SEMIOTIKA C.S. PEIRCE PADA NOVEL TUHAN, IZINKAN AKU ...

16
SEMIOTIKA C.S. PEIRCE PADA NOVEL TUHAN, IZINKAN AKU MENJADI PELACUR! MEMOAR LUKA SEORANG MUSLIMAH KARYA M. MUHIDIN DAHLAN*) (C.S. Peirce’s Semiotic Of The Novel Tuhan Izinkan Aku Menjadi Pelacur! Memoar Luka Seorang Muslimah by M. Muhidin Dahlan) Siti Mukaromah 1 , Tri Mulyono 2 , dan Vita Ika Sari 3 Universitas Pancasakti Tegal Jalan Halmahera Km. 1, Kota Tegal, Jawa Tengah, Indonesia Nomor telepon penulis (WhatsApp) +6285229915919 Pos-el: [email protected] *) Diterima: 12 Agustus 2020, Disetujui: 27 Maret 2021 ABSTRAK Penelitian ini merupakan penelitian sastra yang dilakukan untuk mengetahui wujud data, fungsi da makna pada novel Tuhan, Izinkan Aku Menjadi Pelacur! Memoar Luka Seorang Muslimah karya M. Muhidin Dahlan. Penelitian kualitatif ini menggunakan metode deksriptif analisis dengan taknik simak catat. Penelitian yang mengkaji aspek semiotika yang mengacu pada teori C.S. Peirce ini meliputi ikon, indeks, dan simbol. Ikon diartikan sebagai tanda yang memiliki kesamaan atau serupa dengan objek. Indeks merupakan hubungan sebab akibat antara penanda dan petanda, sedang simbol adalah hubungan konvensional terciptanya tanda sudah ada kesepakatan antar kelompok, atau wilayah tertentu, dapat berupa isyarat maupun kata-kata. Berdasarkan hasil analisis yang sudah dilakukan novel ini memiliki aspek yang dibutuhkan dalam penelitian. Kata kunci: semiotika, C.S. Peirce, novel. ABSTRACT This research is a literary research conducted to find out the feasibility of novel, Tuhan, Izinkan Aku Menjadi Pelacur! Memoar Luka Seorang Muslimah by M. Muhidin Dahlan. This qualitative research uses descriptive analysis method with note taking technique. Research that examines aspects of semiotics that refer to Carles Sanders Peirce's theory includes icons, indices, and symbols. Icon is interpreted as a sign that has the same or similar to the object. An index is a causal relationship between a marker and a sign, while a symbol is a conventional relationship the sign is made that there is an agreement between groups, or certain regions, which can be in the form of signs or words. Base on ther results of the analysis that has been done that this novel has aspects that are needed in research, but cannot be used as learning material in high school. Keywords: semiotics, C.S. Peirce, novel.

Transcript of SEMIOTIKA C.S. PEIRCE PADA NOVEL TUHAN, IZINKAN AKU ...

Page 1: SEMIOTIKA C.S. PEIRCE PADA NOVEL TUHAN, IZINKAN AKU ...

SEMIOTIKA C.S. PEIRCE PADA NOVEL TUHAN, IZINKAN AKU MENJADI

PELACUR! MEMOAR LUKA SEORANG MUSLIMAH KARYA M. MUHIDIN

DAHLAN*)

(C.S. Peirce’s Semiotic Of The Novel Tuhan Izinkan Aku Menjadi Pelacur! Memoar

Luka Seorang Muslimah by M. Muhidin Dahlan)

Siti Mukaromah1, Tri Mulyono

2, dan Vita Ika Sari

3

Universitas Pancasakti Tegal

Jalan Halmahera Km. 1, Kota Tegal, Jawa Tengah, Indonesia

Nomor telepon penulis (WhatsApp) +6285229915919

Pos-el: [email protected]

*) Diterima: 12 Agustus 2020, Disetujui: 27 Maret 2021

ABSTRAK

Penelitian ini merupakan penelitian sastra yang dilakukan untuk mengetahui wujud data, fungsi da

makna pada novel Tuhan, Izinkan Aku Menjadi Pelacur! Memoar Luka Seorang Muslimah karya M.

Muhidin Dahlan. Penelitian kualitatif ini menggunakan metode deksriptif analisis dengan taknik simak

catat. Penelitian yang mengkaji aspek semiotika yang mengacu pada teori C.S. Peirce ini meliputi

ikon, indeks, dan simbol. Ikon diartikan sebagai tanda yang memiliki kesamaan atau serupa dengan

objek. Indeks merupakan hubungan sebab akibat antara penanda dan petanda, sedang simbol adalah

hubungan konvensional terciptanya tanda sudah ada kesepakatan antar kelompok, atau wilayah

tertentu, dapat berupa isyarat maupun kata-kata. Berdasarkan hasil analisis yang sudah dilakukan novel

ini memiliki aspek yang dibutuhkan dalam penelitian.

Kata kunci: semiotika, C.S. Peirce, novel.

ABSTRACT

This research is a literary research conducted to find out the feasibility of novel, Tuhan, Izinkan Aku

Menjadi Pelacur! Memoar Luka Seorang Muslimah by M. Muhidin Dahlan. This qualitative research

uses descriptive analysis method with note taking technique. Research that examines aspects of

semiotics that refer to Carles Sanders Peirce's theory includes icons, indices, and symbols. Icon is

interpreted as a sign that has the same or similar to the object. An index is a causal relationship

between a marker and a sign, while a symbol is a conventional relationship the sign is made that there

is an agreement between groups, or certain regions, which can be in the form of signs or words. Base

on ther results of the analysis that has been done that this novel has aspects that are needed in

research, but cannot be used as learning material in high school.

Keywords: semiotics, C.S. Peirce, novel.

Page 2: SEMIOTIKA C.S. PEIRCE PADA NOVEL TUHAN, IZINKAN AKU ...

142 ALAYASASTRA, Volume 17, No. 1, Mei 2021

PENDAHULUAN

Dalam kehidupan sehari-hari manusia

sebenarnya sering menggunakan

tanda-tanda disadari. Seperti, ketika

seseorang merasa lapar kemudian

ingin makan. Dalam hal ini juga

terjadi hubungan sebab akibat. Lapar

yang menjadi sebab dan makan

sebagai akibat adanya tanda. Tanda

atau sistem tanda dapat melekat

kapanpun dan dimanapun. Semiotika

merupakan ilmu yang mengkaji

tentang tanda. Hal ini dilakukan guna

mencari makna dalam setiap karya

sastra yang sudah atau telah

diciptakan. Karena seperti yang kita

ketahui bahwa tanda tidak hanya

berupa simbol seperti dilarang palkir

atau rambu lalu lintas, tapi juga berupa

tulisan tak terkecuali karya sastra

didalamnya.

Sastra sendiri merupakan suatu

ungkapan atau ekspresi yang dapat

berupa karya tulis berdasarkan hasil

imajinasi para penulis, sehingga karya

sastra cenderung bertema fiktif. Salah

satu hasil karya sastra adalah novel,

novel merupakan hasil konsep

pemikiran dari para pengarang yang

mengeskpresikan pikirannya. Dalam

hal ini penulis berniat untuk

melakukan penelitian kajian semiotik

yang terdapat pada novel Tuhan,

Izinkan Aku Menjadi Pelacur!

Memoar Luka Seorang Muslimah

karya M. Muhidin Dahlan (Dahlan,

2016).

C.S. Peirce, adalah salah satu

tokoh semiotika yang memaparkan

bahwa ada tiga hal yang

menginterpretasikan tanda, yaitu ikon,

indeks, dan simbol. Ikon adalah

penggambaran dari tanda yang

memiliki kesamaan dengan objek yang

ditunjuk. Indeks adalah tanda yang

memiliki hubungan sebab-akibat

dengan apa yang ditandakan. Adapun

simbol adalah tanda yang mempunyai

kaitan makna dengan yang telah

ditandakan dan bersifat konvensi. Di

samping itu, untuk lebih menjelaskan

konsep semiotika ini C.S. Peirce juga

membuat teori trikotomi sebagai

berikut.

Menurut model trikotomi Peirce,

proses permaknaan tanda mengikuti

tiga tahap, yaitu (1) persepsi

indrawi atas representamen

(misalnya asap yang terlihat dari

jauh); (2) pertunjukan asap pada

objek (peristiwa kebakaran yang

tidak dialami langsung); dan (3)

pembentukan interpretan

(penafsiran, misalnya “itu

pertokoan didaerah X”). Dapat kita

lihat bahwa (2) dan (3) terjadi

dalam pikiran seseorang, sedangkan

(1) terjadi karena indra seseorang.

Menurut teori semiotika ini,

berdasarkan representamennya, kita

dapat membedakan semiotika

menjadi 3 jenis tanda, yaitu ikon,

indeks, dan lambang (Hoed, 2011:

156).

Dari pernyataan tersebut dapat

dipahami bahwa tanda tidak akan

pernah lepas dari kehidupan sehari-

hari. Sementara itu, tanda berkaitan

erat dengan simbol dan makna, seperti

rambu lalu lintas yang ada di jalanan

maupun tanda atau perlambangan lain

yang ada di sekitar kita. Keberadaan

tanda-tanda ini memudahkan manusia

Page 3: SEMIOTIKA C.S. PEIRCE PADA NOVEL TUHAN, IZINKAN AKU ...

Semiotika C.S. Peirce pada Novel Tuhan... (Siti Mukaromah dkk.) 143

dalam menjalankan kehidupannya

sehari-hari, karena memungkinkan

manusia dapat membaca situasi atau

kondisi di sekitarnya. Sebagai contoh

pemasangan bendera kuning pada

salah satu pagar rumah yang

merupakan tanda bahwa di tempat itu

sedang ada keluarga yang

berbelasungkawa. Karya sastra juga

sarat dengan tanda-tanda. Tanda-tanda

dalam karya sastra tersebut merupakan

peruwujudan dari nilai estetis sebuah

karya yang pada akhirnya melahirkan

sebuah pemaknaan. Demikian juga

dengan novel Tuhan, Izinkan Aku

Menjadi Pelacur! Memoar Luka

Seorang Muslimah yang selanjutnya

disingkat TIAM karya M. Muhidin

Dahlan. Novel ini memuat tanda-tanda

yang menarik unttuk digali maknanya.

Adapun alasan lain yang

mendasari dipilihnya novel TIAM ini

adalah selain masih sedikit penelitian

tentang novel ini, novel ini juga

termasuk novel yang menjadi

kontroversi setelah penerbitannya

karena perbedaan pemikiran atau

konsep berpikir antara pengarang

dengan pembaca. Kontroversi tersebut

telahdijabarkan dalam bab terakhir

sekaligus penutup dalam novel ini

yang berisi tentang tinjauan ulang dari

sesi diskusi yang sudah diadakan di

beberapa daerah di Indonesia.

Penelitian ini dilakukan dengan

menggunakan pendekatan C.S. Peirce

sebagai landasan teori. Alasan

digunakannya teori ini adalah

banyaknya referensi yang dapat

ditemukan baik secara luring maupun

daring sehingga memudahkan penulis

mendapat rujukan untuk penelitian ini.

Tujuan dilakukannya penelitian

ini adalah untuk mendeskripsikan

wujud tanda, fungsi,dan makna pada

novel TIAM. Adapun manfaat

penelitian ini adalah pembaca

diharapkan mendapat manfaat seperti,

menambah kepustakaan para peneliti

novel terlebih pada kajian semiotika

teori C.S. Peirce, pembaca mengetahui

wujud tanda pada novel terkait,

mengetahui fungsi dan makna tanda

pada novel ini, serta menerimanya

sebagai ilmu pengetahuan tentang

tanda.

Dalam penelitian ini metode

yang digunakan adalah deskriptif

analitik yang dilakukan dengan cara

mendeskripsikan fakta-fakta yang

kemudian disusul dengan analisis.

Secara etimologis deskripsi dan

analisis artinya menguraikan, tetapi

dalam hal ini tidak semata-mata hanya

menguraikan saja melainkan juga

memberikan penjelasan secukupnya

(Ratna, 2009: 53). Metode ini

merupakan gabungan dari dua metode

yaitu metode deskriptif dan metode

analisis, hal ini dapat dilakukan

dengan syarat kedua metode tidak

bertentangan, artinya saling

berhubungan. Sumber utama data

adalah novel Tuhan, Izinkan Aku

Menjadi Pelacur! Memoar Luka

Seorang Muslimah karya M. Muhidin

Dahlan. Penelitian ini berpatokan pada

teori milik Mahsun (2007: 31). Beliau

menyatakan bahwa ada tiga tahap

yang dapat dilalui untuk mencapai

suatu penelitian yakni, tahap

prapenelitian, tahap penelitian dan

tahap pascapenelitian. Wujud data

berupa kata, frasa, klausa, dan kalimat

Page 4: SEMIOTIKA C.S. PEIRCE PADA NOVEL TUHAN, IZINKAN AKU ...

144 ALAYASASTRA, Volume 17, No. 1, Mei 2021

yang teridentifikasi dalam novel

terkait. Teknik pengumpulan data

menggunakan metode simak dan catat.

Teknik analisis data mengacu ada

kajian semiotika teori Charles Sander

Peirce. Teknik penyajian hasil analis

disajikan secara deskriptif dengan

menggunakan bahasa yang mudah

dipahami oleh pembaca.

Seperti yang sudah dijelaskan

sebelumnya bahwa novel juga tidak akan

terlepas dari semiotika. Ada beberapa

tokoh semiotika yang terkemuka yang

teorinya dijadikan sebagai bahan acuan

dalam penelitan tanda pada karya sastra

seperti, Ferdinand de Saussure, C.S.

Peirce, Michel Riffatarre dan Ronal

Barthes. Namun, pada penelitian ini

penulis hanya menggunakan teori dari

C.S. Peirce, yang menyatakan bahwa

hubungan antara penanda dan petanda

tergolong dalam tiga aspek, yakni

ikon, indeks, dan simbol sebagaimana

dijelaskan sebelumnya, ikon

merupakan kesamaan antara objek

tanda dan petanda, indeks adalah

hubungan sebab akibat, dan simbol

adalah hubungan secara konvensi atau

memiliki kesepakatan di dalam

pembuatannya biasanya berupa kata

atau kalimat tertentu, dapat juga

berupa bahasa isyarat. Hartoko dalam

Santosa (Santosa, 1993: 3) memberi

batasan semiotika sebagai bagaimana

kata dalam penafsiran semiotika yang

dilakukan oleh pengamat atau

masyarakat melalui tanda atau

lambang (Lebih jelasnya C.S. Peirce

membuat tabel trikotomi yang dapat

dijelaskan menggunakan tabel sebagai

berikut.

Tabel 1

Trikotomi Ikon/Indeks/Simbol (dalam

Sobur, 2006: 34—35)

Sumber: Arhtur Asa Burger. 2000b.

tanda-tanda dalam kebudayaan

temporer. Yogyakarta: PT. Tiara

Wacana, hlm. 14

Berdasarkan tabel di atas, dapat

dijelaskan bahwa ikon yang

merupakan tanda yang memiliki

kesamaan dengan objeknya dapat

dicontohkan dengan narasi berupa

gambaran atau penjelasan suatu foto

atau peristiwa dengan adanya bukti

berupa foto atau dokumen dari

peristiwa terkait. Sedangkan objek

yang memiliki hubungan sebab-akibat

adalah indeks, ini dapat dicontohkan

dengan penggambaran asap sebagai

tanda adanya kebakaran/api, adanya

solusi sebab adanya masalah dan lai

sebagainya. Serta simbol yang

merupakan konvensi yang bersifat

arbiter dapat dicontohkan dengan

penggunaan kalimat yang tidak

TANDA IKON INDEKS SIMBOL

Ditandai

dengan:

Persamaan

(kesamaan

)

Hubunga

n sebab-

akibat

Konvensi

Contoh: Gambar-

gambar

Patung-

patung

Tokoh

besar

Foto

reagan

Asap/

api

Gejala

/penya

kit

Berca

k

merah

/camp

ak

Kata-

kata

isyarat

Proses Dapat

dilihat

Dapat

diperkira

kan

Harus

dipelajari

Page 5: SEMIOTIKA C.S. PEIRCE PADA NOVEL TUHAN, IZINKAN AKU ...

Semiotika C.S. Peirce pada Novel Tuhan... (Siti Mukaromah dkk.) 145

biasanya seperti bahasa isyarat atau

istilah lain di lingkungan tertentu.

Teori ini juga dijelaskan oleh

Hoed (2011: 156—157) sebagai

terjadinya pemaknaan sebuah tanda

dalam suatu proses yang disebut

semiosis. Yang digambarkan sebagai

siklus berbentuk segitiga dengan garis

membentuk panah yang mengarah

pada satu arah. Hal ini dapat

gambarkan sebagai berikut, jika Objek

dilambangkan O, Representatif

sebagai penerima tanda dilambangkan

dengan R, dan Interpretan merupakan

penerima anda yang menafsirkan.

Maka dicontohkan sebgai berikut, jika

dalam satu situasi R digambarkan

sebagai Asap dan O sebagai

Kebakaran, maka penerima tanda akan

melakukan penafsiran. Maka, jika

seseorang melihat Asap (R), orang

tersebut akan mengkaitkannya dengan

Kebakaran (O), sehingga ia dapat

menafsirkan bahwa yang terbakar

adalah sebuah gedung pertokoan (I).

hingga dapat di gambarkan sebagai

berikut.

Gambar 1

Proses Semiosis

Sementara itu menurut Peirce (Nort

1990: 39—47 dalam Hoed, 2011)

semiosis tidak terjadi satu kali,

melainkan berlanjut secara tak

terhingga atau tak terbatas (unlimited

semiosis). Hal ini dikerenakan proses

interpretasi berkembang menjadi

reinterpretasi baru. Ini dapat digambar

dengan perlambangan yang tidak jauh

berbeda dan gambaran segitiga yang

saling berkaitan dengan anak panah.

Hingga dapat dijelaskan sebagai

berikut, jika proses semiosis dimulai

dengan Asap yang di lambangkan

sebagai R1. Di mana R1 mengacu

pada peristiwa kebakaran yang

dilambangkan dengan O2. Sehingga

mengalami proses interpretan dengan

dilambangkan I1 berupa asap

kebakaran dari gedung pertokoan yang

terbakar. Maka mulai dari I1 dapat

menjadi representamen baru yang

dapat dilambangkan dengan R2,

kemudian menciptakan objek baru

pula atau O2 yang mengacu pada

presepsi kerugian pada pemilik.

Hingga menghasilkan proses

interpretan baru atau I2 yaitu kerugian

pada bank kreditur. Begitulah proses

ini berjalan terus hingga menciptakan

R3 dan seterusnya, hingga tidak akan

berakhir karena manusia akan terus

berpikir. Berikut ilustrasi yang dapat

digambarkan dari proses semiosis tak

terbatas.

Gambar 2

Semiosis Berlanjut

Page 6: SEMIOTIKA C.S. PEIRCE PADA NOVEL TUHAN, IZINKAN AKU ...

146 ALAYASASTRA, Volume 17, No. 1, Mei 2021

Dalam penelitian ini penulis

mencari referensi dari beberapa jurnal

artikel yang mengkaji semiotika

dengan menggunakan teori dari C.S.

Peirce diantaranya, Piliang (Piliang,

n.d.) dalam Jurnal Mediator Vol. 5

No. 2, 2004 menulis artikel dengan

judul “Semiotika Teks: Sebuah

Pendekatan Analisis Teks”. Dalam

jurnal ini menjelaskan mengenai

analisis teks. Analisis teks adalah

salah satu cabang dari semiotika teks

yang secara khusus mengkaji „produk

penggunaan bahasa‟ berupa kumpulan

atau kombinasi tanda-tanda verbal

maupun visual.

“Konsep Dasar Semiotika dalam

Komunikasi Massa Menurut C.S.

Peirce”, Suherdiana (Semiotik et al.,

2008) dalam Jurnal Ilmu Dakwah Vol.

4 No. 12, Juli-Desember 2008.

Menurutnya semiotika memiliki tiga

ranah, yakni sintaksis semiotik,

semantik semiotik, dan pragmatik

semiotik. Sintaksis semiotika

mempelajari hubungan antara tanda

satu dengan tanda yang lain; Semantik

semiotika mempelajari tentang

konsekuensi dalam

interpretant/hubungan antara tanda dan

denotasinya; Pragmatik semiotika

mempelajari tentang tanda dan

pemberi tanda.

Aini (Alternatif et al., 2013)

dalam jurnal NOSI Volume 1 Nomor

2, Agustus 2013 dengan judul

“Analisis Semiotik terhadap Novel

Laskar Pelangi Karya Andrean Hirata

sebagai Alternatif Bahan Pengajaran

Sastra di SMA”. Aini meneliti tanda

kajian semiotika menggunakan teori

C.S. Peirce yang membagi tanda

menurut hubungan representamen

dengan objek atas ikon, indeks, dan

simbol. Penelitian yang dilakukan Aini

ini untuk mendeskripsikan (1) tanda

yang meliputi ikon, indeks, dan simbol

dalam novel Laskar Pelangi karya

Andrea Hirata berdasarkan analisis

semiotika, (2) makna tanda berupa

ikon, indeks dan simbol pada novel

Laskar Pelangi karya Andrea Hirata.

Setyowati (E-journal, 2016)

dalam Jurnal Pendidikan Seni Rupa

Edisi 1 Tahun ke 2016 menulis artikel

dengan judul “Kajian Semiotika

Karya-Karya Stensil Propaganda

Digie Sigit”. Penelitian seni rupa ini

bertujuan untuk mendeskripsikan

makna dari karya-karya Stensil

Propaganda Digie Sigit. Penelitian

kualitatif deskriptif dengan objek

material berupa warna, ilustrasi,

tipografi dan layout serta objek formal

berupa makna di dalam karya Digie

Sigit yang dapat dikaji menggunakan

teori semiotika C.S. Peirceyakni ikon,

indeks dan simbol.

Yulian (Studi et al., 2017) dalam

Jurnal Litersi Volume 1 Nomor 2,

Oktober 2017 menulis artikel dengan

judul “Semiotika dalam Novel

Rembulan Tenggelam di Wajahmu

karya Tere Liye”. Dalam penelitian ini

ditemukan banyak pemakaian bahasa

secara semiotik, yakni berupa kata.

Dari uraian di atas, peneliti

mendapati persamaan dan perbedaan.

Meskipun mereka sama-sama

mengkaji semiotika menggunakan

teori milik C.S. Peirce, yang

membedakan adalah objek yang

mereka teliti berbeda-beda. Mulai dari

sastra, seni rupa sampai ilmu dakwah,

Page 7: SEMIOTIKA C.S. PEIRCE PADA NOVEL TUHAN, IZINKAN AKU ...

Semiotika C.S. Peirce pada Novel Tuhan... (Siti Mukaromah dkk.) 147

yang dapat membuktikan bahwa

kajian semiotika tidak hanya sebatas

tekstual saja.

Tanda dalam semiotika

digunakan untuk mengkaji makna

bukan hanya dalam konteks karya

sastra melainkan juga kehidupan

sehari-hari. Hal ini juga yang dapat

membuktikan jika semiotika tidak

hanya berupa verbal tapi juga visual.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Terkait analisis novel TIAM karya M.

Muhidin Dahlan, sejauh ini masih

sedikit analisis yang dilakukan.

Namun dari berbagai referensi terkait

kajian semiotika teori C.S. Peirce

penulis mampu mengalalisis wujud

tanda yang terdapat dalam novel TIAM

karya M. Muhidin Dahlan,.

Wujud tanda yang teridentifikasi

diantaranya mencakup kata, frasa,

klausa, kalimat, dan wacana. Dari

hasil analisis yang telah dilakukan,

data yang diperoleh secara

keseluruhan mencapai 128 data yang

termasuk tiga aspek yakni, ikon,

indeks, dan simbol. Selanjutnya, data

tersebut dikategorikan sesuai dengan

teori trikotomi C.S. Peirce.

Dari pengategorian data

diperoleh hasil berupa tanda pada

aspek indeks yang memiliki data lebih

banyak daripada ikon dan simbol

dengan jumlah data mencapai 75 data.

Adapun ikon memiliki data lebih

sedikit daripada simbol, yakni hanya 2

data dan simbol mencapai jumlah 51

data.

Berdasarkan uraian tadi, dapat

dibuat tabel frekuensi tentang aspek

tanda ikon, indeks, dan simbol

semiotika berdasarkan teori trikotomi

C.S. Peirce pada TIAM sebagai

berikut.

Tabel 2

Frekuensi tanda semiotika pada teks

TIAM.

No

.

Tanda

Semiotika

Frekue

nsi

Presentas

e (%)

1. Ikon 2 1,6%

2. Indeks 75 58,6%

3. Simbol 51 39,8%

Jumlah 128 100%

Berdasarkan data di dapat dijabarkan

bahwa data terbanyak terdapat pada

aspek tanda indeks dengan persentase

mencapai 58,6% dengan jumlah data

mencapai 75 data, sedangkan aspek

tanda terendah terdapat pada aspek

tanda ikon dengan jumlah data hanya

2 data atau sama dengan 1,6% saja dan

aspek tanda simbol dengan jumlah

data 51 data atau setara dengan 39,8%

dari keseluruhan data.

Pada kasus ini setiap tanda yang

telah teridentifikasi memiliki fungsi

dan maknanya masing-masing. Dari

novel TIAM yang mencapai 269

halaman didapati 128 tanda dari aspek

semiotika C.S. Peirce, kemudian tanda

yang sudah diperoleh dianalisis dan

dideskripsikan untuk mengungkap

fungsi dan makna simbol pada novel

TIAM. berikut ini.

Ikon

Seperti yang sudah dijabarkan pada

penjelasan-penjelasan sebelumnya,

Page 8: SEMIOTIKA C.S. PEIRCE PADA NOVEL TUHAN, IZINKAN AKU ...

148 ALAYASASTRA, Volume 17, No. 1, Mei 2021

secara singkat ikon dapat diartikan

sebagai kesamaan atau menyerupai

antara penanda dan petanda yang

berkaitan dengan objek-objek terkait.

Aspek ikon yang terdapat pada

novel TIAM adalah sebagai berikut.

Data 1

…Wajah-wajah mereka menunduk

seperti sedang menghitung langkah

langkah amalan ibadah (…) Kata

Rahmi suatu ketika kita harus

mengikuti cara Rasul. Semua gerak

gerik kita harus mengikuti tuntunan

beliau: makan, minum, semua-

muanya, termasuk dalam berjalan.

“seperti yang diajarkan Rasul.

Bukannya tengok sana sini”…

(Dahlan, 2016: 25—26).

Rahma adalah salah satu teman satu

pondok yang paling dekat dengan

tokoh utama dalam novel yakni, Nidah

Kirani. Hal ini dibuktikan dengan

beberapa gambaran intensnya

hubungan mereka.

Aspek ikon tersebut

menggambarkan perilaku menyerupai

orang yang dijadikan teladan, dalam

hal ini adalah Rasul yang saat berjalan

tidak menoleh ke kanan atau kiri,

tetapi menunduk tanpa bersuara.

Data 2

…Seorang yang mengatakan

dirinya muslim harus menjadi

muslim secarra keseluruhan, secara

kaffah. Ini sduah difirmankan

Allah: „Wahai orang-orang yang

beriman, masuklah kalian semua

tanpa kecuali kedalam Islam secara

kaffah dan jangan kalian coba-coba

ikuti langkah syaito…‟ (Dahlan,

2016: 39)

Ikon tersebut merupakan

penggambaran seorang muslim yang

menjadi Islan secara menyeluruh,

tidak sekadarnya saja.

Indeks

Indeks merupakan tanda yang

menunjukkan klausa atau sebab akibat

yang ditimbulkan oleh tanda dan

petanda, tanda ini biasanya lebih

mengacu pada kenyataan. Dapat

dicontohkan dengan gambaran yang

diungkapkan oleh C.S. Peirce dalam

tipolonginya, yaitu asap ada sebab

adanya api. Berikut data indeks dalam

TIAM

Data 1

…Mengagumkan betul ini Rahmi.

Karena kekaguman itu pula aku

sampai di halaman Masjid Tarbiyah

di pagi ini. (Dahlan, 2016: 27)

Aspek indeks tersebut menjelaskan

adanya sebab mengapa tokoh utama

dalam hal ini Nidah Kirani sampai di

Masjid Tarbiyah adalah akibat dari

kekagumannya terhadap Rahmi

Data 2

…tak satupun ikhwan yang tampak.

Bahkah sendari tadi aku belum

melihat wajah meraka. Dan

memang itu tidak memungkinkan,

sebab pintu masuknya berbeda….

(Dahlan, 2016: 29)

Aspek indeks pada kutipan tersebut

terdapat sebab tokoh terkait yaitu

Kiran tidak melihat para ihwan

Page 9: SEMIOTIKA C.S. PEIRCE PADA NOVEL TUHAN, IZINKAN AKU ...

Semiotika C.S. Peirce pada Novel Tuhan... (Siti Mukaromah dkk.) 149

diakibatkan karena jalur masuk yang

berbeda.

Data 3

…katanya teratur dan membentuk

rima yang sejuk menyentuk telinga.

Ia berbicara tentang tasawuf tentang

hati. Aku mencatatnya. Juga hadis

dan ayat-ayat yang disebutkannya.

Aku bergumam penuh takzim:

begitu hebat orang ini…. (Dahlan,

2016: 30)

Aspek indeks yang ada di atas dapat

dijelaskan bahwa sebab takzim atau

kagumnya Kiran akibat ikhwan yang

bertugas pengisi dakwah dalam dalam

acara pengajian rutin bercakap santun

dan ramah dalam menyampaikan

dakwahnya

Data 4 Ketekunannya dalam beribadah pun

tertular kepadaku. Aku pun mulai

bisa salat tepat waktu dan

berjamaah di masjid yangtepat

berada di depan asrama putrid.

Hampir dipastikan aku sudah

berada di masjid ketika adzan

belum selesai berkumandang.

(Dahlan, 2016: 31)

Aspek indeks pada kutipan tersebut

adalah sebab lingkup pertemanannya

yang baik dalam ketaatan dalam

beribadah mengakibatkan Kiran

terpengaruh oleh lingkungannya.

Data 5

…Surat Rahm buatku. Kubuka.

Kalimat-kalimat pendek tercetak:

(…) maafkan Rahmi tidak pamit

sebelumnya. Sepagi tadi Ukhti saya

tunggu-tunggu, tapi tak kunjung

juga datang datang. Makanya saya

pun pamit tanpa bertatap muka…”

(Dahlan, 2016: 32)

Indeks tersebut menjelaskan bahwa

sebab Rahmi meninggalkan surat

akibat Kiran yang ditunggu untuk

berpamitan tak kunjung datang,

sedangkan. Rahmi tidak dapat

berlama-lama sebab sudah ditunggu

oleh ibunya yang sendirian di

Bandung.

Data 6

…Kucoba memang menghalau rasa

kesendirian itu dengan coba

menedekati mereka dan

mengajaknya berdiskusi tentang

Islam, tapi memental saja. Tidak

ada yang tanggap. Sampai akhirnya

kau malu sendiri dan memilih diam

diluas Pondok Ki Ageng …

(Dahlan, 2016: 34)

Aspek indeks pada kutipan tersebut

adalah sebab Kiran merasa malu

akibat dari upayanya yang berbuah

nihil ketika ingin mengusir

kesendiriannya karena ditinggal oleh

Rahmi, temannya, dengan mengajak

teman-teman sekamarnya.

Data 7

…Aku harus membuat kelompok

pengajian untuk mengaji soal-soal

keislama. Aku harus membuat

forum-forum itu sebab aku tidak

mau mati selagi semangat

beragamaku tumbuh….(Dahlan, 2016: 34).

Aspek indeks pada kutipan tersebut

adalah sebab upayanya membentuk

forum keagamaan akibat dari

kegagalannya mencoba berdiskusi

Page 10: SEMIOTIKA C.S. PEIRCE PADA NOVEL TUHAN, IZINKAN AKU ...

150 ALAYASASTRA, Volume 17, No. 1, Mei 2021

dengan teman sekamarnya, tetapi tidak

ada respons berarti pada saat semangat

beragamanya sedang bertumbuh dan

berupaya agar semangat beragamanya

itu tidak mati begitu saja.

Data 8

“…Keabsahan beragama dan

tegaknya syariat tadi ditentukan

oleh apakah kita memiliki daulah

atau tidak. dan kami punya rencana

besar utuk mengusahakan

berdirunya Daulah Islamiyah

Indonesia.”

“Hah, mendirikan daulah? Daulah

seperti apa itu Mas?” tanyaku

setengah kaget setengah melonjak.

(Dahlan, 2016: 41)

Aspek indeks tersebut adalah sebab

terperanjatnya Kiran akibat pengakuan

dari Dahiri yang berusaha membuat

organisasi Daulah Islamiyah

Indonesia, yang pada konteks TIAM

justru menjurus pada Islam yang

dianggap subversivf atau radikal.

Data 9

Setotal doktrin yang ia semburkan

ke wajah hatiku, setotal itu pula aku

beruba (…)

Tak pernah putus ku giring

aktivitasku pasa stu stasiun yang

sama sekali tidak pernag kualami

sebelumnya: total beribadah.

Kerjaku cuma dikamar: salat, baca

Quran dan berdoa…. (Dahlan,

2016: 43)

Aspek indeks pada kutipan tersebut

adalah sebab doktrin yang diterima

Kiran dari Dahiri berakibat pada

perubahan total pada Kiran dalam

menjalankan ibadahnya.

Data 10

…Aku harus bersihkan diriku

sebersih-bersihnya karena aku

sedang dalam tahapan memasuki

sebuah gerasakn suci yang punya

misi mulia: menegakkan Daulah

Islamiyah di bumi Indonesia….

(Dahlan, 2016: 44)

Aspek indeks tersebut adalah sebab

Kiran mencoba membersihkan dirinya

dari segala dosa atau sama halnya

dengan mensucikan diri merupakan

akibat dari keinginanya bergabung

dengan Daulah Islamiyah.

Simbol

Simbol menurut teori trikotomi C.S.

Peirce adalah hubungan tanda dan

petanda yang memiliki hubungan

asosiasi konvensioal, artinya terdapat

kesepakan mengenai makna suatu kata

diantara sekumpulan kelompok

masyarakat yang memiliki tujuan atau

kepentingan yang sama. Tanda ini

dapat berupa bahasa isyarat, bahasa

daerah, dan lain sebagainya. Kutipan

simbol yang digunakan dalam novel

TIAM dapat dijabarkan sebagai

berikut:

Data 1

“…Kita mengenal Islam lebih dekat

di sana. Kebanyakan mahasiswa

Kampus Biru.” (Dahlan, 2016: 27)

Dalam hal ini aspek simbol

dalam kutipan di atas adalah Kampus

Biru. Kampus Biru merupakan sebutan

untuk Universitas Gadjah Mada.

Julukan ini muncul berawal dari

Page 11: SEMIOTIKA C.S. PEIRCE PADA NOVEL TUHAN, IZINKAN AKU ...

Semiotika C.S. Peirce pada Novel Tuhan... (Siti Mukaromah dkk.) 151

sebuah novel karya Ashadi Siregar

berjudul Cintaku di Kampus Biru,

yang awalnya merupakan cerita

bersambung yang dimuat tahun 1972

di surat kabar Kompas.

Data 2

…, sedikitpun aku tidak

bersijingkat dari tempat dimana aku

digarang begitu hebat oleh

matahari. Aku tetap tenang seperti

tak merasakan apa-apa selain

kedamaian abadi. Coba

kudongakkan sedikit wajahku yang

sedari tadi menafakuri lantai…

(Dahlan, 2016: 29)

Aspek simbol dalam kutipan tersebut

adalah menafakuri. Kata tersebut

berasal dari kata dasar tafakur yang

artinya perenungan atau

mengheningkan cipta. Hal ini dapat

dikaitkan dengan konteks pada novel

saat tokoh utama yang sedang

menunggu dimulainya pengajian di

sebuah masjid terkena sengatan sinar

matahari, tetapi tidak bergeming

seakan sedang merenungi diri atau

mengheningkan cipta (berdoa).

Data 3

…Dugaku, tentu saja landskap

masjid ini sudah diatur sedemikian

rupa agar zina mata antara ikhwan

dan akhwat tidak terjadi….

(Dahlan, 2016: 29)

Aspek simbol dalam kutipan tersebut

adalah ikhwan dan akhwat. Kedua

kata ini merupakan kata serapan dari

bahasa Arab, ikhwan artinya saudara

atau teman laki-laki, sedangkan

akhwat artinya saudara atau teman

perempuan. Kata ikhwan dan akhwat

ini kerap digunaan oleh umat muslim

Indonesia karena adanya percampuran

antar budaya. Hal yang dapat

dikaitkan dengan novel adalah ketika

Kiran menghadiri suatu pengajian dan

menyebutkan adanya sekat antara laki-

laki (ikhwan) dan perempuan

(akhwat).

Data 4

…Ia bercerita tentang tasawuf,

tentang hati. Aku mencatatnya.

Juga hadis dan ayat-ayat yang

disebutkannya. Aku bergumam

penuh takzim: begitu hebat orang

ini…. (Dahlan, 2016: 30)

Aspek simbol dalam kutipan tersebut

adalah tasawuf dan takzim. Tasawuf

merupakan istilah yang digunakan

oleh umat muslim sebagai anjuran atau

cara untuk mengenal dan mendekatkan

diri kepada Allah Swt. sehingga

dengan sadar dapat memperoleh

hubungan langsung dengan-Nya.

Adapun takzim dalam konteks ini

berarti kagum atau menghormati.

Dalam novel dijelaskan bagaimana

Kiran menghadiri pengajian yang

membahas tentang tasawuf dan merasa

kagum pada seorang ustad yang

menjelaskan tentang tasawuf dalam

pengajian tersebut.

Data 5

Sepulangya dari Kampus Barek,

kudapatkan kamar putri sepi…

(Dahlan, 2016: 31).

Aspek simbol dalam kutipan tersebut

adalah Kampus Barek. Istilah kampus

Barek sangat familiar di Yogyakarta

Page 12: SEMIOTIKA C.S. PEIRCE PADA NOVEL TUHAN, IZINKAN AKU ...

152 ALAYASASTRA, Volume 17, No. 1, Mei 2021

yang merupakan sebutan dari

Politeknik PPKP Yogyakarta.

Data 6

…Aku hanya minta sumbangan

saran dan dukungannya. Itu sudah

cukup bagiku. Mereka pun sepakat,

maklum di Kampus Barek yang

berada di bawah naungan Kampus

Ungu ini belum mempunyai forum

studi keislaman. (Dahlan, 2016: 35)

Aspek simbol dalam kutipan tersebut

adalah Kampus Ungu. Kampus Ungu

merupakan sebutan untuk STIMIK

Amikom yang berada di Yogyakarta.

Disebut demikian karena bangunannya

bercat ungu.

Data 7

…Dahiri menanyakan soal

pimpinan Islam, dan itu berati

politik. Sebagai orang awam yang

ghirah keagamaannya lagi tumbuh -

tumbuhnya, pertanyaan seperti itu

terang membingungkanku….

(Dahlan, 2016: 36)

Aspek simbol dalam kutipan tersebut

adalah ghirah. Istilah ghirah berasal

dari bahasa Arab yang berarti

semangat. Dalam kaitannya dengan

novel ini dapat diartikan juga sebagai

semangat untuk membela agama dan

upaya untuk melakukan amalan salih.

Data 8

…Darinya kemudian Aku tahu

tentang konsep Islam. Yakni ad-

Dien yang melingkupi alam

semesta. Dari dia pula kutahu

bagaimana Rasulullah menjalankan

politik ekspansi tuk menegakkan

ad-Dien di muka bumi…. (Dahlan,

2016: 37)

Aspek simbol dalam kutipan tersebut

adalah ad-Dien atau Dien. Ad-Dien

atau Dien memiliki banyak makna

mulai dari makna yang menyangkut

kepemimpinan atau kekuasaan sampai

pada konteks keagamaan. Namun,

konteks yang dimaksud dalam TIAM

adalah sistem yang segala hukumnya

diatur oleh syariat agama yang

berkaitan dengan politik kekuasaan.

Data 9

…Aku menghamba sepenuh-

penuhnya hamba. Penghambaan

yang sungguh-sungguh. Inilah yang

menurutku Islam, yakni totalitas ke-

„abid-an. (Dahlan, 2016: 45)

Aspek simbol dalam kutipan tersebut

adalah ke-abid-an. Istilah abid yang

dalam novel ini berarti seseorang yang

taat beribadah kepada Tuhan. Dalam

novel Kiran mencoba mendekakan diri

kepada Tuhan sepenuhnya dengan

melakukan hal yang sebagaimana

seorang sufi lakukan.

Data 10

“Aku siap mengemban amanah

mulia yang telah kamu sampaikan

itu. Kusambut jalan itu. Aku siap

bergabuung dengan jundullah-

jundullah yang merelakan seluruh

hidup mereka untuk teganya ayat-

ayat Tuhan di atas bumi.” (Dahlan,

2016: 46)

Aspek simbol dalam kutipan tersebut

adalah jundullah-jundullah. Jundullah

berasal dari bahasa Arab yang berarti

prajurit Allah. Dalam novel terkait

Page 13: SEMIOTIKA C.S. PEIRCE PADA NOVEL TUHAN, IZINKAN AKU ...

Semiotika C.S. Peirce pada Novel Tuhan... (Siti Mukaromah dkk.) 153

jundullah ini mengarah pada

kelompok Daulah Islamiyah yang

seluruh anggotanya beranggapan

bahwa mereka sebadang

memperjuangkan agama Islam dijalan

yang benar.

Data 11

… Dalil yang menjelaskan itu

adalah surat Al-Maidah, yakni

kalau kamu belum berpegang pada

hukum islam kamu adalah zalim,

kafir. Dan aku amat sadar bahwa

posisiku sekarang ini yang tak lain

adalah Kafir…. (Dahlan, 2016: 48).

Aspek simbol dalam kutipan tersebut

adalah zalim dan kafir. Kedua istilah

ini sering digunakan dalam lingkup

agama islam. Zalim dalam hal ini

adalah bengis, sedangkan kafir adalah

tidak percaya kepada Allah. Dalam

kontek terkait bengis disini mengarah

untuk tidak mengasihi diri sendiri dan

sesama muslim dengan tidak

berpegang teguh pada konsep ad-Dien,

hingga dianggap sebagai kafir karena

tidak percaya dengan jalan yang sudah

di putuskan oleh Allah.

Data 12

… Aku menyambut seutuh-utuhnya

ajaran dan keyakinan baruku itu

karena ajakan itu bersamaan dengan

lempangnya hatiku untuk masuk

islam secara kaffah…(Dahlan,

2016: 48)

Dalam hal ini aspek simbol dalam

kutipan di atas adalah kaffah. Kaffah

sendiri merupakan istilah yang

digunakan umat muslim yang

memiliki arti menyeluruh atau

beribadah sepenuhnya, tidah setengah-

setengah. Dalam kutipan di atas Kiran

yang sudah dilantik sebagai salah satu

anggota Daulah Islamiah mencoba

untuk melapangkan hatinya untuk

masuk ke dalam agama Islam secara

sepenuh-penuhnya.

Data 13

…Intinya dalam ujian itu adalah

memastikan bahwa aku sudah

paham dengan apa yang kumasuki

dan benar-benar berniat sebelum

baiat dilangsungkan. (Dahlan,

2016: 50)

Dalam hal ini aspek simbol dalam

kutipan di atas adalah baiat. Baiat

sendiri merupakan istilah dalam islam

yang berarti ikrar sumpah setia kepada

imam (pemimpin). Pada kutipan di

atas dijelaskan bahwa Kiran sedang

dalam posisi akan di rekrut secara

resmi dengan mengucap sumpah pada

organisasi islam Daulah Islamiyah.

Data 14

…tiap hari aku shaum, aku

puasa…. (Dahlan, 2016: 53)

Dalam hal ini aspek simbol dalam

kutipan di atas adalah shaum. Shaum

sendiri merupakan istilah orang

muslim untuk puasa. Dalam kutipan di

atas kata shaum dipertegas dengan

penjelasan pada kata setelahnya.

Data 15

…Kalau berbuka, cukup dengan

roti tawar dicampur mesis,

margarine dan susu. Aku makan

satu dua helai roti. Tiap hari. Begitu

sederhananya aku memahami

Page 14: SEMIOTIKA C.S. PEIRCE PADA NOVEL TUHAN, IZINKAN AKU ...

154 ALAYASASTRA, Volume 17, No. 1, Mei 2021

kehidupan kaum sufi… (Dahlan,

2016: 53—54)

Dalam hal ini aspek simbol dalam

kutipan di atas adalah kaum sufi.

Kaum sufi sendiri merupakan istilah

yang digunakan bagi mereka yang

menganut paham sufi atau sufisme.

Sufi sendiri dapat diartikan sebagai

orang yang mempelajari ilmu tasawuf

atau kepasrahan diri kepada Allah.

Dalam kutipan di atas dijelaskan

bahwa Kiran sudah sepenuhnya

merasa bahwa dirinya sudah tidak lagi

membutuhkan hal berlebih. Meski

sederhana dan apa adanya asal dapat

memberi energi untuk beribadah sudah

sudah cukup baginya

Data 16

…Aku tak mau ber-suudzon,

berburuk sangka…(Dahlan, 2016:

54)

Dalam hal ini aspek simbol dalam

kutipan di atas adalah ber-suudzon

yang artinya adalah berprasangka

buruk. Dalam kutipan diatas arti

suudxon sendiri sudah dijelaskan pada

kata setelahnya.

Data 17

… Diajak berdiskusi dia tidak mau

terbuka, malah membentak-bentak.

Dia tidak tahu, bahwa aku gerah

juga diusir seperti itu.

Gagal dengan ukhti salaf itu,

kudekati yang lainnya… (Dahlan,

2016: 57)

Dalam hal ini aspek simbol dalam

kutipan di atas adalah salaf. Salaf

sendiri istilah yang merupakan resapan

dari bahasa Arab yang artinya angkuh,

sombong. Dalam kutipan di atas Karin

yang mencoba menyebarkan ajaran

islam dari organisasi yang dia ikuti

justru ditolak secara angkuh sehingga

dia menyebutnya dengan salaf.

Data 18

…Dan aku tahu pertanyaanku itu

dijawab diam oleh Mbak Auliah.

Seakan-akan pertanyaanku itu

adalah godam subversif baginya

dan jalan teraman untuk itu adalah

diam…. (Dahlan, 2016: 63)

Dalam hal ini aspek simbol dalam

kutipan di atas adalah godam

subversif. Istilah yang dimaksud kali

ini adalah seakan ada pukulan yang

berpengaruh besar dapan

menghancurkan atau menjatuhkan

suatu kekuasaan suatu kelompok

karena pertanyaan yang diajukan oleh

Kiran pada salah satu anggota

kelompok organisasi Daulah

Islamiyah.

Data 19

…Namanya Komadan Sardi. Dia

sudah berkeluarga, tampak agak

tua, dan alumni Kampus Putih…

(Dahlan, 2016: 65)

Dalam hal ini aspek simbol dalam

kutipan di atas adalah Kampus Putih.

Kampus Putih sendiri merupakan

istilah yang sering digunakan untuk

Universitas Islam Negeri Sunan

Kalijaga di Yogyakarta. Nama ini di

dapat karena gedungnya yang sering

kali berwarna putih. Warna putih ini

pun dipilih karena kampus ini

termasuk dalam institusi pendidikan

Page 15: SEMIOTIKA C.S. PEIRCE PADA NOVEL TUHAN, IZINKAN AKU ...

Semiotika C.S. Peirce pada Novel Tuhan... (Siti Mukaromah dkk.) 155

yang netral dan tidak memihak salah

satu golongan.

Data 20

Bersamaan dengan selesainya

kuliah D3-ku di Kampus Barek

jurusan Pariwisata, aku mendaftar

ke Kampus Matahari Terbit dan

diterima dijurusan Hubungan

Internasional… (Dahlan, 2016: 68)

Dalam hal ini aspek simbol dalam

kutipan di atas adalah Kampus

Matahari Terbit. Kampus Matahari

Terbit sendiri merupakan julukan yang

digunakan untuk Universitas

Muhammadiah Yogyakarta.

Penelitian semiotika yang

dilakukan pada novel Tuhan, Izinkan

Aku Menjadi Pelacur! Memoar Luka

Seorang Muslimah karya M. Muhidin

Dahlan ini untuk mengetahui aspek

tanda yang meliputi ikon, indeks, dan

simbol sebagaimana yang sudah

dijelaskan dalam teori Trikotomi milik

C.S. Peirce dengan

mempertimbangkan adanya unsur ikon

sebagai unsur tanda yang memiliki

kesamaan dengan objek, indeks

merupakan sebab akibat adanya tanda

dan simbol sebagai tanda adanya

konvensi yang bersifat arbiter.

Sehingga dapat penelitian ini dijadikan

referensi oleh para pembaca maupun

peneliti sastra pada kajian semiotika,

terutama bagi peneliti yang

menggunakan teori milik C.S. Peirce.

Penelitian ini juga bisa dijadikan

sebagai referensi bagi mereka yang

ingin meneliti lebih jauh lagi terkait

novel Tuhan, Izinkan Aku Menjadi

Pelacur! Memoar Luka Seorang

Muslimah karya M. Muhidin Dahlan

SIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan

pembahasan tentang kajian semiotika

pada novel TIAM karya M. Muhidin

Dahlan atas aspek ikon, indeks dan

simbol dari teori C.S.Pierce dapat

disimpulkan sebagai berikut:

Novel TIAM karya M. Muhidin

Dahlan sudah memiliki aspek

semiotika yang dibutuhkan oleh

peneliti yaitu wujud tanda, fungsi dan

makna tanda pada karya sastra.

Diharapkan penelitian ini dapat

dimanfaatkan oleh para pembaca

terutama mahasiswa Bahasa dan

Sastra Indonesia, para peneliti maupun

penulis karya sastra.

Penelitian ini juga diharapkan

dapat dikembangkan kembali oleh

peneliti lain sesuai dengan objek

penelitian terkait semiotika atau

dijadikan sebagai penelitian lanjutan

bagi penulis lainnya. Selain itu para

pembaca diharapkan dapat mengambil

sisi positif yang terkandung dalam

novel Tuhan, Izinkan Aku Menjadi

Pelacur! Memoar Luka Seorang

Muslimah karya M. Muhidin Dahlan

tanpa lupa mempertimbangkan segelan

konflik sosial, unsur SARA dan

pornografi yang terdapat di dalamnya.

DAFTAR PUSTAKA

Aini, Alfiah Nurul. 2013. “Analisis

Semiotika Terhadap Novel

Laskar Pelangi Karya Andrea

Hirata Sebagai Alternatif

Pembelajaran Sastra di SMA”.

Dalam Jurnal NOSI. Online.

Volume 1 Nomor 2.

Page 16: SEMIOTIKA C.S. PEIRCE PADA NOVEL TUHAN, IZINKAN AKU ...

156 ALAYASASTRA, Volume 17, No. 1, Mei 2021

http://repo.stkip-pgri-

sumber.ac.id/234/4/DaftarPustak

a.pdf. (diunduh pada 23

Desember 2019).

Dahlan, Muhidin M. 2016. Tuhan

Izinkan Aku Menjadi Pelacur!

Memoar Luka Seorang

Muslimah. Yogyakarta: ScriPta

Manent.

Hoed, Benny H. 2011. Semiotik &

Dinamika Sosial Budaya.

Depok: Komunitas Bambu.

Mahsun. 2007. Metode Penelitian

Bahasa Tahap Strategi, Metode ,

dan Teknik. Jakarta: Raja

Grafindo.

Piliang, Yasraf Amir. 2004. Semiotika

Teks: Sebuah Pendekatan

Analisis Teks. Jurnal Mediator

Vol. 5 No. 2, 2004.

https://ejournal.unisba.ac.id/inde

x.php/mediator/article/view/115

6 (diunduh 23 Januari 2020)

Ratna, Nyoman Kutha. 2009. Teori,

Metode, Dan Teknik Penelitian

Sastra. Yogyakarta: Pustaka

Pelajar.

Setyowati, Nurmala. 2016. Kajian

Semiotika Karya-Karya Stensil

Propaganda Digie Sigit.

Yogyakarta: Universitas Negeri

Yogyakarta Press.

http://journal.student.uny.ac.id/o

js/index.php/serupa/article/view/

1826 (diunduh pada 10 Januari

2020).

Sobur, Alex. 2006. Semiotika

Komunikasi. Bandung:

Rosdakarya.

Suherdiana, Dadan. 2008. “Konsep

Dasar Semiotika dalam

Komunikasi Massa Menurut

C.S.Pierce”. Jurnal Ilmu Dakwah

Vol. 4 No. 12, Juli-Desember

2008.

http://journal.uinsgd.ac.id/index.

php/idajhs/article/view/399.

(diunduh 23 Januari 2020).

Yuliantini, Yanti Dwi dan Adita

Widara Putra. 2017. Semiotika

Dalam Novel Rembulan

Tenggelam Di Wajahmu Karya

Tere Liye. Dalam jurnal literasi.

Volume 1 nomor 2.

http://jurnal.unigal.ac.id/index.p

hp/literasi/article/download/785/

690. (diunduh pada 2 Januari

2020).

Santosa, Puji. 1993. Ancangan

Semiotika dan Pengkajian

Susastra. Bandung: Penerbit

Angkasa.