SIDANG KELAPAN, 1976 (Indonesia: Cisarua, Bogor, 9 - 13...

54
1 SIDANG KELAPAN, 1976 (Indonesia: Cisarua, Bogor, 9 - 13 Ogos)

Transcript of SIDANG KELAPAN, 1976 (Indonesia: Cisarua, Bogor, 9 - 13...

1

SIDANG KELAPAN, 1976

(Indonesia: Cisarua, Bogor, 9 - 13 Ogos)

2

Pernyataan Bersama

Sebagai kelanjutan Sidang Ketujuh antara Panitia Pengembangan Bahasa Indonesia dan

Jawatankuasa Tetap Bahasa Malaysia yang diadakan di Dewan Bahasa dan Pustaka, Kuala

Lumpur dari tanggal 4 sampai tanggal 9 Februari 1976, Majelis Bahasa Indonesia-Malaysia

dalam sidang-sidangnya yang diadakan di Hotel USSU, Cisarua, Bogor, Indonesia dari tanggal 9

sampai tanggal 13 Augustus 1976, setelah meneliti dan membetulkan keputusan Sidang

Ketujuh Majelis Bahasa Indonesia-Malaysia serta membahas kertas-kertas kerja dari kedua

pihak, mengambil keputusan mengenai tata kerja dan peristilahan bidang-bidang: (1) Fisika/Fizik

(2) Matematika, (3) Geografi dan Geologi, (4) Biologi, (5) Pertanian dan Kehutanan, (6)

Teknik Sipil/ Kejuruteraan Awam, (7) Kependidikan/Pendidikan, (8) Linguistik, (9)

Sastra/Kesusasteraan, dan (10) Agama/Ugama, serta mengenai hal-hal lain yang perinciannya

seperti terlampir.

t.t. t.t.

(TUAN HAJI HASSAN AHMAD)

Pengerusi

Jawatankuasa Tetap Bahasa Melayu

Malaysia

(DR AMRAN HALIM)

Ketua

Panitia Pengembangan Bahasa

Indonesia

Cisarua, Bogor

13 Augustus 1976

3

1. Tata Kerja

1.1 Penyebaran Istilah

Istilah-istilah yang telah disepakati oleh kelompok-kelompok yang bersangkutan

dapat diperkenalkan kepada masyarakat meskipun belum disahkan oleh sidang

lengkap Majelis Bahasa Indonesia-Malaysia dengan syarat-syarat sebagai

berikut:

a. Istilah-istilah tersebut dapat dibentuk sesuai dengan Pedoman Umum Ejaan

Yang DiSempurnakan dan Pedoman Umum Pembentukan Istilah.

b. Istilah–istilah tersebut disetujui oleh Panitia Pengembangan Bahasa Indonesia

di Indonesia dan oleh Jawatankuasa Tetap Bahasa Malaysia di Malaysia.

c. Istilah-istilah tersebut dibawa ke sidang Majelis Bahasa Indonesia-Malaysia

berikutnya untuk disahkan.

1.2 Penahapan Kerja

a. Tata Kerja Majelis Bahasa Indonesia-Malaysia selanjutnya dilaksanakan

dengan jalan penahapan kerja. Penahapan kerja tersebut boleh dilakukan oleh

kelompok-kelompok yang bersangkutan dengan pengesahan sidang lengkap

Majelis atas dasar:

(i) jumlah istilah yang diselesaikan dalam waktu tertentu;

(ii) jumlah bidang ilmu pengetahuan yang digarap;

(iii) bagian-bagian ilmu pengetahuan yang bersangkutan; dan

(iv) lingkungan pemakai seperti jenis dan tingkat lembaga pendidikan.

b. Dari daftar istilah umum diturunkan daftar istilah yang khusus diperlukan oleh

lembaga–lembaga pendidikan. Di dalam hubungan ini kepentingan lembaga

pendidikan atau sekolah menegah hendaklah diperhatikan.

c. Sesuai dengan Keputusan Sidang-sidang Majelis Bahasa Indonesia-Malaysia

yang terdahulu, tiap-tiap sidang Majelis Bahasa Indonesia-Malaysia

selanjutnya akan membicarakan peristilahan bagi paling banyak lima bidang

ilmu pengetahuan, kecuali apabila ditentukan lain oleh sidang lengkap Majelis

Bahasa Indonesia-Malaysia .

4

1.3 Pertukaran Bahan

Istilah-istilah yang telah disepakati pada tingkat Panitia Pengembangan Bahasa

Indonesia di Indonesia dan Istilah-istilah yang telah disepakati pada tingkat

Jawatankuasa Tetap Bahasa Malaysia di Malaysia dipertukarkan secara bertahap

dan berkala melalui sekretariat masing-masing.

2. Kelompok Istilah

2.1 Kelompok Istilah Fisika/Fizik

Majelis menerima hasil kerja Kelompok Istilah Fisika/Fizik (Lampiran I) untuk

disahkan dalam Sidang Kesembilan Majelis Bahasa Indonesia-Malaysia.

2.2 Kelompok Istilah Matematik

Majelis menerima hasil kerja Kelompok Istilah Matematika (Lampiran II) dan

mengesahkan ABJAD YUNANI DAN UNGKAPAN MATEMATIKA/

MATEMATIK seperti yang tertera dalam Lampiran II tersebut.

2.3 Kelompok Istilah Geografi dan Geologi

Majelis menerima hasil kerja Kelompok Istilah Geografi dan Geologi (Lampiran

III) untuk disahkan dalam Sidang Kesembilan Majelis Bahasa Indonesia-Malaysia.

2.4 Kelompok Istilah Biologi

Majelis menerima hasil kerja Kelompok Istilah Biologi (Lampiran IV)untuk

disahkan dalam Sidang Kesembilan Majelis Bahasa Indonesia-Malaysia, terutama

mengenai persoalan yang tersebut pada angka 7 dan 8.2 Lampiran IV tersebut.

2.5 Kelompok Istilah Pertanian dan Kehutanan

Majelis menerima hasil kerja Kelompok Istilah Pertanian dan Kehutanan untuk

(Lampiran V) disahkan dalam Sidang Kesembilan Majelis Bahasa Indonesia-

Malaysia.

2.6 Kelompok Istilah Teknik Sipil/Kejuruteraan Awam dan Arsitektur/Senibina

5

Majelis menerima hasil kerja Kelompok Istilah Teknik Sipil/ Kejuruteraan Awam

Arsitektur /Seni Bina (Lampiran VI) untuk disahkan dalam Sidang Kesembilan

Majelis Bahasa Indonesia-Malaysia.

2.7 Kelompok Istilah Kependidikan/Pendidikan

Majelis menerima hasil kerja Kelompok Kependidikan/Pendidikan (Lampiran

VII) untuk disahkan dalam Sidang Kesembilan Majelis Bahasa Indonesia-

Malaysia.

2.8 Kelompok Istilah Linguistik

Majelis menerima hasil kerja Kelompok Linguistik (Lampiran VIII) untuk

disahkan dalam Sidang Kesembilan Majelis Bahasa Indonesia-Malaysia.

2.9 Kelompok Istilah Sastera/Kesusasteraan

Majelis menerima hasil kerja Kelompok Istilah Sastera/Kesusasteraan (Lampiran

IX) untuk disahkan dalam Sidang Kesembilan Majelis Bahasa Indonesia-

Malaysia.

2.10 Kelompok Istilah Agama

Majelis menerima hasil kerja Kelompok Agama/Ugama (Lampiran X) untuk

disahkan dalam Sidang Kesembilan Majelis Bahasa Indonesia-Malaysia.

2.11 Sidang Antarkelompok Istilah Fisika/Fizik, Matematika, Geografi dan

Geologi, Biologi, Pertanian dan Kehutanan, dan Teknik Sipil/Kejuruteraan

Awam Arsitektur dan Seni Bina

Majelis menerima hasil kerja sidang antarkelompok yang terdiri daripada

kelompok-kelompok istilah tersebut di atas (Lampiran XI) untuk disahkan Sidang

Kesembilan Majelis Bahasa Indonesia-Malaysia, terutama mengenai persoalan

yang disebut pada angka 2 Lampiran XI tersebut.

3. Lain-Lain

3.1 Pertukaran Bahan Sebelum Sidang Kesembilan

Majelis mencapai persetujuan bahwa kelompok-kelompok istilah akan

mempelajari hasil kerja kelompok masing-masing sebelum disahkan dalam Sidang

Kesembilan Majelis Bahasa Indonesia-Malaysia. Kedua belah pihak setuju bahwa

hasil kerja kelompok yang telah dipelajari itu dipertukarkan melalui Sekretariat

6

Panitia Pengembangan Bahasa Indonesia dan Sekretariat Jawatankuasa Tetap

Bahasa Malaysia sebelum Sidang Kesembilan Majelis Bahasa Indonesia-Malaysia

berlangsung.

3.2 Tempat dan Waktu Sidang Kesembilan

a. Sidang Kesembilan Majelis Bahasa Indonesia-Malaysia akan diadakan di

Kuala Lumpur atau Kuantan, Pahang, Malaysia dari tanggal 21 sampai tanggal

26 Februari 1977.

b. Pihak Malaysia akan mempastikan apakah Sidang Kesembilan tersebut akan

berlangsung di Kuala Lumpur atau di Kuantan, dan menyampaikan keputusan

mengenai hal ini kepada pihak Indonesia.

3.3 Acara Sidang Kesembilan

a. Sidang Kesembilan Majelis Bahasa Indonesia-Malaysia akan membahas dan

mengesahkan hasil kerja Kelompok Istilah sesuai dengan keputusan Majelis

seperti yang tersebut pada angka 2 di atas.

b. Sesuai dengan Keputusan yang tersebut pada angka 1, 1.2 , C di atas, Sidang

Kesembilan Majelis nanti akan mengikutsertakan lima kelompok istilah.

c. Pihak Indonesia akan segera menyampaikan kepada pihak Malaysia usul

mengenai Kelompok-kelompok istilah yang akan diikutsertakan dalam Sidang

Kesembilan Majelis nanti.

7

Lampiran I:

Hasil Kerja Kelompok Fisika/Fizika

1. Cara Kerja

1.1 Sidang bersetuju untuk menyusun Pedoman Khusus Pembentukan Istilah

Fisika/Fizika yang sekurang-kurangnya mengandung rumusan mengenai:

a. seperangkat aturan tambahan,

b. sesaran dan satuan fisika/fizika serta lambangnya, dan

c. perangkat istilah bersistem yang disusun berdasarkan paradigma dan

kedekatan atau kemiripan maknanya.

1.2 Sidang bersetuju untuk menerima bahan-bahan berikut untuk digunakan sebagai

asas pembicaraan:

a. “Peristilahan Bidang Fisika dan Matematika”, kertas kerja Jawatankuasa Tetap

Bahasa Malaysia.

b. “Besaran dan Satuan Fisika serta lambangnya”, kertas kerja Dr. Liek Wilardjo.

c. “Pedoman Khusus Pembentukan Istilah”, usul Dr. Liek Wilardjo.

d. “Daftar Istilah Fizika-Matematika”, kertas kerja pihak Malaysia.

e. “Kamus Istilah Fizika”, susunan Wilardjo dan H.C. Yohannes.

2. Perumusan

2.1 Seperangkat Aturan Tambahan

a. Kata/Istilah Jabaran

(i) Sidang bersetuju pada asasnya supaya ada patokan untuk mencari kata

dasar dari istilah asing yang tidak dapat diterjemahkan ke dalam bahasa

Indonesia/Malaysia.

8

(ii) Sidang bersetuju bahwa patokan pengambilan kata/istilah asing untuk

dijadikan bentuk dasar atau kata dasar adalah bahwa:

a. kata dasar itu kata: kerja, atau

b. kata dasar itu kata sifat, atau

c. kata dasar itu kata benda.

Dalam urutan di atas, pemilihannya berdasarkan patokan:

a paling singkat dan tanpa unsur-unsur imbuhan,

b paling kerap dan mudah digunakan, dan

c tidak menimbulkan kekeliruan, dan boleh diterapkan dengan

imbuhan-imbuhan Indonesia/Malaysia.

(iii) Sidang bersetuju supaya sedapat mungkin imbuhan dimanfaatkan

secara tepat untuk membentuk kata jabaran dalam Bahasa

Indonesia/Malaysia, untuk menghindari pemungutan kata Inggris

dengan transkripsi –ic, -ik atau –ical, -is.

(iv) Sidang tidak berkeberatan sekiranya Panitia Pengembangan Bahasa

Indonesia/Jawatankuasa Tetap Bahasa Malaysia memilih prioritas lain

bagi (ii) a, b, dan c di atas asalkan ada suatu prosedur yang teratur.

Contoh:

a. Bahasa Inggeris Bahasa Indonesia/Malaysia

(to) analyse menganalisis

analysable teranalisiskan

analyser penganalisis; alat analisis

analysis analisis

analysibility keteranalisisan

analytic beranalisis

analytical beranalisis

analytically secara beranalisis

b. geometry geometri

geometer, geometrician,

geometrist ahli geometri

geometric bergeometri; geometrian

geometrical bergeometri

9

(to) geometrise menggeometrikan

geometrisabble tergeometrikan

geometrisability ketergeometrian

geometrisation penggeometrian

c. harmony harmoni

harmonic berharmoni; harmonian

harmonica harmonika

harmonics ilmu/kaji harmoni;

harmonika

harmonious berharmoni

harmoniously secara berharmoni

(to) harmonise mengharmoni (kan)

harmonised diharmoni(kan); terharmoni

harmonising mengharmoni; pengharmonian

harmonity keharmonian

harmonization pengharmonian

d. quantity kuantitas/kuantiti

(to) quantify mengkuantitaskan/-

mengkuantitikan

quantifier pengkuantitas/pengkuantiti

quantifiable terkuantitaskan/terkuantitikan

quantification pengkuantitasan/-

pengkuantitian

e. symmetry simetri

symmetric bersimetri, simetrian

symmetricallity secara bersimetri

symmetricality ketersimetrian

symmetrisable tersimetrikan

(to) symmetrise menyimetrikan

f. normal normal

(to) normalise menormalkan

normalised dinormalkan; ternormal

10

normaliser penormal

normalisable ternormalkan

normalisation penormalan

normality kenormalan

11

b. Imbuhan Asing

(i) Sidang bersetuju tentang hal-hal berikut:

a. Akhiran c/-ics dan –gy/-logy:

Sekiranya –ic/ics membawa makna ilmu/kaji, maka

-ic/-ics menjadi -ika, ilmu/kaji

-gy/-logy menjadi -gi/-logy, ilmu/kaji

Contoh:

Bahasa Inggris Bahasa Indonesia/Malaysia

mathematics matematika

physics fisika/fizika

statistics statistika

thermodynamics termodinamika

cybernatics sibernatika

logic/-ics logika/ilmu mantik

metallurgy metalurgi, ilmu/kaji logam

b. Akhiran –able

(i) Akhiran-able menjadi ter-….-kan

Contoh:

analysable menjadi teranalisiskan

normalysable menjadi ternormalkan

absorbable menjadi terserapkan

Selanjutnya,

-bility menjadi keter-…-an

12

Contoh:

absorbability menjadi keterserapan

normalisibility menjadi keternormalan

(ii) Kaidah a di atas hanya dipakai kalau tidak dapat dicari kata

akar dari bahasa Indonesia/- Malaysia yang maknanya tepat

untuk menggantikan seluruh istilah yang memakai –able itu.

Contoh:

permeable menjadi telap

(dan bukan terrembeskan, meskipun padanan permeable

adalah rembes)

probable menjadi bolehjadi

(dan bukan terkuarkan, meskipun padanan probe adalah

kuar)

c. Akhiran –an/-ian, -ist

Sekiranya akhiran –an/-ian, -ist membawa makna

‘keahlian/kepakaran’ dalam bidang yang disebut dalam akar katanya,

-an/-ian, ist itu menjadi –wan, ahli, juru-, tetapi akhiran –wan

hanya boleh diimbuhkan kepada perkataan yang berhuruf akhir –a.

Contoh:

Bahasa Inggris Bahasa Indonesia/Malaysia

mathematician matematikawan

physicist fisikawan/fizikawan

statistician statistikawan

cosmologist ahli kosmologi

d. Akhiran –an/-ian yang diimbuhkan pada nama orang:

Akhiran –ian/-an dihilangkan atau menjadi –an

Contoh:

13

Bahasa Inggris Bahasa Indonesia/Malaysia

Abelian Abel atau Abelan

Newtonian Newton atau Newtonan

Jacobian Jacobi atau Jacobian

Cartesian Cartesius atau Cartesiusan

Lagrangian Lagrange atau Lagrangian

e. Akhiran –er/-or

Akhiran –er/-or yang membawa makna ‘orang atau alat yang

melakukan’ menjadi pe-/juru-/ahli/alat kecuali apabila dapat

menimbulkan kekeliruan.

Contoh:

Bahasa Inggris Bahasa Indonesia/Malaysia

absorber alat serap, penyerap

analyser alat analisis; penganalisis

divisor pemba(ha)gi

divider alat ba(ha)gi

mixer pencampur; alat campur

Tetapi

reactor menjadi reaktor

f. Akhiran –ly

Akhiran –ly menjadi secara

Contoh:

Bahasa Inggris Bahasa Indonesia/Malaysia

absolutely secara mutlak

symmetrically secara bersimetri

14

g. Akhiran –ous

Akhiran –ous yang membawa makna ‘bersifat …’ menjadi ber-

Contoh:

Bahasa Inggris Bahasa Indonesia/Malaysia

analogous beranalog

harmonious berharmoni

Tetapi:

homogenous menjadi homogen/homogenus

h. Akhiran –wise

Akhiran –wise yang membawa makna ‘demi …’ menjadi sese-

Contoh:

Bahasa Inggris Bahasa Indonesia/Malaysia

arewise sesebusur/seselengkuk

piecewise sesecebis

pointwise sesetitik

-wise itu membawa makna ‘menurut’, maka –wise menjadi ikut.

Contoh:

Bahasa Inggris Bahasa Indonesia/Malaysia

clockwise jadi ikutjam

meaningwise jadi ikutmakna

i. Akhiran –and atau –end

(i) Sidang Kelompok bersetuju agar usul pihak Malaysia (9.a) dan

usul pihak Indonesia (9.b) ditelaah lebih lanjut.

15

Akhiran –and, -end yang membawa makna ‘yang dikenali’

menjadi si-di-

Contoh:

Bahasa Inggris Bahasa Indonesia/Malaysia

addend si-ditambah

multiplicand si-didarab

dividend si-dibahagi

(ii) Akhiran –and, -end menjadi –in

Contoh:

Bahasa Inggris Bahasa Indonesia/Malaysia

addend tinambah

multiplicand dinarab

dividend binagi

operand kinandar

j. Awalan in-, un-, a-

Awalan-awalan –in, -un, a- yang bermakna ‘tidak’ menjadi tak-

Contoh:

uncertainty menjadi takpastian

k. Awalan non- dan akhiran –less

(i) Awalan non- yang membawa makna ‘tidak’ menjadi tak-

Contoh:

non-linear menjadi taklinear

(ii) Awalan non- yang membawa makna ‘bukan’ menjadi bukan

16

Contoh:

non-metal menjadi bukan logam

(iii) Awalan non- atau akhiran –less yang membawa makna ‘tanpa’

atau ‘bebas dari’ menjadi nir-

Contoh:

motionless menjadi nirgerak

l. Awalan de-, dis-

(i) Awalan de-, dis- yang membawa makna ‘mengasing’ dan

‘dibuangkan’ menjadi nyah-

(ii) Awalan de-, dis- yang membawa makna ‘menghilangkan’

menjadi awa-

Contoh:

Bahasa Inggris Bahasa Indonesia/ Malaysia

deodour awabau

desorption awaserapan

domagnetise mengawamagnetkan

m. Akhiran -like

Akhiran –like menjadi bak-

Contoh:

Bahasa Inggris Bahasa Indonesia/Malaysia

spacelike bakruang

diamondlike bakintan atau bak-intan

n. Awalan self-

Awalan self- menjadi swa-

17

Contoh:

Bahasa Inggris Bahasa Indonesia/Malaysia

selfabsorption swaserapan

self-energy swatenaga

o. Awalan eigen- tetap eigen

Contoh:

eigenvalue menjadi nilai eigen

3. Terjemahan dan Transkripsi Kata Majemuk Asing

Kata majemuk didefinisikan sebagai kata yang dibentuk dari beberapa kata (biasanya dua

kata), yang biasanya bukan awalan atau akhiran, menjadi satu kata baru yang komponen-

komponennya masih dapat dikenal.

Contoh:

speedometer = speed + meter

altimeter = altitude + meter

colormeter = colour + meter

equitriangle = equal + triangle

manifold = many + fold

Sekiranya istilah berbentuk kata majemuk itu adalah M+D (M: menerangkan, D: yang

diterangkan), maka:

3.1 Jika M atau D, atau kedua-duanya dapat diterjemahkan, maka M + D menjadi D +

M.

Contoh:

Bahasa Inggris Bahasa Indonesia/Malaysia

speedometer meter laju

18

thermometer meter suhu

manifold banyak lipat

equitriangle segitiga sama

Dua kata D.M. itu dapat dihubungkan dengan sengkang jika dalam hubungan

kalimat kemajemukan itu dikuatirkan akan kabur.

3.2 Jika baik M maupun D tidak dapat diterjemahkan, bentuk M + D dipertahankan

dan dua kata itu tetap terhubung.

Contoh:

Bahasa Inggris Bahasa Indonesia/Malaysia

Voltmeter Voltmeter

electrodynamics elektrodinamika

Catatan:

a. Masih belum diputuskan, apakah pungutan meter menjadi meter (Malaysia)

atau meteran/alat ukur (Indonesia).

b. Untuk penjamakan, D saja yang diulang, dan bentuk jamak itu ditulis D-DM.

Contoh:

meter - meter laju

4. Penggunaan Bilangan Kardinal Latin/Yunani

Semua imbuhan berupa bilangan dari bahasa Latin/Yunani seperti mono-, bi-, tri, tetra-,

hexa-, pada umumnya boleh tetap digunakan dengan pertukaran ejaan di mana perlu.

Sekiranya sebagian istilahnya dapat diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia/Malaysia,

maka awalan-awalan boleh digunakan.

Contoh:

Bahasa Latin/Yunani Bahasa Indonesia/Malaysia

mono- eka -

di- dwi-

tri- tri-

19

tetra- catur-

penta- panca-

hexa- sad-

septa- sapta-

octa- hasta-

nona- nawa-

deca- dasa-

Contoh:

Bahasa Inggris Bahasa Indonesia/Malaysia

bilateral dwisisi

binomial binomial/dwinomial

hexagon hexagon

monopole ekakutub

monomial monomial

monotone ekanada

pentalateral pancasisi

terahedron caturbidang

5. Mole

Sidang Kelompok bersetuju untuk mengemukakan kepada Majelis Bahasa Indonesia –

Malaysia supaya transkripsi mole dalam buku Pedoman Umum Pembentukan Istilah

bahasa Indonesia/Malaysia diubah menjadi mol.

6. Huruf x

Sidang bersetuju supaya huruf x dipertahankan dalam penulisan istilah Fisika/Fizika,

meskipun letaknya di tengah atau akhir kata.

7. Singkatan Nama

7.1 Sidang bersetuju supaya istilah yang dalam bahasa Inggris lazim disingkat

diterjemahkan atau ditranskripsikan lengkap dengan singkatannya dalam bahasa

Indonesia/Malaysia.

20

Contoh:

a. advanced gas-cooled reactor AGR

reaktor dinginan –gas maju RGM

b. tranverse electric mode. TE mode

mod/ragam elektrik lintang, ragam EL (Indonesia)/mod EL (Malaysia).

7.2 Istilah yang dalam bahasa Inggrisnya sudah berbentuk akronim dipungut tanpa

perubahan.

Contoh:

MASER - Microwave Amplification by Stimulated Emmission of

Radiation

SONAR - Sound Navigation and Ranging

RADAR - Radio Navigation And Ranging

8. Istilah Electric

8.1 Dipersetujui bahwa

electric menjadi elektrik,

sesuai dengan Pedoman Umum.

Contoh:

Bahasa Inggris Bahasa Indonesia/Malaysia

electric energy tenaga elektrik

electric field medan elektrik

electricity keelektrikan

8.2 Sehubungan dengan electricity, yang penggunaannya bermakna ’tenaga elektrik’

penggunaan listrik (Indonesia) atau letrik (Malaysia) dapat dibenarkan.

21

9. Istilah Antarabangsa/Internasional

Istilah internasional dipungut tanpa perubahan, tetapi jika dalam bahasa Inggris ada

sinonimnya yang lazim dipakai, sinonimnya itu diterjemahkan atau ditranskripsikan.

Contoh:

9.1 aurora borealis tetap aurora borealis

9.2 aqua destillata tetap aqua destillata

tetapi juga,

9.3 aqua destillata, destilled water, - air paat (Indonesia)

air suling (Malaysia)

10. Istilah Berbentuk Paduan

10.1 Istilah yang dalam bahasa Inggris berbentuk paduan ditranskripsikan atau

diterjemahkan dalam bentuk paduan.

Contoh:

Bahasa Inggris Bahasa Indonesia/Malaysia

smog (smoke+fog) asbut (asap + kabut)

transceiver (transmitter + pancarima (pancar + terima)

receiver)

10.2 Panduan sebagai cara pembentukan istilah hanya dipakai dalam hal di atas saja.

11. Kata Sifat ter- dan –an

“Past Participle” yang berfungsi sebagai kata sifat diterjemahkan dalam bentuk ter- kalau

kata akarnya dalam bahasa Malaysia/Indonesia berupa kata kerja, dan dalam bentuk

‘..an’ kalau kata akarnya dalam bahasa Malaysia/Indonesia berupa kata sifat.

Contoh:

Bahasa Inggris Bahasa Indonesia/Malaysia

sector-focused cyclotron siklotron terpumpun-sektor (Indonesia)

siklotron terfokus-sektor (Malaysia)

22

excited state keadaan terteral (Indonesia)

keadaan teruja (Malaysia)

gas-cooled reactor reactor dinginan gas.

12. Besaran Dan Satuan Fisika Serta Lambangnya

Lambang Besaran Fisika/Fizika

Lambang dan besaran Fisika/Fizika selalu ditulis dengan huruf tunggal abjad Latin

dan Yunani.

Lambang Satuan Fisika/Fizika

Lambang satuan Fisika/Fizika ditulis dengan huruf kecil abjad lain, kecuali

apabila lambang tersebut diambil dari nama diri, bilamana lambang itu ditulis

dengan huruf besar awalan nama tersebut, dengan atau tanpa huruf lain.

Contoh:

meter (m), gram(m) (g),

farad (F), newton (N).

13. Pengumpulan Unit

Pendaraban dan pembagian satuan-satuan hendaklah dilambangkan dengan menuliskan

lambang-lambang untuk satuan-satuan itu berturut-turut. Pendaraban dilambangkan

dengan huruf berpangkat/kuasa positif dan pembagian dengan pangkat/kuasa negatif.

Contoh: cm s�², N m s�²

14. Awalan Daraban Sepuluh:

ato -a - 10

desi -d - 10

femto -f - 10

mikro - - 10

mili -n - 10

nano -n - 10

piko -p - 10

senti -c - 10

deka -da - 10¹

hekto -h - 10²

23

kilo -k - 10³

mega -M - 10

giga -G - 10

tera -T - 10¹²

15. Satuan SI

Satuan SI atau sistem Satuan International didasarkan atas satuan-satuan dasar

Panjang, meter (m)

massa/Jisim, kilogramme (kg)

sekon/waktu/masa, saat (s)

Arus elektrik, ampere (A)

Suhu termodinamik, darjah/derjat kelvin (K)

kuat/keamatan cahaya, kandela (cd)

Tanda K menunjukkan suhu mutlak sedangkan dar K atau °K menunjukkan satu selang

suhu dalam skala itu.

16. Satuan mol

Dalam Kimia dan Fisika Molekul, di samping satuan-satuan dasar di atas tad, banyaknya

zat juga dianggap sebagai satu besaran dasar, satuannya adalah mol, dengan lambang

‘mol’.

17. Unit ‘Kendala’

Satuan dasar dalam fotometri, yaitu satuan untuk besaran kuat cahaya didefinisikan

sebagai kuat cahaya 1/60 cm² benda hitam pada titik lebur platinum.

Perserta Kelompok

Prof. Ir. H. Johannes

Dr. Liek Wilardjo

Prof. Madya Dr. M. Zawawi

Catatan:

definition : takrifan/definisi (Mal), definis (Ind.)

body : jasad (Mal.), benda (Ind.)

quantity : kuantiti (Mal.), besaran/kuantitas (Ind.)

unit : unit (Mal.), satuan (Ind.).

24

Lampiran II:

Hasil Kerja Kelompok Matematika

1. Keputusan Umum

1.1 Sidang bersetuju akan menyusun perangkat kata istilah untuk pengajaran

matematika di sekolah rendah dan menengah.

1.2 Buku-buku rujukan yang disetujui oleh sidang adalah:

a. Buku-buku matematika yang digunakan di Malaysia dan di Indonesia pada

tingkat sekolah rendah dan menengah.

b. James, G. and R.C. James, 1959, Mathematics Dictionary. Van Nostrand.

c. Kendall, M. G. and W. R. Buckland (Ed.), 1971, A Dictionary of Statistical

Terms, Third Edition, Oliver and Boyd.

d. Gellert, W. H. Küstner, M. Hellwich, H. Küstner (Ed.), Mathematics at a

Glance: A Compendium. VEB Bibliographecs Institut, Leipzig.

1.3 Pihak Indonesia menerima “Daftar Istilah Asas Matematika” yang diajukan oleh

pihak Malaysia untuk dicarikan padanan kata-katanya dalam bahasa Indonesia.

1.4 Pihak Indonesia menerima Pedoman Tambahan Istilah Matematika yang diajukan

oleh pihak Malaysia untuk dikaji selanjutnya.

2. Cara Kerja

2.1 Kedua pihak menyusun perangkat istilah untuk pengajaran matematika di sekolah

dasar/rendah dan sekolah menengah. Tiap-tiap kata istilah ditulis pada sebuah

kartu/kard dalam rangkap dua, dan kartu/kard itu berisikan istilah dalam bahasa

masing-masing. Kartu-kartu/kard-kard itu berukuran 7½ x 12½ cm dan

berwarna merah jambu untuk Malaysia dan berwarna kuning untuk Indonesia.

Sebelum sidang yang akan datang, kedua pihak akan tukar-menukar kartu/kard

istilah yang berdasarkan pada istilah bahasa Inggris sebagai rujukannya. Dalam

sidang yang akan datang, kedua pihak akan memadankan kumpulan kartu/kard

istilah yang telah dipertukarkan sebelumnya itu untuk penyelarasan.

2.2 Dalam sidang yang akan datang, pihak Indonesia dan Malaysia akan

membincangkan dan mengambil keputusan tentang seperangkat pedoman

tambahan peristilahan matematika seperti tersebut pada bil. 1.4 di atas.

25

2.3 Dalam sidang yang akan datang kedua pihak Indonesia dan Malaysia akan

mengajukan perangkat ungkapan-ungkapan matematika, lambang dan singkatan

dalam matematika di tingkatan/peringkat sekolah dasar/rendah dan menengah,

Perangkat ini akan dibuat dalam bentuk kartu-kartu/kard-kard seperti untuk istilah

yang tersebut pada bilangan 2.1 di atas.

3. Hal-hal yang disetujui dalam sidang ini diterakan sebagai lampiran.

Peserta Kelompok

Prof. Dr. Ir. Andi Hakim Nasoetion

Dr. Bana Kartasasmita

Dr. Shaharir bin Mohd. Zain

26

1. ABJAD YUNANI*)

INGGRIS MALAYSIA-INDONESIA LAMBANG

alpha alfa Aα

beta beta Bβ

gamma gama

delta delta δ

epsilon epsilon E

zeta zeta Z

eta eta H

the teta θ

iota iota I

kappa kapa K

lambda lambda ι

mu mu M

nu nu M

xi (lafalnya: ksi) xi

omicron omikron O

pi pi

rho ro P

sigma sigma

tau tau T τ

upsilon upsilon

phi fi ϖ

chi khi X

psi psi

omega omega

*)

Katanama “Yunani” belum disepakati karena masih ditunggu ketetapan Perserikatan Bangsa-Bangsa/Pertubuhan

Bangsa-Bangsa mengenai nama negara dan tempat antarbangsa.

27

II. LAMBANG DAN UNGKAPAN MATEMATIKA

INGGRIS MALAYSIA – INDONESIA LAMBANG YANG

BIASA DIPAKAI

absolute value nilai mutlak

angle sudut

bar palang

cap/hat topi

closed interval a, b selang tertutup a, b [a , b]

a congruent to b modulo r a kongruen dengan b modulo r a b (mod r)

cosecant of x kosekan x cosec x atau csc x

cosine of x kosinus x cos x

cotangent of x kotangen x cot x

del del

delta tends to (approaches)

a

delta menuju ke/mendekati a

delta x delta x

element of unsur

equal to sama dengan =

f maps A into B f memetakan A ke dalam B f: A B atau f

for all/for each untuk semua/untuk setiap A B

greater than or lebih (besar) dari (-pada) atau sama

equal to dengan atau

greater than lebih (besar) dari (-pada) >

infimum infimum inf

equivalent to setara dengan atau

less than lebih kecil/kurang dari <

less than or equal to lebih kecil/kurang dari (-pada) atau sama

dengan

atau

logarithm logaritma log

maximum maksimum max

member of …. … anggota … ….

minimum minimum min

modulus modulus mod atau atau

natural logarithm logaritma asli ln

28

norm norma atau n ( )

not equal to tidak sama dengan

not p bukan p ~ p

open interval a, b selang terbuka a, b (a, b)

p and q p dan q p q atau p & q

p or q p atau q p q

p if and only if q p jika dan hanya jika q p q

real part of z bagian/bahagian nyata Re z atau Re (z)

secant of x sekan x sec x

sine of x sinus x sin x

supremum supremum sup

tangent of x tangen x tan x atau tg x

triangle segitiga

u sub n u sub n un

Lampiran III:

29

Hasil Kerja Kelompok Geografi-Geologi

1. Bahan yang dibicarakan

Disepakati bahwa yang dibicarakan pada tahap pertama ialah bahan yang dibawa oleh

pihak Malaysia, yaitu dokumen 1, S8-MBIM, Geografi-Geologi. Dokumen pihak

Indonesia akan dibicarakan dalam persidangan berikutnya. Daftar istilah geografi-geologi

yang tercantum dalam dokumen itu berisi 357 buah istilah, dan disusun berdasarkan

keputusan Sidang Ketujuh, Majelis Bahasa Indonesia-Malaysia di Kuala Lumpur pada

tanggal 4 hingga 9 Februari 1976. Bahan dipetik dari sumber berikut:

1.1 An Illustrated Dictionary of Geography, oleh R. Ogilvie Buchanan, McGraw-Hill

Far-Eastern Publishers (S) Ltd., edisi pertama, Singapura, 1974;

1.2 A Dictionary of Geography, oleh F.J. Monkhouse, Edward Arnold, edisi kedua,

1970; dan

1.3 Istilah Geografi (Inggris-Malaysia-Inggris), Dewan Bahasa dan Pustaka, 1976.

Sebagai bahan pembanding telah digunakan:

1.4 Glossary of Geology, oleh American Geological Institute, Margaret Gary, Robert

McAfee Jr, dan Carol L. ed., cetakan kedua, 1973.

1.5 Peristilahan Geologi dan Ilmu yang Berhubungan, oleh M.M. Purbo-

Hadiwidjojo, Penerbit Universitas ITB, edisi ketiga, 1975.

1.6 Kamus Umum Bahasa Indonesia, oleh W.J.S. Purwadarminta, PN Balai Pustaka,

Jakarta, cetakan keempat, 1966.

2. Cara pembahasan

Dokumen yang dibahas berisi istilah geografi-geologi dalam bahasa Inggris dengan

padanannya dalam bahasa Malaysia. Selama empat kali sidang telah diusahakan agar

setiap istilah yang ada dalam daftar dicarikan padanannya dalam bahasa Indonesia. Yang

tercantum dalam daftar ini hanya istilah Inggris yang dimulai dengan huruf A. Keputusan

yang diambil mengenai setiap istilah dapat berupa: persetujuan bulat; istilah Malaysia dan

istilah Indonesia masing-masing dibiarkan; dikembalikan kepada pangkal ilmu tempat

asalnya; tidak jadi dibicarakan karena dianggap tidak urgen.

2.1 Istilah Disetujui Bulat

30

Ini terutama menyangkut istilah yang relatif baru, dan dapat berupa istilah

internasional atau dari bahasa sendiri.

Contoh istilah internasional:

albit

antiklin

argon

Contoh istilah dari bahasa sendiri:

serapan untuk ‘absorption’

batuan untuk ‘rock’

kuala untuk ‘junction’

2.2 Istilah Malaysia dan Istilah Indonesia yang Dibiarkan

Termasuk jenis ini ialah istilah yang dibiarkan karena titik tolak pewargaan

(penasionalan, naturalisasi) yang berbeda dan kelaziman pemakaian kata di negara

masing-masing.

Contoh untuk yang pertama:

glasier di Malaysia dan gletser di Indonesia;

mendapan eolian di Malaysia dan endapan (oleh atau karena) angin di

Indonesia;

arkos di Malaysia dan arkosa di Indonesia;

asfal di Malaysia dan aspal di Indonesia.

Contoh untuk yang kedua:

serong di Malaysia dan miring di Indonesia;

penyejukan di Malaysia dan pendinginan di Indonesia;

gunung berapi di Malaysia dan gunungapi di Indonesia.

2.3 Istilah yang Dikembalikan kepada Pangkal Ilmu Tempat Pengambilan

Ada beberapa istilah yang terpaksa tidak dibicarakan karena kelompok

berpendapat bahwa istilah-istilah itu lebih baik dikembalikan kepada ilmu tempat

pengambilannya.

Beberapa contoh:

31

tanahtanih dikembalikan kepada Kelompok Pertanian karena istilah itu di

Indonesia telah dikenal sebagai tubuhtanah;

airmass dalam bahasa Malaysia menjadi kumpulan udara, tetapi dalam fisika di

Indonesia orang tidak mengubahnya demikian.

2.4 Istilah yang Tidak Jadi Dibicarakan

Beberapa istilah tidak jadi dibicarakan, terutama karena telah ada Kelompok lain

yang membicarakannya.

Contoh:

agricultural activity

agricultural industry

airport

angel

3. Beberapa Catatan Tambahan

Selama perbincangan ditemukan beberapa hal yang memerlukan pemecahan lebih lanjut,

baik dalam Kelompok maupun dalam Majelis secara keseluruhan. Masalah yang perlu

dipecahkan bersama ialah mengenai penggunaan kata sifat (adjektif) seperti di bawah ini:

Anticlinal ridge dalam bahasa Inggris yang dalam bahasa Malaysia

menjadi banjaran antiklan, dalam bahasa Indonesia sudah lazim menjadi

atau pematang anklin, tanpa perubahan pada suku akhir;

Artesian basin menjadi lembangan artes dan cakungan artois;

Aeolian deposit menjadi mendapan eolian dan endapan angin.

Masalah lain yang perlu juga dipecahkan bersama adalah masalah perbedaan ejaan,

seperti pada:

kelembapan (Malaysia) dan kelembaban (Indonesia);

udara homogenus (Malaysia) dan udara komogen (Indonesia).

Yang masih perlu dipecahkan dalam Kelompok ialah nama seperti:

Pegunungan Alp atau nama lainnya;

Antartik atau Antartika;

32

Azoik atau Azoikum.

Lampiran: Daftar istilah geografi-geologi yang telah dibicarakan.

Peserta Kelompok

1. Encik Abdul Samad bin Hadi

2. Encik Hashim bin Abdullah

3. M.M. Purbo-Hadiwidjojo

Lampiran IV:

33

Hasil Kerja Kelompok Biologi

1. Untuk keperluan pembentukan istilah biologi, kedua pihak telah bersetuju untuk

menyusun suatu Pedoman Pembentukan Istilah Biologi yang memuat pasal-pasal berikut:

1.1 Landasan Umum

1.2 Bahasa Latin dan Yunani

1.3 Tata nama biologi

1.4 Tata nama dari luar biologi

1.5 Istilah yang diturunkan dari nama ilmiah

1.6 Jenis kata istilah yang dipungut

1.7 Istilah uang

1.8 Sistem anologi dalam penulisan akhiran

1.9 –fil dan –fili

1.10 Penulisan kata berimbuhan yang kata dasarnya berimisial huruf x.

Selanjutnya disetujui pula bahwa sekalipun isi pedoman itu sama, masing-masing pihak

akan menyusun versi peraturannya sendiri-sendiri.

2. Berdasarkan cara kerja yang dianut oleh Majelis Bahasa Indonesia-Malaysia, maka dalam

6 bulan mendatang akan disusun suatu daftar istilah biologi yang sesuai untuk tingkat

SRP di Malaysia dan SMP di Indonesia. Sebagai dasar dan sumber perbendaharaan kata

istilah akan dipakai buku-buku teks/pegangan biologi sekolah-sekolah yang bersangkutan.

Daftar itu ditaksir akan memuat ! 700 kata, yang sesudah disusun akan dipertukarkan jauh

sebelum Sidang Ke-9 Majelis Bahasa Indonesia-Malaysia.

3. Penegasan Dasar

Dalam usaha membentuk istilah biologi Pedoman Umum Pembentukan Indonesia-

Malaysia hendaklah digunakan sebagai pedoman utama. Di samping itu perlu juga

pedoman tambahan yang merupakan pelengkap bagi ketentuan-ketentuan yang khusus

dalam biologi.

4. Kode Tata Nama

4.1 Peraturan Tata Nama Biologi ditetapkan oleh kongres antarbangsa yang tertera

dalam beberapa “kode nomenklatur internasional” sehubungan dengan bidang-

bidang biologi tertentu. Peraturan-peraturan ini harus dipatuhi baik

keseluruhannya maupun dari segi bentuk tata nama atau ejaanya.

Misalnya:

34

Chordata tetap Chordata

Coelenterata tetap Coelenterata

Pferidophyta tetap Pferidophyta

Barillus anthacis tetap Barillus anthacis

4.2 Istilah pengelasan yang digunakan untuk memberikan pengertian hieraki dalam

susunan tata nama dianggap sebagai masalah peristilahan biasa dan harus tunduk

kepada Pedoman Umum.

5. Tata Nama Dari Disiplin Lain

Istilah-istilah yang berupa tata nama dari sumber luar biologi, seperti kimia dan geografi,

dan yang selalu digunakan dalam biologi, harus disetarakan dengan peraturan tata nama

disiplin yang bersangkutan.

Oleh karena itu amylase tetap amilase, dan lipase tetap lipa.

6. Turunan dari Tata Nama

Istilah-istilah turunan dari nama-nama ilmiah (yang dipetik dari susunan tata nama), tetapi

dimaksudkan sebagai nama umum atau nama daerah, adalah juga masalah peristilahan

umum dan tunduk kepada Pedoman Umum dan tidak kepada “ kode nomenklatur

internasional”.

Tata Nama Bahasa Inggris Bahasa Indonesia/Malaysia

Amoeba amoeba ameba/amoeba

Amphibia amphibian amfibi/amfibia

Angiospermae angoasperm angiosperma

Pteridophyta pteridophyte pteridofit

Dicotyledoneae dicotyledon/dicot dikotiledon/dikot

7. Istilah Latin dan Yunani

Dalam memungut istilah biologi asing, sebaiknya dipilih dari Latin atau Yunani yang

bentuk istilahnya lazim dipakai, dan perhatian diberikan kepada pendekatan transkripsi

untuk perubahan ejaan yang minimal.

Misalnya:

Bahasa Inggris Bahasa Latin/Yunani Bahasa Indonesia/Malaysia

35

Spore spora spora

8. Istilah Usang

8.1 Ada beberapa istilah yang mempunyai makna yang sama, di antaranya banyak

yang sudah usang. Dalam pemungutan istilah asing, hanya istilah yang masih

umum dipakai harus dipilih supaya pemakaiannya tidak diragukan apabila

merujuk kepada bahan-bahan bacaan luar bahasa Indonesia-Malaysia.

8.2 Istilah yang sudah usang atau pemakaiannya tidak dianjurkan karena menimbulkan

kericuhan tidak perlu diindonesiakan/dimalaysiakan.

9. Gugusan “Phyll” yang Bermakna ‘Daun’

9.1 Dalam botani terdapat banyak istilah yang mencakup gugusan “phyll” yang

berasal dari bahasa Yunani phyllon, yang bermakna ‘daun’. Di samping itu ada

juga istilah-istilah yang berisi gugusan “phily, phile, phill, philous dan phyl”.

Dalam transkripsi ke dalam bahasa Indonesia/Malaysia terdapat kekeliruan seoerti

“mesophyll” dan mesophile”. Oleh karena istilah yang mencakup pemakaian

“phyll” sangat banyak terdapat dalam botani, maka satu cara pembedaan juga

diperlukan dalam transkripsi.

9.2 Jika terdapat pada akhir kata, phyll harus menjadi fil dengan arti ‘daun’, dan yang

lainnya (phily, phile, phill, phious dan phyl) dirangkum menjadi fili.

Oleh karena itu, mesophyll menjadi mesofil, dan mesophile menjadi mesofili.

10. Gugusan Huruf Akhir Kata

10.1 Berdasarkan analogi kepada Pedoman Umum, pasal 6.1 mengenai “Ejaan

Fonemik”, maka diusulkan sehubungan gugusan seperti yang didaftarkan di bawah

ini huruf-huruf pada akhir kata yang bersangkutan digugurkan juga.

Contoh:

-mere menjadi –mer, seperti blastomore - blastomer

chromomere - kromomer

-ene menjadi -en, seperti leptotene - leptoten

Zygotene - Zigoten

-some menjadi -som, seperti acrosome - akrosom

36

centrosome - sentrosom

-blast menjadi -blas, seperti protoblast - protoblas

coeloblast - seloblas

-plast menjadi plas, seperti protoplast - protoplas

amiloplast - amiloplas

10.2 Pengecualian bagi peraturan ini dapat diberikan kepada beberapa gugusan, yaitu

tanpa menggugurkan huruf akhiran sekiranya memudahkan sebutan dan dapat

mendekati bentuk asal istilah sesudah ditranskripsikan.

Misalnya:

-phase menjadi fase (e akhiran tidak diguguskan);

prophase menjadi profase;

metaphase menjadi metafase;

anaphase menjadi anafase.

11. Jenis Kata Istilah Dasar

Dalam memungut istilah-istilah asing, perlu dipilih bentuk jenis kata yang mudah

dijadikan akar bagi pembentukan paradigma atau perangkat kata dengan bahasa

Indonesia/Malaysia dengan imbuhan-imbuhan yang tertentu.

Contoh:

Bahasa Inggris Bahasa Indonesia/Malaysia

botany botani

botanic garden kebun botani, bukan kebun botanik

botanical process proses botani atau pembotanian (dengan pemakaian

imbuhan) bukan proses botanis

ecology ekologi

ecological approach pendekatan ekologi – bukan pendekatan ekologis

herbivore herbivor

herbivore animal hewan herbivor bukan hewan herbivoras

antigen antigen

homogenous homogen

12. Istilah dengan Huruf X

37

Untuk memenuhi ketentuan-ketentuan pengejaan dan menghindari salah baca, penulisan

istilah yang diturunkan dari gabungan istilah yang dimulai dengan huruf X dan morfem

istilah lainnya perlu ditulis dengan memakai tanda pisah.

fucoxanthine - fuko-xantin

protoxylem - proto-xilem.

Peserta kelompok

1. Dr. Mien A. Rifai

2. Prof. Madya Dr. Ariffin bin Suhaimi

Lampiran V

38

Hasil Kerja kelompok Pertanian dan Kehutanan

1. Kelompok Istilah Pertanian dan Kehutanan menerima Daftar Istilah Pertanian dari pihak

Malaysia dan Indonesia yang terdiri dari istilah pertanian dan kehutanan yang

dikemukakan dalam Sidang Ke-8 ini sebagai dasar daftar kerja sesuai dengan keputusan

Sidang Ke-7 di Kuala Lumpur.

2. Istilah-istilah dalam daftar tersebut diteliti dan dikelompokkan dalam tahapan-tahapan

pendidikan prauniversitas/universiti dan universitas/unversiti, dan dikategorikan dalam

kelompok istilah semedan. Ke dalam tahapan praunversitas termasuk pendidikan di

sekolah dasar, lanjutan dan kejuruan.

3. Daftar istilah yang telah disepakati dalam Sidang Ke-7 dikelompokkan sesuai dengan

butiran di atas.

4. Istilah yang sudah diputuskan oleh bidang asas sedapat-dapatnya akan diserap ke dalam

istilah pertanian.

5. Pokok-pokok usul kelompok peristilahan yang tertuang dalam Pernyataan Bersama

Sidang Ke-7 Majelis Bahasa Indonesia-Malaysia di Kuala Lumpur 1976 dapat segera

dilaksanakan.

6. Untuk Sidang Ke-9 Majelis Bahasa Indonesia-Malaysia, kelompok peristilahan ini akan

meneliti dan menyelaraskan istilah-istilah bidang pertanian dan kehutanan saja.

Peserta Kelompok

Dr. Goeswono Soepardi

Ir. Syafii Manan, M.Sc.

Prof. Madya Dr. Abd. Halim bin Hassan

Lampiran VI:

39

Hasil Kerja Kelompok Teknik Sipil/Kejuruteraan Awam Dan Arsitektur/Seni Bina

1. Kelompok ini dalam Sidang Ke-8 membatasi diri pada penyusunan daftar istilah Teknik

Sipil/Kejuruteraan Awam saja, dan untuk sementara tidak membahas istilah

Arsitektur/Seni Bina.

2. Sidang Ke-8 ini mengutamakan pekerjaan penyusunan istilah-istilah sebagai lanjutan

Sidang Ke-7. Di dalam Sidang Ke-8 ini dapat disusun 95 buah istilah.

3. Sebagai bahan rujukan digunakan buku dari Malaysia E, S3, MBIM dan bahan dari

Indonesia buku istilah Inggris-Indonesia.

4. Hasil rumusan berupa daftar istilah Inggris berjajar dengan transkripsi dalam bahasa

Malaysia, bahasa Indonesia dan bahasa yang disetujui untuk diajukan untuk dipakai.

Banyak di antara istilah-istilah tersebut dimaksudkan sebagai pengenalan (introduksi).

5. Tahap I menyelesaikan seluruh istilah Teknik Sipil/Kejuruteraan Awam yang banyak

dipakai baik di perguruan maupun di dalam masyarakat. Yang dimaksud dengan “banyak

dipakai” di sini ialah menurut penilaian Kelompok Teknik Sipil/Kejuruteraan Awam.

6. Penahapan pekerjaan didasarkan pada spesialisasi yang ada dalam bidang Teknik

Sipil/Kejuruteraan Awam, dan dipikirkan perlunya sub-subkelompok hidro, jalan raya,

struktur lingkungan, tanah, managemen, dan subkelompok lain (untuk menampung yang

sulit dimasukkan dalam salah satu subkelompok lainnya).

7. Ketentuan-ketentuan atau kesimpulan-kesimpulan sidang kelompok atau sidang kelompok

ilmu eksakta akan dipelajari lebih lanjut dengan tujuan menyelaraskan daftar istilah

Teknik Sipil/Kejuruteraan Awam untuk diperbincangkan lagi dalam Sidang Ke-9 yang

akan datang.

8. Ada baiknya mulai dipikirkan apakah Kelompok Teknik Sipil/Kejuruteraan Awam,

Arsitektur/Seni Bina ini dijadikan Kelompok Teknik yang akan mencakup subkelompok

mesin, subkelompok listrik, dan sebagainya.

9. Kelompok Teknik Sipil/Kejuruteraan Awam bermaksud merencanakan mempercepat

penyelesaian kira-kira 2500 buah istilah dengan antara lain mengadakan sidang-sidang di

luar sidang lengkap Majelis, sesuai dengan kemungkinan pembiayaan.

/¯ jalan ∠khusus

Peserta Kelompok

40

Ir. Soefaat

Encik Abdul Aziz bin Din

Ir. Yuswadi

Lampiran VII:

Hasil Kerja Kelompok Kependidikan/Pendidikan

1. Rencana Kerja Kelompok Kependidikan

Kegiatan Kelompok Kependidikan/Pendidikan dibagi atas beberapa lingkaran (cycle).

Lingkaran Pertama (Februari 1976 – Augustus 1976)

Dalam masa lingkaran pertama ini Kelompok akan membahas istilah

Kependidikan/Pendidikan yang ada dalam buku rujukan Learning to Be. Istilah yang

belum dapat disepakati ditangguhkan sampai sidang lingkaran berikutnya. Dalam masa

lingkaran pertama ini istilah yang dihasilkan berkisar antara 500 – 1000 istilah.

Lingkaran Kedua (Augustus 1976 – Februari 1977)

Dalam masa lingkaran kedua ini nanti diusahakan menemukan istilah-istilah

Kependidikan/Pendidikan yang praktis, dan mencantumkannya dalam satu daftar dan

dicari kesepakatan. Jumlah istilah yang digunakan dalam masa lingkaran kedua ini

sebanyak 500-1000 istilah

Lingkaran Ketiga (Februari 1977 – Augustus 1977)

Dalam masa lingkaran ketiga ini akan dibuat daftar istilah yang erat hubungannya dengan

istilah yang ada dalam bidang kependidikan guru. Yang menjadi perhatian utama dalam

masa lingkaran ketiga ini ialah istilah-istilah yang dipakai dalam: (i) psikologi

pendidikan, (2) kurikulum, dan (3) teknologi pendidikan. Jumlah istilah yang dihasilkan

berkisar antara 500—1000 istilah.

Lingkaran Keempat (Augustus 1977 – Februari 1978)

Dalam lingkaran keempat ini akan dibahas istilah dalam bidang (1) sosiologi pendidikan,

(2) filsafat sejarah pendidikan, serta istilah-istilah lain yang belum mencakup oleh bidang-

bidang tadi. Jumlah istilah yang dihasilkan berkisar antara 500—1000 istilah.

Lingkaran Kelima (Februari 1978 – Augustus 1978)

41

Dalam lingkaran kelima ini Kelompok akan membuat daftar istilah yang dipakai dalam

bidang penyelidikan Kependidikan/Pendidikan. Salah satu buku yang disepakati sebagai

buku rujukan ialah Foundation of Behavioral Research karangan Fred Kerliger. Jumlah

istilah yang akan dibahas berkisar antara 500—1000 istilah.

2. Hasil Kerja Kelompok Kependidikan/Pendidikan

Hasil kerja kelompok pada sidang ini adalah sebagai berikut:

2.1 Istilah-istilah yang dibahas pada Sidang Kedelapan ini ialah istilah-istilah

∠Pendidikan yang umum diambil dari buku Learning to Be (UNESCO), 1972).

∠Kependidikan/

Hasil bahasan adalah 343 buah istilah yang telah disetujui bersama oleh kedua

pihak Indonesia dan Malaysia, dan 84 buah istilah yang belum disepakati oleh

kedua pihak.

2.2 Ada beberapa istilah yang ditangguhkan untuk dirujukkan kepada kelompok

disiplin induk.

2.3 Daftar istilah ini disusun menurut abjad berdasarkan abjad awal Inggris atau abjad

awal kata pertama dalam istilah Inggris yang terdiri lebih dari satu perkataan.

Akibatnya ialah istilah yang berkaitan menjadi terpisah letaknya, dan ini

menyebabkan istilah-istilah yang berkaitan itu tidak dapat dilihat sekaligus untuk

dapat melihat hubungannya. Oleh karena itu, bila mengemukakan kepada

masyarakat pemakai istilah-istilah ini kelak, istilah-istilah itu akan didaftarkan

sebagai berikut:

a. Istilah asas disenaraikan dulu.

b. Istilah terbitan diletakkan di bawah tiap-tiap istilah asas yang bersangkutan.

c. Baik (2.1) maupun (2.2) di atas disusun menurut abjad.

Catatan:

Istilah yang Dikerjakan dalam Lingkaran I

Daftar lengkap istilah-istilah yang dikerjakan selanjutnya akan disediakan oleh Kelompok

Kependidikan Indonesia. Daftar ini akan dikirimkan ke Malaysia untuk dikaji. Sesuai

itu, dapatlah diusahakan daftar akhir.

Peserta Kelompok

42

Prof. Madya Dr. Awang Had Salleh

Cik Asiah binti Abu Samah

Drs. Ismail Arianto

Dra. Elisa Roose Harahap

Lampiran VIII

Hasil Kerja Kelompok Linguistik

1. Dalam Sidang VIII ini telah dikaji daftar istilah Inggris-Indonesia/Malaysia dari huruf C

sampai dengan Z.

2. Dalam daftar istilah linguistik yang dijadikan bahan perundingan terdapat 4 kategori

istilah, yaitu:

a. yang betul-betul sama dan dipersetujui;

b. yang tak ada di Malaysia dan dipersetujui;

c. yang ada sinonim (Indonesia/Malaysia) dan dipersetujui; dan

d. yang berbeda, yang belum jelas, dan belum diselesaikan.

3. Kelompok sepakat untuk menyerahkan kategori a, b, dan c kepada sidang lengkap

Majelis.

4. Dalam Sidang Ke-9 akan dirundingkan kira-kira 36 buah istilah kategori d.

5. Pihak Malaysia akan menyediakan istilah-istilah linguistik yang lazim di Malaysia, tetapi

yang belum dimuat dalam Istilah Linguistik (Dewan Bahasa dan Pustaka, 1972).

Bahan Kerja

6. Untuk Sidang Ke-9 Majelis nanti akan disiapkan daftar istilah pengajaran bahasa,

khususnya untuk sekolah dasar dan menengah. Sumber daftar istilah tersebut adalah:

6.1 daftar istilah Linguistik yang disepakati

6.2 buku-buku pelajaran yang sudah disahkan oleh Kementerian/Departemen masing-

masing, dan

6.3 buku-buku pelajaran yang banyak dipakai.

7. Sebelum Sidang Ke-9 akan diadakan tukar-menukar buku sumber tersebut (dalam waktu

sebulan sesudah sidang ini).

43

Peserta Kelompok

Dr. Abdullah Hassan

Drs. Harimurti Kridalaksana

Drs. S. Effendi

Encik Alias Shamsuddin

Lampiran IX:

Hasil Kerja Kelompok Sastra/Kesusastraan

1. Kelompok Sastra/Kesusastraan menghasilkan 394 buah istilah asas sastra/kesusastraan.

2. Rencana Kerja Selanjutnya

2.1 Jangka pendek:

a. Istilah asas sastra/kesusastraan untuk keperluan Sekolah Menegah.

b. Istilah lengkap sastra/kesusastraan untuk keperluan yang lebih luas.

c. Glosari (1) dan (2).

d. Istilah kesusastraan Melayu tradisional.

2.2 Jangka panjang:

a. Istilah sastra/kesusastraan negara-negara ASEAN.

b. Istilah sastra/kesusastraan khusus, seperti yang dijumpai dalam sastra/

kesusastraan Jepang, Inggris dan Yunani Kuno.

3. Sasaran

Sasaran ∠jangka pendek (mengenai istilah asas) adalah sekitar 1500 buah istilah yang

diharapkan tercapai menjelang Februari 1977 (Sidang Ke-9 Majelis). Cara kerja yang

akan ditempuh ialah melalui surat-menyurat: kedua belah pihak akan menyampaikan hasil

pekerjaan masing-masing dan akan berusaha menyelaraskannya.

∠ rencana

Peserta Kelompok

Prof. Madya Abu Bakar Hamid

Drs. M. Saleh Saad

Drs. M.S. Hutagalung

44

Lampiran X

Hasil Kerja Kelompok Agama

1. Pedoman Pembentukan Istilah Agama

1.1 Pada garis besarnya Kelompok Istilah Agama/Ugama menerima Pedoman Umum

Pembentukan Istilah bahasa Malaysia/Indonesia, tetapi hal-hal yang belum

tercakup dalam Pedoman itu akan diatur di dalam pedoman tersendiri.

1.2 Bahasa Arab dijadikan sumber utama untuk istilah agama.

2. Rencana Kerja untuk Sidang Ke-9

2.1 Penegasan persetujuan bersama yang dicapai dalam Sidang Ke-8, khususnya

tentang pedoman penulisan bahasa Arab dengan huruf Latin.

2.2 Membahas pedoman tambahan pembentukan istilah secara terperinci yang akan

diajukan oleh kedua pihak.

2.3 Membahas istilah-istilah yang akan dipertukarkan sebelum Sidang Ke-9 Majelis

oleh masing-masing pihak, yaitu istilah-istilah ilmu Fiqh.

3. Pedoman khusus Penulisan Bahasa Arab Dengan Huruf Latin

3.1 Penulisan Huruf dan Tanda

a. Abjad

Arab Nama Latin Arab Nama Latin

ta’ t ط ‘ hamzah ء

za’ z ظ ba’ b ب

, ayn ع ta’ t ت

ghayn gh غ sa’ s ث

fa’ f ف jim j ج

qaf q ق ha h ح

kaf k ك kha kh خ

lam l ل dal d د

mim n م zal z ذ

nun n ن ra’ r ر

45

ha’ h ھ zai z ز

wau w و sin s س

ya’ y ی syn sy ش

ta ة sad s ص

marbutat

t

dad d ض

Catatan:

Kata-kata seperti dan masing-masing ditulis ak-ha (dengan tanda sempang) dan

as-yaf (dengan tanda sempang) supaya tidak dikelirukan dengan dan yang masing-

masing ditulis akha dan asyaf.

b. Vokal Rangkap (Diftong)

Kedua vokal rangkap bahasa Arab masing-masing ditulis dengan ay dan aw.

Misalnya:

- Waylun - hawla

- ,aynun - khafum

- syaytanun - sawfa

c. Vokal Panjang

Vokal panjang dilambangkan dengan huruf hidup yang diberi garis datar di

atasnya: a, i, u

Misalnya:

- ma - mi - mu

- ra - ri - ru

- kha - khi - khu

d. Hamzah

(i) Hamzah mati dan hidup yang terletak di belakang konsonan atau diftong

dalam suatu kata dilambangkan dengan apostrof (‘).

46

Misalnya:

- al-qur’anu

- ta’khuzuna

- an-naw’u

- al-mas’alatu

- syay’un

(i) Hamzah pada tempat lain tidak dilambangkan.

Misalnya:

- saala

- inna

- amirtu

- qaraa

- raufun

(ii) “Hamzah l-wasli (hamzah wasal) di tengah-tengah kalimat ……..

dituliskan, dan huruf yang mengikutinya …..sahkan tanpa ….. hubung

dari kata sebelumnya.

Misalnya:

- wa rhamni

- fas’alu

- ya ayyuha nasu ttaqu

- rabbkum

- wa sjud wa ….rib

- rabbana gh……..

e. ‘Ain ( . )

(i) ‘Ain yang hidup dilambangkan dengan …….. di depan atau huruf

hidupnya.

47

Misalnya:

- ُ◌amila

- ُ◌ilmun

- ُ◌ubudiyyatun

- al-nu Syaratu

- al-mu ُ. Inu

- naُ,I

- at-tamattu u

(ii) ‘Ain yang mati dilambangkan dengan koma ( ُ ) di belakang atas huruf

hidup yang mendahuluinya.

Misalnya:

aُbudu

samiُna

an-Nuُmanu

ismaُ

irji ُ

f. Ta’ marbutah (ة)

Ta’ marbutah atau ta’ simpul pada akhir kalimat (diwakafkan), dilambangkan

dengan t (t dengan garis bawah).

Misalnya:

hayya ُala s-salat(i)

al-Islamiyyat(in)

al-Madinatu l-Munawumarat(u)

3.2 Cara Penulisan

a. Al- ( ا ل )

Al- baik di depan huruf Syamsiah maupun di depan huruf qamariah:

48

(ii) ditulis menurut ucapan dan terpisah dari kata yang mengikuti tetapi

dirangkaikan dengan tanda hubung untuk membedakannya dari tasydid

asli yang terdapat dalam satu kata.

Misalnya:

Huruf

qamariat

Huruf

Syamsiah

- al-qalamu - ar-raisu

- al-naُun - an-nafa

- al-fiteru - as-sayyid

- al-musabqatu - at-tabibu

(ii) ditulis terpisah dari kata sebelumnya, tanpa tanda hubung, tanda kasus

dirangkaikan dengan kata sebelumnya.

Misalnya:

= ihdina s-sirata l-mustaqimq

= bi l-Madinati l-Munawwarati

= al- hajju l-mabruru

b. Kata

Setiap kata, termasuk harf, ditulis terpisah.

Misalnya:

= la dina liman laُaqla lahu

= utlubi l- ُ◌ilma wa law bi

= s- Sini

Catatan:

Damir muttasil tetap ditulis serangkai.

Misalnya:

49

= lahu

= minka

= ُ◌anha

= innahu

= ُ◌alayka

= fahimtu

= jaُalnakum

c. Tasydid

Tasydid dilambangkan dengan huruf atau tanda yang sama dengan huruf atau

tanda yang diberi tasydid itu.

Misalnya:

= rabbana

= Makkatun

= sallama

= jaُ ُala

= millatun

= sittina

= ُ◌ummiyyina

= summa

= rubbama

= quwwata

d. Tanda Kasus (a, i, u, an, in, un)

Tanda kasus pada akhir kalimat ditulis dalam kurung.

Misalnya:

= taُlamun(a)

= mina l-Lah(i)

50

= ma aُbud(u)

= ُ◌alim(in)

= taُlamuna ُilma l-yaqin(i)

= baytu l-haram(i)

= la ُaُ budu ma taُbudun(a)

= bisalamin aminin(a)

e. Bunyi Asimilasi

Bunyi-bunyi asimilasi atau ucapan menurut hukum tajuid tidak ditulis

sebagaimana tajuid diucapkan, kecuali al (ل ا ) “Syamsiyah” yang sudah

disebutkan dalam pasal satu.

Misalnya:

tulisan ucapan

= man qala : mang qala

= minkum : mingkum

= min baُdi : min baُdi

= samiُun basir : samiُum basir

= min warai : miw warai

= nazirun mubim : nazirum mubim

= man yu ُminu : may yu ُminu

= ghafurum rahim : ghafurur rahim

= khayran lahum : khayral lahum

= yalhas zalika : yalhaz zalika

= irkab maُana : irkam maُana

= nakhluqkum : nakhlum

= basatta : basatta

= ُabadtum : ُ◌abattum

f. Huruf Besar

51

Meskipun dalam abjad Arab tidak dikenal huruf besar, dalam sistem penulisan

ini dipakai huruf besar, dan caranya disesuaikan dengan ejaan yang berlaku.

Misalnya:

(i) Pada awal kata pada pemulaan kalimat.

Misalnya:

- Al-hamdu li l-Lahi.

- Wa ilahukum.

- Qala rasulu l-Lahi.

(ii) Pada awal nama diri atau kata yang dipakai sebagai nama diri.

Misalnya:

- Sayyiduna Muhammadun

- bi Makhata

- syahru ramadana

- jabalu n-Niri

- al-Bahru l-Ahmaru

(iii) Kata ganti nama (damir muttaril) untuk Tuhan dengan diberi tanda

hubung.

Misalnya:

- Inna li l-Lahi wa inna

- Ilay-hi rajiُun(a).

- Rabbana wa ilay-ka l-masir(u)

g. Singkatan

Apabila perlu singkatan diambil dari huruf awal setiap kata dengan huruf

besar.

52

Misalnya:

- As ( ُAlayhi s-salamu)

- S (Suratun)

- A (Ayatun)

- H (Hijriyyatun)

Catatan:

Singkatan yang sudah lazim dipakai dibakukan, yaitu:

SWT (Subhanahu wa ta’ala)

SAW (Salla l-Lahu ُalayhi wa sallama)

RA (Radiya l-Lahu ُanhu, ُanha, ُanhum)

3.3 Kata-kata Arab dalam Bahasa Indonesia/Malaysia

Kata-kata Arab sudah masuk ke dalam bahasa Indonesia/Malaysia atau sudah

lazim dipakai diperlakukan sebagai kata bahasa Indonesia/Malaysia.

Misalnya:

= anasir

= bahas

= fajar

= jawab

= kalbu

= masyarakat

= nahas

Peserta Kelompok

Tuan Haji Nik Mohyidden bin Musa

Drs. Soedarno, M.Ed.

53

Lampiran XI:

Keputusan Sidang Antarkelompok Ilmu Eksakta

1. Transkripsi

Kaidah-kaidah transkripsi yang terdapat dalam Pedoman Umum Ejaan Yang

Disempurnakan dan Pedoman Umum Pembentukan Istilah diterapkan secara bertaat-

asas. Kaidah mengenai “x”, umpamanya, tetap dipertahankan. Untuk memenuhi

ketentuan ejaan, istilah fucoxanthine dapat dieja fuko-xantin (dengan tanda hubung).

2. Padanan Awalan dan Akhiran Asing yang Diusulkan agar Dikembangkan

-ian

-cian --------- -wan, ahli, juru, pe-:

-ist matematikawan, ahli kosmologi, juru ketik

-wise ---------- sese- : seselengkung (archwise)

ikut : ikutjam (clockwise)

-ly ---------- secara : secara mutlak (absolutely)

-like ---------- bak- : bakruang (spacelike)

-less

un- ---------- tak-, tanpa, nir-

in- ketakpastian (uncertainty)

non- bukan logam (non-metal)

nirgerak (motionless)

self- ----------- swa- : swaserapan (selfabsorption)

dos- ----------- awa-, nyah-

de- awaserapan (desorption)

54

3. Kelompok Kata dan Kata Majemuk

3.1 Bentuk unsur pewatas (modifier) dalam bahasa Indonesia/Malaysia tidak selalu

harus dinyatakan dengan akhiran asing, seperti –ik atau –is, untuk menjelaskan

hubungannya dengan unsur yang diterangkan. Pewatas itu dapat diberi awalan

ber-, akhiran –an, atau awalan dan akhiran ke-an, atau berbentuk utuh tanpa

afiks. Misalnya, hubungan bersimetri, sudut geometrian, tingkat

kenormalan, hukum Newton.

3.2 Bentuk paduan (blending) yang berasal dari kata majemuk seperti smog

(smoke+fog) dan transreceive, dalam bahasa Indonesia-Malaysia dapat berupa

paduan pula seperti asbut (asap+kabut) dan pancarima (pancar+terima).

3.3 Kelompok kata ditulis menurut urutan DM, seperti segi tiga, dimensi/matra tiga,

ganda/rangkap –n. Penulisan ini diterapkan dalam penulisan meter laju

(speedometer) dan meter suhu (thermometer).

3.4 Akronim asing seperti sonar, dan radar tidak perlu diterjemahkan, dan dipungut

seutuhnya.

4. Penafsiran Afiks Asing dan Afiks Indonesia/Malaysia

Untuk Sidang Ke-9 Majelis diusulkan agar disiapkan daftar afiks asing dan afiks

Indonesia/Malaysia beserta keterangannya bagi kemudahan pembentukan istilah.

5. Singkatan

Istilah asing yang disingkatkan, padanannya dalam bahasa Indonesia/Malaysia dapat

disingkatkan juga. Misalnya, ragam elektrik lintang = ragam e.l. (transverse

electrics).

Peserta Sidang

Anggota Kelompok Fisika/Fizika,

Matematika, Geografi dan Geologi,

Biologi, Pertanian dan Kehutanan,

Teknik Sipil/Kejuruteraan Awam dan

Arsitektur/Seni Bina.

Ketua Sidang: Anton M. Moeliono.