Tajarrud (Totalitas)
-
Upload
dian-saputra -
Category
Documents
-
view
168 -
download
14
Transcript of Tajarrud (Totalitas)
Tajarrud
Aug 29th, 2007 by Yuliani Herlina, ST
Apa yang dimaksud dengan tajarrud atau totalitas dakwah? KH.Hilmy Aminudin memaknai
tajarrud sebagai ketulusan pengabdian kader dakwah bukanlah meninggalkan semuanya untuk
dakwah tetapi membawa semuanya demi kejayaan dakwah. Apakah yang selama ini sudah kita berikan
untuk dakwah dan dien ini? Apakah kita hanya disibukkan dengan masalah yang berkutat diri sendiri
saja? Apakah dakwah dan tarbiyah hanya sebagai sampingan saja, kalau sempat saja? Apakah kita
hanya memberikan waktu sisa, energi sisa dan harta sisa untuk dakwah? Datang syuro atau ngaji
dengan waktu sisa dan energi sisa hingga badan sudah lelah, pikiran sudah jenuh dan mata pun sudah
mengantuk? Itu masih mending mungkin daripada yang tidak hadir karena sudah capek dan
mengantuk?
Sayyid Qutb mengatakan, “Orang yang hidup bagi dirinya sendiri akan hidup sebagai orang
kerdil dan mati sebagai orang kerdil. Tapi orang yang hidup bagi orang lain akan hidup sebagai orang
besar dan mati sebagai orang besar.” Nach, kita termasuk yang mana nich? Berapa waktu yang kita
gunakan untuk memikirkan dan mengelola dakwah,tarbiyah dan kemajuan umat? Berapa pengorbanan
yang kita berikan untuk memerdekakan diri kita dari belenggu egoisme pribadi? Barangkali kita yang
lebih disibukkan dengan masalah diri kita sendiri, repot dengan keluarga, bingung mengelola
organisasi, stress mengelola waktu, nervous memanaj potensi sehingga kita kehilangan banyak
meomentum di sekitar kita. Padahal di sekitar kita banyak yang membutuhkan pembinaan dan seruan
dakwah. Banyak anakremaja yang terjerumusnarkoba, banyak kemaksiatan merajalela, dsb. Bahkan
banyak yang sebenarnya merindukan untuk dibina tapi malah kita “binasakan” karena tidak serius
mengelolanya.
Coba kita bandingkan diri kita dengan orang-orang Barat. Dalam bukunya Syakb Arselan,
pemikir Muslim dari Syiria, ia menjelaskan kenapa kaum Muslimin mundur sedangkan orang-orang
Barat maju adalah karena orang-orang Barat lebih banyak berkurban daripada kaum Muslimin. Mereka
memberi lebih demi agama mereka ketimbang apa yang diberikan kaum Muslimin bagi agamanya.
Tuh kan…,selama ini barangkali kita tertinggal karena belum seserius mereka. Mari kita gunakan
semua yang kita miliki demi kejayaan dakwah. Anak, istri, harta benda, pekerjaa,waktu dan tenaga
yang kita miliki bukan penghalang dakwah tapi justru bisa menjadi pendukung dakwah. Sehingga
antara keluarga dan dakwah, antara profesi dan dakwah tidak lagi saling dipertentangkan tetapi saling
mendukung. Bukan meninggalkan semuanya untuk dakwah tetapi membawa semuanya demi kejayaan
dakwah.
Tajarrud (totalitas) bukan berarti tafarrugh (kosong dan meninggalkan semua aktivitas, kecuali
dakwah saja. Esensi ruang lingkup tajarrud tercakup dalam uraian berikut :
1. Tajaruud fikri atau mulazamatul fikrah. Ikatan pemikiran nilai Islam harus melekat total dalam
diri ikhwah. Salah satu penyebab kehancuran umat adalah karena mereka justru mengambil
solusi hasil infiltrasi atau barang impor dari sumber non-Islam, imitasi tidak orisinal, bukan
asli. Karena palsu itu tidak tahan lama, seperti ginjal atau jantung yang dicangkokkan pada
tubuh manusia. Meski tubuh menerima tapi paling hanya dalam jangka waktu yang pendek.
Itupun dengan perasaan menderita atau penuh siksaan. Untuk kemudian lemah dan mati.
Ikhwah adalah penyangga fikrah islamiyah yang bertanggung jawab menyebarkan dan
mewariskan kepada generasi umat.
2. Tajarrud ruhiyah atau totalitas menjaga kebersihan hati dari segala keinginan yang kotor dan
ambisi yang menyimpang. Ikhwah harus ikhlas dalam mengemban dan memperjuangkan fikrah
Islam.
3. Al-insyighal bima tathlubuhud da’wah. Menyibukkan diri dengan segenap tuntutan sakwah.
Dakwah menjadi obsesinya di setiap aktivitas.
4. Wadh’u nafsihi alatan fa’alah lid da’wah. Berupaya memfungsikan diri sebagai bagian yang
bermanfaat bagi dakwah. Ikhwah harus berupaya menjadi anggota tang tidak tumpul, tetapi
tajam, sehingga kebiasaannya dapat difungsikan untuk kepentingan dakwah. Menerima
wazhifah, harus optimal dan tidak boleh menyepelekan.
5. Wadh’u nafsihi, usariyah am fardiyah fi mashlahatid dak’wah. Meletakkan diri, baik keluarga
atau pribadi untuk kepentingan dakwah. Bekorban dengan segala sesuatu baik yang murah atau
yang mahal. Tadhhiyah yang paling berat untuk kita sementara ini adalah mengorbankan waktu
istirahat.
6. Syu’ur bil ma’uliyah ‘alad da’wah. Menumbuhkan rasa tanggung jawab terhadap dakwah.
Masing-masing ikhwah harus merasakan bahwa dirinya adalah mas’ul. Sehingga tidak ada
yang mengatakan bahwa satu bidang tertentu bukan urusan saya. Sa’id Hawa mengatakan
bahwa bila jama’ah menderita kerugian dari satu orang, maka akibatnya akan menimpa
seluruhnya. Karena itu pembagian tugas pun merupakan tanggung jawab bersama.
7. Ishlahu nafsihi wa da’watu ghairihi. Memperbaiki diri dan menyeru orang lain. Tingkat dai
dapat mempengaruhi orang lain adalah sebagaimana ia dapat menguasai dirinya sendiri.
Wallahu a’lam bishowab. (Referensi: buku Quantum Tarbiyah)