimpan dalam ruang peribadi ki Tanca. Karena terus terang, walaupun aku ini isteri dari tabib yang sakti, tetapi sedikitpun aku tak memiliki ilmu pengobatan"

Page 37: SD.Djatilaksana Tiraikasih Website

SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

37

"Tetapi, ayunda rakryan" seru resi "bukankah dalam ruang peribadi kakang Tanca itu masih terdapat sisa simpanan berbagai ramuan obat?"

Nyi Tarca mengiakan"Masih cukup banyak. Tetapi sayang aku tak mengerti mana-mana ramuan yang diperlukan itu"

"Ya, memang" kata resi "dalam memilih jenis obat yang tepat untuk mengobati penyakit nyi patih itu diperlukan orang yang tahu tentang ilmu pengobatan. Yang lebih tepat pula, orang yang pernah dekat hubungannya dengan mendiang kakang Tanca. Tetapi diaarn Isi ini, ayunda rakryan sendiri tentu dapat melakukannya"

Sebenarnya dalam hati, resi Kawaca mengharap agar nyi Tanca memberikan kesempatan itu kepadanya. Dalam harap itu, ia sudah memberikan pandangan bahwa yang paling tepat untuk meneliti simpanan persediaan obat dari ra Tanca, adalah orang yang dekat hubungannya dengan tabib itu. Dalam hubungan itu, ia telah mengantarkan keterangan dalam perkenalan diri tadi, bahwa dia adalah saudara seperguruan dari ra Tanca. Kiranya nyi Tanca tentu maklum apa yang dikehendakinya.

Namun diluar dugaan, resi Kawaca agak terkejut dan sukar menafsirkan entah apakah memang ada unsur kesengajaan ataukah hanya karena kurang menyadari persoalannya sehingga dalam jawabannya nyi Tanca mengatakan lain.

"Dalam hal ini akan kubantu keinginan adi resi. Aku akan berusaha untuk meneliti obat itu. Dan besok pagi, apabila obat itu dapat kutemukan, tentu akan kuberikan kepada adi resi" demikian kata nyi Tanca dalam jawabannya.

Karena nyi Tanca mengatakan begitu, tiada alasan lagi bagi resi Kawaca untuk tidak menerima, walaupun bukan demikian yang diharap dari pernyataan nyi Tanca.

"Dalam hal ini kuharap adi resi jangan kecewa" tiba-tiba nyi Tanca menambah keterangan "sesungguhnya terkandung suatu

Page 38: SD.Djatilaksana Tiraikasih Website

SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

38

maksud dalam hatiku, bahwa dalam mencari obat yang adi resi perlukan itu, aku harus memohon perkenan mendiang ki Tanca"

Resi Kawaca kerutkan dahi "Memohon perkenan mendiang kakang Taaca?" ulangnya.

"Tentulah adi resi sudah mengetahui bahwa kematian suamiku ra Tanca itu bukanlah kematian yang wajar menurut kodratnya. Melainlan suatu kematian yang dipaksakan oleh tangan penguasa yang telah membunuhnya"

Resi Kawaca mulai merenyah.

"Jiwa dari orang yang dibunuh atau mendapat kecelakaan, belumlah sempurna. Masih melayang-layang di alam trantunan. Dan hal itu kubuktikan sendiri karena aku sering dapat menga iakan hubungan batin dengan mendiang ki Tanca. Setiap kali aku bersemedhi menyatukan persembahan keinginan hati untuk bertemu dengan beliau, maka kurasakan arwah beliau selalu muncul dalam alam cipta semedhiku itu dan kamipun dapat melakukan hubungan percakapan"

"Dengan kepercayaan dan pembuktian yang sudah sering kulakukan itu maka dalam persoalan ini, akupun akan bersemedhi lagi untuk menemui arwah ki Tanca. Aku akan meminta perkenannya tentang permintaan adi itu. Namun.....”

"Ya, silakan ayunda, rakryan"

"Namun hendaknya adi resi maklum bahwa arwah dari orang-orang yang menderita dibunuh itu, tentu masih diliputi oleh rasa penasaran. Rasa dendam penasaran itu memang merupakan beban yang merintangi mereka dalam mencapai alam kesempurnaan. Tetapi hal itu memang sukar untuk kita memaksakan kehendak kepada mereka. Mereka sendirilah yang akan menyadari hal itu"

"Adi resi" sejenak memulangkan napas, berkata nyi Tanca lebih lanjut "ra Tanca telah mati dibunuh ki patih Dipa. Ki patih

Page 39: SD.Djatilaksana Tiraikasih Website

SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

39

Dipa mendasarkan pada landasan sebagai seorang patih yang bertanggung jawab atas keselamatan seri baginda maka ia bertindak membunuh ki Tanca. Tetapi ki Tanca juga mempunyai a-lasan mengapa dia sampai mencidera baginda. Maka dalam soal landasan, masing-masing mempunyai alasan sendiri"

"Maksud ayunda rakryan" resi Kawaca menanggapi "kemungkinan nanti kakang Tanca dapat menolak permohonanku, bukan?"

"Aku akan berusaha untuk menyadarkan beliau, tetapi keputusan adalah pada ki Tanca"

Resi Kawaca mempunyai naluri yang tajam. Bahwa dalam percakapan dengan nyi Tacca itu, ia serasa mempunyai kesan bahwa dalam persoalan permintaannya akan ramuan pemunah racun yang diderita nyi Dipa, nyi Tanca mempunyai percik-percik keberatan. Adakah nyi Tanca masih menaruh dendam atas kematian suaminya di tangan patih Dipa? Adakah nyi Tanca mempunyai persoalan sendiri dalam kaitan dengan penyakit yang diderita nyi Dipa?

Entahlah. Ia hanya menduga-duga tetapi tak dapat menentukan kepastiannya. Praduga itu hanya didasarkan atas pengamatan akan sikap dan nada nyi Tanca dalam memberi tanggapan terhadap permintaannya tadi.

"Jika demikian, baiklah ayunda rakryan. Aku mohon diri dan besok akan mohon menghadap untuk meminta keterangan" karena ada sesuatu yang menjadi pemikiran resi, maka diapun terus pamit.

Resi Kawaca hendak memberi laporan kepada patih Dipa dan meminta keterangan tentang peristiwa pembunuhan ra Tanca secara lebih terperinci. Demikian mengenai sikap nyi Tanca dalam kehidupan sehari-hari selama suaminya meninggal.

Sementara itu nyi Tanca pun masih termenung di tempat duduk "Ah, untunglah aku segera mendapat akal untuk menunda

Page 40: SD.Djatilaksana Tiraikasih Website

SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

40

hal ini sampai besok pagi. Baiklah kubicarakan hal itu dengan Arya Kembar. Mungkin raden itu dapat memberi jalan yang tepat"

Nyi Tanca mengutus seorarg bujang tua untuk mengundang Arya Kembar. Arya Kembar terkejut dan bergegas menuju ke gedung kediaman ra Tanca. Karena menduga tentu terjadi sesuatu perkembangan yang penting dalam rencana mereka maka diapun singgah di tempat kediaman Arya Warak untuk diajak bersama menghadap nyi Tanca.

Kedua Arya itu sebelumnya telah mendapat laporan tentang hasil usaha nyi Tanca untuk mencelakai nyi Dipa. Kini mereka terkejut mengapa nyi Tanca meminta kedatangannya.

"Kakang Kembar, apakah kemungkinan nyi Tanca mendapat berita tentang keadaan nyi Dipa ?" tanya Arya Warak.

"Mungkin" sahut Arya Kembar "karena setelah melaksanakan rencana itu, kita akan menunggu bagaimana hasil perkembangan selanjutnya"

"Adakah mungkin .... mungkin suatu berita buruk tentang nyi Dipa ?"

"Mudah-mudahan begitulah" jawab Arya Kembar.

"Ah, jika begitu kita harus menyambutnya dengan gembira dan merayakan dengan berpesta, kakang"

"Engkau salah adi Watak" tegur Arya Kembar.

"Salah ? Mengapa salah ? Apakah tidak layak kalau kita harus menyambut peristiwa itu, apabila benar-benar terjadi dengan suatu pesta besar ?"

"Memang tidak layak" kata Arya Kembar "bahkan kita harus lebih berhati-hati untuk menyimpan diri, jangan sampai menunjukkan sikap yang dapat menarik kecurigaan mereka. Mengadakan pesta dan mengunjukkan sikap gembira, tentu

Page 41: SD.Djatilaksana Tiraikasih Website

SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

41

cepat akan diketahui dan dicurigai, logat, adi, kedudukan kita di pura kerajaan saat ini bagaikan telur di ujung tanduk. Sedikit kurang berhati-hati tentu akan tergelincir dan berhamburan pecahlah telur itu. Ingatlah akan ajaran Mawas diri"

Arya Warak mengangguk. Diam-diam dia membenarkan peringatan Arya Kembar. Saat itu merekapun sudah tiba di kediaman ra Tanca.

"Tentulah ada suatu berita penting sehingga bibi rakryan berkenan menitahkan hamba menghadap kemari" kata Arya Kembar.

"Benar, raden" kata nyi Tanca. Dia lalu menuturkan tentang kunjungan resi Kawaca dari gunung Penanggungan dan maksud kedatangannya.

"Ah, sial benar resi itu." Arya Kembar men-desuh kaget "mengapa dia harus campur tangan dalam hal ini ?"

"Patih Dipalah yang memintanya datang ke pura" kata nyi Tanca "lalu bagaimana aku harus bertindak"

Arya Kembar tidak cepat menjawab melainkan diam berpikir. Tetapi Arya Warak serentak berkata "Mudah saja bibi rakryan. Cukup bibi mengatakan bahwa dalam simpanan persediaan ramuan obat yang ditinggalkan paman ra Tanca, tidak terdapat jenis obat pelepas racun"

Nyi Tanca gelengkan kepala "Ah, tidak semudah itu, arya. Memang aku dapat mengatakan begitu tetapi tentulah resi Kawaca tak dapat menerima dengan rela"

"Lalu apakah resi itu akan bertindak untuk memaksa ?"

"Arya Warak" kata nyi Tanca dengan nada mantap "tentulah engkau takkan melupakan bagaimana pandita yang sudah mencapai tingkat resi itu. Mereka tentu memiliki kepandaian yang sakti. Demikian halnya dengan resi Kawaca. Bukankah dia saudara seperguruan dengan mendiang ki Tanca ?"

Page 42: SD.Djatilaksana Tiraikasih Website

SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

42

Arya Wara k terkesiap.

"Yang kumakiudkan dengan cara paksa itu, bukanlah semata hanya dengan kekerasan secara terang-terangan, misalnya dia terus langsung masuk ke dalam ruang peribadi ki Tanca. Bukan begitu. Tetapi sebagai seorang yang berilmu sakti, dapat saja dia menggunakan ilmu kepandaiannya untuk mengambil ramuan obat itu secara halus"

"Ya, benar" kata Arya Warak "bagaimana kalau bibi rakryan berkenan menyerahkan ramuan itu kepada kakang Kembar agar dapat dijaga. Dan mungkin rasi takkan tahu hal itu"

Nyi Tanca gelengkan kepala "Seorang resi yang sakti, akan dapat mengetahui hal itu semua. Sekalipun kita sembunyikan dalam liang semut, dia tetap akan tahu juga. Dan apabila sudah tahu, tentulah dia akan menggunakan cara yang tak wajar untuk mengambilnya"

Kali ini Arya Warak tak dapat membantah lagi. Apa yang diucapkan nyi Tanca itu memang bukan sesuatu yang mustahil bagi seorang resi yang sakti.

Saat itu Arya Kembar masih pejamkan mata. Rupanya dia sedang tenggelam dalam pemikiran yang dalam.

"Arya Kembar" seru nyi Tanca lirih "adakah raden sudah menemukan jalan yang terbaik dalam memecahkan persoalan ini ?"

Tampak Arya Kembar mengangguk pelahan "Sudah, bibi rakryan"

"O" teriak nyi Tanca penuh harap "jika demikian lekaslah raden mengatakan kepadaku"

"Begini bibi" Atya Kembar mulai beringsut untuk mengatur sikap duduknya supaya lurus "besok apabila resi datang, baiklah bibi sambut dengan pernyataan bahwa bibi telah berhasil

Page 43: SD.Djatilaksana Tiraikasih Website

SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

43

mengadakan percakapan dengan mendiang paman rakryan Tanca" Nyi Tanca mengangguk.

"Dan dalam percakapan itu, baiklah bibi mengatakan bahwa paman rakryan setuju untuk memberikan obat itu kepada resi Kawaca ..."

"Apa katamu ? Ki Tanca setuju ?" tukas nyi Tanca.

"Ya" sahut Arya Kembar "tetapi t idak begitu saja paman Tanca meluluskan. Harus ada syaratnya"

"Syarat apa ?" seru nyi Tanca.

"Hanya sederhana saja" kata Arya Kembar "yalah agar patih Dipa memulihkan nama baik paman Tanca"

Nyi Tanca terkesiap "Memulihkan nama baik ki Tanca ? Bagaimana caranya ?"

"Bahwa paman Tanca tidak bermaksud membunuh baginda Jayanagara.

"Ah, arya jangan mengada-ada" seru nyi Tanca "tak mungkin hal itu akan terjadi. Kenyataan ki Tanca telah dinyatakan sebagai pembunuh seri baginda. Mungkinkah hal itu akan dicabut kembali ?"

Arya Kembar meugangguk penuh yakin "Pernyataan bahwa paman Tanca telah membunuh seri baginda, adalah dari patih Dipa. Mencabut pernyataan itu seharusnya dia juga yang harus melakukan. Bukankah patih Dipa itu kini menjadi orang yang paling terpandang di pura kerajaan ?"

"Ya" kata nyi Tanca "tetapi peristiwa itu menyangkut urusan kerajaan yang besar. Bagaimana mungkin dapat dicabut begitu saja ?"

"Mengapa tak dapat, bibi rakryan ?" balas bertanya Arya Kembar.

Page 44: SD.Djatilaksana Tiraikasih Website

SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

44

Nyi Tanca kerutkan dahi. Dia berusaha untuk menyelami, dengan alasan apakah patih Dipa akan dapat mencabut keputusan yang telah di umumkan itu. Namun ia tak berbasil menemukannya.

"Arya" katanya sesaat kemudian "cobalah cngkau beritahukan bibi, apa alasan yang dapat diterima patih Dipa sehingga dia dapat melakukan pemulihan nama baik ki Tanca itu"

"Hal itu dapat diatur begini" kata Arya Kembar setelah dilakukan penyelidikan dan pemeriksaan secara lebih mendalam, ternyata dalam peristiwa pembunuhan seri baginda Jayanagara itu, terdapat kesalah Tanaman, Sesungguhnya ra Tanca tidak bermaksud hendak membunuh seri baginda. Melainkan ketika dia membelek bisul baginda, karena kesakitan dan terkejut, baginda berjingkat sehingga pisau ra Tanca telah menyusup ke dalam ptrut baginda. Baginda meregang, darah berhamburan ke luar. Karena kaget dan ketakutan ra Tanca lari ke luar dan berpapasan dengan patih Dipa. Karena menyangka ra Tanca telah membunuh seri baginda, maka patih Dipa terus membunuh ra Tanca"

Nyi Tanca menaruh perhatian besar akan ucapan Arya Kembar "Tetapi masih ada kelemahannya, arya. Mengapa ki Tanca harus lari ke luar kalau benar dia tak sengaja bermaksud membunuh seri baginda ?"

"Paman Tanca terkejut dan ketakutan, bibi"

"Tidak tepat" seru nyi Tanca "bukan layak seorang tabib termasyhur seperti ki Tanca kalau melihat orang yang diobatinya, betapapun parah keadaannya, akan lari ketakutan"

"Benar, bibi rakryan" jawab Arya Kembar "tetapi yang metderita sakit itu adalah seri baginda, seorang raja besar. Apakah tidak mungkin paman Tanca menjadi gugup dan lari ke luar ?"

"Karena melihat baginda berlumuran darah ?" nyi Tanca menegas "ah, tidak, arya. Justeru sifat ki Tanca adslah berlainan.

Page 45: SD.Djatilaksana Tiraikasih Website

SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

45

Beliau amat bertanggung jawab sekali terhadap orang yang diobatinya. Makin orang itu bertambah parah keadaannya, ki Tanca makin lebih menekuninya. Tidak, arya, ra Taaca bukan seorang tabib yang berr fat selicik itu"

Arya Kembar kerutkan dahi "Habis dengan dalih apa kita dapat memberi alasan untuk menyelamatkan tindakan paman Tanca lari ke luar itu ?"

"Karena ra Tanca hendak pulang untuk mengambil obat penghenti pendarahan. Rasanya alasan itu lebih layak, arya"

"Bukankah saat menghadap ke keraton, ra Tanca membekal beberapa ramuan obat?" tanya Arya Kembar.

"Benar, tetapi luka yang diderita seri baginda itu di luar persangkaan ki Tanca. Ki Tanca tentu tidak membawa persediaan ramuan untuk luka yang sedemikian gawatnya"

Arya Kembar mengangguk. Ujian pertanyaannya telah di jawab dengan baik oleh nyi Tanca. Dan alasan yang diberikan nyi Tanca memang dapat diterima secara layak.

"Baiklah bibi rakryan" akhirnya Arya Kembar menerima "kita menggunakan alasan itu sebagai saran supaya patih Dipa mau mencabut kembali keputihannya tentang diri paman Tanca dalam peristiwa kematian seri baginda"

"Tetapi adakah patih Dipa bersedia menerima syarat yang kuajukan itu, arya ?" masih nyi Tanca meragukan.

"Jika dia tak mau menerima, ramuan obat itu-pun takkan diberikan. Dia tentu bingung. Sebagai seorang suami, dia tentu menginginkan kesembuhan sakit isterinya. Sebagai seorang ayah, dia pasti akan memperhatikan keadaan calon anaknya. Aku tak percaya kalau dia akan menolak , bibi rakryan"

"Bagaimana kalau dia main paksa menggunakan kekerasan untuk mengambil ramuan itu ?" tanya nyi Tanca.

Page 46: SD.Djatilaksana Tiraikasih Website

SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

46

"Bibi dapat mengatakan" kata Arya Kembar "bahwa bibi sendiri sebenarnya tak tahu manakah yang disebut ramuan pemunah racun itu. B bi akan bertemu dengan arwah paman Tanca lagi untuk memohon petunjuk"

"Apabila patih Dipa mengambil t indakan secara paksa ?"

"Bibi dapat merintanginya dengan berbagai cara. Antara bibi dapat rrengancamnya. Kalau patih itu berani menginjak-injak hak bibi sebagai yang dipertuan dari rumah ini, bibi akan bunuh diri"

Wajah nyi Tanca berseri. Peturjuk Arya Kembar itu memang tepat. Dan diapun sudah siap untuk mempertaruhkan jiwa raganya.

"Baiklah, arya" katanya sesaat kemudian "akan kulakukan hal itu.”

Sepulang Arya Kembar dan Arya Warak, tak berapa lama datanglah resi Kawaca menemui nyi Tanca. Dia meminta keterangan tentang perioalan yang dibicarakan kemarin.

Berkata nyi Tanca "Adi resi, rupanya kunjungan adi telah menggugah semangat ki Tanca. Biasanya, tidak secepat itu aku dapat bertemu dengan arwah ki Tanca. Kadang sampai tiga bahkan lima malam bersemedhi, barulah arwah ki Tanca datang menemui aku. Tetapi semalam, aku sudah berhasil menemuinya"

"Syukurlah, ayunda rakryan" kata resi Kawaca "lalu bagaimana hasilnya ?"

"Ki Tanca menyetujui permintaan adi resi"

"O, terima kasih, ayunda rakryan" cepat reii Kawaca menyela.

"Namun ki Tancapun juga mengajukan permintaan kepada adi resi"

"O" resi terkesiap "apakah yang dikehendaki kakang rakryan ?"

Page 47: SD.Djatilaksana Tiraikasih Website

SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

47

"Adi resi" kata nyi Tanca "sebagaimana telah kukatakan kemarin, bahwa kematian ki Tanca itu telah menimbulkan raia dendam penasaran dalam hatinya. Dan karena terikat oleh rasa dendam itu maka belumlah arwah ki Tanca itu dapat sempurna melayang ke alam kelanggengan"

Resi Kawaca menghela napas "Ya, memang, setiap orang mempunyai alasan untuk mempertahankan pendiriannya. Namun salah dan benar, bukanlah semata menjadi hak anggapan orang itu sefihak. Harus ditinjau dari berbagai pertimbangan dan kepentingan. Dan keputusannya akan dikokohkan dengan bukti kenyataan"

"Adi resi benar" sahut nyi Tanca yang melihat bahwa nada ucapan resi yang cenderung untuk membenarkan tindakan patih Dipa membunuh ra Tanca, masih terdapat percik kelemahan "justeru permintaan ki Tanca sangat berkaitan dengan kata-kata adi resi yang terakhir yalah keputusan harus dikokohkan dengan bukti kenyataan'"

Berhenti sejenak, nyi Tanca melanjut "Bahwa dalam soal bukti itulah yang dikehendaki ki Tanca, agar benar dapat dipertanggung jawabkan sebagai suatu kenyataan yang sebenarnya"

Timbul sedikit rasa heran dalam hati resi Kawaca atas kata-kata nyi Taaca. Dia bertanya "O, apakah ayunda maksudkan bahwa kakang Tanca menghendaki bukti akan kesalahannya?"

Nyi Tanca mengiakan.

"Tetapi bukankah peristiwa itu sudah selesai jauh beberapa waktu yang lalu"

"Adi maksudkan bahwa peristiwa itu sudah selesai, bukan?"

"Apakah tidak demikian, ayunda?"

"Ya" sahut nyi Tanca "tetapi yang selesai Itu adalah peristiwa terbunuhnya seri baginda dan kematian ki Tanca"

Page 48: SD.Djatilaksana Tiraikasih Website

SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

48

"Dan apakah masih ada persoalan lain yang belum terselesaikan setelah kedua beliau itu sama-sama terbunuh?"

"Ada" sahut nyi Tanca mantap "bukankah adi resi tadi mengatakan tentang soal bukti sebagai pengokoh dari set iap keputusan?"

"Benar, ayunda rakryan. Lalu bukti apakah yang ayunda maksudkan?"

"Bukti bahwa ki Tanca itu bersalah"

Resi Kawaca terkesiap. Ia hampir kehilangan pemikiran untuk menangkap dan menyelami apa yang tersirat dakm ucapan nyi Tanca "Ayunda rakryan, mohon anda menjelaskan apa yang dikehendaki ki Tanca"

"Tak lain adi resi" kata nyi Tanca "yalah bukti yang menyatakan bahwa ki Tanca memang bersalah membunuh seri baginda"

"Tetapi ayunda, bukankah karena sudah berbukti melakukan kesalahan itu maka patih Dipa lalu bertindak membunuh ki Tanca"

"Siapa yang mengatakan kalau ra Tanca telah membunuh seri baginda?"

"Tentu saja ki patih Dipa"

"Adakah ki patih Dipa itu sudah merupakan barang yang kekuasaannya dapat menentukan sesuatu ? Adakah keputusannya sud ih merupakan keputusan dalam undang-undang Majapahit? Adakah dia sejajar dengan kemutlakan kekuasaan seri baginda raja Majapahit ?"

Terkejut resi Kawaca mendengar kata-kata nyi Tanca yang penuh dengan luap nada kemarahan dan tuntutan. Resi berusaha untuk menenangkan rasa kejutnya, setelah itu baru dia mulai menilai apa yang terkandung dalam ucapan nyi Tanca.

Page 49: SD.Djatilaksana Tiraikasih Website

SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

49

Didapatinya, bahwa patih Dipa bertindak membunuh ra Tanca, tidak dapat ditafsirkan bahwa patih itu mempunyai kekuasaan mutlak yang sama dengan kekuatan undang undang. Melainkan dalam rangka tugas yang diembannya sebagai patih yang bertanggung jawab akan keselamatan seri baginda. Demikian pendapatnya.

"Patih Dipa mendapat tugas untuk menjaga keselamatan seri baginda. Apayang dilakukannya terhadap kakang Tanca adalah rangka wewenang yang diberikan dalam tugas kewajibannya" katanya.

"Tetapi siapakah yang mengetahui bahwa ki Tanca benar-benar telah mencidera seri baginda, adi resi ?"

"Ki patih Dipa"

"Hanya dia seorang dan dia seorang pula yang mengatakan bahwa ki Tanca telah membunuh seri baginda? Adakah cakup keterangan patih Dipa itu menjadi bukti yang tak bobh diganggu gugat lagi ?"

Resi Kawaca tertegun. Ia mendapat kesan bahwa rasanya nyi Tanca mempunyai penilaian lain terhadap peristiwa itu, terutama tentang tuduhan bahwa ra Tanca telah membunuh seri baginda.

"Ayutda rakryan, dalam masalah itu rasanya ayunda mempunyai pandangan lain. Silakan ayunda mengatakan"

"Memang benar, adi resi" kata nyi Tanca "karena aku tahu bahwa ki Tanca mempunyai dua pendirian hidup. Pertama, setya mengabdi kepada ilmu yang dipelajarinya. Kedua, setya mengabdi kepada kerajaan Majapahit"

"Cobalah adi resi sejenak merenungkan" kata nyi Tanca pula "waktu terjadi huru hara yang dilakukan Dharmaputera ra Kuti dan kawan-kawan, ra Tanca telah dibebaskan dari hukuman, karena terbukti tak tersangkut langsung dalam pemberontakan itu. Pernah dalam menanggapi keputusan itu, ki Tanca

Page 50: SD.Djatilaksana Tiraikasih Website

SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

50

mengatakan kepadaku bahwa seri baginda Jayanagara itu seorang junjungan yang adil bijaksana karena dapat menilai dengan tepat menurut duduk persoalan yang sewajarnya. Ki Tanca ingin menunjukkan, bahwa kepercayaaan seri baginda atas kejetyaannya itu, akan dibalas dengan rasa pengabdian dan kesetyaan yang lebih mendalam. Nah, dengan dasar pernyataan ki Tarca itu, adakah adi resi pererya bahwa ki Tarca akan mengandung maksud buruk untuk mercidera seri baginda. Bukankah seperti yang adi kenal dan akupun demikian, bahwa ki Tarca itu seorang manusia yang kenal membalas budi orang?" Resi Kawaca tertegun. Apa yang dikatakan nyi Tanca itu memang harus diakui mengandung kebenaran.

"Tetapi ayunda rakryan" kata resi sesaat kemudian "mengapa pada waktu itu kakang Tanca gopoh lari keluar dari ruang peraduan seri baginda. Dan karena saat itu patih Dipa melihat bahwa seri baginda telah berlumuran darah maka ki patih lalu menarik kesimpulan bahwa kakang Tanca telah mencidera seri baginda, lalu dibunuhnya"

"Seri baginda menderita sakit bisul" sanggah nyi Tanca "dan ki Tarca tentu melakukan pembedahan. Mungkin waktu berlangsung pembedahan itu, terdapat dua kemungkinan. Kemungkinan pertama, karena merasa sakit maka seri baginda lalu meronta dan akibatnya pisau yang tengah berada di bisul, makin menancap lebih dalam kedalam tubuh seri baginda. Dan kemungkinan kedua, bisul yang dibedah itu telah banyak mengeluarkan darah sehingga ki Tanca gopoh lari keluar"

"Mengapa kakang Tanca harus lari?"

"Mungkin karena terjadi pendarahan yang banyak, baik dikarenakan gerakan seri baginda sendiri maupun karena keadaan bisul itu sendiri, ra Tanca menjadi gopoh. Kemungkinan dia tak memperkirakan lebih dulu bahwa akan terjadi pendarahan yang sedemikian hebat sehingga dia tak membawa ramuan untuk

Page 51: SD.Djatilaksana Tiraikasih Website

SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

51

menghentikan pendarahan. Maka dia bergegas lari hendak pulang mengambil ramuan itu"

"Ah" desah resi Kawaca "apabila benar demikian, mengapa kakang Tanca tak memberi keterangan kepada patih Dipa ?"

”Yang ada saat itu hanyalah ki Tanca dan patih Dipa. Siapakah yang dapat menjadi saksi, ki Tanca sudah mengatakan hal itu kepada patih Dipa ?"

Resi Kawaca mulai terhanyut dalam pembicaraan. Tanpa disadari dia mengejarkan pertanyaan "Apakah ki patih telah membuat kesaksian palsu ?" .

"Adakah ki patih telah memberi kesaksian sejujurnya ?" nyi Tanca cepat mengembalikan pertanyaan itu pula.

"Ah, aku benar-benar tak mengerti apa sesungguhnya yang ayunda maksudkan"

"Apapun yang terjadi di ruang peraduan seri baginda, tiada orang yang mengetahui. Demikian pula apa yang berlangsung dalam pembunuhan terhadap ki Tanca itu, juga t iada orang yang menyaksikan. Yang ada hanya ki patih Dipa dan kakang Tanca. Dan kenyataannya kakang Tanca mati dibunuh patih itu"

"Ah, ayunda rakryan" timbul keheranan hati resi setelah mendengar ucapan nyi Tanca "apakah gerangan kepentingannya ki patih harus membunuh kakang Tanca, apabila tidak karena kakang Tanca dianggap telah mencidera seri baginda ?"

"Adi resi" sanggah nyi Tanca "apabila dalam hal itu kita melekatkan diri pada 'anggapan' saja, maka kita telah menempatkan diri dalam anggapan umum, yang menerima mentah-mentah dan membenarkan tindakan patih Dipa terhadap kakang Tanca"

Resi Kawaca tertegun.

Page 52: SD.Djatilaksana Tiraikasih Website

SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

52

"Jika dalam peristiwa sebesar itu kita hanya menggantungkan pada dasar 'anggapan’ saja, maka Keadilan dan Kebenaran akan pudar kewibawaannya dalam kerajaan Majapahit. Layakkah jika Keadilan dan Kebenaran itu hanya dipercayakan pada anggapan seseorang saja?"

Walaupun diam tetapi resi Kawaca tengah sibuk mencernakan inti hamburan kata-kata nyi Tanca. Memang layak jika sebagai seorang isteri, nyi Tanca akan menggugat peristiwa pembunuhan ra Tanca. Namun apakah tuduhan-tuduhan dalam gugatannya itu tepat pada arah dan sasarannya. Ataukah kesemuanya itu hanya merupakan lupa dendam penasaran nyi Tanca belaka?

"Adakah ki patih Dipa dapat bertindak menyimpang dari wajib dan wewenang yang diberikan dalam tugasnya sebagai patih yang bertanggung jawab akan keselamatan seri baginda?" ia mulai menyusuri jejak jejak yang membercik dalam peristiwa itu dengan pertama-tama menyorot peribadi patih Dipa ”ah, mengingat pengabdian dan kesetiaan ki patih yang diakui seri baginda sehingga ki patih telah diberi kepercayaan sedemikian besar, rasanya sukar untuk meragukan hal itu"

"Apabila tuduhan nyi Tanca itu benar, lalu apa dasarnya ki patih harus membunuh kakang Tanca" ia melanjutkan renungannya "hal itu mungkin terjadi, apabila ki patih mempunyai dendam peribadi terhadap kakang Tanca. Tetapi benarkah ki patih memiliki perasaan demikian ?"

la tak tahu jelas. Kuem selama ini ia berada di padepokan yang jauh dari pura kerajaan.

"Ayunda rakryan" katanya setelah tak berhasil dalam penafsiran "aku tak dapat menemukan suatu alasan mengapa patih Dipa membunuh kakang Tanca, kecuali ki patih mempunyai rasa dendam kepada kakang Tanca. Dalam hal ini aku benar-benar tak tahu"

"Hai" nyi Tanca mendesuh.

Page 53: SD.Djatilaksana Tiraikasih Website

SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

53

"Jika memang terdapat unsur seperti itu, maukah ayunda memberitahu kepadaku ?" resi melangkah ke pertanyaan.

"Adi resi" kata nyi Tarca "betapapun aku berbicara sehingga sampai berkering ludah, namun aku percaya bahwa tiada seorangpun yang akan percaya, apabila pembicaraan itu mengarah untuk mencemarkan nama baik patih Dipa yang telah disanjung sebagai pahlawan pelindung kerajaan Majapahit"

Resi diam-diam terkejut. Dari nada ucapan wanita itu, resi mendapit kesan bahwa nyi Tanca memiliki bahan-bahan peristiwa yang menunjukkan kecemaran nama patih Dipa. Timbul keinginan resi untuk mengetahui.

"Ayunda rakryan" katanya "agar dalam mempertimbangkan peristiwa yang terjadi pada diri kakang Tanca aku d»p»t memberi ksjimpulaa yang tepat, perlulah kiranya aku mempunyai bahan bahan keterangan yang tepat pula. Dalam hal ini, rasanya ayunda tentu tak berkeberatan untuk memberitahukan hal itu kepadaku"

"Ah, betapa keinginanku untuk meluluskan permintaan adi resi, namun aku harus berkaca diri. Pertama, sebagai isteri dari seorang tokoh yang telah dijatuhi hukuman mati sebagai seorang penghianat, apakah masih ada orang yang mau mendengar keterangan-ku, apalagi mempercayainya ?"

"Kedua” katanya lebih lanjut "telah kukatakan tadi, bahwa setiap orang yang berbicara tentang keburukan patih Dipa, dia tentu akaa disambut dengan caci maki dan kemarahan oleh rakyat. Oleh karena itu adi resi, kusarankan agar adi resi meminta keterangan itu dari ki patih sendiri"

Resi terkesiap "Dari ki patih ? Adakah beliau bersedia memberikan keterangan ? Dan andaikata bersedia, adakah keterangan itu akan memiliki sifat yang murni dari kenyataannya ?"

Page 54: SD.Djatilaksana Tiraikasih Website

SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

54

"Adi resi, jangan meragukan keperibadian patih Dipa. Beliau seorang ksatrya yang luhur dan seorang pahlawan yang berjasa besar. Mungkinkah seorang ksatrya akan berlaku tak jujur dalam ucapannya ?"

Resi tertegun menerima lontaran kembali kata-kata nyi Tanca, Setelah sejenak merenung, ia harus menerima hal itu Bagaimanapun, tentulah nyi Tanca tak mau memberi keterangan lagi. Satu satunya jalan yang dapat ditempuh, apabila dia memang menginginkan untuk mengetahui peristiwa itu, terpaksa harus berwawancara dengan ki patih Dipa.

"Baiklah, ayunda rakryan" katanya "soal itu akan mendapat perhatianku. Namun apa dasar daripada rasa tak puas ayunda, mengenai tindakan ki patih Dipa terhadap kakang Tanca itu ?"

"Tak lain, adi resi, mengapa ki patih bergegas membunuh ra Tanca. Mengapa tidak ditangkap saja ki Tanca lebih dahulu. Dan untuk membuktikan, dia bersalah atau tidak, haruslah diadakan peradilan. Agar dapat diungkap secara keseluruhan, apa sebenarnya yang terjadi dalam keraton waktu itu"

Resi mengangguk. Tuntutan nyi Tanca itu memang beralasan dan layak. Menang seseorang tersangka, salah atau tidak, haruslah diberi peradilan. Undang-undang kerajaan Majapahit, bukan suatu alat untuk menghukum orang, melainkan suatu sarana untuk mencari keadilan dan memberi pengayoman.

"Tetapi apabila ki patih memberi alasan bahwa semula dia memang hendak menangkap, tetapi karena ra Tanca menolak, terpaksa ki patih bertindak membunuhnya"

"Segala alasan memang dapat saja dirangkai. Tetapi yang jelas dalam peristiwa pembunuhan kakang Tanca itu, jelas tidak adil karena kakang Tanca tidak mendapat kesempatan untuk diadili. Dalam peradilan, apabila memang ki Tanca bersalah, jatuhkanlah hukuman mati. Tetapi apabila ada hal-hal yang

Page 55: SD.Djatilaksana Tiraikasih Website

SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

55

meringankan, tentulah ki Tanca akan diberi keringanan pidana atau bahkan mungkin pembebasan"

Resi mengangguk. Ia menganggap bahwa cukup lama dia terlibat dalam pembicaraan dengan nyi Tanca. Soalnya gugatan nyi Tanca, apabila dipandang perlu, akan ia bicarakan dengan patih Dipa. Yang penting saat itu, dia harus mendapat ramuan pemunah racun bagi nyi Dipa.

"Nyi Tanca, maaf, baiklah kita kembali pada pokok pembicaraan, bahwa demi menolong penyakit yang diderita nyi patih Dipa, maka aku akan mohon kerelaan ayunda agar berkenan memberikan ramuan obat itu kepadaku. Alangkah luhurnya apabila kita dapat membalas dendam dengan budi kebaikan. Andaikata perasaan hati kita belum mencapai pada tingkat itu, sekurang kurangnya matilah kita dapat memisahkan persoalan antara dendam dengan budi kebaikan"

"Ah" nyi Tanca menghela napas "luka dalam hatiku atas kcmatian ki Tanca, dapatlah kuhibur dengan rasa nalangsa dan paierah akan kekuasaan Hyang Isywara. Namun cemar yang mencontreng keluhuran nama ki Tanca, takkan terhapus sampai beberapa keturunan. Sejarah tetap akan mencatat bahwa ra Tanca, seorang penghianat besar yang telah membunuh r&ja Majapahit. Adi resi, tidakkah adi menaruh belas kasihan akan nasib ki Tanca yang akan dikutuk oleh anak cucu sepanjang masa ?"

"Ah" berderai selepas mutiara barhamburan jatuh dari ikatannyalah napas yang dihembuskan resi Kawaca. Tanggapan dan jawaban nyi Tanca memang amat menyentuh sanubari. Namun sesaat kemudian terhenyaklah ia dari cengkaman raca kati setelah percik-percik pikirannya mulai bertaburan "memang pahit dan pedih sekali perasaan yang ayunda tampung dalam hati itu. Namun apa daya keinginan itu kalau harus beradu dengan kenyataan ?"

Page 56: SD.Djatilaksana Tiraikasih Website

SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

56

"Keinginan adalah sumber dari segala sikap dan langkah kita" sahut nyi Tanca "keinginan kuasa pula untuk menggugah pikiran yang paserah. Keinginanku, hanyalah sesuatu yang wajar dan sesuai dengan hak yang dibenarkan dalam undang-undang kerajaan sebagai sarana pengayoman. Bukankah meminta suatu peradilan untuk seseorang yang tersangka melakukan tindak kejahatan itu, bukan suitu hal yang berlebihan, adi resi?"

Kembali resi harus terkesiap. Berulang kali selama dalam pembicaraan tadi, nyi Tanca telah dapat menyambut pertanyaannya dengan melontarkan kembali tanggapannya menjadi suatu pertanyaan yang sukar dijawab. Diam diam resi itu memuji akan kelincahan dan ketangkasan berpikir nyi Tanca.

"Baiklah ayunda rakryan" katanya "lalu bagaimana permintaan ayunda ?"

"Ra Tanca meluluskan memberi ramuan obat itu dengan permintaan supaya patih Dipa mencabut keputusan terhadap ra Tanca dan memulihkan kembali nama baik suamiku"

"Tetapi apa guna, ayunda rakryan? Bukankah kakang sudah terlanjur meninggal?"

"Yang mati adalah jasad ki Tanca, tetapi namanya tetap hidup. Yang kuminta bukanlah untuk menghidupkan jasadnya yang sudah mati itu melainkan menghidupkan namanya dari lumpur kehinaan" sahut nyi Tanca.

"Bagaimana kalau ki patih tak meluluskan?"

"Itu hak sepenuhnya dari patih Dipa untuk meluluskan atau menolak" sambut nyi Tanca "sedemikian pula menjadi hak sepenuhnya dari ki Tanca untuk memberikan atau merolak memberikan ramuan itu, setelah menerima keterangan ki patih Dipa"

Page 57: SD.Djatilaksana Tiraikasih Website

SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

57

"Baiklah ayunda rakryan. Terpaksa aku mohon diri un'uk menemui patih Dipa dan menyampaikan keterangan ayunda" akhirnya resipun pamit.

Malam itu Arya Kembar, Arya VVarak dan Arya Lembang berkunjung ke tempat kediaman nyi Tanca. Mereka memuji-muji nyi Tanca dalam percakapannya dengan resi Kawaca.

"Namun janganlah kita bergirang dulu dalam peristiwa ini" kata Arya Kembar "karena hal itu hanya merupakan pangkal tolak dari awal suatu keadaan yang harus kita hadapi. Mungkin keadaan itu akan merupakan suasana yang berbahaya bagi bibi rakryan, mungkin pula akan berakhir dengan kedamaian. Kita belum dapat menduganya"

"Ya, engkau benar Arya" kata nyi Tanca "kita harus menghadapi bagaimana tindakan patih Dipa nanti. Lalu bagaimana tindakan kita, menurut pendapatmu?"

"Selama berada di rumah, telah kurenungkan dalam-dalam soal ini. bibi rakryan" kata Arya Kembar.

"Engkau sudah mempunyai rencana?"

"Benar" Arya Kembar mengiakan "beginilah bibi. Resi Kawaca tentu akan kembali kemari. Bahkan mungkin patih Dipa sendiri"

"Mengapa dia akan datang sendiri, kakang Kembar?" seru Arya Warak.

"Ya, apakah dia akan meluluskan permintaan bibi rakryan?" Arya Lembang ikut bersuara juga.

"Tidak" jawab Arya Kembar "apabila dia meluluskan, yang datang tentulah hanya resi Kawaca. Tetapi apabila dia menolak, dia akaa datang sendiri"

"Lho, mengapa begitu, kakang ?" Warak heran.

"Apabila dia meluluskan, cukuplah apabila dia hanya meminta rsii itu yang datang untuk menyampaikan kepada bibi rakryan.

Page 58: SD.Djatilaksana Tiraikasih Website

SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

58

Tetapi apabila dia menolak, kemungkinan dia akaa datang kemiri untuk berhadapan dengan bibi rakryan sendiri"

"Apakah dia akan msngata-ngatai bibi rakryan ?"

"Mungkin"

"Apakah dia akan melakukan kekerasan untuk memaksa bibi rakryan menyerahkan ramuan obat itu ?"

"Mungkin" sahut Arya Kembar.

"Wah, jika begitu, dia bertindak sewenang-wenang" saru Arya Lembang.

"Kita ikut menjaga keselamatan bibi rakryan" serentak Arya Warak berseru.

Arya Kembar tak lekas menolak atau membenarkan suara dari Arya Lembang maupun Arya Warak. Tenang-tenang saja dia menatap pada nyi Tanca "Bagaimana pendapat bibi rakryan ?"

"Kuserahkan saja persoalan itu kepada kalian" jawab nyi Tanca "seorang diripun aku berani menghadapi apa yang akan terjadi di ru nah ini. Namun kalau kalian ingin memberi bantuan, akupun tak berkeberatan"

Arya Kembar mengangguk "Bibi rakryan, dalam hal ini, aku mempunyai pandangan begini. Kami bertiga akan memberi bantuan penuh kepada bibi rakryan, namun caranya tidak secara terang-terangan.

"Bagaimana maksudmu?"

"Kami akan menyembunyikan diri di sebuah tempat yang berada di dekat kediaman bibi ini. Selekas terjadi hal hal yang akan menuju ke arah kekerasan yang mengancam keselamatan bibi rakryan, serentak kami sebera akan meluruk kemari"

Page 59: SD.Djatilaksana Tiraikasih Website

SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

59

"Mengapa harus bersembunyi, kakang Kembar ? Bukankah kalau kita secara terang-terangan berada di sisi bibi untuk menjaga keselamatan beliau ?" seru Arya Warak.

Arya Kembar geleng geleng kepala "Itu kurang tepat" katanya "kalau kita hadir di samping bibi rakryan, tentulah kita memberi kesan bahwa dalam hal ini kitalah yang berdiri di belakang bibi rakryan. Ini akan tidak menguntungkan pada diri bibi rakryan sendiri demikian kepada kita. Oleh karena itulah maka aku lebih suka untuk bertindak seperti yang kukatakan tadi, menyembunyikan diri di luar gedung ini lebih dulu. Ini tentu menghapus kesan patih Dipa terhadap hubungin bibi rakyan dengan kita"

"Tetapi bukankah patih Dipa tetap akan dapat menduga kalau hal itu sudah kita rencanakan dulu ?" bantah Arya Warak.

"Menduga, adalah hak setiap orang termasuk patih Dipa. Tetapi kita akan memberi alasan bahwa pada saat itu hanya secara kebetulan saja kita sedang lalu di sini dan mendengar suara ramai-ramai dalam kediaman bibi rakryan. Karena kuatir terjadi sesuatu pada bibi rakryan maka kita bertiga lalu masuk untuk mengetahui apa yang terjadi. Soal patih Dipa percaya atau tidak dengan keterangan itu, terserah saja kepadanya"

"Engkau benar Arya Kembar" kata nyi Tanca "rasanya memang teliti sekali jalan pemikiranmu"

"Terima kasih bibi" kata Arya Kembar "pada waktu itu, apabila benar patih Dipa hendak melakukan kekerasan terhadap bibi rakryan, kita dapat bertindak menurut hukum"

Arya Lembang dan Arya Warak mengangguk.

"Andaikata dalam perbantahan nanti akan meningkat menjadi bentrokan, janganlah kita sampai mengalahkan patih Dipa" kata Arya Kembar pula.

Page 60: SD.Djatilaksana Tiraikasih Website

SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

60

"Apa kata kakang ? Kita berkelahi tetapi tak boleh memenangkan perkelahian itu?" seru Arya Warak.

"Ya, kakang Kembar, mengapa kesempatan itu tak kita manfaatkan sebaik-baiknya untuk memberi hajaran kepadanya ?" Arya Lembang ikut mendukung.

Arya Kembar geleng-gwleng kepala "Itu tidak benar, adi. Nafsu keinginan harus ditekan apabila pikiran mempunyai perhitungan yang lebih menguntungkan"

"Aku tak mengerti maksud kakang" kata Warak.

"Kalau kita menang, berarti kita kalah. Tetapi kalau kita kalah, berarti kita menang. Menang untuk kalah, kalah untuk menang. Memang demikian ajaran sebuah siasat dalam ilmuperang " kata Arya Kembar.

"Ah, aku kurang jelas kakang Kembar" seru Arya Warak.

"Begini" kata Arya Kembar "kalau kita menang dan patih Dipa sampai menderita cidera yang berat, gusti ratu Tribuanatunggadewi pasti murka, seluruh rakyat pura Majapahit pasti akan mencincang kita"

Arya Warak mengangguk "Benar, tetapi bagaimana kalau kita kalah?"

"Kita dapat mengadukan perbuatan patih itu kepada ratu dan sekaligus tentu akan terbongkar peristiwa di gedung kediaman bibi rakryan ini. Kita beramai-ramai akan memohon peradilan kepada sang Ratu apakah seorang patih kerajaan dibenarkan untuk bertindak seweaang-wenang terhadap seorang wanita sepuh yang sudah janda pula" kata Arya Kembar "bahkan apabila terbuka kesempatan dapatlah bibi rakryan membongkar tindakan patih Dipa yang secara sefihak saja telah membunuh paman Tacca, tanpa diadili lebih dahulu. Kita ramaikan persoalan itu menjadi suatu masalah besar yang dapat mengundang

Page 61: SD.Djatilaksana Tiraikasih Website

SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

61

pertimbangan para nsentti dan senopati bahkan sampai kepada setiap kawula Majapahit"

"Bagus, kakang Kembar" teriak Arya Warak seraya mengacungkan ibu jarinya sebagai tanda memuji "kakang Kembar benar-benar seorang pemikir yang tiada tandingan. Hebat!"

Nyi Tanca juga menyetujui "Kita harus mencip-takan suatu suasana untuk memungkinkan patih Dipa tersudut dan harus mengakui bahwa dalam membunuh ra Tanca itu, dia tak lepas dari maksud kotor"

"Bibi maksudkan karena dia mempunyai kepentingan peribadi?"

"Ya, kepentingan untuk membalas dendam"

"Tetapi adakah ki patih Dipa punya dendam peribadi kepada paman Tanca?" tanya Arya Lembang.

"Entahlah" sahut nyi Tanca "tetapi dendam patih Dipa itu tidak ditujukan kepada ki Tanca"

Arya Lembang dan Warak terbeliak. Bahkan Arya Kembarpun mengernyit dahi.

"Apabila t idak ditujukan kepada mendiang paman rakryan, lalu kepada siapakah dendam patih itu hendak diarahkan?" tanya Arya Warak.

"Apakah engkau tak mengerti?" balas nyi Tanca. Arya Warak gelengkan kepala "Ah, bibi rakryan, apabila sudah tahu mergapa aku harus bertanya. Bukankah itu suatu ulah yang tak layak terhadap bibi?"

Nyi Tanca mengangguk "Dendam patih itu tak lain hanya ditujukan kepada seri taginda Jayanagara"

"Bibi rakryan!" teriak Arya Warak terkejut.

Page 62: SD.Djatilaksana Tiraikasih Website

SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

62

"Bukankah demikian Arya Kembar" nyi Tanca beralih tanya kepada Arya Kembar dan Arya itu mengangguk "Kurasa benarlah penilaian bibi itu"

"Jika demikian, mintalah keterangan kepada Arya Kembar, Wara” seru nyi Tanca kepada Arya Warak.

Arya Warak beralih melekatkan pandang ke arah Arya Kembar. Pandang matanya menuntut penjelasan. Tetapi Arya Kembar mengalihkannya "Nanti apabila senggang, akan kuceritakan hal itu sejelas-jelasnya kepada kalian"

"Kakang Kembar ...." Arya Warak hendak menuntut tetapi cepat dicegah Arya Kembar "yang penting sekarang ini kita sudah men iliki satu langkah untuk menghadapi patih Dipa. Bukankah bibi rakryan sudah menyetujui akan rencana kami tadi?"

Nyi Tanca mengiakan.

"Jika demikian maka kamipun hendak mohon diri" Arya Kembar dan kedua kawannya lalu pamit dan pulang ketempit Arya Kembar. Mereka merundingkan pula persiapan untuk melaksanakan rencana mereka untuk melindungi nyi Tanca.

Sementara itu di kepatihan, pun terjadi percakapan yang hangat antara patih Dipa dengan Resi Kawaca. Resi melaporkan tentang hasil pembicaraannya dengan nyi Tanca dan syarat yang dikehendakinya dalam memberikan ramuan obat itu.

Tampak wajah patih Dipa berobah di saat mendengar tuntutan nyi Tanca itu "Tidak, ki resi, takkan kululuskan permintaan begitu. Ra Tanca sudah jelas mencidera baginda dan karena melarikan diri waktu hendak kutangkap, terpaksa dia kubunuh"

"Ki patih, apakah alasan ki Tanca hendak mencidera seri baginda itu ?" tanya resi Kawaca.

Patih Dipa terkesiap, la tidak dapat lekas menjawab karena harus terbentur dengan suatu pertimbangan. Apabila dia mengatakan tujuan ra Tanca membunuh baginda, tentulah

Page 63: SD.Djatilaksana Tiraikasih Website

SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

63

masalah yang meujadi rahasia keraton mengenai tingkah laku baginda yang tak terpuji itu, akan diketahui juga.

"Adakah nyi Tanca tak mengatakan apa-apa mengenai alasan mengapa suaminya sampai berani mencidera seri baginda ?" patih Dipa balik bertanya.

"Tidak, ki patih" sahut resi Kawaca "dia hanya mengatakan bahwa andika telah berbuat sewenang-wenang karena tak memberikan pengadilan kepada ra Tanca, melainkan terus langsung menindaknya sendiri"

"Mengapa harus diberi peradilan? Jelas bahwa ra Tanca telah menikam seri baginda sehingga baginda tewas, adakah hal itu masih meragukan hati nyi Tanca ?"

"Wanita itu tetap pada pendirian. Bahwa betapapun besar kesalahan seorang tertuduh, tetapi undang-undang kerajaan tetap memberi kesempatan untuk melaksanakan suatu peradilan baginya, agar hukumannya nanti benar-benar adil dan tepat"

"Ya, benar" kata patih Dipa "tetapi keadaan pada saat itu tak memberi kesempatan lagi kepadaku kecuali harus menindaknya"

"Mengapa ? Apakah ra Tanca melawan ?”

"Ya, dia berusaha melawan untuk meloloskan diri"

"Adakah ra Tanca tak memberi keterangan apa-apa, mengapa dia melarikan diri itu ?"

"Tidak sepatahpun juga, kecuali kata-kata makian yang ditujukan kepadaku karena hendak Menangkapnya"

Resi Kawaca sejenak merenung lalu berkata "Adakah pada saat itu ki patih tak mempunyai pemikiran untuk menangkapnya saja dan diberi peradilan lebih dulu?"

Sejenak patih Dipa berdiam diri. Rupanya dia sedang menggali timbunan kenangan yang menyelimuti peristiwa lampau itu "Ki resi, sebagai seorang bhayang-kara yang bertaaggung jawab

Page 64: SD.Djatilaksana Tiraikasih Website

SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

64

atas keselamatan raja, apabila mengetahui raja telah dibunuh orang. Adakah bhayangkara itu masih memiliki kesadaran pertimbangan yang lain kecuali hanyut dalam luap kemarahan yang tak terkendalikan lagi? Adakah di kala bengawan brantas meluap, masih dapat memilih mana mana tempat yang harus dilandanya? Dapukah air bah membeda bedakan mana sawah yang berguna mana padas yang gersang ?"

"Terus terang, ki resi” jawab patih Dipa lebih lanjut "pada waktu itu hanya kemarahan yang telah menghanguskan seluruh kesadaran pikiranku. Hanya satu dalam angan-anganku saat itu, hutang nyawa bayar nyawa. Penghianat harus dibasmi. Manusia yang berani membunuh raja jununganku, harus dibunuh Demikianlah yang telah terjadi dalam pikiranku saat itu. Bahwa kini setelah hampir dua tahun hal itu diungkat pula dengan menggugat soal peradilan bagi yang bersalah, adalah soal sekarang. Soal yang diteropong dari pikiran yang terang dan dari segi hukum. Peradilan hanyalah suatu sarana yang mengatur tata-tertib hukum. Namun dalam peristiwa ra Tan:a, kiranya tiada yang lebih ringan hukumannya daripada hukum mati"

Resi Kawaca mengangguk pelahan. Namun dalam hati masih ada percik percik rasa kurang mantap dalam menerima jawatan patih Dipa. Muagkin dia tebih terkesan akan tuntutan nyi Tanca yang melolong jeritan peradilan yang layak bagi yang tersangka, betapa berat kedosaanya, dari pada menerima suatu perasaan tentang suasana yang berbeda antara pada saat terjadinya peristiwa itu dengan sekarang.

Rupanya patih Dipa dapat menyimak liuk liuk pada dahi resi yang masih meregang. Suatu pertanda bahwa resi itu belum dapat menerima alasan tadi secara keseluruhannya.

"Andaikata terdapat sepasang suami isteri atau dua orang anak beranak sedarg berjalan, lalu tiba-tiba muncul seorang tidak dikenal yang tanpa alasan telah membunuh Isteri atau suami, anak atau ayah itu, masihkah salah seorang dari yang hidup itu

Page 65: SD.Djatilaksana Tiraikasih Website

SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

65

akan memiliki pertimbangan untuk menangkap pembunuh itu untuk diserahkan kepada yang berwajib? Ataukah dia terus langsung balas membunuh orang itu? Ah, memang dari segi hukum, perbuatan itu kurang dapat dibenarkan karena bertindak main hakim sendiri. Tetapi guncang perasaan marah yang menggampa dalam hati sanubarinya, mungkin saat itu menghapus seluruh kesadarannya"

Patih Dipa berhenti sejenak lalu melanjut "Seperti halnya orang yang dituduh bertindak main hakim itu dapat diadili, pun apabila memang seharusnya demikian, akupun bersedia menghadap dalam pengadilan yang akan menuntut pertanggung in jawabku atas tindakan membunuh ra Tanca. Aku bertanggung jawab sepenuhnya atas tindakanku membunuh ra Tanca, sebagaima sepenuh tanggung jawabku terhadap tugasku sebagai bhayangkara yang menjaga keselamatan seri baginda"

"Ya, tuan benar, ki patih" akhirnya resi berkata "apabila memang dikehendaki demikian, tuan harus berani menghadapi tuduhan itu. Walaupun pada akhirnya, ku percaya pengadilan tentu akan memutuskan kebebasan murni kepada tuan, tetapi demi meajaga tegaknya ketertiban undang-undang, tuan harus bersedia"

"Memang demikianlah pendirianku, ki resi"

"Lalu bagaimana pendirian tuan atas permintaan nyi Tanca?"

"Supaya aku mencabut keputusan untuk memulihkan nama baik ra Tanca?" patih Dipa menegas lalu geleng-geleng kepala "tidak, ki resi. Bila nyi Tanca meminta apa saja, aku dapat meluluskan asal jangan yang itu"

"Bagaimana andaikata nyi Tanca mengajukan tuntutannya kehadapan gusti Ratu?"

"Itu dibenarkan dalam undang-undang"

"Bagaimana kalau gusti Ratu mengabulkan gugatannya?"

Page 66: SD.Djatilaksana Tiraikasih Website

SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

66

"Itu wewenang sepenuhnya dari gusti Ratu"

"Bagaimana kalau dalam peradilan yang dibentuk gusti Ratu, ki patih akan diminta menghadap?"

”Aku takkan lari"

"Bagaimana pula apabila peradilan mempersalahkan tindakan tuan?"

"Ki resi" seru patih Dipa dengan nada lantang "aku mengabdi kepada kerajaan Majapahit, bukanlah untuk mengejar pangkat dan memburu kedudukan ataupun mendambakan kenikmatan hidup. Tetapi aku masuk menjadi narapraja adalah dengan tujuan untuk mengabdi kerajaan Majapahit Apat i'a kerajaan tidak memerlukan tenagaku dan oleh karena tindakanku membunuh ra Tanca itu diputuskan bersalah dan aku dicopot dari jabatan patih yang sekarang, alupun dengan rela akan rrengundurkan diri. Tetapi mengundurkan diri sebagai patih dan sebagai narapraja. Namun aku takkan mengunduikan diri dari pengabdianku kepada negara. Aku tetap akan berjuang menegakkan kewibawaan Majapahit, menurut kadar kedudukan, cara dan kemampuanku sendiri. Karena seorang prajurit, seorang pejuang, takkan mati melainkan layu"

Tertegun resi Kawaca mendengar ucapan patih Dipa yang menggema bagai kumandang halilintar di lembah gunung. Dan lebih terkejut pula resi itu ketika melihat penampilan wajah patih Dipa pada saat itu. Seolah dalam pandang matanya, patih itu bukan lagi patih Dipa yang biasa dilihatnya melainkan telah berobah dalam bentuk pengejawantahan seorang batara yang di ingatnya sebadai Batara Ganesya.....

"Maaf resi, aku telah tak kuasa mengendalikan diri" sesaat kemudian patih Dipa berkata.

"Ah, tak apa tuan patih" sahut resi "tetapi bolehkah kulanjutkan pertanyaanku lagi?"

Page 67: SD.Djatilaksana Tiraikasih Website

SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

67

"Silakan"

"Ki patih. Aku menghargai dan kagum akan pendrian hidupmu dalam mengabdi kepada negara Majapahit. Tetapi bagaimana andaikata engkau menolak dan nyi Tanca tak dapat memberikan ramuan obat itu? Apakah engkau tak memikirkan kepentingan nyi Dipa?"

"Ki resi" sahut patih Dipa "wanita itu adalah isteriku. Dia adalah sebagian dari hidupku. Diapun akan menjadi calon ibu dari puteraku yang masih dikandungnya, kepentingan mereka adalah kepentinganku. Namun kalau kepentingan itu harus disajajarkan dengan kepentingan pendirianku, dengan kepentingan pengabdianku kepada negara Majapahit, maka aku tetap akan memilih kepentingan yang terakhir"

”Tetapi tuan patih ...."

"Mereka adalah bagian dari hidupku. Kalau diriku saja, jiwa dan raga, kuserahkan keptda negara Majapahit, adakah mereka harui lebih kunamakan dari kepentingan negara? Tidak, ki resi. Biarlah nyi Tanca menolak untuk memberikan ramuan obat itu, tetapi jangan dia mengharap aku untuk meluluskan syarat permintaannya itu"

"Ah, ki patih, mengapa tuan harus bersikap demikian?"

"Ki resi" nada patih Dipa makin keras "jika tuanpun hendak mengganggu kemurnian dari pendirianku dalam pengabdian kepada negara Majapahit, maaf, ki resi, aku bersedia untuk mengantarkan tuan pulang ke padepokan. Biarlah nyi Dipa binasa sebagai tumbal dalam perjalananku mengabdi negara"

"Ki patih !" teriak resi "ah ... . harap ki patih jangan salah. Aku adalah seorang resi. Apa yang kuucapkan takkan kutarik kembali. Aku sudah bersedia menyembuhkan penyakit nyi Dipa, tentu akan kuusahakan dengan sekuat kemampuanku"

Page 68: SD.Djatilaksana Tiraikasih Website

SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

68

"Maaf, ki resi. Jauh dari maksud yang terkandung dalam hatiku untuk menghina atau menyinggung perasaan tuan. Tapi demikianlah sikap dan ucapanku menghadapi siapa saja, entah dia itu raja, brahmana ataupun musuh, aku tetap akan membela pendirianku itu"

Resi Kawaca menjabat tangan patih Dipa "Dalam diri tuan, aku telah menemukan seorang pejuang yang benar-benar berani, tegas dan setya. Semoga pendirian ki patih ini akan menjadi pegangan bagi setiap pejuang dalam bidang masing-masing. Aku akan menerima warisan pendirian tuan itu, dalam tugasku untuk menjaga kelestarian agamaku"

"Terima kasih ki resi. Aku hanya pengemban dari suara hati sanubariku" kata patih Dipa.

Demikian sang resi menanamkan kesan yang makin mendalam tentang peribadi seorang manusia bernama Dipa yang saat itu sedang melaksanakan dharma hidupnya sebagai patih kerajaan Majapahit. Antara peribadi patih Dipa dengan kerajaan Majapahit, memang terdapat suatu perpaduan corak yang sama.

Dari hutan lebat diatas bumi gersang yang disebut Terik, yang penuh ditumbuhi pohon wilwa, timbullah sebuah perumahan baru yang diberi nama sesuai dengan hasil pengeluaran buminya yani wilwa yang pahit. Dinamakan kerajaan Wilwatikta atau Majapahit. Kerajaan yang dibangun dengan cucuran keringat; darah dan penderitaan itu, kini tumbuh menjadi sebuah kerajaan yang besar, berkembang makin besar dan makin besar.

Muncul dalam pergolakan masa pertumbuhan kerajaan itu seorang manusia yang dari asal keturunannya kebetulan berada dalam golongan atau kasta Sudra. Dia harus merintis perjalanan dharma hidupnya dengan cucuran keringat, darah dan airmata. Dia tumbuh dan mekar dalam siraman derita dan pengabdian. Dia merintis jalan hidupnya dalam tempaan kesalahan dan pengalaman pahit. Sepahit buah wilwa yang menjadi lambang kebesaran nama kerajaan Majapahit maka sepahit itu pula hidup

Page 69: SD.Djatilaksana Tiraikasih Website

SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

69

manusia Dipa menjadi salah seorang soko-guru negara Majapahit.

Karena keturunannya atau mungkin karena garis kodrat hidupnya, dia bukanlah raja yang berkuasa. Namun namanya seolah bersenyawa dengan kerajaan Majapahit. Majapahit adalah Dipa, Dipa adalah Majapahit. Demikian kesan yang berhamburan dalam benak sang resi setelah mengenal keperibadian sang patih Dipa.

Resi Kawaca menyadari, akan sia-sia jualah kata dilontarkan karena pendirian patih Dipa laksana gunung Mahameru yang tegak kokoh sepanjang masa.

Berhadapan resi dengan dua kenyataan yang saling bertentangan. Nyi Tanca hanya mau menyerahkan ramuan obat asal patih Dipa bersedia untuk mencabut keputus-annya mengenai ra Tanca yang dianggap sebagai seorang penghianat negara. Patih Dipa tetap pada pendiriannya mengenal perbuatan fa Tanca, walaupun dia haru» kehilangan jiwa isterinya karena tiada mendapat ramuan obat dari nyi Tanca.

Di cela-cela tentang antara kedua pendirian itu, resi melihat suatu kenyataan yang dihadapinya. Yalah diri nyi Dipa. Sakit nyi patih itu sudah mencapai titik yang sukar disembuhkan. Walaupun jiwanya tertolong tetapi keadaan tubuhnya lemah dan ini jelas berbahaya bagi bayi yang tengah dikandungnya.

Setelah merenungkan hal itu beberapa saat, timbullah suatu percik pikiran. Hampir ia mengatakannya kepada rakryan patih Dipa tetapi pada lain saat timbullah perbantahan dalam hatinya "Ah, hal itu kurang layak"

Dia berusaha untuk mencari lain jalan tetapi sampai beberapa waktu, tetap buntu. Dan karena ia merasa bertanggung jawab akan kesembuhan penyakit nyi patih, akhirnya dia memberanikan diri untuk mencoba pemikiran yang pertama itu.

Page 70: SD.Djatilaksana Tiraikasih Website

SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

70

"Ki patih" katanya "tidaklah terbertik dalam pikiran tuan untuk mendapatkan ramuan dari nyi Tanca itu ?"

"Jika harus memenuhi syarat permintaannya, aku tidak mau"

"Benar, memang demikian" kata resi "tetapi tidakkah tuan menghendaki cara lain untuk mengusahakan terlaksananya hal itu ?"

"Bagaimana makiud ki resi ?"

"Pertama, ki patih menghaturkan persoalan itu ke hadapan Ratu. Tentu gusti Ratu berkenan untuk menurunkan amanat, menitahkan nyi Tanca menyerahkan ramuan itu"

"Hm"

"Kedua, dalam kedudukan seorang patih, tetulah tuan mempunyai wewenang untuk menguasai harta milik ra Tanca yang oleh kerajaan telah dinyatakan bersalah melakukan penghianatan besar"

"Lalu yang ketiga ?"

"Kurasa cukup salah satu saja, kiranya sudah cukup untuk membuahkan hasil, ki patih"

"Terima kasih atas perhatian ki resi" sahut patih Dipa "namun sayang aku tak dapat melakukannya. Untuk menghaturkan kepada gusti Ratu dengan harapan agar sang Ratu berkenan menitahkan nyi Tanca menyerahkan ramuan obat itu, aku tak mau. Karena hal itu menyangkut kepentingan peribadi keluargaku. Bukan kepentingan negara dan rakyat"

"Kedua, untuk menggunakan kekuasaan sebagai patih akupun harus mempertimbangkan. Walaupun ra Tanca telah dinyatakan penghianat, namun persoalan itu sudah selesai. Apabila akan diadakan penyitaan atas harta miliknya, seharusnya dilaksanakan pada waktu itu. Kenyataan bahwa gedung kediaman, harta milik dan bahkan nyi Tanca, tetapi diberi kebebasan, menandakan

Page 71: SD.Djatilaksana Tiraikasih Website

SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

71

bahwa kerajaan sudah memutuskan tidak akan mengganggu mereka lagi kecuali apabila nyi Tanca terbukti masih melakukan gerak yang membahayakan kepentingan Majapahit. Sebagai pemerintah, haruskah menarik kembali keputusannya? Sebagai seorang patih, haruskah aku tidak melaksanakan pendirian kerajaan? Tidak, ki resi, aku tak mau menggunakan kekuasaan secara tidak pada tempatnya hanya karena kepentingan peribadi"

Kembali resi Kawaca menghela napas dalam hati. Dia benar-benar mengagumi patih yang keras kepala dalam mempertahankan pendiriannya. Dan diapun harus mengakui pula bahwa pendirian patih Dipa itu memang suatu pendirian yang luhur.

"Ki resi" kata patih Dipa pula "aku sangat berterima kasih kepada tuan karena tuan telah berusaha sekuat kemampuan tuan untuk menolong penyakit nyi Dipa. Bahwa bukan kesalahan ki resi apabila tak dapat menyembuhkan sama sekali penyakit nyi Dipa itu. Hanya dikarenakan suatu halangan dalam memperoleh ramuan obat itu saja maka penyakit nyi Dipa terpaksa belum dapat disembuhkan sampai tuntas"

Makin malu hati resi Kawaca mendengar ucapan patih Dipa. Dia merasa bertanggung jawab atas kesembuhan nyi patih. Oleh karena itu, dia makin merasa harus mengusahakan upaya agar dapat memperoleh ramuan itu.

"Baiklah, ki patih" katanya "aku hendak menemui nyi Tanca untuk menyampaikan keputusan tuan"

"Ah, mengapa ki resi harus menyampaikan jawaban itu" kata patih Dipa "apabila ki resi tak ke sana, berarti bahwa kita tak jadi meminta pertolongannya"

Resi Kawaca mengatakan, sebaiknya ia menyampaikan berita itu kepada nyi Tanca. Ia akan mencoba untuk memberi pangertian kepada nyi Tanca, mudah-mudahan wanita itu akan memperoleh kesadaran. Katanya.

Page 72: SD.Djatilaksana Tiraikasih Website

SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

72

Demikian lepas senja, di kala lampu-lampu mulai menghias rumah-rumah penduduk, resi Kawaca ayunkan langkah menyusur lorong yang menuju ke tempat kediaman ra Tanca.

Rupanya resi itu mempunyai suatu pertimbangan yang aneh. Dan pertimbangan itu agaknya belum menemui titik pertemuan antara perasaan dan pikiran. Bagi seorang resi yang sudah mencapai pengertian tinggi dalam ajaran kesucian, tiada persesuaian antara Rasa dan Pikir dalam dirinya itu tentulah tiada persesuaian antara batin dengan pikiran yang melahirkan nafsu keinginan.

"Haruskah aku melakukan hal itu demi menyelamatkan jiwa seorang wanita yang sedang mengandung?" demikian pertanyaan yang berulang muncul lenyap dalam hatinya.

Sebelum pertanyaan itu sempat mendapat keputusan diapun sudah tiba di muka pintu regol kediaman rakryan Tanca. Dan seorang bujang sudah siap menyambut. Dia seorang lelaki yang masih muda. Resi agak heran. Namun sebelum dia sempat mengeluarkan pertanyaan, lelaki muda itu sudah memperkenalkan diri.

"Hamba Sawung, bujang baru dari gusti rakryan puteri, sang resi" kata bujang itu.

Resi Kawaca mengiakan. Dia tak mau menjangkau dugaan apa-apa dan menerima keterangan itu. Sawung mengantar resi masuk kedalam pendapa. Nyi Tancapun gopoh keluar menyambut.

Setelah berbincang-bincang beberapa saat, mulailah mereka meningkat pada pokok pembicaraan dan resi Kawacapun menyampaikan jawaban patih Dipa.

"Ki patih Dipa tak berkenan meluluskan permintaan ayunda rakryan" kata resi.

Page 73: SD.Djatilaksana Tiraikasih Website

SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

73

"Mengapa ? Apakah dia takut kehilangan martabat, kedudukan dan pangkat, bukanlah soal penting. Bahkan tak segan-segan beliau menyebut tentang asal keturunannya tanpa merasa tersinggung dan rendah. Yang penting, bukan soal martabat, soal kedudukan, pangkat ataupun keturunan, melainkan jiwa seseorang yang dinilai dalam dharma hidupnya"

"Ya” kata nyi Tanca "dan adi resi percaya bahwa ucapan patih itu sesuai dengan suara hatinya?"

"Kepercayaan itu bukan milik seseorang tetapi milik seluruh rakyat majapahit. Merekalah yang menilai, benar tidaknya kata patih Dipa dengan perbuatannya"

Nyi Tanca tertegun mendapat jawaban itu. Namun iapun cepat dapat menghindarkan diri beralih ke lain persoalan "Benar, adi resi. Memang selama ini hampir se'uruh kawula dan dan keraton Majapahit, menaruh kepercayaan penuh kepada patih Dipa. Tetapi bagiku tetap akan berpijak kepada anggapan. Bahwa yang banyak itu belum tentu benar. Untuk mendapatkan peni'aian rakyat banyak, memang dapat dibuat atau dibentuk dengan pelbagai cara dan sikap. Tetapi yang penting a-dalah isi hati orang itu"

"Benar ayunda rakryan" seru resi Kawaca "bukankah demikian pula halnya para Dharmaputera yang dipimpin ra Kuti dahulu? Kudengar, Dharmaputcra itu diangkat dan dilantik oleh seri baginda Jayanagara sendiri. Dengan demikian Dharmaputeta merupakan mentri pilihan yang telah teruji, baik dalam kesetyaan maupun pengabdiannya. Namun kenyataan, mentri-mentri kepercayaan seri baginda itu sendirilah yang berusaha hendak merebut kekuasaan tata"

Untuk yang kedua kalinya, nyi Tanca seperti tertikam hatinya. Apa yang hendak ia nyatakan, malah justeru dimanfaatkan resi untuk menyinggung kelompok di mana ra Tanca termasuk jadi warganya

Page 74: SD.Djatilaksana Tiraikasih Website

SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

74

Namun nyi Tanca dapat menerima luka itu untuk secepatnya sembuh kembali dau mengembalikan pula "Yang jelas, aku tetap tak percaya bahwa patih Dipa sudah sepi dari pamrih untuk mencapai kedudukan dan pangkat tinggi. Dia masih tetap seorang manusia, bukan dewa, Manusia yang m isi h dijajah oleh naf m kdngin-an. Salah satu bukti, mengapa dia terus langsung membunuh ki Tanca tanpa diadili lebih dahulu, tak lain karena dia bernafsu besar untuk menerima pujian, ganjaran dan kenaikan pangkat atas jasanya sebagai seorang pahlawan"

Resi Kawaca berdiam diri.

"Baik, akan kubuktikan lagi" kata nyi Tanca melanjut "mengapa patih Dipa menolak permintaanku? Bukankah dia kuatir apabila dalam sidang peradilan itu akan terbuka maksud-maksud kotor yang tersembunyi di balik tindakannya membunuh ki Tanca itu ? Dan manusia yang ketakutan akan terbuka kesalahannya, adalah mereka yang mendambakan akan kenikmatan pangkat, kedudukan dan kekuasaan. Haruskah aku ikut dengan suara orang banyak yaag menganggap bahwa patih Dipa itu seorang manusia yang sepi pamrih ?"

Tajam dan mengena sekali ucapan nyi Tanca sehingga resi Kawaca sejenak memangu tertegun. Namun pada saat ia merenungkan pembicaraannya dengan patih Dipa, segera membertiklah sinar terang dalam benaknya.

"Dalam satu hal, ayunda memang benar" kata resi Kawaca "tetapi pada lain, tidaklah demikian, inti dari penolakan patih Dipa adalah, bahwa dia tak ingin membawa persoalan negara untuk kepentingan peribadi atau keluarganya. Keputusan tentang diri kakang Tanca adalah keputusan kerajaan dan penyakit nyi Dipa adalah urusan keluarga"

Semula resi mengira dengan jawaban itu tentulah nyi Tatca tak dapat membantah. Tetapi ternyata tidak demikian.

Page 75: SD.Djatilaksana Tiraikasih Website

SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

75

"Aku menghormati pendirian patih Dipa yang sedemikian tegasnya itu" kata nyi Tanca "tetapi sayang kenyataannya tidak begitu. Peristiwa yang terjadi di keraton Majapahit, sesungguhnya tak lepas pada sumber urusan peribadi atau keluarga. Adi resi, karena sudah menjadi suatu kenyataan yang sudah bukan rahasia lagi, maka terus terang kukatakan sekarang, bahwa tindakan nekad dari ki Tanca untuk mencidera seri baginda itu tak lain karena ki Tanca hendak menghapus hinaan seri baginda yang telah dilakukan terhadap diriku"

"Ah, dengan demikian ayunda rakryan mengakui bahwa kakang Tanca memang mcmbekal tujuan untuk membunuh seri baginda" cepat resi menegas.

"Kalau memang benar itu, begitulah keteranganku dalam menilai tindakan ki Tanca” jawab nyi Tanca "tetapi karena ki Tanca tak menceritakan hal itu kepadaku maka akupun masih meragukan. Adakah dia memang berbuat begitu atau peristiwa itu terjadi karena suatu hal yang tak terduga waktu pembedahan itu berlangsung. Oleh karena itu maka aku menghendaki suatu peradilan untuk menjernihkan peristiwa itu"

Resi Kawaca terdiam.

"Andaikata ki Tanca sengaja membunuh seri baginda maka jelas dia hendak membalas dendam peribadi. Tetapi tindakan patih Dipa untuk membunuh ki Tanca, juga tidak lepas dari kepentingan peribadi, adi resi"

Resi terbeliak.

(Oo-dwkz-ismoyo-oO)

Bersambung jilid 20