Sejarah Nabi Adam Dan Siti Hawa

19
SEJARAH NABI ADAM DAN SITI HAWA Setelah Allah s.w.t.menciptakan bumi dengan gunung- gunungnya,laut-lautannya dan tumbuh-tumbuhannya,menciptakan langit dengan mataharinya,bulan dan bintang-bintangnya yang bergemerlapan menciptakan malaikat-malaikatnya ialah sejenis makhluk halus yangdiciptakan untuk beribadah menjadi perantara antara Zat Yang Maha Kuasa dengan hamba-hamba terutama para rasul dan nabinya maka tibalah kehendak Allah s.w.t. untuk menciptakan sejenis makhluk lain yang akan menghuni dan mengisi bumi memeliharanya menikmati tumbuh-tumbuhannya,mengelola kekayaan yang terpendam di dalamnya dan berkembang biak turun-temurun waris-mewarisi sepanjang masa yang telah ditakdirkan baginya. Kekhuatiran Para Malaikat. Para malaikat ketika diberitahukan oleh Allah s.w.t. akan kehendak-Nya menciptakan makhluk lain itu,mereka khuatir kalau- kalau kehendak Allah menciptakan makhluk yang lain itu,disebabkan kecuaian atau kelalaian mereka dalam ibadah dan menjalankan tugas atau karena pelanggaran yang mereka lakukan tanpa disadari.Berkata mereka kepada Allah s.w.t.:"Wahai Tuhan kami! Buat apa Tuhan menciptakan makhluk lain selain kami,padahal kami selalu bertasbih,bertahmid,melakukan ibadah dan mengagungkan nama-Mu tanpa henti-hentinya,sedang makhluk yang Tuhan akan ciptakan dan turunkan ke bumi itu,nescaya akan bertengkar satu dengan lain,akan saling bunuh-membunuh berebutan menguasai kekayaan alam yang terlihat diatasnya dan terpendam di dalamnya,sehingga akan terjadilah kerusakan dan kehancuran di atas bumi yang Tuhan ciptakan itu." Allah berfirman,menghilangkan kekhuatiran para malaikat itu: "Aku mengetahui apa yang kamu tidak ketahui dan Aku sendirilah yang mengetahui hikmat penguasaan Bani Adam atas bumi-Ku.Bila Aku telah menciptakannya dan meniupkan roh kepada nya,bersujudlah

Transcript of Sejarah Nabi Adam Dan Siti Hawa

Page 1: Sejarah Nabi Adam Dan Siti Hawa

SEJARAH NABI ADAM DAN SITI HAWA

Setelah Allah s.w.t.menciptakan bumi dengan gunung-gunungnya,laut-lautannya dan

tumbuh-tumbuhannya,menciptakan langit dengan mataharinya,bulan dan bintang-bintangnya

yang bergemerlapan menciptakan malaikat-malaikatnya ialah sejenis makhluk halus

yangdiciptakan untuk beribadah menjadi perantara antara Zat Yang Maha Kuasa dengan hamba-

hamba terutama para rasul dan nabinya maka tibalah kehendak Allah s.w.t. untuk menciptakan

sejenis makhluk lain yang akan menghuni dan mengisi bumi memeliharanya menikmati tumbuh-

tumbuhannya,mengelola kekayaan yang terpendam di dalamnya dan berkembang biak turun-

temurun waris-mewarisi sepanjang masa yang telah ditakdirkan baginya.

Kekhuatiran Para Malaikat.

Para malaikat ketika diberitahukan oleh Allah s.w.t. akan kehendak-Nya menciptakan

makhluk lain itu,mereka khuatir kalau-kalau kehendak Allah menciptakan makhluk yang lain

itu,disebabkan kecuaian atau kelalaian mereka dalam ibadah dan menjalankan tugas atau karena

pelanggaran yang mereka lakukan tanpa disadari.Berkata mereka kepada Allah s.w.t.:"Wahai

Tuhan kami!Buat apa Tuhan menciptakan makhluk lain selain kami,padahal kami selalu

bertasbih,bertahmid,melakukan ibadah dan mengagungkan nama-Mu tanpa henti-

hentinya,sedang makhluk yang Tuhan akan ciptakan dan turunkan ke bumi itu,nescaya akan

bertengkar satu dengan lain,akan saling bunuh-membunuh berebutan menguasai kekayaan alam

yang terlihat diatasnya dan terpendam di dalamnya,sehingga akan terjadilah kerusakan dan

kehancuran di atas bumi yang Tuhan ciptakan itu."

Allah berfirman,menghilangkan kekhuatiran para malaikat itu: "Aku mengetahui apa

yang kamu tidak ketahui dan Aku sendirilah yang mengetahui hikmat penguasaan Bani Adam

atas bumi-Ku.Bila Aku telah menciptakannya dan meniupkan roh kepada nya,bersujudlah kamu

di hadapan makhluk baru itu sebagai penghormatan dan bukan sebagai sujud ibadah,karena

Allah s.w.t. melarang hamba-Nya beribadah kepada sesama makhluk-Nya." Kemudian

diciptakanlah Adam oleh Allah s.w.t.dari segumpal tanah liat,kering dan lumpur hitam yang

berbentuk.Setelah disempurnakan bentuknya ditiupkanlah roh ciptaan Tuhan ke dalamnya dan

berdirilah ia tegak menjadi manusia yang sempurna

Iblis Membangkang.

Iblis membangkang dan enggan mematuhi perintah Allah seperti para malaikat yang

lain,yang segera bersujud di hadapan Adam sebagai penghormatan bagi makhluk Allah yang

akan diberi amanat menguasai bumi dengan segala apa yang hidup dan tumbuh di atasnya serta

yang terpendam di dalamnya.Iblis merasa dirinya lebih mulia,lebih utama dan lebih agung dari

Adam,karena ia diciptakan dari unsur api,sedang Adam dari tanah dan lumpur. Kebanggaannya

dengan asal usulnya menjadikan ia sombong dan merasa rendah untuk bersujud menghormati

Adam seperti para malaikat yang lain,walaupun diperintah oleh Allah.

Page 2: Sejarah Nabi Adam Dan Siti Hawa

Tuhan bertanya kepada Iblis:"Apakah yang mencegahmu sujud menghormati sesuatu

yang telah Aku ciptakan dengan tangan-Ku?" Iblis menjawab:"Aku adalah lebih mulia dan lebih

unggul dari dia.Engkau ciptakan aku dari api dan menciptakannya dari lumpur." Karena

kesombongan,kecongkakan dan pembangkangannya melakukan sujud yang diperintahkan, maka

Allah menghukum Iblis dengan mengusir dari syurga dan mengeluarkannya dari barisan

malaikat dengan disertai kutukan dan laknat yang akan melekat pd.dirinya hingga hari kiamat.Di

samping itu ia dinyatakan sebagai penghuni neraka.

Iblis dengan sombongnya menerima dengan baik hukuman Tuhan itu dan ia hanya

mohon agar kepadanya diberi kesempatan untuk hidup kekal hingga hari kebangkitan kembali di

hari kiamat.Allah meluluskan permohonannya dan ditangguhkanlah ia sampai hari kebangkitan,

tidak berterima kasih dan bersyukur atas pemberian jaminan itu,bahkan sebaliknya ia

mengancam akan menyesatkan Adam,sebagai sebab terusirnya dia dari syurga dan

dikeluarkannya dari barisan malaikat,dan akan mendatangi anak-anak keturunannya dari segala

sudut untuk memujuk mereka meninggalkan jalan yang lurus dan bersamanya menempuh jalan

yang sesat,mengajak mereka melakukan maksiat dan hal-hal yang terlarang , menggoda mereka

supaya melalaikan perintah-perintah agama dan mempengaruhi mereka agar tidak bersyukur dan

beramal soleh.

Kemudian Allah berfirman kepada Iblis yang terkutuk itu: "Pergilah engkau bersama

pengikut-pengikutmu yang semuanya akan menjadi isi neraka Jahanam dan bahan bakar neraka.

Engkau tidak akan berdaya menyesatkan hamba-hamba-Ku yang telah beriman kepada Ku

dengan sepenuh hatinya dan memiliki aqidah yang mantap yang tidak akan tergoyah oleh

rayuanmu walaupun engkau menggunakan segala kepandaianmu menghasut dan memfitnah."

Pengetahuan Adam Tentang Nama-Nama Benda.

Allah hendak menghilangkan anggapan rendah para malaikat terhadap Adam dan

menyakinkan mereka akan kebenaran hikmat-Nya menunjuk Adam sebagai penguasa bumi,maka

diajarkanlah kepada Adam nama-nama benda yang berada di alam semesta, kemudian

diperagakanlah benda-benda itu di depan para malaikat seraya:"Cubalah sebutkan bagi-Ku nama

benda-benda itu,jika kamu benar merasa lebih mengetahui dan lebih mengerti dari Adam." Para

malaikat tidak berdaya memenuhi tentangan Allah untuk menyebut nama-nama benda yang

berada di depan mereka.Mereka mengakui ketidak-sanggupan mereka dengan berkata:"Maha

Agung Engkau! Sesungguhnya kami tidak memiliki pengetahuan tentang sesuatu kecuali apa

yang Tuhan ajakan kepada kami.Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mengetahui dan Maha

Bijaksana."

Adam lalu diperintahkan oleh Allah untuk memberitahukan nama-nama itu kepada para

malaikat dan setelah diberitahukan oleh Adam,berfirmanlah Allah kepada mereka:"Bukankah

Aku telah katakan padamu bahawa Aku mengetahui rahsia langit dan bumi dan mengetahui apa

yang kamu lahirkan dan apa yang kamu sembunyikan."

Page 3: Sejarah Nabi Adam Dan Siti Hawa

Adam Menghuni Syurga.

Adam diberi tempat oleh Allah di syurga dan baginya diciptakanlah Hawa untuk

mendampinginya dan menjadi teman hidupnya,menghilangkan rasa kesepiannya dan melengkapi

keperluan fitrahnya untuk mengembangkan keturunan. Menurut cerita para ulamat Hawa

diciptakan oleh Allah dari salah satu tulang rusuk Adam yang disebelah kiri diwaktu ia masih

tidur sehingga ketika ia terjaga,ia melihat Hawa sudah berada di sampingnya.ia ditanya oleh

malaikat:"Wahai Adam! Apa dan siapakah makhluk yang berada di sampingmu itu?"

Berkatalah Adam:"Seorang perempuan."Sesuai dengan fitrah yang telah diilhamkan oleh

Allah kepadanya."Siapa namanya?"tanya malaikat lagi. "Hawa",jawab Adam."Untuk apa Tuhan

menciptakan makhluk ini?",tanya malaikat lagi. Adam menjawab:"Untuk mendampingiku,

memberi kebahagian bagiku dan mengisi keperluan hidupku sesuai dengan kehendak Allah."

Allah berpesan kepada Adam:"Tinggallah engkau bersama isterimu di syurga,rasakanlah

kenikmatan yang berlimpah-limpah didalamnya,rasailah dan makanlah buah-buahan yang lazat

yang terdapat di dalamnya sepuas hatimu dan sekehendak nasfumu.Kamu tidak akan mengalami

atau merasa lapar,dahaga ataupun letih selama kamu berada di dalamnya.Akan tetapi Aku

ingatkan janganlah makan buah dari pohon ini yang akan menyebabkan kamu celaka dan

termasuk orang-orang yang zalim.Ketahuilah bahawa Iblis itu adalah musuhmu dan musuh

isterimu,ia akan berusaha membujuk kamu dan menyeret kamu keluar dari syurga sehingga

hilanglah kebahagiaan yang kamu sedang nikmat ini."

Iblis Mulai Beraksi.

Sesuai dengan ancaman yang diucapkan ketika diusir oleh allah dari Syurga akibat

pembangkangannya dan terdorong pula oleh rasa iri hati dan dengki terhadap Adam yang

menjadi sebab sampai ia terkutuk dan terlaknat selama-lamanya tersingkir dari singgahsana

kebesarannya.Iblis mulai menunjukkan rancangan penyesatannya kepada Adam dan Hawa yang

sedang hidup berdua di syurga yang tenteram, damai dan bahagia.

Ia menyatakan kepada mereka bahawa ia adalah kawan mereka dan ingin memberi

nasihat dan petunjuk untuk kebaikan dan mengekalkan kebahagiaan mereka. Segala cara dan

kata-kata halus digunakan oleh Iblis untuk mendapatkan kepercayaan Adam dan Hawa bahawa

ia betul-betul jujur dalam nasihat dan petunjuknya kepada mereka.Ia membisikan kepada mereka

bahwa.larangan Tuhan kepada mereka memakan buah-buah yang ditunjuk itu adalah karena

dengan memakan buah itu mereka akan menjelma menjadi malaikat dan akan hidup

kekal.Diulang-ulangilah bujukannya dengan menunjukkan akan harumnya bau pohon yang

dilarang indah bentuk buahnya dan lazat rasanya.Sehingga pada akhirnya termakanlah bujukan

yang halus itu oleh Adam dan Hawa dan dilanggarlah larangan Tuhan.

Allah mencela perbuatan mereka itu dan berfirman yang bermaksud: "Tidakkah Aku

mencegah kamu mendekati pohon itu dan memakan dari buahnya dan tidakkah Aku telah

ingatkan kamu bahawa syaitan itu adalah musuhmu yang nyata." Adam dan Hawa mendengar

Page 4: Sejarah Nabi Adam Dan Siti Hawa

firman Allah itu sedarlah ia bahawa mereka telah terlanggar perintah Allah dan bahawa mereka

telah melakukan suatu kesalahan dan dosa besar.Seraya menyesal berkatalah mereka:"Wahai

Tuhan kami! Kami telah menganiaya diri kami sendiri dan telah melanggar perintah-Mu karena

terkena bujukan Iblis.Ampunilah dosa kami karena nescaya kami akan tergolong orang-orang

yang rugi bila Engkau tidak mengampuni dan mengasihi kami."

Adam dan Hawa Diturunkan Ke Bumi.

Allah telah menerima taubat Adam dan Hawa serta mengampuni perbuatan pelanggaran

yang mereka telah lakukan hal mana telah melegakan dada mereka dan menghilangkan rasa

sedih akibat kelalaian peringatan Tuhan tentang Iblis sehingga terjerumus menjadi mangsa

bujukan dan rayuannya yang manis namun berancun itu.

Adam dan Hawa merasa tenteram kembali setelah menerima pengampunan Allah dan

selanjutnya akan menjaga jangan sampai tertipu lagi oleh Iblis dan akan berusaha agar

pelanggaran yang telah dilakukan dan menimbulkan murka dan teguran Tuhan itu menjadi

pengajaran bagi mereka berdua untuk lebih berhati-hati menghadapi tipu daya dan bujukan Iblis

yang terlaknat itu.Harapan untuk tinggal terus di syurga yang telah pudar karena perbuatan

pelanggaran perintah Allah,hidup kembali dalam hati dan fikiran Adam dan Hawa yang merasa

kenikmatan dan kebahagiaan hidup mereka di syurga tidak akan terganggu oleh sesuatu dan

bahawa redha Allah serta rahmatnya akan tetap melimpah di atas mereka untuk selama-

lamanya.Akan tetapi Allah telah menentukan dalam takdir-Nya apa yang tidak terlintas dalam

hati dan tidak terfikirkan oleh mereka. Allah s.w.t.yang telah menentukan dalam takdir-nya

bahawa bumi yang penuh dengan kekayaan untuk dikelolanya,akan dikuasai kepada manusia

keturunan Adam memerintahkan Adam dan Hawa turun ke bumi sebagai benih pertama dari

hamba-hambanya yang bernama manusia itu.Berfirmanlah Allah kepada mereka:"Turunlah

kamu ke bumi sebagian daripada kamu menjadi musuh bagi sebagian yang lain kamu dapat

tinggal tetap dan hidup disan sampai waktu yang telah ditentukan."

Turunlah Adam dan Hawa ke bumi menghadapi cara hidup baru yang jauh berlainan

dengan hidup di syurga yang pernah dialami dan yang tidak akan berulang kembali.Mereka harus

menempuh hidup di dunia yang fana ini dengan suka dan dukanya dan akan menurunkan umat

manusia yang beraneka ragam sifat dan tabiatnya berbeda-beda warna kulit dan kecerdasan

otaknya.Umat manusia yang akan berkelompok-kelompok menjadi suku-suku dan bangsa-

bangsa di mana yang satu menjadi musuh yang lain saling bunuh-membunuh aniaya-

menganianya dan tindas-menindas sehingga dari waktu ke waktu Allah mengutus nabi-nabi-Nya

dan rasul-rasul-Nya memimpin hamba-hamba-Nya ke jalan yang lurus penuh damai kasih

sayang di antara sesama manusia jalan yang menuju kepada redha-Nya dan kebahagiaan manusia

di dunia dan akhirat.

Page 5: Sejarah Nabi Adam Dan Siti Hawa

TUJUAN AGAMA

Jika kita renungkan, agama tampaknya merupakan fenomena paling membingungkan

dalam kehidupan umat manusia. Dengan spirit agama, umat manusia bisa melambung ke puncak

kemanusiaannya dengan mengkekspresikan segenap kemuliaan, cinta kasih, pengorbanan, dan

berbagai sikap lain yang sangat mengesankan. Namun, pada saat yang sama, agama acapkali

menjadi sumber keributan paling spektakuler di muka bumi: atas nama agama orang bisa

berperang bahkan saling menghancurkan.

Mengapa bisa demikian? Kita bisa menjawabnya dengan merenungkan makna agama

bagi kehidupan kita sendiri. Jika kita menjadikan agama sebagai identitas kelompok, atau

sebagai dasar afiliasi politik, atau sebagai topeng kekuasaan, maka perilaku kita akan cenderung

agresif, ofensif. Kita menjadikan agama sebagai wasilah untuk memenuhi hasrat-hasrat jiwa

rendah atau hawa nafsu kita. Maka, banyak orang kemudian justru menjadi tak nyaman oleh

agama kita. Alih-alih menjadi rahmat bagi semesta alam, kita sebagai manusia beragama justru

menjadi laknat bagi semesta alam.

Namun, ketika kita menjadikan agama sebagai sumber inspirasi untuk selalu berpegang

teguh terhadap hati nurani ataupun rahsa sejati (sebuah istilah Kejawen yang menyimbolkan

Kuasa Ilahi di dalam diri kita), maka sikap kita akan menjadi reflektif. Hati menjadi lembut,

karena agama kita tempatkan ibarat setetes embun yang membasahi jiwa. Agama yang demikian,

menjadi cahaya yang menerangi jiwa, sehingga pikiran, sikap, hati kita, menjadi lapang. Maka,

orang-orang di sekeliling kitapun menjadi nyaman…kita bertransformasi menjadi rahmat bagi

semesta alam.

Sejatinya…menengok ajaran-ajaran dasar agama..semestinya agama memang

menjadi pemandu kita menaiki ketinggian ruhani..menyelami hakikat kebenaran yang

bersembunyi di kedalaman samudera hati kita…dan mengantarkan kita untuk merapat

dengan Sangkan Paraning Dumadi..yaitu Hyang Tunggal, Gusti Allah, Gusti Ingkang

Murbeng Dumadi.

Ingatlah kembali sabda Kanjeng Nabi Muhammad..Inna buitstu liutammimu makarimal

akhlak..Tidaklah aku diutus kecuali untuk menyempurnakan akhlak!

Ketinggian akhlak manusia terwujud ketika manusia mencapai taraf takholuk bi

akhlaqilah..Berakhlak dengan akhlak Tuhan. Agama adalah medium agar kita perlahan-lahan

bisa menyerap sifat-sifat Ilahi, sehingga kita menjadi Insan Mulia..yang pikirannya, perasaannya,

sikapnya, hasratnya, dan tindakannya, mencerminkan Dia Yang Maha Sempurna.

Dalam konsep pengajaran Tauhid Syeikh Siti Jenar, dinyatakan bahwa sesungguhnya

Sifat 20 bagi Allah, juga merupakan sifat bagi kaum mukmin sejati. Mempelajari Tauhid artinya

mengupayakan agar kita sadar akan Keberadaan Dzat Yang Tunggal dengan 20 sifatnya itu,

mulai wujud, qidam, baqo, dan seterusnya..lalu menyerap sifat-sifat itu ke dalam diri kita.

Sehingga kita menjadi sosok yang wujud..karena memang di dalam diri kita Ruh Ilahi yang

Page 6: Sejarah Nabi Adam Dan Siti Hawa

abadilah bertahta setelah hawa nafsu tertaklukkan….Keberadaan kita menjadi sejati, tak lagi

palsu…karena kita bisa keluar dari kungkungan raga yang sesungguhnya tak lebih dari bayang-

bayang…Kita menjadi baqa..karena esensi diri kita yang abadi itulah yang menjadi gambaran

diri sejati….Kita pun menjadi mandiri..karena sudah bisa memberdayakan qudrat dan iradat-Nya

yang dititipkan ke dalam diri kita…dan seterusnya.

Segenap aturan dalam agama, yang kita sebut dengan syariat, sebetulnya adalah jalan

agar Cahaya Tuhan memasuki diri kita sehingga kitapun sanggup berakhlak dengan akhlak-Nya,

menjadi cermin kemuliaan-Nya. Segenap ritual, shalat, puasa, zakat, dan lainnya, tak lebih

dari sekadar sebagai latihan ( ritual ) agar sifat-sifat mulia melekat kepada diri kita. Ukuran

kemuliaan diri pribadi kita, kita sadari justru terletak pada bagaimana kualitas keseharian kita

menyangkut hubungan kita dengan Tuhan, sesama manusia, dan alam semesta. Jika kita selalu

dalam keadaan eling lan waspada (senantiasa berdzikir kepada-Nya, dan selalu waspada kepada

segenap keburukan hawa nafsu), lalu kitapun konsisten menebar welas asih kepada sesama, itu

artinya kita adalah makhluk yang mulia.

Dengan demikian, kita tak lagi memperebutkan kebenaran agama, apalagi berperang

atas nama agama. Karena yang penting adalah apakah agama sudah menerangi hati

kita..dan itu tak ada hubungannya dengan orang lain. Semuanya, sebetulnya tak lebih

merupakan soal “peperangan” di dalam diri kita sendiri…apakah kita tunduk kepada hawa

nafsu atau nurani…

Page 7: Sejarah Nabi Adam Dan Siti Hawa

MENGAPA TERJADI PERBEDAAN AGAMA DI BUMI INI

Jika kita kaji kehidupan materi, maknawi, individu, dan sosial manusia maka kita akan

menyaksikan betapa peran agama dalam dimensi-dimensi ini sangatlah signifikan. Karena itu

para pakar dan ahli setiap dari disiplin ilmu-ilmu humaniora tidak dapat mengabaikan begitu saja

pengaruh dan sumbangsih agama terhadap kehidupan manusia.

Dalam kajian psikologi dan ilmu kejiwaan, telah dilakukan kajian dan analisa atas

dampak dan pengaruh serta aplikasi agama dalam membentuk jiwa manusia dan pengaruhnya

atas pembentukan kepribadian serta karakter manusia. Juga dalam disiplin ini ditinjau efek

daripada pengamalan agama, ritus-ritus, dan iman serta keyakinan agama dalam kehidupan

internal individu.

Dalam menelaah masalah-masalah sosial dan kemasyarakatan, disimpulkan bahwa agama

merupakan salah satu fenomena sosial yang langgeng dan berpengaruh, sebagaimana dalam

filsafat politik juga diteliti dan diobservasi dampak daripada institusi-institusi agama serta

pengaruh mereka dalam kekuasaan.

Penelitian dan pengkajian sejarah memperlihatkan bahwa ketika sebuah agama baru

muncul di masyarakat maka daya tolak dan daya terima dalam beragama menjadi bertambah, dan

ini menyebabkan timbulnya pertentangan dan perselisihan yang terkadang berlarut-larut dan

berkepanjangan. Dari sinilah timbul urgensi perbedaan agama-agama dan perbedaan pengaruh

mereka dalam kehidupan para pengikutnya, sehingga mau tidak mau orang-orang yang memiliki

jiwa pencarian dan penelitian berupaya mendapatkan penjelasan yang meyakinkan untuk itu.

Kendatipun prinsip kesadaran akan kejamakan agama-agama merupakan suatu perkara

lama dan telah melewati berbagai zaman dan generasi, dan para ilmuan dan ulama dari setiap

agama telah membahas dan menulis kitab-kitab untuk membuktikan kebenaran agamanya dalam

berhadapan dengan agama-agama lainnya, namun di zaman baru ini dikarenakan perubahan

disegala aspek yang timbul dalam ilmu, filsafat, dan akhlak dan juga disebabkan perkembangan

yang terjadi dalam bidang interaksi dan hubungan yang  diikuti oleh ledakan informasi maka

permasalahan keragaman agama-agama telah menjadi subyek pembahasan dan pengamatan yang

serius di antara penganut agama yang berbeda-beda.

Tidak bisa dipungkiri bahwa kita hidup di dunia yang memiliki dimensi yang sangat

banyak ragamnya, bangsa-bangsa dan warna kulit yang berbeda-beda, bahasa yang bermacam-

macam, budaya yang beraneka ragam, agama yang jamak, pemikiran yang berbeda-beda serta

hatta kecenderungan dan selera semuanya tidak sama, dan ini merupakan sumber manifestasi

dari kejamakan, sehingga apa yang disebut keragaman agama-agama secara aktual  tidak bisa

dihindari. Dan hari ini salah satu wacana yang sangat penting dan menyita perhatian para

sejarawan, filosof, dan teolog adalah masalah perbedaan agama-agama, dan kosa kata seperti

diversity, plurality, dan pluralism digunakan secara luas dalam teks-teks pembahasan agama dan

mazhab.

Page 8: Sejarah Nabi Adam Dan Siti Hawa

Empat Pertanyaan Mendasar

Berikut ini ada empat pertanyaan mendasar dalam berhadapan dengan masalah keragaman

agama:

1. Agama-agama yang berbeda-beda, sejauh mana masing-masing dari agama tersebut

mempunyai saham kebenaran dan hakikat?

2. Mengapa di sepanjang sejarah bermunculan agama-agama dan mazhab-mazhab yang

berbeda-beda? (Mengapa tidak dalam bentuk satu agama dan mazhab?)

3. Faktor apa yang memotivasi, khususnya masyarakat kontemporer, menerima dan

menyatakan bahwa pengikut agama-agama lainnya juga mememiliki saham kebenaran

dan hakikat?

4. Bagaimana cara beriteraksi dan bermuamalah setiap pengikut sebuah agama dengan

pengikut agama-agama lainnya?

Pertanyaan pertama merupakan sebuah pertanyaan epistemologis, pertanyaan yang

berkaitan dengan hak dan batil serta kebenaran dan kebohongan klaim dari agama-gama yang

berbeda-beda. Meskipun metode pembahasan kita dalam masalah kejamakan agama-agama

bukan dari prototipe masalah internal agama dan teologis, dan metode pembahasan yang

digunakan adalah metode rasional serta tidak keluar dari kerangka filsafat agama, bahkan dalam

menganalisa dan meneliti keyakinan yang berbeda-beda daripada agama-agama, kita mesti

menggunakan parameter yang independen dan mandiri dari sebuah agama tertentu, akan tetapi

tinjauan ini tidaklah bermakna bahwa masalah hak dan batil serta kebenaran dan kebohongan

dari agama-agama yang beragam itu tidak boleh dibicarakan dalam pembahasan ini.

Sebab, filosof sebagaimana teolog juga memiliki seribu kegundahan dan kegelisahan tentang

kebenaran hakiki (haqqâniyyah) dari sebuah agama.

Dalam konteks ini maka bisa pandangan sebuah agama tertentu meneliti keyakinan

agama-agama lainnya, dimana dalam bentuk ini kajian menjadi pembahasan internal agama dan

hujjahnya pun hanya untuk pengikut-pengikut agama tersebut, dan ini bermakna bahwa kajian

berada di luar ruang-lingkup filsafat (kecuali jika diungkapkan dalam bentuk istithrâdi).

Pertanyaan kedua berkaitan tentang rahasia kemunculan kejamakan agama, bukan

tentang kebenaran atau kebatilan agama-agama; meskipun itu jawaban yang diberikan terhadap

pertanyaan pertama dapat juga menjadi penentu sampai batas tertentu jawaban atas pertanyaan

kedua, bahkan kebalikan dari kondisi ini juga adalah benar, yakni posisi kita dalam menghadapi

pertanyaan kedua juga bisa berpengaruh sampai batas tertentu atas nasib dan natijah pertanyaan

pertama.

Seseorang yang menjawab pertanyaan pertama dengan keyakinan bahwa seluruh agama-

agama mendapat saham dari hakikat, maka jawabannya terhadap pertanyaan kedua tentu akan

berbeda dengan jawaban seorang yang berpandangan eksklusivisme.

Jawaban Pengikut Eksklusivisme Terhadap Rahasia Kemunculan Kejamakan Agama-agama

Page 9: Sejarah Nabi Adam Dan Siti Hawa

Para pengikut eksklusivisme berkaitan dengan masalah ini menyatakan:

1. Agama-agama Ilahi memiliki perbedaan secara gradual, mereka semua memberitakan

kesatuan mabda (starting-point) dan maad (ending-point), agama yang datang belakangan

mengandung kesempurnaan-kesempurnaan agama-agama sebelumnya ditambah

kesempurnaan yang hanya dimiliki olehnya. Dengan kedatangan agama wahyu baru

maka pengikut-pengikut agama (lama) mempunyai taklif beriman kepada nabi baru dan

ajaran-ajaran wahyu yang dibawanya, akan tetapi dikarenakan oleh 'inad dan mengikuti

hawa nafsu maka sebagian mereka tidak mengamalkan taklif ini.

2. Kerumitan dan kekudusan perkara transendental dari satu sisi dan parameter pemahaman

manusia di sisi lain serta komparasinya dengan perkara transendental menyebabkan

timbulnya penafsiran yang berbeda-beda, kendatipun dalam agama-agama Ilahi telah

diperlihatkan parameter dan tolok ukur yang sahih tentang interpretasi manusia terhadap

perkara transendental dan kudsi.

Tinjauan ini dapat dilihat lewat bukti-bukti sejarah dari sudut pandang banyaknya terjadi

penyimpangan dan distorsi (tahrif), penyimpangan yang terjadi secara natural, perubahan

kapasitas insani, dan perbedaan-perbedaan historis, serta pada saat yang sama dalam masalah

hakikat dan kebenaran agama memandang hanya satu agama yang hak secara mutlak dan

kebenaran agama-agama lainnya diukur dengan kedekatan mereka terhadap agama yang diyakini

mempunyai kebenaran hakiki.

Jawaban Pengikut Pluralisme Tentang Rahasia kemunculan Agama-agama

Para pengikut pluralisme dalam masalah rahasia keragaman agama-agama dan mazhab-mazhab

menyatakan: Munculnya kejamakan agama-agama dikarenakan hakikat pada batas dzatnya

adalah jamak dan setiap agama menjelaskan satu sudut dari hakikat yang banyak tersebut serta

tidak satupun agama yang dapat melihat dan menerangkan seluruh hakikat tersebut; sebab agama

adalah suatu perkara human (manusia) dan semua manusia bahkan para nabi terperangkap dalam

keterbatasan-keterbatasan makrifat khusus dan setiap orang dapat memandang satu sudut

daripada hakikat, maka konklusinya setiap orang melihat satu pojok dari itu, bukan seluruhnya.

Oleh karena itu, secara natural dan dikarenakan oleh beragamnya kaum dan bangsa maka para

nabi pun adalah banyak dan natijahnya agama-agama juga adalah banyak dan beragam; sebab

Tuhan memberi hidayah pada kaum dan bangsa berdasarkan budaya, tradisi, dan adab khusus

setiap kaum dan bangsa serta menurunkan suatu agama yang cocok dengan budaya, tradisi, dan

adab kaum dan bangsa tersebut.

Dengan tinjauan ini maka jawaban terhadap pertanyaan pertama dapat dikatakan: Seluruh

agama-agama, dengan segenap perbedaan yang mereka miliki, mendapatkan saham akan hakikat

dan setiap dari mereka merupakan jalan lurus (mustaqim) untuk mencapai pada Tuhan.

Page 10: Sejarah Nabi Adam Dan Siti Hawa

Pertanyaan ketiga sebelumnya berkenaan tentang mengapa di zaman kita ini sekelompok

orang menerima kejamakan hakikat-hakikat dan di zaman lalu tidak menerima yang demikian.

Dengan kata lain peristiwa apa dan perubahan apa yang terjadi sehingga hari ini sebagian orang

memilih pluralisme agama-agama dan membela pandangan tersebut.

Pertanyaan keempat juga mempunyai sisi praktis, bukan teoritis dan kembali pada aspek

moralitas, bukan dimensi epistemologis. Yakni bagaimana para penganut agama tertentu

bermuamalah dengan pengikut agama-agama lainnya, apakah mesti bertoleransi dan hidup

berdampingan menerima perbedaan dengan mereka ataukah menabuh genderang perang serta

perselisihan dengan mereka, ini berhubungan dengan cara bersikap dan berprilaku di antara para

pengikut agama-agama yang berbeda satu sama lain.

Apa yang dikatakan oleh logika agama dalam hal ini? Apa yang diputuskan oleh logika

kemanusiaan dalam menghadapi masalah ini? Semuanya itu terungkap di masyarakat kita

sekarang ini dan masuk di bawah pembahasan kejamakan agama atau pluralisme agama. Dan

dalam hal ini bermunculan berbagai jawaban tentang empat pertanyaan mendasar tersebut yang

tidak kosong dan lepas dari kesalahan dan ambiguitas.

Terma-terma Pluralisme dalam Agama

Ada beberapa terma pluralisme dalam agama yang digunakan dan mempunyai makna

yang berbeda, di antaranya:

1. Toleransi di antara pengikut agama-agama yang berbeda

Makna pluralisme dalam hal ini idem dito  dengan toleransi, yakni hidup rukun dan

bersikap toleran terhadap pengikut agama-agama lainnya demi menghindari perselisihan

dan peperangan di antara penganut-penganut agama-agama. Dalam terma ini, kejamakan

atau kebhinekaan diterima sebagai kenyataan kemasyarakatan, yakni pengikut setiap

agama dan mazhab disatu sisi berkeyakinan bahwa hanya agama dan ajaran mereka saja

yang benar serta penyelamat, namun di sisi lain menerima muamalah dan pergaulan

kemasyarakatan pengikut agama dan mazhab lain, serta mempunyai sikap saling

menghormati, saling menghargai dan saling toleran.

2. Tersebarnya saham-saham hakikat pada setiap agama

Makna kejamakan agama dan pluralisme agama dalam bentuk ini adalah bahwa hakikat

agama yang datang dari Tuhan hanya satu tapi mempunyai wajah dan rupa yang

beragam. Perbedaan di antara agama-agama tidak pada tataran substansi tetapi dalam

tataran pemahaman setiap agama. Sejumlah orang memahami perkara Tuhan dalam suatu

bentuk maka mereka menjadi penganut Yahudi, sekelompok lainnya memahami dalam

bentuk lain maka menjadi pengikut Nasrani, dan segolongan lain berikutnya memahami

dalam bentuk lain juga maka mereka menjadi orang-orang Islam. Demikian pula pengikut

agama-agama lain seperti Majusi, Budha, Tao, Hindu, Kongfucu, dan lainnya, mereka

memahami perkara Tuhan dalam bentuk lain sehingga mereka penganut agama-agama

Page 11: Sejarah Nabi Adam Dan Siti Hawa

tersebut. Menurut teori ini setiap nabi atau cendekiawan agama memahami dan

menjelaskan satu bentuk dari hakikat , dan dari dimensi ini maka timbul sebagian

berpandangan tauhid, sebagian trinitas, dan sebagian lagi berpandangan politeisme. Tidak

ada seorang pun yang berhak memandang unggul pemahamannya di atas pemahaman

lainnya, sebab sesuai dengan pandangan ini tidak satu jalan lurus yang bersifat mutlak

benar, akan tetapi terdapat jalan-jalan lurus yang semuanya mengandung kebenaran.

3. Semua agama benar dan hak

Makna kejamakan agama-agama atau pluralisme agama dalam hal ini adalah pandangan

bahwasanya hakikat mutlak, kesempurnaan, kebahagiaan, dan keselamatan ukhrawi tidak

terbatas pada satu agama dan satu syariat, akan tetapi hakikat mutlak adalah sama di

antara semua agama dan syariat. Agama dan syariat yang berbeda-beda pada dasarnya

merupakan manifestasi dan mazhar dari hakikat mutlak, dan natijahnya semua agama dan

syariat adalah benar dan hak serta memperoleh petunjuk, keselamatan, dan kebahagiaan.

Berbagai Sikap dalam Berhadapan dengan Kejamakan Agama

Dalam berhadapan dengan masalah kejamakan agama, telah muncul berbagai sikap dan

pemikiran tentangnya.

1. Para pengikut Naturalisme dengan bersandar pada perbedaan agama-agama, memandang

bahwa semuanya itu merupakan hasil mental, bahasa, potensi pikir, dan kejiwaan

manusia, dan mereka menghukumi semua itu adalah batil, khayali, dan imajinatif.

2. Para pengikut pandangan kesatuan agama-agama berkeyakinan bahwa substansi agama-

agama adalah satu; semuanya berada dalam pencarian hakikat final dan kesempurnaan

mutlak; mereka berbeda dalam jelmaan dan menyatu dalam hakikat. Seluruh agama-

agama berkeinginan menyampaikan manusia dari penyembahan diri dan egoisme kepada

penemuan kebenaran dan penyembahan Tuhan.

3. Para pengikut Inklusivisme juga seperti pengikut eksklusivisme, mereka menegaskan

pada kebenaran hanya satu agama, namun juga berpandangan bahwa agama-agama

lainnya mempunyai saham dalam hakikat serta berkeyakinan bahwa agama-agama

lainnya pada dimensi batin dan dalam bentuk kandungan berserikat dengan agama yang

satu tersebut dalam haqqâniyyah. Oleh karena itu, pengikut Inklusivisme dari satu segi

juga seperti pengikut pluralisme, yakni mereka berkeyakinan bahwa berkat inayah dan

taufik Tuhan dalam bentuk manifestasi-Nya dalam berbagai sisi pada agama-agama maka

setiap orang dapat saja mendapatkan keselamatan dan kebahagiaan hatta orang tersebut

tidak pernah mendengarkan prinsip agama hak dan tidak mendapatkan pengajaran serta

bimbingannya.

4. Para pengikut pluralisme agama-agama memandang bahwa semua agama-agama berada

dalam hak dan mengatakan bahwa agama-agama adalah jalan-jalan yang berbeda yang

akan berakhir pada tujuan yang satu. Kendatipun hakikat dan realitas itu hanya satu,

Page 12: Sejarah Nabi Adam Dan Siti Hawa

namun di saat hakikat tersebut tersentuh oleh pemikiran dan pengalaman keagamaan

maka ia mendapatkan bentuk keragaman. Oleh karena itu, lantaran seluruh agama-agama

mendapatkan saham dari hakikat maka dalam hal keselamatan dan kebahagiaan juga

semuanya berserikat.

5. Para pengikut Eksklusivisme berkeyakinan bahwa di antara agama-agama yang ada ini

hanya satu yang hak secara mutlak dan yang lainnya adalah batil. Kebenaran,

keselamatan, kesempurnaan, dan kebahagiaan serta apa saja yang menjadi tujuan final

daripada agama terbatas hanya pada satu agama tertentu, atau hanya bisa diperoleh lewat

satu agama khusus. Dan adapun agama-agama yang lain kendatipun mengandung saham

kebenaran tetapi dibanding dengan agama hak, semua adalah batil. Oleh karena itu,

menurut pengikut mazhab eksklusivis para penganut agama-agma lain, kendatipun

mereka taat beragama dan dari tinjauan moralitas mereka adalah orang-orang yang

berakhlak baik, namun mereka tetap tidak akan dapat memperoleh kebahagiaan dan

keselamatan ukhrawi lewat agama mereka sendiri.

Kelima aliran pemikiran yang kami sebutkan di atas telah mewarnai wacana kejamakan

dan keragaman agama, dan saatnya nanti kami akan mengurai teori dan pandangan mereka

tentang masalah ini serta berusaha melakukan kritik terhadapnya.